bab ii kajian pustaka a. deskripsi teorirepository.ump.ac.id/6580/3/bab ii_devika jeny...

30
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Karakter Karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain. Orang yang memiliki karakter yang kuat dan baik adalah ia yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat- sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya. Dengan demikian, karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010). Karaker merupakan sifat-sifat khas seseorang yang melekat dalam dirinya dan terwujud dalam tingkah laku atau perilakunya. Karakter ini akan mempengaruhi tingkah laku seseorang dalam kehidupan sehari-harinya. Setiap orang memiliki hal ataupun sifat-sifat yang membuatnya berbeda dari orang lain. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki ciri sendiri yang disebut karakter. Scerenko (Samani dan Hariyanto, 2012: 42) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas 7 Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pendidikan Karakter

Karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar.

Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh seseorang yang

membedakan dirinya dengan orang lain. Orang yang memiliki karakter

yang kuat dan baik adalah ia yang memiliki akhlak, moral, dan budi

pekerti yang baik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-

sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang

dengan yang lainnya. Dengan demikian, karakter adalah nilai-nilai yang

unik-baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku

(Kementerian Pendidikan Nasional, 2010). Karaker merupakan sifat-sifat

khas seseorang yang melekat dalam dirinya dan terwujud dalam tingkah

laku atau perilakunya. Karakter ini akan mempengaruhi tingkah laku

seseorang dalam kehidupan sehari-harinya.

Setiap orang memiliki hal ataupun sifat-sifat yang membuatnya

berbeda dari orang lain. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki ciri

sendiri yang disebut karakter. Scerenko (Samani dan Hariyanto, 2012:

42) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang

membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas

7

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

8

mental dari seseorang, suatu kelompok, atau bangsa. Robert Marine

(Samani dan Hariyanto, 2012: 42) mengambil pendekatan yang berbeda

terhadap makna karakter, menurutnya karakter adalah gabungan yang

samar-samar antara sikap, perilaku bawaan, dan kemampuan, yang

membangun pribadi seseorang. Karakter seseorang dapat diperoleh

karena perilaku bawaan, atau karena memang seseorang itu telah

memilikinya ataupun karakter itu dapat dibangun atau dibentuk oleh

seseorang dengan kemampuannya sendiri.

Nilai karakter dalam diri seseorang dapat dibangun, tentunya

pembentukan dan pembangunan karakter seseorang dapat dilakukan

melalui pendidikan. Pendidikan yang dapat dilakukan adalah pendidikan

formal di sekolah. Karakter dalam diri seseorang dapat dibentuk ketika

menjadi seorang siswa. Dalam hal ini, pendidikan yang tepat adalah saat

di SD.

Siswa diberikan pendidikan karakter yang terdapat dalam mata

pelajaran yang dipelajari. Guru akan menerapkan dan menanamkan nilai-

nilai karakter tersebut melalui proses pembelajaran. Salah satunya adalah

karakter toleransi yang sangat perlu dimiliki oleh siswa. Karakter ini

diperlukan agar sesama siswa dapat berhubungan dengan baik. Karena

pada masa-masa ini adalah masa penting untuk membangun rasa

pengertian, kepercayaan, dan rasa pertemanan antar siswa.

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

9

Karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau

berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap

lingkungan) yang terdapat dalam diri dan terwujud dalam perilaku (Anas

dan Irwanto, 2013: 42). Berarti karakter adalah nilai dalam diri seseorang

yang dapat terlihat melalui tingkah laku orang tersebut. Dan nilai-nilai

tersebut yang tercermin dapat membuat lingkungan tempatnya berada

menjadi lebih baik. Seseorang yang berkarakter baik tentunya memiliki

sifat dan tingkah laku yang baik pula. Entah itu pada diri sendiri, orang

lain, ataupun terhadap lingkungannya. Seseorang yang berperilaku baik

dalam kehidupan masyarakatnya dapat mempengaruhi lingkungannya,

membuat lingkungannya menjadi baik pula.

Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan

nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia.

Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup

bersama berdasarkan atas pilar: kedamaian (peace), menghargai

(respect), kerja sama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan

(happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih

sayang (love), tanggung jawab (responsibility), kesederhanaan

(simplicity), toleransi (tolerance), dan persatuan (unity), (Samani dan

Hariyanto, 2012: 43). Karakter mengacu pada serangkaian sikap

(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan

keterampilan (skills). Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia

yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

10

manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,

sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma

agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat (Zubaedi, 2011: 10).

