adu strategi - syamina.orgsyamina.org/uploads/reguler-juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke...

32
1 Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014 ADU STRATEGI AL-QAIDAH & AMERIKA SERIKAT DI SURIAH Suriah di sini merupakan kunci perubahan di Syam seluruhnya; yang mencakup Palestina yang terjajah. Syam di sini merupakan kunci perubahan bagi Dunia Arab dan selanjutnya bagi dunia Islam. Dengan izin Allah Ta’ala. (Abdullah bin Muhammad) Setelah melewati lebih dari tiga tahun konflik bersenjata, krisis Suriah belum juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. Bahkan dilihat dari aspek kemanusiaannya, krisis Suriah dapat dikatakan sebagai krisis terburuk selama beberapa dekade terakhir. Tidak seperti negara-negara Arab yang mengalami gejolak revolusi, Arab Spring di Suriah telah mencatat ‘rekor’ terlama dalam gelombang Revolusi Arab (Arab Spring). Banyak analis yang berusaha menjelaskan mengapa hal ini terjadi. DAFTAR ISI Adu Strategi Al-Qaidah & Amerika Serikat di Suriah 1 Membentuk Negara 15 ____________________________ ABOUT US Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian SYAMINA (LKS). LKS merupakan sebuah lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitik- beratkan pada metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis. Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami, kirimkan e-mail ke: [email protected]. Seluruh laporan kami bisa diunduh di website: www.syamina.org

Upload: buianh

Post on 12-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

1

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

ADU STRATEGI

AL-QAIDAH & AMERIKA SERIKAT DI SURIAH

Suriah di sini merupakan kunci perubahan di Syam seluruhnya; yang

mencakup Palestina yang terjajah. Syam di sini merupakan kunci perubahan

bagi Dunia Arab dan selanjutnya bagi dunia Islam. Dengan izin Allah Ta’ala.

(Abdullah bin Muhammad)

Setelah melewati lebih dari tiga tahun konflik bersenjata, krisis Suriah belum

juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok.

Bahkan dilihat dari aspek kemanusiaannya, krisis Suriah dapat dikatakan

sebagai krisis terburuk selama beberapa dekade terakhir. Tidak seperti

negara-negara Arab yang mengalami gejolak revolusi, Arab Spring di Suriah

telah mencatat ‘rekor’ terlama dalam gelombang Revolusi Arab (Arab

Spring). Banyak analis yang berusaha menjelaskan mengapa hal ini terjadi.

DAFTAR ISI

Adu Strategi Al-Qaidah &

Amerika Serikat di Suriah 1

Membentuk Negara 15

____________________________

ABOUT US Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari

Lembaga Kajian SYAMINA (LKS). LKS merupakan

sebuah lembaga kajian independen yang bekerja

dalam rangka membantu masyarakat untuk

mencegah segala bentuk kezaliman.

Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh

pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh

semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit

sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari

sekian banyak media yang mengajak segenap

elemen umat untuk bekerja mencegah

kezaliman.

Media ini berusaha untuk menjadi corong

kebenaran yang ditujukan kepada segenap

lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas

dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya

mengemukakan gagasan ilmiah dan menitik-

beratkan pada metode analisis dengan uraian

yang lugas dan tujuan yang legal.

Pandangan yang tertuang dalam laporan ini

merupakan pendapat yang diekspresikan oleh

masing-masing penulis. Untuk komentar atau

pertanyaan tentang publikasi kami, kirimkan

e-mail ke: [email protected].

Seluruh laporan kami bisa diunduh di website:

www.syamina.org

Page 2: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

2

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

Dari berbagai analisis tersebut dapat dirangkum

suatu benang merah, yaitu karena banyak aktor

yang bermain di Suriah, baik aktor negara maupun

non-negara. Masing-masing memiliki, merencana-

kan, dan mengimplementasikan strategi mereka

sendiri. Dari sini, Suriah dapat dapat dikatakan

sebagai ‘ajang kompetisi berbagai strategi’.

Tulisan ini berusaha mengkaji strategi Al-Qaidah

dan Amerika Serikat (AS) di Suriah. Strategi ini

mencakup yang telah, sedang, atau akan

diimplementasikan, atau bahkan strategi baru

pada tahap sekadar wacana, yangmana

penerapannya berada di tangan penentu kebijakan

yang akan memutuskan untuk mengindahkan atau

mengabaikannya.

Letak Stratejik Suriah bagi Al-Qaidah dan AS

Suriah memiliki posisi yang begitu strategis bagi Al-

Qaidah. Posisi stratejik itu bahwa Suriah

merupakan gerbang menegakkan kembali khilafah

serta untuk membebaskan Palestina dari tangan

bangsa Yahudi. Posisi stratejik ini dapat ditangkap

dalam salah satu pesan audio Aiman Azh-

Zhawahiri. Aiman menegaskan bahwa jika

eksprimen jihad Suriah berhasil menuaikan hasil

dan berdiri Daulah Islamiyah di sana maka rezim-

rezim yang berkuasa di Syam (mencakup Suriah,

Yordania, Libanon, Palestina, dan Israel) akan

segera tumbang.

Aiman juga yakin bahwa jika Daulah Islamiyah bisa

tegak di Syam (Suriah) maka pintu untuk

mengembalikan khilafah dan pembebasan Baitul

Maqdis (Palestina) akan terbuka lebar. Selain itu

Aiman juga menyeru umat Islam di seluruh penjuru

dunia untuk memfokuskan dukungan mereka pada

jihad Syam dengan semaksimal mungkin; baik

berupa dukungan personil, finansial, ide, serta

berbagai keterampilan dan keahlian yang mereka

miliki.

Posisi strategis Suriah ini juga dikuatkan oleh

seorang pemikir strategis jihadi yang menggunakan

nama pena Abdullah bin Muhammad. Dalam

kumpulan catatan strategisnya yang sebenarnya

ingin dihadiahkan kepada Usamah bin Laden, Amir

Al-Qaidah Pusat, Abdullah bin Muhammad

berpendapat bahwa salah satu dari dua negara

yang memungkinkan untuk ditegakkannya lagi

khilafah adalah Syam (yang mencakup Yordania,

Libanon, Palestina, Isreal, dan yang paling penting

Suriah dengan Damaskus sebagai ibukotanya yang

juga merupakan ibukota Syam pada era

kekhalifahan Islam.

Ada lima alasan yang dikemukakan Abdullah bin

Muhammad mengenai posisi stratejiknya:

Pertama, Suriah (Syam) tidak berada pada daerah

gersang dan tandus serta tidak terletak pada

wilayah yang ‘mati’ secara politik, seperti Sudan,

Somalia, Mauritania, dan dataran-dataran tinggi di

Mesir atau tempat lain yang tidak memiliki faktor-

faktor ‘kehormatan’ yang menjadikannya sebagai

sentral perhatian untuk proyek-proyek Islam.

Jika dibandingkan dengan perang AS terhadap

Afghanistan dan Irak, meski keduanya sama-sama

digempur dengan persenjataan dan tingkat

serangan yang sama, namun perang Irak mampu

menggerakkan dan mendorong proyek-proyek

Islam untuk berada di belakang jihadi disebabkan

wilayahnya yang ‘hidup’ (subur; tidak kering-

kerontang) dan juga lantaran peran besar Irak

dalam sejarah Islam. Selain juga dikarenakan

kemudahan akses bagi sampainya bantuan personil

dan logistik, serta terpenuhinya sarana dan

prasarana media untuk mem-backup jalannya

peperangan.

Kedua, Suriah termasuk wilayah yang dekat

dengan daerah-daerah yang memiliki pengaruh

religius, yaitu Arab Saudi (Mekah dan Madinah)

dan Palestina (Al-Quds).

Page 3: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

3

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

Sejarah Islam mencatat bahwa khilafah senantiasa

terkait dengan penguasaan terhadap Mekah yang

merupakan kiblat umat Islam dan simbol daya

magnet wilayah-wilayah di sekitarnya. Untuk itu,

para khalifah sepanjang sejarah Islam senantiasa

bersikeras agar bisa menyampaikan pidato pada

hari perdana kekuasaannya di hadapan umat Islam

dari atas mimbar Masjidil Haram.

Demikian halnya dengan dua tempat suci

keagamaan lainnya, yaitu Masjid Nabawi

(Madinah) dan Masjidil Aqsha (Al-Quds). Pusat

khilafah dimulai dari Madinah, kemudian

berpindah ke Mekah pada masa Abdullah bin Az-

Zubair, dan Nabi mengabarkan bahwa pusat

khilafah akan berpindah ke Baitul Maqdis (Al-

Quds).

Ketiga, Suriah memiliki daerah-daerah yang kontur

geografinya bisa membantu upaya pertahanan

militer yang berfungsi sebagai benteng-benteng

alam, seperti: perbukitan dan pegunungan, hutan-

hutan, rawa-rawa, semak-semak, dan sebagainya,

yang bisa digunakan untuk menghambat

pergerakan pasukan-pasukan musuh, atau

menonfungsikan beberapa persenjataan canggih

seperti pesawat dan tank.

Empat, Suriah memiliki ketahanan pangan yang

memadai. Maksudnya, Suriah memiliki wilayah

yang cocok untuk pertanian dan memiliki sungai-

sungai alami yang bisa dijadikan pasokan yang

memadai untuk persediaan air dan pangan.

Wilayah-wilayah yang memiliki pasokan air dan

pangan yang memadai akan lebih tegar dalam

menghadapi boikot atau hukuman ekonomi dalam

bentuk apa pun.

Lima, karakteristik penduduknya yang mendukung.

Penduduk Syam, dari sisi kereligiusan bisa diterima,

memiliki keberanian, sabar dalam menghadapi

beban hidup yang berat dan kehidupan yang

sempit, berjiwa aktivis, serta bersifat terbuka.

Fakta menunjukkan bahwa para jihadi yang ikut

terlibat dalam perang Irak melawan AS kebanyakan

dari wilayah Syam.

Selain itu, Syam—termasuk di dalamnya Suriah—

merupakan wilayah yang memiliki beberapa

keistimewaan sebagaimana yang disampaikan oleh

Nabi. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh

Abdullah bin Hawalah, Nabi bersabda, “Kelak

kalian akan menemukan pasukan-pasukan;

pasukan di Syam, pasukan di Irak, dan pasukan di

Yaman.”

Abdullah bin Hawalah—perawi hadits ini—lalu

berdiri dan berkata, “Pilihkanlah (di antara pasukan

tersebut) untuk saya, wahai Rasulullah?” Nabi

menjawab, “Hendaknya engkau bergabung dengan

(pasukan) Syam, dan barang siapa yang tidak mau

maka hendaknya dia bergabung dengan (pasukan)

Yaman dan berusaha meminum dari air sungainya.

Sungguh Allah telah memberikan jaminan

kepadaku mengenai Syam dan penduduknya.”

Sementara bagi Amerika Serikat sendiri, Suriah

merupakan ‘ajang’ yang mempertaruhkan

kredibilitas mereka di mata dunia internasional,

terkhusus menyangkut permasalahan Hak Asasi

Manusia (HAM) dan demokrasi. Dalam pidatonya

pada akhir Agustus 2013, Presiden AS Barrack

Obama menamakan serangan senjata kimia yang

dilancarkan oleh rezim Basyar Asad pada Agustus

2013 sebagai “sebuah serangan terhadap martabat

umat manusia”. “Secara total, lebih dari 1,000

orang telah dibunuh. Ratusan dari mereka adalah

anak-anak. Anak-anak perempuan dan laki-laki

yang digas hingga mati oleh pemerintah mereka

sendiri,” lanjut Obama.

Selain mengancam kredibilitas AS, krisis Suriah

secara tidak langsung akan menjadi ancaman

keamanan serius bagi AS di masa mendatang.

Ancaman itu akan muncul dari migrasi lebih dari

10.000 pejuang asing yang berasal dari berbagai

Page 4: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

4

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

negara yang berjihad di Suriah. Untuk alasan inilah

mengapa tampaknya banyak analis Barat yang

meneliti para pejuang asing di setiap negara.

Beberapa analis tersebut yakin bahwa mereka yang

berangkat ke Suriah akan lebih radikal dari sisi

ideologis dan dari sisi militer akan lebih terlatih,

dan pulang ke negara mereka masing-masing

dengan sentimen jihadi. Sebagian lagi

memprediksikan bahwa pejuang asing tersebut

memiliki kemampuan untuk merekrut anggota

baru ke dalam gerakan jihad, menggabungkan diri

sebagai bagian dari gerakan jihad global untuk

menyerang Barat, terkhusus AS.

Dan tampaknya yang terpenting dari semua itu

adalah untuk menjamin keamanan bagi kolega

penting AS, yaitu bangsa Yahudi. Ini mengingat

bahwa Suriah berbatasan langsung dengan Israel

dan dapat dipastikan bahwa jika Suriah jatuh ke

tangan jihadi maka Israel akan menjadi target

utama, seperti yang sering dipropagandakan oleh

jihadi di berbagai media.

Plan of Action Al-Qaidah di Suriah

Menurut Abdullah bin Muhammad dan juga

banyak pengamat lainnya, konflik Suriah akan

berlangsung dalam rentang waktu yang lama dan

juga berpengaruh dalam arena yang luas. Tidak

hanya berhenti di Suriah yang merupakan jantung

Syam, namun juga di Syam secara keseluruhan,

bahkan bisa berpengaruh di Hijaz (Arab Saudi) dan

Yaman. Konflik Suriah akan berlangsung lama.

Banyak kepentingan yang diharapkan di sana,

mulai dari kepentingan nasional sendiri antara

rezim dan rakyat; kepentingan sektarian antara

Syiah yang didukung penuh oleh Iran dan afiliasi-

afiliasinya di Libanon, Irak, Bahrain, Pakistan,

Yaman dan negara lainnya di satu pihak dengan

Sunni yang didukung oleh Turki, Arab Saudi dan

negara-negara Teluk di pihak yang lainnya;

kepentingan internasional antara Rusia, Cina, dan

Iran dengan AS dan negara-negara Eropa pada

umumnya; dan juga kepentingan jihadi yang

berhadapan dengan kepentingan bangsa Yahudi.

Masih menurut Abdullah bin Muhammad, Jihad

Suriah akan membuahkan hasilnya jika berhasil

mengatasi dua hal:

(1) berhasil mengatasi usaha-usaha rezim dalam

menjinakkan revolusi atau menghancurkan pilihan-

pilihan mereka dan mencukupkan pada

berpartisipasi dalam politik sebagai ganti dari

menjatuhkan rezim;

(2) selain juga bahwa strategi ini akan berhasil jika

mampu mengatasi usaha-usaha kekuatan regional

dan internasional untuk menggagalkan pilihan

militer sebagai solusi tepat dan terbaik untuk

keberhasilan revolusi.

Untuk mencapai kesuksesan dari semua itu maka

setiap usaha-usaha harus difokuskan pada tiga

pilar utama dalam beratraksi di ‘panggung’ Syam.

Ketiga pilar tersebut, yaitu:

(1) strategi bergerak yang fleksibel,

(2) penetapan peran tugas yang tepat, dan

(3) memelihara konflik.

