bab ii kajian pustaka a. deskripsi teori 1. metode talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/bab...

27
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking Stick Menurut Uno dan Mohamad (2011:106) Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disusun dan dikondisikan untuk siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh rancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Metode talking stick merupakan salah satu pembelajaran yang inovatif karena membuat anak aktif dan pembelajarannya menyenangkan. a. Pengertian Metode Talking Stick Sejarah menyebutkan ( Fujioka, 1998) bahwa talking stick (tongkat berbicara) adalah sebuah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara. Metode ini juga digunakan untuk menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku). 7 Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Upload: others

Post on 06-Jan-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Metode Talking Stick

Menurut Uno dan Mohamad (2011:106) Pembelajaran inovatif

adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa

sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan

oleh guru (konvensional). Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada

pembelajaran yang berpusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang,

disusun dan dikondisikan untuk siswa agar belajar. Dalam pembelajaran

yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi bagian

yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh rancangan proses

pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi

hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Metode talking

stick merupakan salah satu pembelajaran yang inovatif karena membuat

anak aktif dan pembelajarannya menyenangkan.

a. Pengertian Metode Talking Stick

Sejarah menyebutkan ( Fujioka, 1998) bahwa talking stick

(tongkat berbicara) adalah sebuah metode yang pada mulanya

digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang

berbicara. Metode ini juga digunakan untuk menyampaikan pendapat

dalam suatu forum (pertemuan antarsuku).

7

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

8

"The talking stick has been used for centuries by many

Indian tribes as a means of just and impartial hearing. The

talking stick was commonly used in council circles to decide who

had the right to speak. When matters of great concern would

come before the council, the leading elder would hold the talking

stick, and begin the discussion. When he would finish what he had

to say, he would hold out the talking stick, and whoever would

speak after him would take it. In this manner, the stick would be

passed from one individual to another until all who wanted to

speak had done so. The stick was then passed back to the elder for

safe keeping." (Locust, in Fujioka,1998:2)

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tongkat

berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak.

Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk

memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat

pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus

memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain

apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini

tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika

orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua

mendapatkan giliran berbicara, tongkat ini dikembalikan lagi ke

ketua/pimpinan rapat.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking

stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara

(berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian. Metode

talking stick dipergunakan guru dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang berorientasi pada terciptanya kondisi belajar

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

9

melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada

siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan

selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan

pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat, itulah yang

yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

b. Konsep Metode Talking Stick

Menurut Suyatno (2009:124) Langkah-langkah Metode

pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut :

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.

2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,

kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk

membaca dan mempelajari materi pelajaran.

3) Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru

mempersilahakan siswa untuk menutup bukunya.

4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah

itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang

tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya

sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab

setiap pertanyaan dari guru.

5) Guru memberikan kesimpulan.

6) Evaluasi.

7) Penutup.

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

10

Berdasarkan penjelasan suyatno di atas, maka pelaksanaan

proses pembelajaran matematika menggunakan metode talking stick

dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Guru membuat media tongkat untuk keperluan bermain dalam

proses pembelajaran.

2) Guru menyajikan materi pelajaran secara klasikal menggunakan

alat peraga.

3) Guru menyuruh siswa untuk membaca buku dan memepelajari

materi pelajaran sesuai waktu yang diberikan.

4) Guru dan siswa memulai permainan talking stick dengan

memberikan tongkat kapada salah satu siswa.

5) Siswa diinstruksikan untuk memberikan tongkat kepada siswa

yang terdekat searah jarum jam.

6) Sambil memberikan tongkat, siswa mendengarkan lagu yang

diputar.

7) Setelah lagunya berhenti, maka siswa yang memegang tongkat

diberikan soal.

8) Kegiatan memutar tongkat terus dilakukan hingga sebagian

besar siswa mendapat kesempatan untuk diberikan soal oleh

guru.

9) Guru dan siswa menarik kesimpulan

10) Mengevaluasi hasil belajar siswa dengan lembar evaluasi.

11) Guru menutup pelajaran dengan berdoa bersama.

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

11

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Talking Stick

Pembelajaran dengan metode talking stick memiliki

keunggulan yaitu mempersiapkan siswa untuk belajar terlebih

dahulu agar siap menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru,

membuat siswa menjadi mandiri, membuat suasana belajar menjadi

lebih menyenangkan, melatih membaca dan memahami dengan

cepat, mudah diterapkan dan tidak mahal. Metode talking stick juga

mempunyai kekurangan yaitu dapat membuat siswa senam jantung.

