bab ii kajian pustaka 2.1 konsep-konsep dan … bab ii kajian pustaka 2.1 konsep-konsep dan definisi...
TRANSCRIPT
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Konsep-konsep dan definisi
211 Produktivitas pertanian
Teori historiografi dan bukti empiris menunjukkan bahwa pertanian
mempunyai peran besar bagi pembangunan ekonomi suatu negara Sektor
industri dapat saja secara substansial tidak mengalami perkembangan atau
bahkan akan mati saat produktivitas pertanian berada pada tingkat terendah
Sejarah secara global menunjukkan bahwa sektor industri baru dapat
berkembang saat sistem pertanian tradisional telah berubah menjadi sistem
pertanian modern dengan menerapkan teknologi canggihKarena itulah
peningkatan produktivitas pertanian menjadi fokus utama pembangunan di
banyak negara (Ang 2013)
Kemampuan sektor pertanian dalam peningkatan produksi dan
pengentasan kemiskinan akan ditentukan oleh tiga faktor yaitu 1)
kemampuan mengatasi kendala pengembangan produksi 2) kapasitas
dalam melakukan reorientasi dan implementasi arah dan tujuan
pengembangan agribisnis padi dan 3) keberhasilan pelaksanaan program
diversifikasi usaha tani di lahan sawah dengan mempertimbangkan
komoditas alternatif nonpadi seperti palawija dan asparagus Kebijakan
strategis yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah 1) memfasilitasi
pengembangan infrastruktur fisik dan kelembagaan perbaikan sistem
insentif usaha tani dan mendorong pengembangan agroindustri padat
tenaga kerja di pedesaan 2)reorientasi arah dan tujuan pengembangan agribisnis padi
dengan sasaran peningkatan pendapatan dan ketahanan pangan rumah tangga petani padi
serta sebagai wahana dinamisasi perekonomian desa dan 3) pengembangan infrastruktur
(fisik dan kelembagaan) teknologi permodalan kebijakan stabilisasi dan penyuluhan
untuk komoditas alternatif nonpadi yang bernilai ekonomi tinggi tetapi memiliki risiko
yang besar (Sudaryanto 2006)
Peningkatan produktivitas yang signifikan dari waktu ke waktu telah dipercaya dapat
meningkatkan kualitas pembangunan di sektor manufaktur pada sebuah negara Pertanian
di banyak negara merupakan sumber pendapatan pajak yang dapat membiayai
pembangunan infrastruktur sebuah negara Peningkatan produktivitas pertanian dapat
menimbulkan efek positif bagi pertumbuhan ekonomi negara Ini tentunya dapat dilakukan
dengan menciptakan keunggulan kompetitif dari komoditas pertanian yang dihasilkan
(Chang 2006)
Peningkatan produktivitas pertanian pada semua komoditas telah menjadi perhatian
selama 50 tahun terakhir ini Perhatian ini diberikan agar tidak terjadi ketimpangan antara
pertumbuhan jumlah penduduk dengan ketersediaan bahan pangan Selama lima puluh
tahun terakhir hingga tahun 2010 telah terjadi peningkatan yang signifikan pada
pertumbuhan produktivitas pertanian Iindikasinya adalah dengan makin terjangkaunya
seluruh produk pertanian pada semua lapisan masayarakat Pertumbuhan produktivitas
pertanian memerlukan dukungan berupa ketersediaan lahan tenaga kerja pupuk energi
dan permodalan (Fuglie 2012)
212 Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi
Sektor pertanian berperan sangat penting dalam pembangunan ekonomi khususnya
pada negara-negara yang sedang berkembang Kuznets (dalam Ghatak 1984) mengatakan
bahwa sektor pertanian dalam negara yang sedang berkembang mempunyai empat kemampuan
potensial dalam memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan nasional
Keempat kontribusi itu adalah
1) Kontribusi Produk
Ekspansi dalam sektor non pertanian sangat berkaitan dengan sektor pertanian Sektor
pertanian tidak saja secara kontinyu dalam meningkatkan persediaan bahan pangan juga
untuk menyediakan bahan mentah untuk produk industri seperti tekstil Kontribusi produk
sektor pertanian ditunjukkan oleh sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan
Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga keterkaitan (linkages) sektor pertanian terhadap
sector lainnya
2) Kontribusi Pasar
Oleh karena adanya bias ekonomi pada tahap awal pembangunan sektor pertanian
secara substansial memberikan kontribusi terhadap pasar Kontribusi ini ditunjukkan oleh
pengeluaran petani untuk barang-barang industri baik untuk konsumsi maupun sebagai
input antara Dipihak lain sektor pertanian juga menjual outputnya untuk keperluan sektor
lainnya
3) Kontribusi Faktor
Sebagai sektor yang paling tua sektor pertanian menyumbangkan outputnya untuk
faktor produksi kepada sektor lainnya Kontribusi tersebut dapat berupa kapital dan juga
tenaga kerja termasuk sumberdaya manusia Transfer kapital terjadi karena surplus pada
sektor pertanian disumbangkan kepada sektor non pertanian hal ini disebabkan karena
sektor non pertanian umumnya mempunyai permintaan kapital yang lebih elastis
dibandingkan pada sektor pertanian Transfer tenaga kerja dari sektor pertanian
disumbangkan ke sektor non pertanian hal ini disebabkan karena sektor non pertanian
umumnya mempunyai persediaan tenaga kerja yang berlimpah Dengan tingkat upah
yang rendah pada sektor pertanian maka tenaga kerja akan terdorong untuk pindah dari
sektor pertanian ke sektor non pertanian
4) Kontribusi Devisa
Pada negara-negara yang sedang berkembang sektor pertanian sangat berperan dalam
menyumbangkan devisa karena ekspor utama negara-negara yang sedang berkembang
adalah komoditas pertanian Devisa hasil ekspor komoditas pertanian ini umumnya
digunakan untuk membiayai pembangunan sektor-sektor non pertanian Hal ini pertama
disebabkan karena ekspansi produksi pada komoditas ekspor pertanian seperti kopi kakao
atau kapas dapat dilakukan dengan sistem perluasan tanaman secara subsistem (largely
subsistence cropping system) untuk menghindari investasi baru Kedua karena sektor
pertanian umumnya sering menggunakan tambahan modal yang relatif sedikit
213 Pembangunan Pertanian
Mosher (1981) mengatakan bahwa pembangunan pertanian merupakan bagian
integral dari pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum Hal ini dimaksudkan bahwa
pembangunan pertanian menjamin pembangunan menyeluruh itu (overall development) akan
benar-benar bersifat umum yang mana penduduk yang hidup dari bertani jumlahnya besar di
berbagai negara dan dalam beberapa tahun mendatang akan terus hidup bertani
Untuk melaksanakan pembangunan pertanian tidak dapat hanya oleh petani saja
tetapi lebih lanjut makin lama petani makin tergantung pada pihak- pihak di luar seperti untuk
memenuhi kebutuhan pupuk bibit unggul saluran irigasi obat-obatan alat mesin pertanian dan
lain-lain Demikian pula hasilnya harus dijual ke pasar pengetahuan diperoleh dari sekolah atau
universitas dinas pertanian petugas penyuluh lapangan dan sebagainya Dengan demikian agar
sektor pertanian dapat maju diperlukan interaksi yang positif antara bidang pertanian dengan
bidang-bidang lainnya (Hadisapoetro 1973)
Dalam membangun pertanian Mosher (1981) menyebutkan tidak bisa lepas dari
penggunaan teknologi baru Hal ini disebabkan karena preferensi konsumen akan produk
pertanian sangat dinamis atau cepat berubah Berkaitan dengan hal itu lima faktor pokok yang
perlu diperhatikan dan senantiasa dipenuhi dalam pembangunan pertanian yaitu
a) Adanya pasar produk pertanian b) Adanya teknologi yang selalu berubah yang dikuasai petani
c) Adanya ketersediaan sarana produksi secara lokal
d) Adanya insentif produksi bagi petani
e) Adanya transport yang memadai
Menurut JH Boeke (dalam Mubyarto 1987) di Indonesia terdapat sistem dualisme
ekonomi atau dua sistem ekonomi yang berbeda namun berdampingan kuat Orang-orang
Indonesia pada dasarnya bersifat tradisional dan kebutuhannya yang menonjol adalah
kebutuhan sosial Oleh karena itu pemecahan masalah pembangunan pertanian di Indonesia
yang menyangkut aspek sosial ekonomi budaya dan politik dilakukan dengan pendekatan teori
ekonomi dualisme Boeke karena teori ekonomi barat dianggap tidak cocok bagi sebagian besar
masalah - masalah yang dihadapi di Indonesia Oleh sebab itu diusulkan dikembangkannya teori
ekonomi dan teori pembangunan ekonomi tersendiri bagi Indonesia Menurut Boeke implikasi
kebijakan berlakunya teori ekonomi dualisme adalah pertama pada suatu kebijakan tidak
mungkin diberlakukan di seluruh negara kedua kebijakan yang memberikan manfaat pada
suatu kelompok masyarakat mungkin dapat merugikan kelompok lainnya
Kelangsungan hidup sektor pertanian tidak bisa lepas dari perkembangan global Menurut
Soekartawi (2004) delapan aspek yang perlu diantisipasi pada era global sekarang ini dan
masa mendatang khususnya dalam bidang pertanian yaitu
a) Pentingnya penguasaan teknologi dan informasi
b) Meningkatnya jumlah key players di sektor pertanian
c) Meningkatnya perubahan preferensi konsumen pada produk-produk pertanian
d) Perubahan harga yang cepat karena munculnya key players baru di
perdagangan produk-produk pertanian
e) Meningkatnya kesadaran kesehatan menyebabkan perubahan kualitas produk
pertanian
f) Perubahan iklim yang kini mulai sulit diprediksi
g) Pembiayaan usahatani yang sudah terlanjur mahal karena ekonomi biaya tinggi
h) Menyempitnya lahan pertanian
Dalam upaya menjaga kelangsungan hidup sektor pertanian Mangunwidjaja dan Sailah
(2005) menyebutkan bahwa visi pembangunan pertanian abad ke-21 yang masih tetap aktual
untuk dijadikan salah satu acuan pembangunan pertanian saat ini atau pada masa yang akan
datang adalah
a) Menciptakan produk dan jasa pertanian yang berdaya saing tinggi
b) Memelihara kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan pertanian
c) Meningkatkan dan pemerataan kesejahteraan bangsa dan rakyat Indonesia pada
umumnya dan pelaku pertanian pada khususnya
d) Meningkatkan kontribusi pertanian dalam ekonomi nasional
Model pembangunan yang berlangsung selama ini menurut Hafsah (2008) menyebabkan
laju perkembangan sektor pertanian berjalan relatif lamban Oleh karena itu petani produsen di
tingkat on-farm belum semua menjadi sejahtera karena masih ada yang belum keluar dari
lingkaran kemiskinan Oleh karena itu pembangunan pertanian mendatang tidak saja sebagai
sektor pendukung tetapi harus menjadi fundamen dan motor penggerak perekonomian nasional
Berkaitan dengan hal itu paradigma pembangunan pertanian ke depan seyogyanya berorientasi
pada terwujudnya pertanian modern yang berbudaya industri berkelanjutan dengan bertumpu
pada kemampuan bangsa untuk mensejahterakan masyarakat Demikian juga pembangunan
pertanian ke depan juga harus dilakukan melalui upaya-upaya perubahan struktural secara
sistematis dan komprehensif serta lintas sektoral yakni berdasarkan sistem pengambilan
keputusan yang terpadu dan terkoordinasi secara efektif guna tercapainya tujuan pembangunan
pertanian yang berdaya saing berkerakyatan berkeadilan serta berkelanjutan
214 Petani Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau
seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani
pertanian peternakan perikanan dan pemungutan hasil laut Peranan petani sebagai pengelola
usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang
diketahui (Hernanto 1993) Menurut Samsudin (1982) yang dimaksud dengan petani adalah
mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian menguasai
suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri baik dengan
tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) yang
menyatakan bahwa petani adalah penduduk atau orang-orang yang secara de facto memiliki
atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-
faktor produksi pertanian (meliputi tanah berikut faktor alam yang melingkupinya tenaga
kerja termasuk organisasi dan skill modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara
mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain
Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak
(multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga Sebagai kepala
keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada
semua anggota rumah tangganya Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan
kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar
pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani
Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan
sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher 1981)
Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah
pertanian menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan
sendiri maupun dengan tenaga bayaran Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa
bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin 1982) Menurut Horton dan Hunt (1999) ada
petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan peralatan
dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas
untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan
Istilah rdquopetanirdquo dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan
definisi yang beragam Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai
kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan Moore mencatat tiga
karakteristik petani yaitu subordinasi legal kekhususan kultural dan pemilikan de facto atas
tanah Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan penduduk yang secara
eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok
tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)
Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri
yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus
petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah
pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang
bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra
dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan
rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya
lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi
juga lemah dalam semangatnya untuk maju
Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia
sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah
bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat
petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap
paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan
mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka
masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan
(Robert 1985)
Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri
terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna
kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh
kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok
maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan
norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya
dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke
tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak
Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab
terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan
bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk
mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan
mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya
gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi
hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya
nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling
tergantung antar petani
Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah
cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di
Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi
petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan
yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka
Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat
dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal
215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus
Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status
sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat
dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan
kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan
yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang
diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat
penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)
Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan
status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan
pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama
dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa
status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep
kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah
mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan
Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi
budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk
mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada
kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini
dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat
pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam
menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam
memilih komoditas pertanian
Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti
yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih
antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan
yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan
modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena
itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa
usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan
yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang
mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan
modal (Yatno et al 2003)
Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari
diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat
1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu
melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan
lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat
dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya
Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan
ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun
swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu
Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari
lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan
sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan
kebudayaan dalam lingkungannya
Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani
terdiri dari
a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil
b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian
c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain
d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian
Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk
mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik
secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak
langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan
mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana
produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat
dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran
hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya
informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang
pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah
peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan
keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya
Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung
bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan
bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi
Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang
untuk melakukan tindakan yang diinginkan
Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai
kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh
dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan
motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar
seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih
mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para
penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani
apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya
Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani
(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang
mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan
non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)
terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
kebutuhan ekonomi dan sosiologis
216 Asparagus
Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan
dari asparagus
1) Kaya nutrisi
Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta
chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut
glukosa dari aliran darah ke dalam sel
2) Memiliki zat antikanker
Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu
memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah
sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan
bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-
paru
3) Kaya antioksidan
Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan
sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini
menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan
4) Memiliki sifat antipenuaan
Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang
lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan
kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang
bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu
untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts
University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan
hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih
baik dan fleksibilitas mental yang baik
5) Diuretik alami
Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam
amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya
melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini
sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan
tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun
perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat
Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan
antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis
tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa
garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab
garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung
2013)
Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat
celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang
memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan
Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian
khusus
217 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
tenaga kerja di pedesaan 2)reorientasi arah dan tujuan pengembangan agribisnis padi
dengan sasaran peningkatan pendapatan dan ketahanan pangan rumah tangga petani padi
serta sebagai wahana dinamisasi perekonomian desa dan 3) pengembangan infrastruktur
(fisik dan kelembagaan) teknologi permodalan kebijakan stabilisasi dan penyuluhan
untuk komoditas alternatif nonpadi yang bernilai ekonomi tinggi tetapi memiliki risiko
yang besar (Sudaryanto 2006)
Peningkatan produktivitas yang signifikan dari waktu ke waktu telah dipercaya dapat
meningkatkan kualitas pembangunan di sektor manufaktur pada sebuah negara Pertanian
di banyak negara merupakan sumber pendapatan pajak yang dapat membiayai
pembangunan infrastruktur sebuah negara Peningkatan produktivitas pertanian dapat
menimbulkan efek positif bagi pertumbuhan ekonomi negara Ini tentunya dapat dilakukan
dengan menciptakan keunggulan kompetitif dari komoditas pertanian yang dihasilkan
(Chang 2006)
Peningkatan produktivitas pertanian pada semua komoditas telah menjadi perhatian
selama 50 tahun terakhir ini Perhatian ini diberikan agar tidak terjadi ketimpangan antara
pertumbuhan jumlah penduduk dengan ketersediaan bahan pangan Selama lima puluh
tahun terakhir hingga tahun 2010 telah terjadi peningkatan yang signifikan pada
pertumbuhan produktivitas pertanian Iindikasinya adalah dengan makin terjangkaunya
seluruh produk pertanian pada semua lapisan masayarakat Pertumbuhan produktivitas
pertanian memerlukan dukungan berupa ketersediaan lahan tenaga kerja pupuk energi
dan permodalan (Fuglie 2012)
212 Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi
Sektor pertanian berperan sangat penting dalam pembangunan ekonomi khususnya
pada negara-negara yang sedang berkembang Kuznets (dalam Ghatak 1984) mengatakan
bahwa sektor pertanian dalam negara yang sedang berkembang mempunyai empat kemampuan
potensial dalam memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan nasional
Keempat kontribusi itu adalah
1) Kontribusi Produk
Ekspansi dalam sektor non pertanian sangat berkaitan dengan sektor pertanian Sektor
pertanian tidak saja secara kontinyu dalam meningkatkan persediaan bahan pangan juga
