bab ii kajian pustaka 2.1 konsep-konsep dan … bab ii kajian pustaka 2.1 konsep-konsep dan definisi...

45
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan bahwa pertanian mempunyai peran besar bagi pembangunan ekonomi suatu negara. Sektor industri dapat saja secara substansial tidak mengalami perkembangan atau bahkan akan mati saat produktivitas pertanian berada pada tingkat terendah. Sejarah secara global menunjukkan bahwa sektor industri baru dapat berkembang saat sistem pertanian tradisional telah berubah menjadi sistem pertanian modern dengan menerapkan teknologi canggih.Karena itulah peningkatan produktivitas pertanian menjadi fokus utama pembangunan di banyak negara (Ang, 2013). Kemampuan sektor pertanian dalam peningkatan produksi dan pengentasan kemiskinan akan ditentukan oleh tiga faktor, yaitu 1) kemampuan mengatasi kendala pengembangan produksi, 2) kapasitas dalam melakukan reorientasi dan implementasi arah dan tujuan pengembangan agribisnis padi, dan 3) keberhasilan pelaksanaan program diversifikasi usaha tani di lahan sawah dengan mempertimbangkan komoditas alternatif nonpadi seperti palawija dan asparagus . Kebijakan strategis yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah: 1) memfasilitasi pengembangan infrastruktur fisik dan kelembagaan, perbaikan sistem insentif usaha tani, dan mendorong pengembangan agroindustri padat

Upload: vannga

Post on 06-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Konsep-konsep dan definisi

211 Produktivitas pertanian

Teori historiografi dan bukti empiris menunjukkan bahwa pertanian

mempunyai peran besar bagi pembangunan ekonomi suatu negara Sektor

industri dapat saja secara substansial tidak mengalami perkembangan atau

bahkan akan mati saat produktivitas pertanian berada pada tingkat terendah

Sejarah secara global menunjukkan bahwa sektor industri baru dapat

berkembang saat sistem pertanian tradisional telah berubah menjadi sistem

pertanian modern dengan menerapkan teknologi canggihKarena itulah

peningkatan produktivitas pertanian menjadi fokus utama pembangunan di

banyak negara (Ang 2013)

Kemampuan sektor pertanian dalam peningkatan produksi dan

pengentasan kemiskinan akan ditentukan oleh tiga faktor yaitu 1)

kemampuan mengatasi kendala pengembangan produksi 2) kapasitas

dalam melakukan reorientasi dan implementasi arah dan tujuan

pengembangan agribisnis padi dan 3) keberhasilan pelaksanaan program

diversifikasi usaha tani di lahan sawah dengan mempertimbangkan

komoditas alternatif nonpadi seperti palawija dan asparagus Kebijakan

strategis yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah 1) memfasilitasi

pengembangan infrastruktur fisik dan kelembagaan perbaikan sistem

insentif usaha tani dan mendorong pengembangan agroindustri padat

tenaga kerja di pedesaan 2)reorientasi arah dan tujuan pengembangan agribisnis padi

dengan sasaran peningkatan pendapatan dan ketahanan pangan rumah tangga petani padi

serta sebagai wahana dinamisasi perekonomian desa dan 3) pengembangan infrastruktur

(fisik dan kelembagaan) teknologi permodalan kebijakan stabilisasi dan penyuluhan

untuk komoditas alternatif nonpadi yang bernilai ekonomi tinggi tetapi memiliki risiko

yang besar (Sudaryanto 2006)

Peningkatan produktivitas yang signifikan dari waktu ke waktu telah dipercaya dapat

meningkatkan kualitas pembangunan di sektor manufaktur pada sebuah negara Pertanian

di banyak negara merupakan sumber pendapatan pajak yang dapat membiayai

pembangunan infrastruktur sebuah negara Peningkatan produktivitas pertanian dapat

menimbulkan efek positif bagi pertumbuhan ekonomi negara Ini tentunya dapat dilakukan

dengan menciptakan keunggulan kompetitif dari komoditas pertanian yang dihasilkan

(Chang 2006)

Peningkatan produktivitas pertanian pada semua komoditas telah menjadi perhatian

selama 50 tahun terakhir ini Perhatian ini diberikan agar tidak terjadi ketimpangan antara

pertumbuhan jumlah penduduk dengan ketersediaan bahan pangan Selama lima puluh

tahun terakhir hingga tahun 2010 telah terjadi peningkatan yang signifikan pada

pertumbuhan produktivitas pertanian Iindikasinya adalah dengan makin terjangkaunya

seluruh produk pertanian pada semua lapisan masayarakat Pertumbuhan produktivitas

pertanian memerlukan dukungan berupa ketersediaan lahan tenaga kerja pupuk energi

dan permodalan (Fuglie 2012)

212 Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi

Sektor pertanian berperan sangat penting dalam pembangunan ekonomi khususnya

pada negara-negara yang sedang berkembang Kuznets (dalam Ghatak 1984) mengatakan

bahwa sektor pertanian dalam negara yang sedang berkembang mempunyai empat kemampuan

potensial dalam memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan nasional

Keempat kontribusi itu adalah

1) Kontribusi Produk

Ekspansi dalam sektor non pertanian sangat berkaitan dengan sektor pertanian Sektor

pertanian tidak saja secara kontinyu dalam meningkatkan persediaan bahan pangan juga

untuk menyediakan bahan mentah untuk produk industri seperti tekstil Kontribusi produk

sektor pertanian ditunjukkan oleh sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan

Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga keterkaitan (linkages) sektor pertanian terhadap

sector lainnya

2) Kontribusi Pasar

Oleh karena adanya bias ekonomi pada tahap awal pembangunan sektor pertanian

secara substansial memberikan kontribusi terhadap pasar Kontribusi ini ditunjukkan oleh

pengeluaran petani untuk barang-barang industri baik untuk konsumsi maupun sebagai

input antara Dipihak lain sektor pertanian juga menjual outputnya untuk keperluan sektor

lainnya

3) Kontribusi Faktor

Sebagai sektor yang paling tua sektor pertanian menyumbangkan outputnya untuk

faktor produksi kepada sektor lainnya Kontribusi tersebut dapat berupa kapital dan juga

tenaga kerja termasuk sumberdaya manusia Transfer kapital terjadi karena surplus pada

sektor pertanian disumbangkan kepada sektor non pertanian hal ini disebabkan karena

sektor non pertanian umumnya mempunyai permintaan kapital yang lebih elastis

dibandingkan pada sektor pertanian Transfer tenaga kerja dari sektor pertanian

disumbangkan ke sektor non pertanian hal ini disebabkan karena sektor non pertanian

umumnya mempunyai persediaan tenaga kerja yang berlimpah Dengan tingkat upah

yang rendah pada sektor pertanian maka tenaga kerja akan terdorong untuk pindah dari

sektor pertanian ke sektor non pertanian

4) Kontribusi Devisa

Pada negara-negara yang sedang berkembang sektor pertanian sangat berperan dalam

menyumbangkan devisa karena ekspor utama negara-negara yang sedang berkembang

adalah komoditas pertanian Devisa hasil ekspor komoditas pertanian ini umumnya

digunakan untuk membiayai pembangunan sektor-sektor non pertanian Hal ini pertama

disebabkan karena ekspansi produksi pada komoditas ekspor pertanian seperti kopi kakao

atau kapas dapat dilakukan dengan sistem perluasan tanaman secara subsistem (largely

subsistence cropping system) untuk menghindari investasi baru Kedua karena sektor

pertanian umumnya sering menggunakan tambahan modal yang relatif sedikit

213 Pembangunan Pertanian

Mosher (1981) mengatakan bahwa pembangunan pertanian merupakan bagian

integral dari pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum Hal ini dimaksudkan bahwa

pembangunan pertanian menjamin pembangunan menyeluruh itu (overall development) akan

benar-benar bersifat umum yang mana penduduk yang hidup dari bertani jumlahnya besar di

berbagai negara dan dalam beberapa tahun mendatang akan terus hidup bertani

Untuk melaksanakan pembangunan pertanian tidak dapat hanya oleh petani saja

tetapi lebih lanjut makin lama petani makin tergantung pada pihak- pihak di luar seperti untuk

memenuhi kebutuhan pupuk bibit unggul saluran irigasi obat-obatan alat mesin pertanian dan

lain-lain Demikian pula hasilnya harus dijual ke pasar pengetahuan diperoleh dari sekolah atau

universitas dinas pertanian petugas penyuluh lapangan dan sebagainya Dengan demikian agar

sektor pertanian dapat maju diperlukan interaksi yang positif antara bidang pertanian dengan

bidang-bidang lainnya (Hadisapoetro 1973)