Individu yang berkaraker baik akan selalu berusaha untuk melakukan

yang terbaik, karena bukan hanya baik di mata manusia saja tetapi karena

berhubungan dengan Tuhan. Karena seseorang yang memiliki karakter

yang baik dapat menjalani kehidupan masyarakat yang nyaman dan

aman.

Karakter yang dimiliki seseorang mempengaruhi bagaimana cara

seseorang bersikap, dapat menunjukkan baik buruknya sikap yang

dimiliki itu. Sikap tersebut dapat tercermin melalui tingkah laku.

Karakter baik yang seseorang miliki membuat seseorang bertingkah laku

dengan baik. Karakter yang dimiliki seseorang juga dapat menunjukkan

motivasi dalam diri orang tersebut. Motivasi baik dalam dirinya dapat

memberi pengaruh baik pula terhadap orang lain yang berada di

sekitarnya. Karakter dapat menunjukkan seperti apa orang tersebut

berdasarkan sikap, tingkah laku, dan keterampilan yang dimiliki.

Sehubungan dengan pendidikan, pendidikan karakter dapat

dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan

moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan

siswa untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara kebaikan,

mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan

sepenuh hati (Anas dan Irwanto, 2013: 42). Pendidikan karakter berusaha

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

11

memberikan dan membekali siswa dengan pendidikan nilai-nilai dan

moral yang berlaku di masyarakat agar mereka memiliki karakter bangsa

yang dapat memberikannya bekal untuk berkehidupan yang baik di

masyarakat. Tidak hanya itu, siswa juga belajar mewujudkan karakternya

dalam kehidupan sekolah. Bagaimana siswa berperilaku di sekolah

terhadap teman-temannya, guru-gurunya, serta anggota sekolah lainnya.

Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya untuk membentuk atau

menciptakan siswa yang berkarakter dan mempunyai jati diri.

Pendidikan karakter diartikan sebagai usaha kita secara sengaja dari

seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membeantu pengembangan

karakter dengan optimal. Hal ini berarti untuk mendukung perkembangan

karakter siswa harus melibatkan seluruh komponen di sekolah baik dari

aspek isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan,

penanganan mata pelajaran, pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler, serta etos

seluruh ligkungan sekolah.

Pendidikan karakter merupakan suatu jalan untuk memperbaiki

karakter masyarakat sejak dini. Membatu seseorang mamahami nilai-

nilai serta norma sehingga memiliki karakter baik dan menjadi warga

masyarakat yang baik pula. Lickona (Sudrajat, 2011: 49) menyatakan

bahwa pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk

membantu seseorang sehingga dapat memahami, memperhatikan, dan

melakukan nilai-nilai etika yang inti. Bahwa pendidikan karakter

menghendaki siswa untuk mampu dan sadar untuk memahami dan juga

menerapkan nilai-nilai atau norma yang berlaku.

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

12

Pendidikan karakter di sekolah menghendaki bahwa siswa harus

benar-benar memiliki karakter yang baik sebagai ciri khasnya. Ditulis

oleh Arthur (Samani dan Hariyanto, 2012: 45) bahwa Anne Lockwood

memerinci ada tiga proposisi sentral dalam pendidikan karakter.

Pertama, bahwa tujuan pendidikan moral dapat dikejar/dicapai, tidak

semata-mata membiarkannya sekadar sebagai kurikulum tersembunyi

yang tidak terkontrol, dan bahwa tujuan pendidikan karakter telah

memiliki dukungan yang nyata dari masyarakat dan telah menjadi

konsensus bersama. Kedua, bahwa tujuan-tujuan behavioral tersebut

adalah bagian dari pendidikan karakter, dan ketiga, perilaku antisosial

sebagai bagian kehidupan anak-anak adalah sebagai hasil dari

ketidakhadiran nilaai-niali dalam pendidikan.

Pendidikan karakter berarti adalah proses pemberian tuntunan

kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter

dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.

Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai,

pendidikan budi pekerti, pendidikan watak yang bertujuan

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan

keputusan baik buruk, memelihata yang baik, dan mewujudkan

kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati

(Samani dan Hariyanto, 2012: 45).

Pendidikan ini merupakan upaya untuk menjadikan siswa mengenal,

peduli, dan mewujudkan nilai-nilai sehingga siswa dapat berperilaku

sebagai insan kamil.

