bab ii kajian pustaka a. deskripsi teorirepository.ump.ac.id/6580/3/bab ii_devika jeny...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pendidikan Karakter
Karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar.
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh seseorang yang
membedakan dirinya dengan orang lain. Orang yang memiliki karakter
yang kuat dan baik adalah ia yang memiliki akhlak, moral, dan budi
pekerti yang baik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lainnya. Dengan demikian, karakter adalah nilai-nilai yang
unik-baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku
(Kementerian Pendidikan Nasional, 2010). Karaker merupakan sifat-sifat
khas seseorang yang melekat dalam dirinya dan terwujud dalam tingkah
laku atau perilakunya. Karakter ini akan mempengaruhi tingkah laku
seseorang dalam kehidupan sehari-harinya.
Setiap orang memiliki hal ataupun sifat-sifat yang membuatnya
berbeda dari orang lain. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki ciri
sendiri yang disebut karakter. Scerenko (Samani dan Hariyanto, 2012:
42) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang
membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas
7
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
8
mental dari seseorang, suatu kelompok, atau bangsa. Robert Marine
(Samani dan Hariyanto, 2012: 42) mengambil pendekatan yang berbeda
terhadap makna karakter, menurutnya karakter adalah gabungan yang
samar-samar antara sikap, perilaku bawaan, dan kemampuan, yang
membangun pribadi seseorang. Karakter seseorang dapat diperoleh
karena perilaku bawaan, atau karena memang seseorang itu telah
memilikinya ataupun karakter itu dapat dibangun atau dibentuk oleh
seseorang dengan kemampuannya sendiri.
Nilai karakter dalam diri seseorang dapat dibangun, tentunya
pembentukan dan pembangunan karakter seseorang dapat dilakukan
melalui pendidikan. Pendidikan yang dapat dilakukan adalah pendidikan
formal di sekolah. Karakter dalam diri seseorang dapat dibentuk ketika
menjadi seorang siswa. Dalam hal ini, pendidikan yang tepat adalah saat
di SD.
Siswa diberikan pendidikan karakter yang terdapat dalam mata
pelajaran yang dipelajari. Guru akan menerapkan dan menanamkan nilai-
nilai karakter tersebut melalui proses pembelajaran. Salah satunya adalah
karakter toleransi yang sangat perlu dimiliki oleh siswa. Karakter ini
diperlukan agar sesama siswa dapat berhubungan dengan baik. Karena
pada masa-masa ini adalah masa penting untuk membangun rasa
pengertian, kepercayaan, dan rasa pertemanan antar siswa.
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
9
Karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau
berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap
lingkungan) yang terdapat dalam diri dan terwujud dalam perilaku (Anas
dan Irwanto, 2013: 42). Berarti karakter adalah nilai dalam diri seseorang
yang dapat terlihat melalui tingkah laku orang tersebut. Dan nilai-nilai
tersebut yang tercermin dapat membuat lingkungan tempatnya berada
menjadi lebih baik. Seseorang yang berkarakter baik tentunya memiliki
sifat dan tingkah laku yang baik pula. Entah itu pada diri sendiri, orang
lain, ataupun terhadap lingkungannya. Seseorang yang berperilaku baik
dalam kehidupan masyarakatnya dapat mempengaruhi lingkungannya,
membuat lingkungannya menjadi baik pula.
Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan
nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia.
Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup
bersama berdasarkan atas pilar: kedamaian (peace), menghargai
(respect), kerja sama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan
(happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih
sayang (love), tanggung jawab (responsibility), kesederhanaan
(simplicity), toleransi (tolerance), dan persatuan (unity), (Samani dan
Hariyanto, 2012: 43). Karakter mengacu pada serangkaian sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan
keterampilan (skills). Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
10
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat (Zubaedi, 2011: 10).
Individu yang berkaraker baik akan selalu berusaha untuk melakukan
yang terbaik, karena bukan hanya baik di mata manusia saja tetapi karena
berhubungan dengan Tuhan. Karena seseorang yang memiliki karakter
yang baik dapat menjalani kehidupan masyarakat yang nyaman dan
aman.
Karakter yang dimiliki seseorang mempengaruhi bagaimana cara
seseorang bersikap, dapat menunjukkan baik buruknya sikap yang
dimiliki itu. Sikap tersebut dapat tercermin melalui tingkah laku.