Dalam membangun pertanian Mosher (1981) menyebutkan tidak bisa lepas dari

penggunaan teknologi baru Hal ini disebabkan karena preferensi konsumen akan produk

pertanian sangat dinamis atau cepat berubah Berkaitan dengan hal itu lima faktor pokok yang

perlu diperhatikan dan senantiasa dipenuhi dalam pembangunan pertanian yaitu

a) Adanya pasar produk pertanian b) Adanya teknologi yang selalu berubah yang dikuasai petani

c) Adanya ketersediaan sarana produksi secara lokal

d) Adanya insentif produksi bagi petani

e) Adanya transport yang memadai

Menurut JH Boeke (dalam Mubyarto 1987) di Indonesia terdapat sistem dualisme

ekonomi atau dua sistem ekonomi yang berbeda namun berdampingan kuat Orang-orang

Indonesia pada dasarnya bersifat tradisional dan kebutuhannya yang menonjol adalah

kebutuhan sosial Oleh karena itu pemecahan masalah pembangunan pertanian di Indonesia

yang menyangkut aspek sosial ekonomi budaya dan politik dilakukan dengan pendekatan teori

ekonomi dualisme Boeke karena teori ekonomi barat dianggap tidak cocok bagi sebagian besar

masalah - masalah yang dihadapi di Indonesia Oleh sebab itu diusulkan dikembangkannya teori

ekonomi dan teori pembangunan ekonomi tersendiri bagi Indonesia Menurut Boeke implikasi

kebijakan berlakunya teori ekonomi dualisme adalah pertama pada suatu kebijakan tidak

mungkin diberlakukan di seluruh negara kedua kebijakan yang memberikan manfaat pada

suatu kelompok masyarakat mungkin dapat merugikan kelompok lainnya

Kelangsungan hidup sektor pertanian tidak bisa lepas dari perkembangan global Menurut

Soekartawi (2004) delapan aspek yang perlu diantisipasi pada era global sekarang ini dan

masa mendatang khususnya dalam bidang pertanian yaitu

a) Pentingnya penguasaan teknologi dan informasi

b) Meningkatnya jumlah key players di sektor pertanian

c) Meningkatnya perubahan preferensi konsumen pada produk-produk pertanian

d) Perubahan harga yang cepat karena munculnya key players baru di

perdagangan produk-produk pertanian

e) Meningkatnya kesadaran kesehatan menyebabkan perubahan kualitas produk

pertanian

f) Perubahan iklim yang kini mulai sulit diprediksi

g) Pembiayaan usahatani yang sudah terlanjur mahal karena ekonomi biaya tinggi

h) Menyempitnya lahan pertanian

Dalam upaya menjaga kelangsungan hidup sektor pertanian Mangunwidjaja dan Sailah

(2005) menyebutkan bahwa visi pembangunan pertanian abad ke-21 yang masih tetap aktual

untuk dijadikan salah satu acuan pembangunan pertanian saat ini atau pada masa yang akan

datang adalah

a) Menciptakan produk dan jasa pertanian yang berdaya saing tinggi

b) Memelihara kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan pertanian

c) Meningkatkan dan pemerataan kesejahteraan bangsa dan rakyat Indonesia pada

umumnya dan pelaku pertanian pada khususnya

d) Meningkatkan kontribusi pertanian dalam ekonomi nasional

Model pembangunan yang berlangsung selama ini menurut Hafsah (2008) menyebabkan

laju perkembangan sektor pertanian berjalan relatif lamban Oleh karena itu petani produsen di

tingkat on-farm belum semua menjadi sejahtera karena masih ada yang belum keluar dari

lingkaran kemiskinan Oleh karena itu pembangunan pertanian mendatang tidak saja sebagai

sektor pendukung tetapi harus menjadi fundamen dan motor penggerak perekonomian nasional

Berkaitan dengan hal itu paradigma pembangunan pertanian ke depan seyogyanya berorientasi

pada terwujudnya pertanian modern yang berbudaya industri berkelanjutan dengan bertumpu

pada kemampuan bangsa untuk mensejahterakan masyarakat Demikian juga pembangunan

pertanian ke depan juga harus dilakukan melalui upaya-upaya perubahan struktural secara

sistematis dan komprehensif serta lintas sektoral yakni berdasarkan sistem pengambilan

keputusan yang terpadu dan terkoordinasi secara efektif guna tercapainya tujuan pembangunan

pertanian yang berdaya saing berkerakyatan berkeadilan serta berkelanjutan

214 Petani Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau

seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani

pertanian peternakan perikanan dan pemungutan hasil laut Peranan petani sebagai pengelola

usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang

diketahui (Hernanto 1993) Menurut Samsudin (1982) yang dimaksud dengan petani adalah

mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian menguasai

suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri baik dengan

tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) yang

menyatakan bahwa petani adalah penduduk atau orang-orang yang secara de facto memiliki

atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-

faktor produksi pertanian (meliputi tanah berikut faktor alam yang melingkupinya tenaga

kerja termasuk organisasi dan skill modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara

mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain

Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak

(multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga Sebagai kepala

keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada

semua anggota rumah tangganya Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan

kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar

pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani

Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan

sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher 1981)

Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah

pertanian menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan

sendiri maupun dengan tenaga bayaran Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa

bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin 1982) Menurut Horton dan Hunt (1999) ada

petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan peralatan

dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas

untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan

Istilah rdquopetanirdquo dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan

definisi yang beragam Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai

kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan Moore mencatat tiga

karakteristik petani yaitu subordinasi legal kekhususan kultural dan pemilikan de facto atas

tanah Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan penduduk yang secara

eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok

tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)

Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri

yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus

petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah

pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang

bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra

dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan

rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya

lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi

juga lemah dalam semangatnya untuk maju

Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia

sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah

bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat

petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap

paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan

mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka

masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan

(Robert 1985)

Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri

terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna

kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh

kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok

maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan

norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya

dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke

tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak

Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab

terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan

bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk

mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan

mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya

gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi

hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya

nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling

tergantung antar petani

Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah

cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di

Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi

petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan

yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka

Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat

dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal

215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus

Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status

sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat

dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan

kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan

yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang

diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat

penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)

Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan

status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan

pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama

dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa

status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep

kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah

mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan

Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi

budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk

mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada

kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini

dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat

pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam

menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam

memilih komoditas pertanian

Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti

yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih

antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan

yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan

modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena

itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa

usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan

yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang

mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan

modal (Yatno et al 2003)

Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari

diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat

1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu

melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan

lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat

dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya

Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan

ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun

swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu

Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari

lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan

sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan

kebudayaan dalam lingkungannya

Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani

terdiri dari

a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil

b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian

c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain

d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian

Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk

mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik

secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak

langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan

mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana

produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat

dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran

hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya

informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang

pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah

peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan

keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya

Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung

bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan

mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan

bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi

Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang

untuk melakukan tindakan yang diinginkan

Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai

kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh

dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan

motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar

seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih

mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para

penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani

apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya

Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani

(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang

mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan

non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)

terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

kebutuhan ekonomi dan sosiologis

216 Asparagus

Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan

dari asparagus

1) Kaya nutrisi

Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta

chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut

glukosa dari aliran darah ke dalam sel

2) Memiliki zat antikanker

Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu

memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah

sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan

bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-

paru

3) Kaya antioksidan

Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan

sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini

menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan

4) Memiliki sifat antipenuaan

Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang

lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan

kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang

bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu

untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts

University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan

hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih

baik dan fleksibilitas mental yang baik

5) Diuretik alami

Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam

amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya

melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini

sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan

tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun

perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat

Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan

antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis

tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa

garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab

garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung

2013)

Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat

celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang

memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan

Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian

khusus

217 Konsep Biaya Produksi

Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau

untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

tenaga kerja di pedesaan 2)reorientasi arah dan tujuan pengembangan agribisnis padi

dengan sasaran peningkatan pendapatan dan ketahanan pangan rumah tangga petani padi

serta sebagai wahana dinamisasi perekonomian desa dan 3) pengembangan infrastruktur

(fisik dan kelembagaan) teknologi permodalan kebijakan stabilisasi dan penyuluhan

untuk komoditas alternatif nonpadi yang bernilai ekonomi tinggi tetapi memiliki risiko

yang besar (Sudaryanto 2006)

Peningkatan produktivitas yang signifikan dari waktu ke waktu telah dipercaya dapat

meningkatkan kualitas pembangunan di sektor manufaktur pada sebuah negara Pertanian

di banyak negara merupakan sumber pendapatan pajak yang dapat membiayai

pembangunan infrastruktur sebuah negara Peningkatan produktivitas pertanian dapat

menimbulkan efek positif bagi pertumbuhan ekonomi negara Ini tentunya dapat dilakukan

dengan menciptakan keunggulan kompetitif dari komoditas pertanian yang dihasilkan

(Chang 2006)

Peningkatan produktivitas pertanian pada semua komoditas telah menjadi perhatian

selama 50 tahun terakhir ini Perhatian ini diberikan agar tidak terjadi ketimpangan antara

pertumbuhan jumlah penduduk dengan ketersediaan bahan pangan Selama lima puluh

tahun terakhir hingga tahun 2010 telah terjadi peningkatan yang signifikan pada

pertumbuhan produktivitas pertanian Iindikasinya adalah dengan makin terjangkaunya

seluruh produk pertanian pada semua lapisan masayarakat Pertumbuhan produktivitas

pertanian memerlukan dukungan berupa ketersediaan lahan tenaga kerja pupuk energi

dan permodalan (Fuglie 2012)

