bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian tentang pembayaran dividenmembutuhkan beberapa teori yang mendasarinya,
diantaranya :
2.1 Dividen
Investasi dalam bentuk saham akan memberikan keuntungan kepada investor, yaitu
keuntungan berupa dividen. Dividen adalah pembagian keuntungan perusahaan.Menurut
Andriyani (2008) dividen adalah distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat atau
bukti lain yang menyatakan hutang perusahaan dan saham kepada pemegang saham suatu
perusahaan sebagai proporsi dari sejumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Sedangkan
menurut Tangkilisan dan Hessel (2003) “Dividen adalah bagian dari laba bersih yang
dibagikan kepada para pemegang saham (pemilik modal sendiri, equity”. Pengertian
lainmenurut Rusdin (2006), “Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang
dibagikan kepada pemegang saham.”
“Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa
(earning available for common stockholders) yang dibagikan kepada para pemegang saham
biasa dalam bentuk tunai (Warsono, 2003).Menurut Hanafi (2004) menyatakan bahwa
“Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital
gain. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari
laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang
saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan”.
Sehingga dalam pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dividen adalah bagian
keuntungan bersih setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham. Karena dividen
merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi melalui saham, maka pihak
manajemen perusahaan perlu memperhatikan kebijakan dividen yang akan diterapkan
dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dalam perusahaan
dalam bentuk kepemilikan saham.
2.2 Jenis – jenis Dividen
Ada beberapa jenis dividen, diantaranya sebagai berikut :
a. Cash Dividen ialah dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada para pemegang
saham dalam bentuk uang tunai (cash). Pada waktu rapat pemegang saham
perusahaan memutuskan bahwa sejumlah tertentu dari laba perusahaan akan dibagi
dalam bentuk cash dividen (M. Munandar, 1983). Perusahaan hanya berkewajiban
membayar dividen setelah perusahaan tersebut mengumumkan akan membayar
dividen. Dividen dibayarkan kepada pemegang saham yang namanya tercatat dalam
daftar pemegang saham. Pembayaran dividen dapat dilakukan oleh perusahaan sendiri
atau melalui pihak lainseumpama bank. Cara yang kedua biasa dipilih perusahaan
karena bank mempunyai banyak cabang sehingga memudahkan pemegang saham
yang mungkin sekali tersebar luas di seluruh Indonesia (Arief Suaidi, 1994). Yang
perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman ada
dividen kas adalah apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen
tersebut.
b. Script Dividen adalah suatu surat tanda kesediaan membayar sejumlah uang tertentu
yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham sebagai dividen. Surat ini
berbunga sampai dengan dibayarkan uang tersebut kepada yang berhak. Script
dividen seperti ini biasa dibuat apabila pada waktu para pemegang saham mengambil
keputusan tentang pembagian laba dimana perusahaan belum (tidak) mempunyai
persediaan uang cash yang cukup untuk membayar dividen cash (Arief Suaidi 1994).
c. Property Dividen adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam
bentuk barang-barang (tidak berupa uang tunai ataupun (modal) saham perusahaan).
Contoh dividen barang adalah dividen berupa persediaan atau saham yang merupakan
investasi perusahaan pada perusahaan lain. Pembagian dividen berupa barang sudah
barang tentu lebih sulit dibanding pembagian dividen uang. Perusahaan
melakukannya karena uang tunai perusahaan tertanam dalam investasi saham
perusahaan lain atau persediaan dan penjualan investasi atau persediaan terutama bila
jumlah cukup banyak akan menyebabkan harga jual investasi ataupun persediaan
turun sehingga merugikan perusahaan dan pemegang saham sendiri (Arief Suaidi
1994).
d. Liquidating Dividenadalah dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham
dimana sebagian dari jumlah tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran bagian laba
(Cash Dividen) sedangkan sebagian lagi dimaksudkan sebagai pengembalian modal
yang ditanamkan (diinvestasikan) oleh para pemegang saham ke dalam perusahaan
tersebut (M. Munandar 1983).
e. Stock Dividen adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam
bentuk saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri (M. Munandar
1983). Di Indonesia saham yang dibagikan sebagai dividen tersebut disebut saham
bonus. Dengan demikian para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham
yang lebih banyak setelah menerima Stock Dividen. Dividen saham dapat berupa
saham yang jenis sama maupun yang jenis berbeda.
