bab ii kajian pustaka 2.1 pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/t2...14...

45
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Perencanaan Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu usaha manusia yang bersifat kompleks yang merupakan seperangkat peristiwa yang dapat mempengaruhi subyek didik sedemikian rupa,sehingga proses belajar dapat terjadi. Pengembangan perencanaan pembelajaran yang akan dibahas di sini adalah pengembangan silabus dan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). a. Pengembangan silabus 1). Pengertian Silabus Silabus dapat didefinisikan sebagai “garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran” (Salim, 1987;98). Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok- pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Upload: tranhanh

Post on 09-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengembangan Perencanaan Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu usaha manusia

yang bersifat kompleks yang merupakan seperangkat

peristiwa yang dapat mempengaruhi subyek didik

sedemikian rupa,sehingga proses belajar dapat

terjadi. Pengembangan perencanaan pembelajaran

yang akan dibahas di sini adalah pengembangan

silabus dan pengembangan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP).

a. Pengembangan silabus

1). Pengertian Silabus

Silabus dapat didefinisikan sebagai “garis

besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi

atau materi pelajaran” (Salim, 1987;98).

Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu

produk pengembangan kurikulum berupa

penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-

pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa

dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan

kompetensi dasar.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

13

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi

dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok,

kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu dan

sumber belajar.

Dalam implementasinya, silabus dijabarkan

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran,

dilaksanakan, dievaluasi dan ditindaklanjuti oleh

masing-masing guru. Selain itu silabus harus dikaji

dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan

memperhatikan masukan hasil evaluasi, hasil

belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran)

dan evaluasi rencana pembelajaran.

2). Manfaat Silabus

Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam

pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti

pembuatan rencana pembelajaran ,pengelolaan

kegiatan pembelajaran , dan pengembangan sistem

penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam

penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana

pembelajaran untuk satu standar kompetensi

maupun untuk satu kompetensi dasar. Silabuspun

bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan

pengelolaan kegiatan pembelajaran, misalnya

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

14

kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil

atau pembelajaran secara individual. Bahkan silabus

sangat bermanfaat untuk mengembangkan sistem

penilaian. Dalam pembelajaran berbasis kompetensi,

sebagai mana yang dianut KTSP, sistem penilaian

selalu mengacu pada standar kompetensi,

kompetensi dasar dan materi pokok yang terdapat

dalam silabus.

3). Landasan Pengembangan Silabus

Landasan pengembangan silabus adalah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

yang berbunyi sebagai berikut (Depdiknas : 2007):

Perencanaan proses pembelajaran

meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang

memuat sekurang-kurangnya tujuan

pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan

penilaian hasil belajar.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan

bahwa yang mengembangkan silabus adalah:

- Guru kelas/guru mata pelajaran

- Kelompok guru kelas/mata pelajaran

- Kelompok kerja guru/(KKG) atau

- Dinas Pendidikan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

15

Penyusunan silabus dilaksanakan bersama-

sama oleh guru kelas/mata pelajaran, atau kelompok

kerja guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran (KKG)

pada tingkat satuan pendidikan atau satu sekolah

atau kelompok sekolah dengan tetap memperhatikan

karakteristik masing-masing sekolah.

4). Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus

Silabus merupakan salah satu produk

pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang

berisikan garis-garis besar materi pembelajaran.

Beberapa prinsip yang mendasari pengembangan

silabus antara lain: ilmiah, relevan, sistematis,

konsisten, memadai, aktual dan kontekstual,

fleksibel dan menyeluruh.

Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip

pengembangan silabus itu akan dijelaskan satu per

satu di bawah ini, yaitu :

a) Ilmiah, artinya dapat dipertanggungjawabkan

secara keilmuan.

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar

dan dapat dipertanggungjawabkan secara

keilmuan. Untuk mencapai kebenaran ilmiah tersebut, dalam penyusunan silabus

selayaknya dilibatkan para pakar di bidang

keilmuan masing-masing mata pelajaran. Hal

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

16

ini dimaksudkan agar materi pelajaran yang

disajikan dalam silabus sahih (valid).

b). Relevan artinya ada kesesuaian

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai

atau ada keterkaitan dengan tingkat

perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

c). Sistematis, Komponen-komponen silabus

saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

d). Konsisten artinya ajeg

Adanya hubungan yang konsisten (ajeg,taat azas) antara kompetensi dasar, indikator,

materi pokok, pengalaman belajar, sumber

belajar, dan sistem penilaian.

e). Memadai Cakupan indikator, materi pokok,

pengalaman belajar, sumber belajar, dan

sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

f.) Aktual dan kontekstual artinya nyata dalam

kehidupan Cakupan indikator, materi pokok,

pengalaman belajar, sumber belajar, dan

sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni

mutakhir dalam kehidupan nyata, dan

peristiwa yang terjadi.

g). Fleksibel artinya luwes Keseluruhan komponen silabus dapat

mengakomodasi keragaman peserta didik,

pendidik serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat,

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

17

h). Menyeluruh mencakup semua komponen

Komponen silabus mencakup keseluruhan

ranah komponen (kognitif,afektif dan

psikomotor).

5). Langkah-langkah Pengembangan Silabus dan

Penentuan Alokasi Waktu

Langkah-langkah pengembangan silabus

secara teknis mengikuti tahap-tahap sebagai berikut

(Masnur Muslich :2007):

1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar

Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi

dasar mata pelajaran sebagaimana yang tercantum

pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

o Urutan berdasarkan hierarki konsep dasar

ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi;

o Keterkaitan antarstandar kompetensi dan

kompetensi dasar dalam mata pelajaran;

o Keterkaitan standar kompetensi dan

kompetensi dasar antar mata pelajaran.

