12 bab ii kajian pustaka, konsep, landasan teori, dan ...€¦ · 12 bab ii kajian pustaka, konsep,...

40
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan rujukan, terutama adalah pustaka yang memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan, berfungsi sebagai pelengkap informasi, dan dapat menunjang penelitian ini. Kajian terhadap pustaka perlu dilakukan secara komprehensif agar diperoleh benang merah yang mampu menghubungkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdahulu dengan penelitian sekarang ini. Dalam menambah wawasan, mempertajam konsep dan teori, serta menunjukkan keaslian penelitian, maka dilakukan kajian terhadap pustaka- pustaka yang relevan. Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan ada beberapa pustaka yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini. Penelitian tentang agama pada masyarakat Samin adalah tulisan Retnaningtyas (2002) yang berjudul Perubahan dari Agama Adam ke Agama Islam pada Masyarakat Samin 1967-1998. Penelitian ini memfokuskan kajiannya terhadap perubahan keyakinan masyarakat Samin. Masuknya agama Islam ke dalam kehidupan masyarakat Samin telah mengubah keyakinan masyarakatnya, terutama pada golongan muda. Pengaruh Islam terhadap golongan muda Samin berlangsung harmonis dan penuh toleransi. Golongan tua yang masih tetap menganut agama lama, yaitu agama Adam memberikan kebebasan kepada golongan muda Samin untuk memeluk agama baru, yaitu agama Islam dengan

Upload: others

Post on 04-Aug-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka yang dijadikan rujukan, terutama adalah pustaka yang

memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan, berfungsi sebagai

pelengkap informasi, dan dapat menunjang penelitian ini. Kajian terhadap pustaka

perlu dilakukan secara komprehensif agar diperoleh benang merah yang mampu

menghubungkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdahulu dengan

penelitian sekarang ini.

Dalam menambah wawasan, mempertajam konsep dan teori, serta

menunjukkan keaslian penelitian, maka dilakukan kajian terhadap pustaka-

pustaka yang relevan. Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan ada

beberapa pustaka yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini.

Penelitian tentang agama pada masyarakat Samin adalah tulisan

Retnaningtyas (2002) yang berjudul Perubahan dari Agama Adam ke Agama

Islam pada Masyarakat Samin 1967-1998. Penelitian ini memfokuskan kajiannya

terhadap perubahan keyakinan masyarakat Samin. Masuknya agama Islam ke

dalam kehidupan masyarakat Samin telah mengubah keyakinan masyarakatnya,

terutama pada golongan muda. Pengaruh Islam terhadap golongan muda Samin

berlangsung harmonis dan penuh toleransi. Golongan tua yang masih tetap

menganut agama lama, yaitu agama Adam memberikan kebebasan kepada

golongan muda Samin untuk memeluk agama baru, yaitu agama Islam dengan

Page 2: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

13

tetap menghargai keyakinan golongan tua. Penelitian ini dapat memberikan

informasi mengenai keterpinggiran suku Akit di dalam bidang agama akibat

masuknya agama Islam. Salah satu ciri suku Akit sebagaimana dilihat oleh orang

Melayu adalah agama mereka bersifat animistik. Agama suku Akit memang

berdasarkan kepercayaan pada berbagai mahluk halus, ruh, dan berbagai kekuatan

gaib dalam alam semesta, khususnya dalam lingkungan hidup manusia

mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan hidup mereka. Suku Akit melakukan

ritual yang bertujuan untuk menyatukan manusia dengan penguasa adikodrati,

khususnya penghuni alam gaib, cara beradaptasi, memperlakukan alam dan roh

para leluhur (penghuni alam gaib, roh leluhur), serta memperlakukan alam serta

lelehur yang berkaitan dengan ritual pengobatan, permohonan kesehatan, dan

keselamatan suku Akit.

Penelitian tesis Griapon (2005) tentang “Pengetahuan Lokal, Sikap dan

Perilaku Masyarakat Gayem terhadap Penyakit di Desa Gemebs Distrik

Nimboran Jayapura” membahas penyakit dan proses penyembuhannya

berdasarkan pemahaman masyarakat. Pada penilitian ini lebih banyak difokuskan

pada etiologi penyakit secara personalistik dibandingkan dengan sebab-sebab

naturalistik. Hal ini menambah wawasan penulis tentang sebab-sebab sakit

menurut konsep suku Akit. Hal ini berlaku juga pada kehidupan masyarakat suku

Akit. Silih berganti berbagai nama dan jenis penyakit ada yang muncul dan ada

yang hilang. Bomoh berusaha terus mencari cara penyembuhannya, dengan

berbagai cara dan dari berbagai ilmu. Demikian juga peran bomoh (dukun) masih

berfungsi baik sebagai orang pintar terkait dengan badekeh dan kegiatan lainnya.

Page 3: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

14

Sirait (2009) dalam disertasinya yang membahas “Sando dan Dokter

(Kontestasi Pelayanan Kesehatan Tradisional dan Modern di Sulawesi Tengah)”

mengemukakan bahwa kelompok masyarakat Kaili Da’a dalam mencari

pelayanan kesehatan berawal dari kendala masyarakat mengakses pelayanan

kesehatan modern. Oleh karena itu, mereka mengobati sendiri dengan cara-cara

tradisional berdasarkan pengetahuan yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Hal ini dilakukan dengan berbagai alasan daripada berobat ke sistem modern dan

puskesmas. Relevansi penelitian tersebut adalah menambah rujukan pada penulis

bagaimana membahas ritual pengobatan bomoh dan alasan suku Akit untuk

pengobatan. Masyarakat Akit mempunyai tradisi tersendiri dan sangat menarik

dalam menangani masalah kesehatan dalam penyembuhan penyakit. Menariknya

adalah jika orang sakit pada umumnya berobat ke paramedis, ternyata orang-

orang Akit lebih sering memakai jasa dukun yang disebut bomoh.

Alkausar (2011) melakukan penelitian tentang “Keterancaman Ritual

Mappandesasi pada Masyarakat Nelayan Suku Mandar di Kelurahan Bungkutoko,

Sulawesi Tenggara”. Dalam penelitian Alkausar, diketahui bahwa ritual

mappandesasi bertujuan sebagai bentuk permohonan keselamatan dan rezeki yang

banyak bagi para nelayan. Ritual ini dilaksanakan sebelum para nelayan berlayar

agar mendapatkan hasil yang banyak. Namun, pada era sekarang proses pewarisan

yang ada malah terjadi penyusutan terhadap eksistensi ritual tersebut. Artinya

pengurangan dan pembaruan terhadap sarana-sarana dari ritual mappandesasi.

Penelitian di atas memberikan sumbangsih dalam berpikir, khususnya

pemahaman peneliti terhadap konsep, bentuk, faktor-faktor penyebab penurunan,

Page 4: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

15

serta dampak dan makna penurunan ritual. Penelitian yang dilakukan oleh

Alkausar menjadi sumber masukan yang membangun sekaligus sebagai bahan

pembanding dalam penelitian ini. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam

masyarakat di Kelurahan Bungkutoko tidak lagi ditemukan ritual mappandesasi

sebagai bentuk perwujudan masyarakat nelayan suku Mandar terhadap

kepercayaan terhadap mitos penguasa laut. Ritual mappandesasi yang dilakukan

oleh suku Mandar di Kelurahan Bungkutoko mempunyai fungsi sosial untuk

mengintensifkan kerja sama atau memperkuat rasa solidaritas sesama nelayan

suku Mandar.

Penelitian yang dikakukan oleh Alkausar memiliki persamaan dan

perbedaan dengan penelitian ini. Persamaan yang dimaksud adalah sama-sama

mengakaji ritual yang dilakukan oleh masyarakat dengan siklus kehidupan

manusia dengan pendekatan penelitian kajian budaya. Sebaliknya perbedaannya

Alkausar melihat ritual nelayan yang mengalami keterancaman karena sudah

jarang dilakukan oleh masyarakat pendukungnya. Sementara penelitian ini

melihat ritual yang mengalami keterpinggiran. Berdasarkan lokasi dan objeknya

tentu menunjukkan perbedaan yang jauh dan keterpinggiran ritual bedekeh karena

bergesernya keduudkan batin akibat dari adanya undang-undang desa yang

mengatakan bahwa tidak harus dari pemimpin suku Akit sehingga kaitannya

dengan keterpinggiran dari suku Akit dapat memberikan kontribusi yang dapat

dijadikan alasan keterpinggiran ritual. Dalam kehidupan masyarakat suku Akit

telah ada puskesmas yang menghadirkan dokter sebagai tenaga medis, tetapi

Page 5: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

16

berbagai penyakit yang tidak dapat disembukan oleh dokter maka masyarakat

cenderung berobat pada bomoh.