untuk menyediakan bahan mentah untuk produk industri seperti tekstil Kontribusi produk
sektor pertanian ditunjukkan oleh sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan
Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga keterkaitan (linkages) sektor pertanian terhadap
sector lainnya
2) Kontribusi Pasar
Oleh karena adanya bias ekonomi pada tahap awal pembangunan sektor pertanian
secara substansial memberikan kontribusi terhadap pasar Kontribusi ini ditunjukkan oleh
pengeluaran petani untuk barang-barang industri baik untuk konsumsi maupun sebagai
input antara Dipihak lain sektor pertanian juga menjual outputnya untuk keperluan sektor
lainnya
3) Kontribusi Faktor
Sebagai sektor yang paling tua sektor pertanian menyumbangkan outputnya untuk
faktor produksi kepada sektor lainnya Kontribusi tersebut dapat berupa kapital dan juga
tenaga kerja termasuk sumberdaya manusia Transfer kapital terjadi karena surplus pada
sektor pertanian disumbangkan kepada sektor non pertanian hal ini disebabkan karena
sektor non pertanian umumnya mempunyai permintaan kapital yang lebih elastis
dibandingkan pada sektor pertanian Transfer tenaga kerja dari sektor pertanian
disumbangkan ke sektor non pertanian hal ini disebabkan karena sektor non pertanian
umumnya mempunyai persediaan tenaga kerja yang berlimpah Dengan tingkat upah
yang rendah pada sektor pertanian maka tenaga kerja akan terdorong untuk pindah dari
sektor pertanian ke sektor non pertanian
4) Kontribusi Devisa
Pada negara-negara yang sedang berkembang sektor pertanian sangat berperan dalam
menyumbangkan devisa karena ekspor utama negara-negara yang sedang berkembang
adalah komoditas pertanian Devisa hasil ekspor komoditas pertanian ini umumnya
digunakan untuk membiayai pembangunan sektor-sektor non pertanian Hal ini pertama
disebabkan karena ekspansi produksi pada komoditas ekspor pertanian seperti kopi kakao
atau kapas dapat dilakukan dengan sistem perluasan tanaman secara subsistem (largely
subsistence cropping system) untuk menghindari investasi baru Kedua karena sektor
pertanian umumnya sering menggunakan tambahan modal yang relatif sedikit
213 Pembangunan Pertanian
Mosher (1981) mengatakan bahwa pembangunan pertanian merupakan bagian
integral dari pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum Hal ini dimaksudkan bahwa
pembangunan pertanian menjamin pembangunan menyeluruh itu (overall development) akan
benar-benar bersifat umum yang mana penduduk yang hidup dari bertani jumlahnya besar di
berbagai negara dan dalam beberapa tahun mendatang akan terus hidup bertani
Untuk melaksanakan pembangunan pertanian tidak dapat hanya oleh petani saja
tetapi lebih lanjut makin lama petani makin tergantung pada pihak- pihak di luar seperti untuk
memenuhi kebutuhan pupuk bibit unggul saluran irigasi obat-obatan alat mesin pertanian dan
lain-lain Demikian pula hasilnya harus dijual ke pasar pengetahuan diperoleh dari sekolah atau
universitas dinas pertanian petugas penyuluh lapangan dan sebagainya Dengan demikian agar
sektor pertanian dapat maju diperlukan interaksi yang positif antara bidang pertanian dengan
bidang-bidang lainnya (Hadisapoetro 1973)
Dalam membangun pertanian Mosher (1981) menyebutkan tidak bisa lepas dari
penggunaan teknologi baru Hal ini disebabkan karena preferensi konsumen akan produk
pertanian sangat dinamis atau cepat berubah Berkaitan dengan hal itu lima faktor pokok yang
perlu diperhatikan dan senantiasa dipenuhi dalam pembangunan pertanian yaitu
a) Adanya pasar produk pertanian b) Adanya teknologi yang selalu berubah yang dikuasai petani
c) Adanya ketersediaan sarana produksi secara lokal
d) Adanya insentif produksi bagi petani
e) Adanya transport yang memadai
Menurut JH Boeke (dalam Mubyarto 1987) di Indonesia terdapat sistem dualisme
ekonomi atau dua sistem ekonomi yang berbeda namun berdampingan kuat Orang-orang
Indonesia pada dasarnya bersifat tradisional dan kebutuhannya yang menonjol adalah
kebutuhan sosial Oleh karena itu pemecahan masalah pembangunan pertanian di Indonesia
yang menyangkut aspek sosial ekonomi budaya dan politik dilakukan dengan pendekatan teori
ekonomi dualisme Boeke karena teori ekonomi barat dianggap tidak cocok bagi sebagian besar
masalah - masalah yang dihadapi di Indonesia Oleh sebab itu diusulkan dikembangkannya teori
ekonomi dan teori pembangunan ekonomi tersendiri bagi Indonesia Menurut Boeke implikasi
kebijakan berlakunya teori ekonomi dualisme adalah pertama pada suatu kebijakan tidak
mungkin diberlakukan di seluruh negara kedua kebijakan yang memberikan manfaat pada
suatu kelompok masyarakat mungkin dapat merugikan kelompok lainnya
Kelangsungan hidup sektor pertanian tidak bisa lepas dari perkembangan global Menurut
Soekartawi (2004) delapan aspek yang perlu diantisipasi pada era global sekarang ini dan
masa mendatang khususnya dalam bidang pertanian yaitu
a) Pentingnya penguasaan teknologi dan informasi
b) Meningkatnya jumlah key players di sektor pertanian
c) Meningkatnya perubahan preferensi konsumen pada produk-produk pertanian
d) Perubahan harga yang cepat karena munculnya key players baru di
perdagangan produk-produk pertanian
e) Meningkatnya kesadaran kesehatan menyebabkan perubahan kualitas produk
pertanian
f) Perubahan iklim yang kini mulai sulit diprediksi
g) Pembiayaan usahatani yang sudah terlanjur mahal karena ekonomi biaya tinggi
h) Menyempitnya lahan pertanian
Dalam upaya menjaga kelangsungan hidup sektor pertanian Mangunwidjaja dan Sailah
(2005) menyebutkan bahwa visi pembangunan pertanian abad ke-21 yang masih tetap aktual
untuk dijadikan salah satu acuan pembangunan pertanian saat ini atau pada masa yang akan
datang adalah
a) Menciptakan produk dan jasa pertanian yang berdaya saing tinggi
b) Memelihara kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan pertanian
c) Meningkatkan dan pemerataan kesejahteraan bangsa dan rakyat Indonesia pada
umumnya dan pelaku pertanian pada khususnya
d) Meningkatkan kontribusi pertanian dalam ekonomi nasional
Model pembangunan yang berlangsung selama ini menurut Hafsah (2008) menyebabkan
laju perkembangan sektor pertanian berjalan relatif lamban Oleh karena itu petani produsen di
tingkat on-farm belum semua menjadi sejahtera karena masih ada yang belum keluar dari
lingkaran kemiskinan Oleh karena itu pembangunan pertanian mendatang tidak saja sebagai
sektor pendukung tetapi harus menjadi fundamen dan motor penggerak perekonomian nasional
Berkaitan dengan hal itu paradigma pembangunan pertanian ke depan seyogyanya berorientasi
pada terwujudnya pertanian modern yang berbudaya industri berkelanjutan dengan bertumpu
pada kemampuan bangsa untuk mensejahterakan masyarakat Demikian juga pembangunan
pertanian ke depan juga harus dilakukan melalui upaya-upaya perubahan struktural secara
sistematis dan komprehensif serta lintas sektoral yakni berdasarkan sistem pengambilan
keputusan yang terpadu dan terkoordinasi secara efektif guna tercapainya tujuan pembangunan
pertanian yang berdaya saing berkerakyatan berkeadilan serta berkelanjutan
214 Petani Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau
seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani
pertanian peternakan perikanan dan pemungutan hasil laut Peranan petani sebagai pengelola
usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang
diketahui (Hernanto 1993) Menurut Samsudin (1982) yang dimaksud dengan petani adalah
mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian menguasai
suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri baik dengan
tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) yang
menyatakan bahwa petani adalah penduduk atau orang-orang yang secara de facto memiliki
atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-
faktor produksi pertanian (meliputi tanah berikut faktor alam yang melingkupinya tenaga
kerja termasuk organisasi dan skill modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara
mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain
Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak
(multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga Sebagai kepala
keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada
semua anggota rumah tangganya Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan
kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar
pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani
Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan
sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher 1981)
Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah
pertanian menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan
sendiri maupun dengan tenaga bayaran Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa
bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin 1982) Menurut Horton dan Hunt (1999) ada
petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan peralatan
dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas
untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan
Istilah rdquopetanirdquo dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan
definisi yang beragam Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai
kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan Moore mencatat tiga
karakteristik petani yaitu subordinasi legal kekhususan kultural dan pemilikan de facto atas
tanah Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan penduduk yang secara
eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok
tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)
Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri
yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus
petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah
pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang
bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra
dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan
rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya
lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi
juga lemah dalam semangatnya untuk maju
Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia
sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah
bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat
petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap
paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan
mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka
masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan
(Robert 1985)
Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri
terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna
kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh
kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok
maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan
norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya
dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke
tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak
Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab
terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan
bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk
mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan
mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya
gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi
hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya
nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling
tergantung antar petani
Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah
cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di
Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi
petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan
yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka
Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat
dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal
215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus
Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status
sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat
dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan
kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan
yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang
diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat
penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)
Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan
status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan
pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama
dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa
status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep
kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah
mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan
Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi
budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk
mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada
kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini
dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat
pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam
menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam
memilih komoditas pertanian
Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti
yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih
antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan
yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan
modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena
itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa
usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan
yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang
mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan
modal (Yatno et al 2003)
Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari
diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat
1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu
melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan
lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat
dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya
Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan
ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun
swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu
Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari
lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan
sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan
kebudayaan dalam lingkungannya
Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani
terdiri dari
a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil
b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian
c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain
d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian
Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk
mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik
secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak
langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan
mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana
produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat
dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran
hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya
informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang
pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah
peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan
keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya
Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung
bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan
bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi
Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang
untuk melakukan tindakan yang diinginkan
Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai
kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh
dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan
motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar
seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih
mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para
penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani
apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya
Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani
(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang
mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan
non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)
terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
kebutuhan ekonomi dan sosiologis
216 Asparagus
Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan
dari asparagus
1) Kaya nutrisi
Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta
chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut
glukosa dari aliran darah ke dalam sel
2) Memiliki zat antikanker
Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu
memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah
sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan
bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-
paru
3) Kaya antioksidan
Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan
sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini
menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan
4) Memiliki sifat antipenuaan
Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang
lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan
kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang
bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu
untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts
University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan
hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih
baik dan fleksibilitas mental yang baik
5) Diuretik alami
Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam
amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya
melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini
sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan
tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun
perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat
Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan
antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis
tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa
garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab
garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung
2013)
Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat
celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang
memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan
Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian
khusus
217 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
pada negara-negara yang sedang berkembang Kuznets (dalam Ghatak 1984) mengatakan
bahwa sektor pertanian dalam negara yang sedang berkembang mempunyai empat kemampuan
potensial dalam memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan nasional
Keempat kontribusi itu adalah
1) Kontribusi Produk
Ekspansi dalam sektor non pertanian sangat berkaitan dengan sektor pertanian Sektor
pertanian tidak saja secara kontinyu dalam meningkatkan persediaan bahan pangan juga
untuk menyediakan bahan mentah untuk produk industri seperti tekstil Kontribusi produk
sektor pertanian ditunjukkan oleh sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan
Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga keterkaitan (linkages) sektor pertanian terhadap
sector lainnya
2) Kontribusi Pasar
Oleh karena adanya bias ekonomi pada tahap awal pembangunan sektor pertanian
secara substansial memberikan kontribusi terhadap pasar Kontribusi ini ditunjukkan oleh
pengeluaran petani untuk barang-barang industri baik untuk konsumsi maupun sebagai
input antara Dipihak lain sektor pertanian juga menjual outputnya untuk keperluan sektor
lainnya
3) Kontribusi Faktor
Sebagai sektor yang paling tua sektor pertanian menyumbangkan outputnya untuk
faktor produksi kepada sektor lainnya Kontribusi tersebut dapat berupa kapital dan juga
tenaga kerja termasuk sumberdaya manusia Transfer kapital terjadi karena surplus pada
sektor pertanian disumbangkan kepada sektor non pertanian hal ini disebabkan karena
sektor non pertanian umumnya mempunyai permintaan kapital yang lebih elastis
dibandingkan pada sektor pertanian Transfer tenaga kerja dari sektor pertanian
disumbangkan ke sektor non pertanian hal ini disebabkan karena sektor non pertanian
umumnya mempunyai persediaan tenaga kerja yang berlimpah Dengan tingkat upah
yang rendah pada sektor pertanian maka tenaga kerja akan terdorong untuk pindah dari
sektor pertanian ke sektor non pertanian
4) Kontribusi Devisa
Pada negara-negara yang sedang berkembang sektor pertanian sangat berperan dalam
menyumbangkan devisa karena ekspor utama negara-negara yang sedang berkembang
adalah komoditas pertanian Devisa hasil ekspor komoditas pertanian ini umumnya
digunakan untuk membiayai pembangunan sektor-sektor non pertanian Hal ini pertama
disebabkan karena ekspansi produksi pada komoditas ekspor pertanian seperti kopi kakao
atau kapas dapat dilakukan dengan sistem perluasan tanaman secara subsistem (largely
subsistence cropping system) untuk menghindari investasi baru Kedua karena sektor
pertanian umumnya sering menggunakan tambahan modal yang relatif sedikit
213 Pembangunan Pertanian
Mosher (1981) mengatakan bahwa pembangunan pertanian merupakan bagian
integral dari pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum Hal ini dimaksudkan bahwa
pembangunan pertanian menjamin pembangunan menyeluruh itu (overall development) akan
benar-benar bersifat umum yang mana penduduk yang hidup dari bertani jumlahnya besar di
berbagai negara dan dalam beberapa tahun mendatang akan terus hidup bertani
Untuk melaksanakan pembangunan pertanian tidak dapat hanya oleh petani saja
tetapi lebih lanjut makin lama petani makin tergantung pada pihak- pihak di luar seperti untuk
memenuhi kebutuhan pupuk bibit unggul saluran irigasi obat-obatan alat mesin pertanian dan
lain-lain Demikian pula hasilnya harus dijual ke pasar pengetahuan diperoleh dari sekolah atau
universitas dinas pertanian petugas penyuluh lapangan dan sebagainya Dengan demikian agar
sektor pertanian dapat maju diperlukan interaksi yang positif antara bidang pertanian dengan
bidang-bidang lainnya (Hadisapoetro 1973)
Dalam membangun pertanian Mosher (1981) menyebutkan tidak bisa lepas dari
penggunaan teknologi baru Hal ini disebabkan karena preferensi konsumen akan produk
pertanian sangat dinamis atau cepat berubah Berkaitan dengan hal itu lima faktor pokok yang
perlu diperhatikan dan senantiasa dipenuhi dalam pembangunan pertanian yaitu
a) Adanya pasar produk pertanian b) Adanya teknologi yang selalu berubah yang dikuasai petani
c) Adanya ketersediaan sarana produksi secara lokal
d) Adanya insentif produksi bagi petani
e) Adanya transport yang memadai
Menurut JH Boeke (dalam Mubyarto 1987) di Indonesia terdapat sistem dualisme
ekonomi atau dua sistem ekonomi yang berbeda namun berdampingan kuat Orang-orang
Indonesia pada dasarnya bersifat tradisional dan kebutuhannya yang menonjol adalah
kebutuhan sosial Oleh karena itu pemecahan masalah pembangunan pertanian di Indonesia
yang menyangkut aspek sosial ekonomi budaya dan politik dilakukan dengan pendekatan teori
ekonomi dualisme Boeke karena teori ekonomi barat dianggap tidak cocok bagi sebagian besar
masalah - masalah yang dihadapi di Indonesia Oleh sebab itu diusulkan dikembangkannya teori
ekonomi dan teori pembangunan ekonomi tersendiri bagi Indonesia Menurut Boeke implikasi
kebijakan berlakunya teori ekonomi dualisme adalah pertama pada suatu kebijakan tidak
mungkin diberlakukan di seluruh negara kedua kebijakan yang memberikan manfaat pada
suatu kelompok masyarakat mungkin dapat merugikan kelompok lainnya
Kelangsungan hidup sektor pertanian tidak bisa lepas dari perkembangan global Menurut
Soekartawi (2004) delapan aspek yang perlu diantisipasi pada era global sekarang ini dan
masa mendatang khususnya dalam bidang pertanian yaitu
a) Pentingnya penguasaan teknologi dan informasi
b) Meningkatnya jumlah key players di sektor pertanian
c) Meningkatnya perubahan preferensi konsumen pada produk-produk pertanian
d) Perubahan harga yang cepat karena munculnya key players baru di
perdagangan produk-produk pertanian
e) Meningkatnya kesadaran kesehatan menyebabkan perubahan kualitas produk
pertanian
f) Perubahan iklim yang kini mulai sulit diprediksi
