bab ii kajian pustaka a. perkembangan sosial emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/bab ii.pdf ·...

33
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini 1. Perkembangan Anak Usia Dini Montessori (dalam Syaodih, 2005: 11) memandang bahwa anak merupakan suatu kutub tersendiri dari dunia kehidupan manusia. Kehidupan anak dan orang dewasa dipandang sebagai dua kutub yang saling berpengaruh satu sama lain. kualitas pengalaman kehidupan anak akan mempengaruhi pola perilaku dan kehidupannya di masa dewasa. Sebaliknya, pola kehidupan dan perlakuan orang dewasa terhadap anak akan mempengaruhi pola perkembangan yang dialami anak. Yusuf LN (2007: 15-16) mengemukakan bahwa Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati” (The progressive and continous change in the organism from birth to death). Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan- perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmani) maupun psikis (jasmaniah). 5 Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Upload: nguyenhanh

Post on 10-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

1. Perkembangan Anak Usia Dini

Montessori (dalam Syaodih, 2005: 11) memandang bahwa anak

merupakan suatu kutub tersendiri dari dunia kehidupan manusia.

Kehidupan anak dan orang dewasa dipandang sebagai dua kutub yang

saling berpengaruh satu sama lain. kualitas pengalaman kehidupan

anak akan mempengaruhi pola perilaku dan kehidupannya di masa

dewasa. Sebaliknya, pola kehidupan dan perlakuan orang dewasa

terhadap anak akan mempengaruhi pola perkembangan yang dialami

anak.

Yusuf LN (2007: 15-16) mengemukakan bahwa Perkembangan

dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu

(berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati”

(The progressive and continous change in the organism from birth to

death). Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan-

perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat

kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara

sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik

(jasmani) maupun psikis (jasmaniah).

5

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

Menurut F.J. Monks (dalam Desmita, 2009: 4) pengertian

perkembangan menunjuk pada “suatu proses ke arah yang lebih

sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan

menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar

kembali.” Perkembangan juga dapat diartikan sebagai “proses yang

kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat

integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pemasakan, dan

belajar.”

Anak usia dini merupakan usia yang memiliki rentang waktu

sejak anak lahir hingga usia 6 tahun, dimana dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut.

Menurut para ahli psikologi (dalam Mutia, 2010: 2), usia dini

(0-8 tahun) sangat menentukan bagi anak dalam mengembangkan

potensinya. Usia ini sering disebut “usia emas” (the golden age) yang

hanya datang sekali dan tidak dapat diulangi lagi, yang sangat

menentukan untuk pengembangan kualitas manusia.

Menurut Mutiah (2010: 6) anak usia dini merupakan kelompok

anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang

bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan

fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir,

daya cipta), sosial emosional, bahasa, dan komunikasi. Karena

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya maka

anak usia dini dibagi dalam empat tahapan perkembangan (Jurnal

PAUD), yaitu:

a. Masa bayi, usia lahir 0 – 12 bulan

b. Masa toddler (batita) usia 1 – 3 tahun

c. Masa early childhood / prasekolah, usia 3 – 6 tahun

d. Masa kelas awal SD, usia 6 – 8 tahun.

Pada anak usia dini terdapat lima aspek perkembangan yaitu

perkembangan Moral dan Agama, perkembangan Fisik Motorik,

perkembangan Kognitif, perkembangan Bahasa, dan perkembangan

Sosial Emosional yang satu sama lainnya saling mempengaruhi.

Terdapat hubungan yang positif di antara aspek tersebut. Apabila

seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan

seperti sering sakit-sakitan, maka akan berpangaruh dalam

perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang

berkembang dan mengalami kelabilan emosional.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

perkembangan anak usia dini merupakan proses perubahan yang

terjadi mulai dari anak pertama dilahirkan sampai usia 8 tahun.

Dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-

aspek perkembangan seperti gerakan, perasaan, berpikir, dan

berinteraksi dalam lingkungan hidupnya. Perkembangan anak perlu

didukung oleh keluarga dan lingkungannya agar anak dapat berjalan

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

secara optimal, dengan harapan suatu saat nanti ia menjadi manusia

yang berguna baik bagi dirinya, keluarga, bangsa dan negara.

2. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

a. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Menurut Yusuf LN, (2007: 122) perkembangan sosial

merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat

juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri

terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan

diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi serta bekerja

sama.

Muhibin (dalam Nugraha dan Rachmawati, 2008: 1.18)

mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses

pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi

dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya. Adapun Hurlock

(1978: 250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial merupakan

perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan

sosial.

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses

perlakuan atau bimbingan orangtua terhadap anak-anak dalam

mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma

kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh

kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut

dalam kehidupan sehari-hari.

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

Menurut English and English (dalam Yusuf LN, 2007: 114-

115) emosi adalah “A complex feeling state accompanied by

characteristic motor and glandular activies” (suatu keadaan

perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan

lelenjar dan motoris). Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono

berpendapat bahwa emosi merupakan “setiap keadaan pada diri

seseorang yang disertai warna efektif baik pada tingkat lemah

(dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam).

World Book Dictionary (dalam Nugraha dan Rachmawati,

2008: 1.3) emosi didefinisikan sebagai “berbagai perasaan yang

kuat”. Goleman (1995: 411) menyatakan bahwa emosi merujuk

pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan

biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk

bertindak.

Syamsuddin (dalam Nugraha dan Rachmawati, 2008: 1.4)

mengemukakan bahwa “emosi merupakan suatu suasana yang

komlpeks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (stid up state)

yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu

perilaku”.

