bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pembelajaran...

25
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Seperti yang telah dipaparkan pada bab 1 mengenai pengertian matematika, menurut Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang standar isi, Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan tekhnologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Hakikat matematika menurut Soedjadi (2000:11) memberikan definisi matematika sebagai berikut: a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Menurut Ismail (Hamzah, Muhlisrarini, 2014:48) hakikat matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitunganya, membahas masalah- masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berfikir, kumpulan system, struktur dan alat. Pengertian matematika menurut Ruseffendi (Heruman, 2013:1), memberikan definisi matematika sebagai berikut: Matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Berdasarkan teori tersebut, matematika dinilai menjadi dasar aspek kehidupan manusia dalam berbagai hal yang melalui ilmunya dapat mengembangkan dan menciptakan tekhnologi modern yang canggih yang dapat kita rasakan sekarang. Matematika juga merupakan suatu ilmu pengetahuan yang

Upload: dangtruc

Post on 04-May-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Matematika

Seperti yang telah dipaparkan pada bab 1 mengenai pengertian

matematika, menurut Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang standar isi,

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan tekhnologi

modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya

pikir manusia.

Hakikat matematika menurut Soedjadi (2000:11) memberikan definisi

matematika sebagai berikut:

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir

secara sistematik.

b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan

berhubungan dengan bilangan.

d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan

masalah tentang ruang dan bentuk.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Menurut Ismail (Hamzah, Muhlisrarini, 2014:48) hakikat matematika

adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitunganya, membahas masalah-

masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola,

bentuk dan struktur, sarana berfikir, kumpulan system, struktur dan alat.

Pengertian matematika menurut Ruseffendi (Heruman, 2013:1), memberikan

definisi matematika sebagai berikut:

Matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola

keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak

didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau

postulat, dan akhirnya ke dalil.

Berdasarkan teori tersebut, matematika dinilai menjadi dasar aspek

kehidupan manusia dalam berbagai hal yang melalui ilmunya dapat

mengembangkan dan menciptakan tekhnologi modern yang canggih yang dapat

kita rasakan sekarang. Matematika juga merupakan suatu ilmu pengetahuan yang

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

7

cara-cara berfikirnya adalah dengan memikirkan segala sesuatunya secara rasional

dan masuk diakal manusia yang berhubungan dengan kenyataan dan berkaitan

dengan bilangan. Matematika juga disebutkan sebagai bahasa yang simbolis yang

berhubungan dengan angka-angka yang fungsinya memberikan penjelasan untuk

memudahkan manusia dalam berfikir. Jadi dengan begitu ilmu matematika

mempunyai dampak atau pengaruh yang sangat penting untuk meningkatkan daya

berfikir manusia.

Menurut Susanto (2013:185) matematika merupakan salah satu disiplin

ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi,

memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia

kerja, serta memberikan dukungan dalam peengembangan ilmu pengetahuan dan

tekhnologi.

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud matematika dalam

penelitian ini adalah ilmu yang menjadi dasar perkembangan tekhnologi

mendasari perkembangan tekhnologi. Matematika memiliki peranan penting

dalam meningkatkan cara berfikir manusia guna mengembangkan pengetahuan

dan tekhnologi modern. Jadi, matematika adalah ilmu yang sangat berperan

penting dalam setiap aspek kehidupan.

Mata pelajaran Matematika di SD menurut Permendiknas No. 20 Tahun 2006

tentang Standar Isi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep

danmengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dantepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasimatematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,

ataumenjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah,merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkansolusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

medialain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitumemiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajarimatematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

8

Ruang lingkup pembelajaran Matematika dalam Permendiknas No. 20

Tahun 2006 dijelaskan ruang lingkup bahan kajian Matematika untuk SD/MI

meliputi aspek-aspek berikut: 1). Bilangan, 2). Geometri dan pengukuran, 3).

Pengolahan data. Beberapa ruang lingkup untuk bahan kajian Matematika di

SD/MI tersebut dijabarkan lagi menjadi beberapa Standar Kompetensi (SK) dari

masing-masing ruang lingkup tersebut. Standar Kompetensi juga di jabarkan lagi

menjadi beberapa Kompetensi Dasar (KD). Standar Kompetensi Matematika

dalam penelitian ini yaitu SK 8 “Memahami sifat bangun ruang sederhana dan

hubungan antar bangun datar”, dengan KD 8.1 “Menentukan Sifat-Sifat Bangun

Ruang Sederhana”.

2.1.1.1 Pembelajaran Matematika di SD

Menurut Susanto (2013: 4) pembelajaran adalah komunikasi dua arah,

mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai sebagai pendidik, sedangkan belajar

dilakukan oleh peserta didik. Menurut Dimyati (Susanto) pembelajaran adalah

kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa

belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Selanjutnya menurut Slavin pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan

tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pada usia 7-11 tahun

anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas kongkrit dan sudah mulai

berkembang rasa ingin tahunya (Piaget, 2009: 50). Berdasarkan pengertian

pembelajaran tersebut, dalam menyampaikan pembelajaran matematika

diperlukan model metode atau strategi yang sesuai dengan tingkat berfikir anak,

sehingga penyampaikan pelajaran matematika yang abstrak menjadi kongkrit.

