bab ii kajian pustaka a. kerangka teori 1. pengertian...

37
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Pengertian Belajar Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang sangat vital. Dalam proses pembelajaran akan terjadi adanya proses mengajar yaitu suatu proses, bahwa kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar murid. Oleh karena itu, penting sekali bagi guru untuk memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid- murid. a. Pengertian Belajar Menurut Hamalik (2009:27-28) terdapat berbagai pengertian belajar antara lain: 1) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modificationor strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. 10

Upload: vandat

Post on 22-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

10

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Pengertian Belajar

Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang

peranan yang sangat vital. Dalam proses pembelajaran akan terjadi

adanya proses mengajar yaitu suatu proses, bahwa kegiatan mengajar

hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar murid. Oleh karena

itu, penting sekali bagi guru untuk memahami sebaik-baiknya tentang

proses belajar murid, agar ia dapat memberikan bimbingan dan

menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid-

murid.

a. Pengertian Belajar

Menurut Hamalik (2009:27-28) terdapat berbagai

pengertian belajar antara lain:

1) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan

melalui pengalaman (learning is defined as the

modificationor strengthening of behavior through

experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan

suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih

luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan

penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

10

11

11

2) Belajar adalah suatu proses pengubahan tingkah laku, hanya

berbeda cara atau usaha pencapaiannya. Pengertian ini

menitik beratkan pada interaksi antara individu dengan

lingkungannya.

Berdasarkan pengertaian-pengertian diatas dapat ditarik

simpulan sebagai berikut :

1) Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu

diterima baik oleh masyarakat. Tujuan merupakan salah

satu aspek dalam situasi belajar

2) Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak

sendiri.

3) Didalam mencapai tujuan itu, murid senantiasa akan

menemui ada kesulitan, rintangan, dan situasi-situasi yang

tidak menyenangkan.

4) Hasil belajar yang utama ialah pola tingkah laku yang bulat.

5) Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang

sebenarnya.

6) Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan

dihubungkan dengan tujuan dalam situasi belajar.

7) Murid memberikan reaksi secara keseluruhan

8) Murid diarahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berada

dalam lingkungan itu.

12

12

9) Murid-murid diarahkan ke tujuan –tujuan lain, baik yang

berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan

tujuan utama dalam situasi belajar.

Pengertaian belajar menurut Dimyati dan Mudjiono

(2006:7) Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang

kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh

siswa itu sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak

terjadinya proses belajar.

Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat

didefinisikan sebagai berikut : ” Belajar ialah suatu proses yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri

perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah :

1) Perubahan terjadi secara sadar

2) Perubahan dalm belajar bersifat kontinu dan fungsional

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

13

13

b. Pengertian Proses Belajar

Menurut Wiliam Burton dalam Hamalik (2009:31-32)

menyampaikan tentang prinsip-prinsip belajar yaitu :

1) Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan

melampaui (under going).

2) Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman

dan mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.

3) Pengalaman belajar secara maksimun bermakna bagi

kehidupan murid.

4) Pengalaman belajar bersumber dari kebuuhan dan tujuan

murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu.

5) Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan

lingkungan.

6) Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil

dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual

dikalangan murid-murid.

7) Proses belajar berlangsung secara efektif apabila

pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan

disesuaikan dengan kematangan murid-murid.

8) Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status

dan kemajuannya.

14

14

9) Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai

prosedur.

10) Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama

lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah.

11) Proses belajar berlangsung secara efektif dibawah

bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa

tekanan dan paksaan.

12) Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan

keterampilan.

13) Hasil-hasil belajar diteriam oleh murid apabila memberi

kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna

baginya.

14) Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian

pengalaman-pengalaman yang tidak dapat dipersamakan

dan dengan pertimbangan yang baik.

15) Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi

kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda.

16) Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat

kompleks dan dapat berubah-rubah (adaptable), jadi tidak

sederhana dan statis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut

Hamalik (2009 : 32-33) antara ain :

15

15

1) Faktor kegiatan, penggunaan, dan ulangan; siswa yang

belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural

system, seperti melihat, medengarkan, merasakan, berpikir,

kegiatan motoris dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan

lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan,

sikap, dan minat. Apa yang dipelajari perlu digunakan

secara praktis dan dan diadakan ulangan secara kontinu

dibawah kondisi yang serasi, sehingga penguasaan hasil

belajar lebih mantap.

2) Belajar memerlukan latihan dengan jalan: relearning,

recalling dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan

dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai

akan dapat lebih mudah dipahami.

3) Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika

siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya.

Belajar hendaknya dilkukan pada situasi yang

menyenangkan.