Siswa merasakan senam jantung ketika lagunya berhenti dan tongkat

yang dipegang berada di tangan mereka dan menjawab pertanyaann

dari guru.

2. Pembelajaran Langsung

a. Pengertian model pembelajaran langsung

Menurut Uno dan Mohamad (2011:117) Pembelajaran

langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang

khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang berstruktur

dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang

bertahap, selangkah demi selangkah. Pembelajaran langsung (Direct

Instruction) merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori

(pemindahan pengetahuan secara langsung oleh guru kepada peserta

didik secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

12

tanya jawab) yang akan melibatkan seluruh kelas (Roy Killen dalam

Kemendiknas, 2010:23).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran langsung

merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada tujuan

akademik dimana guru mentransformasikan informasi dan

keterampilan secara langsung kepada siswa. Pembelajaran ini berpusat

pada guru sebagai penyampai materi, sedangkan peserta didik menjadi

pengamat, pendengar dan partisipan yang tekun, guru akan

menyampaikan isi materi pelajaran dalam format yang sangat

terstruktur.

b. Karakteristik model pembelajaran langsung

Kemendiknas (2010:24) mengidentifikasi karakteristik model

pembelajaran langsung yaitu:

1. Transfomasi dan keterampilan secara langsung

2. Pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu

3. Materi pembelajaran yang telah terstruktur

4. Lingkungan belajar yang telah terstruktur

5. Distruktur oleh guru

c. Tahapan model pembelajaran langsung

Menurut Bruce dan Well (dalam kemendiknas, 2010:25)

tahapan model pembelajaran langsung meliputi:

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

13

1. Orientasi

Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, guru akan

memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang

akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa:

kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang

relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran.

Memberikan penjelasan atau arahan mengenai pembelajaran

yang akan dilaksanakan.

menginformasikan materi atau konsep yang akan digunakan dan

kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran.

menginformasikan kerangka pelajaran.

2. Presentasi

Guru menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep

maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa:

penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi

dapat dikuasai siswa.

pemberian contoh-contoh konsep

pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi

menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.

3. Latihan Terstruktur

Guru memandu peserta didik untuk mengadakan latihan.

Peran guru sangat penting dalam memberikan umpan balik

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

14

terhadap respon peserta didik, memberi penguatan terhadap respon

peserta didik yang benar, dan mengoreksi tanggapan peserta didik

yang salah.

4. Latihan Terbimbing

Peserta didik diberikan kesempatan oleh guru untuk

berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing oleh guru

untuk menilai kemampuan peserta didik dalam melaksanakan

tugasnya. Dalam tahap ini, peran guru yaitu memonitor dan

memberikan bimbingan jika diperlukan.

5. Latihan Mandiri

Peserta didik melakukan latihan secara mandiri. Tahap ini

dapat dilalui peserta didik jika telah menguasai tahap-tahap

pengerjaan tugas 85-90% dalam tahap latihan.

3. Hakikat Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan

unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis

dan jenjang pendidikan (Jihad dan Haris, 2009:1). Pengertian secara

psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto,

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

15

2010:2). Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap

berkat latihan dan pengalaman (Hamalik, 2010:154-161)

Learning as a change in behavior or in potential

behavior that occurs as a result of experience. This definition

has several important elements. First, it excludes change in

behavior that occur as a result of purely phsiycal factors such

as maturation, injury, fatigue or drugs. Second, by using the

term “potential” behavior, the definition includes two different

aspects of learning : “knowing how” and “doing”

(Smith, 1986:197).

Dapat diartikan bahwa belajar sebagai perubahan dalam

perilaku atau potensi perilaku yang terjadi sebagai hasil dari

pengalaman. Definisi ini memiliki beberapa elemen penting.

Pertama, itu tidak termasuk perubahan perilaku yang terjadi sebagai

akibat dari faktor murni fisik seperti pematangan, kelelahan cedera,

atau obat-obatan. Kedua, dengan menggunakan istilah "potensial"

perilaku, definisi mencakup dua aspek yang berbeda dari

pembelajaran: "mengetahui bagaimana" dan "melakukan". Jadi

belajar adalah perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan

misalnya dengan mengamati, meniru, membaca, mendengarkan

untuk membawa perubahan pada diri setiap individu-individu.

b. Proses Belajar dan Faktor yang memengaruhi Hasil Belajar

1. Proses belajar

Menurut Baharuddin (2010:16) proses belajar adalah

serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang

belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara

mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu proses belajar

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

16

hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang

yang berbeda dengan sebelumnya. Perilaku tersebut terjadi dalam

hal kognitif, afektif dan psikomotornya.

