bab ii kajian pustaka a. tinjauan penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/40395/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
6
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang digunakan penulis untuk acuan
dalam melakukan penelitian, yaitu :
Manoppo, (2013) sistem pengendalian internal penerimaan kas di PT. Sinar
Galesong Prima telah efektif. Dilihat dengan telah memenuhi unsur-unsur
pengendalian internal. Kemudian sistem pengendalian internal pengeluaran kas di
Jawa Timur Park 1 belum efektif, karena masih terdapat unsur-unsur
pengendalian internal di dalam perusahaan yang belum sepenuhnya dilakukan,
antara lain penempatan kasir yang berada satu ruangan dengan karyawan lainnya,
kas yang ada di tangan dan kasir tidak diasuransikan, rekonsiliasi bank tidak
dilakukan oleh bagian pemeriksaan internal, stempel cek dipegang oleh pembuat
cek, serta Jawa Timur Park 1 tidak melakukan perputaran jabatan secara rutin
sehingga memungkinkan terjadinya penyelewengan masih sangat besar.
Anastasia (2012) meneliti tentang sistem dan prosedur pengendalian intern
penerimaan kas yang diterapkan oleh UD. Kanca Karya Banjarbaru dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif. Dari hasil penelitiannya penulis
mengungkapkan bahwa sistem pengendalian internal pada Taman Mini Indonesia
Indah telah terjadi perangkapan fungsi di dalam pelaksanaan tugas, pengolahan
data akuntansi serta bukti-bukti transaksi sampai pembukuan masih menggunakan
cara yang manual dan dikerjakan oleh satu orang dan catatan-catatan yang dibuat
jauh hari, sesudah terjadinya transaksi akan mengakibatkan kurang dapat
7
7
dipercaya dan kurang dapat diandalkan data akuntansi yang disajikan tersebut,
sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan data pencatatan selanjutnya juga akan
semakin besar. Tidak diselenggarakannya pemeriksaan khusus oleh pemimpin
perusahaan hal ini bisa mengakibatkan terjadinya penyalahgunaan wewenang dan
juga kesalahan-kesalahan yang tidak sengaja sehingga dapat berakibat merugikan
perusahaan, dan juga biasanya bagi pembukuan kadang-kadang tidak dapat
menyelesaikan laporan keuangan tepat pada waktunya.
Manengkey & Tinangon (2015) meneliti tentang pelaksanaan sistem
pengendalian internal penerimaan kas pada PT. BRI Unit Bahu Manado dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitiannya penulis
menyimpulkan bahwa sistem pengendalian intern penerimaan kas pada PT. Bank
Rakyat Indonesia Unit Bahu Manado secara keseluruhan dilaksanakan dengan
baik, hal ini ditandai dengan adanya pemisahan tugas, sistem pengamanan fisik
kas yaitu uang kas yang ada di dalam kantor disimpan di dalam lemari besi yang
dilengkapi dengan kunci kombinasi angka yang bersifat rahasia, pemeriksaan
intern dilaksanakan secara insidentil dan laporan harian dibuat setiap hari kerja
sehingga keadaan keuangan bank sehari-hari dapat diketahui. Prosedur
penerimaan kas yang telah diterapkan Bank Rakyat Indonesia Unit Bahu Manado
agar tetap dipertahankan dan jika memungkinkan ditingkatkan sesuai dengan
perkembangan kegiatan dalam perusahaan.
Tatawi., dkk (2015) meneliti tentang sistem dan prosedur penerimaan kas pada
Dinas Pendapatan Kota Bitung dengan mengunakan teknik analisis deskriptif.
Dari hasil menelitiannya peneliti menyatakan bahwa lingkungan pengendalian
8
8
pada Dispenda Kota Bitung telah memadai ditinjau dari pemberian tugas dan
tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan penerimaan kas yang baik
perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai, perlindungan
agar tidak terjadi penyelewengan dalam aktivitas penerimaan kas, pemeriksaan
oleh pihak independen, pencatatan dan pelaporan penerimaan kas yang sudah
memadai dapat dilihat dari formulir pendaftaran dan pendataan, jurnal umum
penerimaan kas, buku besar, buku besar pembantu dan laporan
pertanggungjawaban bendahara penerimaan. Secara keseluruhan, sistem dan
prosedur penerimaan kas pada Dinas Pendapatan Kota Bitung sudah memadai dan
sesuai dengan prosedur operasional standar yang berlaku.