Karakter baik yang seseorang miliki membuat seseorang bertingkah laku
dengan baik. Karakter yang dimiliki seseorang juga dapat menunjukkan
motivasi dalam diri orang tersebut. Motivasi baik dalam dirinya dapat
memberi pengaruh baik pula terhadap orang lain yang berada di
sekitarnya. Karakter dapat menunjukkan seperti apa orang tersebut
berdasarkan sikap, tingkah laku, dan keterampilan yang dimiliki.
Sehubungan dengan pendidikan, pendidikan karakter dapat
dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan
moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan
siswa untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara kebaikan,
mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati (Anas dan Irwanto, 2013: 42). Pendidikan karakter berusaha
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
11
memberikan dan membekali siswa dengan pendidikan nilai-nilai dan
moral yang berlaku di masyarakat agar mereka memiliki karakter bangsa
yang dapat memberikannya bekal untuk berkehidupan yang baik di
masyarakat. Tidak hanya itu, siswa juga belajar mewujudkan karakternya
dalam kehidupan sekolah. Bagaimana siswa berperilaku di sekolah
terhadap teman-temannya, guru-gurunya, serta anggota sekolah lainnya.
Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya untuk membentuk atau
menciptakan siswa yang berkarakter dan mempunyai jati diri.
Pendidikan karakter diartikan sebagai usaha kita secara sengaja dari
seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membeantu pengembangan
karakter dengan optimal. Hal ini berarti untuk mendukung perkembangan
karakter siswa harus melibatkan seluruh komponen di sekolah baik dari
aspek isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan,
penanganan mata pelajaran, pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler, serta etos
seluruh ligkungan sekolah.
Pendidikan karakter merupakan suatu jalan untuk memperbaiki
karakter masyarakat sejak dini. Membatu seseorang mamahami nilai-
nilai serta norma sehingga memiliki karakter baik dan menjadi warga
masyarakat yang baik pula. Lickona (Sudrajat, 2011: 49) menyatakan
bahwa pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk
membantu seseorang sehingga dapat memahami, memperhatikan, dan
melakukan nilai-nilai etika yang inti. Bahwa pendidikan karakter
menghendaki siswa untuk mampu dan sadar untuk memahami dan juga
menerapkan nilai-nilai atau norma yang berlaku.
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
12
Pendidikan karakter di sekolah menghendaki bahwa siswa harus
benar-benar memiliki karakter yang baik sebagai ciri khasnya. Ditulis
oleh Arthur (Samani dan Hariyanto, 2012: 45) bahwa Anne Lockwood
memerinci ada tiga proposisi sentral dalam pendidikan karakter.
Pertama, bahwa tujuan pendidikan moral dapat dikejar/dicapai, tidak
semata-mata membiarkannya sekadar sebagai kurikulum tersembunyi
yang tidak terkontrol, dan bahwa tujuan pendidikan karakter telah
memiliki dukungan yang nyata dari masyarakat dan telah menjadi
konsensus bersama. Kedua, bahwa tujuan-tujuan behavioral tersebut
adalah bagian dari pendidikan karakter, dan ketiga, perilaku antisosial
sebagai bagian kehidupan anak-anak adalah sebagai hasil dari
ketidakhadiran nilaai-niali dalam pendidikan.
Pendidikan karakter berarti adalah proses pemberian tuntunan
kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter
dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan watak yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik buruk, memelihata yang baik, dan mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati
(Samani dan Hariyanto, 2012: 45).
Pendidikan ini merupakan upaya untuk menjadikan siswa mengenal,
peduli, dan mewujudkan nilai-nilai sehingga siswa dapat berperilaku
sebagai insan kamil.
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
13
Jadi, pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang
bertujuan untuk membentuk siswa yang berkarakter dalam segala hal
untuk bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakatnya. Pendidikan
karakter mengembangkan potensi dasar siswa agar berhati baik,
berpikiran baik, dan berperilaku baik, serta memperbaiki perilaku yang
kurang baik dan memperkuat perilaku yang baik. Pendidikan kerakter
juga dapat diartikan sebagai segala upaya yang dilakukan oleh guru
untuk menumbuhkan dan mengembangkan watak siswa, sehingga siswa
dapat memahami nilai-nilai dalam hidupnya.
