bab ii kajian pustaka a. deskripsi teori 1. sikap tanggung ...repository.ump.ac.id/5420/3/wahyu...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Sikap Tanggung Jawab
a. Pengertian Tanggung Jawab
Kepribadian seseorang dapat diketahui dengan cara
bagaimana individu tersebut akan bersikap pada kondisi-kondisi
tertentu di lingkungan. Hal tersebut didefinisikan sebagai tindakan
yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran karena sudah tertanam dalam
pikiran yang sudah menjadi kebiasaan. Sejalan dengan itu Doni
Koesoema dalam Gunawan (2012: 2), memahami bahwa ‘karakter
adalah sama dengan kepribadian’. Kepribadian dianggap sebagai ciri
atau karakteristik atau gaya atau sifat khas seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.
Karakter menggambarkan sikap, seperti yang diungkapkan
oleh Yaumi dalam Daryanto (2013: 9), bahwa ‘karakter
menggambarkan kualitas moral seseorang yang tercermin dari segala
tingkah lakunya yang mengandung unsur keberanian, ketabahan,
kejujuran, dan kesetiaan, atau perilaku, dan kebiasaan yang baik’.
Karakter ini dapat berubah akibat pengaruh lingkungan, oleh karena
itu perlu usaha membangun karakter, dan menjaganya agar tidak
terpengaruh oleh hal-hal yang menyesatkan.
8
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
9
Berdasarkan uraian tetang karakter sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa karakter adalah suatu sikap dan ciri khas yang
dimiliki oleh setiap individu. Karakter tersebut terbentuk dari hasil
interaksi dengan lingkungan. Karakter setiap individu dapat dilihat
dari tingkah laku sehari-hari.
Nilai pendidikan karakter bangsa terdiri dari religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Salah satu
nilai pendidikan karakter yang diangkat dalam penelitian ini adalah
sikap tanggung jawab. Setiap orang harus memiliki sikap tanggung
jawab. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menyebutkan bahwa
“tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan,
diperkarakan, dsb)”. Kita bertanggung jawab apabila kita mau
menanggung akibat dari perbuatan kita. Kita tidak akan
mempermasalahkan orang lain atau keadaan apabila kita lalai atau
berbuat kesalahan.
Tanggung jawab harus ditumbuhkan sejak dini kepada siswa,
agar siswa memiliki sikap tanggung jawab yang baik. Sebagaimana
dikemukakan oleh Mustari (2014: 21), bahwa “bertanggung jawab
adalah sikap, dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas, dan
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
10
kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),
Negara dan Tuhan.” Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah
siswa SD Negeri Pangebatan, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten
Banyumas.
Seorang siswa mempunyai tanggung jawab untuk belajar,
sebagaimana dijelaskan oleh Wijaya (2014: 91), bahwa ‘sebagai
pelajar, siswa bertanggung jawab untuk belajar, mengerjakan tugas
sekolah, menaati tata tertib sekolah, serta berbuat baik kepada guru
dan teman di sekolah’. Seorang siswa bertanggung jawab terhadap
diri sendiri, guru, dan keluarga. Tanggung jawab siswa terhadap diri
sendiri yaitu menuntut kesadaran setiap siswa untuk memenuhi
kewajibannya sendiri, misalnya seorang siswa mempunyai
kewajiban untuk belajar, apabila ia belajar maka ia telah
bertanggung jawab memenuhi kewajibannya. Tanggung jawab
terhadap guru menuntut siswa untuk selalu menjaga sikap sopan
santun dan tutur kata dalam berbicara, serta tanggung jawab siswa
terhadap keluaraga yaitu siswa harus bisa menjaga nama baik
keluaraganya sendiri dengan cara selalu berbuat positif dalam
melakukan sesuatu
Penjabaran sebelumnya memberikan penjelasan bagi peneliti,
bahwa tanggung jawab adalah pertanggungjawaban diri sendiri.