Porath (2012) menulis buku berjudul Ketika Burung Itu Terbang. Buku itu

dijadikan salah satu acuan dalam penelitian penulis karena dapat mengungkapkan

bahwa dalam tradisi pengobatan lebih difokuskan pada dukun sebagai media

arwah dan memanggil arwah tersebut untuk mencari obat atau ”ubet”. Selain itu,

dukun akan menafsirkannya ke dalam pertunjukan fisik bagi sang pasien berupa

tari-tarian, musik, dan pantun. Bagi Nathan, aksi fisik tersebut merupakan cermin

atas apa yang dilakukan oleh jiwa pasien di dimensi arwah. Penelitian Nathan

Porath terhadap peneliti dapat memberikan kontribusi dalam metedologi tentang

penelitian ritual tentang dunia spiritual dan kaitannya dengan orang Melayu

bagaimana dukun memosisikan diri untuk berkomunikasi dengan roh agar

menemukan jawaban terhadap obat yang akan digunakan dalam mengobati

pasien. Setelah berkomunikasi akhirnya dukun melalui media, seperti bantuk

tarian musik dan pantun mentransfer obat terhadap pasien. Dengan demikian,

penelitian ini akan menambah wawasan peneliti dan memberikan kontribusi

tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam ritual. Penelitian atas

pengobatan tradisional yang berfokus pada medium dunia arwah ini mulai

menarik perhatian peneliti mencari adanya hubungan antara pengobatan

tradisional yang supranatural dengan kesembuhan pasien. Meski dianggap mistis,

pada kenyataannya terapi yang dilakukan suku Akit berhasil menyembuhkan

pasien,

Page 6: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

17

Aris (2012) menulis sebuah artikel berjudul ”Fungsi Ritual Kaago-Ago

(Ritual Pencegah Penyakit) Pada Masyarakat Muna di Sulawesi Tenggara”.

Dalam artikel itu dinyatakan bahwa fungsi ritual pencegah penyakit berfungsi

religius yang dapat memberikan selamat atau terhindarnya manusia dari penyakit,

tercapainya ketenangan jiwa, dan terjadinya hubungan baik antara manusia dan

makluk halus. Di pihak lain fungsi sosial, yaitu terciptanya solidaritas sosial

kontrol, edukasi, dan integrasi. Penelitian La Ode Aris lebih memfokuskan kajian

pada pencegahan penyakit dalam masyarakat Muna dan bagaimana fungsi ritual

tersebut. Di pihak lain penelitian ini lebih menekankan kajian pada pengobatan,

bukan pencegahan. Oleh karena itu, penelitian yang terdahulu melengkapi ritual

pengobatan.

Darmawan (2013) menulis sebuah artikel yang berjudul ”Peran Battra

dalam Pengobatan Tradisional pada Komunitas Dayak Agabag di Kecamatan

Lumbis, Kabupaten Nunukan”. Dalam artikel itu, dinyatakan bahwa pengobatan

tradisional masih mendapat tempat di samping pengobatan modern hingga waktu

ini di Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan. Penelitian tersebut memberikan

relevansi terhadap penulis tentang profesi battra dianggap membantu dan masih

sangat dibutuhkan. Artinya battra tetap melakukan pengobatan di zaman modern.

Selain itu dalam penelitian memberikan harapan agar pemerintah dapat

memberikan bantuan kepada profesi battra berupa pendanaan (tunjangan) supaya

battra dapat lebih fokus terhadap profesi sebagai pengobat tradisional. Di

samping itu, juga diadakan pembinaan kepada battra untuk meningkatkan

pengetahuan battra tentang pengobatan tradisional. Hal lainnya adalah berharap

Page 7: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

18

agar tenaga pengobatan medis dapat mendukung peran battra melalui praktik

pengobatan di permukiman yang jauh dari puskesmas induk. Di pihak lain

penelitian penulis mengungkapkan pewarisan bomoh terhadap generasi

penerusnya pada suku Akit. Kesamaan penelitian itu dengan penelitian penulis,

yaitu bahwa pengobatan tradisional masih diperlukan pada zaman modern seperti

sekarang sebagai pendamping pengobatan modern, bukan sebagai saingan.

Berdasarkan uruaian di atas, tidak ditemukan penelitian ritual bedekeh

oleh bomoh pada suku Akit di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau

pada era globalisasi sebagai kajian budaya (cultural studies). Sepanjang penulis

ketahui bahwa penelitian yang ada dan beberapa jurnal yang ada membahas

pengobatan baik menggunakan media, pengobatan, maupun ritual tentang

pencegahan penyakit. Akan tetapi, penelitian tentang bagaimana keterpinggiran

dan pewarisan ritual dalam pengobatan pada era globalisasi belum diketemukan.

Namun, dalam upaya melaksanakan penelitian yang baik dan ilmiah menurut

paradigma kajian budaya, pencarian kepustakaan dan studi yang terkait terus

diusahakan dalam rangka penyempurnaan penelitian ini. Penulis menyadari

bahwa kajian budaya itu sendiri bukan akhir dari sebuah ilmu, tetapi masih dapat

dikembangkan lagi.

2.2 Konsep

Definisi operasional tentang suatu konsep yang dikemukakan oleh setiap

peneliti dapat berbeda meskipun topik atau konsep yang diteliti sama. Adapun

konsep yang dirumuskan dalam penelitian ini bertujuan menghindari

Page 8: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

19

kesimpangsiuran dalam menafsirkan berbagai konsep yang digunakan. Oleh

karena itu, perlu dijelaskan beberapa konsep sebagai berikut :

2.2.1 Ritual

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008:1178), ritual dapat diartikan

berkenaan dengan ritus (tata cara, upacara keagamaan), tindakan

seremonial. Menurut Hadi (1999:29--30), ritual merupakan suatu bentuk upacara

atau perayaan yang berhubungan dengan beberapa kepercayaan atau agama yang

ditandai dengan sifat khusus, yang menimbulkan rasa hormat yang luhur, dalam

arti merupakan suatu pengalaman yang suci.

Pendapat lain mengatakan bahwa ritual adalah bentuk atau metode tertentu

dalam melaksanakan upacara keagamaan atau upacara penting atau tata cara

dalam melakukan upacara. Makna ritual ini mengisyaratkan bahwa, di satu sisi,

aktivitas ritual berbeda dari aktivitas biasa, terlepas dari ada tidaknya nuansa

keagamaan dan kekhidmatan (Sukendar, 2010:28--29).

Helman (1984:123) mengatakan bahwa ritual adalah serangkaian kegiatan

stereotip yang melibatkan gerak-gerik, kata-kata, dan benda-benda yang digelar di

suatu tempat dan dirancang untuk memengaruhi entitas atau kekuatan alam demi

kepentingan dan tujuan pelakunya. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa

karakteristik kunci semua ritual adalah perilaku yang berulang yang tidak

memiliki dampak langsung seperti teknologi. Simbol ritual berkaitan dengan nilai-

nilai, norma-norma, kepercayaan-kepercayaan, sentimen-sentimen, peran-peran

Page 9: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

20

dan hubungan-hubungan sosial dalam sistem budaya komunitas penyelenggara

ritual, yang dapat dijabarkan sesuai dengan konteksnya.

Pendapat lain tentang pengertian ritual merupakan ”tindakan periodik

menciptakan kembali perasaan keanggotaan dan yang memberikan kekuatan

objek suci sebagai simbol keanggotaan kelompok.” (Randall,1988:188). Dalam

pelaksanaan ritual yang bersifat massal dan reguler, menurut Durkheim (1965:

30), para peserta memahami dirinya sebagai anggota kelompok yang dapat

menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat dengan anggota lainnya. Seseorang

yang berpartisipasi dalam ritual akan terpengaruh secara tidak sadar. Ritual

memberikan energi emosional dalam bentuk penegasan kembali keanggotaan

seseorang dalam suatu kelompok.

Konsep lain yang cenderung banyak digunakan untuk menggambarkan

keterikatan ini adalah ritual antara lain The Ritual Proces; Structur and Anti-

Structure (1969) dan The forest of Symbol karya Victor Turner (1967). Buku yang

sebagian besar memuat ritual komunitas Ndembu. Turner juga menunjukkan

bahwa diantara masyarakat Ndembu terdapat hubungan yang erat antara konflik

sosial dan ritual pada level desa dan sekeliling desa. Ritual bagi masyarakat

Ndembu adalah tempat mentransendensikan konflik keseharan kepada nilai-nilai

spritual agama serta menciptakan kondisi yang teratur dalam hidup manusia.

Ritual menekankan keseluruhan kesatuan kelompok untuk mengatasi

kontradiksi yang ada dalam masyarakat (Turner, 1969:48). Fungsi lain dari ritual

adalah dapat membentuk kesatuan kelompok sosial yang kuat (Turner, 1969:83).

masyarakat Ndembu di atur oleh dua prinsip tempat tinggal dengan kekuatan

Page 10: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

21

hampr sama yaitu keturunan matrilinial dan virilokal patrilokal. Prinsip ini

cenderung menjadi bersaing daripada menyesuaikan diri. Turner melihat bahwa

ritual adalah simbol yang dipakai oleh masyarakat Ndembu untuk

menyampaiakan konsep kebersaman. Oleh karena itu ritual mempunyai beberapa

fungsi penting yaitu : (1) tempat mentransendensikan konflik keseharian kepada

nilai-nilai spiritual agama serta menciptakan kondisi yang teratur dalam hidup

manusia, (2) ritual meneankan keseluruhan kesatuan kelompok untuk mengatasi

kontradiksi, (3) ritual dapat membentuk kesatuan kelompok sosial yang kuat.