4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau

gagal dalam belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan

kepuasan dan mendorong belajar lebih baik, sedangkan

kegagalan akan menimbulkan frustasi.

5) Faktor asosasi besar manfaatnya dalam belajar, karena

semua pengalaman belajar antara yang lama dengan baru,

16

16

secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu

kesatuan pengalaman.

6) Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-

pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar perananya

dalam proses belajar. Pengalaman dan pengertian itu

menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman

baru dan pengertian-pengertian baru.

7) Faktor kesiapan belajar, murid yang siap dalam belajar akan

dapat melakukan kegiatan belajar dengan mudah dan lebih

berhasil.

8) Faktor minat dan usaha, Belajar dengan minat akan

mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa

minat.

9) Faktor-faktor fisiologis, kondisi badan siswa yang sedang

belajar sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran.

10) Faktor intelegensi, murid yang cerdas akan lebih berhasil

dalam kegiatan belajar, karen ia lebih mudah menangkap,

memahami dan mengingat pelajaran.

Teori tentang transfer hasil belajar menurut Hamalik

(2009:33-34), yaitu setidak - tidaknya ada 3 teori antara lain :

1) Teori disiplin formal ( The formal Discipline Theory)

Teori ini mengatakan bahwa ingatan, sikap, perimbangan,

inspirasi, dan sebagainya dapat diperkuat melalui latihan-

17

17

latihan akademis. Teori ini biasanya digunakan pada mata

pelajaran seperti geometri dan bahasa latin.

2) Teori unsur-unsur yang identik (The identical elements

theory).

Teori ini mengatakan bahwa tranfer terjadi apabila diantara

dua situasi atau dua kegiatan terdapat unsur-unsur yang

bersamaan(identik). Teori ini banyak digunakan dalam

kursus latihan jabatan.

3) Teori generalisasi (The Generalization Theory)

Teori ini merupakan revisi terhadap teori unsur-unsur yang

identik, tetapi generalisasi menekankan kepada

kompleksitas dari apa yang dipelajari. Teori ini juga

menekankan kepada pembentukan pengertian (concept

information) yang dihubungkan dengan pengalaman-

pengalaman lain.

Menurut Suardi (dalam Djamarah dan Zain, 2010:39)

tentang ciri-ciri belajar mengajar antara lain :

1) Belajar mengajar memiliki tujun, yakni untuk membentuk

anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.

2) Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan,

didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3) Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu

penggarapan materi yang khusus.

18

18

4) Ditandai dengan adanya kativitas peserta didik.

5) Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai

pembimbing.

6) Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin.

7) Adanya batas waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran

tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas

wkatu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa di tinggalkan.

8) Adanya evaluasi dari seluruh kegiatan belajar mengajar.

Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar

mengandung sejumlah komponen yang meliputi :

1) Tujuan

2) Bahan pelajaran

3) Kegiatan Belajar Mengajar

4) Metode pembelajaran

5) Alat

6) Sumber pelajaran

7) Evaluasi

2. Motivasi Belajar

Ada dua macam prinsip yang digunakan untuk meninjau

motivasi yaitu :

a. Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang

proses ini akan membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita

19

19

amati dan untuk memperkirakan kelakuaan-kelakuan lain pada

seseorang.

b. Menentukan karakter motivasi dengan melihat proses dari

tingkah laku tersebut.

Menurut Donald dalam Hamalik , ( 2009:156) “motivation is an

energy change within the person characterized by effective arousal

and anticipatory goal reaction.

“Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)

seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi

untuk mencapai tujuan”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan ada tiga unsur yang

saling berkaitan, yaitu sebagai berikut:

a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.

Peubahan ini timbul dari perubahan tertentu didalam sistem

neuropisiologis dalam organisme manusia.

b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal.

Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupaka

suasana emosi, dan kemudian menimbulkan kelakuan yang

bermotif.

c. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

Maksudnya adanya respon-respon yang tertuju pada suatu tujuan.

Motivasi memiliki 2 komponen, yakni komponen dari dalam

(inner component) dan komponen dari luar (outer component).

20

20

Komponen dalam ialah perubahan dalam seseorang, keadaan merasa

tidak puas dan tegangan psikologis, sedangkan komponnen dari luar

ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah

kelakuannya.

Menurut Hover dalam Hamalik, (2009:163) prinsip - prinsip

motivasi sebagai berikut :

a. Pujian lebih efektif daripada hukuman.

b. Semua murid mmepunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis

(bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan.

c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada

motivasi yang dipaksakan dari luar.

d. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan

keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan (reinforcement).

e. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain.

f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang

motivasi.

g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan

minat yang lebih besar untuk mengerjakannya dari pada apabila

tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru.

h. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external reward) kadang-

kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat

yang sebenarnya.

