bab ii kajian pustaka dan landasan teori 2.2 …
TRANSCRIPT
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.2 Penelitian Terdahulu
Kajian pustaka menguraikan mengenai beberapa konsep yang mengacu
pada judul yang diangkat. Beberapa konsep yang di uraikan terdapat beberapa
penelitian terdahulu. Penelitian-penelitian terdahulu dipakai untuk sebagai
bahan rujukan atau bahan pertimbangan yang mendukung dalam penelitian
ini. Selain penelitian terdahulu peneliti juga menguraikan tentang landasan
teori yang digunakan untuk menganalis hasil penelitian di lapangan yang
sesuai dengan judul yang diangkat yaitu “Strategi Bertahan Hidup Keluarga
Pedagang Kaki Lima di Kawasan Alun-Alun Kota Wisata Batu”.
Peneliti akan mengambil beberapa referensi yaitu 1 skripsi dan 4 jurnal.
Yang pertama adalah skripsi dari Zainal Abidin (2014) yang berjudul “Strategi
bertahan hidup petani kecil di desa sandetlami kecamatan besuk kabupaten
probolinggo”. Selanjutnya jurnal yang pertama adalah dari sri endang kornita
dan yusbar yusuf yang berjudul “strategi bertahan hidup (life survival
strategy) penduduk miskin kelurahan batu teritip kecamatan sungai sembilan”
yang kedua adalah dari Tedi sofyan (2017) yang berjudul ”strategi berdagang
pedagang kaki lima di kawasan anjung cahaya tepi laut kota tanjung pinang”.
Yang ketiga adalah dari Sugeng hariyanto yang berjudul “Strategi bertahan
hidup rumah tangga miskin di perdesaan“. Yang ke empat adalah dari Rinel
fitlayeni 2009 yang berjudul “Strategi bertahan hidup perempuan di sektor
19
informal pasca gempa 2009”. Yang kelima adalah dari Finna kumesan,
Charles R, ngangi, Melissa L. G. Tarore, Paulus A. Pangemanan yang
berjudul “strategi bertahan hidup (life survival strategy ) buruh tani di desa
tombatu dua utara kecamatan tombatu utara”. Dan kesimpulan dari berbagai
kutipan yang peneliti ambil adalah mengetahui penerapan strategi dalam
kondisi minim yang mana harus memanfaatkan jaringan yang dimulai dari
keluarga ataupun orang sekitar, mengencangkan ikat pinggang yang mana
harus memnimalisir pengeluaran mulai dari sandang dan pangan, dan mencari
sumber penghasilan lain mulai dari mitra dengan ojek online, atau
mengerjakan sawah orang lain guna menambah pemasukan.
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
No Judul Hasil Penelitian Relevansi
1. Strategi bertahan hidup
petani kecil di desa
sandetlami kecamatan
besuk kabupaten
probolinggo.
Oleh Zainal Abidin
2014.
Berdasarkan hasil
penelitian Zainal
abidin bahwa, petani
kecil di desa
sindetlami
menerapkan 3 strategi
yang mereka lakukan
untuk bertahan hidup,
yaitu strategi aktif,
pasif, dan jaringan
Relevansi skripsi ini
adalah menjelaskan
tentang bertahan
hidup dalam suatu
aspek kemiskinan di
dalam perkembangan
ekonomi suatu
wilayah, dan juga.
Menjelaskan
bagaimana strategi-
strategi yang di
20
lakukan dalam
bertahan hidup yang
mana bertujuan untuk
memenuhi
kebutuhan.
Perbedaan pada
skripsi ini adalah
target sasaran ada
pada pedagang kaki
lima.
2. Sri Endang Kornita dan
Yusbar Yusuf yang
berjudul “strategi
bertahan hidup (life
survival strategy)
penduduk miskin
kelurahan batu teritip
kecamatan sungai
sembilan.
