bab ii kajian pustaka a. 1.repository.upi.edu/48162/11/s_pkk_1403142_chapter2.pdf · pada fase ini...
TRANSCRIPT
Firqin Tsabit Dzakadyana, 2019 KONSUMSI SUSU PADA REMAJA PUTRI DI KECAMATAN PADALARANG KABUPATEN BANDUNG BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Remaja Putri
1. Pengertian Remaja Putri
Istilah adolescenre atau remaja berasal dari kata Latin adolescere yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence yang
digunakan pada saat ini mempunyai arti yang lebih luas, mencakup
kematangan mental emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan
oleh Piaget (Dalam Hurlock, 1980, hlm. 206) mengatakan bahwa secara
psikologis masa remaja merupakan masa dimana anak sudah dapat berintegrasi
dengan masyarakat dewasa dan sudah tidak merasa berada di bawah tingkat
orang yang lebih tua. Pada fase ini remaja akan mengalami banyak perubahan
dan salah satu perubahan yang paling mencolok adalah perubahan intelektual.
Perubahan intelektual dapat terlihat dari cara berpikir remaja yang sudah
mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang merupakan ciri
khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Pada umumnya masa remaja dianggap dimulai pada saat anak-anak
mengalami kematangan seksual dan akan berakhir ketika ia mencapai usia
matang secara hukum. Namun, penelitian tentang perubahan perilaku, sikap
dan nilai – nilai sepanjang masa remaja tidak hanya menunjukan bahwa setiap
perubahan terjadi lebih cepat pada awal masa remaja, tetapi juga menunjukan
bahwa perubahan perilaku yang terjadi berbeda dengan perubahan perilaku
pada akhir masa remaja. Dengan merujuk penelitian tersebut masa remaja
dibagi menjadi dua bagian yaitu awal masa remaja dan akhir masa remaja.
Awal masa remaja berlangsung pada umur tiga belas tahun sampai dengan
enam belas tahun, dan masa akhir remaja berlangsung dari enam belas tahun
sampai dengan delapan belas tahun. (Hurlock, 1980, hlm.206).
2. Kecukupan Gizi Remaja Putri
Tubuh membutuhkan berbagai macam zat gizi agar tetap sehat, zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral dan air. Akan tetapi untuk menjaga kehatan tubuh, seseorang tidak
Firqin Tsabit Dzakadyana, 2019 KONSUMSI SUSU PADA REMAJA PUTRI DI KECAMATAN PADALARANG KABUPATEN BANDUNG BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
cukup hanya mengkonsumsi zat gizi tersebut. Asupan gizi tersebut harus dalam
jumlah yang cukup, tidak terlalu banyak dan juga tidak kurang. Akan tetapi
9
kebutuhan zat gizi setiap orang pasti berbeda satu dengan yang lain, oleh
karena itu standar kecukupan tubuh ditetapkan dalam AKG (Angka Kecukupan
Gizi), yang dirumuskan oleh para pakar dibidangnya melalui Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). Angka kecukupan gizi berubah dari waktu
ke waktu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan temuan hasil
penelitian yang terkait dengan kecukupan gizi dan kesehatan masyarakat.
Kartono, dkk (2012, hlm. 3) menyatakan bahwa “AKG merupakan angka
kecukupan zat gizi setiap hari menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh dan aktivitas untuk mencegah terjadinya kekurangan ataupun kelebihan
gizi”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penetapan angka AKG sudah
disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan seseorang dalam keadaan sehat.
Dengan meningkatnya pemahaman peran gizi dalam kesehatan yang semakin
baik, penetapan standar makanan untuk memelihara kesehatan mengalami
perkembangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut tubuh membutuhkan berbagai macam zat
gizi untuk mendukung pertumbuhannya, akan tetapi untuk memaksimalkan
pertumbuhan tersebut, tubuh membutuhkan zat gizi tersebut dalam jumlah
yang seimbang. AKG digunakan untuk memenuhi seluruh kebutuhan gizi
tersebut, AKG telah mencakup kebutuhan gizi untuk berbagai kalangan usia
dan jenis kelamin yang telah disesuaikan dengan rata-rata kebutuhan gizi pada
golongan tersebut. Kebutuhan gizi yang telah disesuaikan dengan rata-rata
kebutuhan asupan zat gizi di masyarakat disebut dengan kecukupan.
Remaja pada golongan ini sedang mengalami masa pertumbuhan capat atau
dikenal dengan fase growth spurt. Pada fase ini remaja tidak cukup hanya
dengan memenuhi kecukupan kalori karena mereka sedang dalam masa
pertumbuhan maksimal. Oleh karena itu remaja perlu memenuhi seluruh
kecukupan mereka seperti karbohidrat, lemak dan zat gizi lainnya terutama
protein dan kalsium yang dapat membantu pertumbuhan mereka. Menurut
Kementrian Kesehatan RI (2014, hlm. 78) AKG remaja putri pada golongan
umur 13-15 tahun membutuhkan kecukupan energi sebesar 2125 kkal, 69 gram
protein, 71 gram lemak dan 292 gram karbohidrat untuk memenuhi
kecukupannya selama sehari. Untuk memudahkan pemenuhan kecukupan gizi
10
tersebut Kementrian Kesehatan RI (2014) dalam Pedoman Gizi Seimbang
(PGS) membuat anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi untuk
berbagai golongan umur dan jenis kelamin.berikut adalah anjuran jumlah porsi
untuk remaja putri golongan umur 13-15 tahun dapat dilihat pada tabel 2.1:
Tabel 2.1
Kecukupan Remaja Putri 13-15 tahun
Bahan Makanan Jumlah Porsi
Nasi 4 ½ P
Sayuran 3 P
Buah 4 P
Tempe 3 P
Daging 3 P
Susu 1 P
Minyak 5 P
Gula 2 P
Sumber : Kementrian Keseharan RI (2014, hlm. 88). Pedoman Gizi Seimbang Ket : P = Satuan Penukar Porsi
Remaja dianjurkan untuk memenuhi seluruh kecukupannya untuk
mendukung perkembangan pada fase growth spurt, oleh karena itu seluruh
kecukupan dianjurkan untuk dipenuhi agar pertumbuhannya maksimal.
