peningkatan kemampuan motorik kasar anak usia 5-6...
TRANSCRIPT
PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 5-6
TAHUN MELALUI PERMAINAN LOMPAT TALI DI PAUD AL-IKHLAS
TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh :
Esa Muslimah
11150184000038
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Permainan Lompat Tali Di PAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan
Oleh :
Esa Muslimah 11150184000038
ABSTRAK
Perkembangan kemampuan motorik kasar merupakan perkembangan
terkait dengan kemampuan yang menggunakan otot-otot besar yang harus
dikemabngkan sejak dini. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan motorik kasar anak melalui permainan lompat tali di PAUD Al-
Ikhlas Tangerang Selatan tahun ajaran 2019/2020. Penelitian ini merupakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), model yang digunakan adalah model Kemmis
dan Taggart yang terdiri dari 2 siklus dan difokuskan pada kegiatan peningkatan
kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun atau kelompok B.1 dengan jumlah
10 anak yang terdiri dari 6 anak laki-laki dan 4 anak perempuan. Subjek penelitian
ini adalah kemampuan motorik kasar anak khususnya kecepatan, keseimbangan,
kekuatan, dan koordinasi. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan peneliti,
dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi., tehknik analisis data
menggunakan analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Berdasarkan
hasil analisis pada siklus I dan siklus II maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
permainan lompat tali dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia
5-6 tahun atau kelompok B di PAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan. Hal ini dapat
dilihat dari hasil presentase jumlah anak dalam satu kelas menunjukkan bahwa
permainan lompat tali dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak, hasil
peningkatan presentase pada siklus I sebesar 60,16%, siklus II meningkat menjadi
83%.
Kata Kunci : kemampuan motorik kasar, permainan lompat tali, anak usia 5-6
tahun
ii
Increased Gross Motor Skills Of Children, Aged 5-6 Years, Through Jump Rope Games, In PAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan
By :
Esa Muslimah 11150184000038
Abstract
The development of gross motor skills is a development related to the
ability to use large muscles that must be developed early. This study aims to
improve children's gross motor skills through jump rope games at Al-Ikhlas,
South Tangerang PAUD in the 2019/2020 school year. This research is a
Classroom Action Research (CAR), the model used is the Kemmis and Taggart
model which consists of 2 cycles and is focused on activities to increase gross
motor skills of children aged 5-6 years or group B.1 with a total of 10 children
consisting of 6 boys and 4 girls. The object of this study is the children's gross
motor skills in particular speed, balance, strength, and coordination. In collecting
data needed by researchers, by means of observation, interviews, and
documentation. Data analysis techniques using qualitative data analysis and
quantitative data analysis. Based on the results of the analysis in the first cycle and
second cycle, the researchers can conclude that jump rope games can improve the
gross motor skills of children aged 5-6 years or group B in PAUD Al-Ikhlas,
South Tangerang. This can be seen from the results of the percentage of children
in one class showing that jump rope games can improve children's gross motor
skills, the results of the increase in percentage in the first cycle by 60.16%, cycle
II increased to 83%.
Keywords: gross motor skills, jump rope games, children 5-6 years old
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, penulis panjatkan kehadirat Allah
Suhanahu Wa Ta’ala berkat rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga, sahabat, serta kepada ummatnya yang
selalu melakukan ajarannya.
Skripsi ini sengaja peneliti susun sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan
Islam Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti
menyadari betul bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik
menyangkut isi maupun penulisan, untuk itu peneliti mohon kritik dan saran
dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini memperoleh
banyak bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
penyelesaian skripsi ini, terutama kepada :
1. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mengikuti studi di Fakultas ini.
2. Ibu Dr. Siti Khadijah, MA., Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Islam
Anak Usia Dini, sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan
motivasi selama ini..
3. Ibu Miratul Hayati, M.Pd, sebagai Sekertaris Jurusan Pendidikan Islam
Anak Usia Dini yang telah memberikan motivasi selama ini.
4. Ibu Triyana, S.Pd.I Sebagai Kepala Sekolah yang telah mengizinkan penulis
melakukan penelitian di sekolah ini.
5. Ibu Ai Ipah Sihabul Millah, S.Pd Sebagai Wali Kelas B.1 PAUD Al-Ikhlas
yang selalu semangat dan membantu saya dalam penelitian ini.
iv
6. Emak dan Bapak yang selalu mendoakan anaknya dengan setulus cinta,
memberi dorongan semangat dengan penuh kasih sayang.
7. Suami terkasih, Bayu Yudhi Hartono, S.Kom, yang selalu bawelin istrinya
untuk mengerjakan skripsi ini.
8. Alm. Anak Umma tersayang Rayyan Abbasy Putra Hartono yang sempat di
dalam perut 5 bulan menemani Umma mengerjakan skripsi ini.
9. Best Friend Till Jannah Megawati, Nila Nurmawahda, Siti Nur Akmalia,
Rini Eka Rachmawati, Nurulia Safira yang selalu memberi semangat dan
dorongan dalam mengerjakan skripsi ini.
10. Teman seperjuangan Faras dan Reyna yang telah banyak memberikan
dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Serta rekan-rekan PIAUD 2015 yang tidak dapat peneliti sebutkan satu
persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta semangat
kepada penulis dalam rangka peyelesaian studi dan penyusunan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala ketulusan hati yang bersih dan ikhlas, penulis berdoa
semoga amal baik yang telah mereka berikan mendapat pahala yang
berlimpah ganda dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Aamiin.
Jakarta, 18 Desember 2019
Penulis
(Esa Muslimah)
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK .........................................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................v
DAFTAR TABEL .............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Identifikasi Area dan Fokus Masalah ......................................................6
C. Pembatasan Masalah ...............................................................................7
D. Rumusan Masalah ...................................................................................7
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................7
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................7
BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................................9
A. Tinjauan Kemampuan Motorik Kasar .....................................................9
1. Pengertian Perkembangan Motorik ...................................................9
2. Fungsi Keterampilan Motorik ...........................................................14
3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik Motorik ..............15
B. Tinjauan Permainan Lompat Tali............................................................17
1. Pengertian Permainan Lompat Tali ...................................................17
2. Alat yang digunakan .........................................................................19
3. Cara Bermain Permainan Lompat Tali .............................................20
4. Manfaat Permainan Lompat Tali ......................................................21
vi
C. Acuan Teori Area Dan Fokus Yang Diteliti ...........................................22
1. Definisi Penelitian Tindakan .............................................................22
2. Karakteristik Penelitian Tindakan .....................................................23
3. Model-Model Penelitian Tindakan ...................................................24
a. Model Kurt Lewin ......................................................................24
b. Model Ebbut ................................................................................25
c. Model Elliot ...............................................................................26
d. Model Hopkins ............................................................................27
e. Model Kemmis&Mc Taggart ......................................................29
D. Hasil Penelitian Yang Relevan ...............................................................30
E. Kerangka Teoritik ...................................................................................32
F. Hipotesis Tindakan..................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................34
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................34
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ..............................35
1. Observasi Awal .................................................................................37
2. Perencanaan Tindakan ......................................................................37
3. Tahapan Pelaksanaan dan Pengamatan .............................................38
4. Refleksi .............................................................................................51
C. Subjek Penelitian .....................................................................................52
D. Peran dan Posisi Peneliti Dalem Penelitian ............................................52
E. Tahapan Intervensi Tindakan ..................................................................52
F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Di Harapkan ........................................55
G. Data Dan Sumber Data............................................................................55
H. Instumen Pengumpulan Data ..................................................................56
I. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................57
1. Definisi Konseptual ...........................................................................57
2. Definisi Operasional..........................................................................57
J. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................58
1. Kisi-Kisi Instrumen ...........................................................................58
vii
2. Rubrik Penilaian Kemampuan Motorik Kasar ..................................60
K. Teknik Pemeriksanan Keterpercayaan ....................................................65
L. Analisis Data Dan Interpretasi ................................................................65
1. Analisis Kualitatif .............................................................................66
2. Analisis Kuantitatif ...........................................................................68
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ...............69
A. Deskripsi Data .........................................................................................69
1. Deskripsi Umum ...............................................................................69
a. Profil Sekolah ..............................................................................69
b. Visi dan Misi ...............................................................................70
c. Keadaan Guru dan Siswa ............................................................70
2. Deskripsi Khusus ..............................................................................71
a. Deskripsi Data dan Pra Penelitian (Pra Siklus) .................................71
b. Analisis Gambaran Awal Pembelajaran............................................74
c. Refleksi Gambaran Awal Pembelajaran ...........................................75
B. Deskripsi Data dan Hasil Intervensi Tindakan .......................................76
1. Deskripsi Siklus I ..............................................................................76
a. Perencanaan Siklus I ...................................................................76
b. Pelaksanaan Siklus I ....................................................................76
c. Pengamatan .................................................................................87
1) Hasil Pengamatan Kualitatif .................................................87
2) Hasil Pengamatan Kuantitatif ...............................................88
d. Refleksi .......................................................................................89
e. Penilaian Guru dalam Mengajar Permainan Lompat Tali...........90
2. Deskripsi Data Siklus II ....................................................................93
a. Perencanaan Siklus II ..................................................................93
b. Pelaksanaan Siklus II ..................................................................93
c. Pengamatan .................................................................................104
1) Hasil Pengamatan Secara Kualitatif ......................................104
2) Hasil Pengamatan Secara Kuantitatif ....................................105
viii
d. Refleksi .......................................................................................108
C. Analisis Data ...........................................................................................108
1. Analisis Data Kualitatif .....................................................................109
2. Analisis Data Kuantitatif ...................................................................109
3. Reduksi Data .....................................................................................113
D. Temuan Penelitian Pembahasan ..............................................................121
E. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................122
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................123
A. Kesimpulan .............................................................................................123
B. Implikasi ..................................................................................................123
C. Saran ........................................................................................................124
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................125
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................129
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kemampuan Motorik Kasar ..........................................................12
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan .....................................................30
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan PTK....................................................................34
Tabel 3.2 Rencana Program Pelaksanaan Siklus I ........................................39
Tabel 3.3 Rencana Program Pelaksanaan Siklus II .......................................45
Tabel 3.4 Sumber Data ..................................................................................56
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Peningkatan Motorik Kasar ........59
Tabel 3.6 Rubrik Penilaian Kemampuan Motorik Kasar ..............................60
Tabel 4.1 Keadaan Siswa PAUD Al-Ikhlas ..................................................69
Tabel 4.2 Nama Tenaga Kependidikan Guru PAUD Al-Ikhlas ....................70
Tabel 4.3 Data Sampel Kelompok B.1 .........................................................71
Tabel 4.4 Data Kemampuan Motorik Kasar Anak pada Pra-Tindakan ........75
Tabel 4.5 Data Kemampuan Motorik Kasar Pada Siklus I ...........................88
Tabel 4.6 Wawancara Guru...........................................................................90
Tabel 4.7 Pedoman Observasi Guru Siklus I ................................................91
Tabel 4.8 Data Perbandingan Skor dan Presentase Kemampuan Motorik Kasar
.......................................................................................................................105
Tabel 4.9 Pedoman Observasi Guru Siklus II ...............................................115
Tabel 4.10 Data Hasil Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak .......110
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Permainan Lompat Tali .............................................................18
Gambar 2.2 Model Kurt Lewin .....................................................................24
Gambar 2.3 Model Ebbut ..............................................................................25
Gambar 2.4 Model Elliot...............................................................................27
Gambar 2.5 Model Hopkins ..........................................................................28
Gambar 2.6 Model Kemmis&Taggart ..........................................................29
Gambar 2.7 Kerangka Teoritik .....................................................................32
Gambar 3.1 Model Spiral Kemmis&Taggart ................................................36
Gambar 4.1 Anak Menggunakan Permainan Lompat Tali ...........................78
Gambar 4.2 Anak Menggunakan Permainan Lompat Tali ...........................81
Gambar 4.3 Anak Menggunakan Permainan Lompat Tali ...........................84
Gambar 4.4 Anak Menggunakan Permainan Lompat Tali ...........................86
Gambar 4.5 Grafik Pra Penelitian dan Siklus I .............................................89
Gambar 4.6 Anak Menggunakan Permainan Lompat Tali ...........................96
Gambar 4.7 Anak Menggunakan Permainan Lompat Tali ...........................99
Gambar 4.8 Anak Menggunakan Permainan Lompat Tali ...........................101
Gambar 4.9 Anak Menggunakan Permainan Lompat Tali ...........................104
Gambar 4.10 Presentase Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar .............106
Gambar 4.11 Peningkatan Siklus I dan Siklus II ..........................................107
Gambar 4.12 Grafik Siklus I dan Siklus II ....................................................111
xi
LAMPIRAN
Lampiran 1 Wawancara
Lampiran 2 Pedoman Observasi Guru
Lampiran 3 Lembar Instrumen
Lampiran 4 Dokumentasi
Lampiran 5 Rubrik Penilaian Kemampuan Motorik Kasar
Lampiran 6 Penilaian Pra Penelitian
Lampiran 7 Penilaian Per Anak Siklus I
Lampiran 8 Penilaian Siklus I
Lampiran 9 Penilaian Per Anak Siklus II
Lampiran 10 Penilaian Siklus II
Lampiran 11 RPPH
Lampiran 12 Surat-Surat Terkait
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini sering disebut dengan istilah masa emas (the golden age)
karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak
berkembang sangat pesat, baik pertumbuhan dan perkembangan fisik motorik,
perkembangan intelektual, moral, sosial, emosional, dan bahasa. Oleh karena itu,
pengembangan secara tepat yang dilakukan pada usia dini akan menjadi penentu
bagi perkembangan individu selanjutnya.1 Berdasarkan undang-undang nomor 20
tahun 2003 tentang system pendidikan nasional berkaitan dengan pendidikan anak
usia dini tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini
diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan
merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar “. Selanjutnya pada Bab I
pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. 2 Anak yang memiliki
kemampuan motorik kasar yang baik maka ia akan memiliki perkembangan
mental yang baik pula, karena anak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekiarnya sehingga rasa percaya diri anak akan meningkat dan akan berpengaruh
positif pada kemampuan kognitifnya. Unsur utama yang berperan penting dalam
stimulasi perkembangan motorik anak adalah guru dan orang tua. Guru
memberikan stimulasi berupa kegiatan yang melibatkan otot-otot kasar anak di
sekolah sedangkan dirumah orang tua menstimulasi dengan kegiatan yang
dilakukan anak sehari-hari
1Anita Yus, Model Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana, 2011) h.1. 2Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Indeks, 2013)
h.6.