Oleh Sri endang
kornita dan yusbar
yusuf
Strategi survival
(bertahan hidup)
untuk memenuhi
kebutuhan dasar yaitu
memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari
dengan cara pinjam
tauke kayu
bakau/tauke
penampung penjualan
ikan. Kemudian
dengan cara dicukup-
cukupkan dengan apa
yang ada. Sedangkan
berkaitan dengan
strategi bertahan
hidup menghadapi
kondisi alam (angin
utara dan musim
hujan) maka
responden pada
umumnya
mempunyai cara atau
strategi untuk tetap
bertahan di daratan
(tidak mencari ikan
Relevansi di dalam
jurnal ini adalah
membahas tentang
perekonomian kelas
menengah kebawah,
yang dimana juga
menerapkan strategi-
strategi guna bertahan
hidup, dikarenakan
mengandalkan mata
pencaharian yang
relatif sedikit dan
memiliki pendapatan
21
atau bertani) tetapi
mencari kayu bakau
di pesisir pantai yang
lebih ke arah darat
sebagai sumber
nafkah.
yang kurang
memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Perbedaanya dalam
skripsi ini pada
subyek penelitian
yaitu nelayan..
3. Strategi bertahan hidup
rumah tangga miskin di
perdesaan
oleh sugeng Hariyanto
Kehidupan yang
subsisten dan
menghadapi berbagai
macam kebutuhan
pokok
memaksa
rumahtangga miskin
harus bertahan hidup.
Rumahtangga miskin
mengembangkan pola
yang tidak seragam
sebagai mekanisme
bertahan hidup
(survival mechanism).
Mekanisme bertahan
yang dikembangkan
antara lain:
mengatur pola makan
dalam hal kualitas
dan kuantitas;
mengembangkan
ekonomi
atau produksi
subsisten, baik
ekonomi subsisten
rumahtangga maupun
ekonomi
subsisten lingkungan;
mengembangkan
strategi utang
(strategi gali lubang
tutup
relevansi dalam
jurnal ini adalah
bagaimana cara
menerapkan strategi
yang di bentuk guna
bertahan hidup. Dan
menjelaskan
bagaimana sistem
atau mekanisme yang
dilakukan masyarakat
menengah kebawah
dalam
menerapkannya.
Perbedaannya adalah
ada pada rumah
tangga.
22
lubang);
ketergantungan pada
bantuan pemerintah;
dan menjadikan
institusi
pendidikan sebagai
penitipan anak.
4. Strategi bertahan hidup
perempuan di sektor
informal pasca gempa
2009
oleh Rinel fitlayeni
Dalam kondisi
ekonomi yang serba
sulit ini, banyak
wanita harus berperan
dalam mengatasi
kesulitan ekonomi
yang mereka hadapi.
Salah satu
alternatifnya
adalah dengan
bejualan. Melihat
adanya kesempatan
yang dipaparkan di
atas
banyak dari para
wanita mengatasi
kesulitan ekonomi
mereka dan berusaha
memberikan
kontribusi pada
pendapatan rumah
tangga dengan
berjualan di pasar.
Masalah penting yang
dihadapi perempuan
pekerja, termasuk
yang terlibat
dalam sektor informal
adalah peran ganda
mereka yang harus
berjalan serasi dan
seimbang satu sama
lain. Mereka
diharapkan tetap
Relevansi dengan
jurnal ini adalah
kondisi dimana
masyarakat kelas
menengah kebawah
harus menerapkan
konsistensi dalam
bertahan hidup, yang
mana konsistensi
tersebut mempunyai
strategi-strategi
dalam bertahan hidup
di dalam kondisi di
bawah.
Perbedaan adalah
pada aspek kondisi
dimana jurnal
23
membagi waktu
antara tugas
mencari nafkah
dengan tugas sebagai
pengelola rumah
tangga.
tersebut bertahan
hidup pasca gempa
5. Strategi bertahan hidup
(life survival strategy)
buruh tani di desa
tombatu dua utara
kecamatan tombatu
utara.