212 Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi

Sektor pertanian berperan sangat penting dalam pembangunan ekonomi khususnya

pada negara-negara yang sedang berkembang Kuznets (dalam Ghatak 1984) mengatakan

bahwa sektor pertanian dalam negara yang sedang berkembang mempunyai empat kemampuan

potensial dalam memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan nasional

Keempat kontribusi itu adalah

1) Kontribusi Produk

Ekspansi dalam sektor non pertanian sangat berkaitan dengan sektor pertanian Sektor

pertanian tidak saja secara kontinyu dalam meningkatkan persediaan bahan pangan juga

untuk menyediakan bahan mentah untuk produk industri seperti tekstil Kontribusi produk

sektor pertanian ditunjukkan oleh sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan

Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga keterkaitan (linkages) sektor pertanian terhadap

sector lainnya

2) Kontribusi Pasar

Oleh karena adanya bias ekonomi pada tahap awal pembangunan sektor pertanian

secara substansial memberikan kontribusi terhadap pasar Kontribusi ini ditunjukkan oleh

pengeluaran petani untuk barang-barang industri baik untuk konsumsi maupun sebagai

input antara Dipihak lain sektor pertanian juga menjual outputnya untuk keperluan sektor

lainnya

3) Kontribusi Faktor

Sebagai sektor yang paling tua sektor pertanian menyumbangkan outputnya untuk

faktor produksi kepada sektor lainnya Kontribusi tersebut dapat berupa kapital dan juga

tenaga kerja termasuk sumberdaya manusia Transfer kapital terjadi karena surplus pada

sektor pertanian disumbangkan kepada sektor non pertanian hal ini disebabkan karena

sektor non pertanian umumnya mempunyai permintaan kapital yang lebih elastis

dibandingkan pada sektor pertanian Transfer tenaga kerja dari sektor pertanian

disumbangkan ke sektor non pertanian hal ini disebabkan karena sektor non pertanian

umumnya mempunyai persediaan tenaga kerja yang berlimpah Dengan tingkat upah

yang rendah pada sektor pertanian maka tenaga kerja akan terdorong untuk pindah dari

sektor pertanian ke sektor non pertanian

4) Kontribusi Devisa

Pada negara-negara yang sedang berkembang sektor pertanian sangat berperan dalam

menyumbangkan devisa karena ekspor utama negara-negara yang sedang berkembang

adalah komoditas pertanian Devisa hasil ekspor komoditas pertanian ini umumnya

digunakan untuk membiayai pembangunan sektor-sektor non pertanian Hal ini pertama

disebabkan karena ekspansi produksi pada komoditas ekspor pertanian seperti kopi kakao

atau kapas dapat dilakukan dengan sistem perluasan tanaman secara subsistem (largely

subsistence cropping system) untuk menghindari investasi baru Kedua karena sektor

pertanian umumnya sering menggunakan tambahan modal yang relatif sedikit

213 Pembangunan Pertanian

Mosher (1981) mengatakan bahwa pembangunan pertanian merupakan bagian

integral dari pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum Hal ini dimaksudkan bahwa

pembangunan pertanian menjamin pembangunan menyeluruh itu (overall development) akan

benar-benar bersifat umum yang mana penduduk yang hidup dari bertani jumlahnya besar di

berbagai negara dan dalam beberapa tahun mendatang akan terus hidup bertani

Untuk melaksanakan pembangunan pertanian tidak dapat hanya oleh petani saja

tetapi lebih lanjut makin lama petani makin tergantung pada pihak- pihak di luar seperti untuk

memenuhi kebutuhan pupuk bibit unggul saluran irigasi obat-obatan alat mesin pertanian dan

lain-lain Demikian pula hasilnya harus dijual ke pasar pengetahuan diperoleh dari sekolah atau

universitas dinas pertanian petugas penyuluh lapangan dan sebagainya Dengan demikian agar

sektor pertanian dapat maju diperlukan interaksi yang positif antara bidang pertanian dengan

bidang-bidang lainnya (Hadisapoetro 1973)

Dalam membangun pertanian Mosher (1981) menyebutkan tidak bisa lepas dari

penggunaan teknologi baru Hal ini disebabkan karena preferensi konsumen akan produk

pertanian sangat dinamis atau cepat berubah Berkaitan dengan hal itu lima faktor pokok yang

perlu diperhatikan dan senantiasa dipenuhi dalam pembangunan pertanian yaitu

a) Adanya pasar produk pertanian b) Adanya teknologi yang selalu berubah yang dikuasai petani

c) Adanya ketersediaan sarana produksi secara lokal

d) Adanya insentif produksi bagi petani

e) Adanya transport yang memadai

Menurut JH Boeke (dalam Mubyarto 1987) di Indonesia terdapat sistem dualisme

ekonomi atau dua sistem ekonomi yang berbeda namun berdampingan kuat Orang-orang

Indonesia pada dasarnya bersifat tradisional dan kebutuhannya yang menonjol adalah

kebutuhan sosial Oleh karena itu pemecahan masalah pembangunan pertanian di Indonesia

yang menyangkut aspek sosial ekonomi budaya dan politik dilakukan dengan pendekatan teori

ekonomi dualisme Boeke karena teori ekonomi barat dianggap tidak cocok bagi sebagian besar

masalah - masalah yang dihadapi di Indonesia Oleh sebab itu diusulkan dikembangkannya teori

ekonomi dan teori pembangunan ekonomi tersendiri bagi Indonesia Menurut Boeke implikasi

kebijakan berlakunya teori ekonomi dualisme adalah pertama pada suatu kebijakan tidak

mungkin diberlakukan di seluruh negara kedua kebijakan yang memberikan manfaat pada

suatu kelompok masyarakat mungkin dapat merugikan kelompok lainnya

Kelangsungan hidup sektor pertanian tidak bisa lepas dari perkembangan global Menurut

Soekartawi (2004) delapan aspek yang perlu diantisipasi pada era global sekarang ini dan

masa mendatang khususnya dalam bidang pertanian yaitu

a) Pentingnya penguasaan teknologi dan informasi

b) Meningkatnya jumlah key players di sektor pertanian

c) Meningkatnya perubahan preferensi konsumen pada produk-produk pertanian

d) Perubahan harga yang cepat karena munculnya key players baru di

perdagangan produk-produk pertanian

e) Meningkatnya kesadaran kesehatan menyebabkan perubahan kualitas produk

pertanian

f) Perubahan iklim yang kini mulai sulit diprediksi

g) Pembiayaan usahatani yang sudah terlanjur mahal karena ekonomi biaya tinggi

h) Menyempitnya lahan pertanian

Dalam upaya menjaga kelangsungan hidup sektor pertanian Mangunwidjaja dan Sailah

(2005) menyebutkan bahwa visi pembangunan pertanian abad ke-21 yang masih tetap aktual

untuk dijadikan salah satu acuan pembangunan pertanian saat ini atau pada masa yang akan

datang adalah

a) Menciptakan produk dan jasa pertanian yang berdaya saing tinggi

b) Memelihara kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan pertanian

c) Meningkatkan dan pemerataan kesejahteraan bangsa dan rakyat Indonesia pada

umumnya dan pelaku pertanian pada khususnya

d) Meningkatkan kontribusi pertanian dalam ekonomi nasional

Model pembangunan yang berlangsung selama ini menurut Hafsah (2008) menyebabkan

laju perkembangan sektor pertanian berjalan relatif lamban Oleh karena itu petani produsen di

tingkat on-farm belum semua menjadi sejahtera karena masih ada yang belum keluar dari

lingkaran kemiskinan Oleh karena itu pembangunan pertanian mendatang tidak saja sebagai

sektor pendukung tetapi harus menjadi fundamen dan motor penggerak perekonomian nasional

Berkaitan dengan hal itu paradigma pembangunan pertanian ke depan seyogyanya berorientasi

pada terwujudnya pertanian modern yang berbudaya industri berkelanjutan dengan bertumpu

pada kemampuan bangsa untuk mensejahterakan masyarakat Demikian juga pembangunan

pertanian ke depan juga harus dilakukan melalui upaya-upaya perubahan struktural secara

sistematis dan komprehensif serta lintas sektoral yakni berdasarkan sistem pengambilan

keputusan yang terpadu dan terkoordinasi secara efektif guna tercapainya tujuan pembangunan

pertanian yang berdaya saing berkerakyatan berkeadilan serta berkelanjutan

214 Petani Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau

seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani

pertanian peternakan perikanan dan pemungutan hasil laut Peranan petani sebagai pengelola

usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang

diketahui (Hernanto 1993) Menurut Samsudin (1982) yang dimaksud dengan petani adalah

mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian menguasai

suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri baik dengan

tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) yang

menyatakan bahwa petani adalah penduduk atau orang-orang yang secara de facto memiliki

atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-

faktor produksi pertanian (meliputi tanah berikut faktor alam yang melingkupinya tenaga

kerja termasuk organisasi dan skill modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara

mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain

Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak

(multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga Sebagai kepala

keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada

semua anggota rumah tangganya Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan

kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar

pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani

Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan

sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher 1981)

Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah

pertanian menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan

sendiri maupun dengan tenaga bayaran Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa

bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin 1982) Menurut Horton dan Hunt (1999) ada

petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan peralatan

dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas

untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan

Istilah rdquopetanirdquo dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan

definisi yang beragam Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai

kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan Moore mencatat tiga

karakteristik petani yaitu subordinasi legal kekhususan kultural dan pemilikan de facto atas

tanah Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan penduduk yang secara

eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok

tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)

Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri

yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus

petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah

pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang

bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra

dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan

rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya

lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi

juga lemah dalam semangatnya untuk maju

Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia

sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah

bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat

petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap

paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan

mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka

masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan

(Robert 1985)

Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri

terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna

kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh

kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok

maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan

norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya

dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke

tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak

Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab

terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan

bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk

mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan

mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya

gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi

hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya

nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling

tergantung antar petani

Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah

cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di

Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi

petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan

yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka

Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat

dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal

215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus

Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status

sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat

dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan

kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan

yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang

diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat

penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)

Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan

status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan

pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama

dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa

status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep

kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah

mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan

Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi

budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk

mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada

kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini

dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat

pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam

menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam

memilih komoditas pertanian

Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti

yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih

antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan

yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan

modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena

itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa

usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan

yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang

mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan

modal (Yatno et al 2003)

Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari

diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat

1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu

melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan

lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat

dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya

Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan

ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun

swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu

Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari

lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan

sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan

kebudayaan dalam lingkungannya

Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani

terdiri dari

a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil

b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian

c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain

d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian

Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk

mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik

secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak

langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan

mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana

produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat

dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran

hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya

informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang

pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah

peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan

keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya

Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung

bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan

mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan

bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi

Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang

untuk melakukan tindakan yang diinginkan

Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai

kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh

dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan

motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar

seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih

mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para

penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani

apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya

Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani

(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang

mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan

non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)

terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

kebutuhan ekonomi dan sosiologis

216 Asparagus

Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan

dari asparagus

1) Kaya nutrisi

Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta

chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut

glukosa dari aliran darah ke dalam sel

2) Memiliki zat antikanker

Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu

memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah

sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan

bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-

paru

3) Kaya antioksidan

Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan

sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini

menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan

4) Memiliki sifat antipenuaan

Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang

lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan

kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang

bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu

untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts

University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan

hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih

baik dan fleksibilitas mental yang baik

5) Diuretik alami

Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam

amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya

melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini

sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan

tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun

perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat

Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan

antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis

tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa

garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab

garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung

2013)

Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat

celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang

memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan

Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian

khusus

217 Konsep Biaya Produksi

Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau

untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

pada negara-negara yang sedang berkembang Kuznets (dalam Ghatak 1984) mengatakan

bahwa sektor pertanian dalam negara yang sedang berkembang mempunyai empat kemampuan

potensial dalam memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan nasional

Keempat kontribusi itu adalah

1) Kontribusi Produk

Ekspansi dalam sektor non pertanian sangat berkaitan dengan sektor pertanian Sektor

pertanian tidak saja secara kontinyu dalam meningkatkan persediaan bahan pangan juga

untuk menyediakan bahan mentah untuk produk industri seperti tekstil Kontribusi produk

sektor pertanian ditunjukkan oleh sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan

Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga keterkaitan (linkages) sektor pertanian terhadap

sector lainnya

2) Kontribusi Pasar

Oleh karena adanya bias ekonomi pada tahap awal pembangunan sektor pertanian

secara substansial memberikan kontribusi terhadap pasar Kontribusi ini ditunjukkan oleh

pengeluaran petani untuk barang-barang industri baik untuk konsumsi maupun sebagai

input antara Dipihak lain sektor pertanian juga menjual outputnya untuk keperluan sektor

lainnya

3) Kontribusi Faktor

Sebagai sektor yang paling tua sektor pertanian menyumbangkan outputnya untuk

faktor produksi kepada sektor lainnya Kontribusi tersebut dapat berupa kapital dan juga

tenaga kerja termasuk sumberdaya manusia Transfer kapital terjadi karena surplus pada

sektor pertanian disumbangkan kepada sektor non pertanian hal ini disebabkan karena

sektor non pertanian umumnya mempunyai permintaan kapital yang lebih elastis

dibandingkan pada sektor pertanian Transfer tenaga kerja dari sektor pertanian

disumbangkan ke sektor non pertanian hal ini disebabkan karena sektor non pertanian

umumnya mempunyai persediaan tenaga kerja yang berlimpah Dengan tingkat upah

yang rendah pada sektor pertanian maka tenaga kerja akan terdorong untuk pindah dari

sektor pertanian ke sektor non pertanian

4) Kontribusi Devisa

Pada negara-negara yang sedang berkembang sektor pertanian sangat berperan dalam

menyumbangkan devisa karena ekspor utama negara-negara yang sedang berkembang

adalah komoditas pertanian Devisa hasil ekspor komoditas pertanian ini umumnya

digunakan untuk membiayai pembangunan sektor-sektor non pertanian Hal ini pertama

disebabkan karena ekspansi produksi pada komoditas ekspor pertanian seperti kopi kakao

atau kapas dapat dilakukan dengan sistem perluasan tanaman secara subsistem (largely

subsistence cropping system) untuk menghindari investasi baru Kedua karena sektor

pertanian umumnya sering menggunakan tambahan modal yang relatif sedikit

213 Pembangunan Pertanian

Mosher (1981) mengatakan bahwa pembangunan pertanian merupakan bagian

integral dari pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum Hal ini dimaksudkan bahwa

pembangunan pertanian menjamin pembangunan menyeluruh itu (overall development) akan

benar-benar bersifat umum yang mana penduduk yang hidup dari bertani jumlahnya besar di

berbagai negara dan dalam beberapa tahun mendatang akan terus hidup bertani

Untuk melaksanakan pembangunan pertanian tidak dapat hanya oleh petani saja

tetapi lebih lanjut makin lama petani makin tergantung pada pihak- pihak di luar seperti untuk

memenuhi kebutuhan pupuk bibit unggul saluran irigasi obat-obatan alat mesin pertanian dan

lain-lain Demikian pula hasilnya harus dijual ke pasar pengetahuan diperoleh dari sekolah atau

universitas dinas pertanian petugas penyuluh lapangan dan sebagainya Dengan demikian agar

sektor pertanian dapat maju diperlukan interaksi yang positif antara bidang pertanian dengan

bidang-bidang lainnya (Hadisapoetro 1973)

Dalam membangun pertanian Mosher (1981) menyebutkan tidak bisa lepas dari

penggunaan teknologi baru Hal ini disebabkan karena preferensi konsumen akan produk

pertanian sangat dinamis atau cepat berubah Berkaitan dengan hal itu lima faktor pokok yang

perlu diperhatikan dan senantiasa dipenuhi dalam pembangunan pertanian yaitu

a) Adanya pasar produk pertanian b) Adanya teknologi yang selalu berubah yang dikuasai petani

c) Adanya ketersediaan sarana produksi secara lokal

d) Adanya insentif produksi bagi petani

e) Adanya transport yang memadai

Menurut JH Boeke (dalam Mubyarto 1987) di Indonesia terdapat sistem dualisme

ekonomi atau dua sistem ekonomi yang berbeda namun berdampingan kuat Orang-orang

Indonesia pada dasarnya bersifat tradisional dan kebutuhannya yang menonjol adalah

kebutuhan sosial Oleh karena itu pemecahan masalah pembangunan pertanian di Indonesia

yang menyangkut aspek sosial ekonomi budaya dan politik dilakukan dengan pendekatan teori

ekonomi dualisme Boeke karena teori ekonomi barat dianggap tidak cocok bagi sebagian besar

masalah - masalah yang dihadapi di Indonesia Oleh sebab itu diusulkan dikembangkannya teori

ekonomi dan teori pembangunan ekonomi tersendiri bagi Indonesia Menurut Boeke implikasi

kebijakan berlakunya teori ekonomi dualisme adalah pertama pada suatu kebijakan tidak

mungkin diberlakukan di seluruh negara kedua kebijakan yang memberikan manfaat pada

suatu kelompok masyarakat mungkin dapat merugikan kelompok lainnya

Kelangsungan hidup sektor pertanian tidak bisa lepas dari perkembangan global Menurut