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

13

Jadi, pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang

bertujuan untuk membentuk siswa yang berkarakter dalam segala hal

untuk bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakatnya. Pendidikan

karakter mengembangkan potensi dasar siswa agar berhati baik,

berpikiran baik, dan berperilaku baik, serta memperbaiki perilaku yang

kurang baik dan memperkuat perilaku yang baik. Pendidikan kerakter

juga dapat diartikan sebagai segala upaya yang dilakukan oleh guru

untuk menumbuhkan dan mengembangkan watak siswa, sehingga siswa

dapat memahami nilai-nilai dalam hidupnya.

Sebegitu pentingnya pendidikan untuk diadakan yang dianggap

sebagai salah satu jalan untuk mengatasi kerusakan moral masyarakat

menjadi salah satu alasan kenapa pendidikan karakter harus tetap

diadakan. Pendidikan karakter membuat masyarakat memiliki alasan kuat

untuk tetap memiliki harapan dan sikap optimis bahwa masyarakat yang

lebih baik akan terwujud.

Pendidikan karakter ini tercerminkan dalam sebuah pembelajaran

yang dilaksanakan oleh guru. Dalam pembelajaran yang berlangsung,

guru akan mengintegrasikan karakter pada diri siswa, salah satunya

karakter toleransi. Guru harus mendesain pembelajaran sedemikian rupa

agar karakter toleransi ini dapat muncul pembelajaran. Sehingga siswa

menjadi terbiasa untuk selalu bersikap toleransi baik dalam pembelajaran

maupun dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

14

2. Toleransi

Toleransi merupakan salah satu dari 18 nilai karakter bangsa. Sikap

yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang karena sikap toleransi ini

mengacu pada menghargai segala perbedaan. Menurut Kementerian

Pendidikan Nasional (Anas dan Irwanto, 2013: 54), toleransi yang

merupakan salah satu dari nilai karakter bangsa adalah sikap dan

tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,

sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Dalam

menjalani kehidupannya seseorang selalu berusaha menghormati,

menghargai, dan peduli terhadap orang lain, agar seseorang tersebut juga

dapat diterima dengan baik dalam masyarakat. Namun, sikap-sikap

tersebut tidak bisa tumbuh dengan sendirinya dalam diri seseorang, perlu

penanaman dan pemahaman agar nilai-nilai tersebut dapat tumbuh dan

melekat pada diri seseorang dengan baik, dan menjadi karakter

seseorang.

Sikap toleransi menghantarkan seseorang menjadi individu yang

mampu mengharai, menghormati, dan peduli tidak hanya pada keluarga

tetapi juga terhadap lingkungan sekitarnya. Seseorang yang memiliki

sikap toleransi yang baik maka akan menjaga dengan baik saat

berkomunikasi dengan orang lain. Dalam bersikap, bertutur kata, atau

berperilaku saat sedang berkomunikasi dengan orang lain seseorang akan

berusaha untuk tidak menyakiti ataupun menyinggung orang lain.

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

15

Toleransi adalah sikap atau sifat menenggang (menghargai,

membiarkan, membolehkan) pendirian (pandangan, pendapat,

kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau bertentangan

dengan pendirian sendiri. Karakter toleransi mengembangkan kebiasaan

bersabar, tenggang rasa, dan kemampuan menahan emosi ketika melihat

adanya perbedaan.

Dengan toleransi, seseorang juga memperlakukan orang lain secara

baik, hormat dan penuh pengertian. Toleransi menuntut untuk

menghargai perbedaan. Keadaan ini akan membantu dan menjadikan

siswa memahami bahwa semua orang berhak mendapatkan kasih sayang,

keadilan, dan rasa hormat meskipun tidak sependapat dengan keyakinan

atau perilaku orang lain. Dengan adanya pembiasaan sikap toleransi pada

diri siswa, maka akan membuat siswa dapat memperlakukan teman-

temannya dengan baik. Dengan itu maka akan tercipta suatu keadaan

sekolah yang harmonis.

Sikap toleransi dalam sekolah dapat dimulai dari segala hal,

termasuk memalui proses pembelajaran. Siswa diberi pemahaman

tentang sikap toleransi dan dilatih kebiasaan bertoleransi terhadap siswa

lain, ini dapat dimulai ketika pembelajaran di kelas berlangsung. Terus

menerus berlangsung sehingga siswa menjadi terbiasa untuk bersikap

toleransi kepada orang lain.

