bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pembelajaran...

26
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Tematik Sungkono (Suryobtoto:2009) pembelajaran tematik secara singkat diuraikan meliputi prinsip-prinsip, ciri-cirinya, pemilihan tema dan contoh implikasinya disekolah. Sedangkan menurut Sutirjo dan Istuti Mamik (Suryobroto:2009) pembelajaran tematik adalah satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Kesimpulan dari pernyataan pakar bahwa pembelajaran tematik diupayakan untuk memperbaiki kualitas pendidikan siswa dengan melibatkan siswa dalam kegiatan belajar berdasarkan tema. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajatan terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka. Menurut Kunandar (2007:311)Tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud untuk menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa siswa dan membuat pemmbelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik (Suryobroto:2009) yaitu: 1) bersifat terintegrasi dengan lingkungan, 2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, 3) efisiensi, lebih jelasnya dapat diuraian sebagai berikut ini: 1. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan Pembelajaran yang dilakukan dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah yang

Upload: duongnhan

Post on 06-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Tematik

Sungkono (Suryobtoto:2009) pembelajaran tematik secara singkat diuraikan

meliputi prinsip-prinsip, ciri-cirinya, pemilihan tema dan contoh implikasinya

disekolah. Sedangkan menurut Sutirjo dan Istuti Mamik (Suryobroto:2009)

pembelajaran tematik adalah satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan,

ketrampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan

menggunakan tema. Kesimpulan dari pernyataan pakar bahwa pembelajaran

tematik diupayakan untuk memperbaiki kualitas pendidikan siswa dengan

melibatkan siswa dalam kegiatan belajar berdasarkan tema. Keterpaduan dalam

pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan

aspek belajar mengajar. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajatan terpadu

yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam

beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka.

Menurut Kunandar (2007:311)Tema merupakan alat atau wadah untuk

mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam

pembelajaran, tema diberikan dengan maksud untuk menyatukan isi kurikulum

dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa siswa dan

membuat pemmbelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk

memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.

Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menerapkan dan melaksanakan

pembelajaran tematik (Suryobroto:2009) yaitu: 1) bersifat terintegrasi dengan

lingkungan, 2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, 3) efisiensi,

lebih jelasnya dapat diuraian sebagai berikut ini:

1. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan

Pembelajaran yang dilakukan dikemas dalam suatu format keterkaitan,

maksudnya pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang

dihadapi siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah yang

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

8

nyata dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dikatkan dengan topik

yang dibahas.

2. Bentuk belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-

sungguh untuk menemukan tema pembelajaran yang rill sekaligus

mengaplikasikannya.

3. Efisiensi

Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi

waktu, beban materi, metode, penggunaan sumber belajar yang otentik

sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.

Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik seperti berikut ini:

a. Berpusat pada siswa

Proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai

pusat aktivitas dan harus mampu memperkaya pengalaman belajar.

b. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa

Agar pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara

langsung dan mengalami sendiri.

c. Permasalahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Mengingat tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling berkaitan

maka batas mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses

pembelajaran.

e. Bersifat fleksibel

f. Pelaksanaan pembelajaran tematik tidak terjadwal secara ketat antar mata

pelajaran

g. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan

siswa.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

9

Tabel 2.1

KompetensiInti dan Kompetensi Dasar

Tema Keindahan Alam Negeriku

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

3.Memahami pengetahuan

faktual dengan cara

mengamati [mendengar,

melihat, membaca] dan

menanya berdasarkan rasa

ingin tahu tentang dirinya,

makhluk ciptaan Tuhan

dan kegiatannya, dan

benda-benda yang

dijumpainya di rumah,

sekolah, dan tempat

bermain.

IPS

3.3.Memahami manusia dalam hubungannya

dengan kondisi geografis di sekitarnya.

BAHASA INDONESIA

3.4.Menggali informasi dari teks cerita

petualangan tentang lingkungan dan

sumber daya alam dengan bantuan guru

dan teman dalam bahasa Indonesia lisan

dan tulis dengan memilih dan memilah

kosakata baku.

MATEMATIKA

3.7.Menentukan kelipatan persekutuan dua

buah bilangan dan menentukan kelipatan

persekutuan terkecil (KPK).

3.14.Memahami penambahan dan

penguranganbilangan decimal.

PPKN

3.3. Memahami hak dan kewajiban sebagai

warga dalam kehidupan sehari-hari di

rumah, sekolah dan masyarakat.

IPA

3.7. Mendeskrisikan hubungan antara

sumber daya alam dengan lingkungan,

teknologi, dan masyarakat.