Strategi bergerak yang fleksibel yang selaras

dengan aktivitas apapun yang diarahkan untuk

menghadapi kondisi apapun yang dikondisikan oleh

kekuatan besar akan sangat diperlukan dalam

Suriah. Wilayah Syam, khususnya Suriah, berada

pada daerah stratejik di mana garis-garis konflik

internasional saling berbenturan di sisi Barat dan

Timur wilayahnya dengan konflik regional antara

Sunni dan Syiah bersamaan dengan konflik

setempat antara umat Islam dan Nushairiyah.

Page 5: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

5

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

Medan pertempuran yang di sana bertemu setiap

jenis dan bentuk konflik akan menyebabkan

peperangan yang panjang dan pengaruhnya yang

luas. Kondisi seperti ini mengharuskan adanya

kekuatan yang mampu mandiri dan diuntungkan

dengan fleksibilitas dalam memilih pusat tempat

berlindung dan dalam pergerakan sehingga ia

mampu bertahan dalam kondisi berimbang, dan

mampu untuk beroperasi secara aktif sesuai

dengan sifat fleksibilitas itu.

Prinsip utama Perang Syam yang akan datang

adalah “Bertahan untuk terus melanjutkan

perang”, bukan “Bertahan untuk menyelesaikan

perang” seperti yang diperkirakan oleh sebagian

pengamat. Contoh kesuksesan dalam fleksibilitas

ini adalah apa yang telah dilakukan oleh Hizbullah

Libanon dalam Perang Libanon. Inilah yang

membantunya untuk mampu bertahan dan

berkembang hingga berakhir dan setelah perang

sampai mampu sampai pada apa yang diraihnya

hari ini di Libanon.

Adapun mengenai penetapan peran tugas yang

tepat, pada waktu yang akan datang kemungkinan

besar jihadi memiliki kesempatan untuk menguasai

desa-desa, kota-kota, dan banyak wilayah. Pada

kondisi perang revolusi, hal ini merupakan

kesempatan untuk latihan untuk menjalankan

pemerintahan dan administrasi karena hal ini

merupakan tujuan dari revolusi. Namun, dalam

kondisi jihadi saat ini, hal itu merupakan motif

terpecahnya kemampuan jihadi pada waktu yang

masih terlalu awal dan dalam tujuan yang masih

memungkinkan untuk memenejnya dengan

metode yang tepat sesuai dengan kemampuan

jihadi. Latihan menggerakkan masyarakat dan

administrasi memang penting selain gerakan

militer, namun tabiat perang akan datang

dipersiapkan untuk kembalinya jihadi pada

ketentuan-ketentuan dasar pemerintahan yang

tidak menentu pada waktu sekarang ini.

Wacana pemerintahan pada era dewasa ini telah

berubah signifikan dibanding pada masa dahulu.

Dengan dimasukkannya kekuatan ‘masyarakat sipil’

pada garis pemerintahan negara kontemporer

menjadikan kekuatan kekuatan militer lebih

rendah dibandingkan dengan kekuatan masyarakat

sipil, bahkan diposisikan sebagai pelengkap

kekuatan masyarakat sipil.

Dengan adanya perang dengan sifat yang lebih

spesifik ini akan kembali menempatkan kekuatan

militer pada posisinya semula sebagai kekuatan

yang memerintah hanya dengan keberadaan dan

kontrolnya atas suatu wilayah tanpa ada satu pun

dari aliran politik, atau partai, atau lainnya yang

menyangkalnya. Kekuatan jihadi harus diposisikan

untuk membangun kekuatan yang mampu

melindungi Ahlus Sunnah di Syam.

Dan terakhir, pilar ketiga, yaitu terus memelihara

konflik. Kekuatan politik-militer manapun yang

bertujuan untuk sampai pada tampuk kekuasaan

penuh pada sebuah negara dengan prinsip-prinsip,

sistem-sistem, dan pandangan yang berbeda

dengan prinsip-prinsip, sistem, dan pandangan

mayoritas penduduk negara sebelumnya maka

harus siap untuk terjun dalam kancah konflik dan

perang yang berkesinambungan sehingga proses

pengondisian penduduk terhadap proyek baru

mereka sukses dijalankan.

Sebaliknya, jika proses ini terhenti sebelum

pengondisian penduduk sukses dijalankan maka

hal itu akan berujung pada kegagalan, sementara

kekuatan-kekuatan rival baik dari dalam maupun

luar yang senantiasa berdenyut masih menunggu

momentum yang tepat. Terhentinya proses

tersebut bisa berupa kesepakatan-kesepakatan

yang diprakarsai dunia internasional yang biasanya

merupakan pintu bagi Barat untuk menjalankan

hegemoni mereka berupa demokrasi, partai-partai

dan parlemen. Untuk itu, terus memelihara konflik

hingga pengondisian masyarakat membuahkan

Page 6: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

6

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

hasilnya merupakan strategi umum yang tidak

kalah pentingnya.

Detail Strategi Al-Qaidah

Secara lebih detail mengenai strategi Al-Qaidah

adalah sebagai berikut:

a. Berikan penyadaran dan kondisikan

masyarakat untuk hanya tunduk pada syariat Islam

dan menolak prinsip, ideologi, dan undang-undang

apa pun selain Islam. Prinsip, ideologi, dan undang-

undang tersebut mencakup: demokrasi yang

menjadikan suara mayoritas sebagai kedaulatan

tertinggi; dan tatanan dan sistem internasional

dalam menyelesaikan konflik suatu negara yang

sedang bergejolak baik gejolak internal negara

tersebut maupun dengan negara lainnya. Dengan

pengondisian ini diharapkan secara otomatis akan

menutup pintu rapat-rapat bagi Barat untuk

menemukan celah guna menjalankan sistem

mereka dan menggagalkan sistem dan proyek

Daulah Islam dan selanjutnya Khilafah Islamiyah.

Kondisi seperti inilah yang dikhawatirkan oleh

Barat, hingga salah seorang di antara mereka

mengatakan bahwa “keberadaan organisasi Al-

Qaidah bukan suatu yang ditakutkan, namun yang

ditakutkan adalah tersebarnya pemikiran Al-

Qaidah.”

b. Satukan seluruh faksi perlawanan di atas

kalimat tauhid. Dengan ini, diharapkan loyalitas

seluruh faksi perlawanan hanya kepada Islam,

bukan lagi kelompok, suku, atau kepentingan

sesaat. Dalam waktu yang bersamaan hal ini akan

mengantisipasi jual-beli loyalitas yang biasa

dilakukan Barat untuk memecah belah dan

mengadu domba mujahidin.

c. Fokuskan serangan pada rezim dengan

menghindari sebisa mungkin konflik dengan agama

lain atau kelompok-kelompok sesat selama mereka

tidak ikut terlibat memerangi mujahidin, dan jika

mereka ikut terlibat maka cukup dilawan dengan

seperlunya saja. Perlawanan tersebut disertai

dengan memberikan penjelasan bahwa hal itu

hanya bentuk pembelaan diri. Sibuk mengatasi

konflik dengan kelompok sesat dan agama lain

akan menguras tenaga dan memecah fokus

kekuatan mujahidin yang memang terbatas.

d. Bentuk mahkamah syariat independen

dengan para qadhi (hakim) yang disetujui oleh

semua faksi, sehingga keputusan yang berasal

darinya bersifat mengikat (ilzam) bagi seluruh faksi.

Fungsi utama mahkamah ini adalah untuk

menyelesaikan sengketa atau perselisihan di antara

faksi, sekaligus sebagai rujukan dalam

permasalahan-permasalahan syariat, seperti

hukuman terhadap para tawanan, hukuman bagi

pencuri dan pembegal dalam suasana perang, cara

pembagian ghanimah, dan semisalnya.

Posisi strategis mahkamah syariat terletak pada

posisinya yang menjalankan peran pemerintahan

dalam tatanan sebuah negara yang memiliki

legalitas lantaran disetujui oleh semua faksi. Selain

juga ke depan, jika kemenangan di Suriah berhasil

dipetik maka mahkamah syariat inilah yang

bertindak sebagai ahlul halli wal ‘aqdi yang akan

memilih pemimpin (amir) untuk semuanya. Ini

sekaligus mengantisipasi campur tangan Barat

dalam politik internal Suriah, terkhusus dalam

implementasi nilai dan sistem mereka, yaitu

demokrasi.

Strategi dan Rekomendasi Barat terhadap

Kebijakan Luar Negeri AS

Sejak awal meletusnya krisis di Suriah yang dimulai

dengan aksi protes besar-besaran dan dilanjutkan

dengan perang sipil, pemerintah AS belum tampak

mengambil tindakan yang berarti. Selama tiga

tahun, AS hanya mengusahakan upaya diplomasi

Page 7: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

7

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

dan kemanusiaan untuk menyelesaikan krisis

Suriah. Memang pada pidato yang disampaikannya

pada akhir Agustus, Obama sempat memberikan

sinyal bahwa AS akan mengambil tindakan militer

terhadap rezim Asad yang dia anggap sebagai

seorang penguasa diktator dan meminta kongres

melakukan voting mengenai usulan tersebut.

Namun, pada awal September Obama meminta

kepada para pimpinan Kongres untuk menunda

pemungutan suara yang akan memberikan

wewenang penggunaan kekuatan senjata atas

Suriah dan memilih untuk terus menempuh jalur

diplomatik.

Pada pidatonya saat itu, Obama menjelaskan

bahwa selama beberapa hari terakhir, terlihat

adanya tanda-tanda kemajuan. Sebagian karena

ancaman aksi militer AS sekaligus karena adanya

perbincangan antara dia dan Presiden Putin di

mana Pemerintah Rusia menunjukkan

kesediaannya untuk bergabung dengan komunitas

internasional dalam menekan Asad untuk

menyerahkan senjata kimianya. Selain juga rezim

Asad telah mengakui bahwa mereka memiliki

senjata yang dimaksud dan bahkan menyatakan

akan patuh terhadap Konvensi Senjata Kimia yang

mengatur pelarangan penggunaannya.

Jalur diplomatik yang dimaksud Obama adalah

Perjanjian Jenewa II yang dilangsungkan awal 2014

yang tujuan utamanya untuk mencari solusi politik

bersama untuk krisis Suriah, selain juga mengenai

solusi kemanusiaan tentunya. Sayangnya,

pertemuan tersebut tidak membuahkan hasil yang

signifikan, jika tidak dianggap sebagai sebuah

kegagalan, kecuali kesepakatan untuk memerangi

Al-Qaidah di Suriah.

Lantaran sikap politik Obama yang masih ragu-ragu

untuk melakukan intervensi militer secara langsung

inilah lantas kemudian dia disebut oleh Dennis

Ross sebagai seorang pragmatis. Kesimpulan

tersebut muncul setelah Ross membandingkan

antara sikap yang diambil Obama terhadap krisis

Libia, Mesir dan krisis Suriah. Ross mengatakan

bahwa saat Obama menyeru kepada presiden

Mesir, Husni Mubarak, untuk mengundurkan diri

karena dalam pandangannya bahwa Mubarak telah

berada pada pihak yang salah, saat itu dia adalah

seorang idealis. Demikian juga dengan

keputusannya untuk mengambil tindakan

intervensi militer terhadap Libia yang didorong

oleh naluri kemanusiaan.

Pada pidato kenegaraannya pada Maret 2011,

Obama mengatakan:

“Selama lebih dari empat dekade, rakyat Libia telah

dipimpin oleh seorang tiran, Muammar Qadzafi.

Dia telah merampas kebebasan rakyatnya,

mengeksploitasi kekayaan mereka, membunuh

orang-orang yang menentangnya baik di dalam

maupun di luar Libia, dan meneror orang-orang

yang tidak bersalah di seluruh dunia – termasuk

warga-warga Amerika yang telah dibunuh oleh

agen-agen Libia ... cengkeraman rasa takut yang

dimiliki Qadzafi atas rakyatnya mulai memudar

seiring munculnya harapan kebebasan. Di kota-

kota besar dan kecil di seluruh Libia, rakyat turun

ke jalan untuk menuntut hak-hak asasi manusia

yang mendasar. Dengan satu suara para warga

Libia menyatakan, ‘Untuk pertama kalinya kita

memiliki harapan bahwa mimpi buruk selama 40

tahun yang kita alami sebentar lagi akan berakhir’.”

“Qadzafi telah menyatakan bahwa ‘ia tidak akan

menunjukkan belas kasihan’ kepada rakyatnya

sendiri. Ia menyamakan mereka dengan tikus-tikus,

dan mengancam akan datang dari pintu ke pintu

untuk menghukum mereka. Di masa lalu kita

semua telah menyaksikan bagaimana ia

menggantung warga-warga sipil di jalanan, dan

membunuh lebih dari seribu orang dalam jangka

waktu satu hari saja. Sekarang kita melihat bahwa

kekuatan-kekuatan rezimnya telah tiba di

perbatasan kota. Kami sadar jika kami menunggu

Page 8: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

8

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

satu hari saja lebih lama maka Benghazi—kota

yang ukurannya hampir sama dengan kota

Charlotte di AS— bisa dihabisi dalam sebuah

pembantaian yang bisa mengguncang seluruh

kawasan tersebut serta menodai hati nurani

dunia,” lanjut Obama.

Lalu Obama menjelaskan sikapnya terhadap Libia:

“Membiarkan hal itu terjadi tidaklah sesuai dengan

kepentingan nasional kita. Saya menolak untuk

membiarkan hal itu terjadi. Itulah sebabnya

sembilan hari yang lalu, setelah berkonsultasi

dengan pimpinan kedua partai di Kongres, saya

mengotorisasikan sebuah aksi militer untuk

menghentikan pembunuhan-pembunuhan yang

terjadi dan untuk mengimplementasikan Resolusi

Dewan Keamanan PBB 1973.

Kami menyerang pasukan-pasukan Rezim yang

bergerak mendekati Benghazi untuk melindungi

kota tersebut dan menyelamatkan penduduknya.

Kami menyerang pasukan Qadzafi di kota Ajdabiya

yang bertetangga, sehingga kekuatan oposisi dapat

memukul mundur pasukan tersebut. Kami juga

menyerang alat-alat pertahanan udara miliknya

demi membuka jalan untuk ditegakannya Zona

Larangan Terbang. Sasaran kami adalah tank-tank

dan aset-aset militer yang telah mengepung dan

mencekik kehidupan di berbagai kota. Dan malam

ini, saya bisa laporkan bahwa kami telah berhasil

menghentikan gerakan maut dari kekuatan

Qadzafi.”

Dan dalam menjelaskan alasan moral mengapa AS

melakukan intervensi terbatas pada Libia, Obama

menjelaskan, “Mengabaikan tanggung jawab

Amerika sebagai pemimpin dan–lebih dalam lagi–

tanggung jawab kita terhadap sesama manusia

dalam situasi ini merupakan suatu pengkhianatan

terhadap jati diri kita. Sebagian negara mungkin

bisa saja tutup mata terhadap kekacauan yang

terjadi di negara lain. Namun, Amerika Serikat itu

berbeda. Sebagai Presiden, saya menolak untuk

menunggu hingga adegan-adegan pembantaian

dan kuburan massal terjadi sebelum mengambil

tindakan.”