Oleh Finna kumesan,
Charles R, ngangi,
Melissa L. G. Tarore,
Paulus A. Pangemanan
Hasil Penelitian
Menunjukan bahwa
sebanyak 32KK yang
berprofesi sebagai
buruh tani di Desa
Tombatu Dua Utara.
Pada umumnya para
buruh tani sudah
mampu melakukan
berbagai strategi
untuk bertahan hidup
yang jika dilihat dari
penghasilannya
tidaklah cukup untuk
memenuhi berbagai
kebutuhan yang ada
namun mereka bisa
memanfaatkan
berbagai sumber daya
yang ada untuk
menekan
pengeluaran. Strategi
paling dominan yang
dilakukan petani yaitu
pengontrolan
konsumsi dan
pengeluaran pangan.
relevansi dengan
jurnal ini adalah
menekankan pada
titik bagaimana cara
bertahan hidup, yang
mana mitik beratkan
pada pola perilaku
sehari-hari
masyarakat, dan gaya
hidup masyarakat
untuk meminimalisir
keuangan dan dapat
memenuhi kebutuhan
hidup.
2.3 Tinjauan Puskata
2.3.1 Pedagang Kaki Lima (PKL)
Pedagang kaki lima (PKL) masuk dalam sentral informal. Sektor informal
menurut Breman (1991) adalah kumpulan penjual jasa kecil dan pedagang yang
dari segi produksi secara ekonomi telah begitu menguntungkan, meskipun mereka
menunjang kehidupan bagi penduduk yang terbelenggu kemiskinan. PKL
24
merupakan kelompok tenaga kerja yang banyak di sektor informal, pekerjaan PKL
merupakan jawaban terakhir yang berhadapan dengan proses urbanisasi yang
berangkai dengan migrasi desa ke kota yang besar, pertumbuhan kesempatan kerja
yang lambat di sektor industry, pertumbuhan penduduk yang pesat dan
keberadaan tenaga kerja yang berlebihan serta penerapan teknologi yang padat
moral (Bromley, 1991).
Pedagang kaki lima (PKL) adalah pedagang strata ekonomi rendah yang
berjualan kebutuhan sehari-hari, modal sendiri atau modal lain, makanan atau jasa
relatif kecil, baik mempunyai tempat berdagang tetap atau tidak tetap (fakultas
hukum unpar dalam sudaryanti 2000).
PKL selalu memanfaatkan tempat yang sering dikunjungi oleh wisatawan
atau pengunjung karena dapat memberikan keuntungan yang besar terhadap
income (pendapatan) mereka seperti pusat kota, objek wisata, tempat keramaian,
alun-alun kota arau taman kota. Dilihat dari sisi sosiologis, PKL merupakan
entitas sosial yang didalamnya terdapat atribut-atribut atau karakteristik tertentu
seperti suku, bahasa, etnik, atat istiadat, jenis kegiatan, asal daerah dan juga
agama. Dalam tata letak kota untuk melakukan aktivitas sosial den ekonomi
entitas-entitas berdagang ditempat yang tidak semestinya (Sarjono: 2005:2).
Keuntungan dan kerugian sektor informal dalam sisi ekonomi, sosial dan
politik:
2.2.1.1 Keuntungan
Ekonomi
25
1) Memberi sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi lokal.
2) Menjamin tingkat kompetisi dan fleksibilitas produksi.
3) Sektor ini mendorong upah di sektor informal untuk bergerak ke
bawah.
4) Memberi pendapatan yang cukup untuk individu tertentu.
5) Menyediakan harga barang dan jasa yang murah.
6) Upah tenaga kerja sangat murah.
7) Pengalaman beberapa negara menunjukkan bahwa penurunan GDP
dapat ditutupi dengan kenaikan yang cepat.
8) Upah yang murah dengan biaya administrasi/birokrasi yang murah
mengakibatkan produktivitas modal sektor ini cukup tinggi.