Selanjutnya setelah paham mengenai cara penyampaian yang mengantar ke

sesuatu yang nyata, baru dipindahkan pada konsep matematika yang abstrak.

Sebagai langkah awal untuk memulai menyampaikan materi matematika yang

abstrak melalui kongkrit bisa berpedoman pada teori belajar Dienes.

Dalam teori belajar yang disampaikan oleh Dienes lebih ditekankan pada

pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian materi yang diselingi dengan

permainan, dan mengarahkan pada konsep-konsep yang bersifat abstrak.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

9

Perkembangan konsep matematika menurut Dienes (Resnick, 1981) dapat dicapai

melalui pola berkelanjutan, yang setiap langkah dalam rangkaian kegiatan belajar

dari kongkret ke simbolik. Jadi berdasarkan teori belajar Dienes dapat diambil

kesimpulan bahwa konsep-konsep, materi yang ada pada matematika disajikan

dalam bentuk yang konkret, akan dapat dipahami dengan baik dalam bentuk

permainan dan memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa.

Pembelajaran matematika yang dikemas dengan permainan, biasanya lebih

berkesan pada kegiatan senang-senangya dalam permainan, sehingga siswa lupa

dengan materi yang disampaikan. Oleh karena itu agar siswa bisa menerima

pembelajaran matematika yang disampaikan, yang perlu dilakukan guru adalah

setiap konsep yang baru dipahami siswa perlu diberi penguatan atau motivasi, dan

bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat pada pola berpikir

siswa. Menurut Skinner tentang Operation Conditioning terdapat pemahaman

bahwa penciptaan suatu kondisi dalam rangka pengubahan tingkah laku subjek,

yang relatif sesuai dengan yang dikehendaki (misalnya, oleh guru atau pemimpin

pendidikan) yaitu dengan mencermati dan mengontrol respons yang muncul,

kemudian setiap respons tersebut diberikan penguatan (reinforcement). (Ermis

Suryana, ˮOperant Conditioningˮ). Skinner menganggap “reward ” atau

“reinforcement” sebagai factor terpenting dalam proses belajar.

Oleh sebab itu maka diperlukan penyampaian materi matematika yang

menyenangkan bagi siswa, siswa diajak untuk bermain, tanpa menghilangkan

materi yang disampaikan kepada siswa yakni diberikan penguatan dalam setiap

kegiatan pembelajaranya. Penguatan bisa dilakukan dengan cara diberikan aturan-

aturan dalam setiap melakukan permainan, diberikan reward dan punishment

sebagai wujud pemberian motivasi atau penguatan kepada siswa.

Berdasarkan beberapa teori tersebut pembelajaran matematika dalam

penelitian ini adalah merupakan proses interaksi yang terjadi antara guru dan

peserta didik dalam menangkap materi matematika yang diajarkan melalui

pembelajaran yang menyenangkan, terdapat penguatan dalam penyampaianya

sehingga materi yang diajarkan tetap tahan lama dalam pemikiran dan dapat

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

10

dipahami dengan baik oleh siswa. Berdasarkan pengertian tersebut penulis

meggunakan model Teams Games Tournament.

2.1.2 Teams Games Tournament

2.1.2.1 Hakikat Teams Games Tournament

Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang di desain dan dikembangkan oleh Slavin pada tahun 1995 untuk

membantu siswa mereview dan menguasai mata pelajaran (Huda, 2013:197).

Menurut Rusman (2013:244) TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif

yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan

5-6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras

yang berbeda. Menurut Slavin (Taniredja, 2014: 67), model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) memiliki lima komponen utama

dalam pembelajaran yaitu penyajian kelas (class Presentation), kelompok (teams),

Permainan (games), kompetisi (tournament), pengakuan kelompok (teams

recognition).

Secara umum TGT sama dengan STAD kecuali satu hal TGT

menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan sistem skor kemajuan

individu dengan menggunakan kuis-kuis. Dalam TGT setiap anggota ditugaskan

untuk mempelajari materi terlebih dahulu bersama dengan anggota-anggota yang

lainya. Kemudian mereka diuji secara individual melalui game akademik.

Menurut Saco (dalam Rusman, 2013: 224) mengatakan bahwa dalam TGT siswa

memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor

bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun oleh guru dalam

bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi

pelajaran. Menurut Slavin (2005: 166) menjelaskan bahwa permainan atau games

dalam TGT terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontenya relevan yang

dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi

dikelas dan pelaksanaan kerja tim. Asma (2006:54) menegaskan bahwa model

TGT adalah suatu model pembelajaran yang didahului dengan penyajian materi

pembelajaran oleh guru dan di akhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

11

kepada siswa. Menurut Slavin (Rusman, 2013:225) model pembelajaran

kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

2. Games tournament

3. Penghargaan kelompok.

Berdasarkan uraian tersebut, maka model pembelajaran Teams Games

Tournamen (TGT) dalam penelitian ini adalah salah satu model pembelajaran

secara berkelompok, proses pembelajaran yang dilakukan disajikan dalam bentuk

turnamen akademik. Model Teams Games Tournamen (TGT) adalah model yang

didalam langkah-langkah pembelajaran terdapat penghargaan bagi kelompok yang

berhasil.