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

16

Indikator keberhasilan sikap toleransi menurut Fitri (2012: 40),

diantaranya:

a. Memperlakukan orang lain dengan cara yang sama dan tidak

membeda-bedakan agama, suku, ras, dan golongan.

b. Menghargai perbedaan yang ada tanpa melecehkan kelompok yang

lain.

c. Saling membantu antar sesama dalam kebaikan.

d. Bekerja dengan baik dalam kelompok yang berbeda.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan oleh peneliti

bahwa ada beberapa indikator sikap toleransi di sekolah, diantaranya

yaitu:

Tabel 2.1. Indikator Keberhasilan Sikap Toleransi

Nilai Indikator

Sikap Toleransi Saling menghormati dan menyayangi sesama siswa

Berkata yang sopan, tidak berbicara kotor, baik pada siswa lainnya maupun

pada guru, tidak menyinggung perasaan

orang lain

Menerima pendapat siswa lain

Bisa mendengarkan dengan baik pembicaraan teman/orang lain

Menerima teman dalam kelompok

Sikap toleransi perlu ditanamkan pada diri siswa sejak dini. Karena

sikap toleransi berperan penting untuk berinteraksi antar siswa. Dalam

proses pembelajaran, guru menggunakan model pembelajaran yang

disesuaikan dengan karakteristik siswa agar dapat memunculkan sikap

toleransi siswa. Dengan penanaman sikap toleransi melalui model

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

17

pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan memunculkan pembiasaan

siswa dalam bersikap toleransi. Sehingga siswa dapat bersikap toleransi

kepada siswa lain dan mayarakat lain.

3. Prestasi Belajar

Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.

Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil

usaha Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil

belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada umunya berkenaan

dengan aspek pengetahuan sedangkan hasil belajar meliputi aspek

pembentukan watak siswa (Arifin, 2013: 12).

Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan

antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan, khususnya

pembelajaran.

Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial

dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang

kehidupanya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan

kemampuan masing-masing (Arifin, 2013: 12). Prestasi belajar

(achivment) mempunyai beberapa fungsi utama ,antara lain :

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambing pemuasan hasrat ingin tahu.

Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi

keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum

manusia”.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi

pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan

pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

18

pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik

dalam meningkatkan mutu pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi

belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu

institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang

digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan peserta

didik. Indikator ektern dalam arti bahwa tinggi rendahnya

prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan

peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang

digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap

(kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta

didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena

peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi

pelajaran.

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan

pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Winkel

dalam Hamdani (2011: 138) mengemukakan bahwa prestasi belajar

merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan

demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh

seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar

siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi

tersebut dapat memperlihatkan tinggi-rendahnya prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi

berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor

internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan

terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali

artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar

yang sebaik-baiknya (Ahmadi dan Widodo, 2013 : 138).

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

19

Yang tergolong faktor internal adalah:

a. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,

pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh

terdiri atas:

1) Faktor intelektif yang meliputi:

a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.

2) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,

penyesuaian diri.

c. Aktor kematangan fisik maupun psikis

Yang tergolong faktor eksternal ialah:

1) Faktor sosial yang terdiri atas: lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok.

2) Faktor budaya seperti dat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,

kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,

iklim.

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

20

d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan

Prestasi belajar yang dicapai siswa dapat menunjukkan

kemampuan kognitif siswa. prestasi diukur dari hasil evaluasi. Hasil

evaluasi yang baik menandakan bahwa siswa memiliki prestasi

belajar yang baik pula. Hal ini dapat menunjukkan bahwa

pembelajaran yang dilakukan berhasil. Yang artinya siswa mampu

mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga meduah untuk

memahami materi sehingga siswa dapat mengerjakan evaluasi

dengan baik dan benar. Keantusiasan siswa dalam mengikuti

pembelajaran dapat dilihat dengan menerapkan berbagai model

pembelajaran, dengan tujuan lain untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa.

4. Model Pembelajaran Take and Give

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan tau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-

perangkat pembelajaran (Joyce dalam Trianto 2011: 22). Setiap model

pembelajaran mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk

membantu siswa dalam belajar sehingga mencapai tujuan pembelajaran.

Arend dalam Trianto (2011: 22) menyebutkan bahwa model

pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem

pengelolaannya. Hal yang sangat penting bagi guru untuk mempelajari

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

21

tentang model-model pembelajaran. Karena dengan penguasaan-

penguasaan terhadap model pembelajaran akan membantu dan

mempermudah guru untuk melaksanakan proses pembelajaran. Hal

tersebut juga akan membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Saat ini berkembang sangat banyak model-model pembelajaran yang

dapat digunakan oleh guru untuk membantu proses pembelajaran, salah

satunya adalah pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah salah

satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah

siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya

berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota

kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran (Isjoni, 2011: 12).