Sosial
1) Sektor informal memberi kebebasan untuk berinisiatif dan berkreasi.
2) Walaupun pendapatan dari sektor ini mungkin kecil namun lebih baik
dari pada tergantung pada tunjangan subsidi pemerintah atau mati
kelaparan.
3) Kegiatan sektor informal memberi peluang pekerjaan kepada keluarga,
memungkinkan mereka memenuhi kebutuhan dasar dan peluang
meningkatkan kesejahteraan rumah tangga mereka.
Politik
1) Kegiatan sektor informal sering didorong dan dimanfaatkan para
politisi untuk meningkatkan pengaruh politik mereka.
26
2) Kegiatan sektor informal sering didorong dan dimanfaatkan para
politisi untuk meningkatkan pengaruh politik mereka.
3) Kehadiran sektor informal dapat berperan sebagai katup pengaman
terhadap ketidakpuasan masyarakat luas atau ketegangan social
(Nurvina Prasdika, 2017)
2.2.1.2 Kerugian
Ekonomi
1) Muncul distorsi dari sektor informal terhadap indikator tingkat
kesempatan kerja, tingkat inflasi dan tingkat pertumbuhan ekonomi.
2) Sektor informal tidak mempunyai kemampuan mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
3) Lebih jauh dari itu sektor informal menekan kenaikan pajak.
4) Sektor informal jarang membayar pajak sehingga pendapatan negara
menurun akibatnya terjadi difisit anggaran belanja.
5) Jika sektor informal tersebar secara meluas di sebuah negara maka
akan memicu kesenjangan teknologi antar negara.
6) Kehadirannya memicu persaingan yang tidak sehat terhadap
pengusaha yang bergerak sektor informal baik nasional maupun
internaisional.
7) Kehadiran sektor informal mempunyai korelasi terbalik dengan
pelayanan umum karena pendapatan pemerintah yang kurang.
8) Mereka yang berkiprah di sektor ini mempunyai produktivitas dan
pendapatan rendah.
27
Sosial
1. Penduduk lain mendapat informasi yang keliru tentang pendapatan
nasional karena mereka yang terlibat di sektor informal memperoleh
keuntungan karena tidak membayar pajak atau kewajiban lain. ini tidak
adil untuk mereka yang bekerja di sektor formal.
2. Mereka yang etrlibat di sektor informal lebih melarat dari mereka yang
terlibat di sektor formal. Hal ini tercermin dari kondisi tempat kerja yang
buruk dan mereka tidak menerima tunjangan sosial apa pun.
Politik
1) Kehadiran mereka mendorong korupsi dan lobi politik yang
membawa akibat negatif.
2) Oleh karena kegiatan ekonomi sektor informal tidak tercatat sehingga
tidak dimasukan dalam perhitungan statistik pendapatan. Ini akan
mengurangi penilaian terhadap kinerja pemerintah sebagai pembuat
keputusan.
2.3.2 Strategi Bertahan Hidup
Suatu ilmu untuk mempertahankan diri dari berbagai bahaya atau ancaman
di alam terbuka atau alam bebas dengan menggunakan perlengkapan seadanya
dengan tujuan untuk menjaga kelangungan hidup disebut bertahan hidup.
Bertahan hidup secara bahasa berasal dari bahasa inggris yaitu Survive yang
berarti bertahan hidup (Mintzberg, 1998).