2. Mengidentifikasi Materi Pokok

Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang

pencapaian standar kompetensi dan kompetensi

dasar dengan mempertimbangkan:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

18

o Tingkat perkembangan fisik, intelektual,

emosional, sosial dan spiritual peserta didik;

o Kebermanfaatan bagi peserta didik;

o Struktur keilmuan;

o Kedalaman dan keluasan materi;

o Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan

tuntutan lingkungan;

o Alokasi waktu.

3. Mengembangkan Pengalaman Belajar

Pengalaman belajar merupakan kegiatan

mental dan fisik yang dilakukan peserta didik dalam

berinteraksi dengan sumber belajar melalui

pendekatan pembelajaran yang bervariasa dan

mengaktifkan peserta didik. Pengalaman belajar

memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai

peserta didik. Rumusan pengalaman belajar juga

mencerminkan pengelolaan pengalaman peserta

didik.

1. Merumuskan indikator Keberhasilan Belajar

Indikator merupakan penjabaran dari

kompetensi dasar yang menunjukkan

tanda/tanda,perbuatan dan/atau respons yang

dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik

Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik

satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik,

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

19

dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang

terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator

digunakan sebagai dasar untuk menyususn alat

penilaian.

2. Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta

didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian

dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes

dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan

kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek

atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian

diri.

3. Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap

kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu

efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu

dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi

dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan,dan

tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi yang

dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan

waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk

menguasai kompetensi dasar.

4. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, subjek

dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

20

pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media

cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan

fisik, alam, sosial dan budaya.

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar

kompetensi dan kompetensi dasar serta materi

pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator

pencapaian kompetensi.

Cara-cara pengalokasian waktu dalam silabus adalah

sebagai berikut :

a). Silabus mata pelajaran disusun

berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan

untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan

pendidikan di tingkat satuan pendidikan.

b). Implementasi pembelajaran per semester

menggunakan penggalan silabus sesuai dengan

standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk

mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia

pada struktur kurikulum.

Komponen-komponen Silabus :

Berdasarkan langkah-langkah pengembangan

silabus, format silabus paling tidak memuat 9

komponen, yaitu:

(1). Komponen Identitas,

(2). Komponen Standar Kompetensi,

(3). Komponen Kompetensi Dasar

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

21

(4). Komponen Materi Pokok

(5). Komponen Pengalaman Mengajar,

(6). Komponen Indikator

(7). Komponen Jenis Penilaian

(8). Komponen Alokasi Waktu,

(9). Komponen Sumber Belajar

b. Pengembangan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP)

Istilah perencanaan menurut pendapat (Willian

G.Cuningham;1982) yang dikutip oleh

Hamzah.B.Uno mengemukakan:

Perencanaan adalah menyeleksi dan

menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi dan

asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan

memvisualisasikan dan memformulasikan hasil yang

diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan

perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang

akan digunakan dalam penyelesaian.

Definisi kedua mengemukakan bahwa

perencanaan adalah hubungan antara yang ada

sekarang, dengan bagaimana seharusnya, yang

bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan,

prioritas, program dan alokasi sumber. Bagaimana

seharusnya adalah mengacu pada masa yang akan

datang. Perencanaan di sini menekankan kepada

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

22

usaha mengisi kesenjangan antara keadaan

sekarang dengan keadaan yang akan datang

disesuaikan dengan apa yang dicita-citakan yaitu

menghilangkan jarak antara keadaan sekarang

dengan keadaan mendatang yang diinginkan.

Sementara definisi yang lain tentang

perencanaan dirumuskan sangat pendek,

perencanaan adalah suatu cara untuk

mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan.

Dalam definisi ini ada asumsi bahwa perubahan

selalu terjadi, dan perubahan ini selalu diantisipasi,

dan hasil antisipasi ini dipakai agar perubahan itu

seimbang. Artinya perubahan yang terjadi di luar

organisasi pengajaran tidak jauh berbeda dengan

perubahan yang terjadi pada organisasi itu dengan

harapan agar organisasi tidak mengalami

keguncangan. Jadi, makna perencanaan di sini

adalah usaha mengubah organisasi agar sejalan

dengan perubahan lingkungannya.

Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, dapat

dibuat rumusan baru tentang apa itu perencanaan.

Perencanaan yaitu suatu cara yang memuaskan

untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan

baik, disertai dengan berbagai langkah yang

antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

23

terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

Dalam pembelajaranpun perlu perencanaan

yang matang sebagai upaya

untuk perbaikan pembelajaran dengan asumsi

sebagai berikut:

a. untuk memperbaiki kualitas pembelajaran

perlu diawali dengan perencanaan

pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya

desain pembelajaran.

b. untuk merancang suatu pembelajaran perlu

menggunakan pendekatan sistem.

c. perencanaan desain pembelajaran diacukan

pada bagaimana seseorang belajar.

d. untuk merencanakan suatu desain

pembelajaran diacukan pada siswa secara

perorangan.

e. pembelajaran yang dilakukan akan bermuara

pada ketercapaian tujuan pembelajaran,dalam

hal ini akan ada tujuan langsung

pembelajaran, dan tujuan pengiring dari

pembelajaran.

f. sasaran akhir dari perencanaan desain

pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk

belajar.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

24

g. perencanaan pembelajaran harus melibatkan

semua variabel pembelajaran.

h. inti dari desain pembelajaran yang dibuat

adalah penetapan metode pembelajaran yang

optimal untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Dengan disusunnya rencana pembelajaran,

guru yang mengajar menjadi lebih siap dan lebih

profesional. Menurut Oemar Hamalik 2001:135

rencana pembelajaran memiliki fungsi sebagai

berikut:

a. memberi guru pemahaman yang lebih jelas

tentang tujuan pendidikan sekolah dan

hubungan dengan pembelajaran yang

dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu.

b. membantu guru memperjelas pemikiran

tentang sumbangan pembelajarannya terhadap

tujuan pencapaian pendidikan.

c. menambah keyakinan guru atas nilai-nilai

pembelajaran yang diberikan dan prosedur

yang dipergunakan.

d. membantu guru dalam rangka mengenal

kebutuhan-kebutuhan murid, minat-minat

murid dan mendorong motivasi belajar.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

25

e. mengurangi kegiatan yang bersifat trial dan

error dalam mengajar dengan adanya

organisasi kurikuler yang lebih baik, metode

yang tepat dan menghemat waktu.