2. Faktor yang memengaruhi hasil belajar

Menurut Baharuddin (2010:19) faktor-faktor yang

memengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling

memengaruhi dalam hasil belajar sehingga menentuka kualitas

hasil belajar siswa.

Faktor Internal, adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam

diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu

yang meliputi faktor fisiologis (yang berhubungan dengan

fisik) dan psiklogis (yang berhubungan dengan keadaan

psikologis)

Faktor eksternal, adalah faktor-faktor yang berasal dari luar

diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu.

Menurut Syah (Badarudin, 2010:26) menjelaskan bahwa faktor

eksternal yang memengaruhi belajar digolongkan menjadi dua.

Pertama, yaitu faktor lingkungan sosial, yang meliputi

lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat dan

lingkungan sosial keluarga. Kedua, yaitu faktor lingkungan

nonsosial yang meliputi faktor lingkungan alamiah, faktor

lingkungan instrumental, dan faktor materi pelajaran.

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

17

c. Pengertian dan Tipe Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan - kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil

belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar

(Purwanto, 2011: 34). Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan-keterampilan. (Suprijono, 2012:5). Seperti yang

dikatakan Sudjana (2010:28) bahwa perubahan sebagai hasil proses

belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah

tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya,

daya reaksinya, daya penerimaanya dan lain-lain aspek yang ada

pada individu.

Berdasarkan uraian tentang hasil belajar, maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah proses untuk mengukur

tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hal yang diharapkan

dari proses belajar yang dilakukan adalah dengan nampaknya

perubahan dalam tiga aspek, yakni aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor.

Horward Kingsley (Sudjana, 2010:22) membagi tiga macam

hasil belajar, yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan

pengertian, sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat

diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.

Benjamin S. Bloom (Sudjana, 2010:46) berpendapat bahwa tujuan

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

18

pendidikan yang hendak kita capai digolongkan atau dibedakan

(bukan dipisahkan) menjadi tiga ranah yaitu aspek kognitif, aspek

afektif dan aspek psikomotor. Penjelasan lebih rinci dari ketiga

aspek tersebut yaitu:

1. Aspek Kognitif

Sudjana (2010:50) berpendapat bahwa aspek kognitif

berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek yaitu:

a. Tipe hasil belajar pengetahuan atau ingatan (knowledge)

merupakan tipe hasil belajar tingkat rendah, tetapi tipe hasil

belajar ini penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan

mempelajari tipe belajar yang lebih tinggi.

b. Tipe hasil belajar pemahaman (comprehensif) terdiri dari tiga

kategori, tingkat pertama yaitu pemahaman terjemahan yaitu

kesanggupan memahami makna yang terkandung didalamnya.

Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu memahami

grafik, menghubungkan konsep yang berbeda, membedakan

yang bukan pokok. Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah

pemahaman ekstrapolasi yakni kesanggupan melihat dibalik

yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramal sesuatu dan

memperluas wawasan.

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

19

c. Tipe hasil belajar penerapan/aplikasi (aplication) adalah

kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi suatu konsep,

ide, rumus, hukum dalam situasi baru.

d. Tipe hasil belajar analisis (analysis) adalah kesanggupan

memecah, mengurai suatu integritas (suatu yang utuh) menjadi

unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai ati. Analisis

merupakan tipe yang kompleks karena memanfaatkan

kecakapan dari tipe pengetahuan, pemahaman dan aplikasi

e. Tipe hasil belajar sintesis (synthesis) yaitu kesanggupan

menyatukan unsur-unsur bagian-bagian menjadi suatu

integritas

f. Tipe hasil belajar evaluasi (evaluation) merupakan

memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan

judgment yang dimilikinya dan kriteria yang dimiliki.