Penelitian para ahli tersebut masih memiliki keterkaitan dengan penelitian

yang saya lakukan. Didalam penelitian ini, saya mengamati beberapa kegiatan

yang mengandung unsur-unsur ritual bedekeh. Beberapa unsur ritual dari

penelitian tersebut digunakan sebaga acuan dalam penelitian ini. Seperti unsur

simbol yang mengandung makna, ritual mengandung beberapa fungsi serta

memiliki tujuan. Dengan demikian saya menggunakan beberapa referensi dari

hasil penelitian mereka karena memiliki keterkaitan dengan penelitian yang saya

teliti.

Berdasarkan penjelasan mengenai ritual di atas, dapat penulis simpulkan

bahwa ritual bedekeh oleh bomoh merupakan suatu kegiatan yang unik yaitu

dengan cara mendiagnosis dan mencari obat untuk si sakit yang dilakukan oleh

bomoh. Ritual tersebut bersifat khas yang sarat makna dengan cara ritual,

memiliki suatu kekuatan tertentu (magis), dan mencerminkan identitas diri suku

Akit sebagai fenomena budaya. Upacara bedekeh dapat meningkatkan rasa

emosional para pengikut ritual tersebut. Kegiatan ritual bedekeh merupakan

Page 11: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

22

proses meningkatkan perasaan kolektif sehingga tercipta suatu situasi dimana

individu-individu kehilangan individualitasnya, meningkatkan kekompakkan,

serta terciptanya solidaritas yang kuat diantara seluruh masyarakat suku Akit.

Terkait dengan pelaksanaan ritual ini terdapat beberapa aspek, yaitu waktu

dilaksanakannya ritual, tempat ritual, pemimpin ritual, pelaku ritual, benda-benda

dan peralatan ritual, dan yang penting adalah tujuan diadakannya ritual.

Berdasarkan konsep ritual tersebut, diketahui bahwa yang dimaksud dengan ritual

dalam penelitian ini adalah sistem pengobatan yang dilakukan oleh bomoh dalam

hal pengobatan dengan berbagai sistem mulai dari merancang, meramu,

menjemput bomoh, dan pelaksanaan bedekeh oleh bomoh dalam pengobatan pada

pasien.

2.2.2 Bomoh (Dukun)

Pengertian dukun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) adalah

“Orang yang pekerjaannya menolong orang susah dan sakit, mengobati,

memberikan jampi-jampi dan mantra, dan konon di antaranya melakukan

kegiatannya lewat kemampuan tenaga gaib”. Dalam bahasa Indonesia bomoh

sering disebut dengan istilah Dukun. Terkait dengan istilah bomoh di beberapa

negara digunakan dengan macam-macam nama, yaitu clairvoyant (Inggris),

macumba atau xango (Brazil), obeah atau santeria (Jamaica), voodoo (Afrika

bagian barat, yang berkembang pula hingga Haiti di Kepulauan Karibia), Dalam

bahasa Arab dukun disebut kahin sedangkan tukang ramal disebut ”arraf.”

Pengertian ”arraf” (tukang ramal) adalah orang yang mengaku mengetahui

Page 12: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

23

kejadian yang telah lewat, bisa menunjukan barang yang dicuri atau tempat

hilangnya suatu barang (http://wapedia.mobi/id/Dukun).

Koentjaraningrat dkk (2003:46) menyatakan bahwa dukun mengandung

tiga pengertian. Pertama seseorang individu yang mempunyai keahlian yang

bersangkutan dengan pelaksanaan upacara adat atau keagamaan atau bagian-

bagiannya. Kedua orang yang ahli menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh

roh dan kekuatan-kekuatan gaib. Ketiga orang yang mempunyai keahlian dalam

melakukan ilmu gaib.

Istilah bomoh menurut suku yang ada di Riau, memiliki bermacam-macam

penyebutannya walaupun esensi praktiknya sama, yaitu berarti dikir (suku Sakai),

badewa (suku Bonai), bedekeh (suku Akit) dan belian (suku Petalangan/Talang

Mamak). Di sini diberikan pengertian bomoh menurut pandangan masyarakat

Akit, yaitu seseorang yang memiliki kepercayaan dan amalan-amalan dalam ritual

pengobatan atau sebagai seseorang yang ahli dalam penyembuhan penyakit.

Selain sebagai orang yang ahli dalam penyembuh atau sebagai pengobat (dalam

bahasa Akit), bomoh tersebut juga memegang peranan penting, yaitu sebagai

pemimpin Akit (batin) dan merangkap sebagai pengendali atau pengontrol dalam

proses upacara-upacara adat masyarakat Akit. Peranan batin tersebut, antara lain

sebagai pemimpin dalam ritual penyembuhan, sebagai peramal dalam menentukan

hari baik seperti pesta baik pesta pernikahan, pesta kampung, dan sebagainya.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa bomoh menurut pandangan suku Akit

adalah seseorang yang mempunyai keahlian khusus dan sekaligus sebagai

pemimpin dalam komunitas masyarakat Akit. Konsep bomoh/dukun dalam

Page 13: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

24

penulisan ini adalah orang yang secara socio-cultural mempunyai skill atau

keahlian dan sebagai mediator antara dunia gaib dan dunia semesta dalam

pengobatan penyakit di suku Akit Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis,

Provinsi Riau.

2.2.3 Pengobatan Tradisional

Pengobatan adalah suatu kebudayaan untuk menyelamatkan diri dari

penyakit yang mengganggu hidup. Upaya memahami konsep tentang pengobatan

terutama pengobat tradisional dalam praktik pengobatan tradisional sangatlah

diperlukan. Konsep tersebut setelah diketahui diharapkan dapat diikuti sesuai

dengan jalan pikiran dan alasan dilakukannya suatu tindakan oleh pengobat

terhadap seseorang penderita yang meminta pertolongannya. Konsep yang

dimaksud di sini adalah sistem pengobatan ada kaitannya dengan sistem

pengobatan tradisional.

Menurut WHO (dalam Timmermans, 2000), pengobatan tradisional adalah

jumlah total pengetahuan, keterampilan, dan praktik-praktik yang berdasarkan

pada teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat

budaya yang berbeda, baik dijelaskan maupun tidak, digunakan dalam

pemeliharaan kesehatan dan dalam pencegahan, diagnosis, perbaikan atau

pengobatan penyakit secara fisik dan mental. Selain itu, pengobatan tradisional

juga salah satu cabang pengobatan alternatif yang bisa didefinisikan sebagai cara

pengobatan yang dipilih oleh seseorang bila cara pengobatan konvensional tidak

memberikan hasil yang memuaskan.

Page 14: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

25

Konsep pengobatan dalam penelitian ini adalah sistem pengobatan yang

dilakukan oleh bomoh dengan menggunakan berbagai media dan cara tersendiri

dalam mengobati pasien pada suku Akit di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis,

Provinsi Riau.

2.2.4 Suku Akit

Suku Akit merupakan suatu kelompok sosial yang berdiam di daerah

Hutan Panjang Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Suku Akit

merupakan salah satu suku yang mendiami wilayah Provinsi Riau. Suku Akit

merupakan suku asli yang mendiami wilayah Pulau Rupat tepatnya di Kecamatan

Rupat, Kabupaten Bengkalis. Suku ini telah lama mendiami pulau ini sebelum

suku-suku lainnya menjadikan pulau ini sebagai tempat tinggal.

Ditinjau dari segi kesejarahan (Melalatoa, 1985), kata Akit berasal dari

kata rakit, sebab suku Akit secara singkat dapat dikatakan suku rakit, orang rakit

atau tukang rakit. Suku ini pada mulanya telah menjadi rakyat Kerajaan Gasib-

Siak. Mereka mendapat tugas dari Sultan Siak mengambil dan merakit kayu.

Mereka telah dibagi menjadi tiga tugas, pertama, rombongan yang merakit di

sungai, disebut Akit Biasa. Kedua, rombongan yang merintis jalan di sungai

disebut dengan Akit Ratas. Ketiga, rombongan yang menebang kayu di hutan

yang disebut dengan Akit Hutan.

Menurut beberapa sumber tradisi lisan, Suku Akit Hutan inilah yang

kemudian menjadi suku hutan. Kayu hasil rakitan inilah yang kemudian hari

dijual oleh Kerajaan Siak sebagai salah satu sumber pendapatannya pada abad ke-

Page 15: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

26

18. Nusrin Caniago (1985) mengutip pendapat H.A. Hijmans van Anrooij

(1885:347) dalam Het Rijk van Siak, mengatakan suku Akit merupakan keturunan

orang pesisir Timur Sumatera. Mereka mengembara sepanjang pantai selatan

Selat Malaka.