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menuntut

siswa untuk saling bekerja sama dalam belajar. Menurut Slavin dalam

Isjoni (2011: 12) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran

dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok

heterogen. Pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam

kelompok akan menjadikan siswa dapat bekerja sama, saling bertukar

pikiran dengan anggota lainnya, serta dapat memotivasi siswa untuk

saling menerima teman anggota kelompoknya.

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

22

Model pembelajaran kooperatif akan membuat siswa aktif terlibat

dalam pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap

tingkat interaksi dan komunikasi siswa, juga dapat memotivasi siswa

untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Dalam kelompok siswa akan

saling berbagi pendapat dan pengetahuan untuk mencapai keberhasilan

tugasnya. Membuat siswa melatih tanggung jawabnya dalam kelompok

untuk menyelesaikan tugas.

Model pembelajaran Take and Give merupakan model pembelajaran

Kooperatif. Menurut Suyatno (2009: 76) pembelajaran Take and Give

adalah dimana dalam pembelajaran ini siswa bekerjasama saling

menerima dan memberi materi dari teman lain atau pasangannya.Model

pembelajaran Take and Give adalah pembelajaran menerima dan

memberi dengan sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi

pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya (siswa lain).

Beberapa ahli meyakini bahwa mata pelajaran akan benar-benar

dikuasai apabila siswa dapat mengajarkannya kepada siswa lain. Model

pembelajaran Take and Give ini dapat menjadi solusi untuk pembelajaran

antar siswa untuk saling berbagi pengetahuannya. Interaksi antar siswa

dalam pembelajaran model ini yaitu saling memberi dan menerima

informasi tentang materi pelajaran.

a. Langkah-langkah model pembelajaran Take and Give

Beberapa langkah yang harus dilakukan oleh guru:

1) Siapkan kelas sebagaimana mestinya

2) Jelaskan materi sesuai topik dalam beberapa menit

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

23

3) Untuk memantapkan pengauasaan siswa, tiap sisiwa diberi

masing-masing satu kartu untuk dipelajari (kurang dari 5 menit)

4) Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling

menginformasikan materi sesuai kartu masing-masing. Tiap

siswa harus mencatat nama pasanganya pada kartu kontrol

5) Demikian seterusnya sampai tiap siswa dapat saling memberi

dan menerima materi masing-masing

6) Untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan pertanyaan yang

sesuai dengan kartu (kartu orang lain)

7) Strategi dapat dimodifikasi sesuai keadaan

b. Kelebihan Model Pembelajaran Take and Give

1) Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan

informasi karena mendapatkan informasi dari guru dan siswa

yang lain

2) Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan

siswa akan informasi

c. Kekurangan Model Pembelajaran Take and Give

Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah)

maka informasi yang diterima siswa lain pun akan kurang tepat.

Model pembelajaranTake and Give yang dirancang oleh guru

dapat membantu siswa untuk menumbuhkan sikap toleransi. Dalam

pembelajaran siswa dituntut untuk saling memberi dan menerima

informasi pelajaran. Dalam hal ini, siswa harus saling percaya untuk

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

24

menerima pendapat dari siswa lain. Selain itu, siswa juga harus

menerima teman dengan baik untuk bisa saling bertukar informasi.

Hal ini dapat membuat buhungan antar siswa menjadi terjalin dengan

baik. Baiknya hubungan antar siswa akan membuat materi yang

diberikan satu sama lain dapat diterima dengan baik pula. Sehingga

membuat siswa dengan mudah untuk memahami materi

pembelajaran.

5. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai

cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,

politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas

dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan sartu pendekatan

interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. Menurut

Zuraik (Ahmad Susanto, 2013: 138), hakikat IPS adalah harapan untuk

mampu membina suatu masyarakat yang baik dimana para anggotanya

benar-benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh

tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nilai. Hakikat

IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan

sebagai media pelatihan bagi siswa sebagai warga negara sedini

mungkin.Karena pendidikan IPS tidak hanya memberikan ilmu

pengetahuan semata, tetapi harus berorientasi pada pengembangan

ketermapilan berpikir kritis, sikap, dan kecakapan, kecakapan dasar siswa

yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

25

hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa di

masyarakat.

Menurut Banks dalam Ahmad Susanto (2013 : 140),

The social studies that part of the elementary and high school

curriculum which has the primary responsibility for helping studies

to develop the knowledge, skill, attitude, and values needed to

participate in the civic life of their local communities the nation-

and the world.