Sementara mengenai krisis Suriah yang telah

menyebabkan 100.000 lebih korban jiwa dan

jutaan pengungsi serta penggunaan senjata kimia

oleh rezim untuk menyerang kota-kota yang

diduduki pihak oposisi, Obama belum juga

menggelar aksi militer meski hanya terbatas untuk

melindungi rakyat sipil. Obama beralasan bahwa

“kita tidak bisa menyelesaikan perang saudara

orang lain dengan kekuatan [militer].” Sementara

mengenai penggunan senjata kimia di Suriah

seolah-olah Obama memakluminya dan

menyatakan hal itu bukanlah suatu yang baru

dalam sejarah dunia, terkhusus pada Perang Dunia

I dan II, meski Obama sendiri menyebut tindakan

itu sebagai ‘pembantaian yang sangat

mengenaskan’.

Pertanyaannya adalah di mana pernyataan

“Sebagian negara mungkin bisa saja tutup mata

terhadap kekacauan yang terjadi di negara lain.

Namun, Amerika Serikat itu berbeda. Sebagai

Presiden, saya menolak untuk menunggu hingga

adegan-adegan pembantaian dan kuburan massal

terjadi sebelum mengambil tindakan”?. Krisis

Suriah bukan sekedar ‘adegan-adegan

pembantaian dan kuburan massal’ yang ‘akan

terjadi’ namun ‘sudah terjadi’ dengan menelan

korban lebih dari 100.000 jiwa.

AS tidak hanya “menunggu satu hari saja lebih

lama”, namun menunggu selama lebih dari tiga

tahun. Bahkan lebih dari itu, AS ‘menolak’ untuk

menggelar aksi militer meski hanya terbatas demi

menyelamatkan ratusan ribu bahkan jutaan rakyat

Suriah. Dengan membandingkan antara Libia dan

Suriah dan sikap Obama terhadap keduanya maka

pernyataan bahwa Obama adalah seorang

Page 9: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

9

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

pragmatis sebagaimana yang disebutkan Ross

memiliki argumentasi yang kuat.

Namun, akhir-akhir ini pemerintah Obama mulai

mengubah kebijakan politik luar negerinya.

Terkhusus dalam aspek militer secara aktif, banyak

politikus dan peneliti AS yang mengusulkan agar AS

menggelar aksi militernya -meski hanya terbatas-

di Suriah, dengan tetap menjalankan aspek

diplomasi politik dan kemanusiaan. Tidak

ketinggalan bahwa penyelesaian konflik Suriah

diselaraskan dengan program besar Perang

Melawan Terorisme AS mengingat bahwa

kelompok yang beraliansi kepada Al-Qaidah cukup

berperan dalam pihak oposisi dan rakyat Suriah.

Langkah-Langkah Stratejik AS untuk Suriah

a. Bebaskan Suriah dari penggunaan senjata

kimia dan laksanakan Komunike Jenewa 2012

Menurut Andrew Tabler, salah seorang peneliti

senior Washington Institute, rasa keprihatinan

akan tumbuh dalam pemerintah AS bahwa upaya

untuk menghancurkan pemegang saham senjata

kimia Suriah "telah serius mogok dan terhenti,"

bukan hanya karena Suriah diduga berada di

belakang layar, tetapi juga karena Damaskus kini

menuntut situs senjata kimianya berstatus "tidak

aktif" bukan "fisik hancur" seperti yang tertera

dalam Konvensi Pelarangan Senjata Kimia.

Perkembangan ini, terutama setelah konsolidasi

kontrol rezim di bagian barat Suriah, menunjukkan

bahwa rezim Asad menyeret kakinya pada

pemenuhan kewajiban negara dalam rangka

mencapai konsesi dari Amerika Serikat dan London

serta 11 negara lain mengenai pembentukan badan

transisi di Suriah. Dalam rangka untuk melawan

tekanan seperti itu, Barat harus membalikkan

keadaan pada langkah pertama Asad dan

menggunakan kepatuhan Suriah terhadap

Konvensi Senjata Kimia sebagai pengaruh untuk

mendapatkan kepatuhan Asad terhadap transisi di

Suriah seperti yang tertera dalam Komunike

Jenewa 2012.

Untungnya, bagi Amerika Serikat dan Kanada, baik

kepatuhan Suriah dengan aturan yang ditetapkan

oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW)

dan Komunike Jenewa sudah diabadikan dalam

satu resolusi Dewan Keamanan PBB (2118) yang

tercantum pada Bab VII, langkah-langkah tersebut

sebagai sanksi dan penggunaan kekuatan setelah

berlalunya resolusi Bab VII berikutnya. Dalam hal

kemungkinan veto oleh Rusia atau Cina, ancaman

kredibel sanksi tambahan dan penggunaan

kekuatan harus digunakan untuk memastikan Asad

mengikutinya melalui kewajibannya untuk

menyerahkan gudang senjata kimia Suriah.

b. Dorong akses dan evakuasi kemanusiaan

Situasi kemanusiaan di Suriah memburuk dengan

cepat, dan rezim Asad terus menggunakan

kampanye ‘melaparkan’ yang melanggar tidak

hanya Konvensi Jenewa tetapi juga hukum

humaniter internasional. Oleh karena itu,

dukungan terhadap resolusi Dewan Keamanan saat

ini yang mengusulkan mengenai akses

kemanusiaan di Suriah (yang juga menekankan

pelaksanaan Komunike Jenewa) harus terus

dilakukan.

c. Perangi terorisme

Memerangi terorisme harus terjadi pada beberapa

tingkat, termasuk rencana dalam hubungannya

dengan sekutu regional untuk mendukung unsur-

unsur oposisi moderat dengan mengorbankan

ekstremis. Tetapi, itu saja tidak akan cukup.

Rencana juga harus dikembangkan menggunakan

aset offset (misalnya, rudal) dan drone untuk

memukul semua faksi yang ditunjuk sebagai

kelompok teroris yang beroperasi di Suriah, tanpa

Page 10: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

10

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

memedulikan tujuan mereka berjuang, baik yang

menargetkan Kanada dan AS, atau target

internasional lainnya.

Pendekatan seperti itu akan menahan dan

menghambat Asad untuk menggunakan senjata

kimia, kemungkinan beralihnya senjata kimia

tersebut pada aktor-aktor non-negara dan

kelompok-kelompok teroris, dan penggunaan

kelaparan dan pengepungan oleh sebagai bentuk

peperangan. Hal ini juga akan memuat,

mengasingkan, dan membantu menghilangkan

kelompok teroris yang beroperasi di Suriah antara

kedua oposisi dan konstelasi kekuatan membantu

untuk menopang Asad.

Secara lebih detail, Clint Watts telah menjelaskan

bagaimana perang terhadap terorisme ini

dijalankan. Berikut saran-saran dan rekomendasi

dari Watts :

Mengembangkan rencana kontraterorisme

secara eksplisit yang dirancang untuk

melakukan beberapa tugas dengan baik.

Menetapkan tujuan umum bagi masyarakat

kontraterorisme untuk mencapai misinya

dengan tanpa manajemen mikro atas setiap

tindakan atau membatasi lembaga untuk

membuat suatu grand strategy kontraterorisme

yang berbelit-belit dan yang sudah usang saat

diterbitkan.

Melakukan enam tindakan untuk mengganggu

dan mencegah ancaman terorisme saat ini dan

masa depan.

(i) Kontraterorisme Umum yang dimaksud adalah:

Dalam militer, tujuan operasi menyediakan sense

(kepekaan) keseluruhan arah bagi unit-unit untuk

mengejar target negara yang diinginkan. Tujuan

operasi dapat menggambarkan program aksi,

keterbatasan metode, dan tugas utama untuk

mencapai misi. Ia juga bisa bertindak sebagai

pedoman bagi instansi bawahan dan praktisi untuk

mengembangkan operasi mereka sendiri tanpa

menghambat tindakan mereka; terutama ketika

situasi musuh sangat dinamis seperti lanskap

terorisme Barat yang ditemui hari ini.

Kemudian Watts mengajukan empat rekomendasi

untuk apa yang mungkin dimasukkan AS dan Barat

ke dalam tujuan kontraterorisme:

(1) Biarkan kelompok jihad saling berkompetisi.

Jika Al-Qaidah dan afiliasinya atau mantan yang

ingin bersaing dan saling membunuh, Barat tidak

boleh menghalangi mereka.

Jika ada tindakan yang dapat diambil untuk

mendorong persaingan kelompok teroris, dengan

segala cara kita harus menempuh cara itu. Namun,

maksud umum ini hanya bekerja dalam jangka

panjang jika Barat dan khususnya AS

mempertahankan kemampuan intelijen yang

cukup untuk benar-benar memahami bagaimana

kelompok-kelompok tersebut saling bersaing dan

kapan kelompok-kelompok ini satu sama lain

mungkin melakukan serangan terhadap Barat.

Selain itu, AS tidak boleh menipu diri sendiri

dengan percaya bahwa tidak akan ada gunanya

bagi tindakan kontraterorisme. Untuk masa

mendatang, Barat harus mengganggu kelompok-

kelompok teror yang akan terus merencanakan

serangan; yaitu cabang-cabang operasi eksternal

"Garda Tua” Al-Qaidah.

(2) Siapkan untuk skenario terburuk. AS dan Barat

harus mempersiapkan diri sekarang untuk

menghadapi dua skenario "paling berbahaya"

yang mungkin timbul.

Pertama, apa yang akan AS dan mitra-mitranya

lakukan jika dua sumber utama jihad, "Garda Tua"

Al-Qaidah dan tim ISIS, bersaing sedemikian rupa

sehingga mereka saling mengejar secara paralel,

meningkatkan serangan-serangan terhadap

sasaran-sasaran Barat?

Page 11: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

11

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

Kedua, apa yang akan AS dan mitra-mitranya

lakukan jika proksi "Garda Tua" Al-Qaidah di Suriah

bertemu untuk memfokuskan energi mereka untuk

menyerang Israel?. Barat seharusnya tidak duduk

kembali dan berharap bahwa skenario paling

berbahaya ini tidak muncul. Daripada terjebak

dalam situasi tersebut, AS sekarang harus

membuat rencana untuk bagaimana kita akan

melakukan intervensi untuk menggagalkan

skenario yang paling berbahaya ini.

(3) Hindari intervensi asing dan pembangunan

bangsa.

Barat telah menyadari pada dekade terakhir,

bahwa intervensi asing skala besar yang diikuti

oleh pembangunan bangsa umumnya telah gagal

untuk membasmi teroris. Intervensi asing

menegaskan pembenaran ideologis jihad untuk

melawan Barat, hal itu sangat mahal dan akhirnya

menghasilkan pengelola negara yang lemah

sehingga menciptakan tempat operasional yang

aman bagi teroris.

Watts yakin bahwa Barat telah belajar dari

pelajaran ini. Pendekatan kontraterorisme yang

lebih baik atas cakrawala saat ini sedang

berlangsung di Tanduk Afrika, di mana dukungan

militer dan intelijen terbatas diberikan kepada

pasukan kontraterorisme yang mengejar tujuan-

tujuan yang terbatas.

(4) Mempertahankan kemampuan intelijen di

semua bidang.

Mempertahankan kemampuan intelijen AS untuk

memahami kebanyakan ancaman teroris yang AS

hadapi tidak pernah lebih penting. Namun,

pemerintah AS telah berusaha keras untuk

memegang kemampuan ini karena pembelotan

Edward Snowden. Pemerintah AS harus terus

berjuang untuk kemampuan ini, dan publik

Amerika harus memahami bahwa cara terbaik

untuk melindungi orang Amerika di era digital

adalah untuk memanfaatkan keunggulan kita

dalam pengawasan teknis. Amerika, untuk

membuat Anda aman, pemerintah AS mungkin

berakhir belajar sedikit tentang kehidupan

elektronik Anda. Keamanan adalah suatu yang

saling tarik-menarik, maka berhadapanlah dengan

hal itu.

(ii) Kontraterorisme yang spesifik adalah:

Sebuah keseimbangan halus antara tindakan

kontraterorisme harus diusahakan bergerak maju

dari tahun 2014.

Beberapa orang yang telah lelah dari Perang Global

Melawan Teror selama beberapa tahun mungkin

percaya kita harus melakukan sedikit dari pada

tidak melakukan apa-apa pun di bidang

kontraterorisme. Ini akan tampak bodoh karena

ancaman terorisme belum menguap, tapi agak

berubah.

Beda lagi dengan yang berpendapat sebaliknya,

bahwa Al-Qaidah (apa pun bentuknya) lebih kuat

dari sebelumnya dan memerlukan tindakan militer

yang lebih cepat untuk menghentikan mereka. Ini

akan sama-sama bodohnya dengan pandangan

bahwa Jihadis (yang ditulis dengan huruf besar)

tidak akan pernah merusak diri sendiri seperti itu.

Secara agresif memajukan arah kontraterorisme

militer kemungkinan akan menggembleng faksi

jihad yang berbeda secara bersama-sama daripada

menjaga mereka untuk saling bersaing.

Untuk secara efektif keseimbangan antara dua

kutub ini, Watts menyarankan hanya melakukan

beberapa tindakan kontraterorisme. Banyak

tindakan pemerintah AS ini yang sudah cukup baik,

(di antaranya); perbaikan besar-besaran atas

bagaimana kontraterorisme dilakukan satu dekade

yang lalu dan pemberian penghargaan pada

mereka yang gesit mengejar Al-Qaidah hari ini.

Page 12: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

12

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

Menumpas Para Pendonor Teror.

Tidak ada tindakan yang mungkin lebih penting

saat ini daripada mendapatkan kontrol dari uang

dan sumber daya yang mengalir ke Suriah dan

tempat berlindung yang aman bagi teroris lainnya.

Meski jihadi bertengkar satu sama lain, namun

asalkan sumber daya tetap konstan, kelompok-

kelompok ini (yaitu "Garda Tua" Al-Qaidah, Tim

ISIS, dan pemain baru lainnya di daerah lain) pada

akhirnya akan membangun kapasitas yang cukup

untuk melakukan serangan terhadap Barat.

Ideologi ekstrem yang kekurangan sumber daya

akan menjadi lebih kecil dari sebuah sekte dari

waktu ke waktu. Namun, Al-Qaidah dan varian

jihad saat ini bertahan karena mereka

mempertahankan pasokan sumber daya dari Timur

Tengah.

Hari ini, siapa saja bisa mendapatkan pada media

sosial orang yang tersedia secara terbuka dan

menyumbangkan uang ke jihadi di Suriah atau

menonton donor uang besar di Arab Saudi, Kuwait,

dan arak-arakan dukungan Qatar untuk faksi jihad

favorit mereka. Pemerintah AS telah berusaha

mengupayakan untuk mengganggu aliran ini dan

Arab Saudi tampaknya sadar akan bahaya pukulan

balik dukungan keuangan dan materiil warga

mereka untuk jihad Suriah.

Salah satu alternatif yang tampaknya bisa

diupayakan adalah dengan memanfaatkan uang

mengalir untuk memilih kelompok-kelompok Islam

untuk melawan kelompok jihadi. Apapun yang

akan menjadi akhir tindakan spesifik itu, Watts

berpendapat bahwa melawan pembiayaan teror

belum pernah menjadi elemen penting dari

strategi kontraterorisme AS.

