bab ii kajian pustaka a. kerangka teori 1. pengertian...
TRANSCRIPT
10
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Pengertian Belajar
Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang
peranan yang sangat vital. Dalam proses pembelajaran akan terjadi
adanya proses mengajar yaitu suatu proses, bahwa kegiatan mengajar
hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar murid. Oleh karena
itu, penting sekali bagi guru untuk memahami sebaik-baiknya tentang
proses belajar murid, agar ia dapat memberikan bimbingan dan
menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid-
murid.
a. Pengertian Belajar
Menurut Hamalik (2009:27-28) terdapat berbagai
pengertian belajar antara lain:
1) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman (learning is defined as the
modificationor strengthening of behavior through
experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih
luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan
penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
10
11
11
2) Belajar adalah suatu proses pengubahan tingkah laku, hanya
berbeda cara atau usaha pencapaiannya. Pengertian ini
menitik beratkan pada interaksi antara individu dengan
lingkungannya.
Berdasarkan pengertaian-pengertian diatas dapat ditarik
simpulan sebagai berikut :
1) Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu
diterima baik oleh masyarakat. Tujuan merupakan salah
satu aspek dalam situasi belajar
2) Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak
sendiri.
3) Didalam mencapai tujuan itu, murid senantiasa akan
menemui ada kesulitan, rintangan, dan situasi-situasi yang
tidak menyenangkan.
4) Hasil belajar yang utama ialah pola tingkah laku yang bulat.
5) Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang
sebenarnya.
6) Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan
dihubungkan dengan tujuan dalam situasi belajar.
7) Murid memberikan reaksi secara keseluruhan
8) Murid diarahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berada
dalam lingkungan itu.
12
12
9) Murid-murid diarahkan ke tujuan –tujuan lain, baik yang
berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan
tujuan utama dalam situasi belajar.
Pengertaian belajar menurut Dimyati dan Mudjiono
(2006:7) Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang
kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh
siswa itu sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak
terjadinya proses belajar.
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat
didefinisikan sebagai berikut : ” Belajar ialah suatu proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri
perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah :
1) Perubahan terjadi secara sadar
2) Perubahan dalm belajar bersifat kontinu dan fungsional
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
13
13
b. Pengertian Proses Belajar
Menurut Wiliam Burton dalam Hamalik (2009:31-32)
menyampaikan tentang prinsip-prinsip belajar yaitu :
1) Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan
melampaui (under going).
2) Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman
dan mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.
3) Pengalaman belajar secara maksimun bermakna bagi
kehidupan murid.
4) Pengalaman belajar bersumber dari kebuuhan dan tujuan
murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu.
5) Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan
lingkungan.
6) Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil
dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual
dikalangan murid-murid.
7) Proses belajar berlangsung secara efektif apabila
pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan
disesuaikan dengan kematangan murid-murid.
8) Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status
dan kemajuannya.
14
14
9) Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai
prosedur.
10) Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama
lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah.
11) Proses belajar berlangsung secara efektif dibawah
bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa
tekanan dan paksaan.
12) Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan
keterampilan.
13) Hasil-hasil belajar diteriam oleh murid apabila memberi
kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna
baginya.
14) Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian
pengalaman-pengalaman yang tidak dapat dipersamakan
dan dengan pertimbangan yang baik.
15) Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi
kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda.
16) Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat
kompleks dan dapat berubah-rubah (adaptable), jadi tidak
sederhana dan statis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut
Hamalik (2009 : 32-33) antara ain :
15
15
1) Faktor kegiatan, penggunaan, dan ulangan; siswa yang
belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural
system, seperti melihat, medengarkan, merasakan, berpikir,
kegiatan motoris dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan
lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan,
sikap, dan minat. Apa yang dipelajari perlu digunakan
secara praktis dan dan diadakan ulangan secara kontinu
dibawah kondisi yang serasi, sehingga penguasaan hasil
belajar lebih mantap.
2) Belajar memerlukan latihan dengan jalan: relearning,
recalling dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan
dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai
akan dapat lebih mudah dipahami.
3) Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika
siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya.
Belajar hendaknya dilkukan pada situasi yang
menyenangkan.
4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau
gagal dalam belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan
kepuasan dan mendorong belajar lebih baik, sedangkan
kegagalan akan menimbulkan frustasi.
5) Faktor asosasi besar manfaatnya dalam belajar, karena
semua pengalaman belajar antara yang lama dengan baru,
16
16
secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu
kesatuan pengalaman.
6) Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-
pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar perananya
dalam proses belajar. Pengalaman dan pengertian itu
menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman
baru dan pengertian-pengertian baru.
7) Faktor kesiapan belajar, murid yang siap dalam belajar akan
dapat melakukan kegiatan belajar dengan mudah dan lebih
berhasil.
8) Faktor minat dan usaha, Belajar dengan minat akan
mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa
minat.
9) Faktor-faktor fisiologis, kondisi badan siswa yang sedang
belajar sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran.
10) Faktor intelegensi, murid yang cerdas akan lebih berhasil
dalam kegiatan belajar, karen ia lebih mudah menangkap,
memahami dan mengingat pelajaran.
Teori tentang transfer hasil belajar menurut Hamalik
(2009:33-34), yaitu setidak - tidaknya ada 3 teori antara lain :
1) Teori disiplin formal ( The formal Discipline Theory)
Teori ini mengatakan bahwa ingatan, sikap, perimbangan,
inspirasi, dan sebagainya dapat diperkuat melalui latihan-
17
17
latihan akademis. Teori ini biasanya digunakan pada mata
pelajaran seperti geometri dan bahasa latin.
2) Teori unsur-unsur yang identik (The identical elements
theory).
Teori ini mengatakan bahwa tranfer terjadi apabila diantara
dua situasi atau dua kegiatan terdapat unsur-unsur yang
bersamaan(identik). Teori ini banyak digunakan dalam
kursus latihan jabatan.
3) Teori generalisasi (The Generalization Theory)
Teori ini merupakan revisi terhadap teori unsur-unsur yang
identik, tetapi generalisasi menekankan kepada
kompleksitas dari apa yang dipelajari. Teori ini juga
menekankan kepada pembentukan pengertian (concept
information) yang dihubungkan dengan pengalaman-
pengalaman lain.
Menurut Suardi (dalam Djamarah dan Zain, 2010:39)
tentang ciri-ciri belajar mengajar antara lain :
1) Belajar mengajar memiliki tujun, yakni untuk membentuk
anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.
2) Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan,
didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3) Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu
penggarapan materi yang khusus.
18
18
4) Ditandai dengan adanya kativitas peserta didik.
5) Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai
pembimbing.
6) Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin.
7) Adanya batas waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas
wkatu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa di tinggalkan.
8) Adanya evaluasi dari seluruh kegiatan belajar mengajar.
Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar
mengandung sejumlah komponen yang meliputi :
1) Tujuan
2) Bahan pelajaran
3) Kegiatan Belajar Mengajar
4) Metode pembelajaran
5) Alat
6) Sumber pelajaran
7) Evaluasi
2. Motivasi Belajar
Ada dua macam prinsip yang digunakan untuk meninjau
motivasi yaitu :
a. Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang
proses ini akan membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita
19
19
amati dan untuk memperkirakan kelakuaan-kelakuan lain pada
seseorang.
b. Menentukan karakter motivasi dengan melihat proses dari
tingkah laku tersebut.
Menurut Donald dalam Hamalik , ( 2009:156) “motivation is an
energy change within the person characterized by effective arousal
and anticipatory goal reaction.
“Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan ada tiga unsur yang
saling berkaitan, yaitu sebagai berikut:
a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.
Peubahan ini timbul dari perubahan tertentu didalam sistem
neuropisiologis dalam organisme manusia.
b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal.
Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupaka
suasana emosi, dan kemudian menimbulkan kelakuan yang
bermotif.
c. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Maksudnya adanya respon-respon yang tertuju pada suatu tujuan.
Motivasi memiliki 2 komponen, yakni komponen dari dalam
(inner component) dan komponen dari luar (outer component).
20
20
Komponen dalam ialah perubahan dalam seseorang, keadaan merasa
tidak puas dan tegangan psikologis, sedangkan komponnen dari luar
ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah
kelakuannya.
Menurut Hover dalam Hamalik, (2009:163) prinsip - prinsip
motivasi sebagai berikut :
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman.
b. Semua murid mmepunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis
(bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan.
c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada
motivasi yang dipaksakan dari luar.
d. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan
keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan (reinforcement).
e. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain.
f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang
motivasi.
g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan
minat yang lebih besar untuk mengerjakannya dari pada apabila
tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru.
h. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external reward) kadang-
kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat
yang sebenarnya.