4.Menyajikan pengetahuan

faktual dalam bahasa yang

jelas dan logis dan

IPS

4.3.Menceritakan manusia dalam

hubungannya dengan lingkungan

geografis tempat tinggalnya.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

10

sistematis, dalam karya

yang estetis dalam gerakan

yang mencerminkan anak

sehat, dan dalam tindakan

yang mencerminkan

perilaku anak beriman dan

berakhlak mulia

PPKN

4.2.Melaksanakan kewajiban sebagai warga

di lingkungan rumah, sekolah dan

masyarakat

BAHASA INDONESIA

4.4.Menyajikan teks cerita petualangan

tentang lingkungan dan sumber daya

alam secara mandiri dalam teks bahasa

Indonesia lisan dan tulis dengan memilih

dan memilah kosakata baku

MATEMATIKA

4.1.Mengemukakan kembali dengan kalimat

sendiri , menyatakan kalimat matematika

dan memecahkan masalah dengan efektif

permasalahan yang berkaitan dengan

KPK dan FPB, satuan kuantitas, desimal

dan persen terkait dengan aktivitas

sehari-hari di rumah, sekolah, atau

tempat bermain serta memeriksa

kebenarannya.

IPA

4.6.Menyajikan secara tertulis hasil

pengamatan daur hidup beberapa

jenis mahluk hidup.

Tingkat kompetensi tersebut dikembangkan berdasarkan kriteria; (1)

Tingkat perkembangan peserta didik, (2) Kualifikasi kompetensi Indonesia, (3)

Penguasaan kompetensi yang berjenjang. Selain itu Tingkat Kompetensi juga

memperhatikan; tingkat kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan

pendidikan, dan keterpaduan antar jenjang yang relevan (Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi

Pendidikan Dasar dan Menengah).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

11

Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik

pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai

kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.

Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan

kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta

didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu matapelajaran. Kompetensi dasar

dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti

sebagai berikut:

1. kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka

menjabarkan KI-1;

2. kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka

menjabarkan KI-2;

3. kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka

menjabarkan KI-3; dan

4. kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka

menjabarkan KI-4.

Setiap tingkat kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses

pembelajaran dan penilaian. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan

penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

1. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat

pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi

yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;

2. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi

pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan

alam, sumber/ media lainnya);

3. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta

didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat

dihubungi serta diperoleh melalui internet);

4. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran

siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan

sains

5. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);

6. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;

7. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)

dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta

didik;

8. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi

pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

9. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis (Permendikbud No 67

Tahun 2013 tentang Struktur Kurikulum SD).

2.1.2. Hasil Belajar

Menurut Gagne & Briggs (Suprihatiningrum jamil, 2013:37) hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

12

belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance).

Artinya bahwa hasil belajar itu diukur pada saat siswa sedang belajar dan pada

saat siswa selesai belajar oleh karena itu menurut Gagne ada lima tipe hasil belajar

yaitu intellectual skill (ketrampilan intelektual), cognitive strategy (strategi

kognitif), verbal information (informasi verbal), motor skill (ketrampilan

motoris), dan attitude (sikap). Hal ini dikuatkan oleh Taksonomi Bloom bahwa

penilaian hasil belajar dinilai dari 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

Ranah kognitif dapat dinilai dengan tehnik tes sedangkan penilaian ranah afektif

dan psikomotor dilakukan dengan tehnik nontes. Howard Kingsley membagi tiga

macam hasil belajar yaitu (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan

pengertian, (c) sikap dan cita-cita.

(http://audiesruby.blogspot.com/2013/12/taksonomi-bloom-dan-konsep-

permasalahan.html)

Menurut Susanto Ahmad hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang

terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Definisi diatas dipertegas lagi

oleh pendapat Nawawi (Susanto Ahmad, 2013:5) yaitu hasil belajar dapat

diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran

di sekolah yang dinyatakan dalam skor. Hal tersebut dapat diartikan bahwa

keberhasilan dicapai pada saat proses pembelajaran berlangsung dan juga pada

akhir pembelajaran.

Jadi dari beberapa definisi hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh dari pengukuran aspek kognitif

(intelektual), aspek afektif (sikap) dan psikomotor (ketrampilan).Untuk

mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang dikehendaki dapat diketahui melalui pengukuran. Pengukuran

merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka

pada suatu gejala atau peristiwa atau benda ( Wardani Naniek Sulistya dkk, 2012:

47). Untuk menetapkan angka dalam pengukuran tersebut diperlukan alat ukur

yang disebut dengan instrumen seperti tes, panduan wawancara, skla sikap dan

angket.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

13

Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

1. Penilaian kompetensi sikap. Pendidik melakukan penilaian kompetensi

sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer

evaluation) oleh siswa dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk

observasi, penilaian diri, dan penilaian antarsiswa adalah daftar cek atau

skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal

berupa catatan pendidik.

1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara

langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan

pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang

diamati.

2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta

siswa untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya

dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang

digunakan berupa lembar penilaian diri.

3) Penilaian antarsiswa merupakan teknik penilaian dengan cara

meminta siswa untuk saling menilai terkait dengan pencapaian

kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian

antarsiswa.

4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas

yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan

kelemahan siswa yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan. Pendidik menilai kompetensi

pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,

benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi

pedoman penskoran.

2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

14

3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang

dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik

tugas.

3. Penilaian Kompetensi Keterampilan. Pendidik menilai kompetensi

keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut

siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan

menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen

yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang

dilengkapi rubrik.

1. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa

keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan

tuntutan kompetensi.

2. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi

kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis

maupun lisan dalam waktu tertentu.

3. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara

menilai kumpulan seluruh karya siswa dalam bidang tertentu yang

bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan,

prestasi, dan/atau kreativitas siswa dalam kurun waktu tertentu. Karya

tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan

kepedulian siswa terhadap lingkungannya.

Instrumen penilaian juga harus memenuhi persyaratan yaitu sebagai

berikut:

1. Substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;

2. Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk

instrumen yang digunakan; dan

3. Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai

dengan tingkat perkembangan siswa.

Dalam kegiatan memeberikan angka tersebut dapat bermakna apabila

dilakukan sebuah asesmen. Asesmen adalah proses pengambilan dan pengolahan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

15

informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa (Wardani Naniek

Sulistya dkk, 2012: 50).

Jenis-jenis assesmen selalu dikaitkan dengan fungsinya. Asesmen di tinjau

dari fungsinya (Wardani Naniek Sulistya dkk, 2012: 55) yaitu:

1. Asesmen formatif

Berfungsi untuk memperbaiki hasil atau program untuk memperbaiki hasil

atau program kegiatan.

2. Asesmen sumatif

Berfungsi untuk menentukan tingkat tingkat keberhasilan pada akhir

program

3. Asesmen penempatan

Berfungsi untuk mengelompokan seseorang berdasarkan kriteria tertentu

dan menempatkan pada kategori program yang sesuai dengan kriteria.

4. Asesmen diagnostik

Berfungsi untuk mendeteksi kelemahan-kelemahan yang biasanya bersifat

psikologis atau mengidentifikasi kesulitan belajar siswa yang berkaitan

dengan pembuatan program remediasi.

Prinsip asessmen pembelajaran adalah patokan yang harus dipedomani

ketika guru melakukan asesmen proses dan hasil belajar. Prinsip-prinsip yang

harus dijadikan pedoman adalah sebagai berikut:

1. Komprehensif(menyeluruh)

Asesmen/ penilaian terhadap hasil belajar siswa harus dilaksanakan secara

menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup seluruh domain aspek kognitif,

psikomotorik dan afektif atau nilai, dan ketrampilan, serta materi secara

representatif sehingga hasilnya dapat diintegrasikan dengan baik.

2. Berorientasi pada kompetensi

Konsekuensi perubahan kurikulum akan menuntut perubahan dalam

sistem asesmennya. Dalam kurikulum KTSP asesmen harus berorientasi pada

pencapaian kompetensi(rangkaian kemampuan), bukan pada penugasan materi

(pengetahuan).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

16

3. Terbuka, adil, dan objektif

Prosedur asesmen, kriteria asesmen dan pengambilan keputusan

hendaknya diketahui oleh pihak yang berkepentingan, sehingga terbuka bagi

beragai kalangan(stake holder) baik secara langsung maupun tidak langsung,

sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi semua pihak yang

berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat

merugikan semua pihak. Pelaksanaan asesmen juga tidak menguntungkan atau

merugikan bagi siswa dan tidak membedakan latar belakang sosial ekonominya.

4. Berkesinambungan

Asesmen harus dilaksanakan secara terus-menerus, berkesinambungan

berencana, bertahap, teratur dari waktu ke waktu, untuk mengetahui

perkembangan secara menyeluruh kemajuan belajar siswa.

5. Bermakna

Asesmen diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak.

6. Terpadu, sistematis, dan menggunakan acuan kriteria

Pelaksanaan asesmen merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari

kegiatan pembelajaran dan dilakukan secara berencana dan bertahap dengan

mengikuti langkah-langkah yang baku serta berdasarkan pada ukuran pencapaian

kompetensi yang ditetapkan

7. Mendidik dan akuntabel

Asesmen dilakukan bukan untuk mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak

lulus) atau menghukum siswa, tetapi untuk mendeferensiasi siswa (sejauhmana

seorang siswa membuat kemajuan atau posisi masing-masing siswa dalam

rentang cakupan pencapaian suatu kompetensi).

Teknik yang digunakan dalam asesmen pembelajaran untuk mengukur

hasil belajar siswa dengan menggunakan tehnik tes dan non tes berikut ini:

1) Teknik Tes

Tes adalah alat ukur indikator atau kompetensi tertentu untuk pemberian

angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam

kondisi yang relatif sama (Wardani Naniek Sulistya dkk, 2012: 142). Jenis-jenis

tes secara lebih jelas disajikan sebagai berikut ini:

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

17

1) Jenis tes berdasarkan cara mengerjakannya dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Tes tertulisadalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal

soal maupun jawabannya.

2. Tes lisan. Baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya

dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki

rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari

tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap

dari instrumen asesmen yang lain.

3. Tes unjuk kerja. Pada tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu

sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan

psikomotor.

2) Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya yaitu:

1. Tes Esei (Essay-type Test).

Tes Esai atau uraian adalah tes yang menuntut siswa

mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya

dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

2. Tes Jawaban Pendek.

Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes

diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi

memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata

pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

3. Tes Objektif.

Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan

untukmenjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula

disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).

3) Jenis tes berdasarkan waktu penyelenggaraannya menurut Wardani

Naniek Sulistya dkk, (2012: 143) yaitu:

1. Tes formatif metupakan tes yang dilakukan pada saat program

pengajaran sedang berlangsung (progress test).

2. Tes sumatif merupakan tes yang diselenggarakan untuk mengetahui

hasil pengajaran secara keseluruhan (total).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

18

3. Pra test dan post test, Hasil pra test digunakan untuk mengetahui

kemampuan siswa pada awal program pengajaran dan digunakan untuk

menentukan sejauh mana kemajuan siswa. Kemajuan yang dicapai bisa

dilihat dengan membandingkan hasil pra tes dengan hasil tes yang

diselenggarakan di akhir program pengajaran (post test).

2) Non Tes

Teknik non-tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki

jawaban benar atau salah (Wardani Naniek Sulistya dkk, 2012: 73). Teknik non

tes digunakan untuk menilai ranah afektif dan psikomotorik. Macam-macam

tehnik Non Tes adalah sebagai berikut:

1. Unjuk kerja adalah suatu penilaian atau pengukuran yang dilakukan

melalui pengamatan aktivitas siswa dalam melakukan sesuatu yang

berupa tingkah laku atau interaksinya seperti berbicara, berpidato,

membaca puisi dan berdiskusi; kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah dalam kelompok; partisipasi siswa dalam diskusi; ketrampilan

menari; ketrampilan memainkan alat musik; kemampuan berolahraga;

ketrampilan menggunakan peralatan laboratorium; praktek sholat;

bermain peran; bernyanyi dan ketrampilan mengoperasikan suatu alat.

2. Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang

mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam

waktu tertentu.

3. Tugas individu adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas

kepada siswa yang dilakukan secara individu.

4. Tugas kelompok sama seperti tugas individu, namun tugas ini

dikerjakan secara kelompok. Tugas ini diberikan untuk menilai

kompetensi kerja kelompok.

5. Laporan adalah penilaian yang berbentuk laporan atas tugas atau

pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik,

laporan praktikum, dan Laporan Pemantapan Praktik Kerja Lapangan

(PPL).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

19

6. Responsi atau ujian praktik adalah suatu penilaian yang dipakai untuk

mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Ujian responsi dapat

dilakukan pada awal praktik ataupun pada akhir praktik.

7. Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada

kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan kemampuan

siswa dalam satu periode tertentu.

Jadi hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh dari pengukuran

dengan menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk

mengukur aspek kognitif (intelektual) dan teknik nontes dapat digunakan untuk

mengukur spek afektif (sikap) dan psikomotor (ketrampilan).

Sistem penilaian hasil belajar pada umumnya dibedakan ke dalam dua

cara atau dua sistem, yakni penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan

patokan (PAP). Penilaian acuan norma (PAN) adalah penilaian yang diacukan

kepada rata-rata kelompoknya. Dengan demikian dapat diketahui posisi

kemampuan siswa didalam satu kelompoknya. Untuk itu, norma atau kriteria

yang digunakan dalam menentukan derajat prestasi seorang siswa, dibandingkan

dengan nilai rata-rata kelasnya. Dengan kata lain, prestasi yang dicapai seseorang

tergantung pada prestasi kelompoknya. Keuntungan sistem ini adalah dapat

diketahui prestasi kelompok atau kelas sehingga sekaligus dapat diketahui

keberhasilan pengajaran bagi semua siswa. Kelemahannya adalah kurang

meningkatkan kualitas hasil belajar. Sistem penilaian ini tepat digunakandalam

penilaian formatif. Sistem penilaian acuan norma disebut standar relatif.

Penialaian acuan patokan(PAP) adalah penilaian yang diacukan kepada

tujuan instruksional yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan demikian, derajat

keberhasilan siswa dibandingkan dengan tujuan yang seharusnya dicapai, bukan

dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Biasanya keberhasilan siswa

ditentukan kriteriannya, yakni berkisar antara 75-80%. Artinya siswa dapat

dikatakan berhasil apabila ia menguasai atau dapat mencapai sekitar 75-80% dari

tujuan atau nilai yang seharusnya dicapai. Kurang dari kriteria tersebut

dinyatakan belum berhasil. Sistem penilaian acuan patokan disebut standar

mutlak.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

20

Salah satu prinsip penilaian pada Kurikulum 2013 adalah menggunakan

acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan

siswa. Kriteria paling rendah untuk menyatakan siswa mencapai ketuntasan

dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Hasil belajar yang merupakan besarnya skor yang diperoleh melalui

pengukuran dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor dengan menggunakan

teknik tes dan non tes diukur kriteria ketuntasan belajarnya dengan menggunakan

KKM (kriteria ketuntasan minimal).

Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan

berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) di satuan pendidikan

atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama.

Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi

pertimbangan utama penetapan KKM.

Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian

kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka

maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara

nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari

kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan

secara bertahap.

Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, siswa, dan

orang tua siswa. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu

melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh siswa dan

atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan

Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar siswa.

Penetapan kriteria minimal ketuntasan belajar merupakan tahapan awal

pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Adapun fungsi kriteria ketuntasan

minimal antara lain:

a) Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi siswa sesuai

kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

21

b) Sebagai acuan bagi siswa dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian

mata pelajaran.

c) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan

evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.

d) Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan siswa dan antara

satuan pendidikan dengan masyarakat.

e) Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap

mata pelajaran. (Depdiknas, 2010: 4).

Jadi hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran

dalam aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotor yang dilakukan dengan teknik

tes dan nontes dan diukur ketuntasan belajarnya dengan menggunakan KKM

(kriteria ketuntasan minimal) yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.1.3. Pendekatan Discovery

Pendekatan discovery menurut Sa’ud (Suryobtoto:2009) adalah penemuan

sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada tetapi

belum diketahui orang. Sejalan dengan definisi tersebut Gyorgy (dalam

Carter:2009) pendekatan discovery adalah ketidaksengajaan yang bertemu dengan

fikiran yang sudah siap.

Menurut Suryobroto (Paul Suparno, 2007:73) pendekatan penemuan

(discovery) dapat diartikan sebagai cara mengajar yang mementingkan pengajaran

seseorang, manipulasi obyek, percobaan dan lain-lain sebelum sampai generalisasi

umum. Pendekatan discovery adalah sebuah proses pembelajaran dimana

siswabelajar dengan diperkenankan untuk menemukan sendiri informasinya

melalui berbagai kegiatan yang dapat mengaktifkan siswa dalam menggali

informasi guna menemukan sendiri pengetahuannya.

Menurut Throwbridge dan Bybee (dalam Paul Suparno, 2007:73)

menjelaskan pendekatan discovery adalah sebagai proses mental dimana siswa

mampu mengasimilasikan sustu konsep atau prinsip. Proses mental yang

dimaksud antara lain : mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan,

membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

22

Melalui tehnik ini siswa diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri dan

mengalami proses mental sendiri, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan

memberikan instruksi saja. Dengan demikian pembelajaran discovery adalah

suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental baik

secara mandiri maupun melalui tukar pendapat pada kegiatan diskusi dengan

kelompok, melalui kegiatan membaca materi dan mencoba sendiri agar siswa

dapat belajar secara mandiri.

Jadi pendekatan discovery adalah sebuah pendekatan dimana seorang guru

memberikan kesempatan dan kebebasan kepada siswa untuk menemukan,

menggali dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat lebih

mengerti. Dengan belajar menemukan sendiri siswa akan lebih mudah dalam

mengingat apa yang telah dipelajarinya.

Penggagas pendekatan discovery adalah Jerome Bruner. Pendekatan

Discovery adalah sebuah pendekatan yang berbasis inquiri. Pendekatan discovery

mengungkapkan bahwa pembelajaran yang terbaik bagi siswa adalah belajar

dengan menemukan sendiri fakta-fakta dan hubungan-hubungan dengan usaha

mereka sendiri. Teori belajar yang berpengaruh dalam pembelajaran discovery

learning adalah teori belajar konstruktivis dimana dalam pemecahan masalah,

siswa menggunakan pengalaman yang lama ke dalam pengetahuan yang ada

untuk menemukan fakta-fakta, hubungan dan kenyataan untuk dipelajari. Dalam

pembelajaran discovery, siswa berinteraksi dengan alam dengan cara menjelajahi

dan memanipulasi objek, menimbulkan pertanyaan dan kontroversi dan

melakukan percobaan. Sebagai hasil, siswa dapat memahami dan mengingat

konsep dan pengetahuan yang mereka pelajari sendiri (learning-

theories.com:2007).

2.1.3.1.Langkah-langkah Pendekatan Discovery

Menurut Sund (Suryobtoto:2009) pendekatan discovery adalah proses

mental di mana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip.

Proses mental tersebut meliputi : mengamati, mengklasifikasi, membuat dugaan,

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

23

menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan. Sedangkan langkah-langkah

pendekatan discovery menurut Depdikbud (SEQIP, 2002:7) antara lain:

1. Motivasi

Langkah ini bertujuan menuntun siswa ke arah materi pembelajaran.

Untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa, antusiasme dan kesediaan

belajar siswa.

2. Perumusan masalah

Memfokuskan perhatian siswa agar mengenali masalah yang akan dibahas

3. Penyusunan opini

Pendapat siswa berdasarkan pengalaman atau interprestasinya sehingga

dapat memberikan hipotesis dari permasalahan yang diberikan

4. Perencanaan dan konstruksi alat

Melakukan persiapan peralatan percobaan yang akan digunakan

5. Pelaksanaan percobaan

Langkah percobaan merupakan titik perhatian pembelajaran, jawaban

terhadap pertanyaan ilmiah, disini akhirnya akan ditemukan hasil melalui

pengalaman percobaan menggunakan peralatan yang khusus

dikembangkan untuk tujuan ini

6. Kesimpulan

Berupa hasil dari kesimpulan suatu prosedur pemecahan masalah

7. Abstraksi

Abstraksi merupakan perumusan pengetahuan terperinci yang diperoleh

melalui kasus khusus dalam melakukan penelitian untuk mencapai syarat-

sayarat umum. Abstraksi merupakan suatu idealis dan suatu generalisasi

sejumlah pernyataan yang menggunakan istilah-istilah teknis terperinci

dan konsep-konsep yang tepat.