2
Jika kemampuan motorik kasar anak tidak dapat terstimulasi dengan baik
maka akan berakibat pada masalah praxis yaitu keadaan anak selalu melangkah
memundur ketika teman-teman lainnya sedang berbaris. Contoh lainnya dispraksia
atau hambatan perencanaan motorik, hambatanini disebabkan oleh ketergantungan
secara penuh antara pemrosesan sensorik dan pengendalian motorik.3 Hal tersebut
akan berdampak pada aktifitas fisik anak dan rasa percaya dirinya.Salah satu
kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia dini yaitu kemampuan
motorik. Kemampuan motorik kasar adalah proses perkembangan alami untuk
anak-anak 4 , pada anak-anak tertentu, latihan tidak selalu dapat membantu
memperbaiki kemampuan motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah
pada susunan syarafnya sehingga menghambatnya keterampilan motorik tertentu.
Ada beberapa penyebab yang mempengaruhi perkembangan motorik anak yaitu
faktor genetik, kekurangan gizi, pengasuhan serta latar belakang budaya.
Perkembangan motorik terbagi atas dua yaitu motorik kasar dan motorik halus.
Motorik kasar memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak yang tertentu yang
dapat membuat mereka melompat, memanjat, berlari, menaiki sepeda. Sedangkan
motorik halus memerlukan koordinasi tangan dan mata seperti menggambar,
menulis, menggunting.5
Tanpa disadari, konsep kecerdasan telah menggeser paradigma Pendidikan
Anak Usia Dini. Paradigma tersebut bergeser dari tumbuh-kembang fisik motorik
ke pengembangan intelektual secara sempit. Dengan kata lain, Pendidikan Anak
Usia Dini telah termakan oleh konsep kecerdasan yang lebih menekankan
pengembangan intelektual daripada keterampilan fisik-motorik. Guru dan orangtua
3 Tara Delaney, 101 Permainan & Aktivitas, (Yogyakarta: Andi, 2010), h.65. 4Khairi Zawi, Dinese.K.C.L,Rozlina Tan Abdullah.Gross Motor Development Of Malaysian
Hearing Impaired Male pre-and Early School Children.Journal International Education
Studies.University Kebangsaan Malaysia.Vol 7.No 13, 2014,h. 242. 5 Lolita Indaswari, Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui
Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina Agama, Jurnal Pesona PAUD, Vol. 1, No. 1,2012,
h. 2.
3
cenderung menekankan agar anak didikmya lebih pandai berbicara, berhitung, dan
menulis daripada melakukan keterampilan fisik secara luwes. Terlebih lagi
sekarang anak-anak cenderung menghabiskan waktu bermainnya dengan aktivitas
nonfisik, seperti bermain video game, menonton televisi, dan berinteraksi dengan
komputer. Bahkan, ada kecenderungan model TK unggulan berbasis teknologi
informasi seperti ini.6 Konsentrasi pengembangan mental dan intelektual ini sering
kali mengorbankan kecerdasan fisik. Padahal, kecerdasan fisik memegang peranan
utama untuk membentuk gerak lentur tubuh anak. Biasanya, anak yang memiliki
kemampuan fisik baik, akan mudah menguasai keterampilan-keterampilan baru,
seperti hiking, skipping, jogging, memanjat, bahkan dengan mudah melakukan
gerak akrobatik. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam jiwa anak yang tumbuh-
cerdas sangat menyukai tantangan, karena ia meyakini bahwa dirinya mampu
melakukan tantangan fisik apa saja.
Anak yang ditumbuhkembangkan tanpa keterampilan fisik akan menjadi
minder atau tidak percaya diri untuk melakukan tugas-tugas fisik dan keterampilan
lainnya. Walaupun secara IQ anak tersebut cerdas, tetapi di balik kecerdasannya
tersebut tersimpan rasa minder bahkan takut untuk mencoba hal-hal yang baru.
Tentu, karakter anak yang demikian jauh dari harapan sebagai anak cerdas.
Terlebih lagi jika anak disuruh untuk memeragakan atau mendemonstrasikan
gagasan-gagasan dan ide-ide kreatifnya, nampak sekali ia tidak percaya diri dalam
melakukannya. Pengaruh lemahnya keterampilan fisik ini tidak bisa dipandang
remeh.Sebaliknya, anak yang cerdas-tumbuh akan mempunyai kelenturan badan
yang tinggi, elastisitas gerak elastisitas gerak motorik yang memadai, kepiawaian
mengordinasikan anggota badan yang serasi, kerapian dalam pekerjaan, dan
keluwesan bertindak yang sangat sempurna. Lebih dari itu, dengan keterampilan
motorik yang memadai, urat sarafnya akan bekerja mengoordinasikan seluruh
6Suyadi, Psikologi Belajar PAUD (Yogyakarta, 2010), h. 66.
4
gerak tubuh dan mengikuti ritme tertentu, sehingga anak akan menjadi pribadi
yang terampil, lincah, dan cekatan.7
Berkenaan dengan beberapa aspek perkembangan anak, salah satu aspek
yang dapat mempengaruhi kehidupan anak selanjutnya adalah aspek
perkembangan fisik motoriknya. Fisik secara bahasa diartikan sebagai jasmani,
badan, atau tubuh, sedangkan motorik diartikan dengan penggerak. Menurut
Novan Ardy Wiyani perkembangan fisik motorik ana usia dini dapat diartikan
sebagai “perubahan bentuk tubuh pada anak yang berpengaruh terhadap
keterampilan gerak tubuhnya”.8 Kegiatan pengembangan fisik motorik mencakup
kegiatan yang mengarah pada pengembangan motorik kasar dan motorik halus
anak.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada tanggal 8 Mei 2019 pada
kelompok B.1 di PAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan, terdapat 10 anak yang
terdiri dari 6 laki-laki dan 4 perempuan. Usia kelompok adalah anak usia 5-6
tahun. Berdasarkan observasi yang dilakukan ditemukan adanya masalah tenang
kemampuan motorik kasar (melompat) khususnya pada capaian perkembangan
keseimbangan, kekatan, kelincahan, dan keberanian pada anak. Ketika dilakukan
observasi pada anak kelompok B.1 yang sedang melakukan kegiatan melompat,
kegiatan yangdilakukan yaitu melompat dari ketinggian 30-50 cm menggunakan
meja. Ketika anak melakukan kegiatan melompat, terdapat beberapa anak yang
masih kesulitan untuk melompat dari atas meja dan kursi, akan masih ragu-ragu
dalam melompat, anak masih harus dibantu oleh guru karena anak belum mampu
mempertahankan tubuh setelah melakukan lompatan. Kemampuan anak dalam
melompat seharusnya sudah dikuasai sesuai dengan indikator yang dapat
7Ibid, h. 67. 8Novan Ardy, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Gava Media, 2014),
h.35.
5
menggerakan badan dan kaki untuk melatih keseimbangan, kekuatan, kelincahan,
dan keberanian.
Kondisi halaman PAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan yang tidak
memungkinkan untuk melakukan kegiatan motorik kasar secara outdoor, guru
lebih banyak melakukan kegiatan di ruang kelas. Anak-anak jarang melakukan
kegiatan yang dapat melatih keseimbangan, kekuatan, kelincahan, dan
keberaniannya. Oleh karena itu, mengoptimalkan kemampuan motorik kasar ini
diperlukan adanya kegiatan yang sesuai. Berdasarkan wawancara dengan guru
kelompok B.1 PAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan, upaya yang sudah dilakukan
guru untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak pada tingkat
capaian melatih keseimbangan, kekuatan, kelincahan, dan keberanian adalah
dilakukannya senam bersama setiap hari rabu, sebelum kegiatan senam dilakukan
guru mengajak akan untuk melakukan gerakan-gerakan berupa pemanasan. Selain
itu, ada juga kegiatan-kegiatan lain yang sudah dilaksanakan seperti berjalan
bersama mengelilingi komplek sekitar.
Menurut guru kelompok B.1 PAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan beberapa
upaya telah dilakukan, contohnya seperti kegiatan yang telah disebutkan di atas.
Namun masih banyak anak yang perkembangan motorik kasarnya belum optimal.
Menurut pendapat ibu Ai Ipah Sihabul Millah (guru kelompok B) pembelajaran
melalui permainan dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak karena
dengan permainan anak-anak dapat mengekspresikan gerakan menggunakan otot-
otot kasarnya dengan bebas. Namun ibu Ai Ipah Sihabul Millah belum pernah
menerapkan permainan lompat tali pada kelompok B.1 di PAUD Al-Ikhlas
Tangerang Selatan.
Pembelajaran di Taman Kanak-kanak tidak bisa hanya menekankan pada
peningkatan kemampuan akademis anak saja seperti baca, tulis dan berhitung
(calistung). Namun perlu juga diberikan rangsangan melalui permainan-permainan.
6
Anak usia dini merupakan usia bermain sehingga bermain sambil belajar itu sangat
dibutuhkan anak, agar anak tidak terbebani dan merasa senang dalam mengikuti
proses pembelajaran. Oleh karena itu peneliti menerapkan salah satu permainan
yang menyenangkan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
motorik kasar (melompat) anak yaitu menggunakan permainan lompat tali, karena
permainan lompat tali merupakan hasil budaya yang sangat berpengaruh pada
perkembangan anak, terutama pada perkembangan motorikkasarnya.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik
untuk meneliti secara langsung perkembangan kemampuan motorik kasar
(melompat) anak melalui permainan lompat tali pada kelompok B.1 di PAUD Al-
Ikhlas Tangerang Selatan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Perkembangan motorik kasar anak kelompok B PAUD Al-Ikhlas
Tangerang Selatan belum optimal.
2. Anak kelompok B.1 PAUD Al-Ikhlas belum dapat melompat dengan
tepat.
3. Kurangnya kegiatan belajar motorik kasar yang menuntu anak untuk maju
kedepan dalam melakukan kegiatan, karena sekolah lebih banyak
melakukan kegiatan motorik halus.
4. Media yang digunakan untuk keterampilan motorik kasar kurang
bervariasi sehingga anak cepat bosan.
5. Permainan yang digunakan guru kurang bervariasi.
6. Permainan lompat tali belum pernah digunakan oleh guru dalam
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok B.1 PAUD Al-
Ikhlas.
7
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih
mendalam maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah
yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Subyek yang diteliti hanya siswa kelompok B.1 di PAUD Al-Ikhlas
Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2019/2020.