21
21
i. Tekhnik dan proses belajar mengajar yang bermacam-macam
adalah efektif untuk memelihara minat murid.
j. Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat
ekonomis.
k. Kegiatan-kegiatan yang akan dapat merangsang minat murid-
murid yang kurang mungkin tidak ada artinya (kurang berharga)
bagi para siswa yang tergolong pandai.
l. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar.
m. Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar,
dapat juga lebih baik.
n. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka
frustasi secara cepat menuju demoralisasi.
o. Setiap murid mmepunyai tingkatan frustasi yang berlaianan.
p. Tekanan kelompok murid (per grup) kebanyakan lebih efektif
dalam motivasi dari pada tekanan/paksaan dari orang dewasa.
q. Motivasi yang besar erat kaitannya dengan kreatifitas murid.
Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakan
atau membangkitkan motivasi belajar siswa antara lain :
a. Memberi angka
b. Pujian
c. Hadiah
d. Kerja Kelompok
e. Persaingan
22
22
f. Tujuan dan level of aspiration
g. Sarkasmu
h. Penilaian
i. Karya wisata dan ekskursi
j. Film pendidikan
k. Belajar melalaui radio.
Seperti halnya diatas, Maslow dalam Uno (20011:6), bahwa
kebutuhan manusia secara hierarkis semuanya laten dalam diri
manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis (sandang
pangan), kebutuhan rasa aman (bebas bahaya), kebutuhan kasih
sayang, kebuuhan dihargai dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi
diri.
3. Pengertian Prestasi
a. Prestasi
Menurut Winkel (1999:141) kemampuan intelektual
memegang peranan terhadap tinggi-rendahnya taraf prestasi belajar
siswa, khusus bila ditinjau peranan dari intelegensi teoritas dianeka
bidang studi yang menuntut banyak pikiran, seperti IPA dan belajar
bahasa asing. Namun, tinggi rendahnya taraf prestasi belajar tidak
hanya ditentukan oleh taraf intelegensi saja. Masih ada faktor-
faktor lain yang ikut berperan, misalnya motivasi belajar siswa.
Dalam kemampuan intelegensi terdapat taraf-taraf, dari intelegensi
yang tinggi sampai taraf intelegensi yang rendah. Banyak
23
23
manfaatnya, bila taraf intelegensi siswa diketahui, dengan
demikian diketahui pula taraf prestasi yang dapat diharapkan dari
siswa tertentu.
Dari urain di atas dapat disimpulkan prestasi siswa dalam
pembelajaran adalah akumulasi, jumlah total dan campuran dari
semua kualitas dalam dirinya. Kualitas yang dimaksud adalah
kemampuan siswa dalam meraih prestasi dalam pembelajaran di
sekolah.
b. Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa dapat menentukan keberhasilan
siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu
evaluasi, tujuanya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa
setelah proses belajar berlangsung. Menurut kamus besar bahasa
indonesia (2007:910) adalah hasrat yang dicapai,
(dilakukan/dikerjakan), pada prinsipnya prestasi merupakan
pengukuran hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologi
yang berubah sebagi akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh
ranah itu khususnya ranah rasa siswa sanagat sulit. Hal ini
disebabkan karena perubahan hasil belajar itu, yang dapat
dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan
24
24
perubahan yang terjadi sebagi hasil belajar siswa, baik yang
berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar
pada dasarnya adalah untuk memberikan pengetahuan tentang
lingkungan alam, pengembangan keterampilan, wawasan, dan
kesadaran teknologi dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi
kehidupan sehari-hari yang sifatnya masih sederhana. IPA sebagai
disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat
pendidikan IPA menjadi penting. Oleh karena itu struktur kognitif
anak-anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif
ilmuwan, padahal mereka perlu dimodifikasi sesuai dengan tahap
perkembangan kognitifnya.
Beberapa aspek penting yang dapat diperhatikan guru dalam
memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA menurut
Samantowa (2010:10-11) adalah :
a. Pentingnya memahami bahwa pada saat anak memulai kegiatan
pembelajarannya, anak telah memiliki berbagai konsepsi,
pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari.
b. Aktifitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam
menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA.
c. Dalam setiap pembelajaran IPA kegiatan bertanyalah yang
menjadi bagian yang penting, bahkan menjadi bagian yang
paling utama dalam pembelajaran.