Dalam implementasinya, silabus dijabarkan

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

dilaksanakan, dievaluasi dan ditindaklanjuti oleh

masing-masing guru.

1. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah

rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit

yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di

kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru baik

yang menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran[

RPP] itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan

bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram.

Oleh karena itu RPP harus mempunyai daya terap

(aplicable) yang tinggi. Pada sisi lain, melalui RPP

pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam

menjalankan profesinya.

Dalam menyusun rencana pembelajaran ada

beberapa anggapan dasar yang harus diperhatikan

(Depdiknas;2007)

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

26

a.) Rencana pembelajaran harus diarahkan

atau ditujukan untuk membantu siswa

belajar individual.

b.) Rencana pembelajaran memiliki dua tahap

yaitu tahap jangka pendek yang merupakan

tahap dimana rencana pembelajaran segera

dibuat karena segera akan dilaksanakan,

dan tahap jangka panjang merupakan

rencana yang dibuat untuk satu semester

ataupun untuk satu program.

c.) Rencana pembelajaran yang sistematis akan

berpengaruh besar terhadap pengembangan

manusia secara individual. Alasan yang

paling mendasar adalah untuk meyakinkan

bahwa pendidikan tidak ada hal-hal yang

merugikan dan setiap siswa memiliki

kesempatan yang sama untuk

mengembangkan bakatnya secara individual

sampai pada tingkat yang maksimum

d.) Rencana pembelajaran dibuat dengan

menggunakan pendekatan sistem yaitu

melalui beberapa tahap dimulai dari

analisis tujuan dan diakhiri dengan

evaluasi. Penetapan pada setiap tahap

didasarkan pada kenyataan yang bersifat

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

27

empiris dan setiap tahap akan masuk ke

tahap berikutnya.

e.) Rencana pembelajaran didasarkan pada

pengetahuan bagaimana manusia itu

belajar. Anggapan tersebut dengan

pengertian bagaimana kemampuan individu

itu dapat dikembangkan dan tidak cukup

dengan pernyataan “apa yang seharusnya

bagi mereka”.

2).Langkah-langkah Penyusunan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Langkah

yang patut dilakukan guru dalam penyusunan

RPP adalah sebagai berikut :

o Ambillah satu unit pembelajaran yang

akan diterapkan dalam pembelajaran.

o Tulis standar kompetensi dan

kompetensi dasar dalam unit tersebut.

o Tentukan indikator untuk mencapai

kompetensi dasar tersebut.

o Tentukan alokasi waktu yang diperlukan

untuk mencapai indikator tersebut.

o Rumuskan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai dalam pembelajaran

tersebut.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

28

o Tentukan materi pembelajaran yang

akan diberikan/dikenakan kepada siswa

untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan.

o Pilihlah metode pembelajaran yang dapat

mendukung sifat materi dan tujuan

pembelajaran.

o Susunlah langkah-langkah kegiatan

pembelajaran pada setiap satuan

rumusan tujuan pembelajaran, yang bisa

dikelompokkan menjadi kegiatan awal,

kegiatan inti dan kegiatan penutup.

(Depdiknas; 2007)

o Jika alokasi waktu untuk mencapai satu

kompetensi dasar lebih dari 2 (dua) jam

pelajaran, bagilah langkah-langkah

pembelajaran menjadi lebih dari satu

pertemuan. Pembagian setiap jam

pertemuan bisa didasarkan pada satuan

tujuan pembelajan atau sifat/tipe/jenis

materi pembelajaran.

o Sebutkan sumber/media belajar yang

akan digunakan dalam pembelajaran

secara konkret dan untuk setiap

bagian/unit pertemuan.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

29

o Tentukan teknik penilaian, bentuk dan

contoh instrumen penilaian yang akan

digunakan untuk mengukur

ketercapaian kompetensi dasar atau

tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan. Jika instrumen penilaian

berbentuk tugas, rumus kan tugas

tersebut secara jelas dan bagaimana

rambu-rambu penilaiannya. Jika

instrumen penilaian berbentuk soal,

cantumkan soal-soal tersebut dan

tentukan rambu-rambu penilaiannya

dan/atau kunci jawabannya. Jika

penilaiannya berbentuk proses, susunlah

rubriknya dan indikator masing-masing.

3. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan

implementasi dari Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan kegiatan

pembelajaran meliputi: kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti dan kegiatan penutup.

a). Kegiatan Pendahuluan, kegiatan yang

dilakukan guru adalah (Depdiknas ;2007)

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

30

(1) Menyiapkan peserta didik secara psikis

dan fisik untuk mengikuti proses

pembelajaran.

(2) mengajukan pertanyaan-pertanyan

yang mengaitkan pengetahuan

sebelumnya dengan materi yang akan

dipelajari.

(3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau

kompetensi dasar yang akan dicapai.