Disini Nampak bahwa emosi memainkan peran yang

sedemikian penting dalam kehidupan umat manusia. Untuk itu,

penting diketahui bagaimana perkembangan dan pengaruh emosi

terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. Menurut Hurlock (dalam

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

Saputra, 2005: 141) bahwa, “Sukar memang untuk mempelajari

emosi pada anak-anak karena informasi tentang aspek emosi yang

subyektif hanya dapat diperoleh dengan cara introspeksi. Bagi

anak-anak, melakukan introspeksi bukan perbuatan yang mudah.

Karena melakukan introspeksi dengan baik umumnya belum dapat

dilakukan”. Bahkan sulit mempelajari reaksi emosi melalui

pengamatan terhadap ekspresi yang jelas tampak, terutama ekspresi

wajah dan tindakan yang berkaitan dengan berbagai emosi, karena

anak berupaya menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial.

Perkembangan sosial emosional berperan penting dalam

kehidupan anak, selain itu berpengaruh pada dimensi dan aspek

perkembangan lainnya. Perkembangan sosial emosional anak perlu

dikembangkan sejak dini, karena jika perkembangan sosial

emosional anak terhambat maka anak akan mengalami kesulitan

dalam bersosialisasi dengan orang-orang di lingkungan nyata

dalam kehidupannya.

b. Tujuan Perkembangan Sosial Emosional

Nugraha dan Rachmawati (2008, 1.14) mengemukakan

bahwa fungsi dan peranan emosi pada perkembangan anak adalah

sebagai bentuk komunikasi dengan lingkungannya, sebagai bentuk

kepribadian dan penilaian anak terhadap dirinya, sebagai bentuk

tingkah laku yang dapat diterima lingkungannya, sebagai

pembentuk kebiasaan, dan sebagai upaya pengembangan diri.

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

Adapun sasaran pengembangan sosial anak menurut

Lawrence dan Hurlock (dalam Nugraha dan Rahmawati, 2008: 9.3-

9.6) difokuskan pada keterampilan-keterampilan sosial yang

diharapkan dapat dimiliki anak. Keterampilan yang dimaksud

yaitu keterampilan bercakap-cakap/ komunikasi, menumbuhkan

since of humor, menjalin persahabatan, berperan serta dalam satu

kelompok, dan memiliki tata karma.

Menurut Perkembangan sosial emosional pada anak

prasekolah menunjukkan arti Sosialisasi, yaitu proses dimana anak-

anak belajar mengenai nilai-nilai dan berbagai perilaku yang

diterima lingkungan. Hal ini berarti menjadikan anak seorang yang

kompeten dan memiliki kepercayaan diri.

Menurut Maslihah (2008: 2) Tujuan dari perkembangan

sosial emosional antara lain :

1. Memperoleh pandangan tentang dirinya sendiri.

2. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.

3. Berperilaku prososial dengan menunjukkan empati, bekerja

sama dan menyesuaikan diri dengan orang lain.

c. Tahap-tahap Perkembangan Sosial Emosional

Hurlock (1978: 261) perkembangan sosial pada masa

kanak-kanak awal dimulai dari umur 2 sampai 6 tahun, anak belajar

melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di luar

lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam

kegiatan bermain. Studi lanjut tentang kelompok anak melaporkan

bahwa sikap dan perilaku sosial yang terbentuk pada usia dini

biasanya menetap dan hanya mengalami perubahan sedikit.

Lebih lanjut menurut Hurlock (1978: 262) Sejak umur 3

atau 4 tahun, anak-anak mulai bermain bersama dalam kelompok,

berbicara satu sama lain pada saat bermain dan mulai menentukan

siapa yang akan dipilih untuk bermain bersama. Perilaku yang

paling umum dari kelompok ini ialah mengamati satu sama lain,

melakukan percakapan, dan memberikan saran lisan.

Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak akhir, yaitu

setelah anak memasuki sekolah dan melakukan hubungan yang

lebih banyak dengan anak lain dibandingkan dengan ketika masa

prasekolah. Disini, minat anak pada kegiatan keluarga berkurang.

Kemampuan secara emosional sudah ada pada bayi yang

baru lahir. Gejala pertama perilaku emosional ialah keterangsangan

umum terhadap stimulasi yang kuat. Dengan bertambahnya umur,

maka reaksi yang berwujud bahasa meningkat, sedangkan reaksi

gerak otot berkurang. Reaksi ledakan marah (temper tantrums)

mencapai puncaknya pada usia 2 dan 4 tahun, diganti dengan pola

ekspresi kemarahan yang lebih matang, seperti cemberut dan sikap

bengal (Hurlock, 1978: 212).

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

Adapun tahap Perkembangan Psikososial menurut Erikson

(dalam Patmonodewo, 2003: 21-23) mengenai perkembangan

kepribadian seseorang berdasarkan prinsip epigenesis yang berarti

munculnya sesuatu yang baru dan yang terjadi secara kualitatif,

tidak berkesinambungan, yaitu :

1. Trust versus Mistrust (sejak lahir–1 tahun). Sikap dasar yang

dipelajari oleh bayi, bahwa mereka dapat mempercayai

lingkungannya. Timbulnya trust (percaya) dibantu oleh adanya

pengalaman yang terus menerus, berkesinambungan, adanya

pengalaman yang ada kesamaannya dengan „trust’ dalam

pemenuhan kebutuhan dasar bayi oleh orang tuanya. Apabila

anak terpenuhi kebutuhan dasarnya dan apabila orang tuanya

memberikan kasih sayang dengan tulus, anak akan berpendapat

bahwa dunianya (lingkungannya) dapat dipercaya atau

diandalkan. Sebaliknya apabila pengasuhan yang diberikan

orang tua kepada anaknya tidak memberikan/memenuhi

kebutuhan dasar yang diperlukan anak, tidak konsisten atau

sifatnya negatif, anak akan cemas dan mencurigai

lingkungannya.

2. Autonomy versus Shame and Doubt (kurang lebih antara 2-3

tahun). Segera setelah anak belajar „trust’ (atau „mistrust’)

terhadap orang tuanya, anak akan mencapai suatu derajat

kemandirian tertentu. Apabila „toddler’ (1,6-3tahun) mendapat

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

kesempatan dan memperoleh dorongan untuk melakukan yang

diinginkan dan sesuai dengan tempo dan caranya sendiri, tetapi

dengan supervisi orang tua dan guru yang bijaksana, maka

anak akan mengembangkan kesadaran autonomy. Tetapi

apabila orang tua dan guru tidak sabar dan terlalu banyak

melarang anak yang berusia 2-3 tahun, maka akan

menimbulkan sikap ragu-ragu terhadap lingkungnnya.

Sebaiknya orang tua menghindari sikap memnbuat malu anak

apabila anak melakukan tingkah laku yang tidak disetujui

orang tua. Karena rasa malu biasanya akan menimbulkan

perasaan ragu terhadap kemampuan diri sendiri.

3. Inisiative versus Guilt (lebih kurang antara 4-5 t ahun).

Kemampuan untuk melakukan partisipasi dalam berbagai

kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu

tindakan yang akan dilakukan. Tetapi tidak semua keinginan

anak akan disetujui orang tua atau gurunya. Rasa percaya dan

kebebasan yang baru saja diterimanya, tetapi kemudian timbul

keinginan menarik rencananya/kemauannya, maka timbul

perasaan bersalah.

Apabila anak usia 4-5 tahun diberi kebebasan untuk

menjelajahi dan bereksperimen dalam lingkungannya, dan

apabila orang tua dan guru memberikan waktu untuk

menjawab pertanyaan anak, maka anak cenderung akan lebih

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

banyak mempunyai inisiatif dalam menghadapi masalah yang

ada disekitarnya. Sebaliknya apabila anak selalu dihalangi

keinginannya, dianggap pertanyaan atau apa saja yang

dilakukan tidak ada artinya, maka anak akan selalu merasa

bersalah.

4. Industry versus Inferiority (lebih kurang 6-11 tahun)

Dimensi polaritasnya adalah memperoleh perasaan gairah dan

di pihak lain mengatasi perasaan rendah diri. Dalam hubungan

sosial yang lebih luas, anak menyadari kebutuhan untuk

mendapat tempat dalam kelompok seumurnya. Anak harus

berjuang untuk mencapai hal tersebut. Bila dalam

kenyataannya ia masih dianggap sebagai anak yang lebih kecil

di mata orang tua maupun gurunya, maka akan berkembang

perasaan rendah diri, tidak akan pernah menyukai belajar atau

melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual. Yang lebih

parah, anak tidak akan percaya bahwa ia akan mampu

mengatasi masalah yang dihadapinya.

d. Metode Bermain dalam Perkembangan Sosial Emosional Anak

Metode dalam mengembangkan perkembangan Sosial

Emosional anak ada bermacam-macam, namun dalam penelitian ini

peneliti menggunakan metode bermain dengan menerapkan

permainan petak umpet yang divariasi agar lebih beragam. Gordon

& Browne (dalam moeslichatoen, 1999: 24) menurut pendidik dan

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

ahli psikologi, bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak

dan cermin pertumbuhan anak. Melalui bermain, anak memperoleh

pembatasan dan memahami kehidupan. Bermain merupakan

kegiatan yang memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk

kegiatan itu sendiri, yang lebih ditekankan pada caranya daripada

hasil yang diperoleh dari kegiatan itu (Dworetsky, 1990: 395).

Kegiatan bermain dilaksanakan tidak serius dan fleksibel.

Menurut Dearden (dalam Isjoni, 2011: 87) bermain merupakan

kegiatan yang nonserius dan segalanya ada dalam kegiatan itu

sendiri yang dapat memberikan kepuasan bagi anak.

Penulis memilih metode bermain pada penelitian ini,

dengan harapan dapat mengembangkan perkembangan sosial

emosional melalui permainan petak umpet. Pada permainan petak

umpet ini, anak-anak praktek langsung sehingga dapat

mengembangkan kemampuan sosialnya seperti membina hubungan

dengan anak lain (contohnya berkomunikasi, berinteraksi dan

bekerjasama), menyesuaikan dengan teman sebaya, mau mematuhi

aturan yang dibuat bersama, dapat memahami tingkah lakunya

sendiri, dan paham bahwa setiap perbuatan ada konsekuensinya.

Dalam permainan petak umpet, ketika anak yang kurang berhati-

hati saat bersembunyi dan ditemukan pertama kali oleh Si Kucing,

maka konsekuensi yang didapat yaitu pada permainan selanjutnya

anak tersebut berubah statusnya menjadi Kucing.

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Sosial

Emosional Anak Usia Dini

Mengacu pada Setiawan (dalam Nugraha dan Rachmawati,

2008: 4.5-4.15), terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi

perkembangan emosi anak prasekolah atau TK, bahkan hingga

mampu menimbulkan gangguan yang mencemaskan para pendidik

dan orang tua. Adapun faktor-faktor tersebut meliputi keadaan di

dalam diri individu, konflik-konflik dalam proses perkembangan,

dan sebab-sebab yang bersumber dari lingkungan.

Keadaan di dalam diri individu seperti usia, keadaaan fisik,

inteligensi, peran seks (Hurlock, 1980) dapat mempengaruhi

perkembangan emosi individu. Hal yang cukup menonjol terutama

berupa cacat tubuh atau apapun yang dianggap oleh diri anak

sebagai sesuatu kekurangan pada dirinya dan akan sangat

mempengaruhi perkembangan emosinya. Kadang-kadang juga

berdampak lebih jauh pada kepribadian anak. Dalam kondisi ini

perilaku-perilaku yang biasanya muncul adalah mudah tersinggung,

merasa rendah diri atau menarik diri dari lingkungannya, dan lain-

lain.

Di dalam menjalani fase-fase perkembangan, tiap anak

harus melalui beberapa macam konflik yang pada umumnya dapat

dilalui dengan sukses, tetapi ada juga anak yang mengalami

gangguan atau hambatan dalam menghadapi konflik-konflik ini.

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

Anak yang tidak dapat mengatasi konflik tersebut biasanya

mengalami gangguan-gangguan emosi.

Selain keadaan di dalam individu dan konflik dalam proses

perkembangan, faktor yang mempengaruhi kemampuan sosial

emosional anak yaitu sebab-sebab lingkungan dimana anak-anak

hidup dalam tiga macam lingkungan yang mempengaruhi

perkembangan emosi dan kepribadiannya. Apabila pengaruh dari

lingkungan ini tidak baik maka perkembangan kepribadiannya akan

terpengaruh juga. Ketiga faktor yang berpengaruh terhadap

perkembangan tersebut adalah lingkungan keluarga, lingkungan

sekitar dan lingkungan sekolah.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan

utama bagi perkembangan emosi anak-anak usia prasekolah. Di

sanalah pengalaman-pengalaman pertama didapatkan oleh anak.

Keluarga sangat berfungsi dalam menanamkan dasar-dasar

pengalaman emosi. Bahkan secara lebih khusus, keluarga dapat

menjadi emotional security pada tahap awal perkembangan.

Kondisi lingkungan di sekitar anak juga sangat berpengaruh

terhadap tingkah laku serta perkembangan emosi dan pribadi anak.

Berbagai stimulus yang bersumber dari lingkungan sekitarnya akan

dapat memicu anak dalam berekspresi.

Lingkungan sekolah pun berpengaruh pada perkembangan

emosional anak. Sekolah mempunyai tugas membantu anak-anak

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

dalam suatu kesatuan, tetapi sekolah sering juga menjadi penyebab

timbulnya gangguan emosi pada anak. Kegagalan di sekolah

sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan emosi anak. Problema

di sekolah sering ditimbulkan oleh program yang tidak

memperhatikan kemampuan anak. Lingkungan sekolah yang dapat

menimbulkan gangguan emosi yang menyebabkan terjadinya

gangguan tingkah laku pada anak, yaitu hubungan yang kurang

harmonis antara guru, anak, dan teman-temannya.

Soetarno (dalam Nugraha dan Rachmawati, 2008: 4.15)

berpendapat bahwa ada dua faktor utama yang mempengaruhi

perkembangan sosial anak, yaitu faktor lingkungan keluarga dan

faktor dari luar rumah atau luar keluarga. Kedua faktor tersebut

dilengkapi oleh Horlock (1978) dengan faktor ketiga, yaitu faktor

pengalaman awal yang diterima anak.

a. Faktor lingkungan keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam

kehidupan sosial anak. Pengalaman-pengalaman berinteraksi

sosial dalam keluarga turut menentukan tingkah lakunya

terhadap orang-orang lain dalam kehidupan sosial diluar

keluarga. Apabila interaksi sosialnya di dalam keluarga tidak

lancar atau tidak wajar maka interaksinya dengan masyarakat

juga berlangsung tidak wajar atau akan mengalami gangguan.

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

b. Faktor dari luar rumah

Jika hubungan anak dengan teman sebaya dan orang

dewasa di luar rumah menyenangkan mereka akan menikmati

hubungan sosial tersebut dan ingin mengulanginya. Sebaliknya

jika hubungan itu tidak menyenangkan atau menakutkan, anak-

anak akan menghindarinya dan kembali kepada anggota

keluarga untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka.

c. Faktor pengaruh pengalaman sosial awal

Pengalaman sosial awal sangat menentukan perilaku

kepribadian selanjutnya. Banyaknya pengalaman bahagia yang

diperoleh sebelumnya akan mendorong anak mencari

pengalaman semacam itu lagi pada perkembangan sosial

selanjutnya. Kekuatan perilaku sosial awal sebagai pola perilaku

yang cenderung menetap mampu mempengaruhi perilaku anak

pada situasi sosial selanjutnya. Oleh karena itu pengalaman

sosial awal anak harus difasilitasi dengan situasi sosial yang

positif dan dapat diterima oleh lingkungan yang luas.

B. Permainan Petak Umpet untuk Anak Usia dini

1. Pengertian Permainan bagi Anak Usia Dini

Sebelum menjelaskan tentang pengertian permainan akan

dijelaskan terlebih dahulu tentang pengertian bermain. Bermain

merupakan cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia

sekitar sehingga anak akan menemukan sesuatu dari pengalaman bermain.

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

Hurlock (dalam Hidayatullah, 2008: 4) menyatakan bahwa bermain adalah

setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya,

tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

Loy, McPherson, dan Kenyon (dalam Hidayatulloh, 2008: 4)

mendefinisikan bahwa bermain adalah berbagai aktivitas yang bersifat

bebas, berpisah, tak pasti atau berubah-ubah, secara spontan, tidak

mempertimbangkan hasil, dan diatur oleh peraturan serta membuat

kepercayaan. Sutton-Smith dalam Hurlock (1991: 320) mengemukakan

bahwa bermain bagi anak terdiri atas empat mode dasar yang membuat

kita mengetahui tentang dunia, yaitu meniru, eksplorasi, menguji dan

membangun.

Bermain membantu memenuhi kebutuhan emosional anak dan

untuk mendapatkan status di dalam kelompok serta perasaan yang

bermakna yang berkaitan dengan pribadi anak. Melalui bermain aktif, anak

belajar bergerak untuk kepentingan gerak dan juga untuk kepentingan

belajar. Pengalaman bermain yang diarahkan dapat memberikan cara-cara

efektif dengan mengembangkan berbagai kemampuan. Misalnya dalam

permainan petak umpet, ketika anak bersembunyi menyusun strategi agar

tidak ketahuan oleh kucing dan berlari secepat mungkin berusaha lebih

cepat menyentuh bon atau tempat jaga.

Selain bermain adapula yang disebut dengan permainan. Permainan

merupakan alat yang sangat baik untuk mengembangkan aspek sosial dan

moral anak, karena ada aturan-aturan tertentu yang harus diikuti semua

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

anak. Jika permainan menjadi lebih terorganisasi dan aturan dapat

diterapkan, maka anak belajar memodifikasi perilakunya untuk

menghormati yang lain dan mematuhi batas-batas sosial. Jika anak matang,

ia makin sadar mengenaia kebutuhan kerja tim.

Menurut Loy, MCpherson, dan Kenyon (dalam Hidayatulloh, 2008:

5) mengungkapkan bahwa permainan adalah berbagai bentuk kompetisi

yang hasilnya ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, dan kesempatan

yang dilakukan secara perorangan atau gabungan. Seperti halnya bermain,

permainan biasanya bersifat terstruktur dan memiliki hasil yang dapat

diprediksi. Anak bermain permainan dalam fikirannya memiliki tujuan

tertentu. Anak tidak memiliki kebebasan yang luas untuk mengikuti gerak

hati dan lebih terbatas karena perilakunya menjadi bagian untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Di dalam permainan anak meletakkan

keterbatasan-keterbatasan pada dunia bermain dan mengubah bermain

menjadi suatu pertunjukan atau kontes (contest). Batasan-batasannya

meliputi batas-batas tempat dan waktu, mengikuti aturan, dan tujuan-

tujuan yang dinyatakan dengan jelas.

Permainan dimainkan dengan membutuhkan banyak keterikatan

dan banyak energi, lebih kuat dan serius daripada bermain, dan lebih

memungkinkan memberikan penghargaan terhadap pemenuhan dan

keberhasilan. Oleh karena itu, permainan dapat didefinisikan sebagai

aktifitas yang dibatasi oleh aturan-aturan yang lengkap dan terdapat suatu

kontes di antara pemain agar supaya menghasilkan hasil yang dapat

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

diprediksi. Dengan kata lain bahwa permainan adalah kontes sukarela yang

didasari peraturan dan tujuan-tujuan yang dinyatakan dengan jelas (Morris,

dan Stiehl, 1989: 5).

Di dalam memillih permainan untuk anak harus memenuhi kriteria

tertentu. Gabbard, LeBlanc dan Lowy (dalam Hidayatulloh, 2008: 17)

mengemukakan bahwa dalam memilih permainan harus menyenangkan,

memberikan aktivitas maksimum untuk semua anak, meningkatkan

pengembangan keterampilan gerak tertentu atau mengembangkan dan

menjaga kasegaran jasmani anak, dan meningkatkan inklusi bukan

mengeliminasi (ekskusi).

Anak akan sangat menyenangi permainan jika anak telah

menguasai permainan dan mempelajari aturan-aturan yang penting dalam

permainan. Oleh karena itu, setiap permainan yang diajarkan hendaknya

memberikan manfaat pada beberapa tujuan.

2. Pengertian Permainan Petak Umpet

Dari Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (2012),

petak umpet adalah sejenis permainan yang bisa dimainkan oleh minimal 2

orang, namun jika semakin banyak akan semakin seru. Permainan ini

selalu memiliki satu orang yang berperan mencari teman-temannya atau

yang disebut “Kucing”. Si Kucing ini nantinya berbalik dahulu sambil

memejamkan mata ke arah papan, tembok, pohon atau apa saja agar tidak

melihat teman-temannya yang sedang bergerak untuk bersembunyi sambil

berhitung sesuai kesepakatan. Setelah hitungan selesai, barulah si Kucing

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

mencari teman-temanya yang sedang bersembunyi. Jika semua teman

sudah ditemukan, maka anak yang pertama kali ditemukan bergantian

menjadi Kucing.

Permainan ini dianggap sesuai dan menyenangkan untuk anak usia

dini, karena didalamnya terdapat konsep DAP yaitu pembelajaran yang

patut dan menyenangkan. Konsep Developmentally Appropriate Practice

(DAP) pertama kali dimunculkan oleh The National Association for the

Education of Young Children (NAEYC). Konsep ini menekankan

pentingnya memahami bagaimana anak berkembang dan belajar.

DAP memberikan penjelasan bagaimana seharusnya pembelajaran

dilakukan. Pertimbangan apa yang perlu digunakan untuk menentukan

program dan bagaimana menggunakan perubahan dan kebutuhan

perkembangn anak dalam belajar serta bagimana anak belajar. Memahami

DAP dapat membantu para guru/pendidik menghasilkan program belajar

dan pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan

kebutuhan anak usia dini.

Gestwicki (dalam Anita Yus, 2010: 46) mengemukakan bahwa

Developmentally Appropriate Practice bukan kurikulum, bukan

merupakan suatu satuan dasar yang kaku dan menentukan bagaimana

praktik atau pelaksanaan PAUD. Melainkan, DAP merupakan suatu

kerangka berpikir atau framework, suatu filosofi, atau suatu pendekatan

yang menunjukkan bagaimana caranya bekerja sama dengan anak-anak.

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

Batasan ini menunjukkan bahwa DAP memiliki tiga fungsi, yaitu filosofi,

pendekatan, dan kerangka bekerja.

Menurut Bredekemp (dalam Anita Yus, 2010: 47), konsep

Developmentally Appropriateness memiliki dua dimensi, yaitu age

appropriateness dan individual appropriateness. Age Appropriateness

adalah perkembangan manusia yang berdasarkan hasil penelitian bersifat

universal, memiliki urutan pertumbuhan dan perkembangan yang dapat

diperkirakan terjadi pada anak-anak selama delapan tahun awal kehidupan

manusia. Adapun Individual Appropriateness ialah bahwa setiap anak

adalah pribadi yang unik dengan pola dan waktu pertumbuhan individual

seperti kepribadian individual, gaya belajar, dan latar belakang keluarga.

Permainan petak umpet menggunakan konsep DAP karena melalui

permainan ini, ada suatu pendekatan yang menunjukkan caranya bekerja

sama dengan anak-anak lain, seperti bagaimana cara terhindar dari Si

kucing agar tidak ketahuan.

3. Tujuan dan Manfaat Permainan Petak Umpet

Tujuan permainan petak umpet ini memiliki kesamaan seperti

tujuan permainan dalam Hidayatullah (2008: 12-13) yaitu untuk

meningkatkan kemampuan gerak yaitu lari. mengembangkan keterampilan

mengamati dan memperhatikan serta mengembangkan keterampilan untuk

mengikuti pengarahan dan mematuhi arahan.

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

Selain tujuan permainan petak umpet, ada pula manfaat yang

diperoleh dari permainan tersebut. Menurut (Anda Fc, 2012: 7) manfaat

yang kita dapat dari permainan petak umpet antara lain:

a. Pintar berhitung karena permainan ini mengharuskan yang kalah untuk

menghitung.

b. Olah raga dan menghilangkan kemungkinan obesitas bagi anak. Saat

pencari menemukan tempat persembunyian pemain lain, maka pencari

dan pemain itu harus berlomba untuk sampai ke benteng. Untuk

mencapai benteng, kedua pemain ini akan berlari dan berlari inilah

yang membuat anak berolah raga.

c. Mengasah ketelitian dan kepekaan.

Manfaat ini sangat dirasakan oleh pencari maupun yang

bersembunyi. Untuk pencari, ia bisa mengasah ketelitiannya dan

kepekaannya dalam mengamati gerak gerik pemain lain dan juga

tempat-tempat yang di jadikan tempat persembunyian. Yang dilakukan

pencari seperti halnya berburu.

Untuk yang bersembunyi, ia akan lebih meneliti apakah tempat

sembunyinya itu bagus dan aman. Selain itu, dia juga harus belajar

membaca situsi di sekitar benteng dan mengamati gerak gerik pemain.

Disamping itu, ia harus belajar untuk lihai dalam bersembunyi.

d. Melatih kesabaran

Mungkin manfaat ini sangat dirasakan oleh pencari karena ia

harus sabar untuk menemukan semua pemain. Selain itu, jika sang

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

pencari harus kembali kalah maka dia harus membutuhkan kesabaran

untuk mengulang menghitung, dan mencari pemain lain.

e. Melatih ingatan

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa jika telah menemukan

pemain yang bersembunyi, pencari tidak boleh lupa untuk menyebut

nama pemain itu sebelum menepuk benteng agar tidak kembali

menjadi pemain yang kalah. Oleh karena itu, sang pencari harus bisa

mengingat nama dan mengingat untuk menyebutkan nama agar tidak

kalah lagi.

4. Media yang Digunakan

Komunikasi yang berlangsung dalam suatu sistem merupakan suatu

proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran perlu adanya media yang

mendukung kegiatan. Media pembelajaran sangat penting karena tanpa

media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran tidak akan

berlangsung secara optimal. Menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2007:

3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah

manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat

siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Menurut MCLuahan (dalam Rohani, 1997:2) media adalah channel

(saluran) karena pada hakikatnya media telah memperluas atau

memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan

melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu. Dengan

bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada. Gagne (dalam

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

Sadiman dkk, 1993: 6) media adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

Media yang digunakan dalam mengembangkan perkembangan

sosial emosiaonal anak dalam penelitian ini yaitu anak-anak yang langsung

melakukan permainan petak umpet, serta memanfaatkan alat-alat di

lingkungan sekitar untuk tempat persembunyian. Jika permainan dilakukan

di dalam kelas, alat-alat yang mendukung kegiatan petak umpet ini seperti

di bawah meja, di belakang lemari, di balik pintu, di balik dan di dalam

bak mandi bola. Jika permainan dilakukan di luar kelas memanfaatkan

dinding, pepohonan dan APE luar. Selain itu, untuk properti anak-anak

menggunakan mahkota bergambar buah-buahan dan sayur-sayuran serta

mahkota warna pada permainan petak umpet bertema. Dalam permainan

petak umpet di luar kelas menggunakan media botol plastik kecil, kapur

dan bola.

5. Langkah-langkah Permainan Petak Umpet

Dalam Wikipedia (2012) Cara bermain petak umpet pada

umumnya yaitu dimulai dengan Hompimpa untuk menentukan siapa yang

menjadi "kucing" (berperan sebagai pencari teman-temannya yang

bersembunyi). Si kucing ini nantinya akan memejamkan mata atau

berbalik sambil berhitung sampai 10, biasanya dia menghadap tembok,

pohon atau apa saja supaya dia tidak melihat teman-temannya bergerak

untuk bersembunyi (tempat jaga ini memiliki sebutan yang berbeda di

setiap daerah, contohnya di beberapa daerah di Jakarta ada yang

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

menyebutnya INGLO, di daerah lain menyebutnya BON dan ada juga yang

menamai tempat itu HONG). Setelah hitungan sepuluh (atau hitungan

yang telah disepakati bersama, misalnya jika wilayahnya terbuka, hitungan

biasanya ditambah menjadi 15 atau 20) dan setelah teman-temannya

bersembunyi, mulailah si "kucing" beraksi mencari teman-temannya

tersebut.