25
25
d. Dalam pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada anak
untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam
menjelaskan suatu masalah.
a. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam arti sempit sebagai disiplin
ilmu dari physical sciences dan life sciencesyang termasuk physical
sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi,
meteorologi dan fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi
(anatomi, fisiologi, zoologi). Pada proses pelaksanaan pembelajaraan
IPA, siswa akan mendapat banyak kesempatan untuk pengembangan
keterampilan dalam berbagai kegiatan. Selanjutnya Samantowa (2010:
6) juga menyebutkan berbagai alasan mengapa mata pelajaran IPA
dimasukan kedalam kurikulum sekolah yaitu:
a. Bahwa Sains atau IPA berfaedah bagi suatu bangsa
b. Bila diajarkan secara tepat, maka IPA merupakan suatu mata
pelajaran yang dapat melatih/mengembangkan kemampuan siswa
berfikir secara kritis
c. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan
sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran
yang bersifat hafalan belaka
d. Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat
membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
26
26
b. Tujuan IPA
Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah
dasar adalah sebagai berikut:
a. menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains,
teknologi, dan masyarakat
b. mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari
c. ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam, dan
d. menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah
satu ciptaan tuhan
Menurut Carin dan Sund dalam Samantowa (2010:20)
menyebutkan unsur-unsur sains terdiri atas tiga macam yaitu :
a. Proses, atau metode yang meliputi pengamatan, membuat
hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, mengukur, dan
proses-proses pemahaman kealaman lainnya.
b. Produk, meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori,
kaidah-kaidah, postulat-postulat, dan sebagainya.
c. Sikap, misalnya mmepercayai menghargai, menanggapi,
menerima, dan sebagainya.
27
27
4. Model-Model Pembelajaran dan Strategi Belajar Mengajar
Menurut Gagne (dalam Djamarah dan Zain, 2010:12)
membedakan pola belajar siswa ke dalam 8 tipe yaitu:
a. Signal Learning (Belajar Isyarat)
b. Stimulus-responsLearning (belajar stimulus –respon)
c. Chaining( rantai/rangkaian)
d. Verbal Association (asosiasi verbal )
e. Discrimination Learning (belajar diskriminasi)
f. Concept Learning (belajar konsep)
g. Rule Learning (belajar aturan)
h. Problem Solving (Pemecahan masalah)
Menurut Arikunto (dalam Djamarah dan Zain, 2010:25-25)
menyebutkan beberapa metode dalam pembelajaran yaitu :
a. Metode pemberian tugas atau resitasi, yaitu melaksanakan tugas
yang diberikan oleh guru dan melaporkan hasilnya.
b. Metode diskusi
c. Metode Pendekatan proses (process approach)
d. Metode penemuan (inquiry approach)
e. Metode kerja kelompok
f. Metode eksperimen
g. Metode tanya jawab, dll.
28
28
5. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Konsep pembelajaran kooperatif pada dasarnya
mengacupadapendekatan teori konstruktivisme, dimana dalam proses
pembelajarannya memfokuskan pada aktivitas siswa secara
individual, menemukan dan mentranformasikan informasi secara
kompleks. Jigsaw merupakan salah satu tipe model pembelajaran
kooperatif yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan kerja
kelompok dan interaksi setiap anggota kelompok. Ciri khas model
pembelajaran tipe jigsaw dibentuk kelompok asal (kelompok inti) dan
kelompok tim ahli (kelompok fokus). Untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar yang diharapkan, pada akhir Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) harus dilakukan tes akhir sebagai tolak ukur kemampuan
siswa dalam menyerap bahan ajar dan tolak ukur bagi keberhasilan
guru dalam melaksankan KBM.
Menurut Lie (2010:69) cara-cara mempraktikan tipe jigsaw antara
lain:
a. Pengajar membagi bahan pelajaran yang yang akan diberikan
menjadi empat bagian.
b. Sebelum bahan pelajaran dibeikan, pengajar memberikan
pengenalan melalui topik yang akan dibahas dalam bahan
pelajaran untuk hari itu.
c. Siswa dibagi menjadi kelompok berempat.
29
29
d. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama,
sedangkan siswa yang ke dua menerima bagian yang kedua, dst.
e. Kemudian siswa disuruh membaca/mengerjakan bagian mereka
masing-masing.
f. Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang
dibaca/dikerjakan masing-masing.
g. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam
bahan pelajaran hari itu.
Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam menggunakan
pembelajaran kooperatif agar menjamin para siswa bekerja secara
kooperatif, hal-hal tersebut antara lain:
a. Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa
bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai
tujuan bersama yang harus dicapai.
b. Para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus
menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah
kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan
menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok
itu.
c. Untuk mencapai hasil yang maksimal, para siswa yang tergabung
dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam
mendiskusikan masalah yang dihadapinya.