Menurut tabel 2.1 pemenuhan kecukupan remaja putri pada golongan umu 13-
15 tahun ditunjukan dalam satuan P (porsi). Satuan porsi tersebut memiliki
angka yang berbeda tergantung dengan jenis dan golongan bahan tersebut.
Tabel 2.1 juga menunjukan bahwa remaja putri pada golongan umur 13-15
tahun masih membutuhkan konsumsi susu sebanyak satu bagian porsi, satu
bagian porsi susu setara dengan 200 ml susu sapi. 200 ml susu sapi
mengandung energi sebesar 122 kkal, 6.4 gram protein, 7 gram lemak, 8.6
kharbohidratdan dan 286 mg kalsium. Remaja pada golongan umur 13-15
tahun masih membutuhkan susu karena susu mengandung banyak kalsium.
Kalsium merupakan mineral yang memiliki peran penting dalam perkembagan
tubuh remaja. Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi yang
kuat. Pada masa pertumbuhan, terutama pada masa growth spurt. Pernyataan
ini diperkuat oleh pendapat Jafar, (2012, hlm. 5-6) yang menyatak
an bahwa kecukupan remaja dan dewasa muda putri adalah 600 – 700
mg/hari. Meskipun kalsium dapat diperoleh dari zat gizi lain, susu dan
olahannya merupakan sumber kalsium paling baik.
11
Dengan memenuhi kecukupan konsumsi susu, remaja putri sudah
memenuhi kebutuhan kalsium sebesar 286 mg. Jumlah tersebut memang masih
belum cukup untuk memenuhi kecukupan kalsium tersebut, akan tetapi
kalsium dapat diperoleh dari bahan lain seperti ikan, sayuran dan bahan
makanan lainnya. Dengan memenuhi kecukupan gizi dalam pedoman gizi
seimbang remaja putri akan mendapatkan asupan kalsium sebesar 649 mg.
Menurut Kementrian Keseharan RI (2014) dalam Pedoman Gizi Seimbang
(2014, hlm.55) menyatakan bahwa bahan penukar untuk susu merupakan susu
yang dikonsumsi dengan cara diminum secara langsung dan produk olahan
susu yang lain seperti keju, es krim dan olahan lainnya tidak termasuk dalam
anjuran pengganti susu. Bahan penukar yang dianjurkan untuk menggantikan
satu porsi susu dapat dilihat pada tabel 2.2 :
Tabel 2.2
Anjuran Bahan Penukar Satu Porsi Susu
Bahan Makanan Ukuran Rumah
Tangga (URT) Berat Dalam Gram
Susu sapi 1 gelas 200
Susu kerbau ½ gelas 100
Susu kambing ¾ gelas 185
Tepung susu whole 4 sendok makan 20
Tepung susu krim 4 sendok makan 20 Sumber : Kementrian Kesehehatan RI (2014, hlm.55). Pedoman Gizi Seimbang
Susu merupakan bahan pangan yang sangat bermanfaat bagi tubuh
khusunya sebagai sumber protein, lemak dan kalsium. Menurut Jafar (2012
hlm.5) Kalsium dapat diperoleh dari berbagai macam makanan seperti ikan,
kacang dan sayuran hijau, akan tetapi sumber kalsium terbaik adalah susu dan
hasil olahannya. Selain kalsium, susu juga mengandung berbagai zat gizi yang
dapat mendukung perkembangan remaja putri diantaranya adalah vitamin D
dan lemak. Vitamin D merupakan sumber vitamin utama untuk mendukung
pertumbuhan tulang dan lemak yang dikandung dalam susu akan mendukung
pelarutan vitamin D sehingga vitamin D dapat dicerna secara maksimal di
dalam tubuh.
Susu juga mengandung protein. protein merupakan zat gizi yang diperlukan
tubuh sebagai pembentuk, pengatur dan perbaikan jaringan dalam tubuh,
12
protein juga akan membantu pembentukan sel-sel otak sehingga protein sangat
dibutuhkan oleh remaja dan anak-anak pada masa kerkembagan.
Negara maju seperti negara bagian Barat sudah menjadikan susu
merupakan sumber utama kalsium masyarakat. Informasi tersebut juga
diperkuat dengan pendapat Khomsan (Dalam Hasibuan dkk, 2012, hlm. 2),
yang menyatakan “Di negara-negara Barat, kebiasaan minum susu telah
mendarah daging sejak anak masih kecil hingga dewasa, sedangkan di negara-
negara berkembang upaya penggalakan minum susu masih menghadapi
kendala status ekonomi penduduk yang umumnya rendah”. Meskipun susu
merupakan salah satu bahan makanan yang termasuk mahal, konsumsi susu
di Indonesia terus mengalami kenaikan.