g) Pembiayaan usahatani yang sudah terlanjur mahal karena ekonomi biaya tinggi
h) Menyempitnya lahan pertanian
Dalam upaya menjaga kelangsungan hidup sektor pertanian Mangunwidjaja dan Sailah
(2005) menyebutkan bahwa visi pembangunan pertanian abad ke-21 yang masih tetap aktual
untuk dijadikan salah satu acuan pembangunan pertanian saat ini atau pada masa yang akan
datang adalah
a) Menciptakan produk dan jasa pertanian yang berdaya saing tinggi
b) Memelihara kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan pertanian
c) Meningkatkan dan pemerataan kesejahteraan bangsa dan rakyat Indonesia pada
umumnya dan pelaku pertanian pada khususnya
d) Meningkatkan kontribusi pertanian dalam ekonomi nasional
Model pembangunan yang berlangsung selama ini menurut Hafsah (2008) menyebabkan
laju perkembangan sektor pertanian berjalan relatif lamban Oleh karena itu petani produsen di
tingkat on-farm belum semua menjadi sejahtera karena masih ada yang belum keluar dari
lingkaran kemiskinan Oleh karena itu pembangunan pertanian mendatang tidak saja sebagai
sektor pendukung tetapi harus menjadi fundamen dan motor penggerak perekonomian nasional
Berkaitan dengan hal itu paradigma pembangunan pertanian ke depan seyogyanya berorientasi
pada terwujudnya pertanian modern yang berbudaya industri berkelanjutan dengan bertumpu
pada kemampuan bangsa untuk mensejahterakan masyarakat Demikian juga pembangunan
pertanian ke depan juga harus dilakukan melalui upaya-upaya perubahan struktural secara
sistematis dan komprehensif serta lintas sektoral yakni berdasarkan sistem pengambilan
keputusan yang terpadu dan terkoordinasi secara efektif guna tercapainya tujuan pembangunan
pertanian yang berdaya saing berkerakyatan berkeadilan serta berkelanjutan
214 Petani Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau
seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani
pertanian peternakan perikanan dan pemungutan hasil laut Peranan petani sebagai pengelola
usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang
diketahui (Hernanto 1993) Menurut Samsudin (1982) yang dimaksud dengan petani adalah
mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian menguasai
suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri baik dengan
tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) yang
menyatakan bahwa petani adalah penduduk atau orang-orang yang secara de facto memiliki
atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-
faktor produksi pertanian (meliputi tanah berikut faktor alam yang melingkupinya tenaga
kerja termasuk organisasi dan skill modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara
mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain
Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak
(multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga Sebagai kepala
keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada
semua anggota rumah tangganya Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan
kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar
pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani
Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan
sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher 1981)
Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah
pertanian menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan
sendiri maupun dengan tenaga bayaran Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa
bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin 1982) Menurut Horton dan Hunt (1999) ada
petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan peralatan
dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas
untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan
Istilah rdquopetanirdquo dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan
definisi yang beragam Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai
kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan Moore mencatat tiga
karakteristik petani yaitu subordinasi legal kekhususan kultural dan pemilikan de facto atas
tanah Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan penduduk yang secara
eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok
tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)
Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri
yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus
petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah
pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang
bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra
dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan
rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya
lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi
juga lemah dalam semangatnya untuk maju
Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia
sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah
bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat
petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap
paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan
mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka
masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan
(Robert 1985)
Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri
terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna
kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh
kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok
maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan
norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya
dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke
tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak
Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab
terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan
bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk
mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan
mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya
gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi
hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya
nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling
tergantung antar petani
Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah
cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di
Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi
petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan
yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka
Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat
dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal
215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus
Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status
sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat
dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan
kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan
yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang
diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat
penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)
Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan
status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan
pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama
dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa
status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep
kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah
mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan
Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi
budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk
mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada
kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini
dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat
pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam
menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam
memilih komoditas pertanian
Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti
yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih
antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan
yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan
modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena
itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa
usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan
yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang
mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan
modal (Yatno et al 2003)
Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari
diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat
1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu
melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan
lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat
dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya
Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan
ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun
swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu
Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari
lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan
sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan
kebudayaan dalam lingkungannya
Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani
terdiri dari
a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil
b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian
c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain
d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian
Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk
mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik
secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak
langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan
mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana
produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat
dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran
hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya
informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang
pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah
peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan
keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya
Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung
bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan
bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi
Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang
untuk melakukan tindakan yang diinginkan
Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai
kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh
dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan
motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar
seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih
mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para
penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani
apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya
Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani
(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang
mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan
non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)
terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
kebutuhan ekonomi dan sosiologis
216 Asparagus
Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan
dari asparagus
1) Kaya nutrisi
Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta
chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut
glukosa dari aliran darah ke dalam sel
2) Memiliki zat antikanker
Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu
memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah
sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan
bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-
paru
3) Kaya antioksidan
Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan
sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini
menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan
4) Memiliki sifat antipenuaan
Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang
lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan
kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang
bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu
untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts
University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan
hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih
baik dan fleksibilitas mental yang baik
5) Diuretik alami
Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam
amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya
melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini
sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan
tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun
perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat
Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan
antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis
tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa
garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab
garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung
2013)
Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat
celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang
memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan
Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian
khusus
217 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
dibandingkan pada sektor pertanian Transfer tenaga kerja dari sektor pertanian
disumbangkan ke sektor non pertanian hal ini disebabkan karena sektor non pertanian
umumnya mempunyai persediaan tenaga kerja yang berlimpah Dengan tingkat upah
yang rendah pada sektor pertanian maka tenaga kerja akan terdorong untuk pindah dari
sektor pertanian ke sektor non pertanian
4) Kontribusi Devisa
Pada negara-negara yang sedang berkembang sektor pertanian sangat berperan dalam
menyumbangkan devisa karena ekspor utama negara-negara yang sedang berkembang
adalah komoditas pertanian Devisa hasil ekspor komoditas pertanian ini umumnya
digunakan untuk membiayai pembangunan sektor-sektor non pertanian Hal ini pertama
disebabkan karena ekspansi produksi pada komoditas ekspor pertanian seperti kopi kakao
atau kapas dapat dilakukan dengan sistem perluasan tanaman secara subsistem (largely
subsistence cropping system) untuk menghindari investasi baru Kedua karena sektor
pertanian umumnya sering menggunakan tambahan modal yang relatif sedikit
213 Pembangunan Pertanian
Mosher (1981) mengatakan bahwa pembangunan pertanian merupakan bagian
integral dari pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum Hal ini dimaksudkan bahwa
pembangunan pertanian menjamin pembangunan menyeluruh itu (overall development) akan
benar-benar bersifat umum yang mana penduduk yang hidup dari bertani jumlahnya besar di
berbagai negara dan dalam beberapa tahun mendatang akan terus hidup bertani
Untuk melaksanakan pembangunan pertanian tidak dapat hanya oleh petani saja
tetapi lebih lanjut makin lama petani makin tergantung pada pihak- pihak di luar seperti untuk
memenuhi kebutuhan pupuk bibit unggul saluran irigasi obat-obatan alat mesin pertanian dan
lain-lain Demikian pula hasilnya harus dijual ke pasar pengetahuan diperoleh dari sekolah atau
universitas dinas pertanian petugas penyuluh lapangan dan sebagainya Dengan demikian agar
sektor pertanian dapat maju diperlukan interaksi yang positif antara bidang pertanian dengan
bidang-bidang lainnya (Hadisapoetro 1973)
Dalam membangun pertanian Mosher (1981) menyebutkan tidak bisa lepas dari
penggunaan teknologi baru Hal ini disebabkan karena preferensi konsumen akan produk
pertanian sangat dinamis atau cepat berubah Berkaitan dengan hal itu lima faktor pokok yang
perlu diperhatikan dan senantiasa dipenuhi dalam pembangunan pertanian yaitu
a) Adanya pasar produk pertanian b) Adanya teknologi yang selalu berubah yang dikuasai petani
c) Adanya ketersediaan sarana produksi secara lokal
d) Adanya insentif produksi bagi petani
e) Adanya transport yang memadai
Menurut JH Boeke (dalam Mubyarto 1987) di Indonesia terdapat sistem dualisme
ekonomi atau dua sistem ekonomi yang berbeda namun berdampingan kuat Orang-orang
Indonesia pada dasarnya bersifat tradisional dan kebutuhannya yang menonjol adalah
kebutuhan sosial Oleh karena itu pemecahan masalah pembangunan pertanian di Indonesia
yang menyangkut aspek sosial ekonomi budaya dan politik dilakukan dengan pendekatan teori
ekonomi dualisme Boeke karena teori ekonomi barat dianggap tidak cocok bagi sebagian besar
masalah - masalah yang dihadapi di Indonesia Oleh sebab itu diusulkan dikembangkannya teori
ekonomi dan teori pembangunan ekonomi tersendiri bagi Indonesia Menurut Boeke implikasi
kebijakan berlakunya teori ekonomi dualisme adalah pertama pada suatu kebijakan tidak
mungkin diberlakukan di seluruh negara kedua kebijakan yang memberikan manfaat pada
suatu kelompok masyarakat mungkin dapat merugikan kelompok lainnya
Kelangsungan hidup sektor pertanian tidak bisa lepas dari perkembangan global Menurut
Soekartawi (2004) delapan aspek yang perlu diantisipasi pada era global sekarang ini dan
masa mendatang khususnya dalam bidang pertanian yaitu
a) Pentingnya penguasaan teknologi dan informasi
b) Meningkatnya jumlah key players di sektor pertanian
c) Meningkatnya perubahan preferensi konsumen pada produk-produk pertanian
d) Perubahan harga yang cepat karena munculnya key players baru di
perdagangan produk-produk pertanian
e) Meningkatnya kesadaran kesehatan menyebabkan perubahan kualitas produk
pertanian
f) Perubahan iklim yang kini mulai sulit diprediksi
g) Pembiayaan usahatani yang sudah terlanjur mahal karena ekonomi biaya tinggi
h) Menyempitnya lahan pertanian
Dalam upaya menjaga kelangsungan hidup sektor pertanian Mangunwidjaja dan Sailah
(2005) menyebutkan bahwa visi pembangunan pertanian abad ke-21 yang masih tetap aktual
untuk dijadikan salah satu acuan pembangunan pertanian saat ini atau pada masa yang akan
datang adalah
a) Menciptakan produk dan jasa pertanian yang berdaya saing tinggi
b) Memelihara kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan pertanian
c) Meningkatkan dan pemerataan kesejahteraan bangsa dan rakyat Indonesia pada
umumnya dan pelaku pertanian pada khususnya
d) Meningkatkan kontribusi pertanian dalam ekonomi nasional
Model pembangunan yang berlangsung selama ini menurut Hafsah (2008) menyebabkan
laju perkembangan sektor pertanian berjalan relatif lamban Oleh karena itu petani produsen di
tingkat on-farm belum semua menjadi sejahtera karena masih ada yang belum keluar dari
lingkaran kemiskinan Oleh karena itu pembangunan pertanian mendatang tidak saja sebagai
sektor pendukung tetapi harus menjadi fundamen dan motor penggerak perekonomian nasional
Berkaitan dengan hal itu paradigma pembangunan pertanian ke depan seyogyanya berorientasi
pada terwujudnya pertanian modern yang berbudaya industri berkelanjutan dengan bertumpu
pada kemampuan bangsa untuk mensejahterakan masyarakat Demikian juga pembangunan
pertanian ke depan juga harus dilakukan melalui upaya-upaya perubahan struktural secara
sistematis dan komprehensif serta lintas sektoral yakni berdasarkan sistem pengambilan
keputusan yang terpadu dan terkoordinasi secara efektif guna tercapainya tujuan pembangunan
pertanian yang berdaya saing berkerakyatan berkeadilan serta berkelanjutan
214 Petani Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau
seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani
pertanian peternakan perikanan dan pemungutan hasil laut Peranan petani sebagai pengelola
usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang
diketahui (Hernanto 1993) Menurut Samsudin (1982) yang dimaksud dengan petani adalah
mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian menguasai
suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri baik dengan
tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) yang
menyatakan bahwa petani adalah penduduk atau orang-orang yang secara de facto memiliki
atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-
faktor produksi pertanian (meliputi tanah berikut faktor alam yang melingkupinya tenaga
kerja termasuk organisasi dan skill modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara
mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain
Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak
(multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga Sebagai kepala
keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada
semua anggota rumah tangganya Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan
kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar
pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani
Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan
sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher 1981)
Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah
pertanian menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan
sendiri maupun dengan tenaga bayaran Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa
bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin 1982) Menurut Horton dan Hunt (1999) ada
petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan peralatan
dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas
untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan
Istilah rdquopetanirdquo dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan
definisi yang beragam Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai
kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan Moore mencatat tiga
karakteristik petani yaitu subordinasi legal kekhususan kultural dan pemilikan de facto atas
tanah Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan penduduk yang secara
eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok
tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)
Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri
yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus
petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah
pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang
bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra
dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan
rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya
lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi
juga lemah dalam semangatnya untuk maju
Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia
sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah
bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat
petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap
paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan
mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka
masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan
(Robert 1985)
Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri
terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna
kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh
kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok
maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan
norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya
dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke
tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak
Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab
terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan
bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk
mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan
mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya
gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi
hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya
nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling
tergantung antar petani
Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah
cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di
Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi
petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan
yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka
Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat
dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal
215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus
Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status
sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat
dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan
kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan
yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang
diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat
penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)
Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan
status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan
pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama
dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa
status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep
kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah
mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan
Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi
budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk
mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada
kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini
dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat
pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam
menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam
memilih komoditas pertanian
Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti
yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih
antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan
yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan
modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena
itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa
usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan
yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang
mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan
modal (Yatno et al 2003)
Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari
diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat
1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu
melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan
lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat
dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya
Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan
ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun
swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu
Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari
lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan
sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan
kebudayaan dalam lingkungannya
Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani
terdiri dari
a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil
b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian
c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain
d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian
Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk
mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik
secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak
langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan
mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana
produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat
dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran
hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya
informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang
pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah
peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan
keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya
Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung
bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan
bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi
Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang
untuk melakukan tindakan yang diinginkan
Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai
kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh
dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan
motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar
seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih
mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para
penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani
apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya
Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani
(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang
mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan
non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)
terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
kebutuhan ekonomi dan sosiologis
216 Asparagus
Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan
dari asparagus
1) Kaya nutrisi
Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta
chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut
glukosa dari aliran darah ke dalam sel
2) Memiliki zat antikanker
Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu
memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah
sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan
bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-
paru
3) Kaya antioksidan
Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan
sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini
menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan
4) Memiliki sifat antipenuaan
Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang
lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan
kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang
bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu
untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts
University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan
hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih
baik dan fleksibilitas mental yang baik
5) Diuretik alami
Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam
amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya
melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini
sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan
tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun
perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat
Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan
antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis
tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa
garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab
garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung
2013)
Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat
celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang
memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan
Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian
khusus
217 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
lain-lain Demikian pula hasilnya harus dijual ke pasar pengetahuan diperoleh dari sekolah atau
universitas dinas pertanian petugas penyuluh lapangan dan sebagainya Dengan demikian agar
sektor pertanian dapat maju diperlukan interaksi yang positif antara bidang pertanian dengan
bidang-bidang lainnya (Hadisapoetro 1973)
Dalam membangun pertanian Mosher (1981) menyebutkan tidak bisa lepas dari
penggunaan teknologi baru Hal ini disebabkan karena preferensi konsumen akan produk
pertanian sangat dinamis atau cepat berubah Berkaitan dengan hal itu lima faktor pokok yang
perlu diperhatikan dan senantiasa dipenuhi dalam pembangunan pertanian yaitu
a) Adanya pasar produk pertanian b) Adanya teknologi yang selalu berubah yang dikuasai petani
c) Adanya ketersediaan sarana produksi secara lokal
d) Adanya insentif produksi bagi petani
e) Adanya transport yang memadai
Menurut JH Boeke (dalam Mubyarto 1987) di Indonesia terdapat sistem dualisme
ekonomi atau dua sistem ekonomi yang berbeda namun berdampingan kuat Orang-orang
Indonesia pada dasarnya bersifat tradisional dan kebutuhannya yang menonjol adalah
kebutuhan sosial Oleh karena itu pemecahan masalah pembangunan pertanian di Indonesia
yang menyangkut aspek sosial ekonomi budaya dan politik dilakukan dengan pendekatan teori
ekonomi dualisme Boeke karena teori ekonomi barat dianggap tidak cocok bagi sebagian besar
masalah - masalah yang dihadapi di Indonesia Oleh sebab itu diusulkan dikembangkannya teori
ekonomi dan teori pembangunan ekonomi tersendiri bagi Indonesia Menurut Boeke implikasi
kebijakan berlakunya teori ekonomi dualisme adalah pertama pada suatu kebijakan tidak
mungkin diberlakukan di seluruh negara kedua kebijakan yang memberikan manfaat pada
suatu kelompok masyarakat mungkin dapat merugikan kelompok lainnya
Kelangsungan hidup sektor pertanian tidak bisa lepas dari perkembangan global Menurut
Soekartawi (2004) delapan aspek yang perlu diantisipasi pada era global sekarang ini dan
masa mendatang khususnya dalam bidang pertanian yaitu
a) Pentingnya penguasaan teknologi dan informasi
b) Meningkatnya jumlah key players di sektor pertanian
c) Meningkatnya perubahan preferensi konsumen pada produk-produk pertanian
d) Perubahan harga yang cepat karena munculnya key players baru di
perdagangan produk-produk pertanian
e) Meningkatnya kesadaran kesehatan menyebabkan perubahan kualitas produk
pertanian
f) Perubahan iklim yang kini mulai sulit diprediksi
g) Pembiayaan usahatani yang sudah terlanjur mahal karena ekonomi biaya tinggi
h) Menyempitnya lahan pertanian
Dalam upaya menjaga kelangsungan hidup sektor pertanian Mangunwidjaja dan Sailah
(2005) menyebutkan bahwa visi pembangunan pertanian abad ke-21 yang masih tetap aktual
untuk dijadikan salah satu acuan pembangunan pertanian saat ini atau pada masa yang akan
datang adalah
a) Menciptakan produk dan jasa pertanian yang berdaya saing tinggi
b) Memelihara kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan pertanian
c) Meningkatkan dan pemerataan kesejahteraan bangsa dan rakyat Indonesia pada
umumnya dan pelaku pertanian pada khususnya
d) Meningkatkan kontribusi pertanian dalam ekonomi nasional
Model pembangunan yang berlangsung selama ini menurut Hafsah (2008) menyebabkan
laju perkembangan sektor pertanian berjalan relatif lamban Oleh karena itu petani produsen di
tingkat on-farm belum semua menjadi sejahtera karena masih ada yang belum keluar dari
lingkaran kemiskinan Oleh karena itu pembangunan pertanian mendatang tidak saja sebagai
sektor pendukung tetapi harus menjadi fundamen dan motor penggerak perekonomian nasional
Berkaitan dengan hal itu paradigma pembangunan pertanian ke depan seyogyanya berorientasi
pada terwujudnya pertanian modern yang berbudaya industri berkelanjutan dengan bertumpu
pada kemampuan bangsa untuk mensejahterakan masyarakat Demikian juga pembangunan
pertanian ke depan juga harus dilakukan melalui upaya-upaya perubahan struktural secara
sistematis dan komprehensif serta lintas sektoral yakni berdasarkan sistem pengambilan
keputusan yang terpadu dan terkoordinasi secara efektif guna tercapainya tujuan pembangunan
pertanian yang berdaya saing berkerakyatan berkeadilan serta berkelanjutan
214 Petani Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau
seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani
pertanian peternakan perikanan dan pemungutan hasil laut Peranan petani sebagai pengelola
usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang
diketahui (Hernanto 1993) Menurut Samsudin (1982) yang dimaksud dengan petani adalah
mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian menguasai
suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri baik dengan
tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) yang
menyatakan bahwa petani adalah penduduk atau orang-orang yang secara de facto memiliki
atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-
faktor produksi pertanian (meliputi tanah berikut faktor alam yang melingkupinya tenaga
kerja termasuk organisasi dan skill modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara
mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain
Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak
(multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga Sebagai kepala
keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada
semua anggota rumah tangganya Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan
kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar
pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani
Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan
sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher 1981)
Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah
pertanian menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan
sendiri maupun dengan tenaga bayaran Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa
bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin 1982) Menurut Horton dan Hunt (1999) ada
petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan peralatan
dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas
untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan
Istilah rdquopetanirdquo dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan
definisi yang beragam Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai
kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan Moore mencatat tiga
karakteristik petani yaitu subordinasi legal kekhususan kultural dan pemilikan de facto atas
tanah Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan penduduk yang secara
eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok
tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)
Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri
yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus
petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah
pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang
bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra
dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan
rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya
lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi
juga lemah dalam semangatnya untuk maju
Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia
sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah
bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat
petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap
paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan
mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka
masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan
(Robert 1985)
Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri
terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna
kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh
kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok
maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan
norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya
dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke
tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak
Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab
terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan
bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk
mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan
mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya
gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi
hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya
nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling
tergantung antar petani
Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah
cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di
Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi
petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan
yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka
Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat
dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal
215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus
Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status
sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat
dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan
kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan
yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang
diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat
penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)
Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan
status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan
pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama
dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa
status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep
kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah
mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan
Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi
budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk
mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada
kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini
dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat
pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam
menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam
memilih komoditas pertanian
Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti
yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih
antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan
yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan
modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena
itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa
usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan
yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang
mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan
modal (Yatno et al 2003)
Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari
diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat
1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu
melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan
lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat
dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya
Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan
ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun
swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu
Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari
lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan
sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan
kebudayaan dalam lingkungannya
Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani
terdiri dari
a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil
b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian
c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain
d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian
Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk
mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik
secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak
langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan
mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana
produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat
dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran
hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya
informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang
pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah
peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan
keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya
Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung
bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan
bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi
Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang
untuk melakukan tindakan yang diinginkan
Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai
kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh
dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan
motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar
seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih
mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para
penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani
apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya
Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani
(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang
mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan
non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)
terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
kebutuhan ekonomi dan sosiologis
216 Asparagus
Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan
dari asparagus
1) Kaya nutrisi
Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta
chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut
glukosa dari aliran darah ke dalam sel
2) Memiliki zat antikanker
Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu
memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah
sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan
bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-
paru
3) Kaya antioksidan
Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan
sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini
menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan
4) Memiliki sifat antipenuaan
Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang
lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan
kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang
bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu
untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts
University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan
hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih
baik dan fleksibilitas mental yang baik
5) Diuretik alami
Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam
amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya
melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini
sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan
tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun
perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat
Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan
antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis
tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa
garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab
garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung
2013)
Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat
celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang
memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan
Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian
khusus
217 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
suatu kelompok masyarakat mungkin dapat merugikan kelompok lainnya
Kelangsungan hidup sektor pertanian tidak bisa lepas dari perkembangan global Menurut
Soekartawi (2004) delapan aspek yang perlu diantisipasi pada era global sekarang ini dan
masa mendatang khususnya dalam bidang pertanian yaitu
a) Pentingnya penguasaan teknologi dan informasi
b) Meningkatnya jumlah key players di sektor pertanian
c) Meningkatnya perubahan preferensi konsumen pada produk-produk pertanian
d) Perubahan harga yang cepat karena munculnya key players baru di
perdagangan produk-produk pertanian
e) Meningkatnya kesadaran kesehatan menyebabkan perubahan kualitas produk
pertanian
f) Perubahan iklim yang kini mulai sulit diprediksi
g) Pembiayaan usahatani yang sudah terlanjur mahal karena ekonomi biaya tinggi
h) Menyempitnya lahan pertanian
Dalam upaya menjaga kelangsungan hidup sektor pertanian Mangunwidjaja dan Sailah
(2005) menyebutkan bahwa visi pembangunan pertanian abad ke-21 yang masih tetap aktual
untuk dijadikan salah satu acuan pembangunan pertanian saat ini atau pada masa yang akan
datang adalah
a) Menciptakan produk dan jasa pertanian yang berdaya saing tinggi
b) Memelihara kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan pertanian
c) Meningkatkan dan pemerataan kesejahteraan bangsa dan rakyat Indonesia pada
umumnya dan pelaku pertanian pada khususnya
d) Meningkatkan kontribusi pertanian dalam ekonomi nasional
Model pembangunan yang berlangsung selama ini menurut Hafsah (2008) menyebabkan
laju perkembangan sektor pertanian berjalan relatif lamban Oleh karena itu petani produsen di
tingkat on-farm belum semua menjadi sejahtera karena masih ada yang belum keluar dari
lingkaran kemiskinan Oleh karena itu pembangunan pertanian mendatang tidak saja sebagai
sektor pendukung tetapi harus menjadi fundamen dan motor penggerak perekonomian nasional
Berkaitan dengan hal itu paradigma pembangunan pertanian ke depan seyogyanya berorientasi
pada terwujudnya pertanian modern yang berbudaya industri berkelanjutan dengan bertumpu
pada kemampuan bangsa untuk mensejahterakan masyarakat Demikian juga pembangunan
pertanian ke depan juga harus dilakukan melalui upaya-upaya perubahan struktural secara