30
30
d. Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari
bahwa setiap pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung pada
keberhasilan kelompoknya.
Menurut Lie (2010:28), falsafah yang mendasari model
pembelajaran kooperatif dalam pendidikan adalah falsafah homo
homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin, falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerjasama
merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan
hidup. Tanpa kerjasama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi
dan sekolah.
Ironisnya model pembelajaran kooperatif belum banyak
diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat
membanggakan sifat gotong-royong dalam kehidupan bermasyarakat.
Kebanyakan pengajar enggan menggunakan sistem kerjasama didalam
kelas karena beberapa alasan. Alasan utama adalah kekhawatiran
bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika
mereka ditempatkan dalam grup. Selain itu, banyak orangmempunyai
kesan yang negatif mengenai kegiatan kerjasama atau belajar dalam
kelompok. Banyak juga siswa yang tidak senang disuruh bekerja sama
dengan siswa lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi
siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan sisiwa yang kurang
mampu akan merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan
31
31
sisiwa yang lebih pandai. Siswa yang pandai juga merasa temannya
yang kurang mampu hanya menumpang saja.
Sebenarnya pebagian kerja dalam kelompok yang kurang adil
tidak perlu terjadi dalam sebuah kerja kelompok jika pengajar benar-
benar menerapkan prosedur model pembelajaran kooperatif. Banyak
pengajar hanya membagi siswa dalam kelompok lalu memberi tugas
untuk menyelesaikan sesuatu tanpa pedoman mengenai tugasnya,
akibatnya siswa merasa ditinggal sendiri serta mereka merasa bingung
yang dikarenakan mereka belum belum berpengalaman dan juga tidak
tahu bagaimana harus bekerja sama menyelesaikan tugas tersebut.
Akibatnya hanya kekacauan dan kegaduhanlah yang terjadi.
Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar
belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran
kooperatif yang membedakan dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran
kooperatif denagn benar akan memungkinkan pendidik mengelola
kelas dengan lebih efektif.
Menurut Roger dan Johnson (dalam Lie,2010:31), bahwa
tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran koopeartif.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran
kooperatif harus ditetapkan. Lima unsur tersebut antara lain :
32
32
a. Saling ketergantungan
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha
setiap anggotanya. Wartawan mencari berita dan menulis berita,
redaksi mengedit dan tukang ketik mengetik tulisan tersebut.
Rantai kerjasama ini berlanjut terus sampai mereka yang ada
dibagian percetakan dan loper surat kabar. Semua orang ini
bekerja sama untuk tercapainya satu tujuan yang sama yaitu
terbitnya surat kabar tersebut ke tangan pembaca.
Untuk menciptakan kelompok kerjasama yang efektif,
pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap
anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar
yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang
pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur
model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaaik. Kunci
keberhasilannya adalah para guru harus mempersiapkan tugas
dalam kerja kelompok dengan baik.
c. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk
bertemu muka dan diskusi. Kegiatan interaksi ini memberikan
para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan
33
33
semua anggota. Hasil pemikiran beberapa siswa akan lebih kaya
dari pada hasil pemikiran dari satu orang siswa. Lebih jauh lagi
hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil
masing-masing anggota.
d. Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali
dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum
menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perku
mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Oleh karena tidak setiap
siswa mempunyai keahlian dalam mendengarkan dan berbicara.
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan
para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan
mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi antar Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil
kerjasama mereka agar selanjutnya bias bekerja sama dengan
lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali
ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu
setelah beberapa kali pembelajaran koopeartif.
Sedangkan menurut Sharan (2009:55), dalam pendekatan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ada empat tahap dasar yang harus
diterapkan dalam pelaksanaannya, antara lain yaitu :
34
34
a. Pendahuluan
Dalam proses ini, pertama guru menyusun kelas menjadi
beberapa kelompok yang heterogen. Selanjutnya guru
memberikan tema, teks atau materi-materi kepada kelas itu dan
membantu siswa memahami mengapa mereka mempelajari tema
itu, bagaimana menyesuaikan tema itu dengan apa yang telah
mereka pelajari selanjutnya. Dalam tahap ini, yang penting
adalah bahwa siswa tertarik dengan apa yang sedang mereka
pelajarari. Guru menjelaskan bahwa hasil belajar siswa akan
dinilai seluruhnya. Banyak guru juga memberikan suatu dasar
untuk menilai proses kelompok kecil atas pengalaman belajar
khusus ini. Tiap-tiap anggota kelompok inti memilih sebagian
subyek pelajaran untuk mereka pelajari.