3. Permasalahan Gizi Remaja Putri
Remaja memiliki beberapa masalah dalam pemenuhan kecukupan gizi
mereka terutama pada remaja putri. Remaja putri memiliki fase menstruasi
yang membuat mereka membutuhkan asupan zat gizi yang lebih banyak, akan
tetapi remaja putri pada umumnya sudah memperhatikan konsisi tubuh mereka
sehingga remaja mereka sering melewati waktu makan dan menghindari untuk
minum susu karena susu identik dengan minuman yang kaya akan kalori dan
lemak. Menurut Jafar (2012, hlm. 5-6) menyatakan bahwa “tubuh yang
langsing sering menjadi idaman bagi remaja ... menjadi penyebab masalah,
karena untuk memelihara kelangsingan tubuh mereka menerapkan pengaturan
pembatasan makanan secara keliru. Sehingga kebutuhan gizi mereka tak
terpenuhi. ... dan mendorong terjadinya gangguan gizi”. Presepsi tentang body
image ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya asupan
gizi para remaja, khususnya remaja putri. kurangnya pemahan tentang gizi
tersebut dapat menggangu pertumbuhan remaja dan dapat menimbulkan
berbagai masalah kesehatan. Berikut adalah beberapa maslah gizi yang biasa
dialami pada masa remaja :
a. Anemia
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap
penyakit anemia. Anemia adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya
hemoglobin (sel darah merah) didalam tubuh. Jafar (2012, hlm. 9) juga
13
mengungkan bahwa “Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang
rawan menderita anemia. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal”.
b. Anorexia Nervosa
Penyakit ini lebih mendekati penyakit kejiwaan bila dibandingkan dengan
penyakit fisik. Anorexia Nervosa merupakan penyakit kejiwaan terjadi karena
ketakutan yang berlebihan terhadap berat badan berlebih yang mengakibatkan
orang tersebut membatasi makan. Menurut Krisnani, dkk (2008, hlm 11)
“Anoreksia nervosa yaitu sebuah gangguan makan yang ditandai dengan
penolakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang
berlebihan... Anoreksia nervosa merupakan sebuah penyakit kompleks yang
melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal”.
Penyakit ini menyebabkan penderitanya menolak untuk makan dikarenakan
ketakutan yang berlebih dan keinginan untuk memperlangsing tubuh mereka.
penyakit ini sangat berbahaya terutama untuk remaja putri yang sedang
menjalani proses pertumbuhan karena penyakit ini akan menyebabkan
penderitanya tidak dapat memenuhi seluruh kecukupan gizi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan mereka seperti protein, lemak dan kalsium yang
terkandung dalam susu.
c. Bulimia Nervosa
Serupa dengan Anorexia nervosa, Bulimia nervosa lebih mendekati
penyakit kejiawaan daripada penyakit fisik. Bulimia nervosa merupakan
sebuah kelainan cara makan yang terlihat dari kebiasaan makan berlebihan
yang terjadi secara terus menerus yang sering terjadi pada wanita. Kelainan
tersebut biasanya merupakan suatu bentuk penyiksaan terhadap diri sendiri
dimana penderita memuntahkan makanan yang telah ia makan dan olahraga
yang berlebihan juga merupakan ciri umum dari sang penderita. (Krisnani,
dkk, 2008, hlm 12)
Presepsi tentang body image yang baik memang penting untuk
mendapatkan tubuh yang ramping dan ideal, akan tetapi presepsi body image
memerlukan pengetahuan gizi yang baik agar remaja dapat terhindar dari
berbagai penyakit akibat diet yang tidak baik, diet yang baik adalah diet yang
14
mengatur pola dan jumlah konsumsi makanan yang seimbang untuk mencapai
berat badan dan kondisi tubuh yang ideal baik untuk menurunkan ataupun
menaikan berat badan. Untuk dapat menjalani pola diet yang baik Kementrian
Kesehatan RI telah menyusun Pedoman Gizi Seimbang untuk mempermudah
masyarakat untuk memenuhi kecukupan gizinya. Menurut Kementrian
Kesehatan RI (2014, hlm. 87 - 90) setiap orang perlu dianjurkan untuk
mengkonsumsi susu. Susu tercantum di dalam tabel anjuran jumlah porsi di
setiap golongan umur mulai dari anak usia 0-15 tahun dan lansia mulai dari
umur 50 tahun keatas. Selain itu ibu hamil dan ibu menyusui juga memerlukan
susu untuk memenuhi kecukupan gizi mereka. dari penjelasan tersebut dapat
dilihat bahwa susu merupakan bahan makanan yang penting untuk semua
golongan umur dan jenis kelamin, oleh karena itu susu disarankan untuk
dikonsumsi untuk memenuhi kecukupan gizi masyarakat.
B. Konsumsi Susu Remaja Putri
1. Pengertian Susu
Susu merupakan produk cair berwarna putih hasil dari pemerahan hewan
seperti sapi, kambing dan lainnya yang dapat dikonsumsi maupun dijadikan
sebagai bahan makanan yang sehat. Walaupun susu dapat dikonsumsi
langsung dari pemerahan, produk ini masih belum aman untuk dikonsumsi
karena ada kemungkinan susu hasil dari pemerahan mengandung bakteri
patogen yang dapat mengganggu kesehatan manusia (Firman, 2010, hlm 75).