Jika si "kucing" menemukan temannya, ia akan menyebut nama

temannya sambil menyentuh INGLO atau BON atau HONG, apabila hanya

meneriakkan namanya saja, maka si "kucing" dianggap kalah dan

mengulang permainan dari awal. Yang seru adalah, pada saat si "kucing"

bergerilya menemukan teman-temannya yang bersembunyi, salah satu

anak (yang statusnya masih sebagai "target operasi" atau belum

ditemukan) dapat mengendap-endap menuju INGLO, BON atau HONG,

jika berhasil menyentuhnya, maka semua teman-teman yang sebelumnya

telah ditemukan oleh si "kucing" dibebaskan, alias sandera si "kucing"

dianggap tidak pernah ditemukan, sehingga si "kucing" harus kembali

menghitung dan mengulang permainan dari awal. Permainan selesai

setelah semua teman ditemukan. Dan yang pertama ditemukanlah yang

menjadi kucing berikutnya.

Ada satu istilah lagi dalam permainan ini, yaitu 'kebakaran' yang

dimaksud di sini adalah bila teman kucing yang bersembunyi ketahuan

oleh si kucing disebabkan diberitahu oleh teman kucing yang telah

ditemukan lebih dulu dari persembunyiannya. Dalam penelitian ini,

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

peneliti tidak menggunakan istilah kebakaran pada permainan petak umpet

berganda yang sudah divariasi.

Adapun macam-macam variasi permainan petak umpet yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional pada anak,

yaitu ada yang dilakukan di dalam dan di luar kelas. Permainan petak

umpet di dalam kelas, dilakukan seperti permainan petak umpet pada

umumnya. Sedangkan permainan yang dilakukan di luar kelas, peneliti

membuat variasi dengan cara membuat benteng pertahanan Kucing dengan

beberapa botol yang sudah disediakan. Nanti, sebelum bersembunyi salah

satu anak bertugas melempar benteng tersebut menggunakan bola. Jika

benteng tersebut berhasil di robohkan, maka Kucing segera menyusun

kembali benteng tersebut sembari teman-teman bersembunyi. Jadi si

Kucing tidak perlu berhitung untuk menunggu teman-temannya

bersembunyi. Ketika benteng sudah berhasil di susun kembali, barulah

Kucing mencari mangsanya (teman-teman yang bersembunyi).

Adapun permainan “Petak Umpet Berpasangan” dilakukan dengan

membagi anak berpasang-pasangan. Disini semua anak yang bertugas

tetap berpasangan dari mulai yang menjadi Kucing hingga yang

bersembunyi. Cara permainannya sama seperti permainan petak umpet

pada umumnya hanya yang membedakan yaitu anak-anak yang

berpasangan. Jadi ketika satu anak terlihat dan ditemukan, maka otomatis

pasangannya juga ditemukan.

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

Permainan “Petak Umpet Berganda”, dilakukan seperti permainan

petak umpet pada umumnya tetapi yang membedakan yaitu dalam

permainan ini tidak menggunakan istilah “Kebakaran” karena apabila si

Kucing sudah menemukan temannya, maka temannya tersebut langsung

menjadi Kucing juga dan harus membantu mencari teman yang lain yang

sedang bersembunyi. Begitu seterusnya hingga semua yang bersembunyi

ditemukan.

Adapun permainan “Petak Umpet Bertema Sayuran dan Buah-

buahan” dan “Petak Umpet Bertema Warna”, dilakukan seperti permainan

petak umpet pada umumnya tetapi anak-anak menggunakan mahkota

sesuai tema yang ditentukan. Jadi, si Kucing yang bertugas mencari

teman-temannya harus menyebutkan nama sesuai mahkota yang dipakai.

Apabila salah menyebutkan maka Kucing “Kebakaran” dan mengulang

permainan menjadi Kucing lagi.

C. Kriteria Hasil Belajar

1. Pedoman Penilaian

Gradner (dalam Anita Yus, 2011: 39) menegaskan bahwa

penilaian merupakan upaya memperoleh informasi mengenai

keterampilan dan potensi diri individu dengan dua sasaran. Pertama,

memberikan umpan balik yang bermanfaat kepada individu yang

bersangkutan. Kedua, sebagai data yang berguna bagi masyarakat yang

ada di sekitarnya.

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

Menurut Depdiknas (2006: 7) pedoman penilaian hasil balajar

yaitu :

: Anak yang perilakunya melebihi dengan yang diharapkan dan

sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan

guru.

√ : Untuk anak yang berada pada tahap proses menuju apa yang

diharapkan.

: Untuk anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang

diharapkan.

Menurut pedoman penilaian Kemendiknas Dirjen Mandas dan

menengah Direktorat Pembinaan TK (2010: 6) catatan hasil penilaian

harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilain di

Rencana Kegiatan HArian (RKH), sebagai berikut :

Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator

seperti dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada

kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang ( ).

Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan

indikator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda dua bintang

( ).

Anak yang sudah berkembang sesuai dengan harapan (BSH)

pada indikator dalam RKH mendapatkan tanda tiga bintang ( ).

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator

seperti yang diharapkakan dalam RKH mendapatakan tanda empat

bintang ( ).

Lebih lanjut menurut Gardner (dalam Anita Yus, 2011: 100)

mengemukakan bahwa minat dalam penilaian muncul untuk merealisasi

bahwa teori multiple intelegence patut ditekuni dengan serius hanya bila

cara menilai yang “adil” diciptakan untuk masing-masing kecerdasan.

Penilaian dapat dilakukan dengan cara penilaian diri sendiri, yaitu :

: Anak merasa senang.

: Anak merasa takut.

: Anak merasa sedih.

Dari beberapa pendapat prosedur penilaian di atas, peneliti

menggunakan penilaian Kemendiknas Dirjen Mandas dan menengah

Direktorat Pembinaan TK (2010: 6) yaitu menggunakan pedoman

penilaian sebagai berikut :

Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator,

penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda satu bintang ( ).

Anak yang sudah mulai bekembang (MB) sesuai dengan

indikator RKH, namun masih sering diarahkan oleh guru mendapatkan

tanda dua bintang ( ).

Anak yang sudah berkembang sesuai dengan harapan (BSH)

pada indikator dalam RKH mendapatkan tanda tiga bintang ( ).

