gambaran perkembangan motorik kasar bayi yang …eprints.ums.ac.id/53471/1/naskah publikasi.pdf ·...

14
GAMBARAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI YANG DIBERIKAN ASI NON EKSKLUSIF DI DESA PESAGI KAYEN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : SEPTY LARAS WATY J210130047 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: phamnhan

Post on 18-May-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

GAMBARAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI

YANG DIBERIKAN ASI NON EKSKLUSIF DI DESA PESAGI

KAYEN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

SEPTY LARAS WATY

J210130047

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

i

ii

iii

1

GAMBARAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI YANG

DIBERIKAN ASI NON EKSKLUSIF DI DESA PESAGI KAYEN

Abstrak

Latar Belakang: Kadar gizi dalam tubuh sangat berperan penting untuk

kelangsungan hidup manusia. Perkembangan yang dialami seorang balita terjadi

secara bertahap sesuai alur perkembangan. Tumbuh kembang balita juga

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor lingkungan dan faktor genetik.

Keterampilan motorik kasar mencakup gerakan dan penguasaan anggota badan

dan kelompok utama seperti menegakan kepala, duduk tanpa bantuan, berdiri dan

berjalan. Faktor terbesar yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar bayi

adalah asupan gizi yang diterima terutama pemberian ASI Non Ekslusif.

Perkembanagn motorik kasar sangat penting bagi perkembangan keterampilan

bayi secara keseluruhan. Tujuan: untuk mengetahui gambaran perkembangan

motorik kasar bayi yang diberikan Asi Non Ekslusif di desa Pesagi Kayen.

Metode: jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan metode pendekatan

cross sectional dan jumlah sampel sebanyak 51 sampel. Hasil: bayi yang

mendapatkan ASI Non Ekslusif mengalami tahap perkembangan normal sebanyak

19 bayi (37,3%), kategori peringatan (caution) sebanyak 18 bayi (35,3%), dan

kategori keterlambatan (delay) sebanyak 14 bayi (27,5%). Kesimpulan:

Perkembangan motorik kasar yang paling dominan pada bayi yang diberi ASI non

ekslusif di desa Pesagi Kayen adalah berdiri yaitu sebanyak 15 bayi dan terdapat

gambaran perkembangan motorik kasar bayi yang diberikan ASI non ekslusif di

desa Pesagi Kayen.

Kata Kunci: Perkembangan, Motorik Kasar, ASI Non Ekslusif

Abstract

Background: Nutrition levels in the body play an important role for human

survival. The development experienced by a toddler occurs gradually according to

the flow of development. Toddler growth is also influenced by two factors,

namely environmental factors and genetic factors. The biggest factor affecting the

development of gross motor is infant acceptable nutrition especially exclusive

breastfeeding, gross motor development is crucial for the development is crucial

for development of overall baby skills. Objective: to know the picture of rough

morotic developments of infants given non exclusive ation in the village of Pesagi

Kayen. Method: This research type is descriptive analytic with approach method

of cross sectional and total sample counted 51 sample. Results: Non-exclusive

breastfed infants experienced a normal developmental stage of 19 infants (37.3%),

caution categories of 18 infants (35.3%), and delay categories of 14 infants (27.5

%). Conclusion: The most dominant gross motor development in non-exclusive

breastfed infants in Pesagi Kayen village is 15 children and there is a picture of

rough motor development of infants who are given exclusive breast milk in the

village of Pesagi Kayen.

Keywords: Development¸ Gross Motor, Non Exclusive Ation

2

1. PENDAHULUAN

Kadar gizi dalam tubuh sangat berperan penting untuk kelangsungan

hidup manusia. Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu unsur penting

dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk meningkatkan

mutu kehidupan (Ambarwati, 2014).

Pemberian ASI ekslusif sangat berperan dalam pencapaian tujuan

Millinium Development Goal (MDGS). Pertumbuhan dan perkembang balita

sebagian besar ditentukan oleh ASI yang diperoleh. Menurut (WHO, 2010).

Tumbuh kembang balita sangat dipengaruhi oleh status gizi yang baik dan

seimbang, karena gizi yang tidak memenuhi standar akan berpengauh terhadap

tumbuh kembang (Maditantiningtias, 2015).