8. Konsolidasi pengetahuan

Langkah in bertujuan agar siswa semakin menguasai pengetahuan yang

baru diperoleh, untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi

pengetahuan itu ke dalam struktur pengetahuan yang sudah ada.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

24

Sedangkan penerapan langkah-langkah pendekatan discovery menurut Syah

(Agus N. Cahyo, 2013):

1. Stimulation (pemberian rangsangan) : Kegiatan belajar dimulai dengan

memberikan pertanyaan yang merangsang berfikir siswa, menganjurkan

dan mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang

mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2. Problem Statmen (pernyataan/ identifikasi masalah) : Memberikan

kesempatan pada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin

masalah yang relevan dengan bahan pelajaran kemudian memilih dan

merumusan dalam bentuk hipotesa.

3. Data Collection (pengumpulan data) : Memberikan kesempatan pada

siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan dan sebanyak-

banyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut.

4. Data Processing (pengolahan data) : Mengolah data yang telah diperoleh

siswa melalui kegiatan wawncara, observasi dll. Kemudian data tersebut

ditafsirkan.

5. Verification (pembuktian) : Mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan

dihubungkan dengan hasil processing.

6. Generalization (menarik kesimpulan/ generalisasi): Mengadakan

penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk

semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil

verifikasi.

Berdasarkan uraian beberapa pakar maka langlah-langkah dalam kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan penemuan (discovery) adalah:

1. Stimulus

Dalam tahap ini siswa diberikan sebuah pertanyaan yang merangsang

berfikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca buku

dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan

masalah.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

25

2. Mengamati objek

Siswa melakukan kegiatan mengamati gambar atau teks bacaan

3. Mengidentifikasi masalah

Dalam tahap ini siswa mengidentifikasikan masalah yang akan dibahas

4. Mengklasifikasi masalah

Siswa mengkatagorikan masalah yang dibahas

5. Merumuskan masalah

Setelah mengidentifikasi masalah dan mengklasifikasikannya, siswa

memfokuskan perhatiannya untuk mengenali masalah yang akan dibahas.

6. Membuat jawaban sementara

Siswa membuat jawaban sementara (hipotesis) terhadap rumusan masalah

yang didapatkan.

7. Membuat perencanaan

Siswa membuat perencanaan untuk memecahkan masalah.

8. Pengumpulan data

Dalam tahap ini siswa mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai

masalah yang ditemukan melalui teks bacaan.

9. Pengolahan data

Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, siswa mengolah data tersebut

dengan cara mendiskusikannya bersama teman sekelompoknya untuk

menemukan jawaban masalah tersebut.

10. Verifikasi

Dalam proses pengolahan data tersebut siswa juga melakukan pembuktian

terhadap hasil jawaban yang telah ditemukan

11. Generalisasi

Siswa menggeneralisasikan/ menarik kesimpulan jawaban terhadap

masalah

12. Abstraksi

Dalam tahap ini siswa melakukan abstraksi terhadap hasil diskusi

13. Presentasi

Siswa melakukan presentasi hasil diskusi.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

26

Kelebihan dan kekurangan pendekatan Discovery

Menurut Bruner (Paul Suparno:75) beberapa kelebihan dari penggunaan

pendekatan discovery antara lain:

1) Mengembangkan potensi intelktual. Siswa hanya akan dapat

mengembangkan pikirannya dengan berfikir, dengan menggunakan

pikiran itu sendiri

2) Mengembangkan motivasi intrinsik. Dengan menemukan sendiri dalam

discovery siswa akan merasa puas secara intelektual.

3) Belajar menemukan sendiri. Untuk terampil dalam menemukan sesuatu,

siswa hanya dapat lewat praktik menemukan sesuatu.

4) Ingatan tahan lebih lama. Dengan menemukan sendiri, siswa lebih ingat

akan hal yang dipelajari. Sesuatu yang ditemukan sendiri biasanya tahan

lama dan tidak mudah dilupakan.

5) Discovery juga dapat menimbulkan keingintahuan siswa dan memotivasi

siswa untuk terus berusaha menemukan sesuatu sampai menemukannya.

6) Melatih ketrampilan siswa dalam memecahkan persoalan sendiri dan

melatih siswa untuk dapat mengumpulkan dan menganalisis data sendiri.

Selain memiliki kelebihan, pendekatan discovery juga memiliki beberapa

kelemahan yaitu:

1. Membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar

menerima

2. Penemuan akan dimonopoli oleh siswa yang lebih pandai dan

menimbulkan perasaan frustasi pada siswa yang kurang pandai

3. Kurang sesuai untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak

4. Kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan karena yang

lebih penting dan diutamakan adalah pengertian.

2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang yang dilakukan dengan judul “Peningkatan hasil belajar

matematika dengan Pendekatan penemuan (discovery) Menggunakan bantuan

media dua dimensi pada siswa kelas VI Semester II SD Negeri Posong Kecamatan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

27

Tulis Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2011/2012” oleh Beti Iriyanto (2010)

hasilnya adalah pada pembelajaran sebelum siklus ketuntasan belajar 30,67%.

