bab ii kajian pustaka 2.1 penelitian...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang memfokuskan tentang dukungan sosial terhadapa anak
lamban belajar ( slow learner ) di sekolah inklusi tidak terlepas dari penelitian
– penelitian yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian.
Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari
topik penelitian yaitu tentang dukungan sosial terhadap anak lamban belajar,
antara lain :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ratih Sulistyoningrum ( 2008
) tentang “ Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Akses Terhadap
Informasi Dengan Perilaku Sehat Reproduksi Remaja Slow Learner di
Sekolah Galuh Handayani (Maria Montessori) Surabaya ” penelitian ini
menggunakan analitik observasional dimana populasinya adalah seluruh siswa
slow learner SMP Galuh Handayani (Maria Montessori) Surabaya dengan
metode total population didapatkan jumlah sampel 35 orang yakni seluruh
siswa slow learner SMP Galuh Handayani (Maria Montessori) Surabaya.
Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Galuh Handayani (Maria Montessori),
Jalan Manyar Sambongan No. 87-89 Surabaya. Penelitian tersebut
menjelaskan bahwa sebagian besar siswa slow learner SMP Galuh Handayani
(Maria Montessori) Surabaya sudah memiliki perilaku sehat reproduksi dalam
kategori sedang dan baik. Tidak ada hubungan antara perilaku sehat
reproduksi siswa slow learner SMP Galuh Handayani (Maria Montessori)
Surabaya dengan pola asuh orang tua. Ada hubungan searah yang cukup kuat
8
antara perilaku sehat reproduksi slow learner SMP Galuh Handayani (Maria
Montessori) Surabaya dengan dukungan guru di sekolah. Dan tidak adanya
hubungan antara perilaku sehat reproduksi siswa slow learner SMP Galuh
Handayani (Maria Montessori) Surabaya dengan dukungan teman atau
kelompok sebaya. Serta tidak ada hubungan antara perilaku sehat reproduksi
siswa slow learner SMP Galuh Handayani (Maria Montessori) Surabaya
dengan akses terhadap informasi seputar kesehatan reproduksi di media
massa.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Dewi Mahastuti ( 2004 )
tentang “Penyesuaian Diri Anak Lambat Belajar Ditinjau Dari Dukungan
Sosial Orangtua Dan Guru Di Sekolah Dasar Galuh Handayani (Maria
Montessori Surabaya)” penelitian tersebut menyatakan bahwa subyek
penelitian berjumlah 9 anak lambat belajar usia sekolah dasar, yang berusia
10-12 tahun dengan lokasi penelitian di Sekolah Dasar Khusus Galuh
Handayani (Maria Montessori) Surabaya. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala dukungan orangtua yang diisi oleh ibu, skala
dukungan guru yang diisi oleh guru kelas, dan skala penyesuaian diri anak
yang diisi oleh guru kelas, serta di lengkapi dengan wawancara dan
observasi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa : 1. Ada hubungan yang
positif antara tingkat dukungan orangtua dengan tingkat penyesuaian diri anak
di sekolah pada anak lambat belajar (r = 0.938 dengan p<0.05). 2. Ada
hubungan yang positif antara tingkat dukungan guru dengan tingkat
penyesuaian diri anak di sekolah pada anak lambat belajar (r = 0.949 dengan
p<0.05).
9
Dari kedua hasil penelitian terdahulu yang telah dikemukakan, maka
dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial yang diberikan terhadap anak
lamban belajar di sekolah, bisa berasal dari guru dan bahkan juga berasal dari
orang tua. Dan dukungan sosial memiliki dampak yang positif bagi anak
lamban belajar yang berada di sekolah, karena ada hubungannya antara
dukungan sosial dengan perkembangan anak lamban belajar. Penelitian
terdahulu, mengambil beberapa anak lamban belajar untuk dijadikan sampel
penelitian di sekolah yang sudah disebutkan, meskipun melakukan penelitian
di sekolah , tidak hanya tenaga pendidik saja yang diteliti tetapi juga orang tua
dari anak lamban belajar tersebut. Dalam penelitian ini, yang menjadi
perbedaan adalah peneliti meneliti tentang bentuk – bentuk dukungan sosial
yang diberikan terhadap anak lamban belajar, kemudian sumber – sumber
dukungan sosial di sekolah inklusi berasal dari mana saja, dan juga dampak
positif dan dampak negatif dari dukungan sosial yang diberikan terhadap anak
lamban belajar disekolah inklusi.