2.2.5 Keterpinggiran

Keterpinggiran mengacu pada suatu posisi yang diperbandingkan dengan

posisi yang lain. Keterpinggiran tidak berdiri sendiri. Keberadaan dan

pengertiannya sangat kuatbergantung pada antitesisnya, yakni posisi yang bukan

di pinggir (biasanya disebut “pusat” atau “tengah”). Kontras antara tengah dan

pinggir dalam pengertian keterpinggiran biasanya dikaitkan dalam distribusi

kekuasaan atau yang lebih tepat keberdayaan, yang bergradasi menurun dari pusat

ke pinggir.

Pusat atau tengah merupakan posisi yang paling berdaya. Mereka yang

menduduki tempat tersebut dianggap penting sebagai inti atau sumber acuan

sehingga mendapat perhatian. Sebaliknya, posisi pinggiran paling jauh dari

keberdayaan karena dianggap kurang penting. Keterpinggiran juga dapat diartikan

sebagai suatu posisi yang berada pada perbatasan, yang tidak dimiliki atau

memiliki yang berada di tengah karena identitas yang tidak jelas (Wahyudi, 2004:

87--88).

Penjelasan mengenai konsep keterpinggiran dalam penelitian yang

dilakukan penulis dapat memberikan penjelasan terhadap kesatuan konsep

keterpinggiran ritual bedekeh oleh bomoh pada suku Akit di Pulau Rupat,

Page 16: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

27

Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Artinya, keterpinggiran dalam suatu

aktivitas, kegiatan kelompok dan individu yang tidak mendapatkan porsi yang

sentral (penting), bahkan ada kecenderungan terabaikan. Keterpinggiran

merupakan permasalahan yang perlu mendapat perhatian dan penyelidikan untuk

mengetahui penyebab terjadi keterpinggiran. Dalam kaitan dengan keterpinggiran

dikatakan sebagai hal yang tidak diperhatikan lagi pada masa sekarang ini, yakni

identik dengan posisi atau tempat marginal.

Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur keterpinggiran ritual

bedekeh oleh bomoh pada suku Akit di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis

Provinsi Riau pada era globalisasi adalah (1) faktor ekstern yang meliputi

konversi agama, stereotip tentang Akit dalam pandangan suku Melayu,

pengobatan modern, pendidikan dan kemajuan teknologi; (2) faktor intern yang

meliputi hubungan mayoritas dan minoritas, pergeseran kedudukan batin karena

undang undang desa, dan pendapatan bomoh yang minim.

2.2.6. Globalisasi

Robertson (1992) dalam Barker (2004: 113; Barker, 2005: 149), konsep

globalisasi menunjukkan terjadinya penyempitan dunia secara intensif dan

meningkatkan kesadaran kita terhadap dunia, yaitu meningkatnya kneksi secara

global dan pemahaman kita mengenainya. ”Penyempitan dunia” ini dapat

dipahami dalam konteks institusi modernitas, sedangkan ”meningkatnya intensitas

kesadaran tentang dunia” secara lebih baik dilihat dalam konteks kultural.

Page 17: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

28

Dalam pengertian umum, Merret (2005:5--6) menemukan lima pengertian

globalisasi, yaitu (1) internasionalisasi, (2) liberalisasi, (3) universalisasi

(universalization), (4) westernisasi (westernization) atau modenisasi, dan (5)

suprateritorialitas (supraterritoriality), yang mengandung makna bahwa “ruang

sosial tidak lagi dipetakan atas dasar tempat, jarak, dan batas-batas wilayah”.

Appadurai (1993: 296) sebagaimana dikutip oleh Ardika (2007: 14;

Barker, 2004: 117) menyatakan bahwa kebudayaan global (global cultural flow)

dapat diketahui dengan memperhatikan hubungan antara lima komponen ciri-ciri

budaya global, yang diistilahkannya dengan etnoscape (pergerakan manusia),

mediascape (pergerakan media), technoscape (pergerakan teknologi), financscape

( pergerakan uang), dan ideoscape (pergerakan ideologi).

Globalisasi sesungguhnya telah melahirkan suatu jenis ideologi yang

menjadi dasar dari pembentukan, pelestraian, dan perubahan masyarakat

(Abdullah, 207: 169). Globalisasi berdasarkan analisis Appadurai terdiri atas

beberapa dimensi seperti: kultural, ekonomi, politik, dan institusional. Untuk

setiap jenis analisis, perbedaan mendasar adalah apakah kita melihat semakin

meningkatnya homogenitas atau hitroginitas. Pada titik ekstremnya, globalisasi

budaya dapat dipandang sebagai ekspansi berbagai aturan dan praktik umum yang

transnasional (homogenitas) atau-pun sebagai proses yang di dalamnya banyak

unsur budaya lokal dan global yang berinteraksi untuk melahirkan semacam

pastische atau percampuran, yang mengarah pada terwujudnya beragam panduan

budaya (heteroginitas). Tren yang mengarah pada homogenitas sering kali

Page 18: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

29

disamakan dengan penjajahan budaya, pengaruh sebuah kebudayaan tertentu pada

sejumlah besar kebudayaan lainnya (Ritzer,2012:976-977).

Analisis Appadurai dalam konteks penelitian ini adalah dalam globalisasi

ada kecenderungan terjadinya percampuran budaya melalui ethnoscape yaitu

kedatangan orang luar (asing) sebagai dokter yang dikirim oleh pihak dinas

kesehatan dengan membawa konsep pengobatan modern yang mengedepankan

rasionalitas dan kecanggihan teknonologi modern dalam hal pengobatan.

Globalisasi melalui teknologi informasi dan komunikasi yang terjadi saat ini

membuat suku Akit banyak berhubungan dengan dunia luar (global). Interaksi

dengan dunia luar suku Akit dapat diwujudkan dengan berbagai saluran tayangan

luar negeri dibanding dengan dalam negeri karena letak lokasi suku Akit yang

lebih berdekatan dengan Malaka dan Singapura.

Globalisasi saat ini, yakni bidang ilmu pengetahuan, teknologi,

komunikasi, bidang perekonomian, dan sebagainya menimbulkan pengaruh yang

besar terhadap perubahan kebudayaan. Perlu disadari bahwa perubahan-perubahan

yang terjadi tidak hanya membawa kemajuan, tetapi juga membawa dampak

negatif. Artinya terjadi pergeseran-pergeseran nilai sosial dan norma-norma yang

sebelunya dijadikan pedoman manusia untuk berperilaku mengalami perubahan

sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan dalam masyarakat. Hal ini sesuai

dengan perubahan kebudayaan yang terjadi pada suku Akit di Pulau Rupat,

Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau dalam hal ritual bedekeh oleh bomoh.

Page 19: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

30

2.2.6 Tradisi Lisan

Sebelum menjelaskan konsep tradisi lisan terlebih dahulu akan

dikemukakan konsep tradisi. Tradisi berasal dari kata traditio yang berarti segala

sesuatu yang diwarisi dari masa lalu (Murgiyanto, 2004: 2). Selain itu menurut

Finnigan (1992: 7) tradisi merupakan istilah umum yang biasa digunakan dalam

ujaran keseharian dan juga istilah yang digunakan oleh antropolog, peneliti

folklor, dan sejarawan lisan. Ada perbedaan perbedaan makna mengenai tradisi itu

sendiri, misalnya dimaknai sebagai kebudayaan, sebagai keseluruhan; berbagai

cara melakukan sesuatu berdasar cara yang telah ditentukan; proses pewarisan

praktek, ide atau nilai. Dua produk yang diwariskan dan sesuatu dengan konotasi

lampau. Sesuatu yang disebut dengan tradisi pada umumnya menjadi kepemilikan

keseluruhan komunitas dibanding individu atau kelompok tertentu tertentu.

Tradisi tidak ditulis dan merupakan pemarkah identitas kelompok.

Tradisi lisan merupakan berbagai pengetahuan dan adat istiadat yang

secara turun temurun disampaikan secara lisan pada masyarakat tertentu. Menurut

Pudentia (2008:184) tradisi lisan bukan hanya mengandung cerita mitos dan

dongeng, akan tetapi juga mengandung berbagai hal-hal yang menyangkut hidup

dan kehidupan komunitas pemiliknya, seperti kearifan lokal, sistem nilai,

pengetahuan tradisional, sejarah, hukum, pengobatan, sistem kepercayaan (religi),

hasil seni dan upacara adat, seperti adat perkawinan yang dimiliki komunitas adat

sebagai pemilik tradisi lisan tersebut adalah bagian dari tradisi lisan.

Tradisi lisan itu sendiri dapat dilihat sebagai suatu peristiwa budaya atau

sebagai suatu bentuk kebudayaan yang diciptakan kembali untuk dimanfaatkan,

Page 20: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

31

dikembangkan, dan dilestarikan sebagai suatu bentuk kebudayaan, oleh karena itu

perlu dijaga agar tetap lestari. Salah satu usaha untuk menggali dan

mengembangkan potensi tradisi lisan, termasuk perlindungan kekayaan intelektual

budaya Indonesia, yakni melalui penelitian yang terstruktur dan berkelanjutan.