Seorang individu harus mau menerima resiko dari apa yang
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
11
dilakukan. Tanggung jawab yang diteliti dalam penelitian ini adalah
tanggung jawab individu sebagai siswa. Adanya tanggung jawab
dalam diri siswa, akan berpengaruh pada kesungguhan individu
dalam melaksanakan setiap kegiatan.
b. Indikator Tanggung Jawab
Indikator adalah variabel untuk mengukur perubahan-
perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Indikator tanggung
jawab menurut Fitri (2012: 43) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Indikator Tanggung Jawab
No. Nilai Indikator Tanggung Jawab
18 Tanggung Jawab
Mengerjakan tugas dan pekerjaan
rumah dengan baik
Bertanggung Jawab terhadap setiap
perbuatan
Melakukan piket sesuai dengan
jadwal yang telah diterapkan
Mengerjakan tugas kelompok
secara bersama-sama
Tabel 2.1 menerangkan tentang indikator tanggung jawab.
Indikator yang akan diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini
adalah tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas dan
bertanggung jawab terhadap setiap perbuatan. Alasan meneliti hal
tersebut adalah ditemuinya permasalahan tentang beberapa siswa
yang tidak mengerjakan tugas, seperti tugas piket, dan pekerjaan
rumah.
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
12
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi merupakan sesuatu yang dihargai yang diperoleh
seseorang ataupun sekelompok orang setelah melakukan sebuah
kegiatan. Arifin (2013: 11), mengemukakan bahwa “kata prestasi
berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam Bahasa
Indonesia menjadi prestasi yang artinya hasil usaha”. Pada umumnya
prestasi belajar berkenaan dengan pengetahuan. Kata prestasi banyak
digunakan dalam berbagai bidang, dan kegiatan antara lain dalam
kesenian, olahraga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran.
Mulyasa (2014: 189), mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah
hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar”
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah adanya evaluasi yang
dilakukan oleh guru. Hasil dari evaluasi tersebut dapat menunjukkan
tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dalam kelas.
Pengertian prestasi belajar juga dikemukakan oleh Winkel
dalam Hamdani (2011: 138), ia mengemukakan bahwa ‘prestasi
belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang’.
Prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan belajar yaitu sejauh
mana siswa menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan.
Hamdani (2011: 138), menjelaskan bahwa “prestasi belajar adalah
hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar”.
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
13
Uraian dari prestasi belajar sebelumnya memberikan
pengertian bagi peneliti bahwa prestasi belajar adalah hasil kegiatan
belajar siswa, artinya hasil belajar tersebut digunakan untuk
mengukur sejauh mana siswa memahami materi yang telah
disimpulkan. Prestasi belajar yang diperoleh siswa juga dapat
memberikan gambaran keberhasilan proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru.
b. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dibahas karena
mempunyai beberapa fungsi. Arifin (2013: 11-12), menyebutkan
beberapa fungsi utama prestasi belajar adalah sebagai berikut:
1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai peserta didik.
2) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli
psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi
keingintahuan”, dan merupakan kebutuhan umum
manusia.
3) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta
didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan berperan sebagai umpan balik dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
4) Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu intuisi
pendidikan.
5) Dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik.
Penjelasan dari uraian tersebut adalah dari prestasi belajar
guru dapat mengetahui kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran. Prestasi belajar
yang diperoleh siswa nantinya juga dapat memberikan gambaran
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
14
guru untuk langkah ke depannya dalam kegiatan pembelajaran.
Misalnya, melakukan perbaikan atau inovasi pembelajaran untuk
memaksimalkan prestasi belajar siswa.
c. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seseorang menurut Ahmadi
(2013: 138), hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya
baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal)
individu’. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu:
1) Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
individu. Faktor ini antara lain:
a) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat
bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk
faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran,
struktur tubuh, dan sebagainya.
b) Faktor psikologis, antara lain:
(1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial
yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor
kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki.