b. Eksplorasi terfokus
Siswa dikelompokan kembali untuk membentuk kelompok
fokus. Para anggota kelompok fokus bekerja bersama-sama
untuk mempelajari tema tertentu. Selama tahap ini berlangsung,
siswa memerlukan dorongan untuk mengungkapkan apa-apa
yang mereka pahami untuk mengklarifikasi gagasan mereka dan
membangun pemahaman bersama. Kadang kala guru juga
menganjurkan penulisan penjelasan yang digunakan siswa untuk
menuangkan gagasan utama yang mereka kerjakan untuk
membantu mereka mengklarifikasi dan memfokuskan pemikiran
35
35
mereka. Guru mungkin juga bisa menyediakan serangkaian
pertanyaan arahan untuk membantu siswa menelusuri gagasan
yang ada dalam materi yang diberikan kepada mereka.
c. Melaporkan dan menyusun ulang
Siswa kembali kekelompok inti mereka untuk mengambil
giliran menjelaskan gagasan yang dihasilkan dalam kelompok
fokus. Selama tahap pelaporan, para anggota kelompok di
dorong untuk mengajukan pertanyaan dan membicarakan
gagasan secara mendalam. Sering kali ketika siswa sedang
saling memberikan pemahaman,mereka mulai menyusun ulang
pemahaman mereka secara keseluruhan.
d. Integrasi dan Evaluasi
Guru bisa merancang aktivitas individu, kelompok kecil,
atau seluruh kelas yang bisa secara aktif menyatukan hasil
belajar para siswa misalnya, siswa bisa mekakukan tugas
demonstrasi dalam kelompok inti mereka. Guru akan
mengajukan pertanyaan untuk membantu siswa berpikir ulang
tentang bagaimana mereka bekerja bersama-sama dan apakah
mereka bisa bekerja dengan cara yang sama atau berbeda di
masa-masa mendatang ketika mereka bekerja sama.
36
36
e. Rekognisi Tim
Menghitung skor kemajuan individual dan skor tim juga
memberikan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya. Tim
akan mendapatkan penghargaan apabila skor rata-rata mereka
mencapai kriteria tertentu.
Mengkognisi prestasi tim. Ada tiga macam tingkatan
penghargaan yang diberikan. Ketiganya pada rata – rata skor
tim, seperti pada tabel 2.1 berikut:
Table 2.1 Tingkat Penghargaan Kelompok
Kriteria rata-rata tim Penghargaan
5-14 Baik
15-24 Sangat Baik
25-30 Super
Setelah melakukan tiap kuis, maka skor kemajuan harus
dihitung, serta memberikan sertifikat untuk bentuk penghargaan
kepada tim dengan skor tinggi. Bila masih ada waktu
diberitahukan skor tersebut kepada siswa sehingga mereka tahu
skor yang mereka peroleh dan membuat minat siswa meningkat
serta siswa akan melakukan yang terbaik lagi bagi dirinya
sendiri maupun tim. Skor kemajuan dikumpulkan oleh siswa
untuk tim mereka berdasarkan tingkat dimana skor kuis mereka
(presentase yang benar) melebihi skor awal.
37
37
Tabel 2.2 Skor Kemajuan
Skor Kuis/Tes Poin Kenajuan
• Lebih dari 10 poin dibawah skor
awal
• 10 poin hingga 1 poin di bawah
skor awal
• Sama dengan skor awaal sampai 10
poin di atasnya
• Lebih dari 10 poin atas skor awal
• Kertas jawaban sempurna (terlepas
dari skor awal)
5
10
20
30
30
6. Pengertian Metode Eksperimen
Menurut Roestiyah (2008: 80) Metode eksperimen adalah salah
satu cara mengajar, dimana siswa melakukan sesuatu percobaan
tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil
percobaannya, kemudian hasil dipersentasikan di kelas dan evaluasi
dari guru. Penggunaan metode eksperimen mempunyai tujuan agar
siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau
persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan
sendiri. Siswa akan terlatih berfikir ilmiah dengan eksperimen siswa
akan menemukan kebenaran dari teori yang sedang dipelajari.
7. Pokok Bahasan Gaya
Pada pokok bahasan gaya, terdapat standar kompetensi yaitu
memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda.