Sebegitu pentingnya pendidikan untuk diadakan yang dianggap
sebagai salah satu jalan untuk mengatasi kerusakan moral masyarakat
menjadi salah satu alasan kenapa pendidikan karakter harus tetap
diadakan. Pendidikan karakter membuat masyarakat memiliki alasan kuat
untuk tetap memiliki harapan dan sikap optimis bahwa masyarakat yang
lebih baik akan terwujud.
Pendidikan karakter ini tercerminkan dalam sebuah pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru. Dalam pembelajaran yang berlangsung,
guru akan mengintegrasikan karakter pada diri siswa, salah satunya
karakter toleransi. Guru harus mendesain pembelajaran sedemikian rupa
agar karakter toleransi ini dapat muncul pembelajaran. Sehingga siswa
menjadi terbiasa untuk selalu bersikap toleransi baik dalam pembelajaran
maupun dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
14
2. Toleransi
Toleransi merupakan salah satu dari 18 nilai karakter bangsa. Sikap
yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang karena sikap toleransi ini
mengacu pada menghargai segala perbedaan. Menurut Kementerian
Pendidikan Nasional (Anas dan Irwanto, 2013: 54), toleransi yang
merupakan salah satu dari nilai karakter bangsa adalah sikap dan
tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Dalam
menjalani kehidupannya seseorang selalu berusaha menghormati,
menghargai, dan peduli terhadap orang lain, agar seseorang tersebut juga
dapat diterima dengan baik dalam masyarakat. Namun, sikap-sikap
tersebut tidak bisa tumbuh dengan sendirinya dalam diri seseorang, perlu
penanaman dan pemahaman agar nilai-nilai tersebut dapat tumbuh dan
melekat pada diri seseorang dengan baik, dan menjadi karakter
seseorang.
Sikap toleransi menghantarkan seseorang menjadi individu yang
mampu mengharai, menghormati, dan peduli tidak hanya pada keluarga
tetapi juga terhadap lingkungan sekitarnya. Seseorang yang memiliki
sikap toleransi yang baik maka akan menjaga dengan baik saat
berkomunikasi dengan orang lain. Dalam bersikap, bertutur kata, atau
berperilaku saat sedang berkomunikasi dengan orang lain seseorang akan
berusaha untuk tidak menyakiti ataupun menyinggung orang lain.
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
15
Toleransi adalah sikap atau sifat menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan) pendirian (pandangan, pendapat,
kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau bertentangan
dengan pendirian sendiri. Karakter toleransi mengembangkan kebiasaan
bersabar, tenggang rasa, dan kemampuan menahan emosi ketika melihat
adanya perbedaan.
Dengan toleransi, seseorang juga memperlakukan orang lain secara
baik, hormat dan penuh pengertian. Toleransi menuntut untuk
menghargai perbedaan. Keadaan ini akan membantu dan menjadikan
siswa memahami bahwa semua orang berhak mendapatkan kasih sayang,
keadilan, dan rasa hormat meskipun tidak sependapat dengan keyakinan
atau perilaku orang lain. Dengan adanya pembiasaan sikap toleransi pada
diri siswa, maka akan membuat siswa dapat memperlakukan teman-
temannya dengan baik. Dengan itu maka akan tercipta suatu keadaan
sekolah yang harmonis.
Sikap toleransi dalam sekolah dapat dimulai dari segala hal,
termasuk memalui proses pembelajaran. Siswa diberi pemahaman
tentang sikap toleransi dan dilatih kebiasaan bertoleransi terhadap siswa
lain, ini dapat dimulai ketika pembelajaran di kelas berlangsung. Terus
menerus berlangsung sehingga siswa menjadi terbiasa untuk bersikap
toleransi kepada orang lain.
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
16
Indikator keberhasilan sikap toleransi menurut Fitri (2012: 40),
diantaranya:
a. Memperlakukan orang lain dengan cara yang sama dan tidak
membeda-bedakan agama, suku, ras, dan golongan.
b. Menghargai perbedaan yang ada tanpa melecehkan kelompok yang
lain.
c. Saling membantu antar sesama dalam kebaikan.