Faktor terbesar yang memperngaruhi perkembangan motorik kasar bayi

adalah asupan gizi yang diterima terutama pemberian ASI ekslusif.

Perkembanagn motorik kasar sangat penting bagi perkembangan keterampilan

anak secara keseluruhan (Soetjiningsih, 2013)

Data cakupan pemberian ASI ekslusif Kabupaten Pati yaitu sebesar

50,4% sedangkan data dari Puskesmas Kayen tentang cakupan pemberian ASI

eskalusif tergolong masih kurang yaitu sebesar 27, 31%.

Menurut data yang didapat peneliti saat melakukan studi pendahuluan,

desa yang terbilang paling rendah untuk pemberian ASI ekslusif di wilayah

kerja puskesmas Kayen adalah di desa Pesagi dengan prevalensi sebesar 10,

49% yang artinya lebih banyak pemberian ASI non ekslusif dari pada ASI

ekslusif.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik. Penelitian

deskriptif analitik merupakan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh

gambaran yang akurat dari sejumlah karakteristik masalah yang diteliti

(Sunyoto, 2011). Penelitian deskriptif abalitik merupakan penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan variabel satu dengan yang lainnya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional (potong lintang),

3

dimaana subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran

variabel dilakukan pada saat yang sama,

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Responden

Tabel 1. Gambaran jenis kelamin bayi usia 7-12 bulan yang mendapatkan

ASI non ekslusif

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-Laki 25 49%

Perempuan 26 51%

Tabel 2. Gambaran usia bayi 7-12 bulan yang mendapatkan ASI non

ekslusif

N

Minimu

m Maximum Mean

Umur 51 7 12 8,20

Valid N

(Listwise) 51

Dapat diketahui bahwa nilai rata-rata usia bayi 7-12 bulan di Desa

Pesagi Kayen tahun 2017 didapatkan rata-rata usianya adalah 8 bulan

dengan usia termuda adalah 7 bulan dan usia tertua adalah 12 bulan.

Tabel 3. Gambaran Pendidikan Ibu

Frekuensi Persen

Persen

Valid

Persen

Kumulative

Valid PT 5 9,8 9,8 9,8

SD 15 29,4 29,4 39,2

SMA 14 27,5 27,5 66,7

SMP 17 33,3 33,3 100,0

Total 51 100,0 100,0

Dapat diketahui bahwa sebagian besar pendidikan ibu responden

adalah SMP sebanyk 17 bayi (33,3%), Sekolah Dasar sebanyak 15 bayi

(29,4%), SMA sebanyak 14 bayi ( 27,5%), dan didapatkan juga Perguruan

Tinggi sebanyak 5 bayi (9,8%).