Menurut Sagala (2011:157) tujuan-tujuan kognitif adalah

tujuan-tujuan yang lebih banyak berkenaan dengan perilaku

dalam aspek berfikir / intelektual. Dalam penelitian ini akan lebih

difokuskan pada pengetahuan, pemahaman dan penerapan dari

materi pembelajaran. Dalam penelitian ini, hasil belajar dalam

aspek kognitif dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

20

Tabel 2.1 Hasil Belajar Aspek Kognitif Pada Materi Geometri

No Indikator Aspek

kognitif

Soal

1. Mengetahui rumus

keliling dan luas

jajargenjang dan

segitiga

Pengetahuan

Menyebutkan rumus

keliling dan luas

jajargenjang dan

segitiga

2. Memahami konsep

rumus keliling dan

luas jajargenjang

dan segitiga

Pemahaman

Menuliskan rumus

keliling dan luas

jajargenjang dan

segitiga

3. Menghitung

keliling dan luas

jajargenjang dan

segitiga Penerapan

Menerapkan rumus

keliling dan luas

jajargenjang dan

segitiga yang sesuai

dalam mengerjakan

soal

2. Aspek Afektif

Aspek afektif berkenaan dengan sikap dan nilai.

Pendidikan karakter adalah usaha aktif untuk membentuk

kebiasaan (habit) sehingga sifat anak akan terukir sejak dini, agar

dapat mengambil keputusan dengan baik dan bijak serta

mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari (Fitri, 2012:21).

Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan

nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung

komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya

kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

21

lingkungan, maupun bangsa sehingga akan terwujud insan kamil

(Aunillah, 2011:18-19).

Untuk mewujudkan karakter bangsa itu tidaklah mudah.

Karakter yang berarti mengukir hingga terbentuk pola itu

memerlukan proses panjang melalui pendidikan (Fitri, 2012:21).

Dengan demikian keberhasilan pendidikan karakter ditentukan

oleh konsistensi seseorang yang sesuai dengan apa yang

diucapkan dan harus didasari ilmu dan pengetahuan dari sumber-

sumber nilai yang dapat dipertanggungjawabkan.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

pendidikan karakter merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk

membentuk peserta didik menjadi pribadi yang positif dan

berakhlak karimah sehingga dapat diimplementasikan dalam

kehidupan sehari-hari. Terdapat sejumlah nilai budaya yang dapat

dijadikan karakter. Hasil belajar afektif ini lebih menekankan

kepada sikap mandiri siswa dalam mengikuti pelajaran. Dengan

menggunakan metode talking stick diharapkan siswa akan lebih

mandiri dan tidak tergantung dengan teman yang lain.

1. Pengertian Kemandirian

Istilah “kemandirian” berasal dari kata “diri” yang

mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”, kemudian

membentuk suatu keadaan atau kata benda. Menurut Erikson

(Desmita, 2009:185), kemandirian adalah usaha untuk

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

22

melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk

menemukan dirinya melalui proses mencari ego, yaitu

merupakan perkembangan ke arah individualitas yang mantap

dan berdiri sendiri.

Menurut Mu’in (2011:385) kemandirian merupakan

kondisi mental yang penting. Dengan kemnadirian manusia

merasa bahwa dirinya bertanggungjawab terhadap dirnya dan

memahami untuk mendapatkan sesuatu dibutuhkan proses.

Jadi orang yang mandiri akan percaya terhadap keputusannya

sendiri dan yakin akan keputusan tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kemandirian

merupakan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikan

pikiran, perasaan, dan tindakan secara bebas serta berusaha

untuk menentukan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain

untuk menyelesaikan tugas. Dengan menyelesaikan tugas

sendiri hasilnya akan lebih memuaskan dibandingkan dengan

pekerjaan yang dibantu oleh orang lain.

2. Indikator Kemandirian Belajar

Menurut Erikson (dalam Desmita, 2009:185) yang

mengatakan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki

kemandirian adalah:

1. Dapat menemukan identitas atau nasib dirinya.

2. Memiliki inisiatif dan kreatif.

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

23

3. Membuat pertimbangan-pertimbangan sendiri dalam

bertindak.

4. Bertanggungjawab atas tindakannya.

5. Mampu menahan diri atau kontrol diri.

6. Dapat mengambil keputusan sendiri.

Desmita (2009:185) menyatakan bahwa kemandirian

mengandung beberapa pengertian, yaitu:

a. Suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing

untuk maju demi kebaikan dirinya sendiri.

b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi

masalah yang dihadapi.

c. Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-

tugasnya.

d. Bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya.