21

21

i. Tekhnik dan proses belajar mengajar yang bermacam-macam

adalah efektif untuk memelihara minat murid.

j. Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat

ekonomis.

k. Kegiatan-kegiatan yang akan dapat merangsang minat murid-

murid yang kurang mungkin tidak ada artinya (kurang berharga)

bagi para siswa yang tergolong pandai.

l. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar.

m. Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar,

dapat juga lebih baik.

n. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka

frustasi secara cepat menuju demoralisasi.

o. Setiap murid mmepunyai tingkatan frustasi yang berlaianan.

p. Tekanan kelompok murid (per grup) kebanyakan lebih efektif

dalam motivasi dari pada tekanan/paksaan dari orang dewasa.

q. Motivasi yang besar erat kaitannya dengan kreatifitas murid.

Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakan

atau membangkitkan motivasi belajar siswa antara lain :

a. Memberi angka

b. Pujian

c. Hadiah

d. Kerja Kelompok

e. Persaingan

22

22

f. Tujuan dan level of aspiration

g. Sarkasmu

h. Penilaian

i. Karya wisata dan ekskursi

j. Film pendidikan

k. Belajar melalaui radio.

Seperti halnya diatas, Maslow dalam Uno (20011:6), bahwa

kebutuhan manusia secara hierarkis semuanya laten dalam diri

manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis (sandang

pangan), kebutuhan rasa aman (bebas bahaya), kebutuhan kasih

sayang, kebuuhan dihargai dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi

diri.

3. Pengertian Prestasi

a. Prestasi

Menurut Winkel (1999:141) kemampuan intelektual

memegang peranan terhadap tinggi-rendahnya taraf prestasi belajar

siswa, khusus bila ditinjau peranan dari intelegensi teoritas dianeka

bidang studi yang menuntut banyak pikiran, seperti IPA dan belajar

bahasa asing. Namun, tinggi rendahnya taraf prestasi belajar tidak

hanya ditentukan oleh taraf intelegensi saja. Masih ada faktor-

faktor lain yang ikut berperan, misalnya motivasi belajar siswa.

Dalam kemampuan intelegensi terdapat taraf-taraf, dari intelegensi

yang tinggi sampai taraf intelegensi yang rendah. Banyak

23

23

manfaatnya, bila taraf intelegensi siswa diketahui, dengan

demikian diketahui pula taraf prestasi yang dapat diharapkan dari

siswa tertentu.

Dari urain di atas dapat disimpulkan prestasi siswa dalam

pembelajaran adalah akumulasi, jumlah total dan campuran dari

semua kualitas dalam dirinya. Kualitas yang dimaksud adalah

kemampuan siswa dalam meraih prestasi dalam pembelajaran di

sekolah.

b. Pengertian Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa dapat menentukan keberhasilan

siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil atau

tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu

evaluasi, tujuanya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa

setelah proses belajar berlangsung. Menurut kamus besar bahasa

indonesia (2007:910) adalah hasrat yang dicapai,

(dilakukan/dikerjakan), pada prinsipnya prestasi merupakan

pengukuran hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologi

yang berubah sebagi akibat pengalaman dan proses belajar siswa.

Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh

ranah itu khususnya ranah rasa siswa sanagat sulit. Hal ini

disebabkan karena perubahan hasil belajar itu, yang dapat

dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan

24

24

perubahan yang terjadi sebagi hasil belajar siswa, baik yang

berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar

pada dasarnya adalah untuk memberikan pengetahuan tentang

lingkungan alam, pengembangan keterampilan, wawasan, dan

kesadaran teknologi dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi

kehidupan sehari-hari yang sifatnya masih sederhana. IPA sebagai

disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat

pendidikan IPA menjadi penting. Oleh karena itu struktur kognitif

anak-anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif

ilmuwan, padahal mereka perlu dimodifikasi sesuai dengan tahap

perkembangan kognitifnya.

Beberapa aspek penting yang dapat diperhatikan guru dalam

memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA menurut

Samantowa (2010:10-11) adalah :

a. Pentingnya memahami bahwa pada saat anak memulai kegiatan

pembelajarannya, anak telah memiliki berbagai konsepsi,

pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari.

b. Aktifitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam

menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA.

c. Dalam setiap pembelajaran IPA kegiatan bertanyalah yang

menjadi bagian yang penting, bahkan menjadi bagian yang

paling utama dalam pembelajaran.