4

3.2 Analisis Univariat

Tabel 4. Gambaran perkembangan motorik kasar bayi

Duduk Tanpa Pegangan

Frekuen

si Persentase

Vali

d

tidak dapat 9 64.3%

dapat 5 35.7%

Total 14 100.0%

Berdiri Dengan Pegangan

Frekuen

si Persentase

Vali

d

tidak

dapat

10 43.5 %

dapat 13 56.5 %

Total 23 100.0%

Bangkit Untuk Berdiri

Frekuensi Persentase

Valid tidak dapat 3 20.0%

dapat 12 80.0%

Total 15 100.0%

Bangkit Terus Duduk

Frekuensi Persentase

Valid tidak dapat 5 27.8%

dapat 13 72.2%

Total 18 100.0%

Berdiri 2 Detik

Frekuensi Persentase

Valid tidak dapat 0 0%

dapat 5 100.0%

Total 5 100.0%

Berdiri Sendiri

Frekuensi Persentase

Valid tidak dapat 0 0%

dapat 2 100.0%

Total 2 100.0%

5

Membungkuk Kemudian Berdiri

Frekuensi

Persentas

e

Valid tidak

dapat

0 0%

Dapat 1 100.0%

Total 1 100.0%

Berjalan Dengan Baik

Frekuensi Persen

Valid tidak dapat 0 0

Dapat 1 100.0

Total 1 100.0

Dapat diketahui bahwa perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan

di desa Pesagi didapatkan bayi yang tidak dapat duduk tanpa pegangan

sebanyak 9 bayi (64.3%), dapat duduk tanpa pegangan sebanyak 5 bayi

(35,7%), tidak dapat berdiri dengan pegangan sebanyak 10 bayi (43,5%),

dapat berdiri dengan pegangan sebanyak 13 bayi (56,5%), tidak dapat bangkit

untuk berdiri sebanyak 3 bayi (20,0%), dapat bangkit untuk berdiri sebanyak

12 bayi (80,0%), tidak dapat bangkit terus duduk sebanyak 5 bayi (27,8%),

dapat bangkit terus duduk sebanyak 13 bayi (72,2%), tidak dapat berdiri 2

detik sebanyak 0 bayi (0%), dapat berdiri 2 detik sebanyak 5 bayi (100,0%),

tidak dapat berdiri sendiri sebanyak 0 bayi (0%), dapat berdiri sendiri

sebanyak 2 bayi (100,0%), tidak dapat membungkuk kemudian berdiri

sebanyak 0 bayi (0%), dapat membungkuk kemudian berdiri sebanyak 1 bayi

(100,0%), tidak dapat berjalan dengan baik sebanyak 0 bayi (0%), dapat

berjalan dengan baik sebanyak 1 bayi (100,0%).

3.4 Pembahasan

3.4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa jenis kelamin

bayi 7-12 bulan di Desa Pesagi Kayen tahun 2017 distribusi tertinggi

bayi berjenis kelamin perempuan dengan 26 (51%) dan bayi berjenis

kelamin laki-laki dengan 25 (49%). Berdasarkan penelitian Wauran

6

(2016), didapatkan data bahwa distribusi tertinggi pada bayi

perempuan dengan 20 (52,6%) sedangkan laki-laki berjumlah 18

(47,4%).

3.4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata usia

bayi 7-12 bulan di Desa Pesagi Kayen tahun 2017 didapatkan rata-rata

usianya adalah 8 bulan dengan usia termuda adalah 7 bulan dan usia

tertua adalah 12 bulan.

3.4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

pendidikan ibu responden adalah SMP sebanyk 17 bayi (33,3%),

Sekolah Dasar sebanyak 15 bayi (29,4%), SMA sebanyak 14 bayi (

27,5%), dan didapatkan juga Perguruan Tinggi sebanyak 5 bayi

(9,8%). Berdasarkan penelitian Sari (2016), didapat data bahwa

pendidikan ibu tertinggi SMA 21 (33,9%), Perguruan Tinggi 20

(32,3%), SMP 11 (17,7%), SD 10 (16,1%).

Berdasarkan status tingkat pendidikan ibu, sebagian besar ibu

berstatus pendidikan terakhir SD dan SMP. Rendahnya tingkat

pendidikan ibu dapat mempengaruhi pengetahuan akan pemberian ASI

pada bayi. Pemberian ASI non eksklusif diberikan saat bayi berusia

kurang dari 6 bulan. Hal ini dapat mempengaruhi kecukupan asupan

gizi pada bayi yang berpengaruh terhadap perkembangan. Pendidikan

orang tua menjadi faktor yang secara tidak langsung dapat

mempengaruhi status gizi bayi. Salah satu faktor pemberian ASI non

eksklusif pada bayi yang belum genap berumur 6 bulan adalah

kurangnya pengetahuan akan pentingnya nutrisi yang terkandung pada

ASI Ekslusif. Maraknya iklan susu formula yang menawarkan bayi

yang gemuk, lucu, dan sehat juga menjadi faktor pemberian ASI Non

Ekslusif pada bayi (Fikawati, 2010).

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting

dalam tumbuh kembang bayi, karena dengan pendidikan yang baik

7

maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar tentang cara

pengasuhan bayi yang baik terutama cara mpemberian stimulasi,

bagaimana menjaga kesehatan bayinya, pendidikannya dan

sebagainnya. Sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki dan

perilaku yang diharapkan akan muncul tindakan stimulasi yang baik

(Soetjiningsih, 2014).