Pada siklus I meningkat menjadi 38,46% tuntas. Sedangkan pada akhir siklus II

meningkat menjadi 84,61% ketuntasan. Kelebihan dari penelitian ini adalah

peningkatan yang signifikan pada peningkatan hasil belajar siswa menjadi 84,61%

pada akhir siklus II, sedangkan kekurangannya adalah penggunaan pendekatan

discovery masih belum dilakukan secara maksimal sehingga siswa lebih tertarik

dan hanya memperhatikan media pembelajarannya saja dan bukan pada proses

pembelajarannya yang didalamnya berisi petunjuk dan informasi.

Penelitian yang dilakukan dengan judul “Upaya Peningkatan hasil belajar

IPA dengan Pendekatan Pembelajaran Penemuan (Discovery) bagi Siswa kelas VI

SDN Tambahmulyo 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati Semester I Tahun

Pelajaran 2011/2012” oleh Siti Ariyani (2010) hasilnya adalah pada pembelajaran

sebelum siklus ketuntasan belajar 67,57%. Pada siklus I meningkat menjadi

78,38%. Sedangkan pada akhir siklus II meningkat menjadi 89,19%. Kelebihan

dari penelitian ini adalah peningkatan yang signifikan pada peningkatan hasil

belajar siswa menjadi 89,19% pada akhir siklus II dan juga terdapat sebuah

kegiatan guru yaitu mengumumkan setiap peningkatan yang dialami siswa

sehingga mereka menjadi termotivasi untuk lebih meningkatkan lagi hasil belajar

mereka, sedangkan kekurangannya adalah dalam setiap siklus guru masih

cenderung lebih mendominasi pada proses pembelajaran sehingga siswa

cenderung pasif. Solusi untuk kekurangan dalam skripsi tersebut adalah dalam

proses pembelajaran dilakukan dengan berpusat pada siswa ( student center)

sehingga siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan juga guru

hendaknya hanya berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa agar aktif

menemukan pengalamannya sendiri dalam proses belajarnya.

Penelitian yang dilakukan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui

penerapan Pendekatan Discovery pada Siswa kelas VI SD Negeri I Sugihan

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012”

oleh Pratiknjo (2010) hasilnya adalah pada pembelajaran sebelum siklus

ketuntasan belajar 40%. Pada siklus I meningkat menjadi 70%. Sedangkan pada

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

28

akhir siklus II meningkat menjadi 81%. Kelebihan dari penelitian ini adalah

peningkatan yang signifikan pada peningkatan hasil belajar siswa menjadi 81%

pada akhir siklus II, sedangkan kekurangannya adalah pada proses pembelajaran

guru masih belum bisa sepenuhnya mengatur dan memberikan bimbingan kepada

siswa sehingga pada refleksi siklus ke II masih ada beberapa kelompok yang

belum mengalami penemuan pada materi yang dipelajari dan juga masih terdapat

7 siswa yang tuntas namun dengan remidi. Solusi dari kekurangan tersebut adalah

penyampaian materi hendaknya dilakukan denga lebih jelas, selain itu guru harus

mengecek pemahaman materi dari siswa secara keseluruhan, selain itu konfirmasi

pada proses belajar sangat penting untuk dilakukan agar keseluruhan materi dapat

dipahami siswa secara maksimal.

Penelitian yang dilakukan dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA

melalui Siswa kelas V Pada Mata Pelajaran IPA dengan PendekatanDiscovery di

SDN Tingkir Tengah 02 SalatigaSemester II Tahun Pelajaran 2011/2012” oleh

Yohanes Andri Kristiawan (2012) hasilnya adalah pada pembelajaran sebelum

siklus ketuntasan belajar 58,97%. Pada siklus I meningkat menjadi 76,92%.

Sedangkan pada akhir siklus II meningkat menjadi 94,87%. Kelebihan dari

penelitian ini adalah peningkatan yang signifikan pada peningkatan hasil belajar

siswa menjadi 94,87% pada akhir siklus II, sedangkan kekurangannya adalah pada

proses pembelajaran guru masih belum bisa sepenuhnya mengelola kelas dengan

baik sehingga pada siklus I masih banyak siswa yang ramai sendiri ketika PBM

sedang berlangsung. Solusi dari kekurangan tersebut adalah seharusnya guru

memeberikan arahan yang jelas dan sederhana pada siswa agar mereka bisa

memahami langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan agar siswa dapat

memahami apa yang akan mereka lakukan pada saat pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan dengan judul “Penggunaan Media gambar

Dalam Penerapan Pendekatan Discovery Untuk Meningkatan Hasil Belajar IPA

Pada Siswa kelas III SD Negeri 3 Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten

Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012” oleh Dwijaya Putry Iriany

(2010) hasilnya adalah pada pembelajaran sebelum siklus ketuntasan belajar 52%.