Istilah susu sudah dikenal oleh semua orang mulai dari anak-anak sampai
dewasa. Menurut Standar Nasional Indonesia, (dalam Firman, 2010, hlm, 76)
susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang
diperoleh dengan cara yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi
atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun.
Hasibuan (2012, hlm.5) menyatakan bahwa “Minum susu minimal 2 kali
sehari (2 gelas) dapat memenuhi sebagian kebutuhan zat gizi anak, terutama
protein, lemak dan kalsium. Dari hasil penelitian, anak yang umumnya minum
susu 2 gelas sehari cenderung akan memiliki tubuh normal”. Kebiasaan
minum susu siswa sebanyak ½ gelas sehari kurang baik karena minum susu
yang dianjurkan dan baik untuk kesehatan yaitu 2 kali (2 gelas) setiap hari.
15
Menurut Kementrian Kesehatan RI damam Pedoman Gizi Seimbang
(2014, hlm 55). Kecukupan susu adalah satu porsi bahan penukar atau setara
dengan 200 ml susu sapi. Bahan penukar yang dianjurkan untuk memenuhi
kecukupan susu adalah susu sapi, susu kambing, susu kerbau, tepung susu
whole dan tepung susu krim. Sedangkan menurut Utami (2009, hlm. 11-14)
jenis susu yang beredar di pasaran diantaranya adalah susu cair, susu bubuk
dan susu kental manis, akan tetapi menurut BPOM susu kental manis tidak
dapat dikategorikan sebagai susu.
a. Susu Cair
Gambar 2.1 Susu Cair
Sumber : https://cdn.idntimes.com
Susu segar adalah cairan yang diperoleh dari ambing sapi, kerbau, kuda,
kambing atau domba dan hewan ternak penghasil susu lainnya yang sehat dan
bebas dari kolostrum. Kandungan gizi dalam susu segar belum mengalami
perubahan karena susu segar belum mendapat perlakuan apapun selain
pendinginan (Utami, 2009, hlm 11). Firman (2010, hlm 75) menyatakan
bahwa walaupun susu dapat dikonsumsi langsung dari pemerahan, produk ini
masih belum aman untuk dikonsumsi karena ada kemungkinan susu hasil dari
pemerahan mengandung bakteri patogen yang dapat mengganggu kesehatan
manusia. Susu segar yang diperoleh dari hewan ternak penghasil susu
memiliki kandungan gizi yang berbeda tergantung dari jenis hewan ternak
penghasil susu tersebut. Perbedaan kandungan susu segar menurut Agustina,
(2007, hlm 5) dapat dilihat pada tabel 2.3 :
Tabel 2.3
Perbandingan kandungan susu sapi dan kambing:
No Kandungan
Nutrisi Unit
Susu
Sapi
Susu
Kambing
1. Protein % 3.0 3.0
2. Lemak % 3.6 3.8
3. Kalori /100 ml 69 70
16
No Kandungan
Nutrisi Unit
Susu
Sapi
Susu
Kambing
4. Vitamin A i.u/gram fat 21 39
5. Vitamin B1 Ug/100 ml 45 68
6. Riboflavin Ug/100 ml 159 210
7. Vitamin C Mg acid
askorbat/ 100 ml 2 2
8. Vitamin D i.u/gram fat 0.7 0.7
9. Calcium (Ca) % 0.18 0.19
10. Besi (Fe) % 0.06 0.07
11. Phospor (P) % 0.23 0.27
12. Cholestrol Mg/100 ml 15 12
13. Kasein % 2.4 2.6
Sumber : Firman, A. (2010, hlm 76). Agribisnis Sapi Perah.
Menurut Utami (2009, hlm 12-13) produk susu yang termasuk kedalam
produk susu cair adalah susu UHT, susu steril, susu rendah lemak.
1) Susu Sapi UHT
Gambar 2.2 Susu Sapi UHT
Sumber : http://foodforkids.co.id/web/photo/Susu.jpeg
Susu UHT merupakan salah satu produk susu yang paling umum dijumpai
di pasaran. susu UHT merupakan produk susu yang diperoleh dari pengolahan
susu segar, susu rekonstitusi atau susu rekombinasi yang distrerilkan dalam
suhu 135°C atau lebih selama 2 detik sebelum susu dikemas (Utami, 2009,
hlm 12).
2) Susu Sapi Steril
Gambar 2.3 Susu Sapi Steril
Sumber : https://www.bukalapak.com
17
Susu Steril merupupakan produk susu cair yang diperoleh dari susu segar
atau susu rekonstitusi atau susu rekombinasi yang dipanaskan dalam suhu
lebih dari 100°C sesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk mensterilkan
susu tersebut, susu steril dikemas dalam keadaan hermetis (kedap udara)
(Utami, 2009, hlm 12). Susu UHT dapat dikategorikan sebagai susu steril bila
susu disimpan dalam tempat yang tela disterilkan terlebih dahulu (Agustina,
2007, hlm. 6).