2. Penelitian ini difokuskan pada peningkatan kemampuan motorik kasar
anak usia dini menggunakan permainan lompat tali.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana permainan lompat tali dapat meningkatkan kemampuan
motorik kasar anak usia 5-6 tahun di PAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian tersebut di atas, maka penulis memiliki
tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan motorik kasar anak
usia 5-6 tahun di PAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan melalui permainan
lompat tali.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi anak didik
Membantu anak didik kelompok B.1PAUD Al-Ikhlas Tangerang
Selatan dalam meningkatkan keterampilan motorik kasar melalui kegiatan
permainan lompat tali.
8
2. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu:
a. Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk menambah wawasan pendidik
PAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan dalam pengembangan keterampilan
motorik kasar anak.
b. Meningkatkan kreatifitas pendidik PAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan
melalui pembelajaran dengan kegiatan permainan lompat tali.
3. Bagi Lembaga TK
a. Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas PAUD Al-Ikhlas
Tangerang Selatan melalui pembelajaran dengan kegiatan permainan
lompat tali.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alat evaluasi dan koreksi,
terutama dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
pembelajaran sehingga tercapai perkembangan anak sesuai dengan
harapan.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Perkembangan Motorik
1. Pengertian Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah pengendalian gerakan jasmaniah
melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.9 Sesuai
dengan tujuan dan, metode yang digunakan berhubungan erat dengan dimensi
perkembangan anak dengan motorik, kognitif, bahasa, kreativitas, emosi, dan
sosial. Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan
dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak, keterampilan motorik diperlukan
untuk mengendalikan tubuh. Ada dua macam keterampilan motorik:
keterampilan koordinasi otot halus, dan keterampilan koordinasi otot kasar.
Keterampilan koordinasi otot halus biasanya dipergunakan dalam kegiatan
belajar di dalam ruangan, sedangkan keterampilan koordinasi otot kasar
dilaksanakan di luar ruangan, keterampilan motorik kasar meliputi kegiatan
gerak seluruh tubuh atau bagian besar tubuh. Dengan menggunakan
bermacam koordinasi kelompok otot-otot tertentu anak dapat belajar untuk
merangkak, melempar, atau melompat. Koordinasi keseimbangan,
ketangkasan, kelenturan, kekuatan, kecepatan, dan ketahanan merupakan
kegiatan motorik kasar. Sedangkan motorik halus merupakan kegiatan yang
menggunakan otot halus antara mata dan tangan.10
Hurlock (1998) menjelaskan kemampuan motorik kasar sebagai
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara
susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord, yaitu kemampuan motorik menjadi
9Elizabeth Hurlock, Pekembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 1978), h. 150. 10Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Rineka Cipta, 1999)
h. 15-16
10
pondasi dasar bagi anak usia dini11, yang diperlukan sejak usia balita sebagai
bagian dari pertumbuhan dan perkembangan anak. 12 Motorik kasar adalah
gerak anggota badan secara kasar atau keras. Suyadi mengutip pendapat Laura
E. Berk mengungkapkan bahwa “semakin anak menjadi dewasa dan kuat
tubuhnya atau besar, maka gaya geraknya sudah berbeda pula.13Motorik kasar
mempunyai peran yang sanat penting dalam kesehatan. 14 Hal ini
mengakibatkan pertumbuhan otot yang semakin membesar dan menguat.
Perbesaran dan penguatan otot-otot badan tersebut menjadikan keterampilan
baru selalu bermunculan dan semakin bertambahkompleks”.15
Amstrong dalam Khadijah mengatakan bahwa perkembangan inti dari
kecerdasan kestetk atau motorik adalah kemampuan keseimbangan fisik,
seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, dan kecepatan
maupun kemampuan menerima rangsangan dan hal yang berkaitan dengan
sentuhan.16
Menurut Bredekamp dan Copple, anak usia 5-6 tahun sudah dapat
melakukan aktivitas berikut:
a. Berjalan dengan menggunakan tumit, berjinjit, melompat tak beraturan,
dan berlari denganbaik.
b. Berdiri dengan satu kaki selama 5 detik atau lebih, menguasai
11Williams, Harriet G.; Pfeiffer, Karin A.; Dowda, Marsha; Jeter, Chevy; Jones, Shaverra;
Pate, Russell R, A Field-Based Testing Protocol for Assessing Gross Motor Skills in Preschool
Children: The Children's Activity and Movement in Preschool Study Motor Skills Protocol.
Measurement in Physical Education and Exercise Science,Vol 13.No 3.2009,h. 151. 12 Maria Hidayanti, Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Permainan
Bakiak, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 7, Edisi 1, 2013, h. 197. 13Hans Van Der Mars. The Effect Of A Perfomance base Curriculum On The Gross Motor
Development Of Preschool Children During Teacher Training. Arizona State University.1983.h. 3. 14 Rebecca J.; Powell, Cheniel; Stanley, Peter; de Candole, Rosalind, Predicting Motor Skills
from Strengths and Difficulties Questionnaire Scores, Language Ability, and Other Features of New
Zealand Children Entering Primary School Sargisson.Australian Educational and Developmental
Psychologist, Vol 3.No 1.2014,h. 32-46. 15 Novan Ardy Wiyani, Manajemen PAUD Bermutu (Yogyakarta: Gava Media, 2015) h. 27. 16Khadijah, Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah (Bandung: Citapustaka Media Perintis,
h.82
11
keseimbangan, berdiri diatas balok 4 inci (10,16cm).
c. Menuruni tangan dengan kaki bergantian, dapat memperkirakan tempat
berpijakkaki.
d. Dapat melompat dengan aturan tempo yang memadai dan mampu
memainkan permainan-permainan yang membutuhkan reaksicepat.
e. Mulai mengkoordinasi gerakan-gerakannya pada saat memanjat atau
berguling pada trampolinekecil.17
Menurut Novan Ardy Wiyani ada beberapa permainan yang dapat
digunakan oleh pendidik PAUD ataupun orang tua dalam mengoptimalkan
perkembangan motorik kasar anak usia dini, seperti:
a. Bola kecil, untuk digelindingkan dan dipantul-pantulkan.
b. Bola tangan, untuk dilempar, ditangkap, dan dimasukkan ke dalam
keranjang.
c. Tali karet, untuk bermain lompat-lompat.
d. Titian, untuk meniti sambil melihat lurus ke depan.
e. Matras petak bergambar, untuk melakukan gerakan berdiri satu kaki dan
maju-mundur dengan cara melompat.
f. Perosotan, untuk berlatih menaiki tangga dan menapakkan kaki.
Pada ke enam macam permainan di atas itu melibatkan gerakan
otot secara berulang dan permainan itu sangat bermanfaat untuk
peningkatan kekuatan otot anak dan mengoptimalkan perkembangan
motorik kasar anak.18
17 John W. Santrock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 2007) h. 205.
18Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (Yogyakarta, 2014), h.56.
12
Tabel 2.1 Kemampuan Motorik Kasar19
Usia Berjalan Berlari Melompat Mendaki
8 bln-1 thn Berjalan
melebarkan
langkahnya
dan
terhuyung-
huyung
Memanjat
perabotan
mebel dan
naik tangga
sebagai
perluasan dari
merayap
1-2 thn Berjalan
tertatih-tatih
dan
menggunan
lengan untuk
keseimbangan
(lengan tidak
diayun)
Bergerak
cepat dalam
langkah
bergegas,
menyentuh
permukaan
Menggunakan
langkah
melambung
dari bawah
menapak
anak tangga
dengan satu
kaki
Mencoba
mendaki
apapun yang
bisa dipanjat
2-3 thn Berjalan di
anak tangga
dengan dua
kaki menapak
sekaligus
Berlari
canggung,
kesulitan
berbelok dan
berhenti
dengan cepat.
Melompat
dari
permukaan
dengan kedua
kaki
Mencoba
mendaki
bagian puncak
peralatan,
meskipun
belum bisa
3-4 thn Berjalan
dengan
lengan
Berlari lebih
lancer, lebih
bisa
Berancang-
ancang
melompat
Memanjat
naik dan turun
angga, batang
19 Janice J. Beaty, Observasi Perkembangan Anak Usia Dini Edisi Ketujuh(Jakarta:
Prenamedia, 2013), h.218.
13
mengayun;
berjalan di
anak tangga
dnegan kaki
bergantian;
berjalan turun
dengan dua
kaki
melangkah
mengontrol
saat mulai
dan berhenti
dari
permukaan
dengan kedua
kaki.
keseimbangan,
perosotan, dan
pohon
4-5 thn Berjalan aik
dan turun
tangga
dengan kaki
bergantian;
berjalan
mengikuti
garis
melingkar
Berlari kuat
dan kencang,
mampu
berbelok,
memulai dan
berhenti
dengan
mudah
Melompat ke
atas, ke
bawah, dan
ke depan
Memanjat
naik dan turun
tangga, batang
keseimbangan,
perosotan, dan
pohon
5-6 tahun Berjalan
seperti orang
dewasa;
melompat
dengan kaki
bergantian
Menunjukkan
kemampuan
berlari yang
matang,
jarang jatuh,
menunjukkan
kecepatan
dan control
yang
meningkat
Melompat
panjang,
tinggi, dan
jauh; lompat
tali
Menunjukkan
panjatan yang
matang seperti
orang dewasa
14
2. Fungsi Keterampilan Motorik pada Anak Usia Dini
Keterampilan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda
pula dalam penyelesaian sosial dan pribadi anak. Anak yang memiliki
keterampilan motorik yang lebih baik dari teman sebayanya cenderung akan
lebih percaya diri dalam bersosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya. Lain
halnya dengan anak yang kurang dalam keterampilan motoriknya, ia akan
cenderung kurang percayadiri.
Menurut Hurlock fungsi keterampilan motorik anak dibagi menjadi 4
kategori yaitu:
a. Keterampilan bantu diri
Anak mampu melakukan segala sesuatu bagi diri mereka
sendiri, meliputi ketrampilan berpakaian, merawat diri, makan
danmandi.
b. Keterampilan bantu sosial
Untuk dapat diterima dalam lingkungan keluarga, sekolah, serta
tetangga diperlukan keterampilan tertentu seperti membantu pekerjaan
rumah atau pekerjaansekolah.
c. Keterampilan bermain
Untuk dapat bermain dengan teman sebaya anak memerlukan
keterampilan seperti keterampilan bermain bola, melukis, dan
menggambar.
d. Keterampilan sekolah
Pada awal sekolah sebagian besar pekerjaan melibatkan
keterampilan motorik seperti melukis, menulis, dan menggambar.
Semakin baik keterampilan yang dimiliki semakin baik pula
penyesuaian sosial serta prestasi akademik dan non kademik anak.20
20 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1978) h.162-163.
15
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik-Motorik Pada
Anak Usia Dini
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik
motorik pada anak usia dini,antara lain:
a. Faktor makanan
Pemberian makanan yang bergizi oleh orang tua kepada anak
usia dini sangat penting untuk memberikan energy pada anak yang
sangat aktif di usia dini. Pemberian gizi atau nutrisi yang cukup dapat
merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh
manusia. Mengingat akan adanya pengaruh pemberian makanan yang
bergizi terhadap perkembangan fisik manusia. Salah satu makanan
yang paling bergizi bagi anak usia dini, khususnya anak yang berusia
0-2 tahun adalah air susu ibu (ASI). Keberadaanya tidak tergantikan
oleh makanan lainnya.
b. Faktor Pemberian Stimulus
Pemberian stimulus seperti dengan mengajak anak untuk
melakukan kegiatan bermain, khususnya kegiatan bermain yang
melibatkan gerak fisik anak usia dini juga sangat berpengaruh
terhadap perkembangan fisik-motorik mereka. Kegiatan bermain yang
demikian disebut juga dengan kegiatan bermain fungsional, misalnya
seperti, gerakan berlarian, melompat, merangkak, memanjat, dan
sebagainya.
c. KesiapanFisik
Pada usia 0-2 tahun perkembangan kemampuan motorik kasar
dan motorik halus seorang anak terlihat dengan pesat dan luar biasa.
Tadinya seorang bayi tidak berdaya dan tidak mampu mengendalikan
16
gerakannya. Dalam waktu 12 bulan mereka mengembangkan
kemampuan fisik-motorik yang luar biasa. Kuncinya terletak pada
kematangan fisik dan syaraf-syarafnya.