2.3 Prosedur Standar Pembayaran Dividen
Dalam pembayaran deviden terdapat beberapa tahapan atau prosedur yaitu sebagai
berikut:
a. Declaration Date
Declaration date adalah tanggal keputusan untuk membagikan deviden pada RUPS,
atau tanggal pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana pembayaran deviden.
b. Date of record
Date of record merupakan tanggal keputusan bahwa para pemegang saham pada
tanggal tertentu dinyatakan berhak untuk menerima deviden, atau hari terakhir untuk
mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima deviden yang akan
dibagikan perusahaan.
c. Ex-devidend
Ex-devidend adalah tanggal pada saat hak atas deviden periode berjalan dilepaskan dari
sahamnya yaitu lima hari sebelum date of record. Pada tanggal ini atau sesudahnya
pembeli tidak berhak untuk memperoleh deviden yang akan dibagikan.
d. Payment date
Payment date merupakan tanggal kapan deviden tersebut akan dibayarkan, dan
bagaimana cara pembayaranya. (www.google.co.id)
2.4 Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio merupakan persentase laba perusahaan tertentu yang
dibayarkan sebagai dividen kas kepada pemegang saham. Dividen hanya dapat dibayarkan
kepada pemegang saham jika perusahaan tersebut memperoleh laba pada tahun yang
bersangkutan. Dividen Payout Ratio mengukur bagian penghasilan saat ini yang dibayarkan
untuk dividen. Investor yang berusaha mencari keuntungan modal akan senang kalau ini
kecil, sedangkan investor yang berusaha mencari dividen akan lebih senang kalau rasio ini
tinggi. Rasio ini dihitung dengan mengkaitkan dividen kas pada net income(Deasy dan
Ratih 2006).
2.4 Teori Kebijakan Dividen
Teori kebijakan dividen menjelaskan bagaimana sifat dari dividen yang dibagikan
kepada para pemegang saham. Teori dari kebijakan dividen ini akan mempengaruhi harga
saham. Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh terhadap pemegang saham
dan perusahaan yang membayar dividen.Umumnya perusahaan cenderung memberikan
dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara teratur.Kebijakan ini
kemungkinan besar disebabkan oleh asumsi bahwa investor melihat kenaikan dividen
sebagai suatu tanda yang baik dimana perusahaan memiliki prospek cerah, demikian pula
sebaliknya jika pembayaran dividen oleh perusahaan menurun maka dianggap tidak
memiliki prospek yang cerah. Selain itu, pemberian dividen yang relatif stabil diakibatkan
adanya asumsi bahwa investor cenderung lebih menyukai dividen yang tidak berfluktuasi
(dividen yang stabil).
Menurut Ridwan Sundjaja dan Inge Barlian (2003), ada tiga teori yang membahas
tentang kebijakan dividen dan berpengaruh terhadap harga saham. Ketiga teori tersebut
adalah:
a. Teori Residu Dividen
Teori ini menjelaskan bahwa investor lebih senang apabila perusahaan menahan
keuntungannya untuk diinvestasikan kembali dari pada jika keuntungan itu dibayarkan
berupa dividen dimana re-investasi akan menghasilkan lebih banyak dibandingkan
saham-saham lain yang resikonya kira-kira seimbang.
b. Teori Irrelevansi Dividen
Teori ini menjelaskan bahwa kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari asset perusahaan.
c. Teori Relevansi Dividen
Teori ini menjelaskan bahwa investor umumnya menghindari risiko dan dividen yang
diterima sekarang mempunyai resiko yang lebih kecil daripada dividen yang diterima di
masa yang akan datang.
2.6 Jenis Kebijakan Dividen
Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash dividend yang
diberikan kepada pemegang saham. Adapun bentuk kebijakan tersebut menurut Sutrisno
(2003), ada empat yaitu:
a. Kebijakan pemberian dividen yang stabil
Yaitu dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu
walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi.
b. Kebijakan dividen yang meningkat
Yaitu perusahaan memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang
diperoleh perusahaan
c. Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan
Yaitu perusahaan memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang
diperoleh perusahaan.
d. Kebijakan dividen regular yang rendah ditambah ekstra
Yaitu perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan
kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen.