Penelitian terdahulu, bisa memberi gambaran bahwa dukungan sosial
dari pihak sekolah juga dibutuhkan oleh anak lamban belajar, karena tenaga
pendidik dan seluruh warga sekolah juga bisa menjadi sumber – sumber
pemberi dukungan sosial yang dibutuhkan oleh anak lamban belajar. Karena
sekolah merupakan salah satu tempat untuk bisa mengembangkan diri,
bersosialisasi, menambah wawasan dan pengalaman, dan juga belajar banyak
hal. Warga sekolah merupakan bagian yang bisa dijadikan sumber dukungan
sosial dan dapat membantu anak lamban belajar mengembangkan prestasi
akademik maupun non akademik, dan juga bersosialisasi dengan warga
10
sekitar. Minimal anak lamban belajar mampu bersosialisasi dengan para warga
sekolah.
2.2 Konsep Dukungan Sosial
A. Pengertian Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari
orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, rekan kerja, atau orang lain.
Menurut Sarafino bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian,
penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk lainnya yang diterimanya
individu dari orang lain ataupun dari kelompok1. Dukungan sosial
merupakan pertukaran hubungan antar pribadi yang bersifat timbal balik
dimana seseorang memberi bantuan kepada orang lain. Dukungan sosial
sangat dibutuhkan siapa saja dalam berhubungan dengan orang lain demi
berlangsungnya hidup ditengah – tengah masyarakat karena manusia
diciptakan sebagai makhluk sosial. Istilah dukungan sosial secara umum
digunakan untuk mengacu pada penerimaan, rasa aman, peduli,
penghargaan atau bantuan yang diterima seseorang dari orang lain atau
kelompok. Pengertian dukungan sosial juga dikemukakan oleh Saroson
yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah adanya transaksi
interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan pada individu
1 R, Afriyatnti. ”Landasan Teori Dukungan Sosial ” (Online)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23067/3/chapter%2011.pdf (Diakses 1 Januari
2017, jam 19.05)
11
lain, dimana bantuan itu umumnya diperoleh dari orang yang berarti bagi
individu yang bersangkutan2.
Dukungan sosial dapat berupa pemberian informasi, bantuan
tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial yang akrab
yang membuat individu merasa diperhatikan, dinilai, dan dicintai.
Selanjutnya menurut Cohen dan Syme, dukungan sosial adalah sumber –
sumber yang disediakan oleh orang lain terhadap inidividu yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan individu bersangkutan. Lebih lanjut menurut
House dan Khan, dukungan sosial adalah tindakan yang bersifat
membantu yang melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan
instrument, dan penilaian positif pada individu dalam menghadapi
permasalahannya. Gottlieb juga menyatakan bahwa dukungan sosial terdiri
dari informasi atau nasehat verbal dan nonverbal. Bantuan yang nyata
maupun tindakan yang diberikan kepada individu oleh orang lain didapat
karena hubungan individu tersebut dengan lingkungan mempunyai
manfaat emosional atau efek perilaku bagi individu itu sendiri. Dalam hal
ini seseorang yang memperoleh dukungan sosial secara emosional merasa
lega karena diperhatikan3.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
dukungan sosial adalah sumber – sumber inspiratif dalam memberikan
dukungan serta mampu memberikan rasa nyaman, ketenangan maupun
suatu perubahan pada diri seseorang tersebut adalah tak lain orang – orang
2 Ushfuriyah, U. ”Dukungan Sosial” (Online) http://etheses.uin-
malang.ac.id/1226/6/11410073_Bab_2.pdf (Diakses 2 Desember 2016, jam 21.15 ) 3Maziyah, F. “Dukungan Sosial”. (Online) http://etheses.uin-
malang.ac.id/1243/6/11410016_Bab_2.pdf (Diakses 2 Desember 2016, jam 21. 10). Hlm : 1 - 2
12
terdekat, seperti orang tua, keluarga, guru, sahabat, kelompok masyarakat.
Karena setiap individu membutuhkan sebuah dukungan baik secara moril,
material maupun sosial untuk bisa memotivasi menjadi diri yang lebih
baik lagi. Terutama bagi anak bekebutuhan khusus, salah satunya adalah
anak lamban belajar. Meskipun dalam keterbatasan , mereka juga butuh
dihargai, diterima, serta dicintai oleh semua orang. Dukungan sosial bagi
anak lamban belajar, diharapkan mampu memberi dampak atau perubahan
yang positif, agar kelak anak lamban belajar menjadi pribadi yang lebih
baik, mampu mengembangkan dirinya leawat presati akademik maupun
non akademik, mampu membaur dengan masyarakat yang berada di
sekitarnya.
B. Bentuk – Bentuk Dukungan Sosial
Beberapa ahli memberikan uraian mengenai bentuk bentuk
dukungan sosial. Ada beberapa jenis atau dimensi dukungan sosial yang di
kemukakan oleh House, dalam buku asuhan keperawatan4 :
1. Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian
terhadap orang yang bersangkutan
2. Dukungan Penghargaan
Terjadi lewat ungkapan hormat/penghargaan positif untuk
orang lain, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau
perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang
4 Kurniawati, Ninuk Dian dan Nursalam.2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika. Hlm : 29
13
lain, misalnya orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya
( menambahkan harga diri ).
3. Dukungan Instrumental
Mencakup bantuan langsung, misalnya orang memberi
pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan atau menolong
dengan memberi pekerjaan terhadap orang yang tidak memiliki
pekerjaan.
4. Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasehat, saran, pengetahuan, informasi,
dan petunjuk.
Dukungan sosial merupakan mediator yang penting dalam
menyelesaikan masalah seseorang., hal ini karena individu merupakan
bagian dari keluarga, teman sekolah atau teman kerja, kegiatan agama,
maupun bagian dari kelompok lainnya. Sarafino (1994) dalam jurnal
ilmiah psikologi membedakan dukungan sosial menjadi lima bentuk
yaitu5:
1. Dukungan Emosional
Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, dan turut
prihatin terhadap seseorang. Dukungan ini akan menyebabkan
penerima dukungan merasa nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki
dan dicintai ketika dia mengalami stress, memberi bantuan dalam
bentuk semangat, kehangatan personal, dan cinta.
5 Winerung, S, dkk. 2010. “Peranan Dukungan Sosial Terhadap Aktualisasi Diriu Individu Lansia”
dalam Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol.15 No.1. 2010, hlm : 83
14
2. Dukungan Penghargaan
Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan
kepada seseorang, dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun
perasaan inidvidu, ataupun melakukan perbandingan positif antara
individu dengan orang lain. Dukungan ini dapat menyebabkan individu
yang menerima dukungan membangun ras menghargai dirinya,
percaya diri, dan merasa bernilai. Dukungan ini akan sangat berguna
ketika individu mengalami stress karena tuntutan tugas yang besar dari
pada kemampuan yang dimilikinya.
3. Dukungan Instrumental
Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk
didefinisikan, yaitu dukungan yang berupa bantuan secara langsung
dan nyata seperti memberi materi atau meminjamkan uang atau
membantu meringankan tugas orang yang sedang menghadapi
masalah.
4. Dukungan Informasi
Orang – orang yang berada disekitar individu akan memberi
dukungan informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan
tindakan yang dapat dilakukan individu dalam mengatasi masalah.
Terdiri dari nasehat, arahan, saran, ataupun penilaian tentang
bagaimana individu melakukan seuatu. Misalnya individu
mendapatkan informasi dari dokter tentang bagimana mencegah
penyakit kambuh lagi.
15
5. Dukungan Kelompok
Merupakan dukungan yang dapat menyebabkan individu
merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dimana
anggota – anggotanya dapat saling berbagi. Misalnya menemani orang
yang memiliki masalah ketika dia sedang istirahat.
C. Aspek – Aspek dalam Dukungan Sosial
Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dibagi kedalam
berbagai aspek yang berbeda. Misalnya menurut Weiss mengemukakan
beberapa aspek dukungan sosial yang disebut sebagai “ The social
provision scale ”, dimana masing – masing komponen dapat berdiri sendiri
– sendiri, namun satu sama lain saling berhubungan. Adapun komponen –
komponen tersebut adalah6 :
1. Kerekatan emosional
Kerekatan emosional ini biasanya ditimbulkan dengan adanya
perasaan nyaman / aman terhadap orang lain atau sumber yang
mendapatkan dukungan sosial. Dan hal semacam ini sering dialami dan
diperoleh dari pasangan hidup, keluarga, teman, ataupun guru yang
memiliki hubungan yang harmonis.
2. Integrasi sosial
Dalam aspek ini, inidvidu dapat memperoleh perasaan bahwa
dia memiliki suatu kelompok dimana kelompok tersebut tempatnya
untuk berbagi minat, perhatian serta melakukan yang sifatnya rekreatif
6 Maziyah, F, Op. cit. Hlm : 6 -7
16
secara bersama – sama. Dan aspek dukungan semacam ini
memungkinkan individu tersebut bisa mendapatkan rasa aman, dimiliki
serta memiliki dalam kelompok.
3. Adanya pengakuan
Inidvidu yang memiliki prestasi dan berhasil karena keahlian
maupun kemampuannya sendiri akan mendapatkan apresiasi atau
penghargaan dari orang lain. Biasanya dukungan semacam ini berasal
dari keluarga dan lingkungan tempat inidividu tersebut tinggal.
4. Ketergantungan yang dapat diandalkan
Dukungan sosial ini adalah sebuah jaminan buat seseorang
yang lagi bermasalah dan dia menganggap ada orang lain yang dapat
diandalkan untuk membantunya dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Dukungan seperti ini biasanya berasal dari keluarga.
5. Bimbingan
Aspek dukungan sosial jenis ini adalah suatu hubungan sosial
yang terjalin antara murid dengan guru. Dan memberikan dampak
positif serta memungkinkan individu itu mendapatkan informasi, saran
atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan mengatasi
permasalahan yang dihadapinya.
6. Kesempatan untuk mengasuh
Aspek ini adalah suatu aspek yang penting dalam hubungan
interpersonal inidvidu dengan orang lain dan inidvidu tersebut
memiliki persaan dibutuhkan.
17
D. Sumber – Sumber Dukungan Sosial
Seseorang memperoleh dukungan sosial bisa dari mana saja, tanpa
terkecuali masyarakat, guru atau yang tidak memiliki ikatan atau
hubungan apapun dengan inidvidu. Dan setiap manusia berhak
mendapatkan dukungan sosial. Berikut ini adalah sumber – sumber
dukungan sosial, yaitu :
1. Keluarga
Keluarga bisa disebut faktor atau kelompok sosial yang
memberikan pengaruh besar dan paling utama dalam kehidupan
manusia. Sehingga seorang individu mendapatkan sebuah harapan baru
terhadap solusi permasalahannya, karena adanya sebuah dukungan
sosial.
2. Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik adalah pendidik professional yang
mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevalusi peserta didik pada
satuan pendidikan tertentuyang melaksanakan program pendidikan
inklusi7.
Menurut Buseri seorang guru memiliki peran vital dalam
mengatur segala proses dan perencanaan pembelajaran sampai pada
tahap evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan anak
berkebutuhan khusus dalam mengikuti setiap materi pelajaran. Guru
dituntut sebagai figure yang benar – benar di percaya dan diyakini
7 Suyanto dan Mujito AK. 2014. Masa Depan Pendidikan Inklusif. Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar. Hlm : 43
18
dalam menumbuhkan sikap kebebasan terhadap anak didik untuk
mengungkapkan problematikanya. Guru sebagai salah satu komponen
untuk meningkatkan kemampuan siswa, memiliki peranan penting
dalam menentukan arah dari suatu proses pembelajaran8. Tenaga
pendidik meliputi guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru
pembimbing khusus (GPK).
a. Guru Kelas
Guru kelas adalah pendidik / pengajar pada kelas tertentu di
sekolah inklusi, dengan tugas antara lain menciptakan iklim belajar
yang kondusif sehingga anak – anak merasa nyaman belajar di
kelas, menyusun rencana pembelajaran/ program pembelajaran
individual (PPI) bersama dengan GPK9. Dukungan sosial guru
kelas dalam proses belajar mengajar adalah sentral. Bukan berarti
orang yang pandai, namun diartikan sebagai orang yang memegang
peran penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut
Bani Haris, dukungan sosial guru merupakan pertolongan atau
bantuan yang diterima anak didik ketika berinteraksi dengan guru
yang berupa informasi, perhatian, emosi, penilaian dan bantuan
instrumental yang membuat seseorang atau individu merasa
diperhatikan, dicintai, dihargai, dan menjadi bagian dari kelompok.
Dukungan guru dalam interaksi belajar mengajar akan dapat
8 Ilahi, Mohammad Takdir (Ed). 2013. Pendidikan Inklusif Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta : AR-
RUZZ MEDIA. Hlm : 178 - 181 9 Modul Bimbingan Karir Pendidikan Inklusif Bagi Kepala, Guru, dan Pengawas Sekolah Jenjang
SD, SMP, dan SMA. 2016. Kementerian Pendidikan dan Kebuyaan. Hlm : 108
19
memberikan motivasi kepada anak dalam mencapai tujuan
belajar10
.
b. Guru Mata Pelajaran
Guru mata pelajaran adalah guru yang mengajar mata
pelajaran tertentu sesuai kualifikasi yang dipersyaratkan. Dan
tugasnya antara lain menciptakan iklim belajar yang kondusif
sehingga anak – anak merasa nyaman belajar di kelas/ sekolah,
menyusun rencana pembelajaran / program pembelajaran
individual (PPI) bersama guru pembimbing khusus (GPK)11
.
c. Guru Pembimbing Khusus ( GPK )
Dalam modul bimbingan karir pendidikan inklusi, guru
pembimbing khusus adalah guru yang memiliki kompetensi
sekurang – kurangnya S-1 pendidikan luar biasa atau kependidikan
yang memiliki kompetensi kependidikan luar biasa, kualifikasi
pendidikan khusus sesuai dengan tuntutan profesi yang berfungsi
sebagai pendukung guru regular dalam memberikan pelayanan
pendidikan khusu atau intervensi sesuai kebutuhan peserta didik
berkebutuhan khusus di sekolah inklusi12
. Menurut Yuwono dalam
pendidikan inklusi menjelaskan bahwa guru pembimbing adalah
guru yang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam bidang anak –
anak berkebutuham khusus yang membantu atau bekerja sama
dengan guru sekolah regular dalam menciptakan pelajaran yang
inklusi. GPK memegang peranan penting dalam membantu tidak
10
Maziyah, F, Op. cit. Hlm : 13 - 14 11
Ibid, hlm : 109 12
Ibid
20
hanya perkembangan akademik tetapi juga non akademik, seperti
perkembangan sosialisasi, komunikasi, perilaku, motorik dan
perkembangan latihan keterampilan hidup sehari - hari13
.
3. Teman Sebaya
Menurut Jim Auer, teman sebaya adalah teman akrab atau
seseorang yang baru dikenal namun memiliki usia yang kira – kira
sama14
. Zainal Madon dan Mohd. Sharani Ahmad, berpendapat bahwa
teman sebaya adalah kelompok anak – anak atau remaja yang usianya
sama atau perkembangannya sama, teman sebaya pada umunya adalah
teman sekolah atau teman bermain diluar sekolah. Vembrianto (1993)
juga mengemukakan, kelompok sebaya adalah kelompok yang terdiri
atas sejumlah individu yang sama, yaitu inidividu yang mempunyai
persamaan dalam berbagai aspek, terutama persamaan usia dan status
sosialnya15
.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa teman sebaya
adalah orang yang memiliki status, pemikiran, usia, dan tingkat
kedewasaan yang hampir sama. Teman sebaya yang dipilih
biasanya adalah teman yang memiliki kesamaan status sosial
dengan dirinya. Misalnya siswa yang duduk dibanku SD
kebanyakan temannya sesama siswa, baik yang satu sekolah
maupun yang beda sekolah.
13
Maziyah F, op.cit., hlm : 14 14
Auer, Jim. 2012. Menghadapi Tekanan Teman-Teman Sebaya. Yogyakarta : KANISIUS
(Anggota IKAPI). Hlm : 5 15
Wicaksono, Okky. 2014. Hubungan Antara Peragulan Teman Sebaya Dengan Prestasi Belajar
Siswa Kelas V SD Gugus Jederal Sudirman, Kecamatan Sempor, Kbupaten Kebumen. Skripsi
tidak diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta
21
4. Kelompok Masyarakat
Masyarakat adalah bagian dari kelompok sosial yang penting,
karena dari lingkungan masyarakat juga terbentuk menjadi manusia
yang bisa mengerti keadaan sekitar. Selain itu masayarakat juga dapat
memberikan sebuah dukungan seperti kepedulian, pemberian bantuan (
bentuk dukungan material ) dan sebagainya.
E. Dampak atau Pengaruh Dukungan Sosial
Dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan
psikologis terhadap inidvidu, serta mampu mengurangi tingkat stress pada
seseorang karena suatu permasalah yang dihadapi dan belum teratasi.
Menurut Libermen, secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan
kecenderungan munculnya kejadian yang dapat menimbulkan stress. Dan
apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan orang lain dapat
mengubah persepsi individu. Oleh karena itu perlu adanya dukungan
sosial dari keluarga, sekolah, guru, teman, masyarakat serta lingkungan
sosialnya.
Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif
,Sarafino menyebutkan beberapa contoh efek negatif yang timbul dari
dukungan sosial, antara lain16
:
1. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang
membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak
16
S Masliha “Landasan Teori Dukungan Sosial”
https://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00008-PL%202.pdf (Diakses 1 Januari
2017, jam 21.00)
22
cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara
emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang diberikan.
2. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan
individu.
3. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu seperti
melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.
4. Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan
sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program
rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan
menyebabkan individu menjadi tergantung pada orang lain.
2.3 Anak Lamban Belajar ( Slow Learner )
A. Pengertian Anak Lamban Belajar ( Slow Learner )
Lamban belajar ( slow learner ) adalah anak yang memiliki potensi
intelektual sedikit dibawah anak normal, namun mereka tidak termasuk
anak tuna grahita. Biasanya memilikin IQ sekitar 71 – 85. Dalam beberapa
hal anak lamban belajar mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir,
merespon rangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi, namun anak
lamban belajar lebih baik dari tuna grahita. Mereka membutuhkan waktu
belajar yang lebih lama dibandingkan anak sebayanya sehingga mereka
memerlukan layanan pendidikan khusus17
.
Menurut Ingram C.P dalam jurnal psiokologi, anak lamban belajar
memiliki kemampuan yang rendah, dengan IQ antara 71 sampai dengan 89
17
Budiyartati, Sri(Ed). 2014. Problematika Pembelajaran di SD. Yogyakarta : Deepublish. Hlm :
29
23
atau sedikit dibawah normal. Kapasitas intelektual yang berada dibawah
rata – rata pada anak lamban belajar, berpengaruh pada berbagai macam
keterbatasan dihampir semua aspek kehidupan. Secara akademik anak
lamban belajar, lambat dalam menangkap dan memahami materi pelajaran
disekolah, sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama dibandingkan
sekelompok anak lain yang seusianya. Anak lamban belajar juga
mengalami tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal materi
tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan materi berikutnya di
sekolah18
.
Menurut Suharti dalam bukunya smart parenting, lamban belajar (
slow learner ) yaitu anak yang daya tangkapnya lambat, ia juga hanya bisa
menangkap sedikit – sedikit, Didalam kelas, jika mengikuti pelajaran,
mukanya terlihat kosong atau bengong. Ia mengalami kesulitan dan tidak
dapat mengikuti penjelasan gurunya. Dalam hal IQ anak lamban belajar
terletak pada kisaran 75 sampai 9019
. Oleh karena itu anak lamban belajar
membutuhkan perjuangan yang keras untuk menguasai materi pelajaran
yang diberikan.
Anak lamban belajar memiliki penampilan fisik yang tidak jauh
berbeda dengan anak normal pada umumnya, namun anak lmban belajar
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan, dan mereka tidak bisa menyelesaikan dalam waktu yang cepat.
18
Sugiarti, Rini dan Agung Santoso.P. 2013.” Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Belajar Siswa Slow Learner Di Sekolah Luar Biasa (Slb) Negeri Semarang” dalam Jurnal Wacana
Psikologi. Vol. 5 no. 9 / 2013 19
Suharti. 2010. Smart Parenting. Jakarta : Gunung Mulia. Hlm : 35
24
B. Karakteristik Anak Lamban Belajar ( Slow Learner )
Anak lamban belajar memiliki karakteristik tertentu yang
membedakan dengan anak normal. Menurut Laili (2013) ciri – ciri yang
dapat diamati pada anak lamban belajar adalah sebagai berikut20
:
1. Rata – rata prestasi belajarnya rendah (kurang dari 6).
2. Menyekesaikan tugas akademik sering terlambat apabila dibandingkan
dengan teman – teman seusianya.
3. Daya tangkap terhadap pelajaran lambat.
4. Pernah tidak naik kelas.
5. Ada yang berbicara kurang jelas.
Menurut G.L Reddy, R. Ramar, A. Kusuma menjelaskan
karakteristik anak lamban belajar (slow learner) sebagai berikut21
:
1. Keterbatasan Kapasitas Kognitif
Keterbatasan kapasitas kognitif membuat anak lamban belajar
mengalami hambatan dalam proses pembelajaran, meliputi : tidak
berhasil mengatasi situasi belajar dan berpikir abstrak, proses
pengembangan konsep atau generalisasi ide yang mendasari tugas
sekolah, khususnya bahasa dan matematika rendah.
2. Memori atau Daya Ingat Rendah
Kurangnya perhatian terhadap informasi yang disampaikan
adalah salah satu faktor penyebab anak lamban belajar mempunyai
20
Cahya, Laili S. 2013. Adakah ABK di Kelasku, Bagaimana Guru Mengenali ABK di Sekolah.
Yogyakarta : Familia. Hlm : 21 21
Purwaningtyas, Mylina. 2014.Strategi Pembelajaran Anak Lamban Belajar (Slow Learners) Di
Sekolah Inklusi Sd Negeri Giwangan Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu
Pendidikan: Universitas Negeri Yogyakarta
25
daya ingat yang trendah. Anak lamban belajar tidak dapat menyimpan
informasi dalam jangka panjang dan memanggil kembali ketika
dibutuhkan.
3. Gangguan dan Kurang Konsentrasi
Jangkauan perhatian anak lamban belajar relativ pendek dan
daya konsentrasinya rendah. Anak lamban belajar tidak dapat
berkonsentrasi dalam pembelajaran yang disampaikan secara verbal
lebih dari tiga puluh menit.
4. Ketidak Mampuan Mengungkapkan Ide
Kesulitan dalam menemukan dan mengkombinasikan kata,
ketidak dewasaan emosi,dan sifat pemalu membuat anak lamban
belajar tidak mampu berekspresi dan mengungkapkan ide. Anak
lamban belajar lebih sering menggunakan bahasa tubuh dari pada
bahasa lisan. Selain itu kemampuan anak lamban belajar dalam
mengingat pesan dan mendengarkan instruksi rendah.