(2) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur
kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan,
minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan
penyesuaian diri.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
individu, faktor ini antara lain:
a) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan kelompok.
b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian.
c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah,
fasilitas belajar, iklim.
Penjelasan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah,
terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu
faktor internal dan ekternal. Kedua faktor tersebut sangatlah penting
dalam menunjang prestasi belajar yang diperoleh siswa. Faktor
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
15
tersebut saling berkaitan satu sama lain, jika salah satu komponen
dalam faktor tersebut bermasalah, maka akan mempengaruhi prestasi
belajar yang diperoleh siswa.
3. Matematika
a. Pengertian Matematika
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan pada sekolah dasar. Mata pelajaran matematika erat
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga matematika
diajarkan pada siswa untuk melatih kemampuan berpikir secara kritis
dan logis. Depdiknas dalam Susanto (2014: 184), mengatakan bahwa
kata:
matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau
mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, sedang
dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu
pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.
Matematika adalah suatu hal yang dipelajari. Suatu hal yang
dimaksud disini yaitu ilmu pasti. Ilmu yang berkaitan dengan
penalaran. Matematika di sekolah dasar merupakan salah satu mata
pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa. Sejalan dengan itu,
Susanto (2014: 185), mengatakan bahwa:
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi,
memberikan kontribusi dalam penyelesian masalah sehari-hari
dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Belajar matematika membuat siswa untuk belajar secara kritis,
kreatif dan aktif. Aktif dalam berargumentasi dan dengan belajar
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
16
matematika otak siswa akan terbiasa memecahkan masalah secara
sistematis. Sehingga bila diterapkan dalam kehidupan nyata siswa
dapat menyelesaikan masalah lebih mudah.
Pengertian Matematika juga dikemukakan oleh Ruseffendi
dalam Heruman (2007: 1), bahwa
matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak
menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola
keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur
yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke
aksomia atau postulat, dan akhirya ke dalil.
Sesuai pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa matematika adalah ilmu yang memerlukan penalaran sehingga
dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa. Penyampaian
Matematika dalam proses pembelajaran disampaikan dengan
menggunakan bahasa simbol agar mempermudah siswa dalam proses
penalaran.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Secara umum tedapat 4 tahapan aktivitas dalam rangka
penguasaan materi pelajaran matematika di dalam pembelajaran.
Depdiknas (2009: 1), menyebutkan tahapan aktivitas tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Tahap Penanaman Konsep
Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan
awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Pada tahap
ini pengajaran memerlukan penggunaan benda konkrit
sebagai alat peraga.
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
17
2) Tahap Pemahaan Konsep
Tahap lanjutan setelah konsep ditanamkan. Pada tahap ini
penggunaan alat peraga mulai dikurangi dan bentuknya
semi konkrit sampai pada akhirnya tidak diperlukan lagi.
3) Tahap Pembinaan Keterampilan
Merupakan tahap yang tidak boleh dilupakan dalam rangka
membina pengetahuan siap bagi siswa. Tahap ini diwarnai
dengan latihan-latihan. Pada tahap pengajaran ini alat
peraga sudah tidak boleh digunakan lagi.
4) Tahap Penerapan Konsep
Penerapan konsep yang sudah dipelajari ke dalam bentuk
soal-soal terapan (cerita) yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Tahap ini disebut juga sebagai pembinaan
kemampuan memecahkan masalah.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa
pembelajaran matematika harus dilakukan dari hal yang paling dasar
dan secara berutan mulai dari yang pertama yaitu penanaman konsep,
dalam penanaman konsep guru dapat menggunakan media untuk
menunjang pembelajaran. Tahap kedua adalah pemahaman konsep,
pemahaman konsep bertujuan agar siswa lebih memahami suatu
konsep materi. Pada tahapan ini guru dapat menambahkan materi yang
sesuai dengan lingkungan belajar siswa.