Soekartawi (2004) delapan aspek yang perlu diantisipasi pada era global sekarang ini dan

masa mendatang khususnya dalam bidang pertanian yaitu

a) Pentingnya penguasaan teknologi dan informasi

b) Meningkatnya jumlah key players di sektor pertanian

c) Meningkatnya perubahan preferensi konsumen pada produk-produk pertanian

d) Perubahan harga yang cepat karena munculnya key players baru di

perdagangan produk-produk pertanian

e) Meningkatnya kesadaran kesehatan menyebabkan perubahan kualitas produk

pertanian

f) Perubahan iklim yang kini mulai sulit diprediksi

g) Pembiayaan usahatani yang sudah terlanjur mahal karena ekonomi biaya tinggi

h) Menyempitnya lahan pertanian

Dalam upaya menjaga kelangsungan hidup sektor pertanian Mangunwidjaja dan Sailah

(2005) menyebutkan bahwa visi pembangunan pertanian abad ke-21 yang masih tetap aktual

untuk dijadikan salah satu acuan pembangunan pertanian saat ini atau pada masa yang akan

datang adalah

a) Menciptakan produk dan jasa pertanian yang berdaya saing tinggi

b) Memelihara kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan pertanian

c) Meningkatkan dan pemerataan kesejahteraan bangsa dan rakyat Indonesia pada

umumnya dan pelaku pertanian pada khususnya

d) Meningkatkan kontribusi pertanian dalam ekonomi nasional

Model pembangunan yang berlangsung selama ini menurut Hafsah (2008) menyebabkan

laju perkembangan sektor pertanian berjalan relatif lamban Oleh karena itu petani produsen di

tingkat on-farm belum semua menjadi sejahtera karena masih ada yang belum keluar dari

lingkaran kemiskinan Oleh karena itu pembangunan pertanian mendatang tidak saja sebagai

sektor pendukung tetapi harus menjadi fundamen dan motor penggerak perekonomian nasional

Berkaitan dengan hal itu paradigma pembangunan pertanian ke depan seyogyanya berorientasi

pada terwujudnya pertanian modern yang berbudaya industri berkelanjutan dengan bertumpu

pada kemampuan bangsa untuk mensejahterakan masyarakat Demikian juga pembangunan

pertanian ke depan juga harus dilakukan melalui upaya-upaya perubahan struktural secara

sistematis dan komprehensif serta lintas sektoral yakni berdasarkan sistem pengambilan

keputusan yang terpadu dan terkoordinasi secara efektif guna tercapainya tujuan pembangunan

pertanian yang berdaya saing berkerakyatan berkeadilan serta berkelanjutan

214 Petani Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau

seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani

pertanian peternakan perikanan dan pemungutan hasil laut Peranan petani sebagai pengelola

usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang

diketahui (Hernanto 1993) Menurut Samsudin (1982) yang dimaksud dengan petani adalah

mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian menguasai

suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri baik dengan

tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) yang

menyatakan bahwa petani adalah penduduk atau orang-orang yang secara de facto memiliki

atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-

faktor produksi pertanian (meliputi tanah berikut faktor alam yang melingkupinya tenaga

kerja termasuk organisasi dan skill modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara

mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain

Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak

(multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga Sebagai kepala

keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada

semua anggota rumah tangganya Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan

kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar

pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani

Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan

sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher 1981)

Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah

pertanian menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan

sendiri maupun dengan tenaga bayaran Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa

bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin 1982) Menurut Horton dan Hunt (1999) ada

petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan peralatan

dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas

untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan

Istilah rdquopetanirdquo dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan

definisi yang beragam Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai

kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan Moore mencatat tiga

karakteristik petani yaitu subordinasi legal kekhususan kultural dan pemilikan de facto atas

tanah Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan penduduk yang secara

eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok

tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)

Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri

yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus

petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah

pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang

bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra

dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan

rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya

lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi

juga lemah dalam semangatnya untuk maju

Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia

sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah

bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat

petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap

paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan

mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka

masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan

(Robert 1985)

Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri

terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna

kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh

kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok

maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan

norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya

dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke

tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak

Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab

terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan

bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk

mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan

mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya

gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi

hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya

nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling

tergantung antar petani

Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah

cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di

Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi

petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan

yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka

Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat

dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal

215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus

Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status

sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat

dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan

kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan

yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang

diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat

penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)

Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan

status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan

pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama

dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa

status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep

kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah

mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan

Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi

budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk

mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada

kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini

dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat

pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam

menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam

memilih komoditas pertanian

Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti

yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih

antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan

yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan

modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena

itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa

usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan

yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang

mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan

modal (Yatno et al 2003)

Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari

diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat

1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu

melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan

lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat

dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya

Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan

ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun

swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu

Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari

lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan

sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan

kebudayaan dalam lingkungannya

Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani

terdiri dari

a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil

b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian

c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain

d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian

Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk

mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik

secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak

langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan

mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana

produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat

dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran

hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya

informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang

pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah

peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan

keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya

Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung

bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan

mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan

bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi

Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang

untuk melakukan tindakan yang diinginkan

Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai

kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh

dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan

motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar

seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih

mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para

penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani

apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya

Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani

(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang

mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan

non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)

terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

kebutuhan ekonomi dan sosiologis

216 Asparagus

Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan

dari asparagus

1) Kaya nutrisi

Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta

chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut

glukosa dari aliran darah ke dalam sel

2) Memiliki zat antikanker

Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu

memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah

sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan

bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-

paru

3) Kaya antioksidan

Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan

sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini

menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan

4) Memiliki sifat antipenuaan

Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang

lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan

kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang

bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu

untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts

University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan

hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih

baik dan fleksibilitas mental yang baik

5) Diuretik alami

Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam

amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya

melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini

sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan

tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun

perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat

Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan

antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis

tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa

garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab

garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung

2013)

Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat

celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang

memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan

Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian

khusus

217 Konsep Biaya Produksi

Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau

untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

dibandingkan pada sektor pertanian Transfer tenaga kerja dari sektor pertanian

disumbangkan ke sektor non pertanian hal ini disebabkan karena sektor non pertanian

umumnya mempunyai persediaan tenaga kerja yang berlimpah Dengan tingkat upah

yang rendah pada sektor pertanian maka tenaga kerja akan terdorong untuk pindah dari

sektor pertanian ke sektor non pertanian

4) Kontribusi Devisa

Pada negara-negara yang sedang berkembang sektor pertanian sangat berperan dalam

menyumbangkan devisa karena ekspor utama negara-negara yang sedang berkembang

adalah komoditas pertanian Devisa hasil ekspor komoditas pertanian ini umumnya

digunakan untuk membiayai pembangunan sektor-sektor non pertanian Hal ini pertama

disebabkan karena ekspansi produksi pada komoditas ekspor pertanian seperti kopi kakao

atau kapas dapat dilakukan dengan sistem perluasan tanaman secara subsistem (largely

subsistence cropping system) untuk menghindari investasi baru Kedua karena sektor

pertanian umumnya sering menggunakan tambahan modal yang relatif sedikit

213 Pembangunan Pertanian

Mosher (1981) mengatakan bahwa pembangunan pertanian merupakan bagian

integral dari pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum Hal ini dimaksudkan bahwa

pembangunan pertanian menjamin pembangunan menyeluruh itu (overall development) akan

benar-benar bersifat umum yang mana penduduk yang hidup dari bertani jumlahnya besar di

berbagai negara dan dalam beberapa tahun mendatang akan terus hidup bertani

Untuk melaksanakan pembangunan pertanian tidak dapat hanya oleh petani saja

tetapi lebih lanjut makin lama petani makin tergantung pada pihak- pihak di luar seperti untuk

memenuhi kebutuhan pupuk bibit unggul saluran irigasi obat-obatan alat mesin pertanian dan

lain-lain Demikian pula hasilnya harus dijual ke pasar pengetahuan diperoleh dari sekolah atau

universitas dinas pertanian petugas penyuluh lapangan dan sebagainya Dengan demikian agar

sektor pertanian dapat maju diperlukan interaksi yang positif antara bidang pertanian dengan

bidang-bidang lainnya (Hadisapoetro 1973)

Dalam membangun pertanian Mosher (1981) menyebutkan tidak bisa lepas dari

penggunaan teknologi baru Hal ini disebabkan karena preferensi konsumen akan produk

pertanian sangat dinamis atau cepat berubah Berkaitan dengan hal itu lima faktor pokok yang

perlu diperhatikan dan senantiasa dipenuhi dalam pembangunan pertanian yaitu

a) Adanya pasar produk pertanian b) Adanya teknologi yang selalu berubah yang dikuasai petani

c) Adanya ketersediaan sarana produksi secara lokal

d) Adanya insentif produksi bagi petani

e) Adanya transport yang memadai

Menurut JH Boeke (dalam Mubyarto 1987) di Indonesia terdapat sistem dualisme

ekonomi atau dua sistem ekonomi yang berbeda namun berdampingan kuat Orang-orang

Indonesia pada dasarnya bersifat tradisional dan kebutuhannya yang menonjol adalah

kebutuhan sosial Oleh karena itu pemecahan masalah pembangunan pertanian di Indonesia

yang menyangkut aspek sosial ekonomi budaya dan politik dilakukan dengan pendekatan teori

ekonomi dualisme Boeke karena teori ekonomi barat dianggap tidak cocok bagi sebagian besar

masalah - masalah yang dihadapi di Indonesia Oleh sebab itu diusulkan dikembangkannya teori

ekonomi dan teori pembangunan ekonomi tersendiri bagi Indonesia Menurut Boeke implikasi

kebijakan berlakunya teori ekonomi dualisme adalah pertama pada suatu kebijakan tidak

mungkin diberlakukan di seluruh negara kedua kebijakan yang memberikan manfaat pada

suatu kelompok masyarakat mungkin dapat merugikan kelompok lainnya

Kelangsungan hidup sektor pertanian tidak bisa lepas dari perkembangan global Menurut