Sumber utama kajiannya adalah penutur, nara sumber pemilik tradisi lisan yang

diteliti yang meliputi masyarakat pemilik atau pendukung yang berkaitan. Di

samping tradisi dan narasumber utamanya yang masih hidup atau merupakan

living traditions, ingatan kolektif yang tersimpan dalam masyarakat dan tradisi

tersebut (memory traditions) juga dimasukkan dalam kategori tradisi lisan

(Pudentia, 2008:259).

Sementara menurut Sibarani (2012:47) tradisi lisan adalah kegiatan

budaya tradisional suatu komunitas yang diwariskan secara turun temurun dengan

media lisan dari satu generasi kegenerasi lain baik tradisi lisan itu berupa susunan

kata- kata lisan (verbal) maupun tradisi lisan yang bukan lisan (non-verbal). Oral

traditions are the Community‟s traditionally cultural activities inheritied orally

from one generation to the other generations either the tradition is verbal or non-

verbal.

Lebih lanjut Sibarani (2012:43-46) mengemukakan ada beberapa ciri

Tradisi lisan yaitu:

1. Merupakan kegiatan budaya, kebiasaan atau kebudayaan berbentuk lisan,

sebagai lisan dan bukan lisan

2. Memiliki kegiatan atau peristiwa sebagai konteks penggunaanya.

3. Dapat diamati dan ditonton.

Page 21: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

32

4. Bersifat tradisional. Ciri tradisi lisan ini harus mengandung unsur warisan

suku baik murni bersifat suku maupun kreasi baru yang ada unsur suku.

5. Diwariskan secara turun temurun. Tradisi lisan itu diwariskan dari satu

generasi kegenerasi lain.

6. Proses penyampain dari mulut ke telinga. Ciri inilah yang menjadikan

kebiasaan atau budaya bukan lisan (non-verbal culture) tergolong tradisi

lisan karena budaya bukan lisan itu, seperti adat istiadat, disampaikan

orang tua dari mulut melalui berbicara sampai ketelinga anak-anaknya

melalui mendengar.

7. Mengandung nilai-nilai dan norma-norma budaya.

8. Memiliki versi-versi.

9. Milik bersama komunitas tertentu atau milik semua masyarakat secara

kolektif.

10. Berpotensi direvitalisasi dan diangkat sebagai sumber industri budaya.

Dari penjelasan di atas maka perlu sekali membangun sebuah paradigma

yang melihat tradisi lisan sebagai sebuah kekuatan, dapat dibuktikan di mana

sebagian masyarakat kita mampu berdialog secara baik dengan kekuatan-kekuatan

lain termasuk kekuatan hegemoni dan kekuatan di luar dirinya. Paradigma ini

terbangun dari suatu pandangan bahwa tradisi lisan merupakan perwujudan

kegiatan sosial budaya sebuah komunitas masyarakat pemakainya.

Page 22: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

33

Pada tradisi lisan tidak dapat dipisahkan antara produk budaya dan

masyarakat penghasilnya. Keduanya sangat tergantung satu sama lain. Tanpa

masyarakat pendukungnya, tradisi tidak akan pernah dapat dihadirkan apalagi

diteruskan. Sebaliknya, tanpa tradisi, masyarakat pemiliknya akan kehilangan

identitas kemanusiaannya dan kehilangan banyak hal penting, khususnya

pengetahuan tradisional, kearifan lokal, dan nilai-nilai yang pernah hidup dan

sudah menyatu pada komunitas tersebut.

Memahami nilai-nilai dengan baik, maka perlu dilakukan perbandingan

dengan fakta pada konteks tradisi lisan agar unsur nilai tradisi yang ada pada

tradisi tersebut dapat diretas, sehingga nilai tradisi lisan dapat diterima setiap

orang, walaupun menurut apresiasi setiap orang nilai tersebut dapat berbeda-beda.

Pengetahuan tradisional memungkinkan masyarakat pemilik dan atau pendukung

tradisi mengatasi tantangan alam dan lingkungan sekitarnya dengan menghasilkan

teknologi untuk menguasinya. Sedangkan kearifan lokal memungkinkan

masyarakat yang bersangkutan memahami alam dan lingkungannya. Begitu pula

halnya dengan tradisi kelisanan pada suku Akit, walaupun sudah mengalami

perkembangan, tetapi tetap tidak melepaskan diri dari norma-norma tradisi yang

telah berlaku turun temurun.

Tradisi kelisanan pada suku Akit memiliki tatanan atau aturan yang tertib

dipimpin oleh seseorang yang disebut batin/bomoh. Batin/bomoh berfungsi

sebagai pemandu jalannya ritual bedekeh pada suku Akit. Keputusan akhir ritual

bedekeh yang berwujud tradisi lisan diputuskan oleh pemimpin Akit (batin) dan

bomoh.

Page 23: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

34

Dihadapkan pada kenyataan ini, satu-satunya yang penting dalam upaya

menjaga tradisi lisan sebagai sumber pengetahuan pada masa sekarang dan yang

akan datang adalah perubahan dalam sistem pewarisannya. Sistem pewarisan

pembentukan identitas, perlu dilakukan pengelolaan tradisi seperti: perlindungan,

preservasi, dan revitalisasi tradisi lisan, yaitu tradisi lisan pada ritual bedekeh. Hal

ini menurut Fortes (dalam Tilaar, 2000: 54--55) dari pewarisan budaya ada

variabel-variabel yang perlu dicermati yakni; unsur-unsur yang

ditransmisikan/diwariskan, proses pewarisan, dan cara pewarisannya. Dalam hal

ini unsur-unsur yang diwariskan adalah nilai-nilai budaya, tradisi-tradisi

masyarakat, dan pandangan-pandangan hidup masyarakat yang mengandung

kearifan, kebenaran esensial, dan ide.

2.3 Landasan Teori

Kebudayaan yang menjadi ontologi kajian budaya mempunyai pengertian

yang berbeda dengan pemahaman umum. Kebudayaan dalam kajian budaya

adalah kebudayaan dalam arti luas yang terkait dengan isu-isu politik, sosial, dan

ideologis. Kebudayaan dalam kajian budaya merupakan suatu ajang pertikaian

ideologi. Dengan kata lain, kebudayaan dalam kajian budaya didefinisikan secara

politis daripada secara estetis. Objek penelitian kajian budaya bukanlah

kebudayaan dalam pengertian sempit, melainkan kebudayaan sebagai teks-teks

dan praktik-praktik kehidupan sehari-hari (Storey, 2007:2--3).

Teori kritis adalah sebutan untuk orientasi teoretis tertentu yang bersumber

dari Hegel dan Marx disistematisasi oleh Horkheimer dan sejawatnya di Institut

Page 24: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

35

Penelitian Sosial di Frankfurt dan dikembangkan oleh Habermas. Secara umum

istilah ini merujuk pada elemen kritik dalam filsafat Jerman yang dimulai dengan

pembacaan kritis Hegel terhadap Kant. Secara lebih khusus, teori kritis terkait

dengan orientasi tertentu terhadap filsafat yang ”dilahirkan” di Frankfurt.

Sekelompok orang yang kemudian dikenal sebagai anggota Mazhab Frankfurt

adalah teoritisi yang mengembangkan analisis tentang perubahan dalam

masyarakat kapitalis Barat, yang merupakan kelanjutan dari teori klasik Marx.

Tujuan teori kritis adalah untuk mengungkap kondisi yang sebenarnya di

balik suatu “realitas semu” atau “kesadaran palsu” yang teramati secara empirik.

Dengan kata lain, teori-teori kritis berusaha melakukan eksplanasi, namun

eksplanasi dalam pengertian lain, yakni ekplanasi tentang adanya kondisi-kondisi

yang dinilaipalsu, semu, atau tidak benar (seperti “false class consciousness”).

Tujuannya adalah untuk pencerahan, emansipasi manusia, agar para pelaku sosial

menyadari adanya pemaksaan tersembunyi atau hegemoni.

Kajian budaya mengomposisikan berbagai kajian teoretis disiplin ilmu lain

yang dikembangkan secara lebih longgar sehingga mencakup potongan-potongan

model dari teori yang sudah ada dari para pemikir strukturalis/pascastrukturalis.

Di pihak lain teori sosial kritis sebenarnya sudah mendahului tradisi disiplin

“kajian budaya” melalui kritik ideologinya yang dikembangkan Mazhab

Frankfurt, yaitu sebuah kritik yang dimaknai dari pandangan Kantian, Hegelian,

Marxian, dan Freudian.

Kebudayaan suku Akit telah memperlihatkan suatu dinamika dan

perubahan. Pendorong utama perubahan ini adalah fenomena internal dan

Page 25: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

36

eksternal yang sangat kuat berpengaruh dalam menstraformasi struktur

masyarakat pada suku Akit, yaitu adanya berbagai pengaruh, baik secara intern

maupun secara ekstern tentang sistem pengobatan. Berdasarkan asumsi dan

rumusan masalah, dirujuk beberapa teori yang diharapkan dapat membangun

berangka analisis atas data yang dikumpulkan sesuai dengan karakteristik kajian

budaya.

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori kritis

cultural studies. Adapun teori-teori yang digunakan adalah (1) teori hegemoni, (2)

teori praktik, serta (3) teori wacana kuasa dan pengetahuan.