d. Bekerja dengan baik dalam kelompok yang berbeda.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan oleh peneliti
bahwa ada beberapa indikator sikap toleransi di sekolah, diantaranya
yaitu:
Tabel 2.1. Indikator Keberhasilan Sikap Toleransi
Nilai Indikator
Sikap Toleransi Saling menghormati dan menyayangi sesama siswa
Berkata yang sopan, tidak berbicara kotor, baik pada siswa lainnya maupun
pada guru, tidak menyinggung perasaan
orang lain
Menerima pendapat siswa lain
Bisa mendengarkan dengan baik pembicaraan teman/orang lain
Menerima teman dalam kelompok
Sikap toleransi perlu ditanamkan pada diri siswa sejak dini. Karena
sikap toleransi berperan penting untuk berinteraksi antar siswa. Dalam
proses pembelajaran, guru menggunakan model pembelajaran yang
disesuaikan dengan karakteristik siswa agar dapat memunculkan sikap
toleransi siswa. Dengan penanaman sikap toleransi melalui model
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
17
pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan memunculkan pembiasaan
siswa dalam bersikap toleransi. Sehingga siswa dapat bersikap toleransi
kepada siswa lain dan mayarakat lain.
3. Prestasi Belajar
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.
Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil
usaha Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil
belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada umunya berkenaan
dengan aspek pengetahuan sedangkan hasil belajar meliputi aspek
pembentukan watak siswa (Arifin, 2013: 12).
Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan
antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan, khususnya
pembelajaran.
Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial
dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang
kehidupanya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan
kemampuan masing-masing (Arifin, 2013: 12). Prestasi belajar
(achivment) mempunyai beberapa fungsi utama ,antara lain :
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
b. Prestasi belajar sebagai lambing pemuasan hasrat ingin tahu.
Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia”.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan
pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
18
pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik
dalam meningkatkan mutu pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi
belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu
institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang
digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan peserta
didik. Indikator ektern dalam arti bahwa tinggi rendahnya
prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan
peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang
digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap
(kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta
didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena
peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi
pelajaran.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan
pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Winkel
dalam Hamdani (2011: 138) mengemukakan bahwa prestasi belajar
merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan
demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar
siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi
tersebut dapat memperlihatkan tinggi-rendahnya prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor
internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali
artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar
yang sebaik-baiknya (Ahmadi dan Widodo, 2013 : 138).
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
19
Yang tergolong faktor internal adalah:
a. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,
pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh
terdiri atas:
1) Faktor intelektif yang meliputi:
a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.
b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
2) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,
penyesuaian diri.
c. Aktor kematangan fisik maupun psikis
Yang tergolong faktor eksternal ialah:
1) Faktor sosial yang terdiri atas: lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok.
2) Faktor budaya seperti dat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,
iklim.
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
20
d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan
Prestasi belajar yang dicapai siswa dapat menunjukkan
kemampuan kognitif siswa. prestasi diukur dari hasil evaluasi. Hasil
evaluasi yang baik menandakan bahwa siswa memiliki prestasi
belajar yang baik pula. Hal ini dapat menunjukkan bahwa
pembelajaran yang dilakukan berhasil. Yang artinya siswa mampu
mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga meduah untuk
memahami materi sehingga siswa dapat mengerjakan evaluasi
dengan baik dan benar. Keantusiasan siswa dalam mengikuti
pembelajaran dapat dilihat dengan menerapkan berbagai model
pembelajaran, dengan tujuan lain untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa.
4. Model Pembelajaran Take and Give
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan tau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran (Joyce dalam Trianto 2011: 22). Setiap model
pembelajaran mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk
membantu siswa dalam belajar sehingga mencapai tujuan pembelajaran.
Arend dalam Trianto (2011: 22) menyebutkan bahwa model
pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu
termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem
pengelolaannya. Hal yang sangat penting bagi guru untuk mempelajari
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
21
tentang model-model pembelajaran. Karena dengan penguasaan-
penguasaan terhadap model pembelajaran akan membantu dan
mempermudah guru untuk melaksanakan proses pembelajaran. Hal
tersebut juga akan membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Saat ini berkembang sangat banyak model-model pembelajaran yang
dapat digunakan oleh guru untuk membantu proses pembelajaran, salah
satunya adalah pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah salah
satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota
kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran (Isjoni, 2011: 12).
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menuntut
siswa untuk saling bekerja sama dalam belajar. Menurut Slavin dalam
Isjoni (2011: 12) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok
heterogen. Pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam
kelompok akan menjadikan siswa dapat bekerja sama, saling bertukar
pikiran dengan anggota lainnya, serta dapat memotivasi siswa untuk
saling menerima teman anggota kelompoknya.