Eliminasi (hapuskan) "Garda Tua" Al-Qaidah dan

sel operasi eksternalnya.

Watts percaya bahwa strategi kontraterorisme AS

harus fokus pada "Garda Tua" al-Qaeda yang

elemen operasi eksternalnya masih tetap

berkomitmen untuk menyerang AS dan Barat.

Unsur-unsur kinetik kontraterorisme, operasi

militer yang didukung oleh intelijen yang kuat dan

bila mungkin penegakan hukum, harus terus

dijalankan karena mereka dalam beberapa tahun

terakhir, gesit menargetkan elemen yang paling

berbahaya Al-Qaidah di manapun mereka berada.

Jika memungkinkan, Barat harus menangkap dan

mencoba menyeret operator Al-Qaidah ini ke meja

pengadilan. Ketika ancaman bagi Barat sudah

dekat dan upaya penangkapan tidak

memungkinkan, operasi militer harus dijalankan.

AS telah meningkatkan proses triase

kontraterorisme ini secara dramatis dalam dekade

terakhir dan hal itu perlu untuk dipertahankan

pada tingkat intensitasnya saat ini di masa

mendatang.

Transisi Rusia dan Iran sebagai musuh jauh.

Ke depan, kampanye informasi AS dalam kontra-

terorisme harus mempertimbangkan untuk

mengarahkan kembali narasi Al-Qaidah dari

'musuh jauh'. Hari ini, musuh-musuh jauh nyata

jihadi di Suriah adalah Rusia dan Iran. Rusia telah

memprakarsai kembali cara dan tindakan

kekaisaran sebagai penyangga intervensi Barat di

Suriah. Iran menyediakan sumber daya, pasukan,

dan kemampuan teknologi untuk rezim Suriah.

Untuk sikap sektarian ISIS, Iran adalah musuh alami

jauh. Untuk "Garda Tua" Al-Qaidah, Rusia adalah

musuh jauh pertama mereka di Afghanistan; mari

kita dorong mereka untuk kembali menggemakan

kampanye tersebut. Apakah AS suka atau tidak,

Rusia dan Iran terus menargetkan AS dalam

kampanye informasi yang disengaja. Mengapa

tidak seharusnya AS mengarahkan beberapa

kebencian jihad kepada orang-orang yang

Page 13: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

13

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

bertangan kotor (tangannya berlumuran darah)

dalam konflik Suriah, yaitu: Rusia dan Iran?

Perpanjang Pelacakan Pejuang Asing.

Kebangkitan cepat jaringan pejuang asing ke

Suriah sebagian besar datang dari migrasi pejuang

asing besar kedua ke Irak sekitar tahun 2004-2010.

Mereka yang selamat dari medan perang Irak saat

ini membantu memfasilitasi anggota baru ke Suriah

dan telah menyediakan bahan bakar untuk ISIS

yang merupakan pecahan dari inti Al-Qaeda.

Perkiraan umum dari jumlah keseluruhan dari

pejuang asing di Suriah yang digembar-gemborkan

di media adalah 10.000.

Thomas Hegghammer memperkirakan bahwa 1%

sampai 10% dari pejuang asing kembali ke rumah

untuk melakukan kekerasan. Sulit untuk

mengetahui berapa banyak dari 10.000 pejuang

asing hari ini akan bertahan dan kembali ke rumah,

tapi Watts harapkan di suatu tempat antara 750-

1000 anggota pasukan tempur asing hari ini akan

berkomitmen untuk melakukan kekerasan

terhadap Barat pasca-Suriah. Selama jihad

Afghanistan, sedikit tidak ditemukan cara untuk

melacak di mana akan datangnya sumber pejuang

asing di masa depan.

Enam tahun yang lalu, AS bisa melihat di mana

suplai pejuang asing hari ini akan terjadi

berdasarkan data Al Qaidah dalam database

sumber daya manusia Irak yang berhasil ditemukan

oleh Pasukan AS di Sinjar, Irak. Hari ini,

bagaimanapun, merupakan bagian penting dari

seorang pejuang asing Suriah adalah menjaga

halaman Facebook dan akun Twitter.

Jika negara-negara Barat tidak menggunakan

informasi yang tersedia secara terbuka ini untuk

melacak dan memperkirakan risiko kekerasan

sekembalinya jihadi, mereka adalah bodoh. Hari ini

media sosial telah membantu memberdayakan

rekrutmen pejuang asing untuk berperang di

Suriah, mengapa AS tidak menggunakan informasi

yang sama untuk mempersiapkan diri untuk

menghadapi banjir pejuang asing ketiga pasca

Suriah?

Pilihan untuk mengeliminasi Wuhayshi dan Azh-

Zhawahiri.

Salah satu dilema yang lebih membingungkan pada

periode pascahegemoni Al-Qaidah adalah untuk

memfokuskan upaya untuk mengeliminasi

pemimpin kunci Al-Qaidah. Orang akan berharap

Aiman Azh-Zhawahiri menjadi target paling penting

bagi upaya kontraterorisme Barat, tetapi ISIS

menolak Azh-Zhawahiri dan rekam jejaknya sejak

kematian Bin Laden. Ini menunjukkan bahwa

kematian Azh-Zhawahiri atau penangkapannya

mungkin benar-benar membantu dan lebih

menyakiti kesatuan jihad global.

Pernyataan Azh-Zhawahiri beberapa pekan terakhir

ini menggambarkan betapa terbatasnya

kekuasaannya adalah faksi yang bersaing jihad itu.

Sementara itu, Watts yakin Barat dan mitranya di

Pakistan akan menangkap atau mengeliminasi Azh-

Zawahiri pada setiap titik yang memungkinkan,

karena dia pasti sudah mempersiapkan plot

serangan terhadap Barat atau Israel, pemimpin

yang paling penting bagi "Garda Tua" Al-Qaidah

dan jihad secara keseluruhan.

Selanjutnya adalah Nasir Wuhayshi, pemimpin

AQAP di Yaman dan Wakil Komandan Umum Al-

Qaidah. Wuhayshi tetap berkomitmen untuk

menyerang AS, dia akan lebih efektif sebagai

pemimpin Al-Qaidah global dan sangat dihormati

oleh semua pangkat dan elemen jihadi sejak dari

Sahil (Afrika) hingga ke Asia Selatan. Jika seseorang

memiliki kemampuan untuk menyatukan semua

jihadis, ISIS dan faksi independen lainnya, maka

orang itu adalah Wuhayshi.

Jadi, Watts merekomendasikan untuk

memfokuskan upaya ‘pemenggalan kepala’

Page 14: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

14

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

kepemimpinan pada Wuhayshi dahulu demi

mencegah munculnya potensi Al-Qaidah yang lebih

kuat di masa depan. Menghilangkan Wuhayshi

kemungkinan akan lebih melepaskan gerakan jihad

yang sudah merambah dalam berbagai arah.

Di Suriah, fokus terlebih dahulu pada Jabhah

Nushrah, baru kemudian ISIS.

Jabhah Nushrah dan jaringan "Garda Tua" yang

merupakan penghubung antara Al-Qaidah antara

Jabhah Islamiyah harus menjadi fokus

kontraterorisme di Suriah. Jabhah Nushrah di masa

depan akan menjadi kendaraan untuk melakukan

serangan terhadap Barat dan Israel setelah konflik

Suriah. Dengan langsung menyasar Jabhah

Nushrah pertama kali, AS akan menegaskan bahwa

dukungan untuk doktrin Al-Qaidah yang

menargetkan AS sebagai musuh jauh akan

menghasilkan tindakan kontraterorisme langsung.

Secara keseluruhan, dalam hal afiliasi Al-Qaidah,

Watts menyarankan prioritas usaha

kontraterorisme, yaitu: (1) AQAP di Yaman, (2)

Jabhah Nushrah di Suriah, dan (3) Al-Qaidah di

Pakistan Tengah. Karena sejumlah alasan, Watts

mungkin berpikir mengabaikan ancaman

kemunculan ISIS.

Jika Barat cukup beruntung untuk melihat secara

lengkap runtuhnya "Garda Tua" Al-Qaidah, ISIS

kemungkinan besar masih merupakan ancaman

terhadap Barat dari waktu ke waktu jika diizinkan

untuk membuat tempat berlindung yang aman dan

berkelanjutan di Irak Barat. Namun, Watts percaya

ISIS mungkin menyadari bahwa selama ini mereka

menghindar untuk masuk dan berhadapan

langsung dengan AS dalam waktu dekat, mereka

dapat menghindari menerima seteguk rudal yang

mungkin menyalip ambisi mereka mendirikan

sebuah Negara Islam. Selain itu, penargetan ISIS

jelas lebih sektarian,

Jadi, mengapa tidak membiarkan penduduk lokal,

mitra, atau bahkan musuh seperti Iran berurusan

dengan kelompok naik ini? Munculnya ISIS harus

terus dipantau dan jika mereka bergeser target

mereka terhadap Barat maka Barat harus bergerak

untuk mencegah mereka. Untuk sementara ini,

fokus memukul keras Jabhah Nushrah afiliasi yang

berkomitmen untuk mewujudkan tujuan "Garda

Tua" Al Qaeda.

Tindakan Kontraterorisme Barat yang Bisa

Direduksi

Ke depan, menurut Watts, ada dua wilayah di

mana AS bisa mengurangi upaya

kontraterorismenya.

Pesan untuk melemahkan ideologi Al Qaeda.

Amerika Serikat telah dengan bijaksana menolak

untuk menantang “pembenaran agama” Al-

Qaidah atas tindakannya. Dan, mengapa repot-

repot?

Ideologi jihad, seperti komunisme selama tahun

1980, sekarang ini telah mengalami kegagalan

karena kelemahan dan kekurangan ideologi itu

sendiri. Pemerintah AS harus terus menyangkal

informasi Al-Qaidah yang salah tentang Amerika

Serikat dan menyebarkan contoh kemunafikan Al-

Qaidah dan pertikaian dalam jajarannya, tapi

menghindari upaya untuk menantang ideologi Al-

Qaidah atas dasar agama.

Hindari mengenai pemerintahan dan

Pengembangan(negara) sebagai bagian dari

strategi kontraterorisme. Satu dekade yang lalu,

menurut pengakuannya, Watts termasuk

mendukung gagasan yang menggunakan

bantuan dan pembangunan ekonomi dan

pemerintahan sebagai bagian dari strategi

kontraterorisme AS. Namun, lebih dari sepuluh

Page 15: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

15

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

tahun kontraterorisme, hal ini telah

membuktikan bahwa dia salah.

Upaya pengembangan ini sangat mahal dan—

sepengetahuan Watts—tidak menunjukkan efek

yang bisa diukur dalam merusak Al-Qaidah dan

kelompok-kelompok jihad lainnya. Sebaiknya

mencurahkan sumberdaya pembangunan yang

terbatas di lokasi yang pada akhirnya dapat

berbagi nilai-nilai Barat dan tuan rumah dasar-

dasar ekonomi yang diperlukan dan komponen

masyarakat sipil yang demokrasi bisa berkembang;

tidak pada tempat berlindung yang aman bagi

teroris yang merasa aneh dengan prinsip-prinsip

demokrasi, tidak berlanjutannya pertumbuhan dan

nilai di masa depan dan berkiblat ke Barat hanya

melalui lensa kontraterorisme.

Kadang-kadang, mungkin ada alasan yang baik

untuk mengejar proyek-proyek pembangunan yang

terbatas dalam mendukung tujuan kontraterorisme

di lingkungan lokal yang merupakan titik panas

untuk perekrutan teroris. Tapi, skalanya harus kecil

dan ruang lingkup terfokus. Misalnya, proyek

pembangunan di Nairobi, Kenya untuk

menggagalkan perekrutan Asy-Syabab (Somalia)

yang mungkin masuk akal jika diintegrasikan

dengan upaya pemerintahan yang demokratis dan

mitra pendukung nilai-nilai demokrasi AS. Namun,

berusaha untuk mereformasi sistem peradilan

negara-negara Afrika Utara untuk melemahkan

simpati Al-Qaidah, sebuah ide yang pernah saya

dengar dalam konteks kontraterorisme, hal itu

tidak bisa diterima.

4. Pil pahit ketika saudara memerangi 'saudara'nya

Perselisihan dan pertikaian antara sesama faksi

jihad, terkhusus antara Daulah Islam Irak dan Syam

(ISIS) dan Jabhah Nushrah (JN) serta faksi jihad

lainnya dianggap sebagai permasalahan internal

utama mujahidin Suriah. Beberapa pengamat

beranggapan bahwa kunci untuk menyelesaikan

perselisihan tersebut berada di tangan Aiman Azh-

Zhawahiri, karena muara itu semua berawal dari

perselisihan antara ISIS dan JN.

Anggapan mereka salah. Setelah Azh-Zhawahiri

menjelaskan hal itu semua pada audio wawancara

eksklusif pada April yang diduga sempat bocor

sebelum resmi dirilis oleh As-Sahab Media, dan

juga pesan audionya dalam menanggapi

permintaan klarifikasi Dr. Hani As-Siba’i mengenai

fakta seputar perselisihan antara ISIS dan JN.

Pada audio wawancara tersebut, Azh-Zhawahiri

menjelaskan dua alasan mengapa Al-Qaidah

mengeluarkan ISIS dari afiliasi resminya. Dua

alasan pokok tersebut yaitu: (1) perbedaan manhaj

(pendekatan) antara Al-Qaidah dan ISIS, dan (2)

ISIS tidak iltizam (konsisten) terhadap dasar-dasar

amal jama’i.

Dalam penjelasannya, Azh-Zhawahiri menyebutkan

bahwa manhaj Al-Qaidah dalam menuju tujuannya

di antaranya adalah: memfokuskan perlawanan

terhadap AS, Yahudi, dan Zionis serta mengajak

umat Islam untuk berjihad melawan mereka:

sebisa mungkin menjauhi pertumpahan darah

dengan umat Islam; berusaha menyatukan umat di

bawah kalimat tauhid; dan bekerja mengembalikan

khilafah islamiyah ke pangkuan umat dengan

khalifah yang mereka ridhai.

Sementara tidak komitmennya ISIS yang dimaksud

adalah seperti: mendirikan Daulah Islam Irak dan

Syam tanpa izin dari qiyadah; masih melanjutkan

proyek tersebut meski telah diminta untuk

menundanya; dan tidak patuh pada qiyadah atas

keputusan-keputusan yang telah ditetapkannya

seperti keputusan perintah untuk menghentikan

perang fitnah antara internal jihadi. Adapun dalam

klarifikasi permintaan Dr. Hani As-Siba’i, Azh-

Zhawahiri lebih menonjolkan bukti-bukti bahwa

ISIS memang bagian dari afiliasi resmi Al-Qaidah.