2.3.1 Teori Hegemoni

Teori hegemoni menekankan bahwa terjadi pertarungan untuk

memperebutkan penerimaan publik. Secara perlahan dan pasti kelompok dominan

menyebabkan ideologi dan kebenarannya agar diterima tanpa perlawanan. Salah

satu strategi kunci dalam hegemoni adalah nalar awam (commom sense). Jika ide

atau gagasan dari kelompok dominan/berkuasa diterima sebagai commom sense,

maka ideologi kelompok dominan dapat menyebar dan dipraktikkan.

Negara dan masyarakat selalu berinteraksi. Negara mengeluarkan

kebijakan dan peraturan untuk dilaksanakan oleh masyarakat. Agar peraturan

tersebut dipatuhi dan dilaksanakan oleh masyarakat, maka salah satu cara yang

digunakan oleh negara adalah melalui kepemimpinan moral dan intelektual.

Kepemimpinan moral dan intelektual ini disebut teori hegemoni (Wibowo, 2000).

Teori hegemoni dipopulerkan oleh Antonio Gramsci (1891--1937). Gramsci

Page 26: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

37

merupakan salah seorang salah seorang teoretis Marxis penting pada abad ke-21.

Pada awalnya teori hegemoni merupakan bagian dari teori struktural konflik,

tetapi versi Gramsci dikategorikan menjadi teori struktural konflik baru karena

menawarkan sudut pandang baru tentang hegemoni.

Pemikiran Gramsci tentang hegemoni mengaitkan konsep ideologi dan

kehidupan budaya, terutama dalam mengarahkan formasi sosial individu dan

struktur masyarakat. Hegemoni hakikatnya merupakan strategi dalam rangka

melanggengkan pandangan-pandangan dunia dan kekuasaan kelompok-kelompok

sosial tertentu yang terbangun atas dasar kelas, kelamin etnisitas, kebangsaan, dan

kategori lain. Akan tetapi, sesuai dengan karakteristik pandangan Gramsci, situasi

ini harus dilihat sebagai sesuatu yang labil. Hal ini berarti bahwa kemampuan

hegemoni yang didukung ideologi berusaha diwujudkan dan dipertahankan oleh

kelompok-kelompok sosial yang bersifat sementara. Karena sifatnya yang

sementara itu, hegemoni menjadi sesuatu yang bergerak terus, dalam arti

diperjuangkan terus atau pada suatu saat dinegosiasi ulang, bahkan pada waktunya

siap menghadapi blok historis baru (Widja, 2013:39).

Menurut Rupert (2013:233), di jantung proses (re)konstruksi berkelanjutan

dalam hubungan relasional ini adalah bentuk koersif (paksaan) dan konsensual

(konsensus) dari power. Hal itu sejalan dengan visi ganda Gramsci tentang politik.

Bagi Gramsci, “hegemoni” adalah jenis hubungan kekuatan sosial khusus yang

kelompok-kelompok dominannya mengamankan posisi atas hak-hak istimewa

dengan cara sebagian besar melalui konsensus. Artinya, kelompok dominan ini

memaksanakan persetujuan dari kelompok-kelompok yang didominasi dengan

Page 27: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

38

cara mengartikulasikan suatu visi politik, suatu idelogi yang mengklaim berbicars

bias untuk semua dan yang bergaung dengan keyakinan yang secara luas dipegang

dalam budaya politik populer. Dalam keadaan ini kekuatan koersif mungkin surut

hingga ke lokasi latar belakang kehidupan politik. Di samping itu, selalu hadir

sebagai potensi, tetapi tidak secara langsung tampak dalam kehidupan sehari-hari.

Teori hegemoni merupakan salah satu teori yang penting pada abad XX.

Teori ini relevan sekali digunakan untuk membedah permasalahan terkait dengan

kekuasaan. Agar yang terhegemoni patuh pada penghegemoni, maka yang

terhegemoni hendaknya mampu menginternalisasikan nilai-nilai penghegemoni di

samping harus memberikan persetujuan atas subordinasi mereka. Kelompok yang

menghegemoni memperjuangkan legitimasi kekuasaannya dari massa.

Sebaliknya, massa dapat menerima prinsip, ide, dan norma-norma sebagai

miliknya. Hegemoni satu kelompok terhadap kelompok lain tidak berdasarkan

paksaan, tetapi melalui konsensus.

Hegemoni digunakan dengan mengacu pada sebuah kondisi proses, yaitu

kelas dominan tidak hanya mengatur, tetapi juga mengarahkan masyarakat

melalui paksaan kepemimpinan moral dan intelektual. Hegemoni terjadi pada

suatu masyarakat, yaitu terdapat tingkat konsensus yang tinggi dengan ukuran

stabilitas nasional yang besar, sementara kelas bawah dengan aktif mendukung

dan menerima nilai-nilai, ide, tujuan, dan makna budaya yang mengikat dan

menyatukan mereka pada struktur kekuasaan yang ada (Storey, 2003: 172--173).

Budaya yang tersebar merata di dalam masyarakat pada waktu tertentu

dapat diinterpretasikan sebagai hasil atau perwujudan hegemoni, perwujudan dari

Page 28: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

39

penerimaan konseptual oleh kelompok gagasan subordinat, nilai-nilai dan

kepemimpinan kelompok dominan tersebut. Menurut Gramsci, kelompok

dominan tampaknya tidak semata-mata bisa mempertahankan dominasi karena

kekuasaan, bisa jadi karena masyarakat sendiri yang mengizinkan. Selain itu,

media massa juga merupakan instrumen untuk menyebarkan dan memperkuat

hegemoni dominan, terutama dalam membangun dukungan masyarakat dengan

cara memengaruhi dan membentuk alam pikirannya dengan menciptakan sebuah

pembentukan dominasi melalui penciptaan sebuah ideologi yang dominan. Dalam

paradigma hegemonian, media massa elektronik dan cetak merupakan alat

penguasa untuk menciptakan reproduksi ketaatan publik yang sangat ampuh

dalam memengaruhi perilaku dan kebiasaan khalayak. Singkatnya, hegemoni

dapat dikatakan sebagai reproduksi ketaatan dan kesamaan pandangan dengan

cara yang lunak.

Hegemoni menurut Gramsci tidak hanya digunakan untuk menjelaskan

relasi antarkelas, tetapi mendeskripsikan relasi-relasi sosial yang lebih luas.

Konsep hegemoni tidak hanya menjelaskan dominasi politik lewat kekuatan,

tetapi yang lebih penting, lewat kepemimpinan intelektual dan moral. Menurut

Gramsci, dominasi kekuasaan diperjuangkan, di samping lewat kekuatan senjata,

juga lewat penerimaan publik, yaitu diterimanya ide kelas berkuasa oleh

masyarakat luas. Dalam upaya memperebutkan penerimaan publik, maka

kekuatan bahasa dan kekuatan simbol mempunyai peranan yang sangat penting di

dalam prinsip hegemoni. Makna (meaning) dan nilai-nilai (value) dominan yang

Page 29: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

40

dihasilkan lewat berbagai media sangat menentukan pembentukan proses

dominasi sosial itu sendiri (Piliang, 2009:136).

Dengan mengikuti gagasan Gramsci (dalam Sugiono, 1999:17) dalam

hubungan yang hegemonik, kelompok berkuasa mendapatkan persetujuan

kelompok subordinat atas subordinasinya. Kelompok berkuasa yakin dalam hal ini

Pemda Bengkalis beserta jajarannya tidak ditentang oleh kelompok yang dikuasai,

yakni masyarakat Desa Hutan Panjang tempat permukiman suku Akit karena

ideologi, kultur, nilai-nilai, norma-norma, dan politiknya sudah diinternalisasikan

sebagai kepunyaan sendiri oleh kelompok subordinat. Begitu konsensus didapat,

maka ideologi, kultur, nilai norma, dan politik akan terlihat semakin wajar dan

terlegitimasi.

”Hegemoni satu kelompok atas kelompok lainnya dalam pengertianGramsci bukanlah sesuatu yang dipaksakan. Hegemoni harus diraihmelalui upaya politis, kultural, dan inetelektual guna menciptakanpandangan dunia bersama bagi seluruh masyarakat. Ini berarti bahwakelompok penguasa harus ”menguniversalkan” pandangan dankepentingannya serta harus memastikan bahwa pandangan dankepentingan itu tidak hanya bisa, tetapi juga harus menjadi pandangan dankepentingan kelompok subordinat” (Sugiono, 1999 : 41).Teori hegemoni Gramsci dipandang tepat digunakan sebagai teori utama

dalam penelitian ini. Sesuai dengan kenyataan yang ada di masyarakat bahwa

kondisi ritual bedekeh oleh bomoh yang kian hari kian terpinggirkan. Tradisi ritual

ini seharusnya diberdayakan, dilindungi, dan dikembangkan oleh pemerintah

sebagai kekayaan budaya nasional dan sebagai identitas kebudayaan lokal suku

Akit. Teori hegemoni ini lebih dominan digunakan untuk membedah masalah

penelitian tentang keterpinggiran ritual bedekeh oleh bomoh, kebijakan

pemerintah dalam produk undang-undang yang mengakibatkan keterpinggiran

Page 30: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

41

ritual, dan kebijakan pemda dalam menjadikan bumi Melayu identik dengan

budaya Islam, walaupun sesungguhnya pemanfaatan teori ini tidak bisa

dipisahkan begitu saja dengan permasalahan berikutnya.