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
22
Model pembelajaran kooperatif akan membuat siswa aktif terlibat
dalam pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap
tingkat interaksi dan komunikasi siswa, juga dapat memotivasi siswa
untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Dalam kelompok siswa akan
saling berbagi pendapat dan pengetahuan untuk mencapai keberhasilan
tugasnya. Membuat siswa melatih tanggung jawabnya dalam kelompok
untuk menyelesaikan tugas.
Model pembelajaran Take and Give merupakan model pembelajaran
Kooperatif. Menurut Suyatno (2009: 76) pembelajaran Take and Give
adalah dimana dalam pembelajaran ini siswa bekerjasama saling
menerima dan memberi materi dari teman lain atau pasangannya.Model
pembelajaran Take and Give adalah pembelajaran menerima dan
memberi dengan sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi
pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya (siswa lain).
Beberapa ahli meyakini bahwa mata pelajaran akan benar-benar
dikuasai apabila siswa dapat mengajarkannya kepada siswa lain. Model
pembelajaran Take and Give ini dapat menjadi solusi untuk pembelajaran
antar siswa untuk saling berbagi pengetahuannya. Interaksi antar siswa
dalam pembelajaran model ini yaitu saling memberi dan menerima
informasi tentang materi pelajaran.
a. Langkah-langkah model pembelajaran Take and Give
Beberapa langkah yang harus dilakukan oleh guru:
1) Siapkan kelas sebagaimana mestinya
2) Jelaskan materi sesuai topik dalam beberapa menit
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
23
3) Untuk memantapkan pengauasaan siswa, tiap sisiwa diberi
masing-masing satu kartu untuk dipelajari (kurang dari 5 menit)
4) Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling
menginformasikan materi sesuai kartu masing-masing. Tiap
siswa harus mencatat nama pasanganya pada kartu kontrol
5) Demikian seterusnya sampai tiap siswa dapat saling memberi
dan menerima materi masing-masing
6) Untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan pertanyaan yang
sesuai dengan kartu (kartu orang lain)
7) Strategi dapat dimodifikasi sesuai keadaan
b. Kelebihan Model Pembelajaran Take and Give
1) Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan
informasi karena mendapatkan informasi dari guru dan siswa
yang lain
2) Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan
siswa akan informasi
c. Kekurangan Model Pembelajaran Take and Give
Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah)
maka informasi yang diterima siswa lain pun akan kurang tepat.
Model pembelajaranTake and Give yang dirancang oleh guru
dapat membantu siswa untuk menumbuhkan sikap toleransi. Dalam
pembelajaran siswa dituntut untuk saling memberi dan menerima
informasi pelajaran. Dalam hal ini, siswa harus saling percaya untuk
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
24
menerima pendapat dari siswa lain. Selain itu, siswa juga harus
menerima teman dengan baik untuk bisa saling bertukar informasi.
Hal ini dapat membuat buhungan antar siswa menjadi terjalin dengan
baik. Baiknya hubungan antar siswa akan membuat materi yang
diberikan satu sama lain dapat diterima dengan baik pula. Sehingga
membuat siswa dengan mudah untuk memahami materi
pembelajaran.
5. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas
dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan sartu pendekatan
interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. Menurut
Zuraik (Ahmad Susanto, 2013: 138), hakikat IPS adalah harapan untuk
mampu membina suatu masyarakat yang baik dimana para anggotanya
benar-benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh
tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nilai. Hakikat
IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan
sebagai media pelatihan bagi siswa sebagai warga negara sedini
mungkin.Karena pendidikan IPS tidak hanya memberikan ilmu
pengetahuan semata, tetapi harus berorientasi pada pengembangan
ketermapilan berpikir kritis, sikap, dan kecakapan, kecakapan dasar siswa
yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
25
hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa di
masyarakat.
Menurut Banks dalam Ahmad Susanto (2013 : 140),
The social studies that part of the elementary and high school
curriculum which has the primary responsibility for helping studies
to develop the knowledge, skill, attitude, and values needed to
participate in the civic life of their local communities the nation-
and the world.
Bahwa pendidikan IPS atau yang disebut social studies, merupakan
bagian dari kurikulum di sekolah yang bertujuan untuk membantu
mendewasakan siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dalam rangka berpartisipasi didalam
masyarakat, negara, dan bahkan di dunia. Banks menekankan begitu
pentinngnya pendidikan IPS diterapkan di sekolah-sekolah, mulai dari
tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, terutama di sekolah dasar dan
menengah. Definisi yang hampir sama dengan yang diberikan oleh Banks
adalah definisi pendidikan IPS menurut Jarolimek (Ahmad Susanto,
2013: 141), yang menyatakan bahwa pada dasarnya pendidikan IPS
berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-
nilai yang memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok
masyarakat dimana siswa tinggal.