2.7 Bentuk Pembayaran Dividen
Menurut Addul Halim (2005), ada tiga bentuk pembayaran dividen, yaitu dividen
dalam jumlah rupiah stabil, dividen dengan rasio pembayaran konstan, dan dividen tetap
yang rendah ditambah dividen ekstra.
a. Dividen dalam jumlah rupiah stabil
Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan pembayaran dividen yang stabil,
artinya dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka
waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi.
Pembayaran dividen yang stabil ini dapat memberikan kesan kepada investor bahwa
perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa mendatang.
b. Dividen dengan rasio pembayaran konstan.
Beberapa perusahaan melakukan pembayaran dividen berdasarkan persentase tertentu
dari laba. Karena laba berfluktuasi, maka menjalankan kebijakan ini akan berakibat
jumlah dividen dalam rupiah akan berfluktuasi
c. Dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra
Pembayaran dividen ini hanyalah merupakan modifikasi dari cara 1 dan 2 di atas.
Kebijakan ini memberi fleksibilitas pada perusahaan tetapi mengakibatkan investor
sedikit ragu-ragu tentang berapa besarnya dividen mereka. Apabila perusahaan sangat
berfluktuasi, kebijakan ini akan merupakan pilihan terbaik.
2.8 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio
Keputusan dividen pada hakekatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang
akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai bagian dari
laba ditahan (Levy dan Sarnat 1990 dalam Harjono 2002).Keputusan pembayaran dividen
sering disebutDividend Payout Ratio..Faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout
ratio dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan laba,
likuiditas, dan leverage.
Perusahaan besar dan mapan akan mudah menuju ke pasar modal. Karena
kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal, maka berarti fleksibilitas lebih besar
dan kemampuan untuk mendapatkan dana dalam jangka pendek, perusahaan besar dapat
mengusahakan pembayaran dividen yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil
(Harjono 2002), sehingga perusahaan semakin besar, maka tingkat pembagian dividen
semakin besar.
Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan atau emiten dalam menghasilkan
laba bersih setelah pajak dengan memanfaatkan semua assetyang dimiliki
perusahaan.Semakin tinggi profitabilitas, semakin baik perusahaan didalam
mengoperasikan keseluruhan aktiva yang dimilikinya, begitu juga dengan sebaliknya
(Nadjibah 2008).
Pertumbuhan laba dapat diukur menggunakan growth of earning after
tax.Peningkatan dalam growth of earning after taxdianggap sebagai peningkatan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kenaikan laba bersih setelah pajak dibanding
tahun sebelumnya. Kenaikan ini akan menaikan pula jumlah dividen yang dibayarkan
(Intan dan Akram 2007).
Keputusan suatu perusahaan untuk membagikan dividen serta besarnya dividen
yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham sangat bergantung pada posisi kas atau
likuiditas dari suatu perusahaan.Meskipun perusahaan dapat memperoleh laba yang tinggi,
namun apabila posisi likuiditas menunjukan keadaan yang tidak begitu baik perusahaan
mungkin tentu tidak dapat membayar dividen.Sebaliknya jika posisi likuiditas menunjukan
keadaan baik perusahaan mungkin dapat membayar dividen.
Leverage sangat penting untuk dipertimbangkan oleh manajemen sebab untuk
mengetahui seberapa besar modal sendiri untuk menutup hutang perusahaan melalui Debt
Equity Ratio , berarti semakin besar DER dimungkinkan mengakibatkan kecilnya
pembagian dividen yang dibayarkan perusahaan. Berdasarkan pemikiran-pemikiran
tersebut dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :
H1 :ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan laba, likuiditas, leverage berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap dividend payout ratio
Penjelasan lebih dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
adalah sebagai berikut
2.8.1 Ukuran Perusahaan
Variabel ukuran perusahaan adalah rasio ukuran sebagai logaritma dari total
aktiva.Ukuran aktiva dipakai sebagai pengukur (proksi) besarnya
perusahaan.Perusahaan yang besar dianggap mempunyai akses ke pasar
modal.Perusahaan besar mempunyai kemudahan daripada perusahaan kecil untuk
menghasilkan keuntungan dan memperoleh sumber pendanaan (Chang dan Rhee,
1990 dalam Harjono, 2002).Oleh karena itu, semakin besar ukuran perusahaan,
kebijakan dividen yang diambil terhadapbesarnya dividen yang dibayarkan
semestinya juga ikut meningkat. Namun disisi lain, ukuran perusahaan juga dapat
berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, karena sekalipun perusahaan –
perusahaan besar memiliki kemampuan untuk menghasilkan keuntungan lebih besar,
namun modal yang digunakan juga besar, sehingga profitabilitasnya bisa menjadi
tidak terlalu tinggi dibanding perusahaan kecil. Dengan demikian, dana yang dapat
dibagikan sebagai dividen juga tidak terlalu besar. Selain itu set kesempatan
investasi yang dimiliki perusahaan besar juga banyak sehingga laba yang ditahan
pada perusahaan besar juga lebih besar daripada perusahaan kecil (Intan dan Akram
2007).Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut dapat disimpulkan hipotesis
sebagai berikut :
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap dividend
payout ratio.