Elfitri., dkk (2013) secara umum pengendalian internal atas penerimaan kas
Politeknik Negeri Padang sudah sesuai prinsip pengendalian internal, tetapi ada
beberapa sistem yang belum memenuhi unsur pengendalian internal seperti sistem
pengeluaran pada praktik yang sehat belum menggunakan nomor urut tercetak
untuk formulir pengambilan panjar, kedua sistem, pengembangan pegawai masih
minim untuk pengetahuan pendukung, seperti perpajakan, teknis penyusunan
laporan keuangan pemerintah, pembuatan laporan pertanggung jawaban dan
sistem pengendalian internal dan pengadaan barang dan jasa.
Habibie, (2013) secara keseluruhan, pengendalian internal terhadap piutang
usaha pada PT.Adira manado berjalan efektif, di mana manajemen perusahaan
sudah menerapkan konsep dan prinsip-prinsip pengendalian interen, di sisi lain
terdapat prosedur yang belum mencerminkan konsep pengendalian internal.
9
9
Rapina & Christyanto (2011) kegiatan operasional dalam siklus persediaaan
dan pergudangan pada PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk
sudah efektif dan efisien, dilihat dari pengendalian internal pada siklus persediaan
dan pergudangan. Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban kuesioner yang
menggambarkan bahwa perusahaan telah melaksanakan prosedur dengan baik
yang terdapat dalam kelima komponen pengendalian internal, tetapi terdapat dua
kelemahan dalam aktivitas pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu:
perusahaan belum menjalankan pemisahan fungsi antara bagian pembelian dengan
penerimaan barang dan kurangnya pembatasan akses terhadap persediaan.
Dari beberapa penelitian diatas menjadi inspirasi peneliti untuk meneliti
analisis sistem pengendalian internal. Dimana peneliti mengambil dan
memperbarui beberapa teknik analisis untuk dipakai sebagai acuan penelitian
yaitu analisis struktur organisasi, analisis prosedur penerimaan kas, analisis
perangkapan jabatan. Selain itu objek yang digunakan juga berbeda yaitu pada
PT. Selecta Kota Batu pemilihan objek ini bertujuan untuk mengetahui sistem
pengendalian internal atas penerimaan kas.
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang
mempertemukan keutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi,
bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan
pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Sistem informasi juga
dapat berupa kumpulan dari sub-sub sistem baik fisik ataupun non fisik yang
10
10
saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk
mencapai satu tujuam yaitu mengolah data menjadi informasi yang berguna.
Dimas, (2013) sistem informasi merupakan suatu sistem yang menyediakan
informasi untuk manajemen dalam pengambilan keputusan serta untuk
menjalankan operasional perusahaan, dimana sistem tersebut merupakan
kombinasi dari orang-orang, teknologi informasi dan prosedur-prosedur yang
terorganisasi. Biasanya suatu perusahaan atau badan usaha menyediakan semacam
informasi yang erguna bagi manajemen.
Menurut Ali, (2017) secara garis besar, sistem informasi berarti seuah sistem
yang dilakukan dalam menyediakan informasi ketika hendak mengambil
keputusan untuk manajemen dalam rangka menjalankan operasional dan prosedur
yang terorganisir. Sistem informasi juga bertujuan untuk menjaga tercapainya
pesan atau informasi dari seseorang atau kelompok kepada pihak lain.
2. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Sarosa, (2009) sistem informasi akuntansi didapat dari tiga kata yaitu, sistem,
informasi, dan akuntansi. Sistem adalah sekumpulan komponen yang saling
berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kata kuncinya
adalah sekumpulan komponen atau subsistem penyusun suatu sistem berinteraksi
dan berkerja sama satu dengan lainnya. Suatu sistem juga memiliki tujuan yang
menjadi dasar kerja sistem tersebut.
Informasi adalah data yang sudah mengalami pemrosesan sedemikian rupa
sehingga dapat digunakan oleh penggunanya dalam pengambilan atau membuat
11
11
keputusan. Setiap pembuatan keputusan yang rasional membutuhkan inrimasi
sehingga memperoleh hasil yang optimal pada saat keutusan tersebut dibuat.