Soekartawi (2004) delapan aspek yang perlu diantisipasi pada era global sekarang ini dan

masa mendatang khususnya dalam bidang pertanian yaitu

a) Pentingnya penguasaan teknologi dan informasi

b) Meningkatnya jumlah key players di sektor pertanian

c) Meningkatnya perubahan preferensi konsumen pada produk-produk pertanian

d) Perubahan harga yang cepat karena munculnya key players baru di

perdagangan produk-produk pertanian

e) Meningkatnya kesadaran kesehatan menyebabkan perubahan kualitas produk

pertanian

f) Perubahan iklim yang kini mulai sulit diprediksi

g) Pembiayaan usahatani yang sudah terlanjur mahal karena ekonomi biaya tinggi

h) Menyempitnya lahan pertanian

Dalam upaya menjaga kelangsungan hidup sektor pertanian Mangunwidjaja dan Sailah

(2005) menyebutkan bahwa visi pembangunan pertanian abad ke-21 yang masih tetap aktual

untuk dijadikan salah satu acuan pembangunan pertanian saat ini atau pada masa yang akan

datang adalah

a) Menciptakan produk dan jasa pertanian yang berdaya saing tinggi

b) Memelihara kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan pertanian

c) Meningkatkan dan pemerataan kesejahteraan bangsa dan rakyat Indonesia pada

umumnya dan pelaku pertanian pada khususnya

d) Meningkatkan kontribusi pertanian dalam ekonomi nasional

Model pembangunan yang berlangsung selama ini menurut Hafsah (2008) menyebabkan

laju perkembangan sektor pertanian berjalan relatif lamban Oleh karena itu petani produsen di

tingkat on-farm belum semua menjadi sejahtera karena masih ada yang belum keluar dari

lingkaran kemiskinan Oleh karena itu pembangunan pertanian mendatang tidak saja sebagai

sektor pendukung tetapi harus menjadi fundamen dan motor penggerak perekonomian nasional

Berkaitan dengan hal itu paradigma pembangunan pertanian ke depan seyogyanya berorientasi

pada terwujudnya pertanian modern yang berbudaya industri berkelanjutan dengan bertumpu

pada kemampuan bangsa untuk mensejahterakan masyarakat Demikian juga pembangunan

pertanian ke depan juga harus dilakukan melalui upaya-upaya perubahan struktural secara

sistematis dan komprehensif serta lintas sektoral yakni berdasarkan sistem pengambilan

keputusan yang terpadu dan terkoordinasi secara efektif guna tercapainya tujuan pembangunan

pertanian yang berdaya saing berkerakyatan berkeadilan serta berkelanjutan

214 Petani Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau

seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani

pertanian peternakan perikanan dan pemungutan hasil laut Peranan petani sebagai pengelola

usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang

diketahui (Hernanto 1993) Menurut Samsudin (1982) yang dimaksud dengan petani adalah

mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian menguasai

suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri baik dengan

tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) yang

menyatakan bahwa petani adalah penduduk atau orang-orang yang secara de facto memiliki

atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-

faktor produksi pertanian (meliputi tanah berikut faktor alam yang melingkupinya tenaga

kerja termasuk organisasi dan skill modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara

mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain

Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak

(multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga Sebagai kepala

keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada

semua anggota rumah tangganya Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan

kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar

pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani

Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan

sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher 1981)

Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah

pertanian menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan

sendiri maupun dengan tenaga bayaran Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa

bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin 1982) Menurut Horton dan Hunt (1999) ada

petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan peralatan

dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas

untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan

Istilah rdquopetanirdquo dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan

definisi yang beragam Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai

kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan Moore mencatat tiga

karakteristik petani yaitu subordinasi legal kekhususan kultural dan pemilikan de facto atas

tanah Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan penduduk yang secara

eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok

tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)

Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri

yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus

petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah

pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang

bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra

dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan

rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya

lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi

juga lemah dalam semangatnya untuk maju

Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia

sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah

bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat

petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap

paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan

mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka

masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan

(Robert 1985)

Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri

terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna

kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh

kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok

maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan

norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya

dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke

tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak

Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab

terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan

bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk

mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan

mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya

gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi

hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya

nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling

tergantung antar petani

Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah

cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di

Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi

petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan

yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka

Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat

dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal

215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus

Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status

sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat

dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan

kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan

yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang

diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat

penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)

Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan

status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan

pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama

dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa

status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep

kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah

mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan

Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi

budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk

mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada

kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini

dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat

pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam

menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam

memilih komoditas pertanian

Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti

yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih

antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan

yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan

modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena

itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa

usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan

yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang

mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan

modal (Yatno et al 2003)

Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari

diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat

1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu

melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan

lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat

dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya

Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan

ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun

swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu

Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari

lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan

sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan

kebudayaan dalam lingkungannya

Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani

terdiri dari

a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil

b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian

c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain

d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian

Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk

mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik

secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak

langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan

mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana

produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat

dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran

hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya

informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang

pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah

peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan

keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya

Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung

bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan

mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan

bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi

Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang

untuk melakukan tindakan yang diinginkan

Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai

kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh

dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan

motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar

seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih

mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para

penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani

apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya

Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani

(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang

mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan

non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)

terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

kebutuhan ekonomi dan sosiologis

216 Asparagus

Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan

dari asparagus

1) Kaya nutrisi

Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta

chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut

glukosa dari aliran darah ke dalam sel

2) Memiliki zat antikanker

Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu

memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah

sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan

bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-

paru

3) Kaya antioksidan

Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan

sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini

menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan

4) Memiliki sifat antipenuaan

Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang

lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan

kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang

bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu

untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts

University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan

hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih

baik dan fleksibilitas mental yang baik

5) Diuretik alami

Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam

amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya

melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini

sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan

tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun

perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat

Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan

antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis

tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa

garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab

garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung

2013)

Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat

celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang

memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan

Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian

khusus

217 Konsep Biaya Produksi

Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau

untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

lain-lain Demikian pula hasilnya harus dijual ke pasar pengetahuan diperoleh dari sekolah atau

universitas dinas pertanian petugas penyuluh lapangan dan sebagainya Dengan demikian agar

sektor pertanian dapat maju diperlukan interaksi yang positif antara bidang pertanian dengan

bidang-bidang lainnya (Hadisapoetro 1973)

Dalam membangun pertanian Mosher (1981) menyebutkan tidak bisa lepas dari

penggunaan teknologi baru Hal ini disebabkan karena preferensi konsumen akan produk

pertanian sangat dinamis atau cepat berubah Berkaitan dengan hal itu lima faktor pokok yang

perlu diperhatikan dan senantiasa dipenuhi dalam pembangunan pertanian yaitu

a) Adanya pasar produk pertanian b) Adanya teknologi yang selalu berubah yang dikuasai petani

c) Adanya ketersediaan sarana produksi secara lokal

d) Adanya insentif produksi bagi petani

e) Adanya transport yang memadai

Menurut JH Boeke (dalam Mubyarto 1987) di Indonesia terdapat sistem dualisme

ekonomi atau dua sistem ekonomi yang berbeda namun berdampingan kuat Orang-orang

Indonesia pada dasarnya bersifat tradisional dan kebutuhannya yang menonjol adalah

kebutuhan sosial Oleh karena itu pemecahan masalah pembangunan pertanian di Indonesia

yang menyangkut aspek sosial ekonomi budaya dan politik dilakukan dengan pendekatan teori

ekonomi dualisme Boeke karena teori ekonomi barat dianggap tidak cocok bagi sebagian besar

masalah - masalah yang dihadapi di Indonesia Oleh sebab itu diusulkan dikembangkannya teori

ekonomi dan teori pembangunan ekonomi tersendiri bagi Indonesia Menurut Boeke implikasi

kebijakan berlakunya teori ekonomi dualisme adalah pertama pada suatu kebijakan tidak

mungkin diberlakukan di seluruh negara kedua kebijakan yang memberikan manfaat pada

suatu kelompok masyarakat mungkin dapat merugikan kelompok lainnya

Kelangsungan hidup sektor pertanian tidak bisa lepas dari perkembangan global Menurut