2.8.2 Profitabilitas
Menurut Sartono (2001) : “Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun
modal sendiri”. Sedangkan menurut Prihantoro (2003) : “Profitabilitas adalah
tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan
operasionalnya”. Menurut Klana Putra (2004) dalam Ni Putu Ena dan Agung
(2006):“Rasio profitabilitas merupakan perbandingan laba perusahaan dan investasi
atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba perusahaan tersebut”.
Kenaikan profitabilitas dan pertumbuhan laba adakalanya diikuti kenaikan
pembayaran dividen, karena kenaikan pembayaran dividen dianggap sebagai sinyal
optimisme manajer atas kinerja perusahaan.Pada umumnya, manajer hanya
menaikkan dividen saat sudah yakin bahwa laba yang diperoleh sekarang dapat
tetap dipertahankan. Menurut Robert Ang profitabilitas dapat diukur dengan enam
pendekatan yaitu : Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM),
Operating Return on Assets (OPROA), Return on Assets (ROA), Return on Equity
(ROE), dan Operating Ratio (OPR).
Penelitian Husnan (2002) dalam Nadjibah (2008) menemukan bahwa
kenaikan profitabilitas (yang diproksi dengan Return On Asset/ROA) akan
meningkatkan DPR. Hasil yang berbeda diungkapkan oleh Kania dan Bacon
(2005), yaitu kenaikan profitabilitas justru berpengaruh negatif terhadap DPR,
sedangkan pertumbuhan laba berpengaruh positif terhadap DPR.
Dividen merupakan sebagian dari keuntungan bersih yang diperoleh
perusahaan. Oleh sebab itu, dividen akan dibagikan jika perusahaan mempunyai
keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah
keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban tetapnya yaitu beban bunga
dari pajak.Oleh karena itu dividen yang diambilkan dari keuntungan bersih akan
mempengaruhi devidend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar
keuntungannya akan membayar porsi pendapatan dalam bentuk dividen yang
semakin besar (Sudarsi, 2002) dalam Fira Puspita (2009).Berdasarkan pemikiran-
pemikiran tersebut dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :
H3 :Profitabilitas berpengaruh signifikan secara parsial terhadap dividend payout
ratio.
2.8.3 Pertumbuhan Laba
Pertumbuhan Laba adalah selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan
atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan
untukmembeli sumber daya alam dalam menghasilkan barang atau jasa
tersebut.Petumbuhan laba dapat diukur menggunakanGrowth of Earning After Tax.
Growth of Earning After Tax adalah seberapa besar kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan pertumbuhan laba bersih setelah pajak dibanding pertumbuhan tahun
lalu (Harahab 2001 dalam Intan dan Akram 2007). Selain Growth of Earning After
Tax, pertumbuhan laba juga dapat diukur dengan Market to book value dengan
membagi market capitalization dengan book value of equity(Collins dan Kothari
1989 dalam Noviyanti dan Erni 2008). Laba suatu perusahaan dari tahun ke tahun
selalu mengalami perubahan baik mengalami peningkatan ataupun
penurunan.Peningkatan laba yang stabil dari suatu perusahaan menunjukkan bahwa
pertumbuhan laba perusahaan baik.Demikian juga sebaliknya, penurunan laba dari
tahun ke tahun menunjukkan bahwa pertumbuhan laba perusahaan kurang baik.