Akuntansi didefinisikan sebagai proses mengidentifikasi, mencatat, dan
mengkomunikasikan peristiwa ekonomis suatu organisasi pada pihak yang
membutuhkannya. Dalam prakteknya, akuntansi menyediakan dua macam laporan
bagi pihak eksternal dan internal. Untuk pihak eksternal, informasi yang
dihasilkan biasanya berupa laporan keuangan yang terdiri dari neraca, rugi laba,
dan perubahan arus kas. Pihak eksternal menggunakan laporan keuangan tersebut
dipergunakan untuk membuat keputusan investasi, perpajakan, pemberian kredit,
dan lain-lain. Untuk pihak internal, laporan yang dihasilkan oleh akuntansi
dipergunakan untuk kepentingan pengelolaan organisasi.
Dengan melihat ketiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem
informasi akuntansi adalah sistem yang mengumpulkan, memcatat, menyimpan,
dan memproses data sehingga menghasilkan informasi yang berguna dalam
membuat keputusan. Sistem informasi akuntansi dapat berupa kertas dan alat tulis
(manual) ataupun komputerisasi penuh (serba otomatis) atau kondisidiantara
keduanya (gabungan manual dan komputerisasi). Teknologi hanya alat untuk
menyusun, memelihara, ataupun menyempurnakan sistem.
Menurut Widjajanto (2001) sistem informasi akuntansi adalah susunan
formulir, catatan, peralatan termasuk komputer dan perlengkapannya serta alat
komunikasi, tenaga pelaksananya dan laporan yang terkoordinasi secara erat yang
didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjdai informasi yang
12
12
dibutuhkan manajemen dan bertujuan untuk menjaga integritas informasi
akuntansi, melindungi aktiva perusahaan terhadap kecurangan, pemborosan, dan
pencurian yang dilakukan oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.
Selain itu pengendalian internal juga dapat memudahkan pelacakan kesalahan
baik yang disengaja maupun tidak, sehingga memudahkan dalam prosedur audit.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001) sistem informasi akuntansi adalah
organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk
menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna
memudahkan pengelolaan perusahaan.
3. Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal merupakan bagian yang sangat penting agar
tujuan suatu perusahaan dapat tercapai. Sistem pengendalian internal memberikan
dampak yang positif terhadap perusahaan, sebaliknya jika perusahaan tanpa
sistem pengendalian internal, maka tujuan dari perusahaan tersebut tidak dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Semakin besar suatu perusahaan semakin
penting pula arti dari sistem pengendalian internal dalam suatu perusahaan
tersebut.
Menurut AICPA (American Institute Of Certified Public Accountans)
suatu sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, semua metode-
metode dan ketentuan-ketentuan yang yang terorganisasi yang dianut dalam
perusahaan tersebut guna melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian dan
bagaimana data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi serta
mendorong ditaatinya kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
13
13
Sedangkan Horngren dkk., (2007) mendefinisikan sistem pengendalian
internalsebagai rencana organisasional dan semua tindakan terkait yang dirancang
untukmengamankan aktiva, mendorong karyawan untuk mengikuti kebijakan
perusahaan,meningkatkan efisiensi operasi, dan memastikan catatan akuntansi
yang akurat dandapat diandalkan.
Sistem pengendalian internal juga mempunyai pengertian dalam arti
sempit dan luas.Sistem pengendalian internal dalam arti sempit sama dengan
istilah internal check, yaituprosedur-prosedur mekanis untuk memeriksa ketelitian
data-data administrasimisalnya mencocokkan penjumlahan horizontal dengan
penjumlahan vertikal.Sedangkan dalam arti luas, sistem pengendalian internal
dipandang sebagai sistemsosial yang mempunyai makna atau wawasan khusus
dalam organisasi perusahaan.Sistem tersebut terdiri dari kebijakan, teknik,
prosedur, alat-alat fisik, dokumentasi,dan orang-orang yang berinteraksi satu sama
lain.
Menurut Messier, (2006) pengendalian internal adalah suatu proses yang
didesain oleh atau dibawah pengawasan dari eksekutif utama perusahaan dan
pejabat keuangan utama atau orang yang melakukan fungsi yang samadan
dipengaruhi oleh dewan komisaris perusahaan, manajemen, dan personel lain
untuk memberikan keyakinan memadai mengenai keandalan pelaporan keuangan
dan pembuatan laporan keuangan untuk tujuan eksternal sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
14
14
Sistem pengendalian internal adalah suatu sistem usaha atau sistem sosial
yang dilakukan perusahaan yang terdiri dari struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran untuk menjaga dan mengarahkan jalan perusahaan agar bergerak
sesuai dengan tujuan dan program perusahaan dan mendorong efisiensi serta
dipatuhinya kebijakan manajemen.