25

25

d. Dalam pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada anak

untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam

menjelaskan suatu masalah.

a. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam arti sempit sebagai disiplin

ilmu dari physical sciences dan life sciencesyang termasuk physical

sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi,

meteorologi dan fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi

(anatomi, fisiologi, zoologi). Pada proses pelaksanaan pembelajaraan

IPA, siswa akan mendapat banyak kesempatan untuk pengembangan

keterampilan dalam berbagai kegiatan. Selanjutnya Samantowa (2010:

6) juga menyebutkan berbagai alasan mengapa mata pelajaran IPA

dimasukan kedalam kurikulum sekolah yaitu:

a. Bahwa Sains atau IPA berfaedah bagi suatu bangsa

b. Bila diajarkan secara tepat, maka IPA merupakan suatu mata

pelajaran yang dapat melatih/mengembangkan kemampuan siswa

berfikir secara kritis

c. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan

sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran

yang bersifat hafalan belaka

d. Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat

membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

26

26

b. Tujuan IPA

Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah

dasar adalah sebagai berikut:

a. menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains,

teknologi, dan masyarakat

b. mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,

mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari

c. ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan

lingkungan alam, dan

d. menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah

satu ciptaan tuhan

Menurut Carin dan Sund dalam Samantowa (2010:20)

menyebutkan unsur-unsur sains terdiri atas tiga macam yaitu :

a. Proses, atau metode yang meliputi pengamatan, membuat

hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, mengukur, dan

proses-proses pemahaman kealaman lainnya.

b. Produk, meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori,

kaidah-kaidah, postulat-postulat, dan sebagainya.

c. Sikap, misalnya mmepercayai menghargai, menanggapi,

menerima, dan sebagainya.

27

27

4. Model-Model Pembelajaran dan Strategi Belajar Mengajar

Menurut Gagne (dalam Djamarah dan Zain, 2010:12)

membedakan pola belajar siswa ke dalam 8 tipe yaitu:

a. Signal Learning (Belajar Isyarat)

b. Stimulus-responsLearning (belajar stimulus –respon)

c. Chaining( rantai/rangkaian)

d. Verbal Association (asosiasi verbal )

e. Discrimination Learning (belajar diskriminasi)

f. Concept Learning (belajar konsep)

g. Rule Learning (belajar aturan)

h. Problem Solving (Pemecahan masalah)

Menurut Arikunto (dalam Djamarah dan Zain, 2010:25-25)

menyebutkan beberapa metode dalam pembelajaran yaitu :

a. Metode pemberian tugas atau resitasi, yaitu melaksanakan tugas

yang diberikan oleh guru dan melaporkan hasilnya.

b. Metode diskusi

c. Metode Pendekatan proses (process approach)

d. Metode penemuan (inquiry approach)

e. Metode kerja kelompok

f. Metode eksperimen

g. Metode tanya jawab, dll.

28

28

5. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Konsep pembelajaran kooperatif pada dasarnya

mengacupadapendekatan teori konstruktivisme, dimana dalam proses

pembelajarannya memfokuskan pada aktivitas siswa secara

individual, menemukan dan mentranformasikan informasi secara

kompleks. Jigsaw merupakan salah satu tipe model pembelajaran

kooperatif yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan kerja

kelompok dan interaksi setiap anggota kelompok. Ciri khas model

pembelajaran tipe jigsaw dibentuk kelompok asal (kelompok inti) dan

kelompok tim ahli (kelompok fokus). Untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar yang diharapkan, pada akhir Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM) harus dilakukan tes akhir sebagai tolak ukur kemampuan

siswa dalam menyerap bahan ajar dan tolak ukur bagi keberhasilan

guru dalam melaksankan KBM.

Menurut Lie (2010:69) cara-cara mempraktikan tipe jigsaw antara

lain:

a. Pengajar membagi bahan pelajaran yang yang akan diberikan

menjadi empat bagian.

b. Sebelum bahan pelajaran dibeikan, pengajar memberikan

pengenalan melalui topik yang akan dibahas dalam bahan

pelajaran untuk hari itu.

c. Siswa dibagi menjadi kelompok berempat.

29

29

d. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama,

sedangkan siswa yang ke dua menerima bagian yang kedua, dst.

e. Kemudian siswa disuruh membaca/mengerjakan bagian mereka

masing-masing.

f. Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang

dibaca/dikerjakan masing-masing.

g. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam

bahan pelajaran hari itu.

Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam menggunakan

pembelajaran kooperatif agar menjamin para siswa bekerja secara

kooperatif, hal-hal tersebut antara lain:

a. Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa

bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai

tujuan bersama yang harus dicapai.

b. Para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus

menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah

kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan

menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok

itu.

c. Untuk mencapai hasil yang maksimal, para siswa yang tergabung

dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam

mendiskusikan masalah yang dihadapinya.