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator

seperti yang diharapkakan dalam RKH mendapatakan tanda empat

bintang ( ).

2. Indikator Hasil Belajar

Perkembangan Sosial Emosional berperan penting dalam

kehidupan anak, selain itu berpengaruh pada dimensi dan aspek

perkembangan lainnya. Agar pengaruhnya dapat dikenali dan dapat

ditanggapi secara positif, kita perlu mengkaji keterkaitan antar bidang

perkembangan tersebut sehingga menjadi sarana efektif dalam

mengembangkan pribadi anak secara keseluruhan (Nugraha dan

Rachmawati, 2008: 3.1).

Permainan petak umpet di Kelompok Bermain, bertujuan

mengembangkan perkembangan sosial emosional dalam

berkomunikasi dan bekerjasama dalam melakukan kegiatan. Dengan

permainan Petak umpet yang sudah divariasi oleh peneliti ini,

diharapkan perkembangan sosial emosional anak di Kelompok

Bermain Tunas Bangsa Kedungbanteng dapat berkembang lebih baik

lagi. Menurut Standar Perkembangan Anak Lahir s.d 6 Tahun (dalam

Depdiknas, 2007: 27-29) yang termasuk pengembangan sosial

emosional bagi anak Kelompok Bermain yang berusia antara 4-5 tahun

adalah sebagai berikut :

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

Tabel 2.1 Indikator Hasil Belajar

No. Indikator yang Diharapkan

(Perkembangan Sosial Emosional)

1. Mau bekerjasama dengan teman dalam kelompok ketika

melakukan kegiatan

2. Membuat keputusan ketika bermain dengan teman sebaya

(misal: memutuskan siapa yang memulai bermain)

3 Mengikuti aturan permainan

4. Sabar menunggu giliran

5. Melaksanakan tugas yang diberikan

Berdasarkan kurikulum Standar Perkembangan Anak Lahir s.d 6

Tahun (dalam Depdiknas, 2007: 27-29), peneliti melakukan adaptasi

sehingga indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.2 Adaptasi Indikator Hasil Belajar

No. Indikator yang Diharapkan

( Perkembangan Sosial Emosional )

1. Mau bekerjasama dengan teman dalam kelompok ketika

melakukan kegiatan

2. Menentukan kesepakatan bermain dengan menentukan siapa

yang terlebih dahulu memulai permainan

3 Mengikuti aturan permainan yang sudah ditentukan

4. Sabar ketika menunggu giliran bermain

5. Melaksanakan tugas yang diberikan

D. Kerangka Berpikir

Perkembangan Sosial Emosional berperan penting dalam

kehidupan anak, selain itu berpengaruh pada dimensi dan aspek

perkembangan lainnya. Agar pengaruhnya dapat dikenali dan dapat

ditanggapi secara positif, kita perlu mengkaji keterkaitan antar bidang

perkembangan tersebut sehingga menjadi sarana efektif dalam

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

mengembangkan pribadi anak secara keseluruhan (Nugraha dan

Rachmawati, 2008: 3.1).

Permainan dapat memainkan peran yang penting dalam

mengembangkan berbagai kemampuan anak. Melalui bermain dan

permainan, anak lebih tertarik dan semangat mengikuti kegiatan

pembelajaran. Hal ini diantaranya dapat meningkatkan kerjasama dan

komunikasi anak.

Dari hal tersebut peneliti melakukan observasi sebelum melakukan

penelitian pada kondisi awal pembelajaran di Kelompok Bermain tersebut

masih kurang menyenangkan karena pembelajaran kurang bervariasi /

pembelajaran hanya dilakukan didalam kelas saja. Selain itu kerja sama

dan komunikasi antar anak juga masih kurang dalam melaksanakan

kegiatan berkelompok yang diberikan oleh guru.

Setelah peneliti melakukan observasi, peneliti melakukan

penelitian yang dimulai dengan siklus 1 dalam penelitian yaitu dengan

permainan petak umpet. Pada pemainan ini minat anak dalam bekerja

sama sedikit meningkat akan tetapi belum maksimal, dan anak terlihat

senang dalam mengikuti kegiatan yang diberikan peneliti yaitu untuk

meningkatkan perkembangan sosial emosional anak.

Setelah siklus pertama dilakukan dengan 3x pertemuan, karena

hasilnya belum maksimal peneliti mengulang kembali penelitian tersebut

dengan menggunakan siklus 2 yang dilakukan 3x pertemuan. Pada

permainan tersebut anak terlihat banyak peningkatan. Perkembangan sosial

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional ...repository.ump.ac.id/6738/3/BAB II.pdf · fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, ... perkembangan

emosional anak dalam bekerja sama dan berkomunikasi meningkat

maksimal dan optimal sehingga peneliti dinyatakan berhasil .

Untuk mempermudah pemahaman kegiatan ini, maka dibuat kerangka

berfikir sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

E. Hipotesis Tindakan

Bahwa melalui permainan petak umpet dapat meningkatkan

kemampuan sosial emosional pada anak Kelompok Bermain Tunas

Bangsa Desa Kedungbanteng Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten

Banyumas Tahun 2012 / 2013.

Kondisi Awal

- Kurangnya

kemampuan sosial

emosional

- Siswa kurang aktif

- Hasil belajar

rendah

Dilakukan upaya

perbaikan dengan

PTK

Kondisi sudah

mulai meningkat,

ada perbaikan tapi

belum maksimal

- Hasil belajar belum

optimal

- Kemampuan sosial

emosional belum

meningkat

Siklus 1,3x

pertemuan

Siklus 2,3x

pertemuan

- Hasil belajar sudah

optimal

- Kemampuan sosial

emosional

meningkat

Terjadi perbaikan

yang optimal.

Penelitian

berhasil

Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Lulu Marhalati, Hidayat, FKIP, UMP, 2013