Pemerolehan pendidikan IPS ini dapat membantu para siswa
menjadi lebih mampu mengetahui tentang diri sendiri dan dunia dimana
siswa hidup. Siswa akan lebih mampu menggambarkan kesimpulan yang
diperlukan tentang hidup dan kehidupan, lebih berperan serta atau
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
26
apresiatif terhadap kompleksitas atau kerumitan menjadi manusia dan
masyarakat serta budaya yang mereka ciptakan, lebih mengetahui
perbedaan gagasansikap, nilai, dan cara berpikir, dalam menjaga dan
mengerjakannya, dalam sedikit teori, tentang itu semua ilmu pengetahuan
sosial.
Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan
oleh Hamid Hasan (Trianto, 2010: 172), merupakan fusi dari berbagai
disiplin ilmu, Martoella (Trianto, 2010: 172) mengatakan bahwa
pembelajaran Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek
“pendidikan” daripada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran
pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap
sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral,
dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimiliknya. Dengan
demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus diformulasikannya pada
aspek kependidikannya. Konsep IPS, yaitu (a) interaksi, (b) saling
ketergantungan, (c) kesinambungan dan perubahan, (d)
keragaman/kesamaan/perbedaan, (e) konflik dan konsesus, (f) pola
(patron), (g) tempat, (h) kekuasaan (power), (i) nilai kepercayaan, (j)
keadilan dan pemerataan, (k) kelangkaan (scarcity), (l) kekhususan, (m)
budaya (culture), dan (n) nasionalisme.
Pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang
mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya
dalam masyarakat. Tujuan pendidikan IPS tentang kehidupan masyarakat
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
27
manusia dilakukan secara sistemtik. Dengan demikian, menurut Ahmad
Susanto (2013: 143) peranan IPS sangat penting untuk mendidik siswa
mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat
mengambil bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak sebagai
anggota masyarakat dan warga negara yang baik.
Pendidikan IPS ditingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk
mempersiapkan siswa sebagai warga negara yang menguasai
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes
and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk
memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan
mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik (Sapriya, 2011:
12). Pendidikan IPS yang diberikan di sekolah memberikan bekal kepada
siswa sebagai persiapan diri untuk memiliki dan mengembangkan
kemampuan serta kualitas diri untuk berperan serta dalam masyarakat.
Mengenai tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial, para ahli sering
mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari
program pendidikan tersebut, Gross (Trianto, 2010 : 173) menyebutkan
bahwa tujuan pendidikan. IPS adalah untuk mempersiapkan siswa
menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat.
Tujuan lain dari IPS adalah unrtuk mengembangkan kemampuan
mahasiswa menggunakan penalaran dalam mengambil kepurtusan setiap
persoalan yang dihadapinya.
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
28
Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia
dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana siswa tumbuh
dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada
berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya
(Trianto, 2010: 173). Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya
semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya
(Kosasih dalam Trianto, 2010: 173).
Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada jenjang
pendidikanpersekolahan, bukan hanya memberikan bekal pengetahuan
saja, tetapi juga memeberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan
dalam kehidupan peserta didik di masyarakat, bangsa, dan negara dalam
berbagai karakteristik.
Pendidikan IPS dapat ennjadi mata pelajaran untuk menanamkan
karakter pada siswa. salah satu katakter yang harus diterapkan pada siswa
yaitu sikap tpleransi. Sikap toleransi bagi siswa dapat diterapkan melalui
pembelajaran IPS. Karena IPS merupakan mata pelajaran yang
mempersiapkan siswa untuk kehidupan masyarakat, jadi sikap
toleransipun perlu untuk diterapkan pada diri siswa. Karena diketahui
bahwa sikap toleransi yang dimiliki masyarakat sekarang perlu untuk
ditingkatkan. Maka dari itu, penanaman sikap toleransi dilakukan sejak
dini, yaitu pada jenjang sekolah dasar.
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
29
a. Tujuan IPS
Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk
mengambangkanpotensi siswa agar peka terhadap masalah sosial
yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mentak positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi
setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya
sendiri maupunyang menimpa masyarakat.