Pada siklus I meningkat menjadi 74%. Sedangkan pada akhir siklus II meningkat

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

29

menjadi 89%. Kelebihan dari penelitian ini adalah peningkatan yang signifikan

pada peningkatan hasil belajar siswa menjadi 81% pada akhir siklus II, sedangkan

kekurangannya adalah pada siklus I guru tidak membantu siswa dalam melakukan

penemuan dan juga masih banyak siswa yang ramai sendiri dalam PBM. Solusi

dari kekurangan tersebut adalah seharusnya guru sebagai fasilitator dan

pembimbing dapat memberikan arahan pada siswa sehingga mereka dapat

melakukan kegiatan penemuan dengan langkah-langkah yang tepat dan juga guru

hendaknya menegur siswa yang ramai sendiri.

Keunggulan dari penelitian di atas adalah melalui pendekatan

pembelajaran discovery siswa akan mengalami sendiri bagaimana cara untuk

mencari jawaban atas pertanyaan dan kemudian siswa akan menemukan sendiri

informasi dan pengetahuannya. Dengan adanya aktivitas siswa tersebut akan

meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan kekurangannya adalah guru masih

cukup mendominasi PBM padahal seharusnya guru hanyalah berperan sebagai

pembimbing dan penyedia informasi saja.

2.3 Kerangka Berfikir

Penerapan pendekatan pembelajaran merupakan hal yang sangat

berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pembelajaran. Namun, pada

kenyataannya saat ini pembelajaran yang dilakukan di sekolah-sekolah masih

menggunakan metode konvensional, dimana guru hanya ceramah saja sedangkan

siswanya pasif. Tentu saja hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat pemahaman

siswa yang ditunjukan dengan hasil belajar yang di bawah KKM > 90. Hal

tersebut terjadi secara terus menerus sehingga hasilnya pun terlihat dari hasil

evaluasi, karena itu perlu diadakan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan discovery.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan discovery siswa

akan lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran pada tema Keindahan Alam

Negeriku sedangkan guru berperan sebagai fasilitator saja. Berikut ini adalah

langkah-langkah peembelajaran dengan menggunakan pendekatan discovery:

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

30

1) Menyimak gambar

Pada tahap ini siswa menyimak gambar untuk merangsang siswa.

2) Merumuskan masalah

Tahapan ini siswa mengidentifikasi masalah dan mengklasifikasikan

masalah

3) Membuat jawaban sementara

Setelah melakukan identifikasi dan klasifikasi masalah pada tahap

merumuskan masalah, siswa membuat jawaban sementara terhadap

masalah dan membuat perencanaan untuk mecari jawaban terhadap

masalah.

4) Pengumpulan data

Pada tahap pengolahan data siswa mencari data sebanyak-banyaknya dari

berbagai sumber seperti melalui bacaan atau pengamatan terhadap gambar.

5) Pengolahan data

Dalam tahap pengolahan data siswa mengoalah data/ informasi yang

diperoleh dapat dengan cara berdiskusi dengan teman sekelompok. Pada

tahap ini terjadi langkah verifikasi atau pembuktian.

6) Generalisasi

Pada tahap generalisasi siswa mengolah data-data yang telah didapatkan

menjadi sebuah kesimpulan.

7) Presentasi

Siswa mempresentasikan hasil generalisasi pada masalah yang telah

dilakukan di depan kelas dan siswa yang lain menanggapi

Secara lebih jelas kerangka pikir dalam penelitian ini dapat kita lihat

dalam gambar 2.1 sebagai berikut.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

31

Gambar 2.1

Peningkatan Hasil Belajar Tematik Keindahan Alam Negeriku Melalui

Pendekatan Discovery

Pembelajaran Tematik 6:

Keindahan Alam Negeriku

K

Pembelajaran konvensional Hasil belajar ≤ KKM 90

Pembelajaran tematik dengan

pendekatan discovery

3.Merumuskan masalah tentang kaitan

sumber daya alam dengan jenis mata

pencaharian yang muncul

2.Menyimak gambar Kepulauan Raja

Ampat

1.Membentuk kelomok @3 orang

5.Mengumpulkan data tentang jenis-

jenis SDA, manfaat SDA, presentase

SDA, jenis-jenis mata pencaharian

yang muncul

4.Membuat jawaban sementara tentang

kaitan sumber daya alam dengan jenis

mata pencaharian yang muncul

7.Menggeneralisasikan tentang jenis-

jenis mata pencaharian dan SDA

8.Mempresentasikan hasil generalisasi

tentang jenis-jenis mata pencaharian

kaitannya dengan SDA

Tes formatif Skor tes

Unjuk kerja

Unjuk kerja

Unjuk kerja

Unjuk kerja

Unjuk kerja

Unjuk kerja

Unjuk kerja

Skor unjuk

kerja

Hasil

belajar

6.Mengolah data tentang jenis-jenis

SDA, manfaat SDA, presentase SDA,

jenis-jenis mata pencaharian yang

muncul

Unjuk kerja

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7986/3/T1_292010210_BAB II.pdf · 3.7.Menentukan kelipatan ... hasil belajar adalah

32

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar

tema Keindahan Alam Negeriku diduga dapat diupayakan melalui penggunaan

pendekatan pembelajaran discovery siswa kelas IV SDN Kutowinangun 09

Salatiga Tahun 2013/ 2014.