Hal tersebut terbukti, meskipun orang tua sudah melatih
anaknya yang berusia 2 tahun untuk berjalan tetapi tetap saja si anak
belum bisa berjalan meskipun kemampuan melangkahkan kaki sudah
dimiliki anak sejak lahir. Jadi perkembangan fisik motorik tidak
semata karena pemberian stimulus (latihan berjalan), tetapi juga
melibatkan faktor kesiapan fisik.
d. Faktor Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin juga tidak dapat diabaikan pengaruhnya
dalam perkembangan fisik-motorik anak usia dini. Jika kita perhatikan
dengan seksama, anak perempuan lebih suka melakukan aktivitas yang
melibatkan keterampilan motorik halusnya sedangkan anak laki-laki
cenderung suka melakukan aktivitas yang melibatkan keterampilan
motorik kasarnya dan tentu saja hal itu dapat mempengaruhi
perkembangan fisik-motorik mereka.
e. Faktor Budaya
Budaya masyarakat kita yang dominan juga ikut berpengaruh
dalam perkembangan fisik-motorik anak. Pada masa anak usia dini,
faktor budaya yang mendominasi menjadikan anak laki-laki bermain
dengan anak laki-laki lainnya dengan melakukan kegiatan yang sesuai
dengan budaya mereka, seperti bermain bola, bermain tembak-
tembakan, bermain mobil-mobilan, dan lainnya. Mereka didorong
untuk melakukan berbagai kegiatan bermain tersebut dan dilarang
untuk melakukan kegiatan bermain yang lazim dilakukan oleh anak
17
perempuan, seperti bermain boneka, bermain masak-masakan, dan
lainnya.21
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
motorik kasar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkmbangan
fisik motorik anak harus dikembangkan secara optimal agar anak siap
melaksanakan kehidupan selanjutnya. Hal-hal yang dapat
mempengaruhi perkembangan fisik-motorik pada anak adalah
pemberian makanan yang bergizi (faktor makanan), mengajak anak
untuk melakukan kegiatan bermain (faktor pemberian stimulus),
kematangan fisik dan syaraf- syarafnya (faktor kesiapan fisik), faktor
jenis kelamin juga tidak dapat diabaikan pengaruhnya dalam
perkembangan fisik-motorik anak usia dini, dan yang terakhir adalah
budaya masyarakat kita yang dominan juga ikut berpengaruh dalam
perkembangan fisik-motorik anak.
B. Permainan Lompat Tali
1. Pengertian Permainan Lompat Tali
Permainan lompat tali merupakan permainan tradisional yang sangat
popular dikalangan anak-anak pada era 80-an. Permainan lompat tali
dimainkan secara bersama-sama oleh 3 hingga 10 anak. Peralatan yang
digunakan dalam permainan lompat tali sangat sederhana yaitu, karet gelang
yang dijalin hingga panjangnya mencapai sekitar (3 sampai 4 meter) tidak
terlalu panjang dan juga tidak terlalu pendek.22 Tempat yang digunakan untuk
permainan lompat tali sebaiknya dilakukan di ruangan yang terbuka misalnya
21Novan Ardy, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Gava Media, 2014),
h.38-41. 22 KeenAchroni,MengoptimalkanTumbuhKembangAnakmelaluiPermainanTradisional
(Jogjakarta: Javalitera, 2012) h. 71.
18
di halaman rumah, halaman sekolah, taman. Namun jika tidak memungkinkan
dapat juga di ruang tertutup, asal ruangannya luas dan jauh dari benda-benda
yang dapat membahayakan anak.
Pada era 90-an, ketika televisi masih merupakan barang mewah dan
belum semua wilayah mendapat aliran listrik, permainan anak tradisional dan
tembang dolanan bocah begitu dekat dengan kehidupan anak-anak.Anak-anak
menghabiskan hari-hari mereka dengan memainkan berbagai permainan
tradisional. Di malam hari, dalam siraman sinar rembulan mereka berkumpul
di halaman rumah atau pendopo, bermain bersama teman-teman sambil
melantunkan tembang- tembang dolanananak.
Gambar 2.1 Permainan Tradisional Lompat Tali23
Berbicara tentang permainan tradisional. Dinata mengungkapkan
permainan tradisional adalah memiliki unsur keterampilan fisik, kecepatan
23 https://ms.pngtree.com/freepng/cartoon-child-skipping-rope-map_3692912.html
19
berfikir serta implementasinya terhadap nilai sosial dan budaya.Pendapat di
atas dikuatkan oleh Sukirman Dharmamulya (1996) permainan tradisional
merupakan jenis permainan yang mengandung nilainilai budaya, pada
hakikatnya merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan
keberadaannya.24
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa permainan lompat tali merupakan
salah satu permainan tradisional yang perlu dikenalkan kepada anak-anak
selain permainannya yang mudah, lompat tali juga dapat meningkatkan
perkembangan fisik-motorik anak. Dengan permainan lompat tali juga dapat
menstimulasi aspek perkembangan lainnya seperti sosial emosional, moral,
dan lain-lain
2. Alat-alat yang Digunakan
Peralatan yang digunakan dalam permainan ini adalah karet-karet gelang
yang dianyam memanjang. Cara menganyamnya adalah dengan
menyambungkan dua buah karet pada dua buah karet lainnya hingga
memanjang dengan ukuran sekitar 3-4 meter. Karet-karet tersebut berbentuk
bulat seperti gelang yang banyak terdapat di pasar-pasar tradisional. Karet
tersebut tidak dijual perbuah, melainkan dalam bentuk satuan berat (gram,
ons, dan kilo).25
Fungsi karet pada umumnya adalah sebagai pengikat plastik-plastik
pembungkus makanan, pengikat rambut dan barang-barang lainnya yang tidak
membutuhkan pengikat yang kuat, karena karet akan mudah putus jika
24Ratu Tuti Alawiyah, Peningkatan Keterampilan Motorik Kasar Melalui Permainan
Tradisional Banten, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 8, Edisi 1, 2014, h. 176. 25 Keen Achroni, Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak melalui Permainan Tradisional
(Jogjakarta: Javalitera, 2012) h. 41-42.
20
dipakai untuk mengikat terlalu kuat pada suatu benda. Oleh karena itu,
sewaktu membuat anyaman untuk membentuk tali karet, diperlukan dua buah
karet yang disambungkan dengan dua buah karet lain agar tidak lekas putus
oleh anggota tubuh pemain yang sedang melompat. Ada kalanya tali-karet
dianyam dengan menyambungkan 3-4 buah karet sekaligus, agar tali menjadi
semakin kuat dan dapat dipakai berkali-kali.
C. Cara Bermain Permainan Lompat Tali
Adapun cara bermain lompat tali menurut Keen Achroni, yaitu sebagai
berikut:
1. Para pemain melakukan hompimpah atau pingsut untuk menentukan dua
orang pemain yang menjadi pemegang tali.
2. Pemain yang menjadi pemegang tali melakukan hompimpah untuk
menentukan siapa yang akan mendapat giliran bermain terlebih dahulu
jika ada pemain yang gagal melompat.
3. Kedua pemain yang menjadi pemegang tali merentangkan tali karet dan
para pemain harus melompatinya satu per satu. Ketinggian karet mulai
dari setinggi mata kaki, lalu naik ke betis, lutut, paha, hingga pinggang.26
Dari pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa cara bermain
permainan lompat tali yaitu langkah pertama anak harus melakukan
hompipah untuk menentukan siapa yang akan memegang tali dan siapa
yang akan melakukan lompatan, setelah itu dilanjutkan dengan tahapan
melakukan lompatan yang akan dimulai dari tingkatan yang paling
rendah yaitu setinggi mata kaki, setelah itu dilanjutkan pada tingkatan-
tingkatan yang lebih tinggi.
26Ibid, h. 71
21
D. Manfaat Permainan Lompat Tali
Lompat tali mudah dimainkan, peralatan yang digunakan pun
sederhana saja, dan permainan ini sangat bermanfaat. Adapun manfaat
permainan lompat tali untuk anak usia dinimenurut Syamsidah, yaitu:
1. Kemampuan bantu diri. Untuk mencapai kemandirian anak harus
memperlajari keterampilan motorik yang memungkinkan mereka
mampu melakukan segala sesuatu bagi diri mereka sendiri.27
2. Motorik kasar. Main lompat tali merupakan suatu kegiatan yang
baik bagi tubuh. Secara fisik anak jadi lebih terampil, karena bisa
belajar cara dan teknik melompat yang benar. Selain melatih fisik,
mainan ini juga bisa membuat anak-anak mahir melompat tinggi
dan mengembangkan kecerdasan kinestetik anak. Lompat tali juga
dapat membantu mengurangi obesitas padaanak.
3. Emosi.Untuk melakukan suatu lompatan dengan ketinggian tertentu
dibutuhkan keberanian dari anak. Berarti, secara emosi ia dituntut
untuk membuat suatu keputusan besar, mau melakukan tindakan
melompat atau tidak. Dan juga saat bermain, anak-anak akan
melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa danbergerak.
4. Sosialisasi. Untuk bermain tali secara berkelompok, anak
membutuhkan teman yang berarti memberi kesempatannya untuk
bersosialisasi sehingga ia terbiasa dan nyaman dalam kelompok. Ia
dapat belajar berempati, bergiliran, menaati aturan dan
yanglainnya.
5. Moral. Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang atau
kalah. Namun, menang atau kalah tidak menjadikan para
pemainnya bertengkar, mereka belajar untuk bersikap sportif dalam
27 Miller, Susan E.; Krantz, Murray, An Application to Integration of Fine and Gross Motor
Skills of Young Children.Perceptual and Motor Skills, Vol 52. No 3.1981,h. 91.
22
setiap permainan. Dan juga tidak ada yang unggul, karena setiap
orang punya kelebihan masing-masing untuk setiap permainan, hal
tersebut meminimalisir ego di dirianak-anak.28
Dari pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa manfaat
permainan lompat tali yaitu meningkatkan kemampuan motorik kasar
anak karena dengan melakukan lompatan anak menggunakan otot-otot
besarnya. Dengan begitu kemampuan motorik kasar anak dapat
terstimulus jika dilakukan berulang-ulang. Selain itu juga permainan
ini dapat menimbulkan emosi-emosi positif pada diri anak karena
dengan bermain lompat tali ini anak bebas melakukan gerakan dengan
begitu anak tidak merasa terbebani dan anak merasa senang.
Permainan lompat tali juga dapat menumbuhkan rasa sosialisasi pada
diri anak yaitu dengan menunggu giliran melompat dan bergantian
memegang tali jika ia gagal dalam melakukanlompatan.
C. Penelitian Tindakan Kelas
1. Definisi Penelitian Tindakan
Pengertian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research)
memiliki peranan yang sangat penting dan strategi untuk meningkatkan mutu
pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.
Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK
(guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam
pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat
memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat
28 Syamsidah, 100 Permainan PAUD & TK di Dalam & di Luar Kelas (Yogyakarta: Diva
Kids, 2015) h. 11.
23
mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Diimplementasikan dengan benar, artinya sesuai dengan kaidah-kaidah PTK,
upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning
culture) di kalangan para guru. PTK menawarkan peluang sebagai strategi
pengembangan kinerja sebab pendekatan penelitian ini menempatkan guru
sebagai peneliti, agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif.29
2. Karakteristik Penelitian Tindakan
PTK memiliki karakteristik khusus yang tidak ada penelitian lain.
Sukidin, Basrowi, dan Suranto mengatakan bahwa karakteristik PTK antara
lain, (1) problema yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu
berangkat dari persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh
guru, ada kalanya dapat dilakukan secara kolaboratif dengan peneliti lain; (2)
adanya tindakan-tindakan atau aksi tertentu untuk memperbaiki proses belajar
mengajar di kelas.
Arikunto, Suhardjono, dan Supardi menyebutkan beberapa prinsip
PTK antara lain : (1) problema yang diangkat adalah problema yang dihadapi
oleh guru kelas; (2) pendidik sejak awal menyadari adanya persoalan yang
terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelas; (3)
dapat dilakukan secara kolaboratif; (4) adanya tindakan (aksi) tertentu untuk
memperbaiki proses belajar mengajar di kelas; (5) adanya perubahan ke arah
perbaikan dan peningkatan secara positif; (6) kegiatan penelitian berdasarkan
pada pelaksanaan tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (action driven); dan (7) reflektif yang
berkelanjutan, artinya lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses
dan hasil penelitian.30
29 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.41. 30Ibid, h.19.