2.1.2.2 Karakteristik Teams Games Tournament

Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), menurut

Slavin (2011:67) ada lima komponen utama dalam pembelajaran tipe Teams

Games Tournament yaitu:

1. Penyajian Kelas (Class Presentation)

Penyajian kelas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berbeda

dengan pengajaran biasa, hanya pengajaran lebih difokuskan pada materi yang

sedang dibahas. Ketika penyajian kelas berlangsung mereka sudah berada

dalam kelompoknya. Dengan demikian mereka memperhatikan dengan serius

selama pengajaran penyajian kelas berlangsung sebab setelah ini mereka harus

mengerjakan games akademik dan skor mereka akan menentukan skor

kelompok mereka.

2. Kelompok (Teams)

Kelompok disusun dengan beranggotakan 4-5 orang yang mewakili

pencampuran dari berbagai keragaman dalam kelas seperti kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras, atau etnik. Fungsi utama mereka dikelompokan

adalah anggota-anggota kelompok saling meyakinkan bahwa mereka dapat

bekerjasama dalam belajar dan mengerjakan games dan lebih khusus lagi

menyiapkan semua anggota dalam menghadapi kompetisi.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

12

3. Permainan atau Games

Pertanyaan dalam games disusun dan dirancang dari materi yang relevan

dengan materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh

masing-masing kelompok. Sebagian besar pertanyaan pada kuis adalah benuk

sederhana. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang berisi nomor dan

menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor pada kartu tersebut.

4. Kompetisi atau turnamen

Turnamen adalah susunan beberapa games yang dipertandingkan. Biasanya

dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok bahasan, setelah guru

memberikan penyajian kelas dan kelompok mengerjakan lembar kerjanya.

Untuk ilustrasi turnamen dapat dilihat pada skema berikut ini;

Gambar 2.1 Penempatan pada Meja Turnamen

5. Pengakuan kelompok (teams recognition)

Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan berupa

hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar

sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

13

Menurut Taniredja dkk (2011˸72) Kelebihan dan kekurangan pembelajaran

koooperatif tipe Teams Games Turnament (TGT) adalah:

Kelebihan model Teams Games Tournament:

a. Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan

menggunakan pendapatnya.

b. Rasa percaya diri mahasiswa menjadi lebih tinggi.

c. Perilaku menggangu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil.

d. Motivasi belajar mahasiswa bertambah

e. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasan.

f. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara mahasiswa dan

antara mahasiswa dengan dosen.

g. Siswa dapat menelaah sebuah mata pelajaran atau pokok bahasan bebas

mengaktualisasikan diri dengan seluruh potensi yang ada dalam diri

mahasiswa tersebut dapat keluar, selain itu kerjasama antar siswa juga siswa

dengan guru akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan

tidak membosankan.

Sedangkan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) adalah:

1. Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta

menyumbangkan pendapatnya.

2. Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran

3. Kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau guru tidak dapat mengelola kelas.

Berdasarkan beberapa teori tersebut Teams Games Tournament merupakan

permainan berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang

diberi angka. Tiap siswa, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan

berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut.

Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan

(kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal

sulit untuk anak pintar dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar.

Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor

bagi kelompoknya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

14

Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai

penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review materi pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu metode pembelajaran

kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus

ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Mengatasi kelemahan yang terjadi pada model Teams Games Tournament

peneliti mencoba mengatasi agar setiap kegiatan pembelajaran semua siswa

berperan aktif dalam menyumbangkan pendapat, dalam kegiatan pembelajaran

diberlakukan sistem poin. Sistem dimana siswa itu aktif akan mendapat poin atau

reward berupa pin bintang yang dapat di tulis didepan kelas sehingga semua siswa

dapat mengamati poin yang mereka dapat. Dengan begitu akan timbul rasa ingin

mendapatkan bintang lebih dari teman-temanya. Sehingga siswa akan termotivasi

untuk selalu aktif dalam menyumbangkan setiap pendapatnya. Sedangkan untuk

mengatasi kegaduhan dikelas bisa dilakukan dengan memberikan aturan dalam

setiap pembelajaran. Siswa yang gaduh dan membuat kebisingan dalam

pembelajaran mendapatkan punishment dengan pengurangan poin. Sehingga

dengan begitu pembelajaran dengan tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat

berjalan dengan baik. Ciri khas yang membedakan metode pembelajaran tipe TGT

dengan metode kooperatif lainya adalah adanya turnamen yang

mempertandingkan antar kelompok.