Bahwa pendidikan IPS atau yang disebut social studies, merupakan

bagian dari kurikulum di sekolah yang bertujuan untuk membantu

mendewasakan siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dalam rangka berpartisipasi didalam

masyarakat, negara, dan bahkan di dunia. Banks menekankan begitu

pentinngnya pendidikan IPS diterapkan di sekolah-sekolah, mulai dari

tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, terutama di sekolah dasar dan

menengah. Definisi yang hampir sama dengan yang diberikan oleh Banks

adalah definisi pendidikan IPS menurut Jarolimek (Ahmad Susanto,

2013: 141), yang menyatakan bahwa pada dasarnya pendidikan IPS

berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-

nilai yang memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok

masyarakat dimana siswa tinggal.

Pemerolehan pendidikan IPS ini dapat membantu para siswa

menjadi lebih mampu mengetahui tentang diri sendiri dan dunia dimana

siswa hidup. Siswa akan lebih mampu menggambarkan kesimpulan yang

diperlukan tentang hidup dan kehidupan, lebih berperan serta atau

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

26

apresiatif terhadap kompleksitas atau kerumitan menjadi manusia dan

masyarakat serta budaya yang mereka ciptakan, lebih mengetahui

perbedaan gagasansikap, nilai, dan cara berpikir, dalam menjaga dan

mengerjakannya, dalam sedikit teori, tentang itu semua ilmu pengetahuan

sosial.

Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan

oleh Hamid Hasan (Trianto, 2010: 172), merupakan fusi dari berbagai

disiplin ilmu, Martoella (Trianto, 2010: 172) mengatakan bahwa

pembelajaran Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek

“pendidikan” daripada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran

pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap

sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral,

dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimiliknya. Dengan

demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus diformulasikannya pada

aspek kependidikannya. Konsep IPS, yaitu (a) interaksi, (b) saling

ketergantungan, (c) kesinambungan dan perubahan, (d)

keragaman/kesamaan/perbedaan, (e) konflik dan konsesus, (f) pola

(patron), (g) tempat, (h) kekuasaan (power), (i) nilai kepercayaan, (j)

keadilan dan pemerataan, (k) kelangkaan (scarcity), (l) kekhususan, (m)

budaya (culture), dan (n) nasionalisme.

Pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang

mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya

dalam masyarakat. Tujuan pendidikan IPS tentang kehidupan masyarakat

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

27

manusia dilakukan secara sistemtik. Dengan demikian, menurut Ahmad

Susanto (2013: 143) peranan IPS sangat penting untuk mendidik siswa

mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat

mengambil bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak sebagai

anggota masyarakat dan warga negara yang baik.

Pendidikan IPS ditingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk

mempersiapkan siswa sebagai warga negara yang menguasai

pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes

and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk

memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan

mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan

kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik (Sapriya, 2011:

12). Pendidikan IPS yang diberikan di sekolah memberikan bekal kepada

siswa sebagai persiapan diri untuk memiliki dan mengembangkan

kemampuan serta kualitas diri untuk berperan serta dalam masyarakat.

Mengenai tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial, para ahli sering

mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari

program pendidikan tersebut, Gross (Trianto, 2010 : 173) menyebutkan

bahwa tujuan pendidikan. IPS adalah untuk mempersiapkan siswa

menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat.

Tujuan lain dari IPS adalah unrtuk mengembangkan kemampuan

mahasiswa menggunakan penalaran dalam mengambil kepurtusan setiap

persoalan yang dihadapinya.

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

28

Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia

dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana siswa tumbuh

dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada

berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya

(Trianto, 2010: 173). Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya

semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya

(Kosasih dalam Trianto, 2010: 173).

Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada jenjang

pendidikanpersekolahan, bukan hanya memberikan bekal pengetahuan

saja, tetapi juga memeberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan

dalam kehidupan peserta didik di masyarakat, bangsa, dan negara dalam

berbagai karakteristik.

Pendidikan IPS dapat ennjadi mata pelajaran untuk menanamkan

karakter pada siswa. salah satu katakter yang harus diterapkan pada siswa

yaitu sikap tpleransi. Sikap toleransi bagi siswa dapat diterapkan melalui

pembelajaran IPS. Karena IPS merupakan mata pelajaran yang

mempersiapkan siswa untuk kehidupan masyarakat, jadi sikap

toleransipun perlu untuk diterapkan pada diri siswa. Karena diketahui

bahwa sikap toleransi yang dimiliki masyarakat sekarang perlu untuk

ditingkatkan. Maka dari itu, penanaman sikap toleransi dilakukan sejak

dini, yaitu pada jenjang sekolah dasar.