24
3. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas
Banyak model yang dapat kita gunakan sebagai pedoman dalam
merancang dan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Kita dapat memilih
salah satu model sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada. Seperti yang
telah dijelaskan penelitian tindakan kelas, berkembang dari penelitian
tindakan yang banyak digunakan dalam bidang sosial. Model-model PTK
yang akan dijelaskan berikut ini adalah model-model penelitian tindakan yang
dapat kita terapkan dalam PTK.31
1. Model Kurt Lewin
Kurt Lewin menjalskan bahwa ada 4 hal yang harus dilakukan dalam
proses penelitian tindakan yakni perencanaan, tindakan, obserasi, dan
refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam
suatu lingkaran yang terus-menerus. Apabila digambarkan proses
penelitian tindakan digambarkan pada gambar berikut:
Perencanaan
Refleksi Tindakan
Observasi
Gambar 2.2
Model Kurt Lewin
31Ibid, h.49.
25
Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan
yang berangkat dari suatu ide gagasan peneliti; sedangkan tindakan
adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun oleh peneliti. Observasi adalah
pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas tindakan
atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan
(kekurangan) tindakan yang telah dilakukan dan refleksi adalah
kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga memunculkan
program atau perencanaan baru.
2. Model Ebbut
Peneliitian tindakan ini dikatakan model Ebbut sebab
dikembangkan oleh Ebbut pada sekitar tahun 1985 seperti yang
digambarkan
pada:
Gambar 2.3
Model Ebbut
26
Ebbut beranggapan bahwa suatu penelitian tindakan harus
dimulai dari adanya gagasan awal. Gagasan awal adalah didorong oleh
keinginan peneliti untuk melakukan suatu perbaikan proses untuk
menghasilkan sesuatu yang lebih optimal. Berdasarkan gagasan awal
itu, kemudian peneliti berupaya menemukan berbagai tindakan apa
saja yang harus dilakukan untuk menyelesaikannya. Berbekal
pengetahuan hasil dari proses analisis, selanjutnya peneliti menyusun
rancangan umum yang berisi tentang langkah-langkah yang dapat
dilakukan yang kemudian diimplementasikan. Selama proses
implementasi dilakukan monitoring untuk melihat pengaruh yang
ditimbulkan oleh adanya tindakan atau perlakuan peneliti. Dari hasil
monitoring itulah selanjutnya disusun penjelasan tentang berbagai
kegagalan yang terjadi dari tindakan yang telah dilakukannya.
Penjelasan inilah yang kemudian akan menjadi masukan dalam
merevisi rencana umum yang selanjutnya akan melahirkan rencana
implementasi ulang untuk implementasi pada putaran kedua. Begitulah
terus menerus dilakukan sampai pada putaran tertentu.32
3. Model Elliot
Model penelitian yang dikembangkan oleh Elliot adalah model
yang menekankan kepada proses untuk mencoba hal-hal baru dalam
proses pembelajaran. Langkah pertama yang harus dilakukan menurut
Elliot adalah menentukan dan mengembangkan gagasan umum yang
dilanjutkan dengan melakukan eksplorasi yakni studi untuk
mempertajam gagasan atau ide. Manakala peneliti sudah merasa
cukup, selanjutnya melakukan rencana secara menyeluruh dan
berdasarkan rencana tersebut selanjutnya melakukan tindakan 1 yang
32Ibid, h. 52.
27
selama pelaksanannya dilakukan monitoring dan eksplorasi. Hasil dari
monitoring dan eksplorasi peneliti dapat melakukan tindakan 2 atau
merevisi rencana.
dst dst
atau
Gambar 2.4
Model Elliot
4. Model Hopkins
Menurut Hopkins (1993), pelaksanaan penelitian tindakan
dilakukan membentuk spiral yang dimulai dari merasakan adanya
masalah menyusun perencaan; melaksanakan tindakan, melakukan
observasi, mengadakan refleksi, melakukan rencana ulang,
Pengembangan
gagasan umum
Gagasan
Umum
Eksplorasi Eksplorasi
Revisi rencana Rencana Rencana
Tindakan 2
dst
Tindakan 2, dst. Tindakan 1
Monitor dan
Eksplorasi
Tindakan 2
28
melaksanakan tindakan, dan seterusnya. 33 Manakala digambarkan
model Spiral yang dikembangkan oleh Hopkins seperti yang
digambarkan pada:
Gambar 2.5
Model Hopkins
33Ibid, h.49-53.
Identifikasi
masalah
Perencanaan
Aksi
Refleksi Observasi
Perencanaan
ulang
Refleksi
Observasi
Aksi
29
5. Model Kemmis & Mc Taggart
Merupakan pengembangan dari konsep dasar Kurt Lewin, yang
membedakan komponen tindakan (action) dengan pengmatan
(observing) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukan kedua
komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara
penerapan action dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak
terpisahkan. Keempat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi di pandang sebagai satu siklus.
Gambar 2.6
Model Kemmis & Taggart34
34 Wijaya Kusumah, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Indeks, 2012), h.21.
30
E. Hasil Penelitian Yang Relevan
Tabel 2.2
Hasil Penelitian Relevan
No. Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Yhana Pratiwi
(2015)
“Upaya meningkatkan
pengembangan motorik
kasar (melompat) anak
melalui permainan
tradisional engklekdi
kelompok B Tunas
Rimba II
Metode : Penelitian
mengunakan metode
yang sama yaitu,
penelitian tindakan
kelas.
Obyek : Hasil
penelitian ini bahwa
untuk
mengembangkan
kemampuan motorik
kasar anak kelompok
B.
Variabel : Sama-
sama meningkatkan
motorik kasar anak
usia dini.
Lokasi : penelitian ini
dilakukan di TK
Tunas Rimba yang
terletak di
Bojonegoro, Jawa
Timur.
Media : Permainan
yang digunakan dalam
meningkatkan motorik
kasar anak yaitu
permainan engklek.
2 Vita Naurina
(2012)
“Peningkatan
Keterampilan motorik
kasar anak melalui
permainan loncat galaksi
dan lari zig-zag pada
kelompok A di TK PKK
Metode : Penelitian
mengunakan metode
yang sama yaitu,
penelitian tindakan
kelas.
Variabel : Sama-
sama meningkatkan
motorik kasar anak
Lokasi : penelitian ini
dilakukan di TK PKK
yang terletak di
Sriharjo, Yogyakarta.
Media : Permainan
yang digunakan dalam
meningkatkan motorik
kasar anak yaitu
31
3 Sriharjo”. usia dini.
permainan loncat
galaksi dan lari zig-
zag.
Obyek : Hasil
penelitian ini bahwa
untuk
mengembangkan
kemampuan motorik
kasar anak kelompok
A.
3 Hesti Wijayanti
(2014)
“peningkatan
kemampuan motorik
kasar anak melalui
bermain lempar tangkap
bola besar kelompok B
TK Al-Hidayah
Semawung Banjaroyo
Kalibawang
Kulonprogo”
Metode : Penelitian
mengunakan metode
yang sama yaitu,
penelitian tindakan
kelas.
Variabel : Sama-
sama meningkatkan
motorik kasar anak
usia dini.
Obyek : Hasil
penelitian ini bahwa
untuk
mengembangkan
kemampuan motorik
kasar anak kelompok
B.
Lokasi : Penelitian ini
dilakukan di TK Al-
Hidayah yang terletak
di Kalibawang,
Kulonprogo,
Yogyakarta.
Media : Permainan
yang digunakan dalam
meningkatkan motorik
kasar anak yaitu
lempar tangkap bola
besar.
32
F. Kerangka Teoritik
Gambar 2.7 Kerangka Teoritik dalam Penelitian Tindakan Kelas di PAUD Al-Ikhlas
Tangerang Selatan pada Kemampuan Motorik Kasar Anak
Dari bagan kerangka teoritik di atas dapat dijelaskan hal-hal berikut: pada
kondisi awal, guru masih kurang mengembangkan kegiatan pembelajaran pada
motorik kasar dan masih kurangnya sarana prasarana (alat permainan) yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan
motorik kasar (melompat) anak dalam melatih keseimbangan, kekuatan,
kelincahan, dan keberanian anak, sehingga kemampuan motorik kasar anak didik
pada kelompok B.1 di PAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan masih rendah. Setelah
itu peneliti menerapkan tindakan pembelajaran menggunakan permainan lompat
tali yang dimainkan secara individu pada siklus I, jika hasil belajar yang diperoleh
belum berhasil mencapi kategori memiliki kemampuan motorik kasar yang baik
(BSB/Berkembang Sangat Baik) maka peneliti menerapkan tindakan perbaikan
pada siklus II menggunakan permainan tradisional anak lompat tali yang
dimainkan secara berkelompok diharapkan pada siklus II ini mampu mencapai
hasil yang diharapkan yaitu peserta didik minimal sebanyak 80% berhasil
Kondisi awal
Kemampuan motorik kasar anak usia 5-6
tahun atau kelompok B.1 PAUD AL-Ikhlas
Tangerang Selatan sudah optimal
Dilakukan upaya perbaikan melalui kegiatan
lompat tali.
Tindakan
Hasil Akhir
Kemampuan motorik kasar anak usia 5-6
tahunPAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan
belum optimal.
33
mencapai kategori memiliki kemampuan motorik kasar yang baik
(BSB/Berkembang Sangat Baik).
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka teoritik dan
permasalahan yang diajukan maka hipotesis ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
permainan lompat tali dapat meningkatkan motorik kasar anak usia dini usia 5-6
tahun kelompok B.1 di PAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan tahun ajaran
2019/2020.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian
A. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di PAUD Al-Ikhlas, Kecamatan Pondok Aren,
Kota Tangerang Selatan, penelitian ini juga dilakukan pada semester
ganjil tahun ajaran 2019/2020 sebanyak 2 siklus dengan jadwal sebagai
berikut ini :
Pada bulan April dan Mei peneliti melakukan observasi ke sekolah,
lalu peneliti memulai penelitian pada bulan Agustus s/d September.
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
No Bentuk
Kegiatan
April Mei Juli Agust Sept Okt
1 Observasi
2 Penyusunan
Proposal
skripsi dan
perbaikan
3 Seminar
proposal
4 Pelaksanaan
Siklus
I&Siklus II
5 Analisis data
35
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh
kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. Di dalam penelitian
dikenal adanya beberapa macam teori untuk menerapkan salah satu
metode yang relevan terhadap permasalahan tertentu.35
Metode yang digunakan dalam tindakan ini adalah metode tindakan
kelas (classroom action research), penelitian tindakan kelas dapat
didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang
dilakukn oleh guru sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-
sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang,
melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
(kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu
di dalam suatu siklus.36Arikunto menjelaskan bahwa kolaborasi dilakukan
yakni antara peneliti sebagai observer dengan guru kelas sebagai
kolaborator. Penelitian ini dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki
atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. 37 Suharsimi Arikunto
mengemukakan bahwa di dalam model penelitian tindakan kelas terdapat
empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: 1) Perencanaan Tindakan
(Planning); 2) Pelaksanaan Tindakan; 3)Pengamatan Tindakan; 4)
Refleksi terhadap tindakan.38
35 Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012),
h.2. 36 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian TIndakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h.45. 37Rizky Aulia Soraya, Upaya Meningkatkan Keterampilan Motorik Kasar Anak Kelompok B
Melalui Permainan Estafet, Jurnal PAUD, Edisi 7, Tahun ke-6, 2017, h. 648. 38M. Dani Wahyudi&Yeni Prastika, Upaya Mengembangkan Aspek Motorik Kasar Anak TK
Kelompok B Menggunakan Model Explicit Instruction Divariasikan dengan Permainan Tradisional,
Jurnal Paradigma, Vo. 10, No. 2, 2015, h. 30.
36
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang
mengangkat masalah-masalah actual yang dihadapi oleh guru di
lapangan, Arikunto mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama.39
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Penelitian
Tindakan Kelas adalah penelitian yang berbasis kepada kelas, penelitian
dapat dilakukan secara mandiri, tetapi alangkah baiknya jika dilaksanakan
secara kolaboratif, hasil PTK digunakan untuk memperbaiki mutu proses
belajar mengajar (PBM) sesuai dengan kondisi dan karakteristik kelas.
Gambar 3.1
Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart
39 Tukiran Taniredja, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: ALFABETA, 2013), h.15-17.
37
Subyek penelitian tindakan kelas adalah kelompok B.1PAUD
Al-Ikhlas Tangerang Selatan, metode pengumpulan data dilakukan
melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Penelitian ini
menggunakan model Kemmis dan MC Taggart, indikator keberhasilan
dalam Penelitian Tindakan Kelas yaitu adanya peningkatan motorik
kasar (melompat) melalui permainan lompat tali di PAUD AL-Ikhlas
Tangerang Selatan.