3) Susu Sapi Rendah Lemak
Gambar 2.4 Susu Sapi Rendah Lemak
Sumber : https://d3t543lkaz1xy.cloudfront.net/
Susu rendah lemak atau susu lowfat merupakan produk susu yang telah
dihilangkan sebagian kandungan lemaknya . kandungan lemak dalam susu ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan susu UHT, kadar lemak dalam susu ini
hanya sekitar 1,25%. (Utami, 2009, hlm 12).
b. Susu Sapi Bubuk
Gambar 2.5 Susu Sapi Bubuk Sumber : https://sc01.alicdn.com
Widodo (dalam Agustina 2007, hlm.6), menyatakan bahwa susu bubuk
merupakan salah satu contoh pengolahan dan pengawetan susu dengan tujuan
menurunkan kadar air susu dari 88% (susu segar) menjadi 3% (susu bubuk)
dengan cara pengeringan semprot. Firman, (2010, hlm. 84-85) menyatakan
bahwa “Susu bubuk merupakan hasil pengeringan dari susu segar. Pada
18
zaman sekarang susu bubuk sering digunakan untuk susu bayi dan susu untuk
lansia. Susu bubuk umumnya sudah ditambah dengan zat additive dengan
tujuan untuk menambah nilai gizi susu tersebut, terutama untuk susu anak usia
1 – 2 tahun”.
Sama seperti susu cair, susu bubuk juga dibagi menjadi beberapa jenis
berdasarkan kandungan gizi yang terkandung di dalamnya. Menurut yang
termasuk kedalam produk susu bubuk adalah susu bubuk full cream dan susu
skim bubuk.
1) Susu Sapi Bubuk fullcream
Gambar 2.6 Susu Sapi Bubuk fullcream Sumber : https://cf.shopee.co.id
Susu bubuk full cream merupakan produk susu berbentuk bubuk yang
diperoleh dari pengolahan susu cair atau hasil pencampuran susu cair dengan
susu krim bubuk yang telah menjalani proses pasteurisasi dan proses
pengeringan. (Utami 2007, hlm 13).
2) Susu Sapi Bubuk Rendah Lemak
Gambar 2.7 Susu Sapi Bubuk Rendah Lemak Sumber : https://cdn-images-1.medium.com
Susu bubuk rendah lemak merupakan produk susu yang berbentuk bubuk
yang telah dikurangi kandungan lemaknya sebelum dilakukan proses
pengeringan. Proses pemisahan lemak dilakukan dengan menggunakan alat
pemisah krim (cream separator).
19
c. Susu Kambing
Gambar 2.8 Susu Kambing Sumber : https://www.nagaswarafm.com
Bila dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing mengandung protein
susu utama (beta kasein), kalsium, linoleat, arakidonat, dan triptopan yang
lebih banyak. Susu kambing memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh jenis
susu lainnya diantaranya adalah susu kambing tidak mengandung senyawa
alergen atau senya pemicu reaksi alergi (beta lactoglobulin), memiliki ph
yang tinggi (alkali), dan susu kambing lebih mudah untuk dicerna bila
dibandingkan dengan susu sapi kerena susu kambing memiliki rantai asam
lemak yang lebih pendek dengan ukuran molekul yang lebih halus.
Kandungan lemak, protein, dan kalsiumnya pun lebih tinggi bila
dibandingkan dengan susu sapi. (Nuraini, D. 2017, hlm. 230 ).
d. Susu Kerbau
Gambar 2.9 Susu Kerbau
Sumber : https://2.bp.blogspot.com
Susu kerbau memilik kandungan gizi yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan susu sapi, akan tetapi produksi susu kerbau sangatlah rendah bila
dibandingkan dengan susu sapi. Kerbau hanya menghasilkan 1-1,5 liter susu
perkerbau sedangkan sapi dapat menghasilkan sekitar 12 liter per hari.
Sebagian besar ternak kerbau masih dikelola oleh rakyat dan masih belum
20
tersentuh oleh teknologi sehingga produk susu kerbau belum mementingkan
kualitas. (Darmayanthi, 2014, hlm. 68).
Menurut Utami (2009, hlm. 13) susu kental manis masih merupakan
produk susu, namun menurut Kementrian Kesehatan RI dalam Pedoman Gizi
Seimbang, susu kental manis tidak termasuk kedalam produk yang disarankan
sebagai pengganti susu dan susu kental manis. Susu kental manis memiliki
kandungan gula yang sangat tinggi, komposisi gula dalam susu kental manis
adalah 62,5% (Agustina, 2007, hlm. 7). Sutari (2018, 7 April) mengatakan
bahwa “BPOM menegaskan bahwa susu kental manis bukan produk susu.
Saat dihubungi oleh CNNIIdonesia.com, kepala BPOM Penny Lukito
menyebut surat edaran tersebut dikeluarkan untuk melindungi konsumen,
khususnya anak-anak”. Edaran tersebut juga disebarkan agar tidak terjadi lagi
kekeliruan yang mengiklankan susu kental manis sebagai produk susu.