3.4.4 Gambaran perkembangan motorik kasar bayi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti dapat diketahui

bahwa perkembangan motorik kasar bayi usia 7-12 bulan di desa

Pesagi didapatkan bayi yang tidak dapat duduk tanpa pegangan

sebanyak 9 bayi (64.3%), dapat duduk tanpa pegangan sebanyak 5 bayi

(35,7%), dapat berdiri dengan pegangan sebanyak 13 bayi (56,5%),

tidak dapat bangkit untuk berdiri sebanyak 3 bayi (20,0%), dapat

bangkit untuk berdiri sebanyak 12 bayi (80,0%), tidak dapat bangkit

terus duduk sebanyak 5 bayi (27,8%), dapat bangkit terus duduk

sebanyak 13 bayi (72,2%), tidak dapat berdiri 2 detik sebanyak 0 bayi

(0%), dapat berdiri 2 detik sebanyak 5 bayi (100,0%), tidak dapat

berdiri sendiri sebanyak 0 bayi (0%), dapat berdiri sendiri sebanyak 2

bayi (100,0%), tidak dapat membungkuk kemudian berdiri sebanyak 0

bayi (0%), dapat membungkuk kemudian berdiri sebanyak 1 bayi

(100,0%), tidak dapat berjalan dengan baik sebanyak 0 bayi (0%),

dapat berjalan dengan baik sebanyak 1 bayi (100,0%). Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah (2012)

dengan hasil penelitian menunjukan bahwa bayi yang mendapatkan

susu formula sebesar 89,19% mengalami keterlambatan

perkembangan, sedangkan bayi yang mendapatkan ASI ekslusif

sebanyak 67,57% mengalami tahap perkembangan yang normal. Hal

ini juga sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Harlock (2010)

bahwa pengisapan ASI dengan adanya refleks menghisap merupakan

stimulan dini terhadap tumbuh kembang bayi. Perkembangan bayi

8

dapat terganggu oleh kondisi lingkungan atau fisik yang kurang

mendukung seperti kurang gizi dan stimulasi dari lingkungan.

Pada penelitian yang dilakukan (Lisa, 2012) menunjukan bahwa

balita di Keluarahan Brontokusuman Kecamatan Mergangsan

Yogyakarta yang berkembang sesuai umur sebanyak 88 balita (38,1%)

sedangkan yang tidak berkembang sesuai umur sebanyak 143 balita

(61,9%). Hasil penelitian yang dilakukan peneliti didapatkan bahwa

bayi yang berumur 8 bulan tidak dapat berdiri dengan pegangan

sebanyak 10 bayi (43,5%). Hal ini didukung oleh penelitian lain yang

mengungkapkan bahwa pemberian ASI non ekslusif yang

berkepanjangan mungkin tidak menyediakan vitamin B yang cukup

untuk bayi dan memiliki efek negatif pada perkembangan motorik

kasar bayi. Pada bayi dengan kekurangan cobalamin selama dalam

kisaran 0-6 bulan dapat berdampak pada fungsi motorik kasar bayi

(Torsvik, 2015).

Pada penelitian sebelumnya mengatakan bahwa terbukti

pemberian ASI secara tidak ekslusif berpeluang bayi mempunyai

perkembangan motorik kasar dibawah rata-rata sebesar dua kali lebih

besar dibandingkan diatas rata-rata (Al-Rahmad, 2016). Hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil bahwa bayi

yang berumur 9-10 bulan tidak dapat duduk terus berdiri sebanyak 5

bayi (27,8%). Hal ini didukung oleh penelitian lain yang

mengungkapkan bahwa pemberian ASI tidak ekslusif beresiko 5,6 kali

terjadi perkembangan motorik kasar balita tidak sesuai umur

dibandingkan dengan balita yang diberi ASI Ekslusif (Lisa, 2012). Dari

aspek fungsi kognitif pemberiam ASI ekslusif memberikan hasil lebih

baik dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan ASI ekslusif.