1. Observasi Awal
Ketika seseorang akan melakukan penelitian ia akan mencari
permasalahan yang terdapat di sekitarnya yaitu melakukan
observasi, observasi bertujuan untuk mencari ide atau gagasan
dengan menemukan permasalahan yang akan meningkatkan rasa
ingin tahu peneliti untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Observasi dimaksudkan untuk mengetahui secara detail yang
terdapat di kelas yang akan diteliti. Biasanya PTK ini dilakukan
oleh guru.
Bagi pengajar yang dimaksud melakukan penelitian di kelas
yang menjadi tanggung jawabnya, tidak perlu melakukan
prasurvei, karena berdasarkan pengalamannya selama dia di depan
kelas sudah secara cermat dan pasti mengetahui berbagai
permasalahan yang dihadapinya, baik yang berkaitan dengan
kemajuan siswa, sarana pengajaran maupun sikap siswanya.40
2. Perencanaan Tindakan
Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum
dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi
40 WIjaya Kusumah, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Indeks, 2012), h. 38.
38
keseluruhan aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan
khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per
siklus. Oleh karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali
terdapat perencanaan ulang (replanning). Hal-hal yang
direncanakan di antaranya terkait dengan pendekatan
pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi
pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya.
Perencanaan dimaksudkan ke dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan juga dapat dimasukkan ke dalam silabus
mata pelajaran yang bersangkutan.41
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah :
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu RPP yang
didalamnya terdapat kegiatan permainan lompat tali untuk
meningkatkan motorik kasar anak.
b. Mempersiapkan sarana dan permainan atau media yang akan
digunakan dalam permainan yang hendak dilakukan dalam
proses permainan tersebut.
c. Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi
aktivitas siswa, wawancara dan catatan lapangan.
3. Tahapan Pelaksanaan dan Pengamatan
Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri
oleh peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal
itu. Pada saat memonitoring pengamat haruslah mencatat semua
peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian misalnya
mengenai kenierja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa,
41Ibid, h.39.
39
penyajian atau pembahasan materi, penerapan siswa terhadap
materi yang diajarkan dan sebagainya.42
Guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat ini untuk
melakukan pengamatan balik terhadap apa yang terjadi ketika
tindakan berlangsung, sambil melakukan pengamatan balik ini
guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi.
Maka dalam pelaksanaan dan pengamatan harus memakai tabel
program rencana siklus I :
Tabel 3.2
Rencana Program Pelaksanaan Siklus I
Kelompok : B
No Pertemuan Tema Kegiatan
1 I Binatang
Kambing
Pembukaan :
Guru mengajak anak berdoa
sebelum belajar
Guru mengucapkan salam
Guru menanyakan kabar anak
Guru mengajak anak
membaca surat pendek
Guru mengajak anak tepuk
semangat
Inti :
Guru dan anak melakukan
kegiatan sesuai tema hari ini
Guru mulai dengan bercakap-
42Ibid, h.40.
40
cakap tentang hewan hewan
ternak
Guru memberi pertanyaan
“hewan yang di sembelih
ketika Idul Adha ?”
“kambing”
Guru menyuruh anak
menirukan suara kambing
Guru memberikan tugas
untuk anak menempel huruf
K,A,M,B,I,N,G
Istrahat :
Guru mengajak anak cuci
tangan sebelum makan
Guru mengajak anak doa
sebelum makan
Guru mulai memperkenalkan
anak permainan lompat tali
Guru mencontohkan cara
bermain lompat tali
Guru memanggil satu persatu
anak untuk mempraktekkan
Penutup :
Menyanyikan lagu tentang
“binatang ternak”
Mengulang kembali tentang
kegiatan yang sudah
dilakukan
41
Berdoa sesudah belajar
Janji pulang sekolah
2 II Binatang
Ayam
Pembukaan :
Guru mengajak anak berdoa
sebelum belajar
Guru mengucapkan salam
Guru menanyakan kabar anak
Guru mengajak anak
membaca surat pendek
Guru mengajak anak tepuk
semangat
Inti :
Guru menunjukkan gambar
Ayam
Guru menyuruh anak
menirukan suara Ayam
Guru mengajak anak keluar
kelas melihat Ayam langsung
Guru mengajak anak bermain
Ayam-Ayaman
Guru menyuruh anak menulis
huruf AYAM
Istirahat :
Guru mengajak anak cuci
tangan sebelum makan
Guru mengajak anak doa
sebelum makan
42
Guru mengajak anak berbaris
Guru mengajak anak untuk
lompat dari meja sambil
Guru mengajak anak untuk
melompati meja satu per satu
Penutup :
Menyanyikan lagu tentang
“binatang ayam”
Mengulang kembali tentang
kegiatan yang sudah
dilakukan
Berdoa sesudah belajar
Janji pulang sekolah
3 III Binatang
Sapi
Pembukaan :
Guru mengajak anak berdoa
sebelum belajar
Guru mengucapkan salam
Guru menanyakan kabar anak
Guru mengajak anak
membaca surat pendek
Guru mengajak anak tepuk
semangat
Inti :
Guru menunjukkan video
tentang sapi
Guru menyuruh anak
menirukan suara sapi
43
Guru mengajak anak
mewarnai gambar sapi
Guru mengajak anak menulis
SAPI
Istirahat :
Guru mengajak anak cuci
tangan sebelum makan
Guru mengajak anak doa
sebelum makan
Guru mengajak anak berbaris
Guru mengajak anak untuk
lomba lari
Guru mengajak anak untuk
berlari sambil melompati
karet tali
Penutup :
Menyanyikan lagu tentang
“binatang sapi”
Mengulang kembali tentang
kegiatan yang sudah
dilakukan
Berdoa sesudah belajar
Janji pulang sekolah
4 IV Binatang
Bebek
Pembukaan :
Guru mengajak anak berdoa
sebelum belajar
Guru mengucapkan salam
Guru menanyakan kabar anak
44
Guru mengajak anak
membaca surat pendek
Guru mengajak anak tepuk
semangat
Inti :
Guru menunjukkan gambar
Bebek
Guru menyuruh anak
mewarnai kapas dengan
pewarna makanan
Guru mengajak anak
menempel kapas ke gambar
bebek
Guru mengajak anak
bernyanyi nyanyian bebek
Istirahat :
Guru mengajak anak
membuat barisan
Guru mencontohkan
melompat dengan satu kaki
Guru mengobservasi anak
satu per satu
Penutup :
Guru menyuruh anak untuk
mencuci tangan sebelum
makan, dan berdoa sebelum
makan
Guru mengulang kembali
45
pelajaran hari ini
Guru mengajak anak berdoa
sebelum pulang
Tabel 3.3
Rencana Program Pelaksanaan Siklus II
Kelompok : B
No Pertemuan Tema Kegiatan
1 I Buah
Pisang
Pembukaan :
Guru mengajak anak
berdoa sebelum belajar
Guru mengucapkan
salam
Guru menanyakan kabar
anak
Guru mengajak anak
membaca surat pendek
Guru mengajak anak
tepuk semangat
Inti :
Guru dan anak
melakukan kegiatan
sesuai tema hari ini
Guru mulai dengan
bercakap-cakap tentang
buah Pisang
46
Guru membawa buah
pisang dan mengajak
anak untuk makan pisang
bersama
Guru memberikan tugas
untuk anak membuat
buah pisang dari
playdough
Istirahat :
Guru mengajak anak cuci
tangan sebelum makan
Guru mengajak anak doa
sebelum makan
Guru mengajak anak
untuk berbaris dengan
rapih
Guru mengajak anak
memulai permainan
lompat tali
Guru memerintahkan
anak untuk bermain
lompat tali dengan tali
yang diputar
Guru mengamati anak
bermain lompat tali
Penutup :
Menyanyikan lagu
tentang “Pisang”
47
Mengulang kembali
tentang kegiatan yang
sudah dilakukan
Berdoa sesudah belajar
Janji pulang sekolah
2 II Buah
Apel
Pembukaan :
Guru mengajak anak
berdoa sebelum belajar
Guru mengucapkan
salam
Guru menanyakan kabar
anak
Guru mengajak anak
membaca surat pendek
Guru mengajak anak
tepuk semangat
Inti :
Guru membawa buah
apel
Guru bercakap-akap
tentang manfaat buah
apel
Guru mengajak anak
memotong buah apel dan
memakan bersama
Guru menyuruh anak
menempel tulisan APEL
Istirahat :
48
Guru mengajak anak cuci
tangan sebelum makan
Guru mengajak anak doa
sebelum makan
Guru mengajak anak
berbaris dengan rapih
Guru mengajak anak
main karet tali dengan di
goyangkan seperti ular
Guru menyuruh anak
yang tidak memegang
tali melewati tali tanpa
tersentuh
Penutup :
Menyanyikan lagu
tentang “Apel”
Mengulang kembali
tentang kegiatan yang
sudah dilakukan
Berdoa sesudah belajar
Janji pulang sekolah
3 III Buah
Anggur
Pembukaan :
Guru mengajak anak
berdoa sebelum belajar
Guru mengucapkan
salam
Guru menanyakan kabar
anak
49
Guru mengajak anak
membaca surat pendek
Guru mengajak anak
tepuk semangat
Inti :
Guru membawa buah
anggur
Guru menyuruh anak
menghitung jumlah buah
anggur yang dibawa guru
Guru menyuruh anak
mewarnai gambar anggur
Istirahat :
Guru menyuruh anak
untuk mencuci tangan
sebelum makan, dan
berdoa sebelum makan
Guru mengajak anak
berbaris dengan rapih
Guru mengajak anak
untuk lomba lari
Guru mengajak anak
untuk berlari sambil
melompat
Penutup :
Menyanyikan lagu
tentang “Anggur”
Mengulang kembali
50
tentang kegiatan yang
sudah dilakukan
Berdoa sesudah belajar
Janji pulang sekolah
4 IV Buah
Mangga
Pembukaan :
Guru mengajak anak
berdoa sebelum belajar
Guru mengucapkan
salam
Guru menanyakan kabar
anak
Guru mengajak anak
membaca surat pendek
Guru mengajak anak
tepuk semangat
Inti :
Guru membawa buah
mangga
Guru menyuruh anak
memotong motong buah
mangga
Guru mengajak anak
makan buah mangga
bersama
Guru menyuruh anak
menempel origami ke
gambar mangga
Istirahat :
51
Guru menyuruh anak
untuk mencuci tangan
sebelum makan, dan
berdoa sebelum makan
Guru mengajak anak
membuat barisan
Guru menyuruh anak
melompat dengan posisi
badan menyamping
Penutup :
Menyanyikan lagu
tentang “buah mangga”
Mengulang kembali
tentang kegiatan yang
sudah dilakukan
Berdoa sesudah belajar
Janji pulang sekolah
4. Refleksi
Pada prinsipnya, yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah
perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi
yang dilakukan oleh para kolaborator atau pasrtisipan yang terkait
dengan suatu PTK yang dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan
dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai
masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi
dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil
52
observasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan
(replanning selanjutnya ditentukan.43
Berdasarkan hasil refleksi ini, guru bersama-sama dapat
melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Melalui
refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta
apa yang belum dicapai, dan apa yang perlu diperbaiki lagi dalam
pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu, hasil dari tindakan perlu
dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses
pembelajaran antara guru dan siswa, metode, alat peraga maupun
evaluasi.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah peserta didik kelompok B.1 PAUD
Al-Ikhlas Tangerang Selatan tahun ajaran 2019/2020, dengan jumlah
peserta didik 10 anak yang terdiri dari 6 laki-laki dan 4 perempuan.
D. Peran dan Posisi Peneliti
Peneliti sebagai pengamat dalam mengetahui peningkatan
motorik kasar (melompat) dan sebagai guru yaitu adanya tindakan
langsung oleh peneliti dalam memperbaiki pembelajaran dalam kelas
dan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar (melompat)
melalui permainan lompat tali.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Sesuai dengan jenis penelitian ini, peneliti terlebih dahulu
melaksanakan observasi awal melalui wawancara dengan salah satu
guru dan melihat kemampuan perkembangan motorik anak.
43Ibid, h.40.
53
Perkembangan motorik kasar anak kurang terstimulasi karena kegiatan
guru yang monoton. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan suatu cara
mengatasi permasalahan tersebut.