28
Scott menyebutkan teori mekanisme survival bagi petani apa yang
dilakukan merupakan suatu upaya subsistensi dan pada titik aman agar dapat
bertahan hidup. Strategi yang ditrapkan oleh petani untuk bertahan hidup dikenal
dengan ‘safety first’ atau yang berarti dahulukan selamat. Kesimpulan dari teori
ini bahwa terdapat beberapa cara yang dilakukan masyarakat miskin untuk
bertahan hidup, yaitu:
a. Mencari sumber penghasilan lain untuk menambah pemasukan meskipun
jumlah yang didapatkan tidak begitu besar.
b. Meminta bantuan dari jaringan sosial yang ada di sekitar, seperti meminta
tolong pada orang tua, anak maupun teman. Bentuk hubungan patron dan
solidaritas sosial yang kuat membantu proses adaptasi keluarga penduduk
miskin dalam menghadapi tekanan ekonomi. Dimana hubungan patron
klien yang terjadi merupakan bentuk asuransi di kalangan petani
c. Mengencangkan ikat pinggang dengan mengurangi pengeluaran untuk
kebutuhan makanan sehari-hari dan menurunkan mutu makanan yang
lebih rendah serta hanya makan sehari sekali (Scott, 1983:40).
2.3.3 Kelompok Miskin Perkotaan
Kemiskinan adalah permasalahan yang sangat kompleks yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang saling berelasi dengan pendidikan, tingkat pendapatan,
lokasi geografis, akses terhadap barang dan jasa, kondisi lingkungan dan gender.
Kemiskinan tidak dapat diajukan sebagai acuan dari ketidak mampuan ekonomi,
tetapi juga kegagalan atas pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan
bagi individu atau kelompok dalam menjalani hidupnya secara bermartabat.
29
Perkembangan kota dipengaruhi oleh proses terjadinya urbanisasi yang
dapat dilihat berdasarkan ekonomi, sosial dan aspek geografis. Berkaitan dengan
aspek geografis kota Batu mengalami pertumbuhan penduduk dan perubahan
ekonomi yang dapat dilihat dari adanya pergeseran lapangan pekerjaan dari sektor
pertanian ke non pertanian seperti perdagangan dan industri.
Sedangkan dari aspek sosial perkembangan wilayah perkotaan dapat
dilihat dari adanya perubahan pola pikir dan gaya hidup masyarakatnya. Wilayah
perkotaan yang semakin tumbuh dan berkembang juga menyebabkan
berkembangnya heterogenitas yang menunjukan perbedaan sosial penduduknya.
Heterogenitas dapat terlihat jelas dari sektor informal dan non informal perkotaan.
Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan perkotaan akibat
urbanisasi yang diperparah dengan fragmentasi perkotaan. Hal ini terkait dengan
peningkatan kebutuhan – kebutuhan yang muncul sebagai konsekuensi dari proses
urbanisasi yang terjadi, seperti kebutuhan pemenuhan fasilitas-fasilitas perkotaan
baik yang berupa fasilitas perumahan, kebutuhan penciptaan lapangan kerja,
fasilitas-fasilitas penunjangnya maupun fasilitas ekonomi.
Pembangunan dan perbaikan kota pada umumnya masih di pecahkan
melalui tindak tradisional, konvensional dan cara berfikir atau boleh dikatakan
simtematis yaitu perbaikan atau pembangunan yang dikerjakan ketika timbul
kerusakan atau muncul permasalahan. Maka dari itu untuk melakukan
pembangunan atau perbaikan daerah atau kota di indonesia perlu pemikiran baru
baru yang memadukan cara-cara bertindak yang kreatif, inovatif serta dengan
30
gagasan segar, agar kota-kota di indonesia dapat betul betul berkelanjutan. Lebih
lanjut pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengabaikan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan
mereka, dan juga perlu adanya integrasi yang efektif dari pertumbuhan,
pemberdayaan yang menciptakan kemandirian serta pemerataan dan lingkungan
yang tidak rusak.
Urbanisasi merupakan kunci permasalahan dari kelompok miskin
perkotaan yang sangat kompleks dan tidak bisa dilihat dari satu angka yang
absolut, penyebab urbanisasi yang hebat adalah seiring perkembangan kota yang
menjadi daya tarik untuk menetap di wilayah tersebut, dengan simbol destinasi
wisata, kota wisata batu terkena dampak dari urbanisasi yang cukup deras dan
menyebabkan ketimpangan dalam sektor ekonomi, pendidikan maupun fasilitas
kota, dengan simbol destinasi wisata juga meningkatkan perekonomian yang
cukup menyulitkan kalangan kelas bawah dalam bertahan hidup di wilayah
tersebut, yang pada akhirnya menyebabkan maraknya pedagang kaki lima untuk
meningkatkan atau bahkan hanya untuk bertahan hidup dalam hari harinya.