Ketika siswa sudah bisa memahami suatu konsep, maka
tahapan ketiga adalah pembinaan keterampilan. Pada tahap ini guru
dapat memfasilitasi siswa dengan memberikan latihan-latihan soal
dimulai dari yang mudah sampai yang sukar. Tahap yang terakhir
adalah penerapan konsep. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu
menerapkan konsep yang telah diterima dalam kehidupan sehari-hari.
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
18
4. Materi Bangun Ruang Sederhana
Materi yang akan digunakan oleh peneliti dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini adalah materi sifat-sifat bangun ruang sederhana di
kelas VB semester II, SD Negeri Pangebatan, Kecamatan Karanglewas,
Kabupaten Banyumas. Materi ini terdiri dari sifat-sifat bangun ruang
sederhana seperti Kubus, Balok, Tabung, Kerucut, dan Bola.
Berikut adalah starndar kompetensi dan kompetensi dasar yang
akan dijadikan bahan penelitian seperti dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2 Standar Kompetesi dan Kompetensi Dasar Kelas V Mata
Pelajaran Matematika
Standar Kompetensi Kompetesi Dasar
6 Memahami sifat-sifat
bangun dan hubungan antar
bangun
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat
bangun ruang
Sumber: Panduan KTSP SK & KD
Tabel 2.2 menerangkan tetang standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Standar kompetensi yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar
bangun datar. Sedangkan kompetensi dasar yang digunakan adalah
menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana. Peneliti menggunakan
model pembelajaran Van Hiele melalui multimedia dalam penelitian ini.
5. Model Pembelajaran Van Hiele
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah perencanaan sistematis dan
konseptual yang digunakan dalam pembelajaran di kelas atau
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
19
pembelajaran tutorial dalam membuat dan melaksanakan
pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajarannya. Joice & Weil dalam Rusman (2014: 133),
berpendapat bahwa ‘model pembelajaran adalah suatu rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang
lain’.
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis
dalam mengorganisasikan komponen-komponen pembelajaran, dan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Model pembelajaran berisi tentang komponen-komponen yang
terorganisir secara sistematis yang menggambarkan gaya mengajar
seorang pendidik. Menurut Trianto (2014: 28) model pembelajaran
adalah:
suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk
mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam
kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan
material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-
buku, film-film, tipe-tipe, program-program media komputer,
dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar).
Pengertian model pembelajaran yang dikemukakan oleh
beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah suatu pola atau konsep yang akan digunakan dalam proses
belajar mengajar. Model pembelajaran dapat sebagai pedoman guru
dalam menyusun perencanaan pembelajaran, langkah-langkah
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
20
pembelajaran dalam model pembelajaran akan mempermudah guru
dalam melaksanakan pembelajaran.
b. Model Pembelajaran Van Hiele
Suwangsih dan Triurlina (2006: 55), menjelaskan bahwa
“Van Hiele seorang guru bangsa Belanda yang mengadakan
penelitian dalam pengajaran Geometri, ia menguraikan tahap-tahap
perkembangan mental anak dalam geometri”. Tiga unsur utama
dalam pengajaran geometri yaitu waktu, materi pengajaran, dan
metode pengajaran yang diterapkan, jika ketiga unsur itu ditata
secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak
kepada tingkatan berpikir yang lebih tinggi.
Suatu rencana pembelajaran dapat dikatakan sebagai model
pembelajaran jika memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Rusman
(2014: 136), ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para
ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian
kelompok disusun oleh Herber Then dan berdasarkan
teori John Dewy. Model ini dirancang untuk melatih
partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
2) Mempunyai misi dan tujuan pendidikan tertentu,
misalnya model berpikir induktif dirancang untuk
mengembangkan proses berpikir induktif.
3) Dapat dijadikan pedoman untuk memperbaiki kegiatan
belajar mengajar di kelas, misalnya model Synetic
dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam
pelajaran mengarang.
4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan urutan
langkah-langkah pembelajaran (syntax), adanya
prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial, sistem pendukung.