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan (planning)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan ini
adalah:
1) Membuat perencanaan pembelajaran yaitu RPPH yang
didalamnya terdapat kegiatan permainan lompat tali untuk
meningkatkan motorik kasar anak.
2) Mempersiapkan sarana dan permainan atau media yang
akan digunakan dalam permainan yang hendak dilakukan
dalam proses permainan tersebut.
3) Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru, lembar
observasi aktivitas siswa, wawancara dan catatan
lapangan.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan dilaksanakan sesuai dengan apa yang
telah direncanakan, yaitu:
1) Melakukan analisis terhadap permasalahan yang ditemukan
pada observasi awal. Hasil analisis kemudian akan
dijadikan sebagai acuan untuk membuat skenario (cerita)
pembelajan dan alat perekam data.
2) Menyusun rencana pembelajaran yatiu RPPH yang
didalamnya terdapat kegiatan permainan lompat tali.
54
3) Menyusun alat perekam data yang berupa lembar obsevasi
pelaksanaan pembelajaran, siklus belajar dan lembar
catatan lapangan saat pelaksanaan permainan.
4) Melakukan kegiatan pembukaan pada permainan sampai
akhir proses permainan.
c. Pengamatan
Peneliti melakukan pegamatan pada saat kegiatan berlangsung
untuk melihat keaktifan anak didik pada saat proses permainan,
pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai
dengan yang dikehendaki.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan dengan mempertimbangkan
pedoman mengajar yang dilakukan serta melihat kesesuaian yang
dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang ada
pada akhirnya ditemukan kelebihan untuk kemudian diperbaiki
hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan
tahapan siklus berikutnya.
2. Siklus II
Pelaksanaan siklus II sama seperti siklus I, pada siklus II
diadakan perencanaan kembali dengan mengacu pada hasil refleksi
siklus I, siklus II merupakan hasil kesatuan dari kegiatan
perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observasi),
refleksi (reflection) seperti yang dilakukan pada siklus I, permainan
yang belum tuntas pada siklus I diulang kembali disiklus II sebelum
masuk ke materi selanjutnya.
55
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Penelitian tindakan kelas diasumsikan berhasil bila dilakukan
tindakan perbaikankualitas pembelajaran, maka akan berdampak
terhadap perbaikan perilaku siswa dan hasil belajar. Urutan indikator
secara logika/ilmiah disusun kembali menjadi:44
1. Indikator keberhasilan kualitas proses pembelajaran minimal ‘baik’
(indikator ini untuk tujuan umum dari penelitian).
2. Indikator keberhasilan perbaikan perilaku siswa (misalnya, aspek
motivasi ‘baik’).
3. Indikator keberhasilan hasil belajar secara klasikal minimal 75% dari
jumlah siswa yang mencapai KKM yang ditetapkan.
G. Data dan Sumber Data
Data merupakan perwujudan dari informasi dengan sengaja
digali untuk dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu peristiwa atau
kegiatan lainnya. 45 Data digunakan sebagai pengontrol kesesuaian
pelaksanaan tindakan dengan adanya rencana, media permainan
lompat tali untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar
(melompat) anak sehingga kegunaan data tersebut merupakan
komponen terpenting dalam penelitian.
Sumber data ialah dari mana data itu dapat diperoleh.46 Sumber
data dalam tindakan ini berupa populasi ataupun sampel yang
merupakan hal yang sangat penting dalam pengumpulan data. Adapun
sumber data yang didapat dal tindakan kelas ini adalah sumber data
44 Saur Tampubolon, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Erlangga, 2014), h.35. 45 Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Prakik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012),
h.38. 46 Johni Dimyati, Metode Penelitian Pendidikan & Aplikasinya Pada Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD), (Jakarta: Prenamedia Group, 2013), h.39.
56
pemantauan tindakan, yaitu berupa proses dalam upaya meningkatkan
kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun di PAUD Al-Ikhlas
Tangerang Selatan dengan melalui permainan lompat tali. Data yang
diperoleh akan digunakan dengan teknik wawancara, observasi,
pelaksanaan penelitian tindakan:
Tabel 3.4
Sumber Data
No Jenis Data Sumber Data Teknik
1. Motorik Kasar Guru
Anak
Wawancara
Observasi
Pelaksanaan
Tindakan
2. Bermain
Permainan
Lompat Tali
Guru
Anak
Wawancara
Observasi
Pelaksanaan
Tindakan
H. Instrument Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh data tentang kualitas pembelajaran, motivasi belajar
siswa, dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran tertentu.
Berdasarkan tujuan penelitian dengan pendekatan penelitian tindakan
kelas, data dikumpulkan dengan instrumen berikut:47
Skala Penilaian:
BB (1) : Belum Berkembang
MB (2) : Mulai Berkembang
47 Saur Tampubolon, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Erlangga, 2014), h.31.
57
BSH (3) : Berkembang Sesuai Harapan
BSB (4) : Berkembang Sangat Baik
Berdasarkan kriteria penilaian di atas diperoleh:
Nilai tertinggi adalah 4
Nilai terendah adalah 1
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam tindakan ini
adalah dengan melakukan observasi atau melakukan pengamatan
langsung terhadap kegiatan pembelajaran secara langsung baik di
dalam maupun di luar kelas. Menurut Wolcott teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian tindakan tidak hanya satu, tetapi
menggunakan multi teknik atau multi instrumen.8 Yang mana
penelitian tindakan ini mengindikasikan bahwa tehnik itu ada banyak
macamnya dan jenisnya.
1. Definisi Konseptual
Kemampuan motorik kasar adalah suatu keterampilan gerak
yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot-otot yang
ada di dalam tubuh maupun seluruh anggota tubuh yang meliputi
kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi,
ketepatan dan keseimbangan.
2. Definisi Operasional
Motorik kasar adalah skor yang menunjukkan suatu
keterampilan gerak yang menggunakan otot-otot besar/ sebagian
besar otot-otot yang ada dalam tubuh maupun seluruh anggota
tubuh, yang berupa unsur-unsur gerakan motorik kasar atau aspek
motorik kasar yaitu: kelincahan, keseimbangan, kekuatan,
koordinasi.
58
Indikator kemampuan motorik kasar usia 5-6 tahun terhadap
perkembangan motorik kasar yang akan diteliti, dikembangkan
berdasarkan teori menurut para ahli. Tindakan dikatakan berhasil
apabila terdapat peningkatan dalam motorik kasar anak melalui
metode bermain melalui permainan lompat tali. Berikut beberapa
aspek yang akan diamati dalam tindakan kelas yang akan dilakukan.
Yang diukur dengan rating scale diturunkan dari (RPPH) yang
memuat indikator pencapaian perkembangan anak yang sudah
ditetapkan sebelumnya dengan penjabaran berikut:
a. 1 (BB) Belum Berkembang: bila anak melakukan dengan
bimbingan guru atau dicontohkan oleh guru
b. 2 (MB) Mulai Berkembang: bila anak melakukan dengan
masih diingatkan oleh guru atau dibantu oleh guru
c. 3 (BSH) Berkembang Sesuai Harapan: bila anak sudah dapat
melakukan secara mandiri dan konsisten tanpa diingatkan
atau dibantu oleh guru
d. 4 (BSB) Berkembang Sangat Baik: bila anak dapat melakukan
secara mandiri dan sudah dapat membantu temannya yang
belum mencapai kemampuan sesuai indikator yang
diharapkan
J. Instrumen Pengumpulan Data
1. Kisi-Kisi Instrumen
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur proses dan
kemampuan anak. Instrumen dibuat dari kisi-kisi instrumen yang turun
dari kerangka teoritis variabel peneliti. Data ini terkait dengan
kemampuan motorik kasar anak dan penerapan permainan lompat tali.
59
Dan berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen Tindakan
meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui permainan lompat
tali di PAUD Al-Ikhlas, Tangerang Selatan:
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Peningkatan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun
Lingkup
perkembangan
Aspek Indikator Butir
Soal
Jumlah
Motorik kasar Kecepatan Anak mampu melompati
anyaman karet dengan
ketinggian tertentu
3 4
Anak mampu berlari
sambil melompat
mengunakan satu kaki
7
Anak mampu berlari
ketika hendak melompat
2
Anak mampu berlari di
tempat
15
Keseimbang
an
Anak mampu melakukan
gerakan melompat
4 5
Anak mampu melompat
menggunakan dua kaki
dengan seimbang
9
Anak mampu melompat
tanpa mengenai talinya
6
Anak mampu melompat
keberbagai arah dengan
posisi badan menyamping
11
60
Anak mampu melompat
dengan posisi badan
menyamping tanpa
menyentuh tali
14
Kekuatan Anak mampu
mempertahankan diri pada
posisi yang benar atau
tidak terjatuh setelah
melakukan lompatan
5 3
Anak mampu melompat
menggunakan satu kaki
tanpa jatuh
10
Anak mampu menahan
tubuhnya dnegan satu kaki
12
Koordinasi Anak mampu memegang
erat karet tali
1 3
Anak mampu memutar
karet tali
8
Anak mampu melompat
melewati tali karet yang
digerakan seperti ular
13
Tabel 3.6
Rubrik Penilaian Kemampuan Motorik Kasar
KRITERIA SKOR DESKRIPSI
Kecepatan BB Anak belum mampu berlari ketika hendak melompat
MB Anak mampu berlari ketika hendak melompat namun
masih terjatuh
61
BSH Anak mampu berlari ketika hendak melompat dengan
bantuan
BSB Anak mampu berlari ketika hendak melompat tanpa
bantuan
Keseimbanga
n
BB Anak belum mampu melompat menggunakan dua
kaki dengan seimbang
MB Anak mampu melompat menggunakan dua kaki
namun belum seimbang
BSH Anak mampu melompat menggunakan dua kaki
dengan seimbang namun dibantu
BSB Anak mampu melompat mengunakan dua kaki
dengan seimbang tanpa bantuan
Kekuatan BB Anak belum mampu melompat menggunakan satu
kaki
MB Anak mampu melompat menggunakan satu kaki
namun masih terjatuh
BSH Anak mampu melompat menggunakan satu kaki
dengan bantuan
BSB Anak mampu melompat menggunakan satu kaki
tanpa jatuh dan tanpa bantuan
Koordinasi BB Anak belum mampu memegang erat karet tali
MB Anak dapat memegang erat karet tali namun masih
sering terlepas
BSH Anak dapat memegang erat karet tali dengan bantuan
BSB Anak dapat memegang erat karet tali tanpa bantuan
62
Dalam penelitian PTK ini, peneliti sebagai instrument utama, sebab
peneliti mengadakan penelitian secara langsung ke lapangan untuk
melakukan wawancara kepada guru kelompok B.1 PAUD Al-Ikhlas
Tangerang Selatan, dan juga melakukan pengamatan (observasi)
kepada peserta didik yang diteliti, serta menggali data melalui
dokumen sekolah. Dengan demikian ada beberapa teknik
pengumpulan data yang peneliti gunakan, yaitu sebagai berikut:
1. Pengamatan atau observasi
Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah
mencapai sasaran. Pengamatan pastisipatif dilakukan oleh orang yang
terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan
ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar
cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas,
penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik, atau
pemetaan. Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif,
misalnya perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangan
sebagai salah satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk
mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu
proses.48
Adapun hal-hal yang diobservasi dalam meningkatkan
keterampilan motorik kasar anak melalui permainan lompat tali di
PAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan adalah melihat keadaan langsung
proses belajar mengajar dan aktivitas peserta didik yang dilakukan di
lingkungan PAUD, melihat aktifitas guru dalam meningkatkan
48 Kunandar, Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h.143.
63
keterampilan motorik kasar anak sesuai indikator perkembangan, dan
menerapkan permainan lompat tali untuk perkembangan motorik kasar
di PAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan.
2. Wawancara
Dalam rangka memperoleh data dan atau informasi yang telah
terperinci dan untuk melengkapi data hasil observasi, peneliti dapat
melakukan wawancara kepada guru, siswa, kepala sekolah dan
fasilitator yang berkolaborasi. Wawancara digunakan untuk
mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau
wawasan. Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat
memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu
dan memiliki relevansi dengan permasalahan penelitian tindakan kelas.
Sementara itu, menurut Hopkins (1993), wawancara adalah suatau cara
untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas diihat dari sudut
pandang yang lain.
Dalam PTK wawancara dapat dilakukan terhadap kepala
sekolah, siswa, beberapa teman sejawat, pegawai tata usaha sekolah,
orang tua siswa, dan pihak-pihak yang terkait dengan masalah PTK.