Perbedaan kandungan gizi berbagai macam jenis susu dapat dilihat pada tabel
2.4 :
Tabel 2.4
Perbandingan Kandungan Produk Susu per 100 Gram Bahan
Jenis Susu Energi Protein Lemak Kharbo Kalsium
Susu sapi 61 3,2 3,5 4,3 143
Susu kambing 64 4,3 2,3 6,6 98
Susu kerbau 160 6,3 12 7,1 216
Susu Bubuk 509 24,6 30 36,2 904
Tepung susu krim 160 6,3 12 7,1 216
Susu kental manis 336 8,2 10 55 275
Berdasarkan data tabel 2.4, susu sapi memiliki kandungan gizi sebanyak 62
kkal energi, 3,2 gram protein, 3,5 gram lemak, 4,3 gram karbohidrat dan 143
mg kalsium. Bila dibandingkan dalam jumlah kalori yang sama, susu sapi
merupakan jenis susu yang paling kaya akan zat gizi. Bila dibandingkan, susu
kambing mengandung kandungan protein dan karbohidrat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan susu sapi, akan tetapi susu kambing hanya mengandung
98 mg kalsium. Dengan demikian susu sapi. Susu kental manis merupakan
jenis produk yang diiklankan sebagai produk susu, namun susu kental manis
memiliki kandungan karbohidrat yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan
jenis susu lain. Susu kental manis juga memiliki kandungan protein dan
21
kalsium yang paling rendah. Dengan demikian susu kental manis tidak
dianjurkan sebagai bahan makan pengganti susu untuk pemenuhan kecukupan
remaja putri.
Meskipun susu memiliki banyak kelebihan dan merupakan salah satu
bahan makanan yang dianjurkan untuk memenuhi kecukupan gizi, konsumsi
susu di Indonesia masih sangat rendah Menurut Kementrian Kesehatan RI
(2014) di dalam Pedoman Gizi Seimbang remaja pada umur 13-15 tahun
masih membutuhkan asupan susu untuk memenuhi kecukupannya, akan tetapi
menurut Kementerian Pertanian (2016) konsumsi susu perkapita rakyat
Indonesia hanya 11.8 liter per tahun. Meskipun konsumsi susu di Indonesia
telah meningkat setiap tahunnya, angka ini sangat rendah bila dibandingkan
dengan negara tetangga seperti Malaysia mencapai 36.2 liter per tahun,
Myanmar 26.7 liter per tahun dan Thailand 22.2 liter per tahun., Khomsan
(dalam Hasibuan dkk, 2012, hlm. 2) menyatakan bahwa “konsumsi susu di
Indonesia hanya setengah gelas per minggu setiap orang. Meskipun angka
konsumsi susu terus naik pada periode tahun 2005 – 2007, konsumsi susu di
Indonesia masih sangat rendah pada tahun 2016”.
Angka konsumsi susu di Indonesia ini sangatlah rendah dan tidak dapat
memenuhi kecukupan remaja putri pada golongan 13-15 tahun yang
membutuhkan 200 ml susu sapi setiap harinya. Kekurangan asupan susu ini
dapat menyebabkan berbagai masalah pada remaja putri diantaranya adalah
rapuhnya tulang dan lebih rentan terkena penyakit tulang. Selain kurangnya
konsumsi susu, mayoritas susu yang dikonsumsi di Indonesia adalah susu
bubuk. Menurut Anggraini (2012, hlm. 9) menyatakan bahwa “Susu yang biasa
dikonsumsi oleh orang Indonesia adalah susu sapi, baik berupa bubuk, cair,
atau kental manis. Namun demikian, menurut data kebanyakan masyarakat
Indonesia lebih menyukai mengkonsumsi susu bubuk”.
Susu bubuk memiliki kandungan zat gizi yang lebih padat. Perbedaan kalori
yang mencolok tersebut diakibatkan oleh perbedaan tingkat konsentrasi gizi
dalam susu tersebut. Berbeda dengan susu cair yang dapat diminum secara
langsung, umumnya susu bubuk dicampurkan dengan air sebelum dikonsumsi
sehingga jumlah susu bubuk akan dikonsumsi dalam jumlah yang lebih sedikit.
22
Menurut Kementrian Kesekatan RI (dalam Pedoman Gizi Seimbang, 2014
hlm 55) 4 sendok makan atau 20 gram susu bubuk setara dengan 1 gelas atau
200 ml susu sapi. Dengan melihat data tersebut dapat disimpulkan bahwa 1
gram susu bubuk dapat disetarakan dengan 10 ml susu sapi. Akan tetapi bila
melihat perbandingan kandungan zat gizi, susu sapi memiliki kandungan gizi
yang lebih tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa susu cair lebih unggul
bila dibandingkan dengan jenis susu lain. Namun demikian, menurut Fabiosa
(dalam Anggraini, 2012, hlm. 9) kebanyakan masyarakat Indonesia lebih
menyukai mengkonsumsi susu bubuk. Susu bubuk banyak dikonsumsi
masyarakat Indonesia karena sifatnya yang lebih tahan lama dan praktis.
2. Manfaat susu
Selain memiliki kandungan nutrisi yang diperlukan untuk tubuh, susu
juga memiliki berbagai manfaat untuk tubuh. Menurut Nuraini (2017, hlm.
232) susu sapi memiliki banyak kelebihan untuk tubuh manusia diantaranya
adalah memperkuat, membantu pertumbuhan tulang dan mencegah anemia.
Susu sangat baik untuk dikonsumsi remaja terutama remaja yang sedang
mengalami masa pertumbuhan atau growth spurt. selain dapat membantu
pertumbuhan para remaja, susu juga dapat membantu remaja khususnya
remaja putri untuk menghindari penyakit anemia karena susu mengandung
berbagai zat gizi yang bermanfaat untuk tubuh seperti protein, zat besi,
kalsium dan vitamin D.
Susu merupakan sumber protein hewani yang mengandung zat besi, jenis
protein susu juga merupakan sumber protein yang lebih mudah dicerna oleh
tubuh karena susu sapi memiliki asam amino esensial yang lebih banyak dan
lebih lengkap dibanding dengan protein nabati. Susu juga merupakan salah
satu sumber protein yang baik karena susu mudah dicerna dalam tubuh.