2.3.4 Landasan Teori
Menurut (Scott 1983:3) Etika Subsistensi (etika untuk bertahan hidup di
kondisi minimal) yang mendasari segala perilaku kaum tani dalam hubungan
sosial mereka di pedesaan, termasuk pembangkangan terhadap inovasi yang
datang dari penguasa mereka. Diantara para petani yang pra-kapitalis, ketakutan
akan mengalami kekurangan pangan telah menimbulkan apa yang disebut dengan
etika subsistensi. Konsekuesnsi dari suatu kehidupan yang telah mencapai batas
31
akhirnya disebut etika subsistensi, seperti contoh gagal panen yang dialami petani
tidak hanya berarti akan terjadi kekurangan pangan tetapi juga mengorbankan rasa
harga dirinya, menjual sebagian dari tanahnya atau ternaknya sehingga
memperkecil kemungkinan baginya untuk mencapai subsistensi ditahun
berikutnya dan menjadi beban bagi orang lain . Jadi dapat disimpulkan bahwa
masalah yang dihadapi keluarga petani adalah bagaimana dapat memanen beras
yang cukup yang digunakan untuk makan sehari-sehari sekeluarga, untuk
membeli beberapa kebutuhan-kebutuhan pokok dan lain sebagainya dan
memenuhi beban tagihan-tagihan yang dimiliki kepada pihak luar (Scott: 1983: 3).
Banyaknya hasil panen yang didapat oleh suatu keluarga berhantung pada
nasib akan tetapi tradisi yang sudah terbentuk selama berabad-abad pada keluarga
petani mengenai pemilihan atau pengolahan jenis bibit, cara bercocok tanam, dan
penetapan waktu yang sudah diwariskan sejak dulu dengan tujuan menghasilkan
panen yang baik dan dapat diandalkan berdasarkan keadaan.
Moral ekonomi petani di dasarkan atas norma resiprositas dan norma
subsistensi karena apabila seorang petani mengalami suatu permasalahan yang
dapat berdampak merugikan kelangsungan hidupnya, maka mereka akan menjual
dan menggadai harta benda mereka. Hal ini disebabkan oleh norma subsistensi.
Sedangkan resiprositas akan timbul apabila ada sebagian dari anggota masyarakat
menghendaki adanya bantuan dari anggota masyarakat yang lain. Hal ini akan
menyebabkan berbagai etika dan perilaku dari para petani. Petani adalah manusia
yang terikat sangat statis dan aktivitasnya sangat tergantung pada norma-norma
yang cenderung menghindari resiko dan rasionalitas (Scott: 1983: 3).
32
Survival of the fittest merujuk pada seleksi makhluk hidup secara alami
yang menghadapi evolusi, terlihat masih relevan saat ini dalam konteks yang
berbeda. Bukan yang paling kuat dalam menahan hempasan musim atau bahkan
adu otot melainkan mereka yang peka terhadap perubahan sosial dan teknologi
yang tanpa batas yang dapat membaca peluang untuk mendapatkan keuntungan.
Seperti contoh perusahaan besar yang mengalami kemunduran yaitu perusahaan
taksi di hajar oleh perusahaan digital dan komunitas tanpa armada satupun.
Inti dari teori ini adalah bagaimana memposisikan diri dalam menghadapi
perubahan ekonomi atau sosial dan tetap bisa bersaing di dalamnya. Atau hanya
staknan dalam kondisi tertentu tanpa adanya inovasi yang dibuat dan tinggal
menikmati sisa-sisa kejayaan yang pernah dicapai.