30

30

d. Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari

bahwa setiap pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung pada

keberhasilan kelompoknya.

Menurut Lie (2010:28), falsafah yang mendasari model

pembelajaran kooperatif dalam pendidikan adalah falsafah homo

homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin, falsafah ini

menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerjasama

merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan

hidup. Tanpa kerjasama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi

dan sekolah.

Ironisnya model pembelajaran kooperatif belum banyak

diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat

membanggakan sifat gotong-royong dalam kehidupan bermasyarakat.

Kebanyakan pengajar enggan menggunakan sistem kerjasama didalam

kelas karena beberapa alasan. Alasan utama adalah kekhawatiran

bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika

mereka ditempatkan dalam grup. Selain itu, banyak orangmempunyai

kesan yang negatif mengenai kegiatan kerjasama atau belajar dalam

kelompok. Banyak juga siswa yang tidak senang disuruh bekerja sama

dengan siswa lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi

siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan sisiwa yang kurang

mampu akan merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan

31

31

sisiwa yang lebih pandai. Siswa yang pandai juga merasa temannya

yang kurang mampu hanya menumpang saja.

Sebenarnya pebagian kerja dalam kelompok yang kurang adil

tidak perlu terjadi dalam sebuah kerja kelompok jika pengajar benar-

benar menerapkan prosedur model pembelajaran kooperatif. Banyak

pengajar hanya membagi siswa dalam kelompok lalu memberi tugas

untuk menyelesaikan sesuatu tanpa pedoman mengenai tugasnya,

akibatnya siswa merasa ditinggal sendiri serta mereka merasa bingung

yang dikarenakan mereka belum belum berpengalaman dan juga tidak

tahu bagaimana harus bekerja sama menyelesaikan tugas tersebut.

Akibatnya hanya kekacauan dan kegaduhanlah yang terjadi.

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar

belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran

kooperatif yang membedakan dengan pembagian kelompok yang

dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran

kooperatif denagn benar akan memungkinkan pendidik mengelola

kelas dengan lebih efektif.

Menurut Roger dan Johnson (dalam Lie,2010:31), bahwa

tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran koopeartif.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran

kooperatif harus ditetapkan. Lima unsur tersebut antara lain :

32

32

a. Saling ketergantungan

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha

setiap anggotanya. Wartawan mencari berita dan menulis berita,

redaksi mengedit dan tukang ketik mengetik tulisan tersebut.

Rantai kerjasama ini berlanjut terus sampai mereka yang ada

dibagian percetakan dan loper surat kabar. Semua orang ini

bekerja sama untuk tercapainya satu tujuan yang sama yaitu

terbitnya surat kabar tersebut ke tangan pembaca.

Untuk menciptakan kelompok kerjasama yang efektif,

pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap

anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar

yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

b. Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang

pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur

model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa

bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaaik. Kunci

keberhasilannya adalah para guru harus mempersiapkan tugas

dalam kerja kelompok dengan baik.

c. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk

bertemu muka dan diskusi. Kegiatan interaksi ini memberikan

para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan

33

33

semua anggota. Hasil pemikiran beberapa siswa akan lebih kaya

dari pada hasil pemikiran dari satu orang siswa. Lebih jauh lagi

hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil

masing-masing anggota.

d. Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali

dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum

menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perku

mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Oleh karena tidak setiap

siswa mempunyai keahlian dalam mendengarkan dan berbicara.

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan

para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan

mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

e. Evaluasi antar Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi

kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil

kerjasama mereka agar selanjutnya bias bekerja sama dengan

lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali

ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu

setelah beberapa kali pembelajaran koopeartif.

Sedangkan menurut Sharan (2009:55), dalam pendekatan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ada empat tahap dasar yang harus

diterapkan dalam pelaksanaannya, antara lain yaitu :

34

34

a. Pendahuluan

Dalam proses ini, pertama guru menyusun kelas menjadi

beberapa kelompok yang heterogen. Selanjutnya guru

memberikan tema, teks atau materi-materi kepada kelas itu dan

membantu siswa memahami mengapa mereka mempelajari tema

itu, bagaimana menyesuaikan tema itu dengan apa yang telah

mereka pelajari selanjutnya. Dalam tahap ini, yang penting

adalah bahwa siswa tertarik dengan apa yang sedang mereka

pelajarari. Guru menjelaskan bahwa hasil belajar siswa akan

dinilai seluruhnya. Banyak guru juga memberikan suatu dasar

untuk menilai proses kelompok kecil atas pengalaman belajar

khusus ini. Tiap-tiap anggota kelompok inti memilih sebagian

subyek pelajaran untuk mereka pelajari.