Soekartawi (2004) delapan aspek yang perlu diantisipasi pada era global sekarang ini dan

masa mendatang khususnya dalam bidang pertanian yaitu

a) Pentingnya penguasaan teknologi dan informasi

b) Meningkatnya jumlah key players di sektor pertanian

c) Meningkatnya perubahan preferensi konsumen pada produk-produk pertanian

d) Perubahan harga yang cepat karena munculnya key players baru di

perdagangan produk-produk pertanian

e) Meningkatnya kesadaran kesehatan menyebabkan perubahan kualitas produk

pertanian

f) Perubahan iklim yang kini mulai sulit diprediksi

g) Pembiayaan usahatani yang sudah terlanjur mahal karena ekonomi biaya tinggi

h) Menyempitnya lahan pertanian

Dalam upaya menjaga kelangsungan hidup sektor pertanian Mangunwidjaja dan Sailah

(2005) menyebutkan bahwa visi pembangunan pertanian abad ke-21 yang masih tetap aktual

untuk dijadikan salah satu acuan pembangunan pertanian saat ini atau pada masa yang akan

datang adalah

a) Menciptakan produk dan jasa pertanian yang berdaya saing tinggi

b) Memelihara kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan pertanian

c) Meningkatkan dan pemerataan kesejahteraan bangsa dan rakyat Indonesia pada

umumnya dan pelaku pertanian pada khususnya

d) Meningkatkan kontribusi pertanian dalam ekonomi nasional

Model pembangunan yang berlangsung selama ini menurut Hafsah (2008) menyebabkan

laju perkembangan sektor pertanian berjalan relatif lamban Oleh karena itu petani produsen di

tingkat on-farm belum semua menjadi sejahtera karena masih ada yang belum keluar dari

lingkaran kemiskinan Oleh karena itu pembangunan pertanian mendatang tidak saja sebagai

sektor pendukung tetapi harus menjadi fundamen dan motor penggerak perekonomian nasional

Berkaitan dengan hal itu paradigma pembangunan pertanian ke depan seyogyanya berorientasi

pada terwujudnya pertanian modern yang berbudaya industri berkelanjutan dengan bertumpu

pada kemampuan bangsa untuk mensejahterakan masyarakat Demikian juga pembangunan

pertanian ke depan juga harus dilakukan melalui upaya-upaya perubahan struktural secara

sistematis dan komprehensif serta lintas sektoral yakni berdasarkan sistem pengambilan

keputusan yang terpadu dan terkoordinasi secara efektif guna tercapainya tujuan pembangunan

pertanian yang berdaya saing berkerakyatan berkeadilan serta berkelanjutan

214 Petani Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau

seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani

pertanian peternakan perikanan dan pemungutan hasil laut Peranan petani sebagai pengelola

usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang

diketahui (Hernanto 1993) Menurut Samsudin (1982) yang dimaksud dengan petani adalah

mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian menguasai

suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri baik dengan

tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) yang

menyatakan bahwa petani adalah penduduk atau orang-orang yang secara de facto memiliki

atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-

faktor produksi pertanian (meliputi tanah berikut faktor alam yang melingkupinya tenaga

kerja termasuk organisasi dan skill modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara

mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain

Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak

(multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga Sebagai kepala

keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada

semua anggota rumah tangganya Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan

kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar

pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani

Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan

sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher 1981)

Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah

pertanian menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan

sendiri maupun dengan tenaga bayaran Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa

bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin 1982) Menurut Horton dan Hunt (1999) ada

petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan peralatan

dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas

untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan

Istilah rdquopetanirdquo dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan

definisi yang beragam Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai

kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan Moore mencatat tiga

karakteristik petani yaitu subordinasi legal kekhususan kultural dan pemilikan de facto atas

tanah Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan penduduk yang secara

eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok

tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)

Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri

yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus

petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah

pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang

bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra

dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan

rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya

lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi

juga lemah dalam semangatnya untuk maju

Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia

sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah

bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat

petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap

paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan

mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka

masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan

(Robert 1985)

Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri

terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna

kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh

kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok

maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan

norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya

dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke

tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak

Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab

terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan

bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk

mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan

mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya

gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi

hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya

nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling

tergantung antar petani

Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah

cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di

Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi

petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan

yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka

Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat

dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal

215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus

Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status

sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat

dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan

kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan

yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang

diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat

penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)

Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan

status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan

pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama

dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa

status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep

kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah

mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan

Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi

budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk

mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada

kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini

dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat

pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam

menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam

memilih komoditas pertanian

Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti

yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih

antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan

yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan

modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena

itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa

usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan

yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang

mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan

modal (Yatno et al 2003)

Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari

diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat

1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu

melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan

lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat

dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya

Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan

ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun

swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu

Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari

lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan

sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan

kebudayaan dalam lingkungannya

Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani

terdiri dari

a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil

b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian

c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain

d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian

Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk

mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik

secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak

langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan

mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana

produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat

dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran

hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya

informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang

pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah

peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan

keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya

Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung

bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan

mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan

bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi

Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang

untuk melakukan tindakan yang diinginkan

Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai

kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh

dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan

motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar

seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih

mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para

penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani

apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya

Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani

(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang

mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan

non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)

terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

kebutuhan ekonomi dan sosiologis

216 Asparagus

Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan

dari asparagus

1) Kaya nutrisi

Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta

chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut

glukosa dari aliran darah ke dalam sel

2) Memiliki zat antikanker

Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu

memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah

sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan

bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-

paru

3) Kaya antioksidan

Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan

sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini

menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan

4) Memiliki sifat antipenuaan

Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang

lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan

kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang

bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu

untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts

University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan

hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih

baik dan fleksibilitas mental yang baik

5) Diuretik alami

Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam

amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya

melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini

sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan

tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun

perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat

Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan

antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis

tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa

garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab

garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung

2013)

Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat

celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang

memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan

Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian

khusus

217 Konsep Biaya Produksi

Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau

untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

suatu kelompok masyarakat mungkin dapat merugikan kelompok lainnya

Kelangsungan hidup sektor pertanian tidak bisa lepas dari perkembangan global Menurut

Soekartawi (2004) delapan aspek yang perlu diantisipasi pada era global sekarang ini dan

masa mendatang khususnya dalam bidang pertanian yaitu

a) Pentingnya penguasaan teknologi dan informasi

b) Meningkatnya jumlah key players di sektor pertanian

c) Meningkatnya perubahan preferensi konsumen pada produk-produk pertanian

d) Perubahan harga yang cepat karena munculnya key players baru di

perdagangan produk-produk pertanian

e) Meningkatnya kesadaran kesehatan menyebabkan perubahan kualitas produk

pertanian

f) Perubahan iklim yang kini mulai sulit diprediksi

g) Pembiayaan usahatani yang sudah terlanjur mahal karena ekonomi biaya tinggi

h) Menyempitnya lahan pertanian

Dalam upaya menjaga kelangsungan hidup sektor pertanian Mangunwidjaja dan Sailah

(2005) menyebutkan bahwa visi pembangunan pertanian abad ke-21 yang masih tetap aktual

untuk dijadikan salah satu acuan pembangunan pertanian saat ini atau pada masa yang akan

datang adalah

a) Menciptakan produk dan jasa pertanian yang berdaya saing tinggi

b) Memelihara kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan pertanian

c) Meningkatkan dan pemerataan kesejahteraan bangsa dan rakyat Indonesia pada

umumnya dan pelaku pertanian pada khususnya

d) Meningkatkan kontribusi pertanian dalam ekonomi nasional

Model pembangunan yang berlangsung selama ini menurut Hafsah (2008) menyebabkan

laju perkembangan sektor pertanian berjalan relatif lamban Oleh karena itu petani produsen di

tingkat on-farm belum semua menjadi sejahtera karena masih ada yang belum keluar dari

lingkaran kemiskinan Oleh karena itu pembangunan pertanian mendatang tidak saja sebagai

sektor pendukung tetapi harus menjadi fundamen dan motor penggerak perekonomian nasional

Berkaitan dengan hal itu paradigma pembangunan pertanian ke depan seyogyanya berorientasi

pada terwujudnya pertanian modern yang berbudaya industri berkelanjutan dengan bertumpu

pada kemampuan bangsa untuk mensejahterakan masyarakat Demikian juga pembangunan

pertanian ke depan juga harus dilakukan melalui upaya-upaya perubahan struktural secara

sistematis dan komprehensif serta lintas sektoral yakni berdasarkan sistem pengambilan

keputusan yang terpadu dan terkoordinasi secara efektif guna tercapainya tujuan pembangunan

pertanian yang berdaya saing berkerakyatan berkeadilan serta berkelanjutan

214 Petani Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau

seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani

pertanian peternakan perikanan dan pemungutan hasil laut Peranan petani sebagai pengelola

usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang

diketahui (Hernanto 1993) Menurut Samsudin (1982) yang dimaksud dengan petani adalah

mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian menguasai

suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri baik dengan

tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) yang

menyatakan bahwa petani adalah penduduk atau orang-orang yang secara de facto memiliki

atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-

faktor produksi pertanian (meliputi tanah berikut faktor alam yang melingkupinya tenaga

kerja termasuk organisasi dan skill modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara

mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain

Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak

(multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga Sebagai kepala

keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada

semua anggota rumah tangganya Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan

kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar

pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani

Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan

sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher 1981)

Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah

pertanian menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan

sendiri maupun dengan tenaga bayaran Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa

bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin 1982) Menurut Horton dan Hunt (1999) ada

petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan peralatan

dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas

untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan

Istilah rdquopetanirdquo dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan

definisi yang beragam Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai

kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan Moore mencatat tiga

karakteristik petani yaitu subordinasi legal kekhususan kultural dan pemilikan de facto atas

tanah Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan penduduk yang secara

eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok

tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)

Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri

yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus

petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah

pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang

bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra

dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan

rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya

lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi

juga lemah dalam semangatnya untuk maju

Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia

sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah

bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat

petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap

paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan

mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka

masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan

(Robert 1985)

Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri

terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna

kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh

kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok

maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan

norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya

dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke

tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak

Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab

terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan

bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk

mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan

mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya

gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi

hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya

nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling

tergantung antar petani

Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah

cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di

Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi

petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan

yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka

Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat

dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal

215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus

Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status

sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat

dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan

kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan

yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang

diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat

penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)

Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan

status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan

pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama

dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa

status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep

kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah

mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan

Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi

budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk

mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada

kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini

dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat

pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam

menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam

memilih komoditas pertanian

Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti

yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih

antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan

yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan

modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena

itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa

usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan

yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang

mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan

modal (Yatno et al 2003)

Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari

diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat

1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu

melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan

lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat

dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya

Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan

ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun

swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu

Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari

lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan

sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan

kebudayaan dalam lingkungannya

Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani

terdiri dari

a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil

b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian

c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain

d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian

Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk

mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik

secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak

langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan

mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana

produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat

dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran

hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya

informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang

pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah

peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan

keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya

Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung

bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan

mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan

bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi

Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang

untuk melakukan tindakan yang diinginkan

Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai

kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh

dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan

motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar

seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih

mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para

penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani

apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya

Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani

(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang

mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan

non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)

terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

kebutuhan ekonomi dan sosiologis

216 Asparagus

Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan

dari asparagus

1) Kaya nutrisi

Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta

chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut

glukosa dari aliran darah ke dalam sel

2) Memiliki zat antikanker

Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu

memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah

sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan

bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-

paru

3) Kaya antioksidan

Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan

sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini

menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan

4) Memiliki sifat antipenuaan

Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang

lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan

kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang

bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu

untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts

University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan

hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih

baik dan fleksibilitas mental yang baik

5) Diuretik alami

Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam

amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya

melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini

sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan

tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun

perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat

Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan

antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis

tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa

garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab

garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung

2013)

Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat

celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang

memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan

Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian

khusus

217 Konsep Biaya Produksi

Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau

untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

Model pembangunan yang berlangsung selama ini menurut Hafsah (2008) menyebabkan

laju perkembangan sektor pertanian berjalan relatif lamban Oleh karena itu petani produsen di

tingkat on-farm belum semua menjadi sejahtera karena masih ada yang belum keluar dari

lingkaran kemiskinan Oleh karena itu pembangunan pertanian mendatang tidak saja sebagai

sektor pendukung tetapi harus menjadi fundamen dan motor penggerak perekonomian nasional

Berkaitan dengan hal itu paradigma pembangunan pertanian ke depan seyogyanya berorientasi

pada terwujudnya pertanian modern yang berbudaya industri berkelanjutan dengan bertumpu

pada kemampuan bangsa untuk mensejahterakan masyarakat Demikian juga pembangunan

pertanian ke depan juga harus dilakukan melalui upaya-upaya perubahan struktural secara

sistematis dan komprehensif serta lintas sektoral yakni berdasarkan sistem pengambilan

keputusan yang terpadu dan terkoordinasi secara efektif guna tercapainya tujuan pembangunan

pertanian yang berdaya saing berkerakyatan berkeadilan serta berkelanjutan

214 Petani Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau

seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani

pertanian peternakan perikanan dan pemungutan hasil laut Peranan petani sebagai pengelola

usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang

diketahui (Hernanto 1993) Menurut Samsudin (1982) yang dimaksud dengan petani adalah

mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian menguasai

suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri baik dengan

tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) yang

menyatakan bahwa petani adalah penduduk atau orang-orang yang secara de facto memiliki

atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-

faktor produksi pertanian (meliputi tanah berikut faktor alam yang melingkupinya tenaga

kerja termasuk organisasi dan skill modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara

mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain

Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak

(multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga Sebagai kepala

keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada

semua anggota rumah tangganya Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan

kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar

pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani

Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan

sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher 1981)

Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah

pertanian menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan

sendiri maupun dengan tenaga bayaran Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa

bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin 1982) Menurut Horton dan Hunt (1999) ada

petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan peralatan

dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas

untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan

Istilah rdquopetanirdquo dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan

definisi yang beragam Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai

kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan Moore mencatat tiga

karakteristik petani yaitu subordinasi legal kekhususan kultural dan pemilikan de facto atas

tanah Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan penduduk yang secara

eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok

tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)

Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri

yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus

petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah

pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang

bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra

dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan

rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya

lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi

juga lemah dalam semangatnya untuk maju

Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia

sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah

bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat

petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap

paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan

mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka

masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan

(Robert 1985)

Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri

terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna

kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh

kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok

maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan

norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya

dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke

tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak

Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab

terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan

bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk

mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan

mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya

gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi

hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya

nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling

tergantung antar petani

Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah

cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di

Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi

petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan

yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka

Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat

dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal

215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus

Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status

sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat

dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan

kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan

yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang

diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat

penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)

Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan

status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan

pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama

dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa

status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep

kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah

mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan

Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi

budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk

mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada

kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini

dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat

pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam

menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam

memilih komoditas pertanian

Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti

yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih

antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan

yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan

modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena

itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa

usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan

yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang

mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan

modal (Yatno et al 2003)

Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari

diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat

1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu

melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan

lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat

dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya

Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan

ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun

swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu

Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari

lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan

sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan

kebudayaan dalam lingkungannya

Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani

terdiri dari

a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil

b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian

c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain

d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian

Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk

mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik

secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak

langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan

mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana

produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat

dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran

hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya

informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang

pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah

peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan

keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya

Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung

bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan

mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan

bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi

Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang

untuk melakukan tindakan yang diinginkan

Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai

kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh

dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan

motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar

seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih

mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para

penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani

apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya

Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani

(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang

mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan

non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)

terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

kebutuhan ekonomi dan sosiologis

216 Asparagus

Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan

dari asparagus

1) Kaya nutrisi

Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta

chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut

glukosa dari aliran darah ke dalam sel

2) Memiliki zat antikanker

Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu

memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah

sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan

bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-

paru

3) Kaya antioksidan

Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan

sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini

menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan

4) Memiliki sifat antipenuaan

Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang

lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan

kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang

bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu

untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts

University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan

hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih

baik dan fleksibilitas mental yang baik

5) Diuretik alami

Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam

amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya

melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini

sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan

tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun

perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat

Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan

antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis

tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa

garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab

garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung

2013)

Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat

celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang

memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan

Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian

khusus

217 Konsep Biaya Produksi

Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau

untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan faktor-

faktor produksi pertanian (meliputi tanah berikut faktor alam yang melingkupinya tenaga

kerja termasuk organisasi dan skill modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara

mandiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain

Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak

(multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga Sebagai kepala

keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada

semua anggota rumah tangganya Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan

kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar

pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani

Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan

sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan (Mosher 1981)

Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah

pertanian menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan

sendiri maupun dengan tenaga bayaran Menguasai sebidang tanah diartikan sebagai penyewa

bagi hasil (penyakap) atau pemilik (Samsudin 1982) Menurut Horton dan Hunt (1999) ada

petani yang disebut sebagai petani marginal yaitu petani yang hanya memiliki lahan peralatan

dan modal yang sangat sedikit atau daya kerja dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas

untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan

Istilah rdquopetanirdquo dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan

definisi yang beragam Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai

kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan Moore mencatat tiga

karakteristik petani yaitu subordinasi legal kekhususan kultural dan pemilikan de facto atas

tanah Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan penduduk yang secara

eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok

tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)

Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri

yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus

petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah

pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang

bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra

dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan

rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya

lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi

juga lemah dalam semangatnya untuk maju

Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia

sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah

bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat

petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap

paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan

mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka

masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan

(Robert 1985)

Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri

terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna

kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh

kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok

maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan

norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya

dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke

tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak

Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab

terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan

bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk

mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan

mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya

gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi

hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya

nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling

tergantung antar petani

Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah

cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di

Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi

petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan

yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka

Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat

dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal

215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus

Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status

sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat

dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan

kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan

yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang

diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat

penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)

Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan

status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan

pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama

dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa

status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep

kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah

mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan

Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi

budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk

mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada

kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini

dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat

pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam

menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam

memilih komoditas pertanian

Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti

yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih

antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan

yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan

modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena

itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa

usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan

yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang

mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan

modal (Yatno et al 2003)

Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari

diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat

1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu

melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan

lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat

dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya

Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan

ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun

swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu

Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari

lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan

sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan

kebudayaan dalam lingkungannya

Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani

terdiri dari

a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil

b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