38
38
Kompetensi dasar yaitu menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya
(dorongan atau tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda,
sedangkan indikatornya yaitu, a) menyebutkan berbagai gerak benda;
b) memahami pengertian gaya dan jenis-jenisnya; c) menjelaskan
jenis-jenis gaya; d) hubungan gaya dan gerak benda; e) memberi
contoh tentang pengaruh gaya pada suatu benda; f) menjelaskan cara
gaya mengubah mengubah gerak benda; g) menjelaskan cara gaya
mengubah bentuk benda; h) menjelaskan gaya mengubah arah gerak
benda.
1) Definisi gaya
Seseorang yang mendorong meja, meja yang tadinya diam
sekarang bisa bergerak. Meja bisa bergerak karena orang
memberikan sesuatu kekuatan melalui dorongan, kekuatan itulah
yang dinamakan sebagai gaya.
Gaya adalah dorongan atau tarikan yang dapat menyebabkan
benda bergerak, jadi bila seseorang menarik atau mendorong benda
sehingga benda itu bergerak maka orang telah memberikan gaya
terhadap benda tersebut (Nursari: 2010), dalam sains dorongan atau
tarikan kepada sebuah benda sehingga benda dapat bergerak
dikenal dengan sebutan gaya (Wiyono dan Sulistyanto, 2008:91).
39
39
2) Jenis-jenis gaya
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat beberapa macam gaya.
Gaya dapat dibagi berdasarkan sumber tenaganya, dari beberapa
macam gaya diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Gaya magnet
Gaya magnet merupakan gaya yang ditimbulkan oleh
tarikan atau dorongan dari magnet. Contoh gaya magnet
adalah, tertariknya paku ketika didekatkan dengan magnet.
Benda-benda dapat tertarik oleh magnet jika masih berada
dalam medan magnet (Wiyono dan Sulistyanto, 2008:93)
Gambar 2.1. Paku tertarik magnet.
b) Gaya listrik statis
Kekuatan yang dimiliki benda bermuatan listrik untuk
menarik benda-benda disekitarnya, untuk melihat adanya gaya
listrik statis, bisa dicoba dengan menggosok-gosok penggaris
pada rambut kering, kemudian dekatkan pada sobekan kertas,
maka sobekan kertas tersebut akan menempel pada penggaris.
Penggaris dapat menarik potongan kertas dengan gaya listrik
statis (Nursari: 2010).
40
40
Gambar 2.2. Penggaris dapat menarik potongan kertas.
c) Gaya otot
Kekuatan yang dihasilkan oleh otot manusia. Gaya ini
sering dilakukan pada saat seseorang mengangkat beban atau
sedang senam di sekolah (Nursari:2010). Apabila sering
melakukan olah raga maka otot akan bertambah besar dan
kuat. Contohnya waktu menendang bola.
Gambar 2.3. Menendang bola.
d) Gaya Gravitasi Bumi
Gaya gravitasi merupakan gaya yang ditimbulkan oleh
tarikan bumi. Contoh gaya gravitasi adalah jatuhnya buah dari
atas pohon dengan sendirinya. Semua benda yang dilempar ke
atas akan tetap kembali ke bawah karena pengaruh gravitasi
bumi (Wiyono dan Sulistyanto, 2008:93)
41
41
e) Gaya Pegas
Kekuatan yang ditimbulkan oleh karet atau pegas yang
diregangkan. Misalnya saat seseorang bermain panahan, karet
mampu mendorong anak panah terlontar dengan cepat dan
jauh.
Gambar 2.4. Bermain ketapel.
3) Gaya pada benda yang diam
Kedua orang yang saling mendorong meja secara berlawanan
dengan kekuatan sama akan menyebabkan benda tersebut diam.
Walaupun kedua orang masing-masing mengeluarkan gaya, akan
tetapi karena arah gayanya saling berlawanan, maka total gaya
menjadi mengecil atau saling menghilangkan.
Gambar 2.5. Mendorong meja berlawanan.
42
42
Benda yang diam bisa bergerak atau sebaliknya bila diberi
gaya. Benda diam menjadi bergerak, contoh: bola akan bergerak
bila diberi gaya otot berupa lemparan atau tendangan. Benda
bergerak menjadi diam, contoh: Kiper yang dapat menangkap bola
yang sedang melayang akibat lemparan pemain.
Gambar 2.6. Bola ditahan dengan kaki.
4) Gaya pada benda bergerak
Kedua orang yang mendorong meja secara bersama-sama,
pada posisi yang searah menyebabkan meja dapat bergeser. Pada
saat itulah terjadi gerak yang diakibatkan oleh lebih dari satu gaya.