b. Eksplorasi terfokus

Siswa dikelompokan kembali untuk membentuk kelompok

fokus. Para anggota kelompok fokus bekerja bersama-sama

untuk mempelajari tema tertentu. Selama tahap ini berlangsung,

siswa memerlukan dorongan untuk mengungkapkan apa-apa

yang mereka pahami untuk mengklarifikasi gagasan mereka dan

membangun pemahaman bersama. Kadang kala guru juga

menganjurkan penulisan penjelasan yang digunakan siswa untuk

menuangkan gagasan utama yang mereka kerjakan untuk

membantu mereka mengklarifikasi dan memfokuskan pemikiran

35

35

mereka. Guru mungkin juga bisa menyediakan serangkaian

pertanyaan arahan untuk membantu siswa menelusuri gagasan

yang ada dalam materi yang diberikan kepada mereka.

c. Melaporkan dan menyusun ulang

Siswa kembali kekelompok inti mereka untuk mengambil

giliran menjelaskan gagasan yang dihasilkan dalam kelompok

fokus. Selama tahap pelaporan, para anggota kelompok di

dorong untuk mengajukan pertanyaan dan membicarakan

gagasan secara mendalam. Sering kali ketika siswa sedang

saling memberikan pemahaman,mereka mulai menyusun ulang

pemahaman mereka secara keseluruhan.

d. Integrasi dan Evaluasi

Guru bisa merancang aktivitas individu, kelompok kecil,

atau seluruh kelas yang bisa secara aktif menyatukan hasil

belajar para siswa misalnya, siswa bisa mekakukan tugas

demonstrasi dalam kelompok inti mereka. Guru akan

mengajukan pertanyaan untuk membantu siswa berpikir ulang

tentang bagaimana mereka bekerja bersama-sama dan apakah

mereka bisa bekerja dengan cara yang sama atau berbeda di

masa-masa mendatang ketika mereka bekerja sama.

36

36

e. Rekognisi Tim

Menghitung skor kemajuan individual dan skor tim juga

memberikan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya. Tim

akan mendapatkan penghargaan apabila skor rata-rata mereka

mencapai kriteria tertentu.

Mengkognisi prestasi tim. Ada tiga macam tingkatan

penghargaan yang diberikan. Ketiganya pada rata – rata skor

tim, seperti pada tabel 2.1 berikut:

Table 2.1 Tingkat Penghargaan Kelompok

Kriteria rata-rata tim Penghargaan

5-14 Baik

15-24 Sangat Baik

25-30 Super

Setelah melakukan tiap kuis, maka skor kemajuan harus

dihitung, serta memberikan sertifikat untuk bentuk penghargaan

kepada tim dengan skor tinggi. Bila masih ada waktu

diberitahukan skor tersebut kepada siswa sehingga mereka tahu

skor yang mereka peroleh dan membuat minat siswa meningkat

serta siswa akan melakukan yang terbaik lagi bagi dirinya

sendiri maupun tim. Skor kemajuan dikumpulkan oleh siswa

untuk tim mereka berdasarkan tingkat dimana skor kuis mereka

(presentase yang benar) melebihi skor awal.

37

37

Tabel 2.2 Skor Kemajuan

Skor Kuis/Tes Poin Kenajuan

• Lebih dari 10 poin dibawah skor

awal

• 10 poin hingga 1 poin di bawah

skor awal

• Sama dengan skor awaal sampai 10

poin di atasnya

• Lebih dari 10 poin atas skor awal

• Kertas jawaban sempurna (terlepas

dari skor awal)

5

10

20

30

30

6. Pengertian Metode Eksperimen

Menurut Roestiyah (2008: 80) Metode eksperimen adalah salah

satu cara mengajar, dimana siswa melakukan sesuatu percobaan

tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil

percobaannya, kemudian hasil dipersentasikan di kelas dan evaluasi

dari guru. Penggunaan metode eksperimen mempunyai tujuan agar

siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau

persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan

sendiri. Siswa akan terlatih berfikir ilmiah dengan eksperimen siswa

akan menemukan kebenaran dari teori yang sedang dipelajari.

7. Pokok Bahasan Gaya

Pada pokok bahasan gaya, terdapat standar kompetensi yaitu

memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda.