2.3.2 Teori Praktik

Teori praktik sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

Pierre-Felix Bourdieu. Dalam teori praktik sosial, Bourdieu merumuskan bahwa

praktik merupakan gabungan habitus, modal, dan ranah (Hacker dkk,2009).

Dengan pendekatan-pendekatan dan konsep yang transdisipliner tersebut, teori

dan metode Bourdieu disebut beraliran konstruktivisme genetis, yaitu adanya

pertimbangan historis dan ruang sosial pada kerja struktur mental individu (Ritzer

& Goodman, 2003:518--520)

Peta gagasan pemikiran Bourdieu ini mewariskan konsep-konsep penting

yang sering dipinjam dalam tradisi ilmu-ilmu sosial hingga cultural studies,

seperti habitus, ranah perjuangan, kekuasaan simbolik, dan modal budaya yang

kemudian memengaruhi teori sumber daya dan komoditas. Dalam pertalian

konsep-konsep tersebut, Bourdieu menawarkan formulasi-generatif (Harker et al,

2009: xxi,9--22) dengan rumus (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik. Rumus ini

digunakan untuk menyingkap intensitas dan orientasi individu untuk melakukan

praktik-praktik sosial. Rumus ini menggantikan relasi sederhana antara individu

dan struktur melalui relasi habitus, modal, dan ranah.

Pemikiran Pierre Felix Bourdieu didasari oleh hasrat untuk menanggulangi

adanya kekeliruan dalam mempertentangkan antara objektivisme dan

Page 31: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

42

subjektivisme, serta pertentangan antara individu dan masyarakat. Pemikiran

Bourdieu tidak hanya menjawab asal usul dan seluk-beluk masyarakat, tetapi juga

menjawab persoalan baru yang diturunkan dari pemikiran terdahulu, seperti

pertentangan struktur dan agensi, faktor objectif dan faktor subjektif, objektivisme

dan subjektivisme, nature dan history, doxa dan episteme, material dan simbolik,

kesadaran dan ketidaksadaran, kebebasan manusia dan keterikatan oleh struktur,

serta ekonomi dan budaya . Permasalahan atau konflik di atas dalam pandangan

Bourdieu dijelaskan dengan mengaitkan antara konsep dan praktik kehidupan

sehari-hari dalam masyarakat. Dengan konsep tersebut Boudieu mengatasi

kesenjangan antara teori dan praktik, pikiran dan tindakan, serta ide dan realitas

konkret.

Pierre Bourdieu mengemukakan bahwa secara singkat tentang teori praktik

(practise) dan keterlibatan si subjek dalam proses konstruksi budaya. Teori

praktik tersebut menggugat subjektivisme yang meletakkan subjek intelektual

pada peran utama pembentukan dunia tanpa memperhitungkan konteks ruang dan

waktu yang melatarbelakanginya dan objektivisme yang dianggap tidak

memperhitungkan peran dan posisi subjek intelektual sosial dalam pembentukan

struktur dan praktik sosial. Dalam rumusannya tentang teori praktik tersebut

Bourdieu menyatakan bahwa praktik sosial sebagai hasil dinamika dialektis antara

internalisasi eksterior dan eksternalisasi interior atau dinamika dialketis antara

internalisasi yang dialami dan diamati dari luar diri pelaku sosial dengan

pengungkapan dari segala sesuatu yang telah terinternalisasi dan menjadi bagian

dari diri pelaku sosial.

Page 32: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

43

Bourdieu dalam teori praktiknya menunjukkan bagaimana tindakan

(praktik) merupakan produk relasi antara habitus (yang merupakan produk

sejarah) dan ranah yang juga merupakan produk sejarah. Habitus dan ranah juga

merupakan produk dari medan daya-daya yang ada dalam masyarakat. Habitus

adalah struktur kognitif yang memperantarai individu dengan relasi sosial.

Habitus merupakan struktur subjektif yang terbentuk dari pengalaman individu

berhubungan dengan individu lain dalam jaringan struktur objektif yang ada

dalam ruang sosial. Habitus diindikasikan oleh skema-skema yang merupakan

perwakilan konseptual dari benda-benda dengan realitas hidup. Melalui skema-

skema tersebut individu mempersepsi, memahami, menghargai, dan mengevaluasi

realitas sosial. Itulah sebabnya habitus dapat dikatakan sebagai ketidaksadaran

kultural. Menurut Bourdieu (dalam Fashri, 2007:83), habitus adalah kebiasaan-

kebiasaan, hasil pembelajaran secara halus, tidak disadari dan tampil sebagai hal

yang wajar sehingga seolah-olah sesuatu yang alamiah, seakan-akan diberikan

oleh alam, atau ’sudah dari sananya’.

Menurut Bourdieu (dalam Fashri, 2007:96) dalam suatu ranah terdapat

pertaruhan, kekuatan-kekuatan, dan orang, baik yang memiliki maupun yang tidak

memiliki modal sehingga di sini modal merupakan sebuah konsentrasi kekuatan.

Ranah adalah hubungan yang terstruktur dan tanpa disadari mengatur posisi-posisi

individu dan kelompok dalam tatanan masyarakat yang terbentuk secara spontan.

Bourdieu menggunakan ranah sebagai metafora untuk menggambarkan kondisi

masyarakat yang terstruktur dan dinamis dengan daya-daya yang dikandungnya.

Modal adalah suatu kekuatan yang spesifik yang beroperasi di dalam ranah. Setiap

Page 33: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

44

ranah menuntut individu untuk memiliki modal-modal khusus untuk dapat secara

baik dan bertahan di dalamnya.

Menurut Bourdieu (dalam Fashri, 2007 : 98--99) modal dapat digolongkan

menjadi empat. Pertama, modal ekonomi adalah mencakup alat-alat produksi

(mesin, tanah, buruh), materi (pendapatan dan benda-benda), dan uang yang

dengan mudah digunakan dengan segala tujuan serta diwariskan dari satu generasi

ke generasi berikutnya. Kedua, modal budaya adalah keseluruhan kualifikasi

intelektual yang bisa diproduksi, baik melalui pendidikan formal maupun warisan

keluarga. Termasuk modal budaya, antara lain kemampuan menampilkan diri di

depan publik, pemilikan benda/kode budaya bernilai tinggi, pengetahuan dan

keahlian tertentu dari hasil pendidikan, dan sertifikat (gelar kesarjanaan). Ketiga,

modal sosial menunjuk pada jaringan sosial yang dimiliki pelaku (baik individu

maupun kelompok) dalam hubungannya dengan pihak lain yang memiliki kuasa.

Keempat, modal simbolik adalah segala bentuk prestise, status, otoritas, dan

legitimasi. Hubungan habitus, ranah, dan modal bertautan secara langsung dan

bertujuan menerangkan praktik sosial. Berdasarkan ketiga konsep tersebut,

Bourdieu menyususn teorinya ke dalam rumus (Habitus x Modal) + Ranah =

Praktik (Fashri, 2007:100).

Modal budaya sebagai dimensi yang lebih luas daripada habitus sekaligus

menunjukkan lingkungan sosial pemiliknya dan modal budaya yang dapat

berubah-ubah. Modal budaya terbentuk selama bertahun-tahun hingga

terinternalisasikan dalam diri seseorang (Soeriadiredja, 2012:10). Komunitas suku

Akit sebagai orang-orang yang memiliki habitus sendiri dan modal budaya

Page 34: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

45

bergerak secara aktif di dalam ranah-ranah, sehingga menghasilkan praktik sosial.

Dalam arena komunitas suku Akit, hal ini terjadi di dalam arena konflik yang

melibatkan modal budaya, peran bomoh, dan generasi muda.

Teori praktik sosial, pertama digunakan untuk mengamati struktur objektif

komunitas suku Akit Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau yang

terinternalisasi dalam ritual bedekeh oleh bomoh terhubung dengan keyakinan

mereka. Kedua, digunakan untuk mencari struktur subjektif peran di dalam

internal komunitas suku Akit. Ketiga, untuk menemukan pola-pola praktik sosial

yang diyakini suku Akit untuk memproduksi, baik struktur objektif maupun

struktur subjektif yang bermunculan di sekitar mereka. Keempat, bagaimana

bomoh dipakai sebagai bagian dari praktik sosial ritual sekaligus mengidentifikasi

praktik sosial sebagai kebutuhan subjektif.