Total gaya pada meja menjadi saling menguatkan, sehingga
gaya yang dihasilkan menjadi lebih besar. Gaya-gaya yang searah
akan memperbesar gaya total (Nursari: 2010)
5) Gaya pada benda yang menyebabkan perubahan arah gerak dan
bentuk benda.
Gaya dapat mempengaruhi gerak benda. Pada saat seseorang
mengendarai sepeda, maka sepeda dapat di belokkan arah
gerakanya karena adanya suatu gaya tarik dan gaya otot yang
43
43
membelokkan stang sepeda atau pada saat seseorang bermain bola
yang dapat merubah arah bola yang disebabkan oleh tendangan,
lemparan, atau pukulan dari pemain, sehingga pemain memberikan
gaya pada bola yang menyebabkan bola tersebut berubah arah, di
sini gaya berperan untuk mengubah arah dari benda yang bergerak.
Gaya mempengaruhi bentuk benda, misalnya ada gaya
grafitasi, buah jatuh dari pohon, maka bentuk buah akan berubah
karena mengalami benturan pada saat jatuh dari pohon kebawah
yang diakibatkan adanya gaya tarik bumi untuk menarik sebuah
benda atau grafitasi. Contoh lain misalnya plastisin yang dibentuk
dengan tangan, kaleng yang dipukul dengan palu maka akan
berubah bentuk dan karet gelang yang dibentuk dengan jari.
(Nursari:2010).
Gambar 2.7. Plastisin.
6) Rangkuman
a. Untuk bergerak, semua benda memerlukan gaya.
b. Setiap gaya yang dilakukan memerlukan tenaga.
44
44
c. Berdasarkan sumber tenaga yang diperlukan, gaya dibedakan
menjadi lima, yaitu gaya magnet, listrik, otot, gravitasi, dan
pegas.
d. Beberapa faktor yang mempengaruhi gerak suatu benda adalah
adanya gaya gravitasi bumi dan tarikan atau dorongan yang
terjadi pada benda.
e. Gravitasi menyebabkan benda dapat bergerak jatuh ke bawah.
f. Gerak benda yang terjadi karena dorongan atau tarikan
dipengaruhi oleh permukaan tempat benda bergerak.
g. Gaya yang terjadi pada benda baik berupa dorongan atau
tarikan dapat mempengaruhi bentuk benda tersebut (Wiyono
dan Sulistyanto, 2008:93)
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan judul penelitian tindakan kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
1. Penelitian ini dilakukan oleh Lilin Yunarwi dengan judul Peningkatan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Biologi di Kelas VIID SMP
Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dari Universitas Sebelas Maret
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Hasil yang diperoleh dalam
penelitian menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pada mata pelajaran biologi ternyata berpengaruh terhadap motivasi
belajar siswa. Dari hasil pengamatan terbukti untuk motivasi belajar pada
45
45
siklus I diperoleh nilai rata-rata 71,89% sedangkan pada siklus II diperoleh
nilai rata-rata 83,98%. Sehingga dapat diketahui bahwa dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil observasi penulis terhadap guru dan siswa kelas
IV SD Negeri 02 Tejasari ditemukan masalah-masalah dalam pembelajaran
IPA khususnya pada saat pembelajaran IPA tentang konsep gaya. Banyak
siswa yang belum memahami materi tersebut. Hal ini umumnya
dikarenakan motivasi siswa yang kurang dalam mengikuti proses belajar
mengajar sehingga mengakibatkan prestasi belajar siswa juga menurun.
Kesulitan siswa dalam memahami materi gaya ini dikarenakan masih
banyak siswa yang tidak berani bertanya pada gurunya pada saat proses
pembelajaran berlangsung, padahal sesungguhnya mereka belum memahami
konsep tersebut. Selain itu siswa juga kurang dilibatkan pada saat
pembelajaran IPA.
Selain itu, metode pembelajaran yang digunakan guru juga masih
menggunakan metode ceramah dan tugas. Media pembelajaran untuk
pembelajaran IPA juga masih terbatas. Dengan adanya permasalahan
tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran IPA mengenai
materi gaya.
46
46
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam sekurang-
kurangnya dua siklus yaitu Siklus I dan Siklus II. Dan tiap siklus terdiri dari
empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Lalu
apabila setelah pelaksanaan Siklus II selesai ternyata permasalahannya
belum dapat teratasi maka akan dilanjutkan pada Siklus III dan begitu
seterusnya.
D. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir diatas, maka
diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : ” Upaya Meningkatkan
motivasi dan Presatasi IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Tentang Gaya di kelas IV Di SD Negeri 02 Tejasari Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga.