bab ii kajian pustaka 2.1 landasan teori dan konsep … 2.pdf · investment) yang melibatkan...

25
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Tandelilin (2010:2) mengemukakan definisi investasi adalah suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Definisi lain mengatakan investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke dalam aktiva produktif selama periode waktu tertentu (Hartono, 2014:5). Kesimpulan yang dapat diambil dari definisi-definisi yang telah dipaparkan kedua ahli tersebut adalah investasi merupakan kegiatan yang mengorbankan sejumlah dana atau sumber daya yang dapat dikosumsikan saat ini untuk ditempatkan ke suatu aktiva/aset yang produktif, dengan harapan aktiva tersebut akan membawa hasil yang lebih dari apa yang dikorbankan di awal investasi tersebut. Tandelilin (2010:3) menjelaskan investasi mempunyai hubungan dengan pengelolaan kesejahteraan investor, dimana kesejahteraan di konteks investasi merupakan kesejahteraan moneter. Investasi ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan moneter yang dapat dilihat langsung dari pendapatan seseorang, tetapi secara lebih khusus ada beberapa alasan kenapa seseorang melakukan sebuah investasi, yaitu (Tandelilin, 2010:8): 1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. 2) Mengurangi tekanan inflasi

Upload: doandat

Post on 14-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Investasi

Tandelilin (2010:2) mengemukakan definisi investasi adalah suatu

komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat

ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Definisi lain

mengatakan investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan

ke dalam aktiva produktif selama periode waktu tertentu (Hartono, 2014:5).

Kesimpulan yang dapat diambil dari definisi-definisi yang telah dipaparkan kedua

ahli tersebut adalah investasi merupakan kegiatan yang mengorbankan sejumlah

dana atau sumber daya yang dapat dikosumsikan saat ini untuk ditempatkan ke

suatu aktiva/aset yang produktif, dengan harapan aktiva tersebut akan membawa

hasil yang lebih dari apa yang dikorbankan di awal investasi tersebut. Tandelilin

(2010:3) menjelaskan investasi mempunyai hubungan dengan pengelolaan

kesejahteraan investor, dimana kesejahteraan di konteks investasi merupakan

kesejahteraan moneter.

Investasi ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

moneter yang dapat dilihat langsung dari pendapatan seseorang, tetapi secara lebih

khusus ada beberapa alasan kenapa seseorang melakukan sebuah investasi, yaitu

(Tandelilin, 2010:8):

1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.

2) Mengurangi tekanan inflasi

11

3) Dorongan untuk menghemat pajak

Kegiatan investasi yang bisa lakukan terbagi menjadi dua bentuk, yaitu

investasi pada aset riil (real investment) yang melibatkan aset-aset seperti tanah,

bangunan, kendaraan, dan berbagai barang berwujud lainnya yang dapat membantu

jalannya kegiatan usaha. Aset riil ini biasanya berumur jangka panjang lebih dari 1

hingga 5 periode. Bentuk lainnya adalah investasi pada aset keuangan (financial

investment) yang melibatkan aset-aset seperti ekuitas, obligasi, derivatif, reksadana

dana, dan berbagai surat berharga lainnya. Aset keuangan ini mempunyai umur

yang berjangka pendek, yaitu satu periode.

Investasi pada aset keuangan ini mulai diminati oleh investor, karena

sifatnya lebih likuid, yang artinya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk

membuat suatu investasi keuangan menjadi kas karena fluktuasi nilai aset keuangan

sangatlah tajam sehingga dalam jangka waktu yang singkat nilai aset tersebut dapat

berubah-ubah, sehingga para investor tertarik dengan aset tersebut (Tandelilin,

2010:2).

Investasi terhadap aset keuangan, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

langsung dan tidak langsung. Hartono (2010:7) mengemukakan bahwa, investasi

langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu

perusahaan publik baik melalui perantara, sedangkan investasi tidak langsung

dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi.

Kegiatan investasi seperti kegiatan lainnya membutuhkan suatu proses

untuk memutuskan apakah kegiatan tersebut akan dilakukan. Proses keputusan

investasi merupakan proses yang berkesinambungan (going process), jadi

12

walaupun semua tahap telah dilewati akan tetapi apabila hasilnya kurang baik,

maka proses keputusan ini akan diulang kembali hingga mencapai keputusan yang

paling optimal. Tahap-tahap dari proses tersebut adalah sebagai berikut (Tandelilin,

2010:12-16):

1) Penentuan tujuan investasi

Tahap pertama adalah penetapan tujuan invetasi, dimana tujuan investasi

masing-masing investor dapat berbeda-beda, misalnya lembaga dana

pensiun bertujuan untuk memperoleh dana untuk membayar dana pensiun

nasabahnya di masa depan, sedangkan institusi penyimpan seperti bank,

mempunyai tujuan untuk memperoleh return (imbal hasil) yang lebih tinggi

di atas biaya investasi yang dikeluarkan misalnya, sekuritas yang mudah

diperdagangkan atau penyaluran kredit yang lebih berisiko.

2) Penentuan Kebijakan Investasi

Tahap kedua ini merupakan penentuan kebijakan untuk memenuhi tujuan

investasi yang telah ditetapkan, yang dimulai dengan keputusan alokasi aset

yaitu pendistribusian dana perusahaan terhadap berbagai asetnya (saham,

obligasi, real estate, ataupun sekuritas luar negeri) dengan memperhatikan

batasan-batasan yang mempengaruhi kebijakan tersebut, seperti seberapa

besar dana perusahaan, porsi pendistribusian, dan beban pajak dari

pelaporan yang harus ditanggung.

3) Pemilihan Strategi Portofolio

Tahap ketiga adalah memilih strategi portolio. Strategi portofolio dibedakan

menjadi dua, yaitu strategi portofolio aktif yang meliputi kegiatan

13

penggunaan informasi yang tersedia untuk mencari kombinasi portofolio

yang lebih baik dan srategi portofolio pasif yang meliputi aktivitas investasi

pada portofolio yang seiring dengan kinerja indeks pasar.

4) Pemilihan Aset

Tahap keempat adalah pemilihan aset, dimana setelah menetapkan strategi

portofolio apa yang akan dipakai akan diperlukan evaluasi setiap sekuritas

yang ingin dimasukkan untuk mencari kombinasi protofolio yang efisien,

yaitu protofolio yang menawarkan expected return tertentu dengan tingkat

risiko yang serendah mungkin.

5) Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Portoflio

Tahap kelima dan tahap akhir dari proses keuputusan ini adalah pengukuran

dan evaluasi kinerja portofolio, yang meliputi pengukuran kinerja portofolio

dan pembandingan hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio

lainnya melalui proses benchmarking. Proses benchmarking ini biasanya

dilakukan terhadap indeks portofolio pasar, untuk mengetahui seberapa baik

kinerja portofolio yang telah ditentukan dengan kinerja portofolio lainnya.

2.1.2 Return Investasi

Return atau imbal hasil diartikan sebagai hasil keuntungan atau kerugian

yang diperoleh investor dari kegiatan investasinya (Halim, 2015:25), oleh karena

itu sudah menjadi hal umum bagi investor bahwa tujuan dilakukannya investasi

yaitu, memaksimalkan return tersebut. Tandelilin (2010:102) menyatakan bahwa,

return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor bervinvetasi dan

14

merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko yang dihadapinya.

Berdasarkan sumbernya return investasi meliputi dua komponen utama, yaitu yield

dan capital gain/loss.

1) Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima secara periodik

dari suatu investasi yang hasilnya dinyatakan dalam presentase modal yang

ditanamkan. Contohnya pada investasi saham, yieldnya bisa dilihat dari

dividen dan pada obligasi yieldnya bisa dilihat dari kupon, dimana keduanya

merupakan pembayaran kembali secara periodik dari penerbit sekuritas

(Hartono, 2014:264).

2) Capital gain/loss, merupakan keunutungan/kerugian dari investor dari

kelebihan harga jual/beli instrumen pasar modal (saham, obligasi, dll.) di

atas harga beli/jual yang terjadi di pasar sekunder, sehingga dapat dihitung

dengan total dari imba hasil ini dari jumlah kedua komponen tersebut.

tingkat return ini dapat dihitung dengan pembayaran kas yang diterima

ditambahkan dengan perubahan harga sekuritas selama periode tertentu,

lalu dibagi dengan harga pembelian dari sekuritas tersebut (Halim,

2015:25).

Return dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu, return realisasi (realized

return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return

yang telah terjadi, yang dapat dihitung menggunakan data-data historis. Return

realisasi ini dapat digunakan sebagai pengukur kinerja perusahan, karena dapat

menunjukkan dan menilai efektivitas dan efesiensi perusahaan dari sudut pandang

15

investasi, sedangkan return ekspektasi (expected return) adalah return yang

diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang.

Pengukuran kedua return ini pun berbeda, return realisasi diukur dengan

dengan return total (total return), return relatif (relative return), return kumulatif

(cumulative return), dan return yang disesuaikan (adjusted return) (Hartono,

2014:274).

Return yang kedua, yaitu expected return ini dapat dihitung dengan

menggunakan peluang (probability) yang menjumlahkan hasil dari perkalian return

dan probabilitas, atau dapat dihitung dengan menggunakan data historis.

Perhitungan dengan penggunaan data-data historis terbagi menjadi tiga metode,

yaitu metode rata-rata (mean method), metode tren (trend method), dan metode

jalan acak (random walk method). Ketiga metode ini digunakan tergantung dari

distribusi data return. Contohnya, jika distribusi data returnnya mempunyai pola

trend maka metode trend mungkin akan lebih baik dan jika distribusi datanya

mempunyai pola yang acak, maka metode jalan acak sebaiknya digunakan

(Hartono, 2014:282-283).

2.1.3 Risiko Investasi

Definisi investasi memaparkan bahwa investasi adalah suatu kegiatan dan

setiap kegiatan pada umumnya diikuti dengan risiko, karena tidak ada yang bisa

menjamin bahwa suatu kegiatan/investasi akan berjalan dengan lancar. Terdapat

berbagai definisi dari risiko, akan tetapi pada hakekatnya risiko merupakan suatu

kejadian yang merugikan atau peluang terjadinya kejadian yang tidak diinginkan

16

(Hanafi, 2009:1). Return dan risiko dalam berinvestasi adalah sesuatu yang tidak

dapat dipisahkan, sehingga para investor yang ingin mendapatkan return dari

investasinya harus siap menghadapi risiko yang ada.

Risiko dalam investasi sering dihubungkan dengan penyimpangan atau

deviasi dari hasil yang diterima dengan hasil yang diharapkan. Van Horne dan

Wachowics Jr. (1992) dalam Hartono (2014:285) mendefinisikan risiko sebagai

variabilitas return yang diterima terhadap return yang diharapkan. Tandelilin

(2010:103-104), menjelaskan bahwa ada beberapa sumber-sumber risiko yang

mempengaruhi besarnya investasi, yaitu:

1) Risiko suku bunga

Risiko ini merupakan risiko yang timbul akibat perubahan tingkat suku

bunga yang berlaku di pasar, yang akan mempengaruhi hubungan harga

saham dengan perubahan tingkat bunga secara terbalik, artinya jika suku

bunga naik, maka harga pasar akan menurun dan sebaliknya.

2) Risiko pasar

Risiko ini merupakan risiko yang timbul akibat perubahan kondisi

perekonomian yang menyebabkan fluktuasi indeks pasar saham.

3) Risiko inflasi

Risiko ini merupakan risiko yang timbul akibat perubahan tingkat inflasi,

yang akan mengurangi tingkat daya beli, di mana risiko ini akan mengurangi

daya beli suatu mata uang yang diinvestasikan ataupun bunga yang

diperoleh dari investasi.

17

4) Risiko bisnis

Risiko ini merupakan risiko yang timbul akibat penurunan profabilitas suatu

perusahaan emitten.

5) Risiko likuiditas

Risiko ini merupakan risiko yang berkaitan dengan kecepatan suatu saham

yang diterbitkan perusahaan dapat diperjualbelikan.

6) Risiko mata uang

Risiko ini merupakan risiko yang timbul akibat fluktuasi nilai mata uang

domestik dengan nilai mata uang negara lainnya.

2.1.4 Pasar Modal

Pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai sarana pendanaan bagi

perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) sebagai sarana kegiatan

berinvestasi (Darmadji dan Fakhruddin, 2012:1), sedangkan Fahmi (2013:55),

mengartikan pasar modal sebagai tempat dimana pihak khususnya perusahaan

menjual saham dan obligasi dengan tujuan hasil penjualan tersebut nantinya akan

dipergunkan sebagai tambahan dana untuk perusahaan.

Definisi lainnya dari Prof. Hugh T. Patrick dan U Wun Tai dalam Sutedi,

(2013:41-42) menjelaskan bahwa pasar modal terbagi menjadi tiga. Pertama, dalam

arti luas pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisir,

termasuk bank-bank komersil dan semua perantara di bidang keuangan, surat

berharga/klaim jangka pendek-panjang primer dan yang tidak langsung. Kedua,

dalam arti menengah pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan

18

lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya

berjangka lebih dari satu tahun) termasuk saham, obligasi, pinjaman berjangka,

hipotik tabungan, dan deposito berjangka. Ketiga, dalam arti sempit pasar modal

adalah tempat pasar terorganisir yang memperdagangkan saham dan obligasi

dengan menggunakan jasa makelar dan underwriter.

Sebagai sarana pendanaan bagi perusahaan, pasar modal bertugas

mempermudah pertemuan antara pihak lender dan borrower. Lender adalah

seseorang yang memiliki kelebihan uang, ataupun orang yang tidak memperlukan

modalnya untuk saat ini tapi mereka ingin meraih keuntungan dalam jangka

panjang sehingga melakukan kegiatan investasi pada suatu perusahaan dan

borrower adalah seseorang atau pihak/lembaga yang sedang membutuhkan uang,

dengan menerbitkan surat yang bisa memberikan mereka modal dari uang para

investor dengan syarat mereka memberikan sebagian keuntungan yang telah dibuat

(Husnan, 2009:4).

Pertemuan ini sangat bermanfaat bagi kedua pihak tersebut, terutama pada

pihak peminjam, karena mereka tidak perlu lagi menunggu dari laba operasinya

untuk membuat atau menjalankan suatu proyek. Oleh karena itu, berdasarkan

definisi-denfisi yang telah dijelaskan pasar modal memiliki peranan yang penting

dalam perekonomian suatu negara karena memiliki empat fungsi, yaitu (Martalena

dan Malinda, 2011:3):

1) Fungsi saving

Pasar modal dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin

menghindari penurunan nilai mata uang karena inflasi.

19

2) Fungsi Kekayaan

Masyarakat dapat mengembangkan nilai kekayaan dengan berinvestasi

dalam berbagai instrument pasar modal yang tidak akan mengalami

penyusutan nilai sebagaimana terjadi pada investasi nyata.

3) Fungsi Likuiditas

Instrument pasar modal umumnya mudah untuk dicairkan sehingga

memudahkan masyarakat untuk memperoleh kembali dananya

dibandingkan rumah maupun tanah.

4) Fungsi Pinjaman

Pasar modal merupakan sumber pinjaman bagi perusahaan untuk

membiayai kegiatannya.

2.1.5 Saham

Siegel dan Jae K. Shim dalam Fahmi (2012:85)., mendefinisikan saham

sebagai tanda bukti penyertaan kepemilikian modal atau dana pada suatu

perusahaaan berupa kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, dan nama

perusahaan yang disertai dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap

pemegangnya serta persediaan yang siap untuk dijual. Definisi tersebut

menjelaskan, jika saham suatu perusahaan dimiliki oleh seorang investor maka

investor tersebut akan menerima penghasilan dari laba perusahaan berdasarkan

proporsi saham yang dimilikinya secara berkala sampai investor tersebut tidak

memiliki saham tersebut (diwariskan, dijual, dan sebagainya) atau sampai

perusahaan tersebut bangkrut.

20

Fahmi (2012:86) mengemukakan bahwa, dalam pasar modal ada dua jenis

saham yang paling umum dikenal oleh publik, yaitu saham biasa (common stock)

dan saham istimewa (preferred stock).

1) Saham biasa

Saham Biasa (common stock) adalah surat berharga yang dijual oleh suatu

perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan

sebagainya) di mana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar

Biasa (RSUPSLB) serta berhak untuk menentukan membeli right issue

(penjualan saham terbatas) atau tidak. Pemegang saham ini di akhir tahun

akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen.

2) Saham istimewa

Saham Istimewa (preferred stock) adalah surat berharga yang dijual oleh

suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan

sebagainya) di mana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap

dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulan).

Di pasar modal saham merupakan salah satu efek yang diperdagangkan,

dimana saham ini dinilai dengan harga saham, yang merupakan nilai sekarang yang

akan diterima pemodal di masa yang akan datang. Investor dalam berinvestasi

saham di pasar modal harus menganalisis saham tersebut terlebih dahulu. Husnan

(2009:282) menjelaskan bahwa, analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai

intrinsik suatu saham, kemudian membandingkannya dengan harga pasar saham

saat ini.

21

Harga saham setiap waktunya dapat berubah-ubah tergantung pada

besarnya penawaran dan permintaan investor dan berbagai faktor yang lainnya,

adapun faktor-faktor lain yang menyebabkan harga saham dapat berfluktuasi antara

lain (Fahmi 2012:89):

1) Kondisi mikro dan makro ekonomi.

2) Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha)

baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri. seperti membuka kantor

cabang

3) Pergantian direksi secara tiba-tiba.

4) Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana

dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan.

5) Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap

waktunya.

6) Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal

jual beli saham.

2.1.5.1 Indeks Harga Saham

Indeks harga saham untuk efek yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)

diciptakan untuk memberikan informasi bagi investor tentang kinerja suatu efek

atau pasar secara keseluruhan. Pada perkembangan terkini, penciptaan indeks

dimaksudkan untuk digunakan sebagai underlying untuk produk derivatif, seperti

reksadana, ETF, dan lain-lain. Sampai saat ini, di BEI terdapat 14 indeks saham, 1

indeks sektor keluarga, 1 listing board index family dan 5 indeks untuk setiap

22

masing-masing 3 kategori obligasi, yaitu obligasi pemerintah, obligasi korporasi,

dan komposit (yang menggunakan obligasi pemerintah dan korporasi).

BEI melakukan kerjasama dengan pihak eksternal untuk penciptaan indeks

yang memerlukan keahlian tertentu untuk melakukan pemilihan suatu konstituen.

Tanggung jawab utama BEI tentang indeks sekuritas yang terdaftar adalah untuk

menyebarkan mereka melalui media cetak dan elektronik. Investor dapat

memperoleh informasi aliran data indeks secara real-time dengan berlangganan

pada BEI atau perusahaan sekuritas lainnya.

2.1.6 Diversifikasi Saham

Secara umum, diversifikasi adalah keanekaragaman, tetapi dalam konteks

portofolio, diversifikasi adalah suatu istilah ataupun strategi di mana investor

berinvestasi terhadap dua atau lebih aset. Dengan menggunakan diversifikasi,

investor tersebut akan membuat sebuah portofolio, untuk mengurangi risiko yang

dihadapinya dalam berinvestasi.

Markowitz dalam Tandelilin (2010:117) mengatakan “don’t put your eggs

in one basket, atau janganlah kamu menaruh semua telur di satu keranjang. Kalimat

tersebut memberi pengertian bahwa, apabila telur-telur tersebut disimpan dalam

satu keranjang, dan keranjang tersebut jatuh, maka semua telur akan pecah. Hal

yang sama bisa diinterpretasikan ke dalam investasi karena, jika investor hanya

menginvestasikan semua harta di satu aset atau satu saham saja maka investor akan

kehilangan semua hartanya apabila harga saham tersebut turun dengan drastis

dengan asumsi semua dana tersebut diinvestasikan. Oleh karena hal itu,

23

diversifikasi sangat dibutuhkan dalam menghadapi ketidakpastian kondisi yang

dialami saham tersebut.

Tandelilin (2010:116) mengemukakan ada dua cara diversifikasi untuk

membentuk sebuah portofolio, yaitu:

1) Diversifikasi Naif

Diversifikasi random, atau “diversifikasi secara naif” terjadi ketika

investor berinvestasi secara acak pada berbagai jenis aset atau sekuritas

yang berbeda tanpa memperhitungkan dengan secara detil karakteristik,

portofolio tersebut dan berharap bahwa varians return sebagai ukuran risiko

portofolio tersebut, akan bisa diturunkan. Karena diversifikasi ini biasanya

menggunakan proporsi yang sama untuk setiap aset dalam membuat suatu

portofolio, maka diversifikasi ini sering disbut dengan strategi 1/N.

2) Diversifikasi Markowitz

Sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, Markowitz menciptakan

konsep untuk mendiversifikasi aset dalam suatu investasi dengan memilih

kombinasi saham-saham yang memungkinkan mendapatkan return tertentu

dengan risiko yang terendah. Kontribusi penting dari ajaran Markowitz

adalah, return suatu aset berkorelasi antara satu dengan yang lainnya dan

tidak independen. Oleh karena itu, risiko protofolio tidak boleh dihitung dari

semua penjumlahan risiko aset yang ada dalam portofolio, tetapi juga harus

mempertimbangkan efek keterkaitan antara return aset dalam

pengestimasian risiko. Kontribusi risiko, akibat keberadaan hubungan antar

return aset, dapat diwakili oleh nilai koefisien korelasi atau nilai kovarian.

24

Koefisien korelasi adalah suatu ukuran statistik yang menunjukkan

pergerakan bersamaan relatif antara dua variabel. Ukuran tersebut biasanya

dilambangkan dengan (ρi,j) dan berjarak antara +1.0 hingga -1.0, di mana:

a) Jika (ρi,j) sama dengan +1.0, berarti korelasinya positif sempurna,

dan penggabungan dua buah sekuritas dengan korelasi tersebut tidak

akan memberikan manfaat pengurangan risiko. Risiko yang

dihasilkan merupakan rata-rata tertimbang dari risiko sekuritas

individual.

b) Jika (ρi,j) sama dengan -1.0, berarti korelasinya negatif sempurna,

dan penggabungan dua buah sekuritas dengan korelasi tersebut akan

menghilangkan risiko kedua sekuritas. Hal ini sejalan dengan

prinsip lindung nilai (hedging) terhadap risiko.

c) Jika (ρi,j) sama dengan 0, berarti tidak mempuyai korelasi, dan

penggabungan dua buah sekuritas dengan korelasi tersebut akan

mengurangi risiko secara signifikan. Jumlah saham yang

dimasukkan akan berpengaruh terhadap pengurangan risiko.

Dalam dunia nyata, ketiga kondisi korelasi ekstrim ini sangat jarang

terjadi. Pada umumnya sekuritas akan mempunyai korelasi positif,

walaupun tidak sempurna.

Selain dari koefisien korelasi, keberadaan hubungan antar return

aset, bisa diidentifikasi dengan nilai kovarian, yaitu nilai absolut yang

menunjukkan sejauh mana dua variabel mempunyai kecenderungan untuk

bergerak bersama-sama. Nilai kovarian ini bisa berbentuk angka positif,

25

negatif, dan nol. Kovarian positif berarti, jika suatu return sekuritas naik

maka sekuritas yang lain juga bergerak naik. Kovarian negatif berarti bahwa

jika return suatu sekuritas bergerak naik, sekuritas yang lainnya akan

bergerak turun, dan sebaliknya. Dan terakhir kovarian nol berarti,

pergerakan suatu sekuritas bersifat independen terhadap sekuritas yang lain.

Berdasarkan kedua cara tersebut, diversifikasi marokowitz merupakan cara

yang lebih sulit di aplikasikan, karena menghabiskan kedua waktu dan biaya untuk

melakukan penelitian. Akan tetapi salah satu keuntungan dengan memakai konsep

atau Model Markowitz adalah model ini merupakan suatu cara yang objektif untuk

memprediksi harga atau return sekuritas karena, model ini didasarkan pada data riil

masa sebelumnya yang kemudian dirata-rata sehingga, dengan menggunakan

model portofolio ini keuntungan akan dapat diperoleh dengan mengurangi rasa

cemas terhadap kerugian yang akan terjadi (Samsul, 2006:320).

Dari pendekatan tersebut, Hartono (2014:368) menjelaskan bahwa terdapat

beberapa asumsi dalam Model Markowitz ini, yaitu:

a) Waktu yang digunakan hanya 1 periode

b) Tidak ada biaya transaksi

c) Karakterisik dari investor hanya dipengaruhi oleh return ekspektasi dan

risiko dari portofolio

d) Tidak ada pinjaman dan simpanan bebas risiko.

Salah satu investigasi tentang kedua diversifikasi ini dilakukan oleh

Demiguel et al., (2009) dimana mereka menyimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan dari kedua diversifikasi ini, hanya pada periode 3000

26

bulan (untuk 25 aset) atau 6000 bulan (untuk 50 aset) berikutnya, diversifikasi

Markowitz akan memberikan hasil yang lebih, dari diversifikasi naif tersebut.

Mereka juga menjelaskan bahwa diversifikasi naif ini, bisa digunakan sebagai

benchmark untuk apakah berhasilnya diversifikasi Markowitz dalam memilih

portofolio.

2.1.7 Portofolio Saham

Portofolio adalah serangkaian kombinasi beberapa aktiva/aset yang

diinvestasikan dan dipegang oleh investor baik perorangan maupun lembaga

(Sunariyah 2006:194) maka, dengan melakukan diversifikasi investor dapat

membentuk suatu portofolio. Para investor biasanya tidak menginvestasikan

modalnya pada satu saham saja, karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya

adanya risiko yang mengikuti investasi tersebut yang menyebabkan hal tersebut,

sehingga diciptakanya portofolio dengan harapan mengurangi risiko tersebut.

Teori portofolio modern diperkenalkan pertama kali oleh Harry Markowitz

(1952), yang menjelaskan bahwa proses dalam pemilihan sebuah portofolio dibagi

menjadi dua langkah. Pertama, dimulai dengan pengamatan dan pengalaman dan

diakhiri dengan kepercayaan tentang kinerja masa depan dan sekuritas yang

tersedia. Langkah yang kedua dimulai dengan kepercayaan yang berhubungan

tentang kinerja masa depan dan diakhiri dengan pemilihan portofolio.

Setelah investor yakin untuk membuat portofolio sahamnya, pasti akan

timbul beberapa pertanyaan, salah satunya yaitu seberapa banyak saham yang harus

diinvestasikan untuk meminimalkan risiko. Tandelilin (2010:112) mengemukakan

27

konsep pengurangan risiko sebagai akibat penambahan sekuritas ke dalam

portofolio meruapakan konsep yang sangat penting dalam pemahaman risiko

portofolio, karena konsep ini menyatakan bahwa jika saham ditambahkan secara

terus menerus jenis sekuritas ke dalam suatu portofolio, maka manfaat pengurangan

risiko yang akan diperoleh akan semakin besar sampai mencapai titik tertentu di

mana manfaat pengurangan tersebut mulai berkurang.

2.1.8 Return dan Risiko Portofolio Saham

1) Return Portofolio

Hartono (2014:311) menjelaskan bahwa, dalam berinvestasi di

sekuritas tunggal mengukur return dan risiko merupakan hal yang penting,

tetapi bagi manajer portofolio return dan risiko portofolio lebih diperlukan.

Bagaimanapun juga menghitung return dan risiko portofolio untuk sekuritas

tunggal akan berguna, karena hal itu merupakan dasar perhitungan bagi

return portofolio. Return portofolio dihitung dari rata-rata tertimbang dari

return-return setiap sekuritas yang masuk kedalam portofolio, hal ini

berlaku untuk kedua return realisasi dan return ekpektasi. Pada Investasi

Return dan Risiko akan berlaku pada satu aktiva saja, sedangkan portofolio

merupakan kombinasi dari beberapa asset, sehingga menghitung return dan

risikonya akan sedikit berbeda.

2) Risiko Portofolio

Pada return portofolio, return sekuritas tunggal dipakai sebagai

dasar perhitungan, lain halnya dengan risiko. Hartono (2014:311)

28

menjelaskan risiko portofolio tidak merupakan rata-rata tertimbang dari

risiko masing-masing sekuritas bahkan dapat menjadi lebih rendah dari dari

risiko sekuritas tersebut, di mana pada konsep yang dikenalkan oleh Harry

Markowitz di tahun 1950-an dia menunjukkan bahwa secara umum risiko

dapat dikurangi dengan menggabungkan beberapa sekuritas tunggal ke

dalam bentuk portofolio, dengan syarat return pada masing-masing

sekuritas tidak berkorelasi secara positif dan sempurna.

Hartono (2014:314) mengatakan bahwa risiko portofolio dapat

dihitung dengan besarnya deviasi standar atau varian dari nilai-nilai return

sekuritas-sekuritas tunggal yang ada di dalamnya. Dalam risiko portofolio,

Sharp (1963) dalam Evans dan Archer (1968) menyimpulkan bahwa total

risiko portofolio terbagi menjadi dua, yaitu risiko sistematis yang dihasilkan

dari kovarian return sekuritas individual dengan return pasar, dan risiko

tidak sistematis yang merupakan akibat dari keanehan sekuritas individu itu

sendiri, dengan kata lain bahwa sebagian porsi dari variasi return sekuritas

individual tidak menyebabkan variasi return pasar.

Halim (2015:32) juga menjelaskan kedua risiko tersebut. Pertama,

risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dengan melakukan

diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor

makro yang dapat memengaruhi pasar secara keseluruhan (perubahan suku

bunga, kurs valas, kebijakan pemerintah, dll.). Kedua, risiko tidak sistematis

yaitu risiko yang dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko

ini hanya memengaruhi satu perusahaan atau industri tertentu.

29

2.1.9 Portofolio Saham yang Efisien dan Optimal

1) Portofolio Efisien

Investor dapat menentukan kombinasi dari sekuritas-sekuritas untuk

membentuk sebuah portofolio, baik yang efisien maupun tidak. Halim

(2015:41) mengemukakan bahwa, suatu portofolio dapat dikatakan efisien

jika memiliki karakteristik berikut, yaitu memberikan expected return

terbesar dengan risiko yang sama, atau memberikan risiko terkecil dengan

expected return yang sama. Kedua karakteristik diatas dapat dijelaskan pada

gambar dibawah berikut ini:

Gambar 2.1 Kurva Efficient Frontier

Sumber: Bodie, Kane dan Marcus (2011:239)

Berdasarkan Gambar 2.1, titik A hingga F adalah portofolio di mana garis

horizontal adalah risiko dan garis vertical adalah tingkat keuntungan. Garis

B, C, D, E, dan F disebut permukaaan yang efisien (efficient frontier). Garis

tersebut menunjukkan sejumlah portofolio yang efisien berdasarkan tingkat

keuntungan dan risiko masing-masing, sehingga, apabila posisi portofolio

30

semakin jauh dari garis tersebut berarti portofolio itu makin tidak efisien,

dan sebaliknya. Contohnya, portofolio A adalah portofolio yang tidak

efisien bila dibanding portofolio C, karena dengan risiko yang sama dengan

portofolio C memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi.

2) Portofolio Optimal

Portofolio optimal adalah bagian dari portofolio-portofolio yang

efisien, yang sekaligus merupakan portofolio efisien, tetapi suatu portofolio

yang efisien belum tentu merupakan portofolio optimal (Hartono,

2014:367). Sedangkan menurut Tandelilin (2010:157) portofolio optimal

adalah suatu portofolio yang paling menguntungkan bagi suatu investor,

yang telah dipilih dari berbagai portofolio efisien yang telah dibuat. Kurva

efficient frontier dapat digunakan untuk mengetahui portofolio yang mana

saja yang efisien. Halim (2015:46) mempunyai 2 pendekatan dalam

penentuan portofolio efisien tersebut, yaitu:

a) Kurva Indiferen

Kurva indiferen (indifference curve/IC) merupakan suatu

kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi efek yang memberikat

return yang tidak berbeda bagi investor. Kemiringan (slope) IC

menunjukkan tingkat substitusi marginal (marginal rate of

substitution) dari return dan risiko. Semakin besar kemiringan IC

menunjukkan bahwa investor semakin hati-hati terhadap risiko, dan

sebaliknya. Kombinasi portofolio pada kurva IC akan memberikan

preferensi yang tidak berbeda bagi seorang investor karena semua

31

titik dalam kurva tersebut menunjukkan seberapa besar tingkat

ketidaksukaan risiko dari seorang investor.

Gambar 2.2 Kurva Indiferen

Sumber: Tandelilin (2015:158)

Berdasarkan Gambar 2.2, terlihat ada tiga kombinasi portofolio yang

ditandai oleh tiga garis U1, U2, dan U3 menggambarkan kombinasi

return yang diharapkan dengan risiko yang akan dihadapi pada

setiap portofolio. Dengan demikian, kurva U3 yang berada pada

merupakan portofolio yang optimal, karena memberikan return

yang dihrapakan yang lebih tinggi dari garis U1, danU2 dengan

tingkat risiko yang hampir sama. Sehingga portofolio U3akan

memberikan kepuasan tertinggi dari investor yang rasional.

b) Karakteristik Fungsi Utilitas.

Karakteristik Fungsi utilitas adalah ciri-ciri atau sikap suatu

investor dalam menghadapi risikonya. Karakter ini dibagi menjadi

tiga, yaitu:

32

1) Karakter yang tidak suka terhadap risiko (Risk Averter),

yaitu investor yang akan memilih investasi dengan risiko

yang lebih rendah, jika dia akan dihadapkan dengan dua

pilihan investasi yang memberikan return yang sama dengan

risiko yang berbeda

2) Karakter yang netral terhadap risiko (Risk Neutrality), yaitu

investor yang akan mengambil investasi yang memberikan

return yang sama untuk setiap kenaikan risiko.

3) Karakter yang suka terhadap risiko (Risk Seeker), yaitu

investor yang mempunyai akan memilih investasi dengan

risiko yang lebih tinggi, jika dia akan dihadapkan dengan dua

pilihan investasi yang memberikan return yang sama dengan

risiko yang berbeda.

Investor yang memakai efficient frontier sebagai dasar pemilihan

portofolionya, dapat menentukan berdasarkan masing-masing

karakteristik investor terhadap risiko, yang ditunjukkan oleh gambar

berikut:

33

Gambar 2.3 Kurva Portofolio Optimal

Sumber: Tandelilin (2010:161)

Berdasarkan Gambar 2.3, bidang ABCDGH menunjukkan kumpulan

portofolio yang tersedia bagi investor, dan garis BCDE merupakan

effiecient frontier. Telah dijelaskan pada subbab sebelumnya kurva

portofolio optimal adalah bagian-bagian portofolio efisien yang ditandai

efficient frontier. Oleh karena itu portofolio yang ditunjukkan oleh titik

BCDE merupakan pilihan yang lebih baik dari portofolio AGH karena,

portofolio BCDE memberikan return yang lebih besar dar AGH dengan

risiko yang sama, sehingga investor yang rasional akan memilih portofolio

BCDE sesuai dengan karakteristik masing-masing.Walaupun demikian, ada

beberapa hal yang harus diperhatikan seperti berikut (Tandelilin, 2010:162):

a) Semua titik portofolio yang ada dalam efficient frontier memiliki

kedudukan yang sama antara satu dengan yang lainnya.

b) Model Markowitz tidak memasukkan isu bahwa investor boleh

meminjam dana untuk membiayai investasi, dan model ini juga tidak

memperhitungkan investor berinvestasi pada aset bebas risiko

34

Walaupun demikian, akan tetapi kenyataanya investor yang berbeda-beda

akan mengestimasi input yang berbeda pula, sehingga akan menghasilkan garis

efficient frontier yang berbeda pula, yang akan mengakibatkan adanya

ketidaksamaan pada setiap portofolio optimal masing-masing investor.