Perusahaan dengan laba bertumbuh, dapat memperkuat hubungan antara
ukuran perusahaan dengan profitabilitas. Dimana perusahaan dengan laba
bertumbuh dengan jumlah aktiva yang besar akan memiliki peluang yang lebih
besar didalam menghasilkan profitabilitas, Hamid (2001) dalam Ni Putu Ena
(2003), merumuskan bahwa perusahaan yang bertumbuh adalah perusahaan yang
memiliki pertumbuhan margin, laba dan penjualan yang tinggi.
Perusahaan besar cenderung mendominasi posisi pasar dalam industrinya
(Mueller, 1986, yang diacu oleh Fitrijanti, 2002 dalam Ni Putu Ena 2003), sehingga
seringkali perusahaan besar lebih memiliki keunggulan kompetitif dalam
mengeksplorasi kesempatan investasi, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa
perusahaan yang bertumbuh secara signifikan merupakan perusahaan yang lebih
besar karena perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar
modal sehingga lebih mudah untuk mendapatkan tambahan dana yang kemudian
dapat meningkatkan profitabilitas (Hartono, 2000 dalam Ni Putu Ena,
2003).Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut dapat disimpulkan hipotesis
sebagai berikut :
H4 :Pertumbuhan laba berpengaruh signifikan secara parsial terhadap dividend
payout ratio.
2.8.4 Likuiditas
Menurut Alli, et.al. (1993) dalam Prihantoro (2003), Posisi Likuiditas,
keuntungan yang diperoleh dan laba ditahan yang tinggi tidak harus menyebabkan
posisi kas yang tinggi juga, karena ada kemungkinan bahwa keuntungan dan laba
ditahan tersebut telah digunakan untuk membayar hutang atau melekat pada aktiva
selain kas.
Menurut Sartono (2001) “Likuiditas perusahaan menunjukan kemampuan
untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya”.Adapun
rasio likuiditas yang sering digunakan adalah Current Ratio.Current Ratio
menunjukan beberapa kemampuan dalam membayar utang lancar dengan aktiva
lancar yang tersedia.
Keputusan suatu perusahaan untuk membagikan dividen serta besarnya
dividen yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham sangat bergantung pada
posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan.Meskipun perusahaan dapat
memperoleh laba yang tinggi, namun apabila posisi likuiditas menunjukan keadaan
yang tidak begitu baik perusahaan mungkin tentu tidak dapat membayar dividen.
Misalnya, apabila perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk
membiayai investasinya atau perusahaan tersebut sedang tumbuh sehingga sebagian
besar dananya tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja, maka kemampuan
untuk membayar cash dividend pun sangat terbatas.
Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio)
yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya
(current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan
lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan. Semakin
tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi
(membayar) kewajiban jangka pendeknya (Brigham,1983 dalam Andriyani 2008).
Dengan semakin meningkatnya cash ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para
investor untuk membayar dividen yang diharapkan oleh investor. Posisi kas
dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih
setelah pajak (Stanley dan Geoffrey, 1987 dalam Prihantoro, 2003).
Likuiditas juga dapat diukur dengan menggunakan quick ratio.Quick ratio
adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dengan
segera.Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut dapat disimpulkan hipotesis
sebagai berikut :
H5 :Likuiditas berpengaruh signifikan secara parsial terhadap dividend payout
ratio.
2.8.5 Leverage
Menurut Makmun, (2002) Leverage keuangan (ratio leverage) adalah
perbandingan antara dana-dana yang dipakai untuk membelanjai/membiayai
perusahaan atau perbandingan antara dana yang diperoleh dari ekstern perusahaan
(dari kreditur-kreditur) dengan dana yang disediakan pemilik perusahaan.
Pendanaan yang diperoleh dari utang menyebabkan pihak manajemen akan
memprioritaskan pelunasan kewajiban terlebih dahulu sebelum membagikan
dividen. Perusahaan yang memiliki rasio utang lebih besar seharusnya membagikan
dividen lebih kecil karena laba yang diperoleh digunakan untuk melunasi
kewajiban.