Page 16: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

16

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

Dengan adanya dua pernyataan Azh-Zhawahiri

tersebut, pihak ISIS juga turut menanggapi. Pada

pernyataan resmi melalui juru bicaranya, Abu

Muhammad Al-Adnani, sehari sebelum wawancara

dengan Azh-Zhawahiri dipublikasikan, dengan tidak

melalui media resminya, ISIS menegaskan bahwa

ketidakpatuhannya kepada Al-Qaidah Pusat

disebabkan manhaj pemimpinnya sekarang (Azh-

Zhawahiri) yang berbeda dengan pemimpin

sebelumnya (Usamah bin Ladin).

Dari sini, harapan agar kedua faksi ini untuk

berdamai belum dapat terwujud hingga hari ini.

Bahkan pada wilayah di mana kedua faksi jihadi ini

memiliki kekuatan seimbang, bentrok senjata

antara kedua faksi tak terelakkan.

Epilog

Pada awal Mei 2013, Aiman Azh-Zhawahiri dalam

sebuah pesan audio yang berjudul Syahaadatu li-

Haqni Dimaa`i l-Mujaahidiina bi sy-Syaam

(Kesaksian Demi Meredam Tumpahnya Darah

Mujahidin Syam) menasehati dan meminta agar

Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS) untuk

memfokuskan diri di Irak untuk melawan musuh

Islam dan Ahlus Sunnah (rezim Irak) di sana.

Seruan dan harapan Azh-Zhawahiri kepada ISIS

tersebut barangkali masih banyak dipahami dalam

konteks perselisihan antara Al-Qaidah Pusat dan

ISIS. Sebenarnya, Azh-Zhawahiri telah menawarkan

suatu strategi brilian untuk mempermalukan AS di

Irak dan menarik mereka kembali ke pusaran

perang berkepanjangan. Bagaimana tidak? AS

keluar dari Irak dengan mengklaim sebagai

pemenang perang dengan rivalnya, Al-Qaidah.

Namun, tidak lama setelah penarikan mundur

pasukan AS, musuh yang dulu mereka klaim

berhasil dikalahkan telah berhasil merangsek

masuk ke Fallujah, dan kini telah menguasai Mosul

yang jarak hanya tinggal beberapa kilometer lagi

dari Baghdad, ibu kota Irak. Kota-kota yang sekitar

tujuh tahun mereka pertahankan ternyata

sedemikian mudah direbut oleh afiliasi Al-Qaidah.

Warga AS yang keluarganya menjadi korban di Irak

merasa terpukul, sementara para veterannya

histeris agar pengorbanan mereka tidak dibiarkan

sia-sia dan meminta kota-kota tersebut direbut

kembali. Inilah riil perang yang dikehendaki Al-

Qaidah.

Al-Qaidah beranggapan bahwa perang sejati

mereka adalah ketika mereka berhadapan dengan

AS, sementara selainnya merupakan batu loncatan

mereka untuk menarik AS terjun ke dalam pusaran

perang. Untuk itu, selama AS masih mampu untuk

mengirimkan pasukannya, Al-Qaidah tidak mau

latah mengontrol penuh suatu wilayah atau negara

yang menguras potensi dan finansial mereka,

dengan tetap menyosialisasikan ide-ide

perlawanan mereka kepada umat Islam.

Sepertinya Al-Qaidah cukup sadar—sebagaimana

yang disebutkan Abdullah bin Muhammad—bahwa

perang sekarang ini bukan sekedar

memperebutkan suatu wilayah dan

mendeklarasikan bahwa perang telah usai. Namun,

titik tekannya lebih pada kemampuan untuk

survive (bertahan) agar mampu melanjutkan

perang hingga musuh utama mampu dilumpuhkan.

Wallahu a’lam. (Ali Sadikin)

Page 17: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

17

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

Membentuk Negara

“Perang sepanjang sejarah telah dilancarkan untuk penaklukan dan penjarahan.... Singkat kata, itulah perang.

Kelas ‘tuan’ (yang kuat) selalu yang menyatakan perang; sedangkan kelas ‘sasaran’ selalu melawan dalam

pertempuran.”

(Eugene Debs)

Tulisan ini mencoba mengkaji ulang tentang

konsep negara, bagaimana teori terbentuknya, dan

bagaimana suatu negara yang established (mapan)

terbentuk atau dibangun melalui peperangan.

Teori yang digunakan dalam tulisan ini adalah teori

politik dan administrasi negara.

Negara dalam bahasa asing disebut daulah (Arab),

de staat (Belanda), state (Inggris), dan le’etat

(Prancis). Dalam teori tata negara umum, negara

biasanya didefinisikan sebagai berikut:

- Negara dalam arti luas adalah kesatuan sosial

yang diatur secara konstitusional untuk

mewujudkan kepentingan bersama.

- Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi

yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi,

sosial maupun budayanya diatur oleh

pemerintahan yang berada di wilayah tersebut.

- Negara adalah pengorganisasian masyarakat

suatu wilayah tersebut dengan sejumlah orang

yang menerima keberadaan organisasi ini.

Keberadaan negara, seperti organisasi secara

umum, adalah untuk memudahkan anggotanya

(rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-

citanya. Keinginan bersama ini dirumuskan dalam

suatu dokumen yang disebut sebagai konstitusi,

termasuk di dalamnya nilai-nilai yang dijunjung

tinggi oleh rakyat—secara terpaksa maupun

sukarela—sebagai anggota negara, yang kemudian

dikenal sebagai dasar negara.

Dalam konsep negara modern, negara dipandang

dalam perspektif yang materialistik, yaitu terkait

erat dengan keinginan rakyat untuk mencapai

kesejahteraan bersama dengan cara-cara yang

disepakati.

Berikut ini pendapat beberapa pakar kenegaraan

tentang negara:

a. Robert M. MacIver (R.M. Mac Iver: 1926)

Negara adalah persembatanan (penarikan) yang

bertindak lewat hukum yang direalisasikan oleh

pemerintah yang dilengkapi dengan kekuasaan

untuk memaksa dalam satu kehidupan yang

dibatasi secara teritorial mempertegak syarat-

syarat lahir yang umum dari ketertiban sosial.

Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan

penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu

wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang

diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk

maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa.1

b. Logeman (Solly Lubis: 2007)

Negara adalah organisasi kemasyarakatan yang

dengan kekuasaannya bertujuan untuk mengatur

dan mengurus masyarakat tertentu.

c. Hoge de Groot (Solly Lubis: 2007)

Negara adalah ikatan-ikatan manusia yang insaf

akan arti dan panggilan hukum kodrat.

1 R.M. MacIver, The Modern State, London: Oxford University

Press, 1926, h. 22.

Page 18: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

18

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

d. George Jellinek (George Jellinek, Algemeine

Staatsleh.re)

Negara adalah organisasi kekuasaan dari

sekelompok manusia yang telah berkediaman di

wilayah tertentu.

e. George Wilhelm Friedrich Hegel

Negara merupakan organisasi kesusilaan yang

muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan

individual dan kemerdekaan universal.

f. Krannenburg (Krannenburg: 1951)

Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena

kehendak dari suatu golongan atau bangsanya

sendiri.

g. Roger H. Soltau (Roger H. Soltau: 1961)

Negara adalah alat (agency) atau kewenangan

(authority) yang mengatur atau mengendalikan

persoalan-persoalan bersama atas nama

masyarakat.2

h. Aristoteles (Solly Lubis: 2007)

Asosiasi yang setinggi-tingginya dan yang

sempurna-sempurnanya yang dapat dicapai oleh

manusia untuk keperluan hidup bersama.

i. Benedictus de Spinoza

Negara adalah susunan masyarakat yang integral

(kesatuan) antara semua golongan dan bagian dari

seluruh anggota masyarakat (persatuan

masyarakat organis).

j. Harold J. Laski (Harold J. Laski: 1947)

Negara adalah suatu masyarakat yang

diintegrasikan karena memiliki wewenang yang

bersifat memaksa dan yang secara sah lebih

berkuasa daripada individu atau kelompok yang

merupakan bagian dari masyarakat. Masyarakat

adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan

bekerja sama untuk memenuhi terkabulnya

keinginan-keinginan mereka bersama. Masyarakat

merupakan negara kalau cara hidup yang harus 2 Robert M. Soltau, An Introduction to Politics, h. 1.

ditaati baik oleh individu maupun oleh asosiasi-

asosiasi ditentukan oleh suatu wewenang yang

bersifat memaksa dan mengikat.”3

k. W.L.G. Lemaire (Kurmiaty: 2003)

Negara tampak sebagai suatu masyarakat manusia

teritorial yang diorganisasikan.

l. Max Weber (Max Weber: 1958)

Negara adalah suatu masyarakat yang memonopoli

penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu

wilayah).

m. Bellefroid

Negara adalah suatu persekutuan hukum yang

menempati suatu wilayah untuk selama-lamanya

dan dilengkapi dengan suatu kekuasaan tertinggi

untuk menyelenggarakan kemakmuran rakyat

sebesar-besarnya.

n. Thomas Hobbes (Deddy Ismatullah: 2007)

Negara adalah suatu tubuh yang dibuat oleh orang

banyak beramai-ramai, masing-masing berjanji

akan memakainya menjadi alat untuk keamanan

dan perlindungan bagi mereka.

o. J.J. Rousseau (Solly Lubis: 2007)

Negara adalah perserikatan dari rakyat bersama-

sama yang melindungi dan mempertahankan hak

masing-masing diri dan harta benda anggota-

anggota yang tetap hidup dengan bebas merdeka.

p. Karl Marx

Negara adalah suatu alat kekuasaan bagi manusia

(penguasa) untuk menindas kelas manusia lainnya.

q. Max Weber

Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai

monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara

sah dalam sesuatu wilayah.4

3 Harold J. Laski, The State in Theory and Practice, New York:

The Viking Press, 1947, h. 8-9. 4 H.H. Gerth and C. Wright Mills, terj., editorial dan pengantar

dari buku Max Weber, Essays in Sociology, New York: Oxford

University Press, 1958, h. 78.

Page 19: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

19

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

r. Ibnu Abi Ar-Rabi’

Ibn Abi Ar-Rabi’ berpendapat bahwa untuk

mendirikan negara diperlukan beberapa dua unsur

dan sendi. Pertama, harus ada wilayah di

dalamnya, terdapat terdapat air bersih, tempat

mata pencarian, terhindar dari serangan musuh,

jalan-jalan raya, tempat shalat di tengah kota, dan

pasar-pasar. Kedua, harus ada raja atau penguasa

sebagai pengelola negara yang akan

menyelenggarakan segala urusan negara dan

rakyat.5

Ringkasnya, negara (state) adalah suatu organisasi

dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan

tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.

Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik.

Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang

mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-

hubungan manusia dalam masyarakat dan

menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam

masyarakat.

Manusia hidup dalam suasana kerja sama,

sekaligus suasana antagonis dan penuh

pertentangan. Negara adalah organisasi yang

dalam sesuatu wilayah dapat memaksakan

kekuasaannya secara sah terhadap semua

golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat

menetapkan tujuan-tujuan dari dari kehidupan

bersama itu.

Jadi sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa

negara adalah suatu daerah teritorial yang

rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah

pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga

negaranya ketaatan pada peraturan perundang-

undangannya melalui penguasa (kontrol)

monopolisitik terhadap kekuasaan yang sah.

5 Ibnu Abi Ar-Rabi’, Suluk Al-Malik fi Tadbir Al-Mamalik, Kairo:

Dar Asy-Sya’bah, 1970.

Sifat-Sifat Negara

Negara mempunyai sifat khusus yang merupakan

manifestasi dari kedaulatan yang dimilikinya.

Berikut adalah sifat-sifat negara :

1. Sifat memaksa

Agar peraturan perundang-undangan ditaati

dan dengan demikian terjadi sebuah

penertiban.

2. Sifat monopoli

Negara mempunyai tujuan dalam menetapkan

tujuan bersama dari masyarakat.

3. Sifat mencakup semua (all—encompassing, all-

embracing)

Semua peraturan perundang-undangan berlaku

untuk semua tanpa terkecuali.

Unsur-Unsur Negara

Unsur negara sebagai syarat berdirinya suatu

negara rakyat, wilayah, pemerintahan dan

pengakuan suatu negara apabila ingin diakui

sebagai negara yang berdaulat secara internasional

harus memenuhi empat persyaratan unsur negara

berikut ini :

1. Memiliki Wilayah

Untuk mendirikan suatu negara dengan kedaulatan

penuh diperlukan wilayah yang terdiri atas darat,

laut dan udara sebagai satu kesatuan. Untuk

wilayah yang jauh dari laut tidak memerlukan

wilayah lautan. Di wilayah negara itulah rakyat

akan menjalani kehidupannya sebagai warga

negara dan pemerintah akan melaksanakan

fungsinya.

2. Memiliki Rakyat

Diperlukan adanya kumpulan orang-orang yang

tinggal di negara tersebut dan dipersatukan oleh

suatu perasaan. Tanpa adanya orang sebagai

rakyat pada suatu ngara maka pemerintahan tidak

Page 20: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

20

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

akan berjalan. Rakyat juga berfungsi sebagai

sumber daya manusia untuk menjalankan aktivitas

kehidupan sehari-hari.

3. Pemerintahan yang Berdaulat

Pemerintahan yang baik terdiri atas susunan

penyelengara negara seperti lembaga yudikatif,

lembaga legislatif, lembaga eksekutif, dan lain

sebagainya untuk menyelengarakan kegiatan

pemerintahan yang berkedaulatan.

4. Pengakuan dari Negara Lain

Untuk dapat disebut sebagai negara yang sah

membutuhkan pengakuan negara lain baik secara

de facto (nyata) maupun secara de yure.

Sekelompok orang bisa saja mengakui suatu

wilayah yang terdiri atas orang-orang dengan

sistem pemerintahan, namun tidak akan disetujui

dunia internasional jika didirikan di atas negara

yang sudah ada.

Tujuan dan Fungsi Negara

Menurut Roger H. Soltau, tujuan negara adalah

“Memungkinkan rakyatnya berkembang serta

menyelenggarakan daya ciptanya sebebas

mungkin.”6

Adapun menurut Harold J. Laski, “Menciptakan

keadaan di mana rakyat dapat mencapai keinginan-

keinginan mereka secara maksimal.”7

Namun, setiap negara—terlepas dari apa

ideologinya—menyelenggarakan beberapa fungsi

minimum yang mutlak diperlukan, yaitu:

1. Melaksanakan penertiban (Law and Order)

2. Mengusahakan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat

3. Pertahanan

6 Soltau, An Introduction to Politics, h. 253.

7 Laski, The State in Theory and Practice, h. 12.

4. Menegakkan keadilan

Charles E. Merriam menyebutkan lima fungsi

negara,8 yaitu:

1. Keamanan ekstern

2. Ketertiban intern

3. Keadilan

4. Kesejahteraan umum

5. Kebebasan

Keseluruhan fungsi negara di atas diselenggarakan

oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan bersama.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa negara merupakan

lembaga tertinggi dalam masyarakat atau bangsa

yang merupakan wadah bagi masyarakat untuk

mendapatkan kesejahteraan dan keadilan secara

utuh. Sebuah negara harus memiliki unsur pokok

yaitu wilayah, rakyat, pemerintahan yang

berdaulat baik keluar maupun ke dalam, kemudian

mendapat pengakuan internasional.