Keempat bagian tertentu merupakan pedoman praktis
bila guru akan melaksanakan suatu model
pembelajaran.
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
21
5) Memiliki dampak sebagai terapan model pembelajaran.
Dampak tersebut meliputi dampak pembnelajaran yaitu
hasil belajar yang dapat diukur dan dampak pengiring
yaitu hasil belajar jangka panjang.
6) Membuat persiapan mengajar (desain intruksional)
dengan model pembelajaran yang dipilihnya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
teori Van Hiele dapat disetarakan sebagai sebuah model
pembelajaran karena memenuhi ciri-ciri model pembelajaran. Teori
Van Hiele memiliki tahap-tahap pembelajaran yang sudah sesuai
dengan langkah-langkah yang dibutuhkan dalam sebuah model.
Model pembelajaran Van Hiele ini juga akan diterapkan dalam
penelitian tindakan kelas ini.
c. Tahap Pemahaman Geometri Menurut Van Hiele
Tahapan berpikir atau tingkat kognitif yang dilalui siswa
dalam pembelajaran geometri, menurut Van Hiele dalam Suwangsih
dan Triurlina (2006 : 55-56) adalah sebagai berikut:
1) Tahap ke 1 Pengenalan (Visualisasi)
2) Tahap ke 2 Analisis
3) Tahap ke 3 Pengurutan
4) Tahap ke 4 Deduksi
5) Tahap ke 5 Keakuratan (Rigor)
Penjelasan dari tahapan di atas adalah model pembelajaran
Van Hiele dimulai pada tahap pengenalan. Pada tahap ini anak mulai
mengenal bentuk geometri secara keseluruhan, misalnya bentuk
persegi segitiga, dan lain-lain. Namun anak belum mampu
mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya.
Setelah tahap pengenalan adalah tahap analisis, pada tahap analisis
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
22
anak sudah mulai mengenal dan memahai sifat-sifat yang dimiliki
benda geometri yang diamati. Misalnya anak mengamati balok, ia
mengetahui bahwa pada balok memiliki 12 rusuk. Tahap selanjutnya
adalah pengurutan. Pada tahap ini anak sudah mulai mampu
mengurutkan berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki setiap bangun
geometri. Misalnya anak dapat menyimpulkan bahwa bujur sangkar
adalah jajar genjang.
Tahap deduksi adalah tahap dimana anak sudah mampu
memahai kedudukan definisi postulat/aksioma, dalil atau teorema,
dan mampu menggunakannya dalam pembuktian. Pada tahap ini
anak sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yakni
penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke
hal-hal yang bersifat khusus. Tahap terakhir dalam model
pembelajaran Van Hiele adalah keakuratan atau rigor. Tahap akurasi
merupakan tingkt berpikir tinggi, rumit serta kompleks.
Siswa dalam kegiatan belajar yang menggunakan teori Van
Hiele memiliki 5 tahap yang harus dilalui, dari proses pengenalan
sampai keakuratan. Teori Van Hiele ini pada pembelajaran geometri
di tingkat SD hanya sampai tahap ketiga yaitu tahap pengurutan.
Tahap berikutnya diperoleh siswa di tingkat sekolah yang lebih
tinggi
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
23
6. Multimedia
Proses pembelajaran membutuhkan media sebagai alat untuk
menyampaikan atau mengantarkan informasi pembelajaran. Arsyad
(2007: 3), menjelaskan bahwa kata media berasal dari bahasa latin
medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’.
Sedangkan Sanjaya (2012: 61), mengemukakan bahwa media
pembelajaran adalah:
segala sesuatu seperti alat, linngkungan dan segala bentuk kegiatan
yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap
atau menanamkan keterampilan pada setiap orang yang
memanfaatkannya. Media juga dijadikan sebagai perantara dari
informasi ke penerima informasi, contohnya video, televisi,
komputer dan lain sebagainya.
Sesuai uraian tersebut, maka media pembelajaran adalah suatu alat
yang digunakan untuk mempermudah penyampaian informasi dalam
proses belajar mengajar yang bertujuan untuk menambah pengetahuan
dan keterampilan siswa. Media yang digunakan dalam penelitian ini
adalah media pembelajaran berbasis multimedia. Multimedia menurut
Thompson dalam Munir (2008: 233), ‘adalah suatu sistem yang
menggabungkan gambar, video, animasi, suara secara interaktif’. Arsyad
(2007: 171), mengemukakan “arti multimedia yang umumnya dikenal
dewasa ini adalah berbagai macam kombinasi grafik, teks, suara, video
dan animasi”. Sajian mutimedia dapat diartikan sebagai teknologi yang
mengoptimalkan peran komputer sebagai media yang terintegrasi dan
interaktif.
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
24
Jenis multimedia yang digunakan dalam penelitian ini adalah
media audio-visual. Menurut Djamarah (2010: 140), “media audio adalah
media yang hanya mengandalkan keterampilan suara saja, seperti radio,
cassette recorder, piringan hitam. Sedangkan Media Visual adalah
media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini
ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai),
slides (film bingkai), foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Adapula
media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak
seperti film bisu dan film kartun”.
Berdasarkan penjelasan tentang media audio-visual tersebut, dapat
disimpulkan bahwa media audio-visual merupakan media yang
mempunyai unsur suara dan unsur gambar dalam satu media. Adanya dua
unsur tersebut menjadikan siswa tidak hanya belajar melalui visual saja,
akan tetapi audio. Penggunaan media audio-visual dalam penelitian ini
bertujuan untuk lebih memantapkan pengetahuan siswa akan materi sifat-
sifat bangun ruang menggunakan model pembelajaran Van Hiele.
Pada penelitian tindakan kelas ini, selain menggunakan media
audio-visual peneliti juga menggunakan media konkrit bangun ruang
yang dibuat dari bahan kertas. Penggunaan media konkrit ini bertujuan
agar siswa tidak hanya melihat gambar saja, akan tetapi benda
konkritnya. Diharapkan dengan penggunaan media konkrit akan
menambah lama ingatan siswa terkait materi yang diajarkan.
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
25
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian melalui model pembelajaran Van Hiele juga pernah
dilakukan oleh Noraini Idris tahun 2007 dalam jurnal penelitiannya yang
berjudul: The Effect Geometers’ Sketchpad on the Performance in Geometery
of malaysian Students Achievment and Van Hiele Geometric Thinking”
menyatakan bahwa:
A descriptive analysis showed that most of the student agreed that the
Geometer’s Sketchpad is useful tool for learning geometry. The
findings of this study about the effects of geometer’s. Sketchpad and
Van Hiele model will be useful to mathematics teachers, educators
and those who are involved in the teaching of mathematics,
particularly geometry in the planning of teaching activities for the
classroom.
Penyataan di atas, adalah penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui efek penting dari menggunakan model pembelajaran Van Hiele
pada geometri. Sampel yang digunakan yaitu siswa SMA sejumlah 65, yang
dibagi menjadi 2 kelas, salah satu kelas mendapatkan perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran Van Hiele dan kelas yang satunya
menggunakan model pembelajaran yang seperti biasanya. H0 ditolak dan H1
diterima. Jadi ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan model
pembelajaran Van Hiele dalam materi geometri.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Agus Setiawan, Nursiwi Nugraheni
dan Sumilah tahun 2013 dalam jurnal penelitiannya yang berjudul
“Peningkatan Kualitas Pembelajaran Geometri berdasarkan Teori Van Hiele
melalui model Inkuiri” menyatakan bahwa:
Hasil penelitian keterampilan guru pada siklus I memperoleh skor 25
meningkat pada siklus II menjadi 29,5, aktivitas siswa pada siklus I
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
26
memperoleh jumlah skor 18,5 pada siklus II rata-rata 25,1, iklim
pembelajaran meningkat dari siklus I jumlah skor 21 menjadi 22,5
pada siklus II, materi pembelajaran siklus I memperoleh jumlah skor 6
meningkat pada siklus II menjadi 8, media pembelajaran siklus I
memperoleh skor 12 meningkat pada siklus II menjadi 14,5,
kompetensi sikap spiritual dan sosial pada siklus I dan siklus II
memperoleh modus 3 (mulai berkembang), aspek pengetahuan pada
siklus I adalah 76.47% dan meningkat siklus II menjadi 97,05%.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan penelitian ini
membuktikan bahwa teori Van Hiele melalui model Inkuiri dapat
meningkatkan pembelajaran geometri di kelas IV SD dibuktikan dengan
meningkatnya siklus pembelajaran dari siklus I 76,47% meningkat pada
siklus II menjadi 97,05%.