(4) menyampaikan cakupan materi dan

penjelasan uraian kegiatan sesuai

silabus.

b). Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan

proses pembelajaran untuk mencapai

kompetensi dasar yang dilakukan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik. (Standar Proses;2007).

Kegiatan inti menggunakan metode yang

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

31

dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses

eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi:

(1). Eksplorasi

Dalam kegiatan eksporasi, guru:

(a.) Melibatkan peserta didik mencari informasi

yang luas dan dalam tentang topik/tema

materi yang akan dipelajari dengan

menerapkan prinsip alam takambang jadi

guru dan belajar dari aneka sumber;

(b.) menggunakan beragam pendekatan

pembelajaran, media pembelajaran, dan

sumber belajar lain;

(c.) memfasilitasi terjadinya interaksi

antarpeserta didik serta antara peserta

didik dengan guru,lingkungan dan sumber

belajar lainnya;

(d.) melibatkan peserta didik secara aktif dalam

setiap kegiatan pembelajaran; dan

(e.) memfasilitasi peserta didik melakukan

percobaan di laboratorium, studio, atau

lapangan.

(2). Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

32

(a.) Membiasakan peserta didik membaca dan

menulis yang beragam melalui tugas-

tugas tertentu yang bermakna.

(b.) memfasilitasi peserta didik melalui

pemberian tugas, diskusi dan lain-lain

untuk memunculkan gagasan baru baik

secara lisan maupun tertulis.

(c.) memberi kesempatan untuk berfikir,

menganalisis, menyelesaikan masalah,

dan bertindak tanpa rasa takut.

(d.) memfasilitasi peserta didik dalam

pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.

(e.) memfasilitasi peserta didik berkompetisi

secara sehat untuk meningkatkan prestasi

belajar: memfasilitasi peserta didik

membuat laporan eksplorasi yang

dilakukan baik lisan maupun tertulis,

secara individual maupun kelompok.

(f.) memfasilitasi peserta didik untuk

menyajikan hasil kerja individual

maupun kelompok.

(g.) memfasilitasi peserta didik melakukan

pameran, turnamen, festival, serta

produk yang dihasilkan;.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

33

(h.) memfasilitasi peserta didik melakukan

kegiatan yang menumbuhkan

kebanggaan dan rasa percaya diri peserta

didik.

(3). Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

(a.) memberikan umpan balik positif dan

penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,

isyarat, maupun hadiah terhadap

keberhasilan peserta didik.

(b.) memberikan konfirmasi terhadap hasil

eksplorasi dan elaborasi peserta didik

melalui berbgai sumber.

(c.) memfasilitasi peserta didik melakukan

refleksi untuk memperoleh pengalaman

belajar yang telah dilakukan.

(d.) memfasilitasi peserta didik untuk

memperoleh pengalaman yang bermakna

dalam mencapai kompetensi dasar:

o berfungsi sebagai narasumber dan

fasilitator dalam menjawab pertanyaan

peserta didik yang menghadapi

kesulitan, dengan menggunakan bahasa

yang baku dan benar.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

34

o membantu menyelesaikan masalah.

o memberi acuan agar peserta didik dapat

melakukan pengecekan hasil eksplorasi.

o memberi informasi untuk bereksplorasi

lebih jauh.

o memberikan motivasi kepada peserta

didik yang kurang/belum berpartisipasi

aktif.

c). Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

(1) bersama-sama dengan peserta didik

dan/atau sendiri membuat

rangkuman/simpulan pelajaran.

(2) melakukan penilaian dan/atau refleksi

terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan

terprogram.

(3) memberikan umpan balik terhadap

proses dan hasil pembelajaran.

(4) merencanakan kegiatan tindak lanjut

dalam bentuk pembelajaran remidi,

program pengayaan, layanan konseling

dan/atau memberikan tugas balik

tugas individual maupun kelompok

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

35

sesuai dengan hasil belajar peserta

didik.

(5) menyampaikan rencana pembelajaran

pada pertemuan berikutnya.

2.2 Konsep Pembinaan Guru

Guru adalah suatu profesi. Oleh karena

merupakan profesi, maka sebelum seseorang menjadi

guru haruslah terlebih dahulu menempuh jenjang

pendidikan keguruan. Untuk Sekolah Lanjutan

jenjang pendidikan keguruan yang menghasilkan

guru adalah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(IKIP). Sungguhpun para guru telah dipersiapkan

sedemikian melalui lembaga pendidikan, realitas

menunjukkan bahwa di dunia ini tidak ada manusia

yang terdidik penuh termasuk guru. Perkembangan

IPTEK yang demikian pesat mengharuskan guru

untuk belajar terus. Kalau tidak, ia akan ketinggalan

dengan laju perkembangan.

Jika pendidikan telah pernah disinyalir akan

terbirit-birit mengejar IPTEK, maka guru sebagai

faktor kunci pendidikan di sekolahpun, tidak ada

yang menjamin kalau mampu mengejar IPTEK. Yang

mungkin dapat dilakukan adalah berusaha

menjadikan mereka tidak terlalu jauh tertinggal

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

36

dengan serangkaian upaya Pembinaan guru

(Depdikbud,1986). Istilah Pembinaan guru sendiri

sebenarnya berasal dari kurikulum SD, SMP dan

SMA tentang Pembinaan Guru (Depdikbud,1984;

1986). Dalam berbagai kepustakaan, baik Indonesia

maupun asing, sering diistilahkan supervisi.

Meskipun haruslah disadari, bahwa ada juga yang

menempatkan Pembinaan guru atau supervisi ini

dalam kerangka staff development, staff

improvement, profesional growth dan career

development.

Secara terminologis, Pembinaan guru sering

diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan

kepada guru,terutama bantuan yang berwujud

layanan profesional yang dilakukan oleh Pengawas

Sekolah, Penilik Sekolah untuk meningkatkan

proses dan hasil belajar. Jika yang dimaksud

Pembinaan guru adalah supervisi,maka banyak

pakar yang memberikan pengertian berbeda dengan

inti yang sama. Kurikulum 1975 memberikan

batasan supervisi sebagai bantuan kepada staf untuk

mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih

baik (Depdibbud;1975).

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

37

Berdasarkan pengertian tersebut, nyatalah

bahwa Pembinaan guru atau supervisi adalah

sebagai berikut:

1). Serangkaian bantuan yang berwujud layanan

profesional.

2). Layanan profesional tersebut diberikan oleh orang

yang lebih ahli (Kepala Sekolah, Penilik Sekolah,

Pengawas dan ahli lainnya) kepada guru .

3). Maksud layanan profesional tersebut adalah agar

dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil

belajar, sehingga tujuan pendidikan yang

direncanakan dapat tercapai.

Pembinaan guru atau supervisi dengan model

lama (inspeksi) bisa menjadikan penyebab guru

menjadi takut,tidak bebas dalam melaksanakan

tugas dan merasa terancam keamanannya bila

bertemu dengan supervisor, tidak memberikan

dorongan bagi kemajuan guru. Oleh karena itu,

semua kegiatan pembaharuan pendidikan, termasuk

pembaharuan kurikulumnya, yang dilakukan dengan

pengerahan waktu, biaya dan tenaga akan sia-sia.

Conny Semiawan (1985) mengemukakan

bahwa penghalang bagi pembaharuan, termasuk

dalam supervisi adalah sebagai berikut:

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

38

1. Sistem Pembinaan yang kurang memadai. Hal ini

disebabkan oleh:

a) Pembinaan yang masih menekankan aspek

administratif dan mengabaikan aspek

professional,

b) Tatap muka antara Pengawas dan guru sangat

sedikit,

c) Pengawas banyak yang sudah lama tidak

mengajar,sehingga banyak dibutuhkan bekal

tambahan agar dapat mengikuti

perkembangan baru,

d) Pada dasarnya masih menggunakan jalur

searah, dari atas ke bawah,

e) Potensi guru sebagai Pengawas kurang

dimanfaatkan.

2. Sikap mental yang kurang sehat dari Pengawas.

Hal ini disebabkan oleh:

a) Hubungan profesional yang kaku dan kurang

akrab akibat sikap otoriter Pengawas, sehingga

guru takut bersikap terbuka kepada Pengawas,

b) Banyak Pengawas dan guru sudah merasa

berpengalaman, sehingga tidak merasa perlu

lagi belajar,

c) Pengawas dan guru merasa cepat puas dengan

hasil belajar siswa.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

39

a. Tujuan Pembinaan Guru

Tujuan Pembinaan guru adalah untuk

meningkatkan kemampuan profesional guru dalam

meningkatkan proses dan hasil belajar melalui

pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan

profesional kepada guru. Jika proses belajar

meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga

meningkat. Dengan demikian,rangkaian usaha

Pembinaan profesional guru akan memperlancar

pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar

(Depdikbud,1986).

Secara umum, Pembinaan guru atau supervisi

bertujuan untuk memberikan bantuan dalam

mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih

baik melalui usaha peningkatan profesional mengajar

(Depdikbud,1975), menilai kemampuan guru sebagai

pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing

guna membantu mereka melakukan perbaikan dan

bila mana diperlukan dengan menunjukkan

kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki sendiri

(Nawawi, 1983).

Joesoef Djajadisastra (1975) mengemukakan

tujuan Pembinaan guru atau supervisi, sebagai

berikut:

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

40

a. Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru

dan belajar siswa

b. Memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan

belajar mengajar

c. Memperbaiki metode, yaitu cara

mengorganisasi kegiatan belajar mengajar

d. Memperbaiki penilaian atas media

e. Memperbaiki proses belajar mengajar dan

hasilnya

f. Memperbaiki pembimbingan siswa atas

kesulitan belajarnya

g. Memperbaiki sikap guru atas tugasnya.

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut sangatlah

jelas, bahwa supervisi atau Pembinaan guru

bertujuan sebagai berikut:

a. Memperbaiki proses belajar mengajar

b. Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui

Pembinaan profesional

c. Yang melakukan Pembinaan adalah Pengawas

d. Sasaran Pembinaan tersebut adalah guru, atau

orang lain yang ada kaitannya

e. Secara jangka panjang, Pembinaan tersebut

adalah memberikan kontribusi bagi

pencapaian tujuan pendidikan.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

41

b. Fungsi Pembinaan Guru

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut,

kemudian dapat diidentifikasi fungsi-fungsi

Pembinaan guru. Fungsi-fungsi tersebut meliputi

:memelihara program pengajaran sebaik-baiknya,

menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang

mempengaruhi hal belajar ,memperbaiki situasi

belajar anak-anak.

Supervisi juga berfungsi untuk

mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan

pertumbuhan guru-guru, mengkoordinasi semua

usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan

sekolah, memperluas pengalaman guru-guru,

menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi

fasilitas dan penilaian yang terus menerus,

menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan

pengetahuan dan ketrampilan guru serta staf,

mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu

meningkatkan kemampuan guru.

Nyatalah, bahwa fungsi Pembinaan guru

adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses

dan hasil belajar melalui serangkaian upaya

pembinaan terhadap guru-guru dalam wujud

layanan profesional.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

42

c. Prinsip-prinsip Pembinaan Guru

Agar Pembinaan guru tersebut dapat

dilakukan dengan baik, perlu dipedomani prinsip-

prinsip Pembinaan guru. Yang dimaksud dengan

prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani

dalam suatu aktivitas. Para pakar mengidentifikasi

prinsip-prinsip Pembinaan guru sesuai dengan sudut

tinjau mereka. Depdikbud (1986) mengemukakan

prinsip-prinsip Pembinaan guru sebagai berikut:

a. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru

b. Hubungan antara guru dengan Pengawas

didasarkan atas kerabat kerja

c. Pengawas ditunjang sifat keteladanan dan

terbuka

d. Dilakukan secara terus menerus

e. Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada

f. Diperlancar melalui peningkatan koordinasi

dan sinkronisasi horizontal dan vertikal baik di

tingkat pusat maupun daerah.

Dalam penggolongan yang lebih rinci lagi,

Djajadisastra (1976) mengemukakan prinsip

Pembinaan guru menjadi prinsip fundamental dan

prinsip praktis. Yang dimaksud dengan prinsip

fundamental adalah Pembinaan guru atau supervisi

dipandang sebagai bagian dari keseluruhan proses

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

43

pendidikan yang tidak terlepas dari dasar-dasar

pendidikan nasional Indonesia, yakni Pancasila.

Supervisi pendidikan haruslah menggunakan

prinsip-prinsip sila pertama sampai kelima

Pancasila. Prinsip fundamental ini haruslah menjiwai

kegiatan supervisi.

Yang dimaksud dengan prinsip praktis adalah

kaidah-kaidah yang harus dijadikan pedoman

praktis dalam pelaksanaan supervisi. Prinsip praktis

oleh Djajadisastra dibagi lagi menjadi prinsip positif

dan negatif. Tahalele (1979) juga mengemukakan

bahwa prinsip praktis Pembinaan guru dapat

digolongkan prinsip positif dan negatif. Prinsip positif

berisi anjuran untuk memedomani sesuatu yang baik

dalam pelaksanaan supervisi,sementara prinsip

negatif berisi anjuran untuk meninggalkan sesuatu

yang tidak baik, yang berakibat terhalangnya

pencapainya tujuan pendidikan.

Adapun prinsip-prinsip positif tersebut

meliputi hal-hal (Djajadisastra, 1976; Tahalele,1979)

sebagai berikut:

a. Ilmiah, yaitu dilaksanakan secara

sistematis,obyektif dan menggunakan

instrumen. Sistematis maksudnya berurut dari masalah satu ke masalah

berikutnya secara runtut. Obyektif

maksudnya apa adanya,tidak mencari-

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

44

cari atau mengarang-ngarang.

Menggunakan instrumen maksudnya,

dalam melaksanakan Pembinaan guru

harus ada instrumen pengamatan yang dijadikan sebagai panduan.

b. Kooperatif, artinya terdapat kerjasama

yang baik antara guru dengan Pengawas. c. Konstruktif, artinya dalam melaksanakan

Pembinaan, hendaknya mengarah kepada

perbaikan, apapun perbaikannya dan seberapapun perbaikannya.

d. Realistik, sesuai dengan keadaan,tidak

terlalu idealistik. e. Progresif, artinya dilaksanakan maju

selangkah demi selangkah namun tetap

mantap.

f. Inovatif, yang berarti mengihtiarkan pembaharuan dan berusaha menemukan

hal-hal baru dalam Pembinaan.

g. Menimbulkan perasaan aman bagi guru-guru.

h. Memberi kesempatan kepada guru dan

Pengawas untuk mengevaluasi diri mereka sendiri, dan menemukan jalan

pemecahan atas kekurangannya.

Adapun prinsip-prinsip negatif Pembinaan

guru adalah sebagai berikut:

a. Pembinaan guru tidak boleh dilaksanakan

dengan otoriter.

b. Pembinaan guru tidak boleh mencari-cari

kesalahan guru.

c. Pembinaan guru tidak boleh dilaksanakan

berdasarkan tingginya pangkat.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

45

d. Pembinaan guru tidak boleh terlalu cepat

mengharapkan hasil.

e. Pembinaan guru tidak boleh dilepaskan dari

tujuan pendidikan dan pengajaran.

f. Pengawas tidak boleh merasa dirinya lebih

tahu dibandingkan dengan guru.

g. Pembinaan guru tidak boleh terlalu

memperhatikan hal-hal yang terlalu kecil

dalam mengajar sehingga membelokkan

maksud Pembinaan.

h. Pengawas tidak boleh lekas kecewa jika

mengalami kegagalan.

d. Standar Kompetensi Guru

Standar kompetensi guru dikembangan secara

utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu kompetensi

pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.

Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam

kinerja guru, yang dikembangkan menjadi

kompetensi guru mata pelajaran. Untuk lebih

jelasnya keempat standar kompetensi tersebut akan

diuraikan satu-persatu, yaitu:

1). Kompetensi Pedagogik, meliputi:

a) Menguasai karakteristik peserta didik dari

aspek fisik, moral, sosial, kultural,

emosional dan intelektual.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

46

b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik.

c) Mengembangkan kurikulum yang terkait

dengan bidang pengembangan yang

diampu.

d) Menyelenggarakan pembelajaran yang

mendidik.

e) Memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi untuk kepentingan

pembelajaran.

f) Memfasilitasi pengembangan potensi

peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimiliki.

g) Berkomunikasi secara efektif,empatik dan

santun dengan peserta didik.

h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi

proses dan hasil belajar.

i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi

untuk kepentingan pembelajaran.

j) Melakukan tindakan reflektif untuk

peningkatan kualitas pembelajaran.

2). Kompetensi Kepribadian, meliputi:

a) Bertindak sesuai dengan norma agama,

hukum, sosial dan kebudayaan nasional

Indonesia

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

47

b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang

jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi

peserta didik dan masyarakat.

c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang

mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.

d) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab

yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan

rasa percaya diri.

e) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3). Kompetensi Sosial, meliputi:

a. Bersikap inklusif, bertindak subjektif, serta

tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis

kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar

belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan

santun dengan sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua dan masyarakat.

c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh

wilayah Republik Indonesia yang memiliki

keragaman sosial budaya.

d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi

sendiri dan profesi lain secara lisan dan

tulisan atau bentuk lain.

4). Kompetensi profesional, meliputi:

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

48

a. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola

pikir keilmuan yang mendukung mata

pelajaran yang diampu.

b. Menguasai standar kompetensi dan

kompetensi dasar mata pelajaran yang

diampu.

c. Mengembangkan materi pembelajaran yang

diampu secara kreatif.

d. Mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan melakukan tindakan

reflektif.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi untuk mengembangkan diri.

2.3 Pandangan Kolaborativ Pembinaan Guru

Menurut pendapat Ali Imron (2007, hal 74-75)

menyatakan bahwa pandangan Kolaborativ

Pembinaan guru mendasarkan asumsi-asumsi yang

digunakan dalam psikologi kognitif. Belajar siswa

dalam pandangan psikologi kognitif adalah

merupakan konvergensi antara pandangan

behavioristik dan pandangan humanistik. Jika

pandangan behavioristik lebih menekankan kontrol

instrumen lingkungan,maka pandangan humanistik

memandang belajar sebagai usaha penemuan sendiri

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

49

atas sesuatu. Dengan demikian, dalam pandangan

psikologi kognitif, belajar sesungguhnya merupakan

konvergensi antara kontrol instrumental lingkungan

dan usaha penemuan oleh diri sendiri.

Jika dalam pandangan psikologi kognitif,

tanggung jawab guru dan siswa sama-sama sedang

dan seimbang, maka pandangan Kolaborativ dalam

Pembinaan guru juga ada kedaulatan yang seimbang

antara Pengawas dan guru. Tanggung jawab mereka

masing-masing, yaitu sebagai guru dan sebagai

Pengawas, sama-sama sedang.

Dalam pandangan Kolaborativ, perilaku pokok

Pengawas mencakup:mendengar, mempresentasikan,

memecahkan masalah dan negosiasi. Target

Pembinaan guru dalam pandangan Kolaborativ

adalah terdapatnya kontrak antara Pengawas dan

guru.

Kondisi guru yang dihadapi berbeda, sesuai

dengan pendapat Glickman (1981) yang dikutip Ali

Imron (1990, hal.77) mengemukakan karakteristik

guru berdasarkan atas tingkatan komitmen dan

tingkat abstraksinya. Tingkatan komitmen

menunjukkan kepada usaha dan penyediaan waktu

dalam melaksanakan tugasnya. Ia lebih dari sekedar

concern. Sementara itu tingkatan abstraksi

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

50

menunjuk kepada kemampuan kognitif, pemikiran

abstrak dan simbolik yang dapat dilakukannya, dan

bahkan kemampuan imajinatifnya.

Untuk tingkatan karakteristik guru tersebut

dapat di lihat di bawah ini:

Tabel.2.2. Kontinum Komitmen Guru

(Sumber Glickman,C.D,1981. Developmental

Supervision. Alexandria. ASCD. Hal.13).

Sedangkan tingkatan abstraksi guru dapat

dituliskan dalam satu garis kontinum yang bergerak

dari rendah, sedang dan tinggi, secara jelas

digambarkan dalam Tabel di bawah ini:

Rendah Tinggi

Sedikit perhatian

terhadap siswanya

Sedikit waktu dan

tenaga yang dikeluarkan

Perhatian utama adalah

memperhatikan jabatan

Tinggi perhatian

terhadap siswanya

Banyak waktu dan

tenaga yang

dikeluarkan

Bekerja sebanyak

mungkin untuk orang

lain

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

51

(Sumber : Glickman, C.D.,1981. Developmental Supervision. Alexandria; ASCD, hal.46)

Tabel.2.3 . Kontinum Tingkatan Abstraksi Guru

Tabel 2.4 Paradigma Guru Abad 21

Paradigma Guru Tradisional Paradigma Guru Abad 21

1. Berperan sebagai teknisi dan

implementator kurikulum, buku

dan program pengajaran. Berarti

seperti mesin, rutin, tidak

mendorong siswa berpikir.

Pendekatan terhadap kurikulum

dogmatis

2. Guru memiliki otoritas tunggal,

tidak dapat ditentang,

hubungan siswa dengan guru

otoritas

1. Berperan profesional, proaktif,

memiliki kemampuan diagnostik,

modus mengajarnya bervariasi dan

student oriented, mendorong inisiatif

dan bersikap fleksibel.

2. Guru memandang siswa sebagai

patner dalam mencari pengetahuan

(search for knowledge). Guru

bersama-sama murid menentukan

kepuasan

RENDAH SEDANG TINGGI

Bingung bila

menghadapi

masalah

Dapat memecahkan

suatu masalah

Dalam menghadapi

masalah selalu dapat

mencari alternatif

pemecahan masalah

Tidak mengetahui

cara bertindak bila

menghadapi

masalah

Dapat menafsirkan

satu atau dua

kemunginan

pemecahan

masalah

Dapat

menggeneralisasikan

berbagai alternatif

pemecahan masalah

Suka minta

petunjuk.

Responsinya

terhadap masalah

biasa saja

Sulit

merencanakan

pemecahan

masalah secara

komprehensif

Bisa membuat

perencanaan dan

memikirkan langkah-

langkah pemecahan

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

52

3. Guru merupakan satu-satunya

sumber pengetahuan selain

buku, siswa hanya obyek

dengan nilai minus

4. Guru menjadi pengajar

individual yang terisolasi tanpa

kerja sama dengan guru lain

5. Guru sebagai “dependent

learner” yang berdampak pada

siswa tergantung pada guru dan

tidak punya inisiatif

6. Guru selalu dinilai atasan/

pihak luar (eksternal evaluation)

tidak dilatih mengkritik diri

sendiri

7. Guru puas menggunakan

teknologi pengajaran tradisional

dan monoton

8. Guru mempunyai wawasan

pengetahuan terbatas pada

dunia pendidikan dan teknologi

karena tidak mengembangkan

diri

9. Guru kurang menyadari

pentingnya prinsip “life long

education” belajar berhenti pada

terminal tertentu pengetahuan

menjadi tetap dan usang

10. Guru menganggap bahwa

mengajar adalah rutinitas yang

dianggapnya biasa dan tidak

perlu dipersoalkan lagi

3. Guru hanya merupakan salah satu

sumber pengetahuan. Ada multi

sumber lain di luar guru. Siswa

menjadi subyek dan obyek belajar

4. Guru berlaku sebagai anggota tim,

baik dengan guru lain maupun

dengan siswa. Mampu membentuk

team work

5. Guru sebagai “otonomous learner”

yang berdampak pada siswa dapat

belajar mandiri, punya inisiatif dan

kreatif

6. Guru mahir mengkritik diri sendiri

(self evaluation). Selalu auto critic

untuk memperbaiki diri.

7. Guru terbuka terhadap teknologi

pendidikan baru dan berusaha

menerapkannya secara holistik,

interdisipliner, multidisipliner dan

tradisipliner

8. Guru memiliki wawasan

pengetahuan yang luas tentang

pendidikan, teknologi dan

pengetahuan lainnya

9. Guru menjadikan prinsip “life long

education” sebagai pegangan profesi

dan pengembangan dirinya dengan

mengikuti latihan, seminar,

konferensi secara berkala.

10. Guru memandang bahwa mengajar

adalah pekerjaan profesional yang

harus selalu dikembangkan

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

53

2.4 Langkah-Langkah Pembinaan Kolaborativ

Supervisi akademik dengan pendekatan

kolaborativ yang dilakukan oleh pengawas adalah:

1. Terlebih dahulu menginventarisir beberapa

permasalahan yang dihadapi dan diambil

prioritas permasalahan yang paling penting dari

hasil supervisi akademik

2. Pengawas memberikan angket kepada semua

guru tentang administrasi pembelajaran yang

telah dibuatnya (angket terlampir).

3. Mengadakan Pembinaan penyusunan perangkat

pembelajaran dengan mengundang nara sumber

yang berkompeten.

4. Pengawas mempresentasikan persepsi mengenai

rencana pembelajaran yang akan dijadikan

sasaran Pembinaan.

5. Pengawas mendengarkan penuturan guru

tentang apa yang sudah dilakukannya selama

ini.

6. Setelah diperoleh permasalahan, Pengawas

mengajukan alternatif pemecahan yaitu dengan

diadakan Pembinaan Kolaborativ

Setelah diadakan Pembinaan terhadap guru-

guru selama beberapa kali diharapkan sebelum

mengajar administrasi pembelajaran sudah disusun

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

54

dengan baik, terutama dalam pembuatan silabus dan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sehingga

dalam mengajar sesuai dengan rencana yang telah

dibuat dan kompetensi yang ingin dicapai terlaksana

dengan baik. Maka peneliti kemukakan hipotesis

tindakan sebagai berikut:

1. Dengan adanya upaya Pembinaan yang

dilakukan oleh Pengawas Sekolah terhadap guru

dalam membuat penyusunan perencanaan

pembelajaran, sebelum mengajar guru-guru

membuat perencanaan pembelajaran dengan

lengkap.

2. Dengan adanya Pembinaan secara Kolaborativ

yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah terhadap

guru-guru dalam membuat perencanaan

pembelajaran, guru- guru antusias membuat

perencanaan pembelajaran sesuai dengan

kompetensi yang akan diajarkan.

3. Dengan adanya Pembinaan secara Kolaborativ

oleh Pengawas Sekolah terhadap guru tentang

perencanaan pembelajaran, terdapat

peningkatan kemampuan guru dalam membuat

perencanaan pembelajaran

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

55

2.5 Penelitian yang relevan

1. Tri Martiningsih, Pengaruh Supervisi Akademik

dan Partisipasi Guru dalam KKG terhadap

Kompetensi Profesional Guru SD di Kecamatan

Pekalongan Utara Kota Pekalongan.

UNNES 2008, Jurnal Pendidikan.

2. Solihatun Asiah, Pelaksanaan Supervisi

Akademik berdasarkan persepsi Pengawas dan

Guru di SMP Negeri se Kota Yogyakarta. UNY,

2012, Jurnal Pendidikan.

3. Indrawati, Pengaruh Supervisi Akademik

Kepala Sekolah dan Motivasi Kinerja Guru di

SMA Negeri 1 Kota Salatiga. UKSW, 2012.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

1. Supervisi akademik dapat berpengaruh pada

partisipasi guru dalam KKG terhadap

kompetensi profesional guru SD.

2. Supervisi akademik kepala sekolah dapat

meningkatkan motivasi kinerja guru di SMA.

3. Supervisi akademik oleh pengawas sekolah

juga berdampak positif pada kinerja guru SMP.

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15517/2/T2...14 kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil atau pembelajaran secara individual

56