Mulyadi, (2016) sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi,
metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga aset organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Defisini sistem pengendalian
internal tersebut menekankan tujuan yang hendak dicapai, dan bukan pada unsur-
unsur yang membentuk sistem tersebut. Dengan demikian, pengertian
pengendalian internal tersebut di atas berlaku baik dalam perusahaan yang
mengolah informasinya secara manual, dengan mesin pembukuan, maupun
komputer.
Sistem pengendalian internal yang efektif dapat memberikan informasi yang
akurat bagi manajer maupun dewan direksi untuk mengambil keputusan maupun
kebijakan yang tepat untuk pencapaian tujuan perusahaan yang lebih efektif.
Sistem pengendalian internal juga berfungsi sebagai pengatur sumberdaya yang
telah ada untuk dapat difungsikan secara maksimal untuk memperoleh
pengembalian yang maksimal pula.
Sistem pengendalian internal merupakan suatu cara untuk mengarahkan,
mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting
untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber
15
15
daya organisasi baik yang berwujud (seperti mesin dan bangunan) maupun tidak
berwujud (seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang).
Menurut Mulyadi (2016), sistem pengendalian internal meliputi struktur
organisasi, metode, ukuran-ukuran yang dikoordinasikanuntuk menjaga aset
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong
efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Definisi sistem
pengendalian internal tersebut menekankan pada tujuan yang ingin dicapai, dan
bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut. Dengan demikian,
definisi pengendalian tersebut berlaku untuk semua perusahaan, baik perusahaan
yang yang mengolah informasinya secara manual, dengan mesin pembukuan,
maupun dengan komputer. Berdasarkan pendapat tersebut, maka tujuan sistem
pengendalian internal adalah :
1. Menjaga kekayaan organisasi.
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
3. Mendorong efisiensi.
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Sistem pengendalian internal tersebut dapat dibagi menjadi pengendalian
internal akuntansi dan pengendalian administratif.
1. Pengendalian internal akuntansi
Pengendalian ini meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga aset
perusahaan dan mengecek ketelitian dan keandalan data kauntansi.
16
16
Pengendalian internal yang baik akan menjamin keamanan aset
investor dan kreditur yang ditananmkan dalam perusahaan dan akan
menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
2. Pengendalian internal administratif
Pengendalian ini meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong
efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.
Adapun rincian tujuan pengendalian internal akuntansi adalah sebagai berikut :
1. Menjaga aset perusahaan
a. Penggunaan aset perusahaan hanya melalui sistem otorisasi
yang telah ditetapkan.
1) Pembatasan akses langsung terhadap aset.
2) Pembatasan akses tidak langsung terhadap aset.
b. Pertanggungjawaban aset perusahaan yang dicatat dibandingkan
dengan aset sesungguhnya.
1) Pembandingan secara periodic antara catatan akuntansi
dengan aset yang sesungguhnya ada.
2) Rekonsiliasi antara catatan akuntansi yang diselenggarakan.
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
a. Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah
ditetapkan.
1) Pemberian otorisasi oleh pejabat yang berwewenang.
17
17
2) Pelaksanaan transaksi sesuai dengan otorisasi yang
diberikan oleh pejabat yang berwewenang.
b. Pencatatan transaksi yang terjadi dalam catatan akuntansi.
1) Pencatatan semua transaksi yang terjadi.
2) Transaksi yang dicatat adalah benar-benar terjadi.
3) Transaksi dicatat dalam jumlah yang benar.
4) Transaksi dicatat dalam periode akuntansi yang seharusnya.
5) Transaksi dicatat dengan penggolongan yang seharusnya.
6) Transaksi dicatat dan diringkas dengan teliti.
4. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Internal
Unsur-unsur sistem pengendalian internal menurut COSO (The Committee
of Sponsoring Organization of the Treadway Commission) yang memperkenalkan
kerangka pengendalian yang terdiri dari 5 unsur sebagai berikut:
a. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian melingkupi sikap para manajemen dan
karyawan terhadap pentingnya pengendalian internal organisasi.
b. Penilaian risiko
Semua organisasi menghadapi risiko, yaitu dalam kondisi apapun yang
namanya risiko pasti ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang
berkaitan dengan bisnis maupun non bisnis.