2.3.3 Teori Wacana Kuasa dan Pengetahuan

Teori wacana menurut Michael Foucault (dalam Ismail, 2002:9), yakni

penggunaan kekuasaan untuk membangun kemampuan sebagai manusia yang

memiliki pengetahuan untuk melekatkan makna pada pengalaman manusia. Kuasa

menurut Foucault tidak dimiliki, tetapi dipraktikkan dalam suatu ruang lingkup

stategis yang berkaitan satu dengan yang lain. Michel Foucault meneliti

kekuasaan lebih kepada individu. Menurut Michel Foucault, kekuasaan selalu

terakulasikan dengan pengetahuan dan pengetahuan selalu memiliki efek kuasa.

Dengan kata lain, menurut Foucault, melalui wacanalah yang mendominasi suatu

waktu dalam sejarah dan suatu tempat di dunia tertentu. Bagi Foucault jika Anda

Page 35: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

46

ingin mengetahui mengapa wacana tertentu begitu berkuasa, jadilah seperti

arkeolog sosial, yaitu menelususri asal usul cara mengetahui dengan melakukan

dekonstruksi dan meneliti landasan yang padanya kekuasaan itu berbeda dan

dominan.

Foucault (1977:27--28) dalam The Archaelogy of Knowledge, mengatakan

sebagai berikut

Kekuasaan menciptakan pengetahuan…Kekuasaan dang pengetahuansaling menghasilkan…Tidak ada kekuasaan tanpa hubungan dengankekuasan. Hubungan “kekuasaan pengetahuan” ini harus diteliti…bukanberdasarkan seorang peneliti yang bebas atau tidak dari kekuasaan.Sebaliknya, subjek yang mengetahui, objek yang diketahui, dan bahan-bahan pengetahuan harus dipandang sebagai dampak implikasi darihubungan kekuasaan pengathuan dan perubahan-perubahannya dalamsejarah. Singkatnya, bukanlah tindakan subjek yang menghasilkanpengetahuan, tetapi kekuasaan-pengetahuan proses dan pergualatan yangmemwarnainya dan menciptakannya dengan menentukan bentuk danbidang pengetahuan yang mungkin.

Selanjutnya Foucalt juga menyarankan untuk menganalisis kekuasaan

sebagai sesuatu yang beredar dan hanya berfungsi dalam bentuk rantai, tidak

terlokalisasi di sini atau di sana, di tangan siapa pun, serta tidak pernah

disesuaikan sebagai komoditas atau bagian dari kekayaan. Kekuasaan harus

dipahami bekerja dan diberlakukan melalui suatu jaring seperti organisasi, tidak

hanya seperti individu yang beredar di antara benang; mereka dalam posisi

menjalani dan melatih secara bersamaan atas kekuasaan tersebut. Mereka bukan

hanya tidak berdaya atau menyetujui sasaran; mereka selalu juga elemen-elemen

dari artikulasi. Hal ini mengandung pengertian bahwa “individu-individu adalah

merupakan kendaraan kekuasaan, bukan sebatas titik aplikasi”.

Page 36: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

47

Foucault juga mengajak kita untuk keluar dari belenggu analisis yang

terbatas pada persoalan yuridis kedaulatan dan lembaga-lembaga negara untuk

beranjak memasuki basis analisis terhadap kekuasaan pada persoalan “studi

teknik dan taktik dominasi”. Bagi Foucault, diskursus adalah kerangka kerja yang

ditentukan oleh yang berkuasa yang ditetapkan melalui hubungan-hubungan

kekuasaan yang mendasarinya. (Fakih, 1997:169). Dengan demikian, setiap

diskursus tentang kebudayaan tidak terlepas dari kepentingan dan kekuasaan.

Apabila dikaitkan dengan tema penelitian ini, wacana kekuasaan dan

pengetahuan digunakan untuk melihat kaitan antara mitologi, silsilah atau sejarah,

dan proses ritual bedekeh terkait dengan pengetahuan bomoh mempunyai efek

kuasa. Bomoh memproduksi pengetahuan sebagai basis kekuasaan. Pengetahuan

berada di dalam relasi-relasi kuasa itu sendiri. Relasi tercipta antara bomoh dan

komunitas suku Akit. Tanpa pengetahuannya, bomoh tanpa kuasa. Sebaliknya,

tidak ada kuasa tanpa pengetahuan. Produksi pengetahuan yang dilakukan bomoh

melandasi kekuasaannya karena setiap kekuasaan disusun, dimapankan, dan

diwujudkan lewat pengetahuan. Dalam pelaksanaan bedekeh kedudukan bomoh

menghasilkan kebenaran dan pengetahuan tertentu yang menimbulkan efek kuasa.

Pengetahuan dan kekuasaan mempunyai hubungan timbal balik.

2.4 Model Penelitian

Model penelitian digambarkan sebagai berikut :

Page 37: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

48

Gambar 2.1Model Penelitian

Keterangan :

: Hubungan saling memengaruhi

: Hubungan langsung searah

Berdasarkan skema penelitian di atas, diketahui globalisasi diyakini

memengaruhi keberadaan ritual-ritual tradisi yang dimililki masyarakat Akit.

Tidak bisa dimungkiri masuknya budaya global turut memengaruhi keberadaan

ritual bedekeh. Pengobatan modern dengan epistemologi modern (Barat-modern)

yang mengedepankan rasionalitas dalam hal pengobatan hadir pada suku Akit

berimplikasi kepada kehidupan masyarakat tradisional menyebabkan kaburnya

nilai-nilai tradisional masyarakat. Globalisasi menjadi suatu pertanda zaman baru,

tidak bisa dibendung. Hal itu itu berarti bahwa banyak aspek dalam kehidupan

Ritual Bedekeh Suku Akit

ImplikasiKeterpinggiranBedekeh

StrategiPewarisan

Temuan

Rekomendasi

KeterpinggiranRitual

Suku AkitTradisionalMitosMagisKomunalitas

GlobalisasiRealistisModernitasIPTEKIndividual

Page 38: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

49

sosial budaya masyarakat mengalami perubahan. Globalisasi membawa prinsip

budaya modernitas sehingga memunculkan berbagai permasalahan sosial dalam

peradaban manusia. Hal ini mengancam eksistensi budaya lokal akan menjadi

rusak, bahkan mengantarkan budaya lokal menuju kepunahan. Kondisi ini

mempercepat semakin terpinggir tradisi-tradisi lisan di Riau begitu juga dengan

keberadaan ritual bedekeh.

Model penelitian pada gambar di atas mengimplementasikan globalisasi

merambah di segala segi kehidupan. Globalisasi, baik secara langsung maupun

tidak langsung akan menggeser tata nilai yang lama dengan tata nilai yang baru.

Pengaruh modernisasi, teknologi, dan rasionalitas memberikan pengaruh yang

intens bagi suku Akit. Semakin intens masyarakat lokal mentrasformasi kultural,

dapat berdampak pada identitas, nilai, dan tradisi yang akan memengaruhi dan

mengubah paradigma berpikir, bersikap, motivasi, dan tindakan. Globalisasi dapat

memperteguh dan memperkuat kebudayaan lokal, tetapi juga dapat menihilkan

kebudayaan lokal tersebut.

Di satu sisi kebudayaan lokal tetap mempertahankan kebudayaan sebagai

bagian kosmologi, sistem ritual, dan kepercayaan magis. Keberadaan ritual

bedekeh oleh bomoh belakangan ini semakin terpinggirkan oleh modernisasi dan

globalisasi. Dalam kehidupan masyarakat suku Akit di Desa Hutan Panjang,

Kabupaten Bengkalis setiap fase siklus hidup komunitas mereka tidak bisa

dilepaskan dari bomoh/batin. Dalam praktiknya, bomoh dominan dalam segala

aspek kehidupan mereka. Globalisasi dan kebijakan pemerintah menjadi

problematika bagi keterpinggiran ritual bedekeh oleh bomoh pada masyarakat

Page 39: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

50

Akit. Oleh sebab itu, diperlukaan pewarisan ritual demi kelangsungan sebuah

komunitas Akit sebagai pemilik kebudayaan ritual bedekeh oleh bomoh.

Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa pewarisan bedekeh pada suku

Akit sangat penting. Hal ini akan bermanfaat bagi keberlangsungan kehidupan

masyarakat Akit dari faktor yang menyebabkan keterpinggiran. Tradisi sebagai

kekuataan kultural merupakan pembentukan peradabaan, jangan sampai ritual

bedekeh hanya menjadi sekadar cerita yang pernah ada dan tidak dikenal oleh

generasi yang akan datang. Penelitian ini harus segera dilakukan karena suatu

tradisi budaya suku Akit di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau pada

era global sebagai bentuk kebudayaan untuk dimanfaatkan, dikembangkan,

diberdayakan, dilindungi, dan perlu dijaga dari keterpinggiran dari sebuah ritual.

Dengan metodologi yang telah ditentukan, data dianalisis dengan

menggunakan beberapa teori secara eklektik (terpadu), yaitu teori hegemoni, teori

wacana kuasa/pengetahuan, dan teori praktik serta tradisi lisan. Dengan demikian,

dalam analisis tahap akhir diharapkan dapat ditemukan suatu hal yang baru

tentang pewarisan ritual bedekeh suku Akit di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis,

Propinsi Riau pada era global (lihat gambar 2.1).

Page 40: 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ...€¦ · 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dijadikan

51