Di dalam sebuah negara juga terdapat sebuah

pemerintahan (government) dan tata

pemerintahan (governance) yang saling

mempengaruhi satu sama lainnya. Jadi, bisa

dikatakan bahwa dengan menciptakan tata

pemerintahan yang baik, maka pemerintah

(government) yang baik juga akan tercipta. Di

dalam suatu negara juga terdapat sebuah bentuk-

bentuk pemerintahan yang sangat mempengaruhi

perkembangan negara itu sendiri. Dan bentuk-

bentuk pemerintahan di dalam suatu negara

sangat identik dengan kekuasaan. 9

8 Charles E. Merriam, Systematic Politics , Chicago: University

of Chicago Press, 1947. 9 Herry Wahyudi, “Konsep Negara”, 18 April 2011,

http://politik.kompasiana.com/2011/04/17/konsep-negara-

356405.html

Page 21: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

21

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

Bentuk Negara

Bentuk negara terbagi sebagai berikut.

a. Negara Konfederasi

Negara konfederasi adalah negara yang terdiri dari

persatuan beberapa negara yang berdaulat.

Persatuan tersebut diantaranya dilakukan guna

mempertahankan kedaulatan dari negara-negara

yang masuk ke dalam Konfederasi tersebut.

b. Negara Kesatuan

Negara ini disebut juga negara unitaris. Ditinjau

dari segi susunannya, negara kesatuan adalah

negara yang tidak tersusun dari beberapa negara,

sifatnya tunggal. Artinya, hanya ada satu negara,

tidak seperti negara federal dimana ada negara di

dalam negara. Dengan demikian, di dalam negara

kesatuan hanya ada satu pemerintahan, yaitu

pemerintahan pusat yang mempunyai kekuasaan

atau wewenang tertinggi dalam segala lapangan

pemerintahan. Ciri-ciri Negara kesatuan anta lain.

1) Mempunyai 1 UUD

2) Mempunyai 1 presiden

3) Hanya pusat yang berhak membuat UU

Negara kesatuan ini terbagi 2 macam, yaitu:

1) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi

yaitu urusan Negara langsung diatur oleh

pemerintah pusat.

2) Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi

yakni kepala daerah sebagai pemerintah daerah

yang diberikan hak otonomi yakni diberikan

kekuasaan mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri.

c. Negara Serikat (Federal)

Negara Serikat (Federal) adalah negara yang

tersusun dari beberapa negara yang semula berdiri

sendiri-sendiri dan kemudian negara-negara

tersebut mengadakan ikatan kerjasama yang

efektif, tetapi disamping itu, Negara-negara

tersebut masih ingin mempunyai wewenang-

wewenang yang dapat diurus sendiri. Jadi disini

tidak semua urusan diserahkan kepada pemerintah

gabungannya (pemerintah federal), tetapi masih

ada beberapa urusan yang diserahkan oleh

pemerintah negara-negara bagian kepada

pemerintah federal, yaitu urusan-urusan yang

menyangkut kepentingan bersama misalnya urusan

keuangan, pertahanan, angkatan bersenjata,

hubungan luar negeri, dan sebagainya. Adapun ciri-

ciri Negara serikat yakni.

1) Tiap negara bagian mempunyai satu UUD dan

satu Lembaga Legislatif.

2) Masing-masing negara bagian masih

memegang kedaulatan ke dalam, kedaulatan

keluar dipegang pusat.

3) Aturan yang dibuat pusat tidak lgs bisa

dilaksanakan daerah, harus dengan persetujuan

parlemen negara bagian.

d. Negara Khilafah

Bentuk negara ini dikenal dalam sistem politik

Islam, di mana negara ini berbentuk negara global

yang meliputi seluruh wilayah di dunia dengan

kekuasaan yang terpusat, namun bukan tanpa

batas, pada diri seorang kepala negara, yaitu

khalifah.

Teori Terbentuknya Negara

Dari tulisan di atas, kita dapat meringkas apa saja

yang termasuk unsur-unsur suatu negara, di mana

tanpa unsur-unsur tersebut suatu negara tidak

akan bisa disebut dengan negara. Unsur-unsur

yang dimaksud adalah wilayah, penduduk,

pemerintah yang berdaulat, dan juga pengakuan

dari negara lain. Dari unsur-unsur yang sudah

disebutkan di atas, suatu negara dapat terjadi

melalui beberapa proses dan proses-proses itu

dapat kita lihat dari berbagai teori tentang

terbentuknya suatu negara.

Teori terbentuknya suatu negara dibedakan

menjadi empat bagian, yang pertama berdasarkan

teori riwayat pembentukannya, kedua berdasarkan

Page 22: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

22

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

kenyataan apa adanya, ketiga berdasarkan teori

terjadinya, dan terakhir berdasarkan teori riwayat

pertumbuhannya (secara sosiologis).

Berikut macam-macam teori tentang asal mula

terbentuknya negara.

a. Asal mula negara berdasarkan teori riwayat

pembentukannya

1) Teori hukum alam

Teori hukum alam merupakan hasil pemikiran yang

paling awal. Berdasarkan teori hukum alam,

terjadinya negara ialah sesuatu yang alamiah.

Negara terjadi secara alamiah dengan bersumber

dari manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki

kecenderungan berkumpul dan saling

berhubungan untuk mencapai kebutuhan

hidupnya.

Tokoh-tokoh teori ini adalah Plato dan Aristoteles.

Negara menurut Plato (429–347 SM) ialah suatu

keluarga besar yang setiap anggotanya saling

berhubungan, bekerja sama, serta memiliki tugas

sendiri untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Adapun negara menurut Aristoteles (384–322 SM)

bermula dari keluarga, sekelompok keluarga,

kemudian bergabung menjadi lebih besar, dan

terbentuklah desa, masyarakat luas, serta akhirnya

terbentuk negara.

2) Teori ketuhanan (teokrasi)

Teori ini juga dikenal sebagai doktrin teokrasi

tentang asal mula negara. Pada abad pertengahan,

teori ini dipakai untuk membenarkan kekuasaan

raja yang mutlak. Berdasarkan teori ini, raja

bertakhta karena kehendak Tuhan.

Kekuasaan dan hak-hak raja untuk memerintah dan

bertakhta berasal dari Tuhan. Pelanggaran

terhadap kekuasaan raja merupakan pelanggaran

terhadap Tuhan. Raja serta pemimpin-pemimpin

negara hanya bertanggung jawab kepada Tuhan,

tidak kepada siapa pun. Penganjur teori ini adalah

Agustinus, F.J. Stahl, Thomas Aquinas, Ludwig Von

Halfer, serta F. Hegel.

3) Teori perjanjian (perjanjian masyarakat)/teori

kontrak sosial

Menurut teori ini, kehidupan manusia dipisahkan

dalam dua zaman, yakni zaman sebelum ada

negara serta zaman sesudahnya. Keadaan tidak

bernegara (pranegara) disebut keadaan alamiah. Di

sini individu hidup tanpa organisasi serta pimpinan,

tanpa hukum, dan tanpa negara serta pemerintah

yang mengatur hidup mereka. Keadaan alamiah itu

harus diakhiri dengan jalan mengadakan perjanjian

bersama. Dibentuklah negara melalui suatu

perjanjian di mana individu-individu merupakan

pesertanya. Negara berdaulat merupakan

tujuannya sehingga dapat melindungi serta

menjamin kehidupan mereka. Perjanjian ini disebut

perjanjian masyarakat atau kontrak sosial. Pelopor

teori perjanjian ini adalah Plato, Aristoteles,

Thomas Hobbes, John Locke, dan J.J. Rousseau.

4) Teori kekuasaan/kekuatan

Teori ini berpendapat bahwa negara timbul karena

orang-orang kuat menaklukkan orang-orang lemah.

Untuk dapat menguasai orang-orang lemah, maka

didirikanlah organisasi, yaitu negara. Teori ini

dikemukakan oleh Karl Marx (1818–1883),

Frederick Engels, Harold J. Laski (1893–1950), F.

Oppenheimer, dan Leon Duguit.

Keempat teori di atas sering disebut juga dengan

teori Klasik Tradisional. Sejak zaman dahulu, teori

ini sudah ada dan hingga kini masih tetap selalu

dipelajari oleh mereka yang ingin mempelajari

negara serta hukum. Namun, pada masa sekarang,

ajaran dari keempat teori tersebut tidak

memberikan kepuasan. Itulah sebabnya timbul

berbagai reaksi terhadap teori-teori tersebut.

Page 23: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

23

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

b. Asal mula negara menurut kenyataan apa

adanya

Ahli-ahli tata negara modern tidak menyetujui

adanya usaha untuk menyelidiki asal mula negara

serta hakiki historis dari negara. Mereka bersikap

skeptis serta menganggap tidak perlu lagi untuk

mengetahui dan menyelidiki tentang asal mula

negara itu, yang penting kita terima saja negara itu

sebagaimana adanya sebagai suatu kenyataan.

Menurut kejadian yang nyata, negara itu

terbentuk, antara lain, karena hal-hal berikut.

1) Peleburan (fusi), merupakan penggabungan

antara dua atau lebih negara menjadi suatu negara

baru. Misalnya, pembentukan Kerajaan Jerman

tahun 1871 dan peleburan Jerman Barat serta

Jerman Timur pada tanggal 3 Oktober 1990.

2) Pemisahan diri, yaitu memisahnya suatu bagian

wilayah negara untuk menciptakan suatu negara

baru. Pemisahan diri tidak dapat dikatakan sama

dengan pemecahan karena negara yang lama

masih ada. Contohnya, Belgia terhadap Belanda

tahun 1839, Bangladesh terhadap Pakistan tahun

1971, dan Timor Timur (Timor Leste) dari Indonesia

tanggal 30 Agustus 1999.

3) Pemecahan, yaitu terpecahnya suatu negara

yang menimbulkan negara-negara baru sehingga

negara sebelumnya menjadi hilang (lenyap).

Misalnya, negara Columbia pecah menjadi negara-

negara baru (Venezuela, Equador, dan Columbia

Baru) pada tahun 1832; Uni Soviet terpecah-pecah

menjadi Rusia, Lithuania (11 Maret 1990), Estonia

(20 Agustus 1991), Latvia (21 Agustus 1991),

Belarusia, Kazakhstan, Ukraina, Azerbaijan,

Kirgiztan, Uzbekistan, dan Armenia; Yugoslavia

terpecah menjadi negara-negara Serbia-

Montenegro, Kroasia (25 Juni 1991), Slovenia (25

Juni 1991), Bosnia- Herzegovina (15 Oktober 1991),

dan Macedonia (9 September 1991).

4) Penaklukan, yaitu suatu daerah yang telah

diduduki seseorang atau bangsa yang kemudian

diambil alih untuk didirikan negara di wilayah itu.

Misalnya, Liberia adalah daerah kosong yang

dijadikan negara oleh para budak negro yang telah

dimerdekakan orang Amerika. Liberia

dimerdekakan pada tahun 1847.

5) Pendudukan, yaitu ketika suatu wilayah yang

tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian

diduduki dan dikuasai oleh suku atau kelompok

tertentu. Contohnya Liberia, yang didirikan oleh

para bekas budak kulit hitam dari Amerika.

6) Penguasaan terhadap wilayah yang ada

penduduknya, namun belum berpemerintahan

sebelumnya. Misalnya, Australia merupakan

daerah baru yang ditemukan Inggris meskipun di

sana terdapat suku Aborigin untuk selanjutnya

dibuat koloni. Penduduknya didatangkan dari

daratan Eropa. Australia dimerdekakan tahun 1901

oleh Inggris.

7) Penyerahan, yaitu ketika suatu wilayah

diserahkan kepada negara lain berdasarkan

perjanjian tertentu. Penyerahan ini juga dapat

diikatakan pemberian kemerdekakaan kepada suatu

koloni oleh negara lain yang umumnya adalah

bekas jajahannya. Contohnya, Kongo

dimerdekakan oleh Prancis dan dan Brunei

Darussalam dimerdekakan oleh Inggris.

8) Penarikan, di mana Awalnya suatu wilayah

terbentuk akibat naiknya lumpur sungai/ timbul

dari dasar laut (delta). Wilayah tersebut kemudian

dihuni oleh sekelompok orang sehingga akhirnya

membentuk negara. Contohnya Mesir yang

terbentuk dari delta Sungai Nil.

9) Pencaplokan (penguasaan), yaitu suatu negara

berdiri di suatu wilayah yang dikuasai bangsa lain

tanpa reaksi berarti. Contohnya Israel mencaplok

Palestina (1947).

10) Pembentukan Baru, di mana suatu negara baru

muncul di atas suatu negara yang pecah karena

suatu hal kemudian lenyap. Contohnya Columbia

lenyap, kemudian menjadi Venezuela dan

Columbia yang baru, atau Cekoslowakia menjadi

Ceko dan Slowakia.

Page 24: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

24

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

11) Perjuangan (proklamasi), yaitu suatu daerah

yang pada awalnya merupakan tanah jajahan dari

negara lain, suatu saat menyatakan

kemerdekaannya. Misalnya, Indonesia menyatakan

kemerdekaannya atas penjajahan Jepang dan

Belanda pada tanggal 17 Agustus 1945. Di samping

itu, kebanyakan negara di Asia dan Afrika yang

merdeka setelah Perang Dunia II merupakan hasil

perjuangan rakyatnya.

c. Asal mula negara menurut teori terjadinya

1) Teori organis

Negara dipersamakan dengan organisme hidup

manusia atau binatang. Individu yang merupakan

komponen-komponen negara dipandang sebagai

sel-sel dari makhluk hidup itu. Kehidupan korporal

dari negara dapat disamakan dengan tulang-

belulang manusia. Undang-undang sebagai urat

syaraf, raja (kaisar) sebagai kepala, serta para

individu sebagai dagingnya. Penganut teori ini ialah

Nicholas dan J.W. Schelling.

2) Teori historis

Lembaga-lembaga sosial tidak dibuat, melainkan

tumbuh secara evolusioner sesuai dengan

kebutuhan-kebutuhan manusia merupakan

penjelasan teori historis atau teori evolusionistis.

Lembaga-lembaga itu tidak luput dari pengaruh

tempat, waktu, serta tuntutan-tuntutan zaman

guna memenuhi kebutuhan manusia. Negara

akhirnya dibentuk dalam rangka memenuhi

tuntutan-tuntutan zaman.

d. Asal mula negara berdasarkan riwayat

pertumbuhannya (secara sosiologis)

Terjadinya negara adalah melalui suatu proses,

yakni pertama-tama lahir sebuah rumah tangga

baru yang kemudian berkembang hingga akhirnya

membentuk suatu kesatuan yang lebih besar yang

disebut keluarga. Biasanya keluarga diurus oleh

orang yang dipandang tertua. Perasaan

perhubungan darah yang sama serta telah

mempunyai kesadaran dalam berorganisasi

kemudian membentuk suku.

Apabila suku telah menempati suatu daerah

tertentu, mempunyai cita-cita untuk bersama,

serta bertekad teguh memperjuangkan cita-cita

mereka karena perasaan senasib dalam sejarah,

maka terbentuklah bangsa. Akhirnya, apabila

bangsa dalam mengejar cita-citanya telah berada

pada suatu organisasi kekuasaan yang kuat serta

teratur yang disebut pemerintah yang berdaulat,

maka terbentuklah negara.