Berdasarkan uraian tentang karakteristik Teams Games Tournament dalam

penelitian ini maka pembelajaran dalam model ini adalah pembelajaran dimana

sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara berkolaborasi

sehingga dapat merangsang siswa untuk lebih bergairah dalam mengikuti setiap

pembelajaran, dan kegiatan akhirnya adalah pengakuan kelompok dengan

pemberian penghargaan berupa reward atau hadiah.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

15

2.1.2.3 Peran Guru dalam Model Cooperatif Learning Tipe Teams Games

Tournament (TGT)

(Hasan,1996:62) peran guru dalam pelaksanaan cooperative learning adalah

sebagai fasilitator, mediato, director motivator, dan evaluator. Peran guru dalam

Teams Games Tournament (Israwan,2014) adalah sebagai berikut:

a. Membangun ikatan emosional, yaitu dengan menciptakan suasana

belajar yang kondusif dan menyenangkan dalam kegiatan

pembelajaran.

b. Berperan sebagai pendamping, pembimbing, fasilitator dan motivator,

bukan menempatkan diri sebagai sumber pengetahuan utama bagi

siswa.

c. Harus mampu menciptakan suasana psikologis yang dapat

membangkitkan respon siswa.

d. Menekankan pentingnya bekerjasama secara kooperatif dalam

kelompok masing-masing untuk mencapai tujuan

pembelajaran,termasuk upaya meningkatkan keterampilan kooperatif

siswa.

e. Memberikan bantuan terbatas pada siswa yang membutuhkan bantuan.

Bantuan tersebut dapat berupa pertanyan untuk membuka wawasan

siswa.

Peranan guru dalam model Teams Games Tournament dalam

pembelajaran kelompok yaitu; (a) pembentukan kelompok (c) perencanaan tugas

kelompok, (d) pelaksanaan, dan (d) evalusi hasil belajar kelompok.

Berdasarkan pendapat tersebut peran guru dalam Teams Games

Tournament dalam penelitian ini adalah memfasilitasi peserta didik dengan

menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, membantu dalam

kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan yang akan digunakan

serta membantu kelancaran belajar, selain itu guru harus menjadi mediator yang

berperan sebagai penghubung dalam mengkaitkan materi pembelajaran yang

sedang dibahas, guru juga berperan dalam membimbing sera mengarahkan

jalanya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi tidak memberikan jawaban.

Disamping itu guru juga harus memberikan motivasi bagi siswa untuk aktif dalam

berpartisipasi. Peran ini sangat penting untuk memberikan semangat dan dorongan

belajar kepada siswa dalam mengembangkan keberanian untuk menyumbangkan

pendapatnya.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

16

2.1.2.4 Langkah-Langkah Teams Games Tournament

Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning menurut Taniredja

dkk (2011: 61)

Tabel 2.1

Langkah-langkah untuk Cooperative Learning

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1. Orientasi Menjelaskan tujuan, materi, waktu, langkah-

langkah serta hasil akhir yang diharapkan

dikuasai oleh siswa, serta system penilaianya.

2. Kerja Kelompok Memberi penjelasan dan mengkondisikan

kesiapan serta membantu siswa bahwa

pembelajaran yang akan dilakukan adalah dengan

membentuk kelompok belajar kecil 4-5 orang,

memberitahukan cara kerja kelompok dan

tanggung jawab masing-masing anggota

kelompok, memberikan panduan tentang materi,

waktu selama berkelompok, serta hasil akhir yang

harus dicapai siswa.

3. Tes/Kuis Membantu siswa dalam memahami topik/masalah

yang sudah dikaji bersama. Dan mendorong siswa

untuk menjawab tes atau kuis yang akan

digunakan untuk melihat pemahaman siswa

terhadap konsep/topik yang dikaji.

4. Penghargaan Kelompok Memberikan penguatan/memotivasi siswa dengan

memberikan penghargaan kepada kelompok yang

berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes

individu.

Sumber : Taniredja dkk 2011: 61

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

17

Langkah-langkah model Teams Games Tournament menurut Slavin

(Taniredja, 2011:67) sebagai berikut:

Tabel 2.2

Sintaksis Teams Games Tournament

Fase 1 Tingkah Laku Guru

Penyajian kelas Menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan

materi yang akan diajarkan, dan memberi penjelasan

kepada siswa bahwa akan melaksanakan

pembelajaran dengan model Teams Games

Tournament.

Memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan

pembelajaran

Fase 2

Bekerja dalam kelompok

Memberikan penjelasan agar siswa memindahkan

bangku untuk membentuk meja tim. Dan

menyampaikan bahwa siswa akan bekerja sama

dengan kelompok belajar selama beberapa

pertemuan, mengikuti turnamen akademik untuk

memperoleh poin bagi nilai tim mereka.

Fase 3

Permainan atau games

Memberikan pertanyaan dalam permainan yang

disusun berdasarkan materi yang telah disajikan,

guru meminta siswa mengambil kartu bernomor dan

menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor kartu.

Fase 4

Kompetisi atau turnamen

Membantu siswa melakukan pertandingan yang

dilakukan pada akhir minggu atau akhir unit pokok

bahasan

Fase 5

Pengakuan kelompok

Membantu siswa untuk melakukan penilaian dengan

mempertimbangkan penilaian kelompok-kelompok

yang lainya dalam memberikan penghargaan berupa

hadiah kepada kelompok yang mendapatkan skor

paling tinggi.