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

29

a. Tujuan IPS

Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk

mengambangkanpotensi siswa agar peka terhadap masalah sosial

yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mentak positif terhadap

perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi

setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya

sendiri maupunyang menimpa masyarakat.

Secara terperinci, Mutakin (Ahmad Susanto, 2013: 145)

merumuskan tujuan pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut:

1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah

dan kebudayaan masyarakat.

2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu

menggunakan metode yang didaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang

kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah

sosial.

3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta

membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang

berkembang di masyarakat.

4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial,

serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu

mengambil tindakanyang tepat.

5) Mampu mengembangakan berbagai potensi sehingga mampu

membangun diri sendiri agar survive yang kemudian

bertanggung jawab membangun masyarakat.

Dalam kaitannya dengan KTSP, pemerintah telah memberikan

arah yang jelas pada tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPS,

yaitu:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa

ingin tahu, inkuiti, memcahkan masalah, dan keterampilan

dalam kehidupan sosial.

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

30

3) Memiliki komitmen dan kesadaranterhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,

nasional, dan global.

b. Materi IPS

Materi pelajaran IPS dapat digunakan sebagai penanaman

karakter siswa dan pada penelitian ini, materi yang dipilih oleh

peneliti adalah materi tentang mengenal permasaahan sosial di

daerahnya.

Tabel 2.2. Materi IPS dalam Penelitian

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Mengenal sumber daya

alam, kegiatan ekonomi dan

kemajuan teknologi di

lingkungan kabupaten/kota

dan provinsi

2.4 Mengenal permasalahan

sosial di daerahnya

Adapun materi yang akan diajarkan mencakup:

1) Memahami Pengertian Masalah Sosial

Manusia tidak bisa hidup seorang diri. Sejak bayi hingga

tua manusia membutuhkan orang lain. Untuk bisa makan,

berbicara, berjalan, membaca, dan menulis kita diajari oleh

orang lain. Ini artinya manusia selalu hidup bersama atau dalam

masyarakat.

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

31

Suatu hal atau kejadian disebut sebagai masalah sosial jika

semua warga masyarakat lain ikut merasakan pengaruh masalah

tersebut. Seperti pencurian misalnya, pemilik rumah yang

menjadi korban pencurian tidak hanya merasakan sendiri

pengaruh dari pencurian tersebut. Tetapi warga masyarakat yang

lain juga ikut merasakan pengaruhnya. Karena dengan adanya

pencurian itu berarti menunjukkan bahwa tempat tinggal mereka

tidak aman. Membuat warga masyarakat ikit merasakan

ketidakamanan akan pencurian tersebut.

Masalah pribadi dapat diselesaikan sendiri oleh orang

yang bersangkutan. Tidak demikian halnya dengan permasalahn

sosial. Masalah sosial harus dipecahkan atau diatasi secara

bersama-sama. Seorang warga tidak bisa menyelesaikan seorang

diri ketika di lingkungannya sering terjadi pencurian. Masalah

ini hanya bisa diselesaikan bersama-sama semua warga

masyarakat. Setiap warga harus mendukung upaya penyelesaian

tersebut. Turut ronda malam di lingkungan merupakan contoh

keterlibatan warga dalam mengatasi masalah sosial.

2) Bentuk-bentuk Masalah Sosial dan Pribadi

Contoh-contoh masalah sosial yaitu kejahatan (pencurian,

permpokan, dan lain-lain), masalah kependudukan, becana alam,

kerusakan lingkungan, dan lain-lain. Sedangkan contoh-contoh

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

32

masalah pribadi yaitu dimarahi orang tua, tidak mengerjakan

PR, nilai ulangan jelek, dihukum guru, dan lain-lain.

3) Mengenal masalah-masalah Sosial di Lingkungan Setempat

Kita tidak bisa bebas dari masalah-masalah sosial. Ada

banyak sekali masalah sosial. Contoh-contoh masalah sosial

yang ada di lingkungan setempat misalnya masalah

kependudukan, keamanan, sampah , kebakaran, pencemaran

lingkungan, ketidaktertiban, narkoba, pemborosan energi,

kelangkaan barang, ketidakdisiplinan.

Mata pelajaran IPS dapat digunakan sebagai salah satu

pembelajaran untuk menanamkan sikap toleransi pada siswa.

Pembelajaran IPS selain memberikan pengetahuan akademik

bagi siswa juga menekankan pada pengembangan diri siswa,

yaitu karakter. Dalam pembelajaran IPS, guru menggunakan

model pembelajaran untuk membuat siswa aktif sehingga mudah

dalam memahami materi pembelajaran. Selain itu, model

pembelajaran juga digunakan sebagai cara untuk menanamkan

karakter toleransi pada diri siswa selama proses pembelajaran.