Bagaimana Perang Membentuk Negara dan

Sebaliknya

Konsep negara yang dimiliki saat ini memang

memiliki masalah. Masalah yang sangat mendasar

adalah melihat kembali atau merevisi konsep

negara sendiri yang menjadi problematik, serta

bahasa konseptual dan politik negara yang

menutup proses kreatif pencarian alternatif bentuk

dan konsep negara.

Problem yang sistemik yang saat ini tengah

melanda banyak negara kebangsaan (nation-state)

di dunia menunjukkan bahwa fenomena negara

sebagai instrumen kekuasaan dan kontrol

masyarakat dalam sebuah bangsa mulai

dipertanyakan legitimasinya.

Selama ini, ketika berbicara tentang konsep negara

modern, lebih banyak orang berbicara bahwa

negara dibentuk karena “proses demokratis”,

padahal ada teori lain bahwa negara bisa dibentuk

oleh proses lain, misalnya perang. Michael Bakunin

menyatakan, “Kekuasaan dan kemuliaan suatu

negara kebangsaan selalu diukur dengan

kerusakan yang ditimbulkan pada bangsa lain.”

Charles Tilly pernah mengungkapkan, "Bagaimana

Perang Membentuk Negara, dan Sebaliknya,

Bagaimana Negara Menentukan Perang".

Maksudnya adalah bahwa sepanjang sejarah—

Page 25: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

25

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

sejak sistem berbentuk pre-nation-state maupun

post-nation-state—negara terbentuk di atas dasar

kekuatan (force) dan muslihat (fraud). Yang sering

kali pula tidak disadari adalah bahwa sistem negara

modern hari ini banyak didirikan dengan kekuatan

ekstrem, melalui peperangan yang berdarah-darah

selama berabad-abad.

Ketika meneliti perubahan politik, sosial, dan

teknologi di Eropa dari abad pertengahan hingga

saat ini, Tilly berusaha untuk menjelaskan

keberhasilan yang belum pernah terjadi

sebelumnya dari negara kebangsaan (nation-state)

sebagai negara yang dominan di Bumi. Menurut

teorinya, inovasi militer di pra-Eropa modern

(terutama mesiu dan tentara massa) membuat

perang sangat mahal. Konsekuensinya, hanya

negara dengan jumlah modal yang cukup serta

populasi yang besar yang mampu ‘membayar’

untuk keamanan mereka, dan akhirnya bertahan di

lingkungan yang tidak bersahabat. Lembaga negara

modern (seperti pajak) diciptakan untuk

memungkinkan keputusan perang (war making).10

Bagaimana keadaan menjadi lebih buruk bisa

dilihat dari sistem negara kebangsaan yang cukup

banyak ditemukan di Eropa. Sistem ini telah

diekspor ke seluruh dunia melalui penjajahan

Eropa secara ekstrem dengan kekuatan, yang

menyebabkan kerusakan yang tak terhitung dan

penderitaan. Di Afrika saja, misalnya, puluhan juta

jiwa terbunuh oleh pemukim Eropa selama periode

kolonial. Karena alasan inilah, Randolph Bourne

mengatakan, "Perang adalah kesehatan suatu

bangsa."11

10 Charles Tilly. 1990. Coercion, Capital, and European States,

AD 990–1990. Cambridge, Mass., USA: B. Blackwell 11 Untuk diskusi yang mencerahkan tentang bagaimana

perang memberikan keuntungan kepada penguasa, lihat:

Major General Smedley D. Butler, War is a Racket,

www.ratical.org/ratville/CAH/warisaracket.pdf, dan Ed Rippy,

War is Still a Racket, http://erippy.home.mindspring.com/

War_Is_Still_a_Racket.html

Sistem negara kebangsaan bukanlah suatu entitas

organik, bertentangan dengan yang selama ini

banyak dipercayai dari pakar seperti Hegel. Sistem

negara kebangsaan belum tentu merupakan

bentuk alami dari organisasi sosial atau manusia.

Jika demikian, hukum alam akan membenarkannya

sehingga tidak perlu menggunakan kekerasan

untuk mempertahankan diri sebagai ideologi yang

dibangun oleh entitas atau kekuatan, sementara

kenyataannya justru sebaliknya.

Noam Chomsky mengatakan:

"Pada dasarnya, sistem modern negara-bangsa

yang dikembangkan di Eropa sejak periode abad

pertengahan, dan itu sangat sulit untuk dibangun:

Eropa memiliki sejarah yang sangat berdarah,

sejarah yang sangat buas dan berdarah, dengan

perang, konstan, besar, dan sebagainya. Itu semua

bagian dari upaya untuk membangun sistem

negara-bangsa. Ini hampir tidak ada kaitannya

dengan cara orang hidup, atau asosiasi mereka,

atau apa pun secara khusus, sehingga sistem ini

harus didirikan atas dasar kekuatan, dan didirikan

melalui berabad-abad perang berdarah.

Peperangan yang berakhir pada tahun 1945—dan

satu-satunya alasan mengapa perang itu

berakhir—karena perang berikutnya akan

menghancurkan segalanya. Jadi itu berakhir pada

tahun 1945. Itu yang kita harapkan; jika tidak, itu

akan menghancurkan segalanya.12 Jadi, "kegiatan

utama [di Eropa] adalah membantai satu sama lain

sampai 1945."

Kemudian ia memberikan contoh lebih lanjut,

bagaimana Perjanjian Westphalia tidak banyak

berkutik untuk mencegah perang di dalam atau di

Eropa atau antara negara-negara Barat, demikian

pula Liga Bangsa-Bangsa atau Pakta Kelogg-Briand.

PBB Perserikatan Bangsa-bangsa memang

berkontribusi bagi perdamaian di Barat, tetapi

hanya karena "apa yang ada di kepala orang Eropa 12 Noam Chomsky, Understanding Power, h. 314.

Page 26: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

26

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

adalah pada waktu berikutnya mereka akan pergi

ke perang yang akan menghapus seluruh dunia,

karena tingkat teknologi militer telah mencapai

titik bahwa berikutnya kita akan memainkan

permainan ini yang akan mengakhiri ‘semuanya’. 13

Seperti yang diperkirakan, ini berarti penyaluran

secara tradisional-brutal melalui berbagai cara di

mana yang menjadikan Dunia Ketiga sebagai

targetnya sebagai "penjahat". Ada banyak

mekanisme di mana budaya mendalam terorisme

yang berlaku di peradaban Barat menyasar pada

populasi Dunia Ketiga: serangan militer langsung,

perang perantara (proxy war), perdagangan

senjata (yang dalam beberapa hal adalah legal

tanpa sah, karena itu bertanggung jawab atas

sejumlah besar represi, kematian, dan penderitaan

di Selatan),14 sanksi perdagangan, dan pencekikan

ekonomi (termasuk program penyesuaian

struktural IMF), ketika negara Dunia Ketiga

menolak untuk mematuhi perintah Barat, dengan

mencoba untuk menyerang aspek kemandirian.

Logikanya sederhana dan mudah: Karena negara

kapitalis berbasis militer adalah permainan kosong-

kosong (zero-sum game),15 sejak Masyarakat Eropa

(dan kemudian cabang Amerika Utara) selalu

sangat hierarkis, tidak setara, dan brutal, karena

kekayaan dari beberapa selalu dibayar oleh

punggung mayoritas yang miskin. Konsekuensinya,

Anda harus berperang, dari satu bentuk ke bentuk

lain, terhadap kemanusiaan, baik domestik dan

internasional.

13 Chomsky, The New Cold War, Red Pepper,

http://www.redpepper.org.uk/cularch/xalmeida.html 14 Untuk menyingkap lebih dalam soal perdagangan senjata,

lihat: Gideon Burrows, The No-Nonsense Guide to the Arms

Trade. 15 Sampai-sampai, figur pro-kapitalis terkenal seperti John. M

Keynes pernah mengatakan, “Kapitalisme adalah keyakinan

tidak biasa yang meyakini bahwa laki-laki yang menjijikkan,

untuk alasan yang menjijikkan, entah bagaimana caranya,

akan bekerja untuk kepentingan kita semua.”

Hal ini penting untuk memahami bahwa "setiap

negara, setiap negara, memiliki musuh utama:

penduduk sendiri. Jika politik mulai keluar di dalam

negeri sendiri dan penduduk mulai semakin aktif,16

orang-orang dengan kekuasaan tidak dapat

mempertahankan kekuasaan, sehingga menjadi

sangat rapuh.

Segala hal yang ‘mengerikan’ bisa terjadi jika rakyat

mulai mempertanyakan dan menantang pusat-

pusat kekuasaan, ketika mereka berhenti

membiarkan diri mereka—yang selama ini dipukuli

—tetap tunduk. Karena itu, dari sudut pandang

pemegang kekuasaan, penduduk harus tetap diam

dan patuh serta pasif. Di Dunia Ketiga, melalui regu

pembantai, di rumah, melalui cara halus dan tidak

langsung seperti propaganda.

Selanjutnya, Tilly menunjukkan bahwa terorisme

negara Barat (pilihan istilahnya adalah

"pemaksaan") itu terkait erat dengan properti

kapitalistik; dan itu memiliki banyak hubungannya

dengan akumulasi modal, yang menurutnya,

berkonsekuensi pada pemaksaan untuk bekerja.

Jika Anda ingin menaklukkan orang, apakah Anda

sendiri atau penduduk asing, atau keduanya, cara

untuk mewujudkannya adalah dengan tindakan

koersif. Tentu saja, karena "Masalah kontrol sosial

meningkat sejauh negara terbatas dalam

kapasitasnya untuk memaksa...."17

Hubungan negara-perusahaan yang telah

menggunakan propaganda untuk dapat

mengontrol domestik populasi. Propaganda adalah

sebuah formalitas demokrasi, sementara

kekerasan adalah pendekatan negara totaliter,

meski sebenarnya masih berlangsung sistem

terorisme domestik melawan Afro-Amerika, Latin,

penduduk asli Amerika, dan pembangkang

umumnya di Amerika Serikat, di bawah FBI

16 Chomsky, Understanding Power, h. 70. 17 Lihat: Chomsky, Deterring Democracy,

http://www.zmag.org/Chomsky/dd/dd-c04-s01.html

Page 27: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

27

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

Cointelpro). Namun, seperti yang dinyatakan di

atas, negara-negara Barat sering melakukan

kekerasan pada skala yang signifikan secara

internasional, baik secara langsung maupun

dengan perantara (proxy), untuk melindungi dan

memajukan kepentingan swasta.

Untuk alasan ini, salah satu penggagas ilmu politik

modern, Harold Lasswell, mengatakan, "Peristiwa

modern telah secara tajam mengingatkan kita

bahwa distribusi tergantung pada mitos dan

kekerasan (iman dan perampokan) serta tawar-

menawar."18

Sebelumnya, Winston Churchill mengakui hal yang

sama, meskipun lebih deskriptif, "Kami bukanlah

orang-orang muda dengan tidak bersalah merekam

dan warisan langka. Kami telah asyik untuk diri kita

sendiri... dan sama sekali bagian yang tidak

proporsional dari kekayaan dan lalu lintas dunia.

Kita sudah mendapat semua yang kita inginkan

dalam wilayah, dan klaim kita dibiarkan dalam

menikmati tanpa gangguan dari harta yang luas

dan indah, terutama diakuisisi oleh kekerasan,

sebagian besar dikelola oleh kekerasan, sering

tampak kurang masuk akal untuk orang lain

daripada kita." 19 Tidaklah mengherankan, jika

kemudian ditemukan bahwa asal-mula perang

terletak pada ‘pencurian’, dan ini masih saja

berlaku.20

18 Harold Lasswell, Politics: Who Gets What,When, How, h. 8. 19 Clive, Churchill, h. 132. Kata-kata yang dicetak miring

merupakan ungkapan Churchill sendiri. 20 “Inti kesimpulannya—dan ini tidak begitu mengejutkan—

bahwa dokumenter dan catatan sejarah menujukkan bahwa

kebijakan internasional dan keamanan AS berakar dalam

struktur kekuasaan dalam masyarakat domestik, yang

memiliki tujuan utama untuk melestarikan apa yang kita

sebut sebagai 'kelima kebebasan', yang bisa dipahami secara

kasar—namun cukup akurat—sebagai kebebasan untuk

merampok, mengeksploitasi, dan mendominasi, yaitu untuk

melakukan tindakan apa pun guna memastikan bahwa

‘keistimewaan yang ada’ terlindungi dan meningkat.”

Chomsky, The Culture of Terrorism:

Dalam studi besar tentang pembentukan negara

Eropa, Tilly secara akurat mengamati bahwa

selama terakhir milenium, keputusan perang (war

making) menjadi proyek elite dominan negara-

negara Eropa. Alasannya: "Secara terpusat,

faktanya tragis sederhana: pemaksaan bekerja;

mereka yang menerapkan gaya besar untuk rekan-

rekan mereka untuk mendapatkan kepatuhan, dan

dari kepatuhan mereka menarik beberapa

keuntungan uang, barang, rasa hormat [dan] akses

ke kesenangan yang tidak dapat diraih oleh orang

yang kurang kuat." (Tilly, 1993: 70).

Sebagai kesimpulan, mengingat semua fakta yang

diulas di atas, kita harus bertanya: Apakah

kekuasaan negara sah? Mari kita gunakan analogi:

Misalkan X berdiri dengan sepatu botnya di leher Y

dan mengeluh bahwa Y (korban X) tidak mengakui

legitimasi X sebagai kekuatan yang dominan.

Dalam kasus seperti itu, bisa jadi Y mengakui

dengan enggan dan takut, sehingga akankah

induksi legitimasi X sebagai kekuatan yang

dominan benar-benar dianggap serius?

Implikasinya adalah cukup jelas: Jika negara benar-

benar struktur yang sah, negara tidak perlu

menjalankan perang dan melakukan tindakan

untuk memaksa serta merekayasa untuk

mengabadikan dirinya sebagai sebuah institusi,

atau apakah perlu untuk menggunakan

propaganda, atau bersembunyi di balik produk

hukum undang-undang. Ini akan berdampingan

dengan lainnya menyatakan harmonis; itu akan

mendorong, memproduksi dan merangkul

kesetaraan substantif, kebebasan, keragaman,

solidaritas, kerjasama, manajemen diri, non- http://www.thirdworldtraveler.com/Chomsky/Culture%20of

%20Terrorism.html

Meskipun Tilly tampak menyadarinya, namun ia

menungkapkan secara diplomatis bahwa: “perang telah

menjadi […] suatu alat pemuas kepentingan ekonomi dari

koalisi yang berkuasa dengan cara meraih akses ke

sumberdaya dari negara-negara lain.” (Coercion, Capital and

European States, h. 30)

Page 28: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

28

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

hegemonik, berbasis keadilan, perdamaian, dan

eco-balance.