Sumber : Taniredja dkk 2011: 67

Berdasarkan beberapa uraian mengenai langkah-langkah pembelajaran

Teams Games Tournament, maka selanjutnya penulis akan menyusun sintak dan

implementasi kegiatan pembelajaran model Teams Games Tournament

berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

Pengaplikasian langkah-langkah Teams Games Tournament ke dalam

Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses disajikan pada tabel 2.3.

berikut ini:

Berikut tabel implementasi pembelajaran menggunakan Teams Games

Tournament berdasarkan standar proses sebagai berikut:

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

18

Tabel 2.3

Implementasi Model Teams Games Tournament berdasarkan Permendiknas No 41

Tahun 2007 tentang Standar Proses

Sintaks

TGT

Langkah

dalam Standar

Proses

Kegiatan Guru Kegiatan siswa

Penyajian

kelas

Pendahuluan Menjelaskan tujuan pembelajaran,

memberikan materi yang akan

diajarkan, dan memberikan

penjelasan kepada siswa bahwa akan

melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan model Teams Games

Tournament, mengkondisikan siswa

dalam kelas menjadi beberapa

kelompok. Memotivasi siswa agar

terlibat dalam kegiatan pelajaran

Siswa mendengarkan guru

dalam menjelaskan,

memberikan pelajaran dan

melaksanakan

pembelajaran dengan

model Teams Games

Tournament.

Bekerja

dalam

kelompok

Eksplorasi Membimbing siswa dalam kelompok,

Memberikan penjelasan agar siswa

memindahkan bangku untuk

membentuk meja tim dan

menyampaikan bahwa siswa akan

bekerja sama dengan kelompok

belajar selama beberapa pertemuan,

mengikuti turnamen akademik untuk

memperoleh poin bagi nilai tim

mereka.

Siswa mendengarkan

instruksi yang guru

katakan yaitu

memindahkan bangku dan

membentuk menjadi tim.

Siswa bersama dengan

kelompoknya masing-

masing mempersiapkan

diri untuk mengikuti

turnamen akademik yang

diberikan oleh guru

Permainan

atau games

Elaborasi Mendampingi siswa dalam

melakukan permainan, serta

memberikan pertanyaan dalam

permainan yang disusun berdasarkan

materi yang telah disajikan, guru

meminta siswa mengambil kartu

bernomor dan menjawab pertanyaan

sesuai dengan nomor kartu.

Siswa dibantu dengan tim

dalam kelompoknya

mengambil kartu

bernomor dan menjawab

pertanyaan yang diberikan

oleh guru

Kompetisi

atau

turnamen

Elaborasi Membantu siswa melakukan

pertandingan yang dilakukan pada

akhir minggu atau akhir unit pokok

bahasan

Siswa bersama dengan

kelompok bersiap-siap

untuk melakukan

pertandingan atau

turnamen

Pengakuan

kelompok

Konfirmasi Membantu siswa untuk melakukan

penilaian dengan

mempertimbangkan penilaian

kelompok-kelompok yang lainya

dalam memberikan penghargaan

berupa hadiah kepada kelompok

yang mendapatkan skor paling tinggi.

Kelompok dengan

perolehan nilai paling

tinggi mendapatkan

penghargaan atau reward

dari guru.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

19

2.1.3 Model Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional menurut I Wayan Sukra (2009) model

pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang berpusat pada

guru dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru, jadi

guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan proses belajar termasuk

dalam menilai kemajuan siswa.

Sedangkan menurut. Ujang Sukandhi (dalam Sunarto, 2009)

mendiskripsikan bahwa pembelajaran konvensional ditandai dengan guru

mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi,

tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan

sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan.

Menurut Majid, Abdul dkk (2014:184) pembelajaran konvensional diartikan

sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan,

sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang memerhatikan

keseluruhan situasi belajar (non belajar tuntas).

Dari beberapa pengertian oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang diartikan

sebagai pembelajaran yang semua kegiatan pembelajaran berpusat pada guru,

dimana guru guru menjadi sumber utama pembelajaran. Pembelajaran ditandai

dengan kegiatan guru ceramah didepan kelas dan cenderung menempatkan siswa

dalam posisi pasif. Atau siswa hanya sebagai penerima pengetahuan,.

Model pembelajaran konvensional juga memiliki ciri- ciri yaitu sebagai berikut:

Kholik (2011) dalam artikelnya menjelaskan ciri-ciri pembelajaran

konvensional adalah:

1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima

pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari

informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.

2. Belajar secara individual

3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis

4. Perilaku dibangun atas kebiasaan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

20

5. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final

6. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

7. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik

8. Interaksi diantara siswa kurang

9. Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar.

Menurut Burrowers (Juliantara, 2009) pembelajaran konvensional memiliki

ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pembelajaran berpusat pada guru

2. Terjadi passive learning

3. Interaksi di antara siswa kurang

4. Tidak ada kelompok-kelompok kooperatif.

Menurut Taniredja (2011:45-46), keunggulan dari pembelajaran

konvensional adalah 1) Cepat untuk menyampaikan informasi, 2) dapat

menyampaikan informasi dalam jumlah banyak dengan waktu singkat kepada

sejumlah besar pendengar. Disamping itu juga ada kelemahannya dari

pembelajaran konvensional yaitu: a) komunikasi yang terjadi hanya satu arah, b)

guru mengalami kesukaran untuk memenuhi kebutuhan individual pendengar

yang heterogen dan c) siswa tidak diberi kesempatan untuk berfikir dan

berperilaku kreatif.

Adapun langkah-langkah pembelajaran konvensional menurut Yaza (2011)

adalah sebagai berikut:

1. Tahap pertama, menyampaikan tujuan. Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut.

2. Tahap dua, menyajikan informasi, guru menyajikan informasi kepada siswa

secara tahap demi tahap dengan metode ceramah

3. Tahap ketiga, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Guru

mengecek keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik.