18
18
c. Prosedur pengendalian
Prosedur pengendalian ditetapkan untuk standarisasi proses kerja,
sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau
mendeteksi keterbatasan serta kesalahan.
d. Pemantauan
Pemantauan terhadap sistem pengendalian internal akan menemukan
kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian
internal dapat di monitor secara efektif melalui penilaian khusus atau
sejalan dengan manajemen.
e. Informasi dan komunikasi
Informasi dan komunikasi merupakan unsur-unsur yang penting dari
pengendalian internal perusahaan. Informasi tentang lingkungan
pengendalian, penilaian risiko, prosedur pengendalian, dan pemantauan
diperlukan oleh manajemen, untuk pedoman operasi dan menjamin
ketaatan dengan pelaporan hukum serta peraturan-peraturan yang berlaku
pada perusahaan.
Sedangkan menurut Mulyadi (2016), unsur pokok pengendalian internal ada 4
yaitu :
a. Sturktur Organisasi yang Memisahkan Tanggung Jawab Fungsional secara
Tegas
Struktur organisasi merupakan rerangka (framework) pembagian tanggung
jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan kegiatan-kegitan pokok perusahaan.Pembagian tanggung
19
19
jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip
berikut ini:
1) Harus dipisahkannya fungsi –fungsi operasi dan penyimpanan dari
fungsi akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang
untuk melaksakan suatu kegiatan (misalnya pembelian).
2) Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan semua tahap suatu transaksi.
b. Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang Memberikan
Perlindungan yang Cukup terhadap Aset, Utang Pendapatan, dan Beban
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari
pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi
tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuta sistem yang
mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap
transaksi.
c. Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Setiap Unit
Organisasi
Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur
pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika
tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam
pelaksanaannya.Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh
perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah:
1) Penggunaan formulir bernomer urut tercetak yang pemakaianya harus
dipertanggung jawabkan oleh yang berwenang.
20
20
2) Pemeriksaan mendadak dengan jadwal tidak teratur.
3) Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh
satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang
atau unit organisasi lain.
4) Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin yang akan menghindari
persekongkolan para pejaat dalam melaksanakannya.
5) Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.
6) Secara periodik diadakanya pencocokan fisik kekayaan dengan
catatanya untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan
keandalan catatan akuntansi.
7) Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas
unsur-unsur sistem pengendalian internal yang lain.
d. Karyawan yang Mutunya Sesuai dengan Tanggung Jawabnya
Sebaik apapun struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur
pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktik
yang sehat, semuanya bergantung kepada manusia yang melaksanakan.
Untuk mendapat karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya, berbagai
cara berikut ditempuh oleh perusahaan :
1) Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh
pekerjaannya.
2) Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan
perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.
21
21
Dari beberapa unsur diatas, unsur mutu karyawan merupakan unsur sistem
pengendalian internal yang paling penting diantara lainnya.
5. Tujuan Sistem Pengendalian Interal
Pengendalian internal mempunyai tujuan untuk mendapatkan data tepat dan
dapat dipercaya, melindungi harta atau aktiva perusahaan atau lembaga, dan
meningkatkan efektivitas dari seluruh anggota perusahaan atau lembaga sehingga
perusahaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Pengendalian internal disusun berdasarkan tujuan untuk memberikan
keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Manajemen merancang
sistem pengendalian internal yang efektif dengan empat tujuan pokok berikut ini
menurut Mulyadi, (2016):
a. Menjaga harta kekayaan perusahaan
Bila sistem pengendalian internal berjalan dengan baik maka akan dapat
mengantisipasi teriadinya kecurangan, pemborosan, ketidakefisienan, dan
penyalahgunaan terhadap aktiva perusahaan.
b. Mengecek keakuratan data akuntansi
Keandalan data/informasi akuntansi digunakan oleh manajemen dalam
pengambilan keputusan untuk meningkatkan ketelitian dan dapat
dipercayanya data akuntansi.
22
22
c. Mendorong efisiensi
Kebijakan perusahaan mampu memberikan manfaat tertentu dengan
memantau setiap pengorbanan yang telah dikeluarkan guna mendapatkan
hasil yang sebaik-baiknya.