Secara terperinci, Mutakin (Ahmad Susanto, 2013: 145)
merumuskan tujuan pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut:
1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah
dan kebudayaan masyarakat.
2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu
menggunakan metode yang didaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang
kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
sosial.
3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang
berkembang di masyarakat.
4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial,
serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu
mengambil tindakanyang tepat.
5) Mampu mengembangakan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian
bertanggung jawab membangun masyarakat.
Dalam kaitannya dengan KTSP, pemerintah telah memberikan
arah yang jelas pada tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPS,
yaitu:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiti, memcahkan masalah, dan keterampilan
dalam kehidupan sosial.
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
30
3) Memiliki komitmen dan kesadaranterhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.
b. Materi IPS
Materi pelajaran IPS dapat digunakan sebagai penanaman
karakter siswa dan pada penelitian ini, materi yang dipilih oleh
peneliti adalah materi tentang mengenal permasaahan sosial di
daerahnya.
Tabel 2.2. Materi IPS dalam Penelitian
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mengenal sumber daya
alam, kegiatan ekonomi dan
kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota
dan provinsi
2.4 Mengenal permasalahan
sosial di daerahnya
Adapun materi yang akan diajarkan mencakup:
1) Memahami Pengertian Masalah Sosial
Manusia tidak bisa hidup seorang diri. Sejak bayi hingga
tua manusia membutuhkan orang lain. Untuk bisa makan,
berbicara, berjalan, membaca, dan menulis kita diajari oleh
orang lain. Ini artinya manusia selalu hidup bersama atau dalam
masyarakat.
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
31
Suatu hal atau kejadian disebut sebagai masalah sosial jika
semua warga masyarakat lain ikut merasakan pengaruh masalah
tersebut. Seperti pencurian misalnya, pemilik rumah yang
menjadi korban pencurian tidak hanya merasakan sendiri
pengaruh dari pencurian tersebut. Tetapi warga masyarakat yang
lain juga ikut merasakan pengaruhnya. Karena dengan adanya
pencurian itu berarti menunjukkan bahwa tempat tinggal mereka
tidak aman. Membuat warga masyarakat ikit merasakan
ketidakamanan akan pencurian tersebut.
Masalah pribadi dapat diselesaikan sendiri oleh orang
yang bersangkutan. Tidak demikian halnya dengan permasalahn
sosial. Masalah sosial harus dipecahkan atau diatasi secara
bersama-sama. Seorang warga tidak bisa menyelesaikan seorang
diri ketika di lingkungannya sering terjadi pencurian. Masalah
ini hanya bisa diselesaikan bersama-sama semua warga
masyarakat. Setiap warga harus mendukung upaya penyelesaian
tersebut. Turut ronda malam di lingkungan merupakan contoh
keterlibatan warga dalam mengatasi masalah sosial.
2) Bentuk-bentuk Masalah Sosial dan Pribadi
Contoh-contoh masalah sosial yaitu kejahatan (pencurian,
permpokan, dan lain-lain), masalah kependudukan, becana alam,
kerusakan lingkungan, dan lain-lain. Sedangkan contoh-contoh
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
32
masalah pribadi yaitu dimarahi orang tua, tidak mengerjakan
PR, nilai ulangan jelek, dihukum guru, dan lain-lain.
3) Mengenal masalah-masalah Sosial di Lingkungan Setempat
Kita tidak bisa bebas dari masalah-masalah sosial. Ada
banyak sekali masalah sosial. Contoh-contoh masalah sosial
yang ada di lingkungan setempat misalnya masalah
kependudukan, keamanan, sampah , kebakaran, pencemaran
lingkungan, ketidaktertiban, narkoba, pemborosan energi,
kelangkaan barang, ketidakdisiplinan.
Mata pelajaran IPS dapat digunakan sebagai salah satu
pembelajaran untuk menanamkan sikap toleransi pada siswa.
Pembelajaran IPS selain memberikan pengetahuan akademik
bagi siswa juga menekankan pada pengembangan diri siswa,
yaitu karakter. Dalam pembelajaran IPS, guru menggunakan
model pembelajaran untuk membuat siswa aktif sehingga mudah
dalam memahami materi pembelajaran. Selain itu, model
pembelajaran juga digunakan sebagai cara untuk menanamkan
karakter toleransi pada diri siswa selama proses pembelajaran.