4. Tahap keempat, memberikan kesempatan latihan lanjutan. Guru memberikan

tugas tambahan untuk dikerjakan dirumah.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

21

Sedangkan menurut Djamarah (2010) langkah-langkah pembelajaran

konvensional adalah:

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini guru menciptakan kondisi belajar siswa sebelum melakukan

pembelajaran, seperti menyiapkan peralatan alat tulis, buku dan sikap

siswa sebelum belajar dimulai.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini guru menyajikan pelajaran dengan ceramah dalam

menyampaikan materi pelajaran dan memberikan kesempatan siswa untuk

bertanya

3. Evaluasi/tindak lanjut

Pada tahap ini guru mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa

melalui tes lisan dan tertulis

Adapun langkah-langkah pembelajaran dari model pembelajaran

konvensional menurut Sujarwo (2011) adalah sebagai berikut:

Tahap 1: Guru memberikan informasi atau mendiskusikan bersama siswa dari

materi pelajaran yang disampaikan.

Tahap 2: Guru memberi latihan soal yang dikerjakan secara individu oleh siswa

Tahap 3: Guru bersama siswa membahas latihan soal dengan cara beberapa siswa

diminta mengerjakan dipapan tulis.

Tahap 4: Guru memberi tugas kepada siswa sebagai pekerjaan rumah

Dari beberapa langkah-langkah pembelajaran konvensional diatas dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Guru menyajikan materi

3. Guru mengadakan tanya jawab

4. Guru memberi latihan soal yang dikerjakan secara individu oleh siswa.

5. Guru bersama siswa membahas latihan soal dengan beberapa siswa diminta

mengerjakan dipapan tulis

6. Guru memberi tugas pekerjaan rumah kepada siswa

7. Guru mengadakan penilaian melalui tes

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

22

2.1.4 Hasil Belajar

2.1.4.1. Pengertian Hasil Belajar

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang bila kita amati

adalah mata pelajaran yang banyak ditakuti oleh siswa. Mereka selalu

beranggapan bahwa matematika berkaitan dengan menghitung, maupun

manghafalkan rumus-rumus. Oleh karena itu guru harus cerdas dalam memilih

model yang akan digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar.

Bila kita perhatikan masih banyak guru-guru yang cara mengajar

pembelajaran khususnya matematika selalu menggunakan pembelajaran

konvensional yaitu ceramah. Dengan penggunaan metode yang seperti ini terlihat

jelas bahwa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran hanyalah guru saja atau

teacher center, sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mengamati guru

menyampaikan materi dengan menulis dipapan tulis. Tanpa sering dipikirkan

apakah siswa mendengarkan dan mengamati, serta telah paham dengan materi

yang diajarkan.Dampak dari pembelajaran seperti ini, bila dilakukan secara terus

menerus akan membuat siswa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Banyak

siswa yang mengantuk atau bermain dengan teman sebelahnya. Siswa tidak

paham dengan apa yang diajarkan dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Susanto (2013:5) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah

melalui kegiatan belajar. Menurut (Suprijono, 2011:5) hasil belajar adalah pola-

pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan. Menurut Supriyanto (Thobroni, 2015:20) hasil belajar adalah pola-

pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan

keterampilan. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa

(learner’s performance) (Suprihatiningrum, 2013:37). Menurut Bloom (Thobroni,

2015:21) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

1. Domain Kognitif mencakup:

a. Knowledge (pengetahuan, ingatan);

b. Comprehension (pemahaman,4 menjelaskan, meringkas, contoh);

c. Application (menerapkan);

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

23

d. Analysis (menguraikan, menentukan hubungan);

e. Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan

baru);

f. Evaluating (menilai).

2. Domain Afektif mencakup:

a. Receiving (sikap menerima);

b. Responding (memberikan respon);

c. Valuing (menilai);

d. Organization (organisasi);

e. Characterization (karakterisasi).

3. Domain Psikomotor mencakup:

a. initiatory;

b. Pre-routine;

c. Rountinized;

d. keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual

Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud hasil belajar dalam

penelitian ini adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang atau kemampuan-

kemampuan yang ditunjukan oleh siswa baik itu dalam perubahan tingkah laku

maupun dalam bentuk angka atau skor yang biasanya didapatkan siswa setelah

melakukan sesuatu yang dinilai. Hasil belajar terkadang sesuai dengan yang kita

inginkan tapi juga terkadang tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

Dari ketiga domain sebagai penilaian hasil belajar, domain kognitiflah

yang akan digunakan untuk mengukur apakah pembelajaran yang dilakukan telah

efektif.

Hasil belajar yang diperoleh siswa bukan hanya semata-mata sebatas karena

kemampuan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran saja, namun ada

faktor-faktor lain yang memengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Susanto

(2013:12) “hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, yaitu siswa itu sendiri

dan lingkungan”. Hal ini sesuai dengan pendapat Wasliman (Susanto, 2013:12)

yang mengatakan bahwa “hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan

hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

24

maupun eksternal”. Wasliman juga menambahkan bahwa “sekolah merupakan

salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa”.