38

38

Kompetensi dasar yaitu menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya

(dorongan atau tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda,

sedangkan indikatornya yaitu, a) menyebutkan berbagai gerak benda;

b) memahami pengertian gaya dan jenis-jenisnya; c) menjelaskan

jenis-jenis gaya; d) hubungan gaya dan gerak benda; e) memberi

contoh tentang pengaruh gaya pada suatu benda; f) menjelaskan cara

gaya mengubah mengubah gerak benda; g) menjelaskan cara gaya

mengubah bentuk benda; h) menjelaskan gaya mengubah arah gerak

benda.

1) Definisi gaya

Seseorang yang mendorong meja, meja yang tadinya diam

sekarang bisa bergerak. Meja bisa bergerak karena orang

memberikan sesuatu kekuatan melalui dorongan, kekuatan itulah

yang dinamakan sebagai gaya.

Gaya adalah dorongan atau tarikan yang dapat menyebabkan

benda bergerak, jadi bila seseorang menarik atau mendorong benda

sehingga benda itu bergerak maka orang telah memberikan gaya

terhadap benda tersebut (Nursari: 2010), dalam sains dorongan atau

tarikan kepada sebuah benda sehingga benda dapat bergerak

dikenal dengan sebutan gaya (Wiyono dan Sulistyanto, 2008:91).

39

39

2) Jenis-jenis gaya

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat beberapa macam gaya.

Gaya dapat dibagi berdasarkan sumber tenaganya, dari beberapa

macam gaya diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Gaya magnet

Gaya magnet merupakan gaya yang ditimbulkan oleh

tarikan atau dorongan dari magnet. Contoh gaya magnet

adalah, tertariknya paku ketika didekatkan dengan magnet.

Benda-benda dapat tertarik oleh magnet jika masih berada

dalam medan magnet (Wiyono dan Sulistyanto, 2008:93)

Gambar 2.1. Paku tertarik magnet.

b) Gaya listrik statis

Kekuatan yang dimiliki benda bermuatan listrik untuk

menarik benda-benda disekitarnya, untuk melihat adanya gaya

listrik statis, bisa dicoba dengan menggosok-gosok penggaris

pada rambut kering, kemudian dekatkan pada sobekan kertas,

maka sobekan kertas tersebut akan menempel pada penggaris.

Penggaris dapat menarik potongan kertas dengan gaya listrik

statis (Nursari: 2010).

40

40

Gambar 2.2. Penggaris dapat menarik potongan kertas.

c) Gaya otot

Kekuatan yang dihasilkan oleh otot manusia. Gaya ini

sering dilakukan pada saat seseorang mengangkat beban atau

sedang senam di sekolah (Nursari:2010). Apabila sering

melakukan olah raga maka otot akan bertambah besar dan

kuat. Contohnya waktu menendang bola.

Gambar 2.3. Menendang bola.

d) Gaya Gravitasi Bumi

Gaya gravitasi merupakan gaya yang ditimbulkan oleh

tarikan bumi. Contoh gaya gravitasi adalah jatuhnya buah dari

atas pohon dengan sendirinya. Semua benda yang dilempar ke

atas akan tetap kembali ke bawah karena pengaruh gravitasi

bumi (Wiyono dan Sulistyanto, 2008:93)

41

41

e) Gaya Pegas

Kekuatan yang ditimbulkan oleh karet atau pegas yang

diregangkan. Misalnya saat seseorang bermain panahan, karet

mampu mendorong anak panah terlontar dengan cepat dan

jauh.

Gambar 2.4. Bermain ketapel.

3) Gaya pada benda yang diam

Kedua orang yang saling mendorong meja secara berlawanan

dengan kekuatan sama akan menyebabkan benda tersebut diam.

Walaupun kedua orang masing-masing mengeluarkan gaya, akan

tetapi karena arah gayanya saling berlawanan, maka total gaya

menjadi mengecil atau saling menghilangkan.

Gambar 2.5. Mendorong meja berlawanan.

42

42

Benda yang diam bisa bergerak atau sebaliknya bila diberi

gaya. Benda diam menjadi bergerak, contoh: bola akan bergerak

bila diberi gaya otot berupa lemparan atau tendangan. Benda

bergerak menjadi diam, contoh: Kiper yang dapat menangkap bola

yang sedang melayang akibat lemparan pemain.

Gambar 2.6. Bola ditahan dengan kaki.

4) Gaya pada benda bergerak

Kedua orang yang mendorong meja secara bersama-sama,

pada posisi yang searah menyebabkan meja dapat bergeser. Pada

saat itulah terjadi gerak yang diakibatkan oleh lebih dari satu gaya.

Total gaya pada meja menjadi saling menguatkan, sehingga

gaya yang dihasilkan menjadi lebih besar. Gaya-gaya yang searah

akan memperbesar gaya total (Nursari: 2010)

5) Gaya pada benda yang menyebabkan perubahan arah gerak dan

bentuk benda.

Gaya dapat mempengaruhi gerak benda. Pada saat seseorang

mengendarai sepeda, maka sepeda dapat di belokkan arah

gerakanya karena adanya suatu gaya tarik dan gaya otot yang

43

43

membelokkan stang sepeda atau pada saat seseorang bermain bola

yang dapat merubah arah bola yang disebabkan oleh tendangan,

lemparan, atau pukulan dari pemain, sehingga pemain memberikan

gaya pada bola yang menyebabkan bola tersebut berubah arah, di

sini gaya berperan untuk mengubah arah dari benda yang bergerak.

Gaya mempengaruhi bentuk benda, misalnya ada gaya

grafitasi, buah jatuh dari pohon, maka bentuk buah akan berubah

karena mengalami benturan pada saat jatuh dari pohon kebawah

yang diakibatkan adanya gaya tarik bumi untuk menarik sebuah

benda atau grafitasi. Contoh lain misalnya plastisin yang dibentuk

dengan tangan, kaleng yang dipukul dengan palu maka akan

berubah bentuk dan karet gelang yang dibentuk dengan jari.

(Nursari:2010).

Gambar 2.7. Plastisin.

6) Rangkuman

a. Untuk bergerak, semua benda memerlukan gaya.

b. Setiap gaya yang dilakukan memerlukan tenaga.

44

44

c. Berdasarkan sumber tenaga yang diperlukan, gaya dibedakan

menjadi lima, yaitu gaya magnet, listrik, otot, gravitasi, dan

pegas.

d. Beberapa faktor yang mempengaruhi gerak suatu benda adalah

adanya gaya gravitasi bumi dan tarikan atau dorongan yang

terjadi pada benda.

e. Gravitasi menyebabkan benda dapat bergerak jatuh ke bawah.

f. Gerak benda yang terjadi karena dorongan atau tarikan

dipengaruhi oleh permukaan tempat benda bergerak.

g. Gaya yang terjadi pada benda baik berupa dorongan atau

tarikan dapat mempengaruhi bentuk benda tersebut (Wiyono

dan Sulistyanto, 2008:93)

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan judul penelitian tindakan kelas yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

1. Penelitian ini dilakukan oleh Lilin Yunarwi dengan judul Peningkatan

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Biologi di Kelas VIID SMP

Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 menggunakan strategi

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dari Universitas Sebelas Maret

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Hasil yang diperoleh dalam

penelitian menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

pada mata pelajaran biologi ternyata berpengaruh terhadap motivasi

belajar siswa. Dari hasil pengamatan terbukti untuk motivasi belajar pada

45

45

siklus I diperoleh nilai rata-rata 71,89% sedangkan pada siklus II diperoleh

nilai rata-rata 83,98%. Sehingga dapat diketahui bahwa dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil observasi penulis terhadap guru dan siswa kelas

IV SD Negeri 02 Tejasari ditemukan masalah-masalah dalam pembelajaran

IPA khususnya pada saat pembelajaran IPA tentang konsep gaya. Banyak

siswa yang belum memahami materi tersebut. Hal ini umumnya

dikarenakan motivasi siswa yang kurang dalam mengikuti proses belajar

mengajar sehingga mengakibatkan prestasi belajar siswa juga menurun.

Kesulitan siswa dalam memahami materi gaya ini dikarenakan masih

banyak siswa yang tidak berani bertanya pada gurunya pada saat proses

pembelajaran berlangsung, padahal sesungguhnya mereka belum memahami

konsep tersebut. Selain itu siswa juga kurang dilibatkan pada saat

pembelajaran IPA.

Selain itu, metode pembelajaran yang digunakan guru juga masih

menggunakan metode ceramah dan tugas. Media pembelajaran untuk

pembelajaran IPA juga masih terbatas. Dengan adanya permasalahan

tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian dengan menerapkan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran IPA mengenai

materi gaya.

46

46

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam sekurang-

kurangnya dua siklus yaitu Siklus I dan Siklus II. Dan tiap siklus terdiri dari

empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Lalu

apabila setelah pelaksanaan Siklus II selesai ternyata permasalahannya

belum dapat teratasi maka akan dilanjutkan pada Siklus III dan begitu

seterusnya.

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir diatas, maka

diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : ” Upaya Meningkatkan

motivasi dan Presatasi IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Tentang Gaya di kelas IV Di SD Negeri 02 Tejasari Kecamatan

Kaligondang Kabupaten Purbalingga.