Gibney, Vorster & Kok, (dalam Kartono 2012, hlm 4) menyatakan bahwa
“semakin rendah kandungan serat dan lembut tekstur suatu jenis pangan
sumber protein semakin baik mutu proteinnya”. Protein juga berperan dalam
perkembangan tubuh anak anak dan remaja yang sedang mengalami masa
growth spurt. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat IOM (dalam Kartono
2012, hlm 4) yang menyatakan bahwa “Bayi dan anak-anak yang berada
23
dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat membutuhkan
protein lebih banyak perkilogram berat badannya dibanding orang dewasa.
Untuk mendukung pertumbuhan tubuh juga membutuhkan asupan
kalsium dan vitamin D yang cukup untuk mendukung pertumbuhan tulang
remaja. Susu dan olahannya juga merupakan sumber kalsium terbaik karena
susu memiliki seluruh zat gizi yang diperlukan(Jafar 2012, hlm.5). Kalsium
dibutuhkan tubuh untuk memperkuat dan membantu pertumbuhan tulang.
Menurut Jafar (2012, hlm 5) remaja putri membutuhkan asupan kalium
sebanyak 600-700mg per hari untuk mendukung tumbuh kembang mereka.
sedangkan menurut Kementrian Kesehatan RI (2014, hlm 93) anjuran minum
susu dalam sehari adalah 200 gram atau setara dengan satu gelas susu.
Kandungan kalsium dalam susu saja tidak akan cukup untuk memenuhi
kecukupan kalsium tersebut karena susu sapi sebanyak 200 gram hanya
mengandung 286 mg kalsium. Oleh karena itu Kementrian Kesehatan RI
menganjurkan konsumsi bahan makanan lainnya untuk memenuhi kecukupan
tersebut. Dengan mengikuti anjuran makan sehari menurut Kementrian
Kesehatan RI tersebut remaja dapat memenuhi seluruh kecukupan mereka
termasuk kecukupan kalsium karena total asupan kalsium menurut anjuran
golongan remaja 13-15 tahun adalah 649 mg. Dengan melihat data diatas,
dapat disimpulkan bahwa anjuran konsumsi tersebut dapat memenuhi seluruh
kecukupan remaja dalam golongan umur 13-15 tahun.
C. Penelitian Terdahulu
Remaja putri pada golongan 13-15 tahun pada umumnya sedang menjalani
fase growth spurt remaja pada fase ini memiliki kecukupan khusus untuk
mendukung perkembangannya. Berbeda dengan remaja pada golongan 15
tahun keatas, remaja putri pada golongan ini masih membutuhkan konsumsi
susu untuk memenuhi kecukupan gizi mereka. Susu merupakan sumber kalsium
terbaik yang dapat membantu pertumbuhan remaja di masa growth spurt. Pada
fase ini remaja akan mengalami pertumbuhan maksimal dimana pertumbuhan
mereka akan sangat terlihat. Oleh karena itu konsumsi susu untuk remaja yang
sedang berada di dalam masa pertumbuhan harus sangat diperhatikan mulai dari
jenis, jumlah dan frekuensi konsumsi susu tersebut. Adapun penelitian relevan
24
dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai Konsumsi Susu Remaja Putri
di Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat :
Menurut Penelitian Agustina (2007) dengan judul Analisis Pola Konsumsi
Susu Bubuk, Susu Kental Manis dan Susu Cair Konsumen Rumah Tangga.
Penelitian dilakukan di Perumahan Taman Pagelaran, Kelurahan Padasuka,
Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Dengan menggunakan rumah tangga
yang mengkonsumsi susu (bubuk, cair atau kental) di Komplek Perumahan
Taman Pagelaran sebagai populasi penelitan. pengambilan sampel dari
penelitan ini dilakukan dengan menggunakan metode multistage purposive
sampling. Dalam penelitiannya Agustina mengungkapkan bahwa Susu
merupakan salah satu bahan makanan asal hewan yang sangat penting bagi
manusia karena kandungan gizinya yang tinggi. Hal itu menyebabkan susu
banyak dipilih untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Akan tetapi
dikarenakan sifat susu yang mudah rusak oleh mikroorganisme atau senyawa
pembusukan lain, menyebabkan perlunya pengolahan pada susu supaya lebih
tahan lama serta aman dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang. Seiring
dengan perkembangan teknologi di bidang pengolahan hasil ternak, maka susu
dapat diolah sedemikian rupa sehingga lebih tahan lama tanpa mengurangi nilai
gizi yang terkandung didalamnya. Produk susu olahan yang telah mengalami
perkembangan teknologi antara lain: susu pasteurisasi, susu ultra high
temperature (UHT), susu skim, susu bubuk, susu kental, yoghurt, mentega dan
es krim. Hasil penelitaan ini menunjukan bahwa 45% hanya mengkonsumsi
susu bubuk, 16,67% hanya mengkonsumsi susu kental manis, 8,33 Hanya
mengkonsumsi susu cair dan sisa sample mengkonsumsi beragam jenis susu.
Menurut Penelitian Hasibuan (2012) dengan judul Gambaran Prilaku
Konsumsi Susu Pada Siswa SMP Ar-Rahman Medan Tahun 2012. Jenis
penelitian yang diadakan merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif
dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh siswa
SMP Ar-Rahman Medan tahun 2012 yaitu sebanyak. Sampel dalam penelitian
tersebut adalah sebagian siswa SMP Ar-Rahman Medan. Dalam penelitannya,
ia mengungkapkan bahwa konsumsi susu di Indonesia masih sangatlah rendah.
Di dalam penelitiannya juga dia mengungkapkan bahwa kebiasaan minum susu
25
sudah mendarah daging di negara-negara Barat dan lebih dari separuh remaja
di Amerika mengkonsumsi susu kurang dari sehari sekali sedangkan konsumsi
susu yang dianjurkan adalah tiga kali sekali. Sedangkan di Indonesia, rata-rata
konsumsi minum susu hanya sekitar setengah gelas per minggu untuk setiap
orang. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa proporsi riwayat konsumsi susu
yang baik hanya sebesar 53,3% dan konsumsi susu selama masa sekolah
mengalami penurunan seiring dengan peningkatan kelas. Berdasarkan survei
didapat ada sebesar 40 siswa dari 68 siswa kelas VIII tidak minum susu. Karena
rendahnya konsumsi susu pada anak sekolah. Hasil penelitian tersebut juga
menunjukan bahwa bahwa sebagian besar siswa minum susu setiap hari yaitu
42 orang (60%). Dari hasil penelitian, Hasibuan mengungkapkan bahwa anak
yang umumnya minum susu 2 gelas sehari cenderung akan memiliki tubuh
normal. Dari pembahasan tersebut peneliti berpendapat bahwa tindakan minum
susu siswa sebanyak 1/2 gelas sehari kurang baik.
Menurut Penelitian Anggraini (2012) dengan judul Konsumsi Susu dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Balita di Wilayah Kelurahan
Pekayon Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2012. Penelitian
dilaksanakan di wilayah Kelurahan Pekayon. Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian tersebut adalah cross sectional dengan sample orang tua yang
memiliki balita umur 13-59 bulan. Mengungkapkan bahwa susu adalah salah
satu jenis makanan dan minuman yang memiliki kandungan gizi yang cukup
lengkap yang diperlukan oleh semua kelompok umur, akan tetapi di dalam
Pedoman Gizi Seimbang, susu tidak didetaikan kedudukannya, seperti dalam
anjuran Empat Sehat Lima Sempurna. Kedudukan susu dalam gizi seimbang
hanya masuk ke dalam kelompok pangan hewani. Sedangkan di Thailand,
konsumsi susu setiap hari dengan kualitas dan kuantitas yang disesuaikan
dengan umur yang telah dianjurkan dalam petunjuk gizi seimbang. Sementara
itu konsumsi susu di Indonesia masih tergolong rendah. Konsumsi susu
Indonesia adalah yang terendah di Asia, yakni rata-rata 11,9 liter/kapita/tahun.
Tingkat konsumsi susu yang rendah dapat disebabkan oleh beberapa hal.
diantaranya kurangnya ketersediaan susu siap minum, rendahnya produksi susu
dalam negeri, kurang terjangkaunya harga susu oleh sebagian masyarakat
26
Indonesia, dan kurangnya kesadaran bahwa meminum susu itu sangat baik.
Jenis susu yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah susu sapi,
baik berupa bubuk, cair atau kental manis. Namun demikian, menurut data
kebanyakan masyarakat Indonesia lebih menyukai mengkonsumsi susu bubuk.
Susu bubuk banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena sifatnya yang
lebih tahan lama dan praktis. Hasil penelitian Anggraini mengungkapkan bahwa
konsumsi susu dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jumlah iklan susu,
pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan sebagainya.
Menurut penelitian Kim, dkk dengan judul Effect of Milk and Milk Products
Consumption on Physical Growth and Bone Mineral Density in Korean
Adolescents (2013). Penelitian tersebut dilakukan untuk meneliti hubungan
antara konsumsi kalsium dari susu dan turunannya dengan pertumbuhan fisik
dan kepadatan tulang 664 remaja pada golongan umur 15-17 tahun. dalam
penelitiannya Kim menyatakan bahwa setelah menghitung kebutuhan kalsium
berdasarkan tinggi badan dan komposisi badan, kecukupan kalsium dalam susu
dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi 200 ml susu putih cair. Setelah
menganalisis kebutuhan susu Kim mengkategorikan konsumsi susu menjadi
tiga kelompok berdasarkan asupannya. Kelompok Q1 (asupan rendah), Q2
(asupan menengah) dan Q3 (asupan tinggi). Asupan kalsium dari ketiga
kelompok ini adalah 16,2 mg untuk kelompok Q1, 99,7 mg untuk kelompok
Q2 dan 284 mg untuk kelompok Q3. Hasil penelitian Kim menunjukan bahwa
kelompok Q1 memenuhi 30,5% kebutuhan kalsium perhari, Q2 memenuhi
sebanyak 42.3%, dan kelompok Q3 memenuhi 49.7% kebutuhan perhari.
Kecukupan konsumsi kalsium untuk remaja usia pada golongan umur 15-18
tahun di Korea adalah 800 mg per hari untuk remaja putri dan 900 mg per hari
untuk remaja putra. Penelitian tersebut juga menunjukan bahwa konsumsi susu
dan turunannya pada masa perkembangan, terutama untuk remaja putri, dapat
mendukung tingkat kepadatan tulang tanpa menaikan berat badan dan
membuktikan bahwa mengkonsumsi susu penting dalam masa
27
27