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Untuk mencapai tujuan perusahaan maka kebijakan, prosedur, sistem
pengendalian internal yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang
memadai bahwa kebijakan, prosedur yang ditetapkan perusahaan akan
dipatuhi oleh seluruh karyawan.
6. Pihak yang Bertanggung Jawab
Menurut (Mulyadi : Auditing, 2014) menyatakan bahwa pihak-pihak yang
bertanggung jawab atas pengendalian internal yaitu sebagai berikut:
a. Manajemen
Manajemen memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan dan
menyelenggarakan secara efektif pengendalian internal organisasinya.
b. Dewan komisaris dan komite audit
Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk menentukan apakah
manajemen telah memenuhi tanggung jawab mereka dalam
mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian internal.
c. Auditor intern
Bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengevaluasi memadai atau
tidaknya pengendalian internal entitas dan membuat rekomendasi
peningkatannya.
23
23
d. Personel lain entitas
Peran dan tanggung jawab semua personel lain yang menyediakan
informasi atau menggunakan informasi yang dihasilkan oleh pengendalian
internal harus ditetapkan dan dikomunikasikan dengan baik.
e. Auditor independen
Sebagai bagian dari prosedur auditnya terhadap laporan keuangan, auditor
dapat menemukan kelemahan pengendalian internal kliennya, sehingga ia
dapat mengkomunikasikan temuan auditnya tersebut kepada manajemen,
komite audit atau dewan komisaris.
f. Pihak luar lain
Pihak luar lain yang bertanggung jawab atas pengendalian internal entitas
adalah badan pengatur, seperti Bank Indonesia dan Bapepam.
7. Pengertian Kas
Setiap perusahaan pasti memerlukan kas untuk membiayai operasional sehari-
hari, entah kas dari hasil utang usaha ataupun modal usaha. Menurut Baridwan,
(2002) kas merupakan salah satu alat pertukaran dan juga digunakan sebagai
ukuran dalam akuntansi. Dalam neraca, kas merupakan aktiva yang paling lancar
diantara aktiva lainnya, dalam arti paling sering berubah. Hampir disetiap
transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas. Daya beli uang bisa
berubah-ubah mungkin naik atau turun tetapi penurunan daya beli ini tidak akan
mengakibatkan penilaian kembali terhadap kas.
Sedangkan menurut Soemarso, (1999) kas adalah segala sesuatu (baik yang
berbentuk uang atau bukan) yang dapattersedia dengan segera dan diterima
24
24
sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilainominalnya. Termasuk sebagai kas
adalah rekening giro di bank dan uang kasyang ada di perusahaan. Diterima pada
nilai nominal sewaktu diuangkanmerupakan petunjuk unutk menentukan apakah
suatu surat berharga dianggap sebagai kas.
Kieso., dkk (2008) kas, yaitu aktiva paling likuid, merupakan media
pertukaran standar dan dasar pengukuran serta akuntansi untuk semua pos-pos
lainnya. Pada umumnya kas diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Kas terdiri dari
uang logam, uang kertas, dan dana yang tersedia pada deposito bank. Instrumen
yang dapat dinegosiasikan seperti pos wesel (money order), cek yang disahkan
(certified check), cek kasir (cashier check), cek pribadi, dan wesel bank (bank
draft) juga dipandang sebagai kas.
Kas didalam pengertian akuntansi didefinisikan sebagai alat pertukaran yang
dapat diterima untuk pelunasan hutang dan dapat diterima sebagai suatu setoran
kebank dengan jumlah sebesar nilai nominalnya, juga simpanan dalam bank atau
tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu.
Dari beberapa pengertian dari referensi diatas dapat disimpulkan bahwa kas
merupakan alat pertukaran yang dapat dipersamakan dengan uang yang ada di
perusahaan ataupun yang ada di bank dan dapat diambil sewaktu-waktu. Kas juga
tidak dapat dibuktikan kepemilikannya karena sangat mudah diselewengkan,
sehingga mudah untuk diselewengkan. Oleh karena itu, perlu adanya pengawasan
terhadap kas dengan penerapan sistem pengendalian internal yang baik.
25
25
8. Pengertian Sistem Pengendalian Internal atas Penerimaan Kas
Sistem pengendalian internal merupakan rangkaian dan kebijakan dan
prosedur yang dirancang untuk melindungi aktiva, memastikan ketaatan dengan
hukum dan kebijaksanaan perusahaan, menyediakan catatan akuntansi yang tepat,
mengevaluasi kinerja.