Siswa yang memiliki sikap toleransi yang baik terhadap

siswa lain akan mudah untuk berinteraksi dengan siswa yang

lain. Dalam pembelajaran yang berlangsung, apabila siswa dapat

berinteraksi dengan baik terhadap siswa lain maka proses belajar

akan berlangsung dengan baik. Dalam proses belajar siswa,

maka akan terjadi interaksi untuk saling bertukar informasi

pembelajaran antar siswa.

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

33

Setiap siswa harus dapat menerima dan memberi

informasi pembelajaran dengan baik, menerima pendapat teman

dan juga saling menerima dalam kelompok agar dapat

bekerjasama.

Hal tersebut dapat membuat materi pelajaran yang diterima

dipahami dengan baik oleh siswa. Apabila siswa dapat

memahami materi pelajaran dengan baik, maka hal tersebut

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

B. Kerangka Berpikir

Kondisi awal siswa sebelum dilakukan perbaikan adalah siswa memiliki

sikap toleransi yang rendah kepada siswa lainnya, hal ini dapat dilihat saat

pembelajaran. Selain itu, dalam mata pelajaran IPS materi yang disajikan

terlalu banyak, dan merupakan materi hafalan, membuat siswa tidak

maksimal mengikuti pembelajaran. Dalam pembelajaran juga masih berpusat

pada guru, guru yang selalu menjelaskan materi. Hal ini menyebabkan siswa

kurang aktif.

Kegiatan proses perbaikan pembelajaran, guru menggunakan model

pembelajaran Take and Give. Pembelajaran tersebut akan membuat siswa

aktif mengikuri proses pembelajaran. Pada prosesnya, pembelajaran ini

berupa menerima dan memberi dengan sintaks, menuntut siswa mampu

memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan temannya. Selain itu,

pembelajaran ini juga dapat membantu siswa untuk meningkatkan sikap

toleransinya terhadap siswa lain, dengan menerima pendapat temannya,

menerima dalam kelompok, dan lainnya.

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

34

Pembelajaran menggunakan model Take and Give ini diduga sikap

toleransi dan prestasi belajar siswa dapat meningkat. Berdasarkan uraian di

atas maka alur kerangka berfikir dalam penelitian ini disajikan gambar

berikut ini:

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian

Sikap toleransi

dan prestasi

belajar siswa

rendah

Guru

menggunakan

metode ceramah

Kondisi Awal

Siklus I Guru

menggunakan

model

pembelajaran

Take and Give

Tindakan

Siklus II

Sikap toleransi

dan prestasi

belajar siswa

meningkat

Kondisi

Akhir

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

35

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Sari Asih (2013) dengan judul “Upaya

Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS Materi Perkembangan

Teknologi Melalui Model Pembelajaran Take and Give di Kelas IV SD N

Karangmangu” menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran

menggunakan model tersebut sikap toleransi dan prestasi belajar siswa

meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya persentase yang ditunjukan

dari hasil angket siswa. Dan hasil dari pembelajaran yaitu nilai rata-rata pada

siklus I sebesar 67,33 dengan 13 siswa memperoleh nilai di atas KKM dan 11

siswa belum tuntas KKM, dengan KKM 64. Sedangkan pada siklus II nilai

rata-rata yaitu sebesar 72,3 dengan 21 siswa tuntas KKM dan 3 siswa belum

tuntas KKM.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyaningsih (2014) dengan judul

“Keefektifan Model Take and Give Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar

IPA” menunjukkan bahwa penggunaan model Take and Give efektif untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA di kelas V SD Negeri 02

Gancang, Banyumas. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen,

dimana terdapat perbedaan antara aktivitas dan hasil belajar siswa yang

menggunakan model Take and Give dengan aktivitas dan hasil belajar siswa

yang menggunakan model konvensional. Dan perbedaan tersebut ditunjukkan

dengan meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa menggunakan model

Take and Give.

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016

36

Kedua penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini karena meneliti

variabel yang sama yaitu prestasi belajar dan juga penggunaan model

pembelajaran Take and Give. Dari penelitian tersebut juga membuktikan

bahwa model pembelajaran Take and Give dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa dan efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka dapat

peneliti rumuskan hipotesis tindakannya, yaitu “terdapat peningkatan sikap

toleransi dan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS kelas IV materi

mengenal Permasalahan Sosial di Daerahnya melalui model pembelajaran

Take and Give”.

Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016