Dari uraian tersebut, secara rinci indikator

kemandirian belajar dapat dilihat dalam gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1. Indikator Kemandirian Belajar

Indikator Kemandirian Belajar

M Memiliki hasrat

atau keinginan

yang kuat untuk

belajar demi

kemajuan diri.

Bertanggung

jawab dalam

setiap

aktivitas

belajar

Mampu mengambil

keputusan dan

inisiatif untuk

menghadapi

permasalahan

Memiliki

kepercayaan diri

dan melaksanakan

tugas-tugas secara

mandiri

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

24

3. Permasalahan Kemandirian Belajar

Dalam konteks proses belajar, terlihat adanya

fenomena peserta didik yang kurang mandiri dalam belajar.

Fenomena tersebut menuntut dunia pendidikan untuk

mengembangkan kemandirian peserta didik. Sunaryo

Kartadinata (Desmita, 2009:189-190) menyebutkan bahwa

gejala-gejala yang berhubungan dengan permasalahan

kemandirian yaitu:

1. Ketergantungan disiplin kontrol luar dan bukan karena niat

sendiri yang ikhlas.

Contoh : Siswa masih tergantung dengan temannya pada

saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

2. Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup.

Contoh : Ketika ada siswa yang sedang mengemukakan

pendapatnya, siswa yang lain mengobrol sendiri. Hal ini

menandakan tidak ada rasa menghargai antara siswa yang

satu dengan yang lain.

3. Ketidakjujuran dalam berfikir dan bertindak serta

kemandirian yang masih rendah.

Contoh : Siswa diberi kesempatan bertanya kepada guru

tentang materi yang belum dipahami, namun siswa tidak

memanfaatkan kesempatan bertanya tersebut. Siswa

cenderung diam jika diberi kesempatan bertanya.

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

25

Menurut Sagala (2011:158) tujuan-tujuan afektif

adalah tujuan-tujuan yang banyak berkaitan dengan aspek

perasaan, nilai, sikap, dan minat perilaku peserta didik atau

siswa. Pada penelitian ini difokuskan pada sikap mandiri siswa

dalam mengikuti pelajaran menggunakan metode talking stick.

Lebih jelas hasil belajar dalam aspek afektif dapat dilihat pada

tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2. Hasil Belajar Aspek Afektif Pada Materi Geometri

No Indikator Aspek

Afektif

Kegiatan

1.

.

Memiliki hasrat atau

keinginan yang kuat

untuk belajar demi

kemajuan diri

Keman

dirian

- Siswa dapat

membaca dan

mempelajari

materinya sendiri

sesuai dengan

waktu yang

diberikan.

2. Bertanggungjawab

dalam setiap aktivitas

belajar

- Siswa dapat

melaksanakan

aktivitas belajar

dengan

tanggungjawab

3. Mampu mengambil

keputusan dan inisiatif

untuk menghadapi

permasalahan

- Siswa dapat

menyelesaikan

tugas dengan

inisiatif

pemikirannya

sendiri

4. Memiliki kepercayaan

diri dan melaksanakan

tugas-tugas secara

mandiri

- Siswa dapat

mengerjakan tugas

dengan

kepercayaan diri.

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

26

3. Aspek Psikomotor

Menurut Sudjana (2010:54) aspek psikomotor berkenaan

dengan keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam

tingkatan keterampilan yaitu:

a. gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)

b. keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

c. kemampuan konseptual termasuk didalamnya membedakan

visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain

d. kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan

dan ketepatan

e. gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana

sampai pada keterampilan yang kompleks

f. kemampuan yang berkenalan dengan komunilasi non-

decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Sagala (2011:160) menyebutkan tujuan-tujuan

psikomotor adalah tujuan-tujuan yang banyak berkenaan dengan

aspek keterampilan motorik atau gerak dari peserta didik atau

siswa. Dalam penelitian ini yang berkenaan dengan aspek

psikomotor yaitu keterampilan siswa dalam menggunakan alat

peraga lebih jelasnya dalam tabel 2.3 berikut ini:

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

27

Tabel 2.3. Hasil Belajar Aspek Psikomotor Pada Materi

Geometri

No Indikator Aspek

Psikomotor

Kegiatan

1 Menyiapkan alat tulis

dan peralatan untuk

menggambar sesuai

dengan tugasnya

Ketepatan

Peserta didik

menyiapkan alat

tulis.