Arus kas masuk dapat berasal dari beberapa sumber, prosedurpengendalian
kas berbeda antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lain. Prosedur berikut
diterapkan dihampir semua situasi:
a. Pemisahan tanggungjawab untuk menangani kas, mencatat transaksi kas,
dan merekonsiliasi saldo kas. Pemisahan ini mengurangi kemungkinan
pencurian danpenggelapan melalui pencatatan palsu.
b. Memberikan tanggungjawab penanganan dan pencatatan kas kepada orang
yangberlainan untuk memastikan arus kas masuk dapat disetorkan tanpa
terhambat.Pengendalian ini membutuhkan perhitungan, pencatatan, dan
penabungan yangsegera dari kas yang diterima.
c. Melakukan pengawasan yang ketat atas semua fungsi penanganan dan
pencatatankas. Pengendalian ini membutuhkan perhitungan kas rutin dan
mendadak, auditinternal, serta pelaporan harian atas penerimaan,
pembayaran, dan saldo kas.
Kas adalah pos dari aktiva lancar yang paling aktif. Hampir semua
pembeliandan penjualan menyangkut kas. Suatu test yang ada mudah untuk
menentukan klasifikasi kas adalah disetujuinya atau tidak alat pembayaran
tersebut dihargai sesuai dengan nilai nominalnya.Karena sifatnya yang sangat
26
26
mudah dipindahtangankan dan tidak dapatdibuktikan pemiliknya, maka kas
mudah digelapkan. Oleh karena itu perlu diadakanpengawasan yang ketat
terhadap kas. Pada umumnya suatu sistem pengawasan internterhadap kas akan
memisahkan fungsi-fungsi penyimpanan, pelaksana, danpencatatan. Tanpa adanya
pemisahan fungsi seperti diatas, akan mudahmenggelapkan uang kas (Baridwan,
2004)
Menurut Niswonger dkk., (1999) terdapat dua prosedur dalam
pengendaliankas :
a. Perusahaan mengendalikan kas mulai dari diterimanya hingga disetorkan
ke bank,prosedur ini di sebut pengendalian preventif (preventive control).
b. Perusahaan merancang pengendalian untuk mendeteksi pencurian
ataupenyalahgunaan kas, pengendalian ini disebut pengendalian detektif
(detectivecontrol).
Dalam pengertian tertentu, pengendalian detektif juga bersifat
preventif(mencegah) karena para karyawan akan berupaya pencurian atau
penyalahgunaanbila mereka mengetahui bahwa hal semacam itu kemungkinan
besar akan terungkap.Pengendalian terhadap kas perusahaan, biasanya minimal
mengisyaratkanpemisahan antara fungsi pengelolaan dan fungsi pencatatan kas.
Pengelolaan kasdapat dianggap sebagai suatu fungsi keuangan dasar dalam
perusahaan. Fungsitersebut biasanya diarahkan oleh seorang pejabat keuangan
dan bagian keuangan ituharus dapat menyediakan berbagai jenis informasi dasar
untuk dipergunakan dalamperencanaan dan pengendalian uang kas.Cara yang
27
27
digunakan untuk megawasi penerimaan kas dalam suatu perusahaan dapat
berbeda-beda antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya.
Jusup & Haryono (2001) namun ada beberapa prinsip pengawasan internal
terhadappenerimaan kas yang dapat dijadikan pedoman :
a. Petugas yang menangani urusan kas tidak boleh merangkap sebagai
pelaksanapembukuan atau pencatatan atas penerimaan kas tersebut,
sebaliknya petugasyang mengurusi pembukuan tidak boleh mngurusi kas.
b. Setiap kali penerimaan kas harus segera dicatat. Perusahaan harus
mencatat formulir-formulir secara cermat sesuai dengan kebutuhan, dan
menggunakannyadengan benar.
c. Penerimaan kas setiap hari harus disetorkan seluruhnya ke bank. Hal
inidilakukan agar petugas yang menangani kas tidak mempunyai
kesempatan untukmenggunakan kas perusahaan untuk kepentingan
pribadi.
d. Apabila memungkinkan, sebaiknya diadakan pemisahan antara fungsi
penerimaankas dan fungsi pengeluaran kas.