Menurut Susanto (2013:12)

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta

didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal

meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan,

sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan

faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar peserta didik yang

mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Sedangkan Rusefendi (Susanto, 2013:14) mengidentifikasi faktor-faktor

yang memengaruhi hasil belajar kedalam sepuluh macam, yaitu : 1)kecerdasan;

2)kesiapan anak; 3)bakat anak; 4)kemauan belajar; 5)minat anak; 6)model

penyajian materi; 7)pribadi dan sikap guru; 8)suasana belajar; 9)kompetensi guru;

10)kondisi masyarakat.

Jadi, berdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa faktor yang dapat memengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal dan

eksternal. Faktor internal yaitu berbagai macam faktor yang berasal dari dalam

diri siswa yang bermacam-macam bentuknya. Sedangkan faktor eksternal

merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa yang juga bermacam-macam

bentuknya.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian dari Afandi, Mahmud. 2014: Pengaruh Pembelajaran

Teams Games Tournament (TGT) Berbantu Domino Matematika (DOMAT)

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI SD N Gugus Dahlia Desa

Dadapayam Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015. Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan. Universitas kristen Satya Wacana Salatiga. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran TGT berbantu DOMAT

terhadapat hasil belajar matematika kelas VI SD N Gugus Dahlia Desa

Dadapayam Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukan dari

nilai signifikan uji t sebesar 0,023 < 0,05. Hasil belajar siswa yang diajar dengan

pembelajaran TGT berbantu DOMAT lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

25

yang diajar tanpa pembelajaran TGT berbantu DOMAT. Hasil rata-rata kelas

eksperimen sebesar 69, 94 lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol sebesar

62,59.

Selanjutnya hasil penelitian dari Sari, Lia Wahyu Puspita. 2013. Pengaruh

Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Dengan Berbantuan

Media Puzzle Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Candigaron

01 Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-

rata nilai hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen sebesar 85,22 dan rata-rata

kelas kontrol sebesar 75,75 analisis data nilai t adalah 3,3861 dengan probabilitas

signifikansi 0,000 < 0,05. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil

keputusan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV SD yang diajar dengan model

Teams Games Tournament dengan berbantu Puzzle berpengaruh terhadap hasil

belajar IPA.

Selanjutnya hasil penelitian dari Pangestuti. 2012: Pengaruh Penerapan

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Turnament) Terhadap Hasil

Belajar Matematika Berdasarkan Gender Siswa Kelas IV SD Negeri Krapyak

Gugus Mendhut Kabupaten Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas kristen Satya Wacana

Salatiga. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh penerapan

pembelajaran TGT terhadap hasil belajar tetapi gender tidak berperan menentukan

hasil belajar bahwa terdapat pengaruh penerapan pembelajaran TGT terhadap

hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata – rata siswa kelas

eksperimen 78,79 dan nilai rata – rata kelas kontrol 69,84. Nilai rata – rata 78,79

> 69,84, di mana selisih 8,95 yang berarti kelompok eksperimen dengan

pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada 50 kelompok kontrol yang

menggunakan pembelajaran konvensional, dengan kata lain perlakuan yang

diberikan dalam pembelajaran mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa.

Selanjutnya hasil penelitian dari Sunario, F. 2012. Pengaruh Penggunaan

Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Teams Games Tournament

(TGT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Kauman

Lor 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester Genap Tahun

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

26

2011/2012. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran

Cooperative Learning tipe Teams Games Tournament (TGT) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap terhadap hasil belajar matematika siswa kelas

V SD Negeri Kauman Lor 03. Hal tersebut ditunjukan oleh rata-rata nilai posttest

siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai posttest siswa kelas

control, yaitu 87,22 > 67,48. Perbedaan rata-rata (mean difference) dari rata-rata

nilai posstest antara kedua kelas tersebut sebesar 12,739, dimana t hitung 3,678 > t

tabel 2,017 dengan tingkat signifikansi 0,001 yang < 0,05, maka dapat dikatakan

bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tipe Teams Games Tournament

(TGT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri

Kauman Lor 03.

Berdasarkan uraian tentang penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

maka dalam penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan pengaruh

model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar.

2.3 Kerangka Berpikir

Teams Games Tournament merupakan salah satu metode pembelajaran

cooperative learning yang tepat digunakan dalam pembelajaran di SD. Melalui

model Teams Games Tournament dapat membantu siswa dalam berinteraksi dan

menggunakan pendapatnya dan dapat mengembangkan rasa percaya diri siswa

menjadi lebih tinggi.

Pembelajaran yang dilakukan dengan model Teams Games Tournament ini adalah

model yang menyenangkan untuk siswa belajar apalagi belajar mata pelajaran

matematika. Siswa tidak akan takut mengikuti pembelajaran tetapi mereka akan

lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran karena salah satu langkah

model TGT adalah dengan pertandingan berkelompok menjawab pertanyaan yang

berkaitan dengan materi yang diajarkan. Selain itu ada pemberian penguatan atau

motivasi bagi kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi.