Itu tidak akan membutuhkan kepolisian—baik

secara terbuka maupun tertutup—atau aparat

militer berteknologi maju, atau peradilan, atau

sistem penjara atau instrumen koersif lainnya yang

melaluinya orang miskin dan kelas pekerja secara

sinis disubordinasi dan ditindas, sementara orang

kaya dan kuat menikmati impunitas yang lengkap

untuk semua jenis kejahatan yang menakutkan,

untuk kejahatan-kejahatan ekonomi, 21 untuk

kejahatan terhadap perdamaian dan

kemanusiaan,22 untuk degradasi lingkungan,23 dll.,

karena ada kejahatan yang tidak dilakukan oleh

nexus perusahaan negara.

Penghinaan untuk Demokrasi adalah sikap

tradisional yang turut serta dalam kuasa dan hak

istimewa. Sikap dapat ini dapat ditelusuri kembali

ke bentuk Republik Plato, yang merupakan sebuah

saluran totaliter, tetapi biasanya dihaluskan oleh

para elite Barat sebagai tempat tidur bersalin

demokrasi.

Orang langka yang terus terang dipandang jahat,

yaitu Hitler, bahkan tidak melakukan hal itu. Dalam

hal ini, Machiavelli juga layak mendapatkan kredit,

karena ia setidaknya jujur tentang politik

21 Dalam konteks ini, kejahatan ekonomi tidak hanya

dilakukan dan didukung, tetapi juga dibutuhkan secara

hukum. Justifikasi atas hal ini bahkan diajarkan di hampir

setiap Jurusan Ekonomika di berbagai universitas dan

dicitrakan lewat pers sebagai capaian peradaban. 22 Untuk memverifikasi klaim ini, lihat artikel-artikel sbb.:

William Blum, Killing Hope and Rogue State; Michael Mandel,

How America Gets Away with Murder; Edward Herman,

Real Terror Network; Michael McClintock, Instruments of

Statecraft, dan Alexander George, Western State Terrorism. 23 Bagaimana relasi merkantilisme antara negara dan

perusahaan berperan dalam kerusakan lingkungan bisa

dilihat dalam tulisan Chomsky, Hegemony or Survival, h. 3,

234-35, 236; juga karyanya, Understanding Power, h. 24,

58, 60-1, 66-7, 68, 281, 316-17, 386-7, 388-89, 392, 400-

1, crucially with corresponding endnotes, available at

http://www.understandingpower.com/AllChaps.pdf

ketidakjujuran, meskipun ada hal yang perlu

dikritisi dari karyanya, terutama gagasan bahwa

manusia secara inheren jahat. Gagasan ini tanpa

pengamatan empiris, karena pertanyaan tentang

sifat manusia (dalam konteks biasanya istilah ini

digunakan) berada di luar cakupan penyelidikan

ilmiah.

Namun—menurut Hagos (2010: 4)—ada alasan

yang baik untuk percaya bahwa kebanyakan orang

pada dasarnya baik sehingga tantangannya adalah

untuk membantu mereka agar bisa membebaskan

diri dari efek berbahaya dari propaganda.

Mengingat jumlah yang sangat tidak proporsional

kekuatan destruktif yang terkonsentrasi di Barat

relatif terhadap seluruh dunia dikombinasikan, itu

merupakan kewajiban warga di Barat untuk

membebaskan diri dari perbudakan mental dalam

layanan industri dan ekonomi demokrasi.

Pada akhirnya, menekankan kesimpulan bahwa

tidak ada alasan untuk memuji negara sebagai

bentuk tertinggi organisasi sosial, apalagi sebagai

kekuatan kreatif besar, karena sebagian besar

kemelaratan dan penderitaan di dunia ini secara

artifisial dipaksakan oleh kekuatan pribadi melalui

kekuasaan negara modern. Dan itu bukan lagi

hukum alam, tetapi hukum fisika.

Jika orang dapat dibantu dalam mengidentifikasi

penyebab penderitaan mereka, maka harapannya

adalah bahwa mereka akan bersedia dan mampu

mengubah realitas sosial yang dibangun selama

ini—dalam bentuk negara modern yang

kapitalistik—kemudian menggantikannya dengan

pengaturan kelembagaan yang sesuai dengan

kebutuhan batin mereka. Itulah yang sering

dikatakan oleh aktivisme libertarian sebagai

‘seruan tertinggi’ di bawah pengaturan otoriter.24

24 Michael Hagos, “How War Made States, and Vice Versa”,

sebuah tinjauan terhadap tulisan Tilly,

http://www.lovefreedomorquestionwhoyouare.com/wp-

content/uploads/2011/09/How-War-Made-States.pdf

Page 29: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

29

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

PRA-NEGARA: Proses dan Kriteria Pengakuan (Recognition) dan Kedaulatan (Sovereignity)

Page 30: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

30

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

Kriteria Pengakuan Kedaulatan

Selanjutnya, bagan pada halaman sebelum ini

dapat membantu untuk memahami proses

transformasi organisasi sosial pra-negara menjadi

negara berdaulat yang diakui (recognized state).

Berdasarkan kedaulatannya, suatu negara

dibedakan menjadi dua:

a. negara de jure

Negara ini adalah negara yang eksis secara hukum.

b. negara de facto

negara ini belum diakui secara luas, namun

memenuhi kriteria dari banyak segi untuk menjadi

sebuah negara. Negara ini ada dalam realitas,

namun tidak memiliki otoritas hukum secara

penuh.

Untuk mendapatkan pengakuan dari negara lain,

suatu negara biasanya harus memenuhi dua

prinsip:

a. Memiliki batas-batas negara yang tidak

dilanggar

Dalam hal ini, negara berusaha untuk

mempertahankan batas-batas negara seperti

semula yang diklaim.

b. Memiliki hak untuk mandiri (memilih nasib)

Dalam hal ini, negara diakui haknya untuk

mengklaim status negara.

Selanjutnya, dalam konteks negara modern, negara

yang telah mendapatkan pengakuan penuh

biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memiliki kursi di PBB.

b. Mengontrol perbatasan.

c. Memiliki hubungan diplomatik, yang ditandai

dengan adanya kedutaan besar di berbagai negara.

d. Memegang aturan perjanjian dengan negara

lain.

e. Memiliki paspor yang diakui dan diterima.

Dari Insurgensi (Pemberontakan) Menuju Proto-

State

Ketika strategi politik luar negeri AS untuk

Afghanistan menghajatkan negosiasi dengan pihak

Taliban, maka Pemerintah AS pun mulai

mempertimbangkan untuk menghapus status

organisasi teroris atas Emirat Islam Afghanistan.

Alasannya, negosiasi tidak bisa dilakukan

mengingat Pemerintah AS terikat aturan yang

melarang pemerintah untuk bernegoisasi dengan

organisasi teroris. Karenanya, status Taliban

(Emirat Islam Afghanistan) harus diubah dari

organisasi teroris menjadi kelompok pemberontak

(insurgent).

Sejak 11 September, gerakan Taliban di

Afghanistan dinyatakan oleh Pemerintah AS

sebagai organisasi teroris karena hubungannya

dengan Al-Qa’idah. Yang pasti, Taliban—atau

Emirat Islam Afghanistan—secara de facto pernah

menguasai 90% wilayah Afghanistan dan pernah

diakui oleh setidaknya tiga negara: Arab Saudi,

Pakistan, dan Yaman.

Kelompok ini menarik diri ke daerah pinggiran dan

pedalaman setelah invasi pasukan Sekutu untuk

menjalankan taktik perang gerilya karena kekuatan

tempur yang tidak seimbang dan dalam rangka

mengurangi jatuhnya korban. Namun, selama satu

dekade Taliban mampu menjalankan peran sebagai

negara bayangan (shadow-state).

Terkait negara bayangan, Reno mengemukakan

argumen yang menyediakan seperangkat kriteria

untuk menentukan kriteria bagi satu satu

kelompok dapat disebut sebagai shadow state:

1. sentralisasi kekuasaan ekonomi pada penguasa

a. latihan kontrol regulasi untuk membatasi

akses ke pasar internal

b. kontrol aset lancar nasional

c. memiliki aset tidak cair nasional

Page 31: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

31

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

2. penguasa bertindak terkait utang penduduk

a. menghilangkan barang publik (contoh:

keamanan atau stabilitas ekonomi)

b. pemuka bersaing untuk mendukung pribadi

penguasa, sering pada harga konstituen

kesejahteraan

3. penguasa memobilisasi pemuda untuk tujuan-

tujuan politik tabanan dengan menghilangkan

kompetisi

4. lembaga klandestin sebagai metode

pengendalian

a. metode pengendalian tersembunyi secara de

jure dalam instrumen kekuasaan

b. membatasi tindakan kriminal yang

berkomitmen secara terbatas atau tanpa

pengawasan

Sementara itu, Merz mengemukakan teori tentang

proto-state. Merz menggunakan sebuah kombinasi

yang impresif dari sejumlah teori untuk

menentukan kriteria dalam mengklasifikasikan

sebuah organisasi sebagai proto-state. Mengutip

Tilly, Merz menjelaskan bahwa proto-state

merupakan sebuah “bentuk antara” (somewhere

between) dan “penampungan dan paguyuban”

(household and kinship) dari beberapa kelompok

dalam usaha membentuk negara bangsa (nation

state).”25

Merz, bertolak belakang dengan Reno,

mengonsentrasikan diri pada aparatus eksternal

dari penguasa individu dan bagaimana aparatus

berinteraksi dengan dunia luar. Dia

mengemukakan teorinya dalam konteks

perbandingan jaringan peredaran narkotika dan

pemberontakan, dengan menggunakan metode

campuran berupa pendekatan sejarah/antropologi.

Kerangkanya meliputi lima kriteria, empat di 25 Andrew A. Merz, "Coercion, Cash-Crops and Culture: From

Insurgency to Proto-State in Asia’s Opium Belt", h. 27, tesis,

Naval Postgraduate School, 2008.

antaranya sangat berkorelasi dengan atribut

negara-bangsa. Kriteria tersebut adalah:

1. wilayah: area yang dikontrol oleh proto-state.

2. kegiatan koersif: sejauh mana proto-state

terlibat dalam penentuan perang (war making),

pembentukan negara (state making), proteksi, dan

kegiatan ekstraksi.

3. identitas dan legitimasi: bagaimana penduduk

melihat proto-state dan diri mereka sendiri di

dalamnya.

4. Tujuan politik: tujuan kepemimpinan dan

motivasi

5. Organisasi dan struktur: bagaimana

mendefinisikan aspek administrasi dan birokrasi di

dalam proto-state.

Kriteria-kriteria tadi masih bisa didiskusikan lagi

agar pembaca dapat lebih memahami bagaimana

masing-masing kriteria saling berhubungan.

Berdasarkan kriteria di atas, kita bisa memandang

bagaimana ketika sebuah organisasi mencoba

untuk memainkan peran sebagai sebagai negara.

Namun, masih saja terdapat keterbatasan pada

"berapa derajat" kriteria tadi dipenuhi oleh aktor

pranegara. Kriteria dari keduanya, baik Reno

maupun Merz memang mendudukan tema ini

dengan kuat, tetap perlu modifikasi kriteria untuk

menciptakan keterbatasan penerapan yang paling

sedikit.

Kriteria Negara Bayangan (Shadow State)

Sekarang bahwa teori latar belakang telah dibahas,

kriteria untuk menentukan apakah sebuah

organisasi dapat didefinisikan sebagai sebuah

negara bayangan dapat dikembangkan.

Setelah menguraikan dan membandingkan kriteria

Reno dan Merz, Lovell (2012) menawarkan kriteria

Page 32: ADU STRATEGI - Syamina.orgsyamina.org/uploads/Reguler-Juni-2014-edited.pdf · juga menampakkan ke arah kemajuan stabilitas keamanan yang mencolok. ... Jika dibandingkan dengan perang

32

Laporan Bulanan SYAMINA XII/Juni 2014

sendiri yang mengakomodasi keduanya.26 Kriteria

Lovell menjadi model ketiga untuk menentukan

apakah sebuah organisasi atau aktor non-negara

dapat disebut sebagai negara bayangan, dengan

memadukan kriteria Merz dan Reno:

1. pemimpin individu yang mengendalikan, melalui

metode klandestin, sumberdaya mentah dalam

organisasi yang mengklaim wilayah

2. kerja klandestin dan koersif sebagai metode

kontrol, termasuk:

a. hasutan konflik, terutama sektarian atau etnis

b. mobilisasi pemuda sebagai ‘bahan bakar’ untuk

konflik kekerasan

c. ekstraksi dari penduduk dan mendukung

diaspora

d. melakukan kegiatan perang (war making) untuk

memperluas wilayah dikontrol

e. menyelenggarakan kegiatan kenegaraan (state

making) untuk memonopoli kontrol atas penduduk

3. pembangunan negara bangsa seperti badan

administratif

a. pengambilan keputusan eksekutif oleh

pemimpin individu

b. memeriksa saldo mekanisme pengambilan

keputusan oleh Komite atau kelompok dan individu

c. mengembangkan kekuatan militer atau pseudo-

militer

d. kelompok individu bertanggung jawab untuk

menyelesaikan konflik internal dan menegakkan

hukum negara bayangan

e. hierarki piramida dari badan-badan administratif

26 Alexander G. Lovell, Differentiating the Shadow State from

the Non-State: Explanation and Policy Implications: sebuah

paper pelengkap dari riset utama yang disusun dalam rangka

memenuhi sebagian syarat yang dibutuhkan untuk meraih

gelar Master of Arts di bidang Kajian Keamanan Nasional.

4. mengontrol wilayah

5. identitas nasional atau budaya yang redefinisi

dan mewujudkan legitimasi tindakan negara

bayangan

6. tujuan kebijakan jelas, baik secara politik,

ekonomi, militer, dan hubungan luar negeri.

Kesimpulan

Meskipun indikator penentuan sebuah entitas

sosial sebagai negara telah dirumuskan oleh para

ilmuwan. Namun, pada praktiknya, keputusan

penentuan negara tersebut lebih bersifat politik

dibandingkan secara akademik. Ini bisa dilihat pada

kasus Taiwan; yang memenuhi kriteria sebagai

sebuah negara. Hanya saja, karena pertimbangan

kepentingan tertentu, banyak negara lain

mengklaim bahwa Taiwan adalah negara yang

memiliki kedaulatan sendiri, tetapi tidak

memperoleh kursi perwakilan di PBB karena faktor

“One China Framework”.27

Dalam konteks bagaimana eksistensi satu negara

bisa terjamin, riset-riset dari para pakar tata

negara modern di atas menunjukkan “pengakuan”

menjadi faktor penting, baik pengakuan itu berasal

dari “masyarakat” yang ada, baik itu masyarakat

lokal maupun pengakuan luar negeri.

Selanjutnya, bagaimana kita tahu apa itu negara

pada abad ke-21 ini? Sayangnya, para akademisi

dan analisis belum bisa memberikan jawaban.

Namun, ketika “negara” cukup legitimate untuk

‘membanjiri’ Washington sebagai pemilik

hegemoni saat ini dengan brosur-brosur tentang

“peluang bisnis yang inovatif” dan “eksotisnya

pasar” di wilayah mereka, maka mereka cukup

dekat untuk menjadi negara (yang diakui). (Ferry

Irawan)

27 War on the Rock, “The State of the State”, Adam Elkus,

16/6/2014.