Siswa yang memiliki sikap toleransi yang baik terhadap
siswa lain akan mudah untuk berinteraksi dengan siswa yang
lain. Dalam pembelajaran yang berlangsung, apabila siswa dapat
berinteraksi dengan baik terhadap siswa lain maka proses belajar
akan berlangsung dengan baik. Dalam proses belajar siswa,
maka akan terjadi interaksi untuk saling bertukar informasi
pembelajaran antar siswa.
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
33
Setiap siswa harus dapat menerima dan memberi
informasi pembelajaran dengan baik, menerima pendapat teman
dan juga saling menerima dalam kelompok agar dapat
bekerjasama.
Hal tersebut dapat membuat materi pelajaran yang diterima
dipahami dengan baik oleh siswa. Apabila siswa dapat
memahami materi pelajaran dengan baik, maka hal tersebut
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Kerangka Berpikir
Kondisi awal siswa sebelum dilakukan perbaikan adalah siswa memiliki
sikap toleransi yang rendah kepada siswa lainnya, hal ini dapat dilihat saat
pembelajaran. Selain itu, dalam mata pelajaran IPS materi yang disajikan
terlalu banyak, dan merupakan materi hafalan, membuat siswa tidak
maksimal mengikuti pembelajaran. Dalam pembelajaran juga masih berpusat
pada guru, guru yang selalu menjelaskan materi. Hal ini menyebabkan siswa
kurang aktif.
Kegiatan proses perbaikan pembelajaran, guru menggunakan model
pembelajaran Take and Give. Pembelajaran tersebut akan membuat siswa
aktif mengikuri proses pembelajaran. Pada prosesnya, pembelajaran ini
berupa menerima dan memberi dengan sintaks, menuntut siswa mampu
memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan temannya. Selain itu,
pembelajaran ini juga dapat membantu siswa untuk meningkatkan sikap
toleransinya terhadap siswa lain, dengan menerima pendapat temannya,
menerima dalam kelompok, dan lainnya.
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
34
Pembelajaran menggunakan model Take and Give ini diduga sikap
toleransi dan prestasi belajar siswa dapat meningkat. Berdasarkan uraian di
atas maka alur kerangka berfikir dalam penelitian ini disajikan gambar
berikut ini:
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian
Sikap toleransi
dan prestasi
belajar siswa
rendah
Guru
menggunakan
metode ceramah
Kondisi Awal
Siklus I Guru
menggunakan
model
pembelajaran
Take and Give
Tindakan
Siklus II
Sikap toleransi
dan prestasi
belajar siswa
meningkat
Kondisi
Akhir
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
35
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Sari Asih (2013) dengan judul “Upaya
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS Materi Perkembangan
Teknologi Melalui Model Pembelajaran Take and Give di Kelas IV SD N
Karangmangu” menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran
menggunakan model tersebut sikap toleransi dan prestasi belajar siswa
meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya persentase yang ditunjukan
dari hasil angket siswa. Dan hasil dari pembelajaran yaitu nilai rata-rata pada
siklus I sebesar 67,33 dengan 13 siswa memperoleh nilai di atas KKM dan 11
siswa belum tuntas KKM, dengan KKM 64. Sedangkan pada siklus II nilai
rata-rata yaitu sebesar 72,3 dengan 21 siswa tuntas KKM dan 3 siswa belum
tuntas KKM.
Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyaningsih (2014) dengan judul
“Keefektifan Model Take and Give Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar
IPA” menunjukkan bahwa penggunaan model Take and Give efektif untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA di kelas V SD Negeri 02
Gancang, Banyumas. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen,
dimana terdapat perbedaan antara aktivitas dan hasil belajar siswa yang
menggunakan model Take and Give dengan aktivitas dan hasil belajar siswa
yang menggunakan model konvensional. Dan perbedaan tersebut ditunjukkan
dengan meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa menggunakan model
Take and Give.
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016
36
Kedua penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini karena meneliti
variabel yang sama yaitu prestasi belajar dan juga penggunaan model
pembelajaran Take and Give. Dari penelitian tersebut juga membuktikan
bahwa model pembelajaran Take and Give dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa dan efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka dapat
peneliti rumuskan hipotesis tindakannya, yaitu “terdapat peningkatan sikap
toleransi dan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS kelas IV materi
mengenal Permasalahan Sosial di Daerahnya melalui model pembelajaran
Take and Give”.
Peningkatan Sikap Toleransi…, Devika Jeny Pralisha, FKIP UMP, 2016