C. Kerangka Berpikir
Kondisi awal siswa di kelas VB SD Negeri pangebatan yaitu masih
kurangnya sikap tanggung jawab siswa, dan belum maksimalnya prestasi
belajar yang didapat oleh siswa. Keadaan atau kondisi tersebut didukung oleh
hasil wawancara dengan guru dan observasi saat pembelajaran serta hasil
pretest. Hasil wawancara dan observasi diantaranya terdapat siswa yang tidak
mengerjakan tugas, seperti tugas piket, pekerjaan rumah (PR), dan soal-soal
latihan. Siswa kurang tanggap dalam menjawab pertayaan, dan tugas yang
diberikan oleh guru. Pada saat melakukan diskusi kelompok terdapat
beberapa siswa yang lebih mengandalkan teman kelompoknya untuk
mengerjakan tugas tersebut. Prestasi belajar siswa belum maksimal, hal ini
didukung dengan hasil pretest yang menerangkan bahwa dari 35 siswa yang
mengikuti pretest, hanya 9 siswa atau 25% siswa yang tuntas belajar, dan
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
27
memnuhi nilai KKM yang ditentukan yaitu 65. Rata rata nilai yang diperoleh
siswa juga belum seperti yang diharapkan yaitu 51,14.
Kurangnya sikap tanggung jawab dan belum maksimalnya prestasi
belajar adalah suatu permasalahan. Munculnya suatu permasalahan harus
segera diperbaiki dan diatasi dengan melakukan suatu tindakan. Tindakan
yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu, dengan cara
menerapkan model pembelajaran Van Hiele dalam pembelajaran dan
didukung dengan penggunaan multimedia. Melalui penerapan model model
pembelajaran Van Hiele menggunakan multimedia diharapkan dapat
meningkatkan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa pada setiap
siklus.
Sesuai penjabaran di atas, maka didapati kerangka berpikir yang
menjadi sebuah gambaran pada penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan
dalam penelitian. Adapun kerangka berpikir penelitian tindakan kelas adalah
sebagai berikut:
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Belum
menggunakan
model
pembelajaran
Melalui model
pembelajaran
Van Hiele
menggunakan
multimedia
Siklus I
Refleksi
Siklus II
Sikap tanggung jawab dan prestasi
belajar siswa meningkat
Kurangnya
tanggung jawab
dan belum
maksimalnya
prestasi belajar
siswa
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016
28
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang sesuai dengan kajian teori dan kerangka
berpikir di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pembelajaran melalui model pembelajaran Van Hiele menggunakan
multimedia dapat meningkatkan sikap tanggung jawab siswa dalam mata
pelajaran matematika materi sifat-sifat bangun ruang di kelas VB SD
Negeri Pangebatan.
2. Pembelajaran melalui model pembelajaran Van Hiele menggunakan
multimedia dapat meningkatkan prestasi belajar dalam mata pelajaran
matematika materi sifat-sifat bangun ruang di kelas VB SD Negeri
Pangebatan.
Peningkatan Sikap Tanggung..., Wahyu Widodo, FKIP UMP 2016