Pemantauan perkembangan pada bayi dimulai sejak dini berguna

untuk menemukan penyimpangan atau hambatan perkembangan bayi,

sehingga dapat dilakukan upaca pencegahan, upaya stimulasi, upaya

penyembuhan serta upaya pemulihan dapat diberikan dengan indikasi

9

yang jelas sedini mungkin pada masa-masa tumbuh kembang bayi

(Dewey et,al, 2013) Pemantauan dan penelitian perkembangan motorik

kasar bayi dapat dilakukan dengan program kegiatan dengan program

kegiatan surveilans dan scrining. Scrining yang dapat dilakukan salah

satunya dengan Denver II yang dapat diandalkan dan menunjukan

validitas yang tinggi serta mudah dan cepat dilakukan. Perkembangan

motorik kasar membutuhkan tenaga yang dilakukan oleh otot-otot

besar serta kematangan dalam koordinasi (Soetjiningsih, 2014).

4. Penutup

4.1 Kesimpulan

Perkembangan motorik kasar yang paling dominan pada bayi yang diberi

ASI non ekslusif di desa Pesagi Kayen adalah berdiri yaitu sebanyak 15 bayi.

Terdapat gambaran perkembangan motorik kasar bayi yang diberikan ASI non

ekslusif di desa Pesagi Kayen.

4.2 5.2 Saran

Sebagai bahan informasi atau sumber pengetahuan tentang manfaat

mengkonsumsi asi non ekslusif pada bayi usia sampai 6 bulan dapat

berpengaruh pada perkembangan motorik kasar.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Rahmad, Agus Hendra dkk. (2016). Perkembangan Prikomotorik Bayi 6-9

Bulan Berdasarkan Pemberian ASI Ekslusif. Journal Action, 1(2):99-104.

Ambarwati, Wulan. (2014). Perbandingan Pertumbuhan Bayi yang diberikan Air

Susu Ibu (ASI) Eksklusif dengan Pengganti Air Susu Ibu (PASI) di

Kelurahan Kebon Jeruk. Jurnal Keperawatan, vol 1.No 2: 4-8

Dewey KG, Cohen RJ, Brown KH, Rivera LL.(2011). Effects Of Exclusive

Breasfeeding For Four Versus Six Months On Maternal Nutritional Status

And Infant Motor Development: Result Of Two Randomized Trials In

Honduras. J Nut, 131(2):262-7.

10

Fikawati & Syafiq. (2010). Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu

Ekslusif dan Inisiasi Menyusui Dini di Indonesia, Makara Kesehatan,

14(1):17-24.

Harlock E. (2010). Perkembangan Anak (Edisi 6.Jilid 1 ed). Jakarta: PT

Erlangga.

Istiqomah. (2012). Pengaruh Pemberian Asi Ekslusif Dengan Asi Non Ekslusif

Di Desa Sendang. Jurnal Edu Health, Vol 3.No.2, September 2012. 86-89.

ISSN 2081-3251

Kartikaningsih, L.D. (2009). Gangguan Perkembangan Motorik Halus pada

Balita Kurang Gizi di Kecamatan Sumberjambi Kabupaten Jember.

(Skripsi). Universitas Jember, Jember.

Lisa, Ulfa Farah. (2012). Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan

Perkembangan Motorik Kasar Balita di Kelurahan Brontokusuman

Kecamatan Mergangsan Yogyakarta. Jurnal Ilmial, Vol 1. No 2.

Madiyantiningtias, Endah Heni. (2015). Hubungan Status Gizi Dengan

Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 3-5 Tahun Di Puskesmas Miri-

Sragen. Jurnal Keperawatan, Vol 3. No.1: 14-19.

.

Soetjiningsih. (2013). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Soetjinignsih. (2014). Konsep Tentang ASI Ekslusif. Jakarta: EGC.

Sunyoto, Suyanto. (2011). Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta: Caps.

Torsvik, Ingrid Kristin., Per, Magne Ueland., Trond, Markestad., Øivind, Midttun

& Anne, Lise Bjørke Monsen. (2017). Motor Development Related To

Duration Of Exclusive Breastfeeding, B Vitamin Status And B12

Supplementation In Infants With A Birth Weight Between 2000-3000 G,

Results From A Randomized Intervention Trial. Journal of BMC

Pediatrics, 15:218

Wauran, Gabriela Chindy dkk.(2016). Hubungan Status Gizi Dengan

Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 1-3 Tahun Di Kelurahan

Bitung Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. E-Journal

Keperawatan, 4(2):3-4.

WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2011). Pelayanan Kesehatan

Anak di Rumah Sakit, Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat

Pertama. Jakarta : WHO dan IDAI.