1.1 Skema: Moral Ekonomi Petani menurut James Scott yang dikembangkan oleh
1.2 peneliti
Petani
Etika Subsistensi
Kekhawatiran akan
Kekurangan Pangan Eksploisitas dan
Keadilan Ekonomi
Nilai Moral
Subsistensi
Nilai Moral
Resiprositas
Bertahan hidup demi
tercapainya kebutuhan
33
Teori Scott juga banyak mengalami pro dan kontra, adapun Samuel L.
Popkin seorang antropolog sejarah yang menentang teori scott dengan
menunjukan contoh respon-respon petani selama periode kolonial vietnam.
Menurutnya kerangka scott tidak dapat di aplikasikan terhadap petani pada
umumnya. Para petani tetap mempunyai pandangan kedepan, memimpin dan
dipimpin dengan baik, berdiri secara mapan, terinstitusionalisasi, mempunyai
institusi supra lokal, dan melibatkan para petani kaya serta anggota-anggota elit
pedesaan lainya (scott 1979:322).
Ada juga yang mendukung dan membenarkan tentang pandangan Scott
adalah Dieter Ever yang membenarkan tentang pandangan Scott, dia mengatakan
masyarakat petani pada umumnya dicirikan dengan tingkat solidaritas yang tinggi
dan dengan suatu sistem nilai yang menekankan tolong menolong, pemilikan
bersama sumber daya dan keamanan subsistensi. Dalam kondisi seperti ini
pedagang menghadapi dilema, yaitu memilih antara memenuhi kewajiban moral
kepada kerabat-kerabat dan tetangga-tetangga untuk menikmati bersama
pendapatan yang di perolehnya sendiri disatu pihak dan untuk mengakumulasikan
modal dalam wujud barang dan uang di pihak lain (Ever 1994:10).
Teori ini direlevansikan terhadap kalangan pedagang kaki lima yang
peneliti ambil yang mana terdapat juga subsistensi dan norma resiprositas yang
dimana apabila dagangan dalam keadaan rugi maka mereka akan menggadaikan
hartanya atau menjual. Para pedagang kaki lima juga termasuk dalam keadaan
34
atau merugikan dan harus hidup dalam keadaan dibawah apabila tidak sanggup
mengikuti persaingan dagang dan pasar kapitalistik merusak moral ekonomi.
Scott menjelaskan bahwa keluarga petani harus dapat bertahan melalui
tahun-tahun dimana hasil panennya atau sumber-sumber lainnya tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Maka mereka dapat mengikat
sabuk mereka lebih kencang lagi dengan makan hanya sekali dalam sehari dan
beralih ke makanan dengan mutu lebih rendah (Scott,1989: 40-41).
Dalam teori ini James Scott menyimpulkan bahwa terdapat beberapa cara
yang dilakukan masyarakat miskin untuk bertahan hidup, yaitu:
1) Mencari sumber penghasilan lain untuk menambah pemasukan meskipun
jumlah yang didapatkan tidak begitu besar. Menggunakan alternatif subsistem
yaitu swadaya yang mencakup kegiatan seperti berjualan kecil-kecilan,
bekerja sebagai tukang, sebagai buruh lepas, atau melakukan migrasi untuk
mencari pekerjaan
2) Mengencangkan ikat pinggang dengan mengurangi pengeluaran untuk
kebutuhan makanan sehari-hari dan menurunkan mutu makanan yang lebih
rendah serta hanya makan sehari sekali.
3) Meminta bantuan dari jaringan sosial yang ada di sekitar, seperti meminta
tolong pada orang tua, anak maupun teman. Bentuk hubungan patron dan
solidaritas sosial yang kuat membantu proses adaptasi keluarga penduduk
miskin dalam menghadapi tekanan ekonomi. Dimana hubungan patron klien
yang terjadi merupakan bentuk asuransi di kalangan petani (Scott, 1983:40).