Mereka disebut informan kunci atau key informan, yaitu mereka
mempunyai pengetahuan khusus, status, atau keterampilan
berkomunikasi. Karena guru ketika PTK berlangsung posisinya
mengajar, lebih baik yang melakukan wawancara adalah mitra
peneliti.49
Wawancara dapat dilakukan secara bebas atau terstruktur.
Wawancara hendaknya dapat dilakukan dalam situasi informal, wajar,
dan peneliti berperan sebagai mitra. Wawancara hendaknya dilakukan
49Ibid, h.157.
64
dengan mempergunakan pedoman wawancara agar semua informasi
dapat diperoleh secara lengkap. Jika dianggap masih ada informasi
yang kurang, dapat pula dilakukan secara bebas, guru yang
berkolaborasi dapat berperan pula sebagai pewawancara terhadap
siswanya. Namun, ia harus dapat menjaga agar hasil wawancara
memiliki objektivitas yang tinggi sebaiknya dalam wawancara,
pewawancara menggunakan alat rekaman untuk membantu catatan
lapangan, juga sebagai alat untuk mengingatkan topik bahasan ataupun
untuk memulai wawancara dengan memutar rekaman terdahulu agar
yang diwawancarai tetap berada di jalur pembicaraan dengan seizin
pihak yang diwawancarai.
3. Dokumentasi
Menurut Goetz dan Le Compte (1984) dokumen yang menyangkut
para partisipan penelitian akan menyediakan kerangka bagi data yang
mendasar. Termasuk ke dalamnya ialah:50
a. Koleksi dan analisis buku teks.
b.Kurikulum dan pedoman pelaksanaannya.
c. Arsip penerimaan murid baru.
d.Catatan rapat.
e. Catatan tentang siswa.
f. Rencana Pelajaran dan catatan guru
g. Hasil karya siswa
h. Kumpulan dokumen pemerintah
i. Koleksi arsip guru berupa buku harian, catetan peristiwa
penting, kenang-kenganan dari siswa angkatan lama
50Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), h.121.
65
K. Teknik Pemeriksaan Keterperpercayaan
1. Validasi Data
Cara-cara dalam validasi data penelitian tindakan kelas yaitu:51
a. Triangulasi
Triangulasi adalah membandingkan persepsi sumber data/informan
yang satu dengan yang lain di dalam/mengenai situasi yang sama,
misalnya, persepsi situasi mengajar ditinjau dari:
Guru
Siswa
Pengamat
b. Triangulasi dengan memakai berbagai sumber:
Survey
Observasi
Intervensi
Dokumen
c. “Audit Trail”
Data diperiksa oleh pihak ketiga misalnya oleh responden kunci
mencakup informasi yang mendeskripsikan cara-cara yang dipakai
untuk mengontrol kesalahan sehingga mampu mengambil
kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
L. Analisis Data dan Interpretasi Data
Bogdan menyatakan bahwa “Data analysis is the process of
systematically searching and arranging the interview transcripts,
fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own
understanding of them and to enable you to present what you have
discovered to others” Analisis data adalah proses mencari an menyusun
51 Wijaya Kusumah, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Indeks, 2012), h.83-84.
66
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data
dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyususn ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain.52
Analisis data pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan
teknik kualitatif dan kantitatif. Analisis data kualitatif untuk menentukan
proses peningkatan kemampuan motorik kasar (melompat) yang
dinyatakan dalam suatu pernyataan keadaan ataupun kriteria. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria: Belum Muncul (BM), Mulai
Muncul (MM), Berkembang Sesuai Harapan (BSH), Berkembang Sangat
Baik (BSB). Analisis data kuantitatif berupa data dan hasil presentasi untuk
memaparkan hasil data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang di
dapat dari penelitian.
1. Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif dilakukan terhadap data yang berupa
informasi, uraian dalam bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan
dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu
kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru
ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya.
Jadi bentuk analisis ini dilakukan merupakan penjelasan-penjelasan,
bukan berupa angka-angka statistik atau bentuk angka lainnya.53
Analisis Data di lapangan Model Miles and Huberman
52 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: IKAPI, 2009), h.
244. 53 Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Prakik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012),
h.106.
67
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan
pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap
jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai
setelah dianalisi belum memuaskan, maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh
data yang dianggap kredibel. Miles dan Huberman (1984),
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduction, data display,
dan conclusion drawing/verification. Langkah-langkah analisis
ditunjukkan pada gambar berikut:54
Periode Pengumpulan
Reduksi Data
Antisipasi Selama Setelah
Analisis
Display data
Selama
Kesimpulan/Verifikasi
Selama Setelah
54 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: IKAPI, 2009), h.
246.
68
2. Analisis Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang
digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab
rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan
dalam proposal. Karena datanya kuantitatif, maka teknik
analisis data menggunakan metode statistik yang sudah
tersedia.55 Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari
seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Untuk
penelitian yang tidak merumuskan hipotesis, langkah terakhir
tidak dilakukan.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif
menggunakan statistik. Terdapat beberapa dua macam statistik
yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu
statistic deskriptif, dan statistic.56
Selanjutnya untuk mengetahui berhasil atau tidaknya
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
motorik kasar anak dilakukan analisis presentase, dengan rumus
sebagai berikut:57
P =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑜𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 x 100%
55Ibid, h.243. 56Ibid, h.147. 57Rizky Aulia Soraya, Upaya Meningkatkan Keterampilan Motorik Kasar Anak Kelompok B
Melalui Permainan Estafet, Jurnal PAUD, Edisi 7, Tahun ke-6, 2017, h. 649.
123
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain lompat tali dapat meningkatkan
kemampuan motorik kasar pada anak usia 5-6 tahun kelompok B PAUD Al-
Ikhlas. Dengan dilakukannya kegiatan permainan lompat tali kemampuan
motorik kasar yang berhubungan dengan aspek kecepatan, keseimbangan,
kekuatan, dan koordinasi pada anak menjadi lebih terampil. Suasana ketika
istirahat menjadi lebih interaktif dan menyenangkan.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian pada akhir siklus II ini dapat
dikatakan berhasil karena telah mencapai bahkan melebihi batas minimum
yang telah ditentukan, sehingga pemberian tindakan dihentikan pada siklus II.
Dapat dilihat dari hasil rata-rata kemampuan motorik kasar anak pada pra-
penelitian sebesar 216 (35,96%), pada siklus I meningkat sebesar 361
(59,99%) , dan pada siklus II meningkat sebesar 498 (83%).Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa melalui permainan lompat tali dapat meningkatkan
kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun (kelompok B.1) PAUD Al-
Ikhlas Tangerang Selatan.
B. Implikasi
Penerapan Penelitian Tindakan Kelas ini mengandung implikasi bahwa
melalui permainan lompat tali sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun atau
kelompok B di PAUD Al-Ikhlas Tangerang Selatan
2. Meningkatkan motivasi dan minat belajar dalam kegiatan belajar,
khususnya dalam pembelajaran motorik kasar
124
3. Terciptanya suasana aktif dan kreatif pada anak dalam proses
pembelajaran.
C. Saran
Setelah mengetahui hasil kemampuan motorik kasar anak, diharapkan
anak meningkatkan kemampuan minat, motivasi dan percaya diri anak dalam
kemampuan motorik kasar.
1. Bagi Anak
Setelah mengetahui hasil kemampuan motorik kasar anak, diharapkan
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak dalam kecepatan,
keseimbangan, kekuatan, koordinasi serta percaya diri, motiviasi dan
semangat belajar, bermain dalam permainan lompat tali.
2. Bagi Guru
Guru diharapkan lebih kreatif dalam melakukan kegiatan pembelajaran
dan pengembangan kemampuan motorik kasar anak melalui konsep
permainan-permainan tradisional seperti lompat tali, dengan tujuan
kemampuan motorik kasar anak dapat meningkat.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan agar dapat memanfaatkan permainan lompat
tali sebagai alternatif peningkatan kemampuan motorik kasar anak didik,
dan diharapkan sekolah juga memfasilitasi sarana prasarana outdoor agar
lebih maksimal ketika pelaksanaan pembelajaran motorik kasar.
4. Bagi Peneliti
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar lebih berusaha
meningkatkan aspek-aspek lain yang dapat diteliti sehingga memperoleh
hasil penelitian yang lebih optimal dan bermanfaat untuk semua orang,
khususnya bagi Pendidikan Anak Usia Dini.
125
DAFTAR PUSTAKA
Yus Anita, Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana, 2011.
Fad Aisyah, Kumpulan Permainan Anak Tradisional Indoneisa. Jakarta: Naga
Swadaya, 2014.
Departemen Agama RI, Al-Aliyy, (2003), Al-Qur’an dan Terjemahnannya, Bandung:
Diponegoro IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia).
Hurlock Elizabeth, Pekembangan Anak. Jakarta: Erlangga, 1978.
Hans Van Der Mars. The Effect Of A Perfomance base Curriculum On The Gross
Motor Development Of Preschool Children During Teacher Training. Arizona
State University.1983.
Beaty Janice J, Observasi Perkembangan Anak Usia Dini Edisi Ketujuh. Jakarta:
Prenamedia, 2013.
Santrock John W, Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga, 2007.
Subagyo Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta,
2012.
Subagyo Johni, Metode Penelitian Pendidikan & Aplikasinya Pada Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD). Jakarta: Prenamedia Group, 2013.
Achroni Keen, MengoptimalkanTumbuhKembangAnakmelaluiPermainanTradisional.
Jogjakarta: Javalitera, 2012.
Khadijah, Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Bandung: Citapustaka Media
Perintis, 2012.
126
Khairi Zawi, Dinese.K.C.L,Rozlina Tan Abdullah. Gross Motor Development Of
Malaysian Hearing Impaired Male pre-and Early School Children. Journal
International Education Studies.University Kebangsaan Malaysia.Vol 7.No
13, 2014.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010.
Indaswari Lolita, Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui
Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina Agama, Jurnal Pesona
PAUD, Vol. 1, No. 1,2012.
Hidayanti Maria, Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Permainan
Bakiak, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 7, Edisi 1, 2013.
Wahyudi M. Dani & Prastika Yeni, Upaya Mengembangkan Aspek Motorik Kasar
Anak TK Kelompok B Menggunakan Model Explicit Instruction Divariasikan
dengan Permainan Tradisional, Jurnal Paradigma, Vol. 10, No. 2, 2015.
Miller, Susan E.; Krantz, Murray, An Application to Integration of Fine and Gross
Motor Skills of Young Children. Perceptual and Motor Skills, Vol. 52, No 3,
1981.
Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta,
1999.
Wiyani Novan Ardy, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava
Media, 2014.
Alawiyah Ratu Tuti, Peningkatan Keterampilan Motorik Kasar Melalui Permainan
Tradisional Banten, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 8, Edisi 1, 2014.
127
Soraya Rizky Aulia, Upaya Meningkatkan Keterampilan Motorik Kasar Anak
Kelompok B Melalui Permainan Estafet, Jurnal PAUD, Edisi 7, Tahun ke-6,
2017.
J. Rebecca; Powell, Cheniel; Stanley, Peter; de Candole, Rosalind, Predicting Motor
Skills from Strengths and Difficulties Questionnaire Scores, Language
Ability, and Other Features of New Zealand Children Entering Primary
School Sargisson. Australian Educational and Developmental Psychologist,
Vol 3.No 1.2014.
Wiriaatmadja Rochiati, Metode Penelitian Tindakan KelasBandung: Remaja
Rosdakarya, 2009.
Suyadi, Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia, 2010.
Samsudin, Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Prenada Media
Group, 2008.
Dharmamulya Sukirman, Permainan Tradisional Jawa. Yogyakarta: Kepel Press,
2008.
Syamsidah, 100 Permainan PAUD & TK di Dalam & di Luar Kelas. Yogyakarta:
Diva Kids, 2015.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: IKAPI,
2009.
Tampubolon Saur, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga, 2014.
Taniredja Tukiran, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru.
Bandung: Alfabeta, 2013.
128
Sujiono Yuliani Nurani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks,
2013.
Sanjaya Wina, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011.
Kusumah Wijaya, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks, 2012.
Williams, Harriet G.; Pfeiffer, Karin A.; Dowda, Marsha; Jeter, Chevy; Jones,
Shaverra; Pate, Russell R, A Field-Based Testing Protocol for Assessing
Gross Motor Skills in Preschool Children: The Children's Activity and
Movement in Preschool Study Motor Skills Protocol. Measurement in
Physical Education and Exercise Science,Vol 13.No 3.2009.