2 Mampu menggunakan

peralatan yang dibawa

sesuai dengan fungsinya Ketepatan

Peserta didik

mampu

menggunakan

peralatan yang

dibawa.

3 Kerapihan dalam

menirukan gambar yang

diberikan guru atas soal

yang disajikan

Peniruan

Peserta didik

menirukan gambar

yang disajikan

oleh guru

4 Ketepatan, Ketelitian

menggunakan alat

peraga. Ketepatan

Peserta didik tepat

dan teliti dalam

menggunakan alat

peraga

4. Matematika

a. Pengertian Matematika

Menurut Ruseffendi (Heruman 2010:1) matematika adalah

bahasa symbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian

secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang

terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur

yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006:3) kata matematika berasal

dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari

perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan

itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

28

ilmu (knowledge, science). Kata mathematike yang artinya belajar

(berfikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan

matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir

(bernalar).

Berdasarkan pengertian matematika di atas maka dapat

disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari

tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-

konsepyang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui melalui

proses penalaran deduktif. Matematika merupakan ilmu deduktif

yang butuh pencarian kebenarannya dan matematika merupakan

salah satu bidang studi yang tanpa disadari selalu dipakai manusia

untuk memecahkan maslaah dalam keseharian terutama bidang

ekonomi.

b. Materi Pelajaran Matematika

Dalam penelitian ini peneliti mengambil materi

Jajargenjang dan Segitiga pada kelas IV semester I. Adapun standar

kompetansi dan kompetensi dasar yang akan dijadikan bahan

penelitian tertera dalam tabel 2.4 berikut ini:

Tabel 2.4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas IV

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

4. Menggunakan konsep

keliling dan luas bangun

datar sederhana dalam

pemecahan masalah

4.1 Menentukan keliling dan

luas jajargenjang dan

segitiga

Sumber : Panduan KTSP

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

29

Dari kompetensi dasar tersebut dapat diketahui mengenai

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan

untuk penelitian. Standar kompetensi poin 4 yaitu menggunakan

konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan

masalah.Kemudian kompetensi dasar poin 4.1 yaitu Menentukan

keliling dan luas jajargenjang dan segitiga. Dari penjabaran tersebut,

dapat diketahui materi yang akan digunakan untuk penelitian adalah

materi geometri dengan sub materi masalah yang berkaitan dengan

keliling dan luas jajargenjang dan segitiga.

c. Alat Peraga

Menurut Anitah (2009:4) alat peraga dalam pembelajaran

pada hakekatnya merupakan suatu alat yang digunakan untuk

menunjukan sesuatu yang riil sehingga memperjelas suatu konsep.

Jadi alat peraga menjadikan siswa memahami suatu konsep untuk

memperjelas materi pelajaran yang akan disajikan.

Peneliti akan menggunakan alat peraga Luas Daerah

Jajargenjang dengan Pendekatan Luas Daerah Segitiga untuk

mencari keliling dan luas jajargenjang dan segitiga. Alat peraga

tersebut dipilih sebagai alat peraga dikarenakan cara pembuatannya

mudah. Alat peraga Luas Daerah Jajargenjang dengan Pendekatan

Luas Daerah Segitiga di gunakan untuk membuat siswa lebih

memahami konsep dasar materi keliling dan luas jajargenjang dan

segitiga sesuai dengan penilaian dalam aspek psikomotor yaitu

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

30

penilaian unjuk kerja dalam menggunakan alat peraga serta

menampakkan aspek afektif kemandirian dalam memahami alat

peraga tersebut.

Pembuatan alat peraga yang dibuat cukup murah dan

harganya terjangkau yaitu: kertas buffalo, kertas karton, sterofom,

lem kertas, double tape, kertas kado, kertas asturo, pensil, penggaris,

gunting dan cutter. Langkah pembuatan alat peraga Luas Daerah

Jajargenjang dengan Pendekatan Luas Daerah Segitiga adalah :

1. Buatlah dengan penggaris dan cutter dua buah model daerah

jajargenjang yang kongruen dengan menggunakan kertas buffalo.

2. Potonglah model daerah jajargenjang menurut diagonalnya

menjadi dua model daerah segitiga.

3. Masing-masing model daerah tersebut di kasih karton.

4. Bungkus sterofoam dengan kartas kado

5. Tempelah kertas asturo pada sterofoam bagian atas

Cara penggunaannya pun sangat mudah, model daerah

jajargenjang yang masih utuh dengan yang sudah digunting

dihimpitkan dan tunjukan bahwa kedua bangun tersebut kongruen.