Model tersebut akan lebih menyenangkan apalagi bila ditambah sistem poin

dan aturan permainanya. Pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

27

diterima dengan baik oleh siswa, apalagi pada awal kegiatan sudah diberikan

motivasi atau penguatan berupa reward atau hadiah bagi siswa yang aktif dalam

pembelajaran dan tim yang menang dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga

motivasi siswa dalam belajar akan meningkat dan juga berdampak pada hasil

belajar siswa akan lebih baik.

Berikut ini kerangka berfikir penggunaan model pembelajaran Teams

Games Tournament (TGT) :

1. Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT mengikuti

urutan: belajar kelompok, turnamen akademik, penghargaan tim, dan

pemindahan atau bumping.

2. Pembelajaran diawali dengan memberikan pelajaran, selanjutnya

diumumkan kepada semua siswa bahwa akan mmelaksanankan

pembelajaran tipe TGT dan siswa memindahkan bangku untuk membentuk

meja tim. Kepada siswa disampaikan bahwa mereka akan bekerja sama

dengan kelompok belajar selama beberapa pertemuan, mengikuti turnamen

akademik untuk memperoleh poin bagi nilai tim mereka serta diberitahukan

tim yang mendapatkan nilai tinggi akan mendapatkan penghargaan.

3. Kegiatan dalam turnamen adalah persaingan pada meja turnamen dari 3-4

siswa dari tim yang berbeda dengan kemampuan setara. Pada permulaan

turnamen diumumkan penetapan bagi siswa. Siswa diminta mengatur meja

turnamen yang ditetapkan, nomor meja turnamen bisa diacak. Setelah

kelengkapan dibagikan dapat dimulai kegiatan turnamen. Bagan bagi

putaran permainan dengan 3 siswa dalam satu meja turnamen dapat dilihat

pada bagan berikut’ ini:

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

28

Sumber : Taniredja dkk : 2011

Gambar 2.2

Putaran Permainan

4. Pada akhir putaran pemenang mendapat satu kartu bernomor, penantang yang

kalah mengembalikan perolehan kartunya bila sudah ada namun jika

pembaca kalah tidak diberikan hukuman. Dengan model yang mengutamakan

kerja kelompok dan kemampuan menyatukan intelegensi siswa yang

berbeda-beda akan membuat siswa mempunyai nilai dalam segi kognitif,

afektif dan psikomotor secara merata satu siswa dengan siswa yang lain.

Dengan model yang mengutamakan kerja kelompok dan kemampuan

menyatukan intelegensi siswa yang berbeda-beda akan membuat siswa

mempunyai nilai dalam segi kognitif, afektif dan psikomor secara merata satu

siswa dengan siswa yang lain. Berdasarkan penjelasan tersebut, kerangka

berfikir dapat digambarkan sebagai berikut;

Pembaca

1. Ambil satu kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan

nomor tersebut pada lembar permainan.

2. Bacalah pertanyaan dengan keras

3. Coba untuk menjawab

Penantang I

Menantang jika memang dia mau (dan memberi jawaban berbeda)

atau boleh melewatinya

Penantang II

Boleh menantang jika penantang I melewati, dan jika dia memang mau.

Apabila semua penantang sudah menantang atau melewati, penantang II

memeriksa lembar jawaban. Siapapun yang jawabanya benar berhak

menyimpan kartunya.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

29

Gambar 2.3

Skema Pengaruh TGT Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Sifat-

Sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Pembelajaran Matematika

Sifat-Sifat Bangun Ruang Kubus dan

Balok

Pembelajaran Konvensional

Sifat-Sifat Bangun Ruang Kubus

dan Balok

Guru menyampaikan materi

Sifat-Sifat Bangun Ruang Kubus

dan Balok

Tanya jawab guru dengan siswa

mengenai materi Sifat-Sifat

Bangun Ruang Kubus dan Balok

Mengerjakan soal latihan

mengenai materi Sifat-Sifat

Bangun Ruang Kubus dan Balok

Membahas bersama latihan soal

mengenai materi Sifat-Sifat

Bangun Ruang Kubus dan Balok

Tes Hasil

Belajar

Skor Tes

Hasil Belajar

Model Teams Games Tournament

Sifat-Sifat Bangun Ruang Kubus

dan Balok

Guru menyampaikan materi Sifat-

Sifat Bangun Ruang Kubus dan

Balok

Siswa dibagi menjadi kelompok

belajar dengan jumlah 4-5 orang

siswa tiap kelompok

Siswa mengerjakan LKK mengenai

materi Sifat-Sifat Bangun Ruang

Kubus dan Balok

Perwakilan kelompok maju

kedepan untuk melakukan

turnamen dengan mengambil kartu

soal dan menjawab kartu soal

sesuai dengan nomor yang diambil

Tes

Hasil

Belajar

Skor Tes

Hasil Belajar

Penghitungan skor dan

pemberian penghargaan bagi

kelompok yang mendapatkan

poin terbanyak

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10883/1/T1_292012090_BAB II... · pembentukan konsep-konsep melalui penyampaian

30

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan

hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

a. Hasil belajar

H0 :tidak ada pengaruh model Teams Games Tournament terhadap hasil

belajar Matematika siswa kelas 4 SD Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten

Temanggung semester II tahun pelajaran 2015/2016

Ha :ada pengaruh model Teams Games Tournament terhadap hasil

belajar Matematika siswa kelas 4 SD Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten

Temanggung semester II tahun pelajaran 2015/2016.