sistematis dan komprehensif serta lintas sektoral yakni berdasarkan sistem pengambilan
keputusan yang terpadu dan terkoordinasi secara efektif guna tercapainya tujuan pembangunan
pertanian yang berdaya saing berkerakyatan berkeadilan serta berkelanjutan
214 Petani Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau
seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani
pertanian peternakan perikanan dan pemungutan hasil laut Peranan petani sebagai pengelola
usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang
diketahui (Hernanto 1993) Menurut Samsudin (1982) yang dimaksud dengan petani adalah
mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian menguasai
suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri baik dengan
tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) yang
menyatakan bahwa petani adalah penduduk atau orang-orang yang secara de facto memiliki
atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-
faktor produksi pertanian (meliputi tanah berikut faktor alam yang melingkupinya tenaga
kerja termasuk organisasi dan skill modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara
mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain
Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak
(multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga Sebagai kepala
keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada
semua anggota rumah tangganya Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan
kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar
pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani
Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan
sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher 1981)
Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah
pertanian menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan
sendiri maupun dengan tenaga bayaran Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa
bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin 1982) Menurut Horton dan Hunt (1999) ada
petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan peralatan
dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas
untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan
Istilah rdquopetanirdquo dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan
definisi yang beragam Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai
kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan Moore mencatat tiga
karakteristik petani yaitu subordinasi legal kekhususan kultural dan pemilikan de facto atas
tanah Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan penduduk yang secara
eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok
tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)
Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri
yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus
petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah
pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang
bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra
dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan
rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya
lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi
juga lemah dalam semangatnya untuk maju
Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia
sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah
bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat
petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap
paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan
mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka
masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan
(Robert 1985)
Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri
terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna
kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh
kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok
maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan
norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya
dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke
tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak
Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab
terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan
bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk
mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan
mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya
gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi
hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya
nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling
tergantung antar petani
Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah
cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di
Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi
petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan
yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka
Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat
dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal
215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus
Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status
sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat
dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan
kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan
yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang
diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat
penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)
Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan
status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan
pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama
dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa
status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep
kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah
mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan
Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi
budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk
mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada
kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini
dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat
pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam
menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam
memilih komoditas pertanian
Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti
yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih
antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan
yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan
modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena
itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa
usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan
yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang
mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan
modal (Yatno et al 2003)
Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari
diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat
1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu
melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan
lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat
dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya
Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan
ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun
swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu
Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari
lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan
sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan
kebudayaan dalam lingkungannya
Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani
terdiri dari
a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil
b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian
c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain
d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian
Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk
mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik
secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak
langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan
mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana
produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat
dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran
hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya
informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang
pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah
peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan
keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya
Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung
bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan
bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi
Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang
untuk melakukan tindakan yang diinginkan
Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai
kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh
dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan
motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar
seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih
mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para
penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani
apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya
Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani
(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang
mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan
non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)
terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
kebutuhan ekonomi dan sosiologis
216 Asparagus
Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan
dari asparagus
1) Kaya nutrisi
Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta
chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut
glukosa dari aliran darah ke dalam sel
2) Memiliki zat antikanker
Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu
memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah
sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan
bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-
paru
3) Kaya antioksidan
Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan
sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini
menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan
4) Memiliki sifat antipenuaan
Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang
lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan
kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang
bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu
untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts
University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan
hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih
baik dan fleksibilitas mental yang baik
5) Diuretik alami
Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam
amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya
melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini
sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan
tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun
perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat
Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan
antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis
tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa
garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab
garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung
2013)
Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat
celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang
memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan
Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian
khusus
217 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
Model pembangunan yang berlangsung selama ini menurut Hafsah (2008) menyebabkan
laju perkembangan sektor pertanian berjalan relatif lamban Oleh karena itu petani produsen di
tingkat on-farm belum semua menjadi sejahtera karena masih ada yang belum keluar dari
lingkaran kemiskinan Oleh karena itu pembangunan pertanian mendatang tidak saja sebagai
sektor pendukung tetapi harus menjadi fundamen dan motor penggerak perekonomian nasional
Berkaitan dengan hal itu paradigma pembangunan pertanian ke depan seyogyanya berorientasi
pada terwujudnya pertanian modern yang berbudaya industri berkelanjutan dengan bertumpu
pada kemampuan bangsa untuk mensejahterakan masyarakat Demikian juga pembangunan
pertanian ke depan juga harus dilakukan melalui upaya-upaya perubahan struktural secara
sistematis dan komprehensif serta lintas sektoral yakni berdasarkan sistem pengambilan
keputusan yang terpadu dan terkoordinasi secara efektif guna tercapainya tujuan pembangunan
pertanian yang berdaya saing berkerakyatan berkeadilan serta berkelanjutan
214 Petani Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau
seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani
pertanian peternakan perikanan dan pemungutan hasil laut Peranan petani sebagai pengelola
usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang
diketahui (Hernanto 1993) Menurut Samsudin (1982) yang dimaksud dengan petani adalah
mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian menguasai
suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri baik dengan
tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) yang
menyatakan bahwa petani adalah penduduk atau orang-orang yang secara de facto memiliki
atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-
faktor produksi pertanian (meliputi tanah berikut faktor alam yang melingkupinya tenaga
kerja termasuk organisasi dan skill modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara
mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain
Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak
(multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga Sebagai kepala
keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada
semua anggota rumah tangganya Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan
kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar
pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani
Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan
sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher 1981)
Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah
pertanian menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan
sendiri maupun dengan tenaga bayaran Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa
bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin 1982) Menurut Horton dan Hunt (1999) ada
petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan peralatan
dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas
untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan
Istilah rdquopetanirdquo dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan
definisi yang beragam Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai
kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan Moore mencatat tiga
karakteristik petani yaitu subordinasi legal kekhususan kultural dan pemilikan de facto atas
tanah Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan penduduk yang secara
eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok
tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)
Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri
yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus
petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah
pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang
bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra
dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan
rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya
lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi
juga lemah dalam semangatnya untuk maju
Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia
sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah
bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat
petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap
paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan
mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka
masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan
(Robert 1985)
Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri
terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna
kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh
kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok
maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan
norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya
dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke
tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak
Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab
terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan
bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk
mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan
mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya
gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi
hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya
nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling
tergantung antar petani
Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah
cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di
Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi
petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan
yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka
Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat
dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal
215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus
Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status
sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat
dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan
kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan
yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang
diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat
penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)
Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan
status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan
pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama
dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa
status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep
kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah
mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan
Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi
budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk
mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada
kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini
dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat
pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam
menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam
memilih komoditas pertanian
Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti
yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih
antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan
yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan
modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena
itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa
usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan
yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang
mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan
modal (Yatno et al 2003)
Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari
diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat
1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu
melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan
lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat
dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya
Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan
ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun
swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu
Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari
lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan
sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan
kebudayaan dalam lingkungannya
Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani
terdiri dari
a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil
b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian
c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain
d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian
Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk
mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik
secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak
langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan
mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana
produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat
dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran
hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya
informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang
pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah
peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan
keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya
Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung
bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan
bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi
Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang
untuk melakukan tindakan yang diinginkan
Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai
kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh
dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan
motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar
seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih
mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para
penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani
apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya
Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani
(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang
mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan
non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)
terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
kebutuhan ekonomi dan sosiologis
216 Asparagus
Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan
dari asparagus
1) Kaya nutrisi
Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta
chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut
glukosa dari aliran darah ke dalam sel
2) Memiliki zat antikanker
Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu
memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah
sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan
bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-
paru
3) Kaya antioksidan
Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan
sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini
menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan
4) Memiliki sifat antipenuaan
Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang
lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan
kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang
bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu
untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts
University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan
hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih
baik dan fleksibilitas mental yang baik
5) Diuretik alami
Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam
amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya
melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini
sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan
tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun
perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat
Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan
antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis
tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa
garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab
garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung
2013)
Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat
celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang
memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan
Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian
khusus
217 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-