Kemudian menunjuk pada bangun jajargenjang yang masih utuh

bahwa jajargenjang itu alasnya a, tingginya t, luasnya (a x t). Lalu

ubahlah bangun jajargenjang yang sudah dipotong menjadi dua

model segitiga. Ternyata bangun jajargenjang tersebut terbentuk

menjadi dua buah segitiga. Dan tunjukan bahwa kedua daerah

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

31

segitiga tersebut luasnya sama dengan daerah jajargenjang yang

masih utuh. Dengan mengamati satu buah segitiga maka alasnya a,

tingginya t, luasnya (½ x a x t). Dengan demikian luas daerah

jajargenjang adalah dua kali luas segitiga. Jadi jika jajargenjang

dengan alas dan tingginya berturut-turut a dan t, dan luas daerahnya

L maka L = a x t. Siswa dapat menemukan rumus sendiri dan

membuatnya secara warna-warni agar lebih menarik.

Gambar 2.2. Jajargenjang dan Segitiga

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Peneliti tidak menemukan hasil penelitian yang sama persis dengan

permasalahan yang penulis teliti, namun ada yang dilakukan oleh Dewi

Setyawati Nur Fadhillah mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Sebelas

Maret dengan judul skripsi “Hasil Belajar Biologi Melalui Penerapan Metode

Talking Stick Dalam Model Learning Cycle Ditinjau dari Motivasi Belajar

Siswa Di SMA Negeri 5 Surakarta”. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu

bahwa ada pengaruh secara signifikan penerapan metode Talking Stick dalam

model Learning Cycle terhadap hasil belajar biologi (ranah kognitif, afektif

dan psikomotor) di SMA Negeri 5 Surakarta. Ada pengaruh secara signifikan

motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar biologi (ranah kognitif, afektif

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

32

dan psikomotor) di SMA Negeri 5 Surakarta. Ada interaksi antara penerapan

metode Talking Stick dalam model Learning Cycle dan motivasi belajar siswa

terhadap hasil belajar biologi ranah psikomotor, tetapi tidak ada interaksi

pada hasil belajar biologi (ranah kognitif dan afektif) di SMA Negeri 5

Surakarta. Berdasarkan uji lanjut diperoleh hasil bahwa metode Talking Stick

dalam model Learning Cycle efektif dalam pembelajaran dibandingkan

dengan model pembelajaran konvensional. (Fadhillah, 2011)

C. Kerangka Pemikiran

Peningkatan mutu pendidikan di sekolah banyak dipengaruhi dari

berbagai faktor yang ada di lingkungan sekolah tersebut.Salah satunya adalah

kualitas dari pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Diharapkan dengan

menerapkan metode talking stick siswa merasa senang dalam belajar

matematika yang berdampak pula pada hasil belajar matematika yang baik.

Penilaian hasil belajar bukan hanya mencangkup aspek kognitif saja,

tapi juga meliputi aspek afektif dan psikomotor. Penilaian dari segi afektif

meliputi kemandirian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Penilaian

psikomotor mencakup (1) menyiapkan alat tulis dan peralatan untuk

menggambar sesuai dengan tugasnya, (2) menggunakan peralatan yang

dibawa sesuai dengan fungsinya, (3) kerapihan dalam menirukan gambar

yang diberikan guru atas soal yang disajikan, (4) Ketepatan dan ketelitian

menggunakan alat peraga. Kerangka Pemikiran Penelitian tersebut dapat

dilihat pada gambar 2.3 berikut:

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Talking ...repository.ump.ac.id/2993/3/BAB II_YESY NOVIANI_PGSD'13.pdf · berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

33

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir diatas, dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada pengaruh penerapan metode talking stick terhadap hasil belajar

matematika aspek kognitif di kelas IV SD Negeri Tambaksari.

2. Ada pengaruh penerapan metode talking stick terhadap hasil belajar

matematika aspek afektif di kelas IV SD Negeri Tambaksari.

3. Ada pengaruh penerapan metode talking stick terhadap hasil belajar

matematika aspek psikomotor di kelas IV SD Negeri Tambaksari.

Penerapan Metode

Talking Stick

(X)

Hasil Belajar Matematika

(Kognitif, Afektif,

Psikomotor)

(Y)

Pengaruh Metode Talking..., Yesy Noviani, FKIP UMP, 2013