Utang jangka panjang diikat oleh sebuah perjanjian utang untuk melindungi
kepentingan kreditor.Kreditor biasanya membatasi pembayaran dividen, pembelian
saham beredar, dan penambahan utang untuk menjamin pembayaran pokok utang
dan bunga.Untuk itu, semakin tinggi rasio utang/ekuitas, maka semakin ketatnya
perusahaan terhadap perjanjian utang. Kaitannya dengan pembayaran dividen, maka
dapat dikatakan semakin tinggi rasio utang/ekuitas, pembayaran dividen akan
semakin kecil, sebaliknya jika rasio utang rendah maka ada kemungkinan
pembayaran dividen akan tinggi.
Rasio leverage adalah Debt Equity Ratio(DER)untuk mengetahui berapa
bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang
(modal asing), selain Debt Equity Ratio ada rasio leverage lain yaitu DTA (Debt to
Total Asset) dengan membagi total hutang dengan total aset.
Menurut Kumar (2007), rasio ini sangat penting untuk dipertimbangkan oleh
manajemen sebab untuk mengetahui seberapa besar modal sendiri untuk menutup
hutang perusahaan berarti, semakin besar DER maka mengakibatkan kecilnya
pembagian dividen yang dibayarkan perusahaan.Berdasarkan pemikiran-pemikiran
tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
H6 :Leverage berpengaruh signifikan secara parsial terhadap dividend payout ratio.
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian – penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan
dividen telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan olehHarjono 2002,
Happy S Hartady 2006, Nadjibah 2008, Puspita 2009 yang meneliti pengaruh ukuran
perusahaan terhadap Dividend Payout Ratiodengan hasil berpengaruh signifikan, namun
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Priono 2006, Intan dan Akram 2007 yang
mengatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.
Penelitian rasio profitabilitas terhadap dividend payout ratiotelah banyak dilakukan
dengan hasil berpengaruh signifikan seperti penelitian yang dilakukan oleh Harjono 2002,
Nadjibah 2008, Puspita 2009, Asril 2009, Rini 2009, namun hasil tersebut berbeda dengan
penelitian Kania dan Bacon 2005 dan Happy S Hartadi (2006) yang mengatakan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio.
Penelitian pertumbuhan laba dilakukan oleh AA Gunawan 2005 dengan hasil
pertumbuhan laba berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen tetapi hasil tersebut
tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Intan dan Akram 2007 bahwa
pertumbuhan laba tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Kania dan Bacon 2005, dan Priono 2006 meneliti pengaruh likuiditas terhadap
Dividend Payout Ratio dengan hasil bahwa likuiditas berpengaruh terhadap Dividend
Payout Ratio, tetapi penelitian tersebut tidak sependapat dengan penelitian yang dilakukan
oleh Asril 2009 yang mengatakan bahwa likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Penelitian tentang rasio hutang (leverage) telah banyak dilakukan diantaranya oleh
Prihantoro 2003, Harjono 2002, Priono 2006, Happy S Hartadi (2006), Adedeji 1998
dalam Puspa 2007, Sri Hasnawati dan Novi 2008 dengan hasil berpengaruh terhadap
Dividend Payout Ratio. Namun hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Karina 2006, Kumar 2007, Puspita 2009, Asril 2009 yang mengatakan
bahwa leverage tidak berpengaruh terhadapDividend Payout Ratio.
2.10 Kerangka Pemikiran
Dalam mengambil keputusan kebijakan pembayaran dividen perlu
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam penelitian ini, faktor-
faktor tersebut diantaranya ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan laba, likuiditas
dan leverage.
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh
perusahaan.Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan dividen dimanaperusahaan
yang besar dianggap mempunyai akses ke pasar modal.Perusahaan besar mempunyai
kemudahan daripada perusahaan kecil untuk menghasilkan keuntungan dan memperoleh
sumber pendanaan (Chang dan Rhee, 1990 dalam Harjono, 2002). Oleh karena itu,
semakin besar ukuran perusahaan, kebijakan dividen yang diambil terhadap besarnya
dividen yang dibayarkan semestinya juga ikut meningkat, namun disisi lain ukuran
perusahaan juga dapat berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, karena sekalipun
perusahaan – perusahaan besar memiliki kemampuan untuk menghasilkan keuntungan
lebih besar, namun modal yang digunakan juga besar, sehingga profitabilitasnya bisa
menjadi tidak terlalu tinggi dibanding perusahaan kecil. Dengan demikian, dana yang dapat
dibagikan sebagai dividen juga tidak terlalu besar.Dari penelitian yang dilakukan oleh para
ahli yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan
dividen. Penelitian-penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Happy S Hartadi (2006),
Puspita (2009), Harjono (2002) dan Nadjibah (2008).
Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena kenaikan profitabilitas
adakalanya diikuti kenaikan pembayaran dividen, karena kenaikan pembayaran dividen
dianggap sebagai sinyal optimisme manajer atas kinerja perusahaan.Pada umumnya,
manajer hanya menaikkan dividen saat sudah yakin bahwa laba yang diperoleh sekarang
dapat tetap dipertahankan. Hasil penelitian Happy S Hartadi (2006), Kumar (2007),
Harjono (2002), Nadjibah (2008), Puspita (2009), Rini (2009)menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil yang sama juga didapat oleh
Asril (2009).
Pertumbuhan laba pada perusahaan yang besar dengan aktiva yang besar pula maka
akan memenuhi peluang yang besar dalam menghasilkan profitabilitas dimana kenaikan
profitabilitas adakalanya diikuti kenaikan pembayaran dividen karena kenaikan
pembayaran dividen dianggap sebagai sinyal optimisme manajer atas kinerja perusahaan.
Pada umumnya, manajer hanya menaikkan dividen saat sudah yakin bahwa laba yang
diperoleh sekarang dapat tetap dipertahankan.Penelitian Gunawan (2005) menyatakan
bahwa pertumbuhan laba berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
financial tepat pada waktunya.Kebijakan dividen yang diambil perusahaan untuk
membagikan dividen serta besarnya dividen yang dapat dibagikan kepada para pemegang
saham sangat bergantung pada posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan.Likuiditas
perusahaan ditunjukan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk
diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, dan persediaan. Semakin
tinggi likuiditas perusahaan akan membuat perusahaan dapat membagikan dividen yang
cukup besar, sebaliknya jika likuiditas perusahaan rendah akan membuat perusahaan
membagikan dividen kecil.Penelitian Kania dan Bacon (2005), Priono (2006) menyatakan
bahwa likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Leverage adalah perbandingan antara dana-dana yang dipakai untuk membiayai
perusahaan atau perbandingan antara dana yang diperoleh dari kreditor dengan dana yang
disediakan pemilik perusahaan. Pendanaan yang diperoleh dari utang menyebabkan pihak
manajemen akan memprioritaskan pelunasan kewajiban terlebih dahulu sebelum
membagikan dividen. Kreditor biasanya membatasi pembayaran dividen, pembelian saham
beredar, dan penambahan utang untuk menjamin pembayaran pokok utang dan
bunga.Untuk itu, semakin tinggi rasio utang/ekuitas, maka semakin ketatnya perusahaan
terhadap perjanjian utang. Kaitannya dengan pembayaran dividen, maka dapat dikatakan
semakin tinggi rasio utang/ekuitas, pembayaran dividen akan semakin kecil, sebaliknya
semakin rendah rasio utang maka pembayaran dividen akan semakin tinggi. Menurut
penelitian Prihantoro (2003), Harjono (2002), Priono (2006), Happy S Hartadi (2006),
Adedeji 1998 dalam Puspa (2007), dan Sri Hasnawati dan Novi, variabelleverage
berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Dengan melihat dari dasar teori yang telah diuraikan diatas dan penelitian-
penelitian terdahulu, maka dapat disajikan dalam gambar sebagai berikut :
Gambar 2.10 Kerangka Pemikiran
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Pertumbuhan Laba, Likuiditas, Leverage
Terhadap Dividend Payout Ratio
2.11 Hipotesis
Sesuai dengan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini
sebagai berikut :
H1 : Ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan laba, likuiditas, dan leverage
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap dividend payout ratio.
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap dividend payout
ratio.
H3 : Profitabiltas berpengaruh signifikan secara parsial terhadap dividend payout ratio.
H4 : Pertumbuhan Laba berpengaruh signifikan secara parsialterhadap dividend payout
ratio.
Ukuran Perusahaan
Profitabilitas Pertumbuhan Laba
Likuiditas Leverage
Dividend Payout Ratio
H1
H3 H4 H5 H6
H2
H5 : Likuiditas berpengaruh signifikan secara parsial terhadap dividend payout ratio.
H6 : Leverage berpengaruh signifikan secara parsial terhadap dividend payout ratio.