faktor produksi pertanian (meliputi tanah berikut faktor alam yang melingkupinya tenaga
kerja termasuk organisasi dan skill modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara
mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain
Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak
(multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga Sebagai kepala
keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada
semua anggota rumah tangganya Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan
kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar
pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani
Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan
sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher 1981)
Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah
pertanian menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan
sendiri maupun dengan tenaga bayaran Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa
bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin 1982) Menurut Horton dan Hunt (1999) ada
petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan peralatan
dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas
untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan
Istilah rdquopetanirdquo dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan
definisi yang beragam Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai
kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan Moore mencatat tiga
karakteristik petani yaitu subordinasi legal kekhususan kultural dan pemilikan de facto atas
tanah Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan penduduk yang secara
eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok
tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)
Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri
yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus
petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah
pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang
bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra
dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan
rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya
lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi
juga lemah dalam semangatnya untuk maju
Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia
sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah
bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat
petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap
paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan
mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka
masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan
(Robert 1985)
Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri
terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna
kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh
kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok
maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan
norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya
dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke
tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak
Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab
terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan
bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk
mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan
mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya
gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi
hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya
nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling
tergantung antar petani
Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah
cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di
Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi
petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan
yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka
Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat
dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal
215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus
Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status
sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat
dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan
kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan
yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang
diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat
penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)
Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan
status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan
pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama
dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa
status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep
kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah
mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan
Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi
budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk
mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada
kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini
dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat
pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam
menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam
memilih komoditas pertanian
Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti
yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih
antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan
yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan
modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena
itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa
usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan
yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang
mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan
modal (Yatno et al 2003)
Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari
diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat
1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu
melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan
lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat
dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya
Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan
ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun
swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu
Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari
lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan
sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan
kebudayaan dalam lingkungannya
Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani
terdiri dari
a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil
b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian
c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain
d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian
Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk
mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik
secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak
langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan
mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana
produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat
dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran
hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya
informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang
pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah
peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan
keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya
Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung
bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan
bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi
Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang
untuk melakukan tindakan yang diinginkan
Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai
kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh
dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan
motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar
seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih
mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para
penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani
apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya
Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani
(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang
mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan
non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)
terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
kebutuhan ekonomi dan sosiologis
216 Asparagus
Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan
dari asparagus
1) Kaya nutrisi
Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta
chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut
glukosa dari aliran darah ke dalam sel
2) Memiliki zat antikanker
Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu
memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah
sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan
bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-
paru
3) Kaya antioksidan
Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan
sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini
menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan
4) Memiliki sifat antipenuaan
Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang
lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan
kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang
bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu
untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts
University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan
hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih
baik dan fleksibilitas mental yang baik
5) Diuretik alami
Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam
amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya
melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini
sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan
tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun
perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat
Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan
antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis
tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa
garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab
garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung
2013)
Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat
celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang
memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan
Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian
khusus
217 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok
tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)
Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri
yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus
petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah
pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang
bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra
dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan
rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya
lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi
juga lemah dalam semangatnya untuk maju
Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia
sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah
bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat
petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap
paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan
mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka
masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan
(Robert 1985)
Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri
terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna
kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh
kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok
maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan
norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya
dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke
tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak
Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab
terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan
bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk
mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan
mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya
gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi
hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya
nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling
tergantung antar petani
Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah
cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di
Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi
petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan
yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka
Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat
dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal
215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus
Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status
sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat
dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan
kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan
yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang
diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat
penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)
Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan
status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan
pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama
dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa
status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep
kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah
mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan
Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi
budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk
mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada
kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini
dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat
pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam
menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam
memilih komoditas pertanian
Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti
yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih
antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan
yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan
modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena
itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa
usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan
yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang
mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan
modal (Yatno et al 2003)
Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari
diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat
1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu
melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan
lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat
dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya
Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan
ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun
swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu
Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari
lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan
sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan
kebudayaan dalam lingkungannya
Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani
terdiri dari
a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil
b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian
c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain
d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian
Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk
mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik
secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak
langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan
mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana
produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat
dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran
hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya
informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang
pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah
peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan
keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya
Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung
bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan
bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi
Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang
untuk melakukan tindakan yang diinginkan
Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai
kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh
dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan
motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar
seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih
mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para
penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani
apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya
Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani
(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang
mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan
non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)
terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
kebutuhan ekonomi dan sosiologis
216 Asparagus
Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan
dari asparagus
1) Kaya nutrisi
Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta
chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut
glukosa dari aliran darah ke dalam sel
2) Memiliki zat antikanker
Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu
memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah
sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan
bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-
paru
3) Kaya antioksidan
Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan
sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini
menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan
4) Memiliki sifat antipenuaan
Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang
lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan
kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang
bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu
untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts
University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan
hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih
baik dan fleksibilitas mental yang baik
5) Diuretik alami
Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam
amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya
melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini
sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan
tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun
perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat
Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan
antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis
tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa
garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab
garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung
2013)
Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat
celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang
memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan
Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian
khusus
217 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya
dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke
tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak
Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab
terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan
bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk
mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan
mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya
gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi
hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya
nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling
tergantung antar petani
Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah
cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di
Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi
petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan
yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka
Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat
dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal
215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus
Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status
sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat
dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan
kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan
yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang
diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat
penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)
Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan
status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan
pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama
dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa
status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep
kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah
mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan
Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi
budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk
mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada
kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini
dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat
pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam
menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam
memilih komoditas pertanian
Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti
yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih
antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan
yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan
modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena
itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa
usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan
yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang
mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan
modal (Yatno et al 2003)
Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari
diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat
1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu
melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan
lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat
dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya
Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan
ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun
swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu
Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari
lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan
sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan
kebudayaan dalam lingkungannya
Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani
terdiri dari
a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil
b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian
c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain
d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian
Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk
mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik
secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak
langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan
mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana
produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat
dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran
hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya
informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang
pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah
peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan
keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya
Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung
bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan
bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi
Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang
untuk melakukan tindakan yang diinginkan
Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai
kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh
dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan
motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar
seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih
mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para
penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani
apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya
Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani
(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang
mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan
non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)
terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
kebutuhan ekonomi dan sosiologis
216 Asparagus
Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan
dari asparagus
1) Kaya nutrisi
Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta
chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut
glukosa dari aliran darah ke dalam sel
2) Memiliki zat antikanker
Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu
memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah
sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan
bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-
paru
3) Kaya antioksidan
Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan
sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini
menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan
4) Memiliki sifat antipenuaan
Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang
lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan
kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang
bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu
untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts
University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan
hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih
baik dan fleksibilitas mental yang baik
5) Diuretik alami
Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam
amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya
melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini
sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan
tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun
perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat
Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan
antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis
tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa
garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab
garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung
2013)
Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat
celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang
memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan
Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian
khusus
217 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang
diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat
penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)
Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan
status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan
pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama
dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa
status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep
kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah
mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan
Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi
budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk
mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada
kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini
dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat
pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam
menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam
memilih komoditas pertanian
Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti
yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih
antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan
yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan
modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena
itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa
usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan
yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang
mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan
modal (Yatno et al 2003)
Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari
diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat
1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu
melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan
lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat
dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya
Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan
ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun
swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu
Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari
lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan
sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan
kebudayaan dalam lingkungannya
Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani
terdiri dari
a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil
b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian
c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain
d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian
Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk
mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik
secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak
langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan
mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana
produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat
dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran
hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya
informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang
pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah
peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan
keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya
Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung
bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan
bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi
Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang
untuk melakukan tindakan yang diinginkan
Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai
kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh
dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan
motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar
seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih
mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para
penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani
apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya
Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani
(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang
mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan
non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)
terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
kebutuhan ekonomi dan sosiologis
216 Asparagus
Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan
dari asparagus
1) Kaya nutrisi
Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta
chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut
glukosa dari aliran darah ke dalam sel
2) Memiliki zat antikanker
Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu
memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah
sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan
bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-
paru
3) Kaya antioksidan
Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan
sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini
menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan
4) Memiliki sifat antipenuaan
Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang
lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan
kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang
bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu
untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts
University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan
hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih
baik dan fleksibilitas mental yang baik
5) Diuretik alami
Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam
amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya
melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini
sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan
tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun
perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat
Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan
antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis
tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa
garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab
garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung
2013)
Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat
celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang
memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan
Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian
khusus
217 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa
usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan
yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang
mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan
modal (Yatno et al 2003)
Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari
diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat
1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu
melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan
lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat
dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya
Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan
ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun
swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu
Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari
lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan
sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan
kebudayaan dalam lingkungannya
Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani
terdiri dari
a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil
b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian
c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain
d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian
Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk
mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik
secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak
langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan
mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana
produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat
dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran
hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya
informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang
pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah
peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan
keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya
Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung
bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan
bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi
Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang
untuk melakukan tindakan yang diinginkan
Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai
kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh
dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan
motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar
seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih
mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para
penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani
apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya
Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani
(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang
mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan
non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)
terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
kebutuhan ekonomi dan sosiologis
216 Asparagus
Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan
dari asparagus
1) Kaya nutrisi
Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta
chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut
glukosa dari aliran darah ke dalam sel
2) Memiliki zat antikanker
Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu
memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah
sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan
bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-
paru
3) Kaya antioksidan
Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan
sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini
menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan
4) Memiliki sifat antipenuaan
Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang
lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan
kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang
bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu
untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts
University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan
hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih
baik dan fleksibilitas mental yang baik
5) Diuretik alami
Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam
amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya
melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini
sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan
tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun
perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat
Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan
antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis
tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa
garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab
garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung
2013)
Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat
celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang
memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan
Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian
khusus
217 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian
Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk
mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik
secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak
langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan
mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana
produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat
dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran
hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya
informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang
pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah
peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan
keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya
Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung
bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan
bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi
Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang
untuk melakukan tindakan yang diinginkan
Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai
kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh
dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan
motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar
seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih
mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para
penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani
apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya
Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani
(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang
mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan
non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)
terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
kebutuhan ekonomi dan sosiologis
216 Asparagus
Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan
dari asparagus
1) Kaya nutrisi
Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta
chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut
glukosa dari aliran darah ke dalam sel
2) Memiliki zat antikanker
Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu
memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah
sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan
bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-
paru
3) Kaya antioksidan
Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan
sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini
menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan
4) Memiliki sifat antipenuaan
Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang
lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan
kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang
bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu
untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts
University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan
hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih
baik dan fleksibilitas mental yang baik
5) Diuretik alami
Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam
amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya
melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini
sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan
tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun
perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat
Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan
antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis
tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa
garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab
garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung
2013)
Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat
celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang
memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan
Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian
khusus
217 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar
seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih
mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para
penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani
apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya
Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani
(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang
mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan
non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)
terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
kebutuhan ekonomi dan sosiologis
216 Asparagus
Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan
dari asparagus
1) Kaya nutrisi
Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta
chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut
glukosa dari aliran darah ke dalam sel
2) Memiliki zat antikanker
Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu
memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah
sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan
bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-
paru
3) Kaya antioksidan
Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan
sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini
menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan
4) Memiliki sifat antipenuaan
Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang
lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan
kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang
bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu
untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts
University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan
hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih
baik dan fleksibilitas mental yang baik
5) Diuretik alami
Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam
amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya
melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini
sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan
tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun
perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat
Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan
antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis
tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa
garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab
garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung
2013)
Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat
celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang
memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan
Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian
khusus
217 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan
dari asparagus
1) Kaya nutrisi
Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta
chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut
glukosa dari aliran darah ke dalam sel
2) Memiliki zat antikanker
Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu
memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah
sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan
bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-
paru
3) Kaya antioksidan
Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan
sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini
menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan
4) Memiliki sifat antipenuaan
Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang
lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan
kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang
bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu
untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts
University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan
hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih
baik dan fleksibilitas mental yang baik
5) Diuretik alami
Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam
amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya
melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini
sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan
tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun
perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat
Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan
antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis
tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa
garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab
garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung
2013)
Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat
celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang
memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan
Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian
khusus
217 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih
baik dan fleksibilitas mental yang baik
5) Diuretik alami
Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam
amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya
melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini
sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan
tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun
perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat
Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan
antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis
tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa
garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab
garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung
2013)
Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat
celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang
memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan
Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian
khusus
217 Konsep Biaya Produksi
Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau
untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian
tidak dibebankan ke harga pokok
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama
menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam
1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas
yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung
2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi
tidak dalam propasi langsung
3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat
konstan selama periode tertentu
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi
1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu
dari organisasi
2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu
Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh
negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh
karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian
Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus
TR = P Q
Keterangan
TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
Q = Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus
TC = TFC + TVC
Keterangan
TC = Total Cost biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)
Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total
penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut
I = TR ndashTC
Keterangan
I = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman
asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan
pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam
beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-
masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui
berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman
218 Konsep Luas Lahan
Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang
digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau
saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul
tanaman yang dibudidayakan
2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami
dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang
dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus
Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani
asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan
dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap
pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik
tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus
219 Konsep Pelatihan
Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian
dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan
Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai
berikut
1) Memperbaiki kinerja
2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja
4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu
sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada
masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien
Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat
diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut
1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi
Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang
didefinisikan dalam tahap penilaian
2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya
memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah
3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas
kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan
Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora
(2004280) adalah sebagai berikut
1) Manfaat untuk karyawan
(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang
lebih efektif
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik
2) Manfaat untuk perusahaan
(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
terhadap orientasi profit
(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan
3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan
(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi
(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar
Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan
hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat
meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan
2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja
Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran
karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk
yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha
pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah
pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih
merupakan beban pembangunan
Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi
pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam
maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung
pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang
dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan
(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka
yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat
penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk
golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan
angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang
bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang
hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara
atau sakit kronis
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga
kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak
berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan
22 Teori yang Digunakan
221 Teori Produksi
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai
penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber
daya yang ada (Sudarman 2004)
Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses
di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain
yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja
dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)
barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti
pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di
antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan
fungsi produksi
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi
maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut
1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah
dimengerti
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)
dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas
secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut
Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)
Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus
hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui
Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu
rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)
Q = f (K T M) (22)
Keterangan
Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah
Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain
mempengaruhi output di dalam proses produksi
Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah
barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi
merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas
Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali
ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap
maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing
Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus
ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari
kurva-kurva sebagai berikut
1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total
(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap
secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)
TPP = f(X) (23)
2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per
unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat
ditulis
XTPPAPPX (24)
Keterangan
APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel
3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX
karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis
XTPPMPPX
(25)
Keterangan
MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP
mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka
MPPX menaik demikian pula APPX
2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke
atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun
3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka
MPPX menjadi negatif dan
4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik
origin (B) maka MPPX = APPX maksimum
Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP
Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi
tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat
output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
B
C
A
B
C
MPPX
APPX X
X
Y
0
0
A
X1 X2 X3
Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1
Y
MPPAPP
TPPX
TPP
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum
Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel
ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal
Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C
Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah
sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan
satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal
Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi
adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun
jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang
Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang
menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan
efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi
ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau
nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut
(Soekartawi 2003)
atauXXYYEp
(26)
XY
YXEp
(27)
Keterangan
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input
Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu
input misalnya input X
Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang
diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis
melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)
MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)
Keterangan
MP = turunan pertama dari fungsi produksi
222 Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap
(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya
sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit
jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di
pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)
adalah sebagai berikut
n
ixii PXFC
1
(29)
Keterangan
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i
Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)
Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)
TC = FC + VC (210)
223 Pengertian Pendapatan
Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya
akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha
taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua
di antaranya sebagai berikut
1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi
(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh
dengan harga jual
2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani
Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soekartawi 2002)
TR = Y Py (211)
Dimana
TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan
Pd = TR ndash TC (212)
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
Keterangan
Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya
Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan
pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan
keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan
Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan
memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama
dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)
MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)
224 Teori Tenaga Kerja
Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti
menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan
Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah
employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah
sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini
mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah
jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan
penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja
diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum
ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran
sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah
ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk
golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah
bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang
dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14
Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran
Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian
Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut
1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan
2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah
pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu
a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam seminggu dan
b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang
produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam
seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi
Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap
tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara
makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja
secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang
bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu
Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan
bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering
dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat
dengan peningkatan produktivitas pekerja
225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani
Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan
pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target
tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani
seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada
pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah
banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan
pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)
Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran
biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat
kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga
rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar
dan berdampak pada besarnya biaya produksi
226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya
alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang
melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari
waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang
mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya
konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan
mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting
karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit
Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari
waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas
tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan
inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah
upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain
dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya
227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik
lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para
petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor
produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang
digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)
Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro
menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah
penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian
228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian
Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya
mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil
penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang
lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang
memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani
Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan
bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah
produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak
berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal
ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang
dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi
dengan tindakan konservasi lahan
Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi
menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang
dihasilkan dari setiap lahan yang ada
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian
Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan
dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal
tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas
tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah
produksi yang melimpah (Yufeng 2011)
Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau
buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya
sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis
varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah
produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami
penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau
turunnya jumlah produksi pertanian
2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah
produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha
pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu
dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama
masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang
menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas
(Shively 2006)
Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era
industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan
hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya
dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian
23 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-
faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur
petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan
variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan
Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua
sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti
lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan
keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal
dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing
Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average
Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian
Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian
merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi
produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk
memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk
pertanian yang menjadi ciri khasnya
Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan
pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa
fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji
menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi
Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan
kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri
terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur
pada banyak negara di Asia
Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada
pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk
menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh
untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini
menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun
Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system
management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk
mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah
terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak
pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi
cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan
kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi
pertanian
Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di
Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat
guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila
tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang
melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan
Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)
bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi
dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu
meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada
produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi
arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok
fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata
system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian
yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan
pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi
telah menunjukkan peningkatan produksi
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang
berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam
Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam
penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi
logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan
petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang
berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko
harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas
tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak
menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi
dan resiko harga tinggi
Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan
Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya
modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal
petani dengan lahan sawahnya
Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin
Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam
kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor
sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan
pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan
menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita
tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan
pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi
seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang
nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi
mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya
Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah
Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik
multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh
dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di
usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga
tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan
Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)
menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah
faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah
terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi
tidak unggul
Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam
Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi
masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu
pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat
produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh
Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di
Mojokerto
Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan
ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk
diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga
kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra
usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel
menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah
populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden
Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa
pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa
efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di
Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri
dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar
dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar
Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata
sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga
diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-
hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima
Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih
kecil dari nilai t tabel