Selain karakteristik yang dijelaskan oleh G.L Reddy, R. Ramar, A.
Kusuma tersebut, Nani Triani dan Amir juga menjelaskan karakteristik
anak lamban belajar sebagai berikut22
:
1. Intelegensi
Ditinjau dari aspek intelegensinya, karakteristik anak lamban
belajar meliputi : mengalami kesulitan hampir pada semua mata
pelajaran yang berhubungan dengan hafalan dan pengalaman,
22
Ibid.
26
mengalami kesulitan dalam memahami hal – hal abstrak, mempunyai
hasil belajar yang lebih rendah dibandingkan teman – teman
sekelasnya.
2. Bahasa dan Komunikasi
Karakteristik bahasa atau komunikasi anak lamban belajar
adalah adanya masalah komunikasi, baik dalam menyampaikan ide
atau gagasan maupun memahami penjelasan orang lain. Oleh karena
itu, bahasa yang sederhana, singkat, dan jelas sebaiknya digunakan
dalam komunikasi dengan anak lamban belajar.
3. Emosi
Karakteristik emosi anak lamban belajar adalah memiliki emosi
yang kurang stabil. Hal ini ditunujukkan dengan anak lamban belajar
yang cepat marah, sensitif, dan mudah menyerah ketika mengalami
tekanan atau melakukan kesalah.
4. Sosial
Karakteristik anak lamban belajar ditinjau dari aspek sosial
adalah biasanya kurang baik dalam bersosialisasi. Anak lamban belajar
lebih sering menarik diri saat bermain. Selain itu, anak lamban belajar
lebih senang bermain dengan anak – anak yang berusia dibawahnya.
Anak lamban belajar merasa lebih aman karena saar berkomunikasi
dapat menggunakan bahasa yang sederhana.
5. Moral
Seperti pada umunya, moral anak lamban belajar berkembang
seiring kematangan kognitif. Karakteristik moral anak lamban belajar
27
adalah mengetahui aturan yang berlaku, tetapi tidak memahami aturan
tersebut. Terkadang anak lamban belajar melanggar aturan karena
kemampuan memori mereka yang terbatas, sehingga sering lupa. Oleh
karena itu, sebaiknya anak lamban belajar sering diingatkan.
Secara fisik, anak lamban belajar tidak jauh berbeda dengan anak
normal pada umumnya, memiliki penampilan yang sama tetapi dalam
pembelajaran mereka akan terlihat berbeda dengan anak normal seperti
tidak bisa dengan cepat melakukan perintah dari guru untuk mencatat
dibuku catatannya.
2.4 Sekolah Inklusi
Stainback mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang
menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah inklusi adalah satuan
pendidikan formal penyelenggara pendidikan yang mengikut sertakan anak
bekerbutuhan khusus dan/atau yang mengalami hambatan dalam akses
pendidikan untuk memperoleh pendidikan yang bermutu bersama – sama
dengan peserta didik lain pada umumnya23
. Sekolah inklusi berbeda dengan
sekolah luar biasa ( SLB ). Sekolah inklusi dirancang untuk membaurkan anak
– anak berkebutuhan khusus dengan anak reguler agar dapat berinteraksi
dengan teman – temannya yang lain dan lingkungan serta untuk jangka
panjang mereka terbiasa dengan kehidupan bermasyarakat.. Berbeda dengan
SLB, mereka hanya akan bertemu dengan anak – anak yang mengalami
23
Modul Bimbingan Karir Pendidikan Inklusif Bagi Kepala, Guru, dan Pengawas Sekolah Jenjang
SD, SMP, dan SMA. 2016. Kementerian Pendidikan dan Kebuyaan. Hlm : 5
28
masalah yang sama serta interaksi sosial yang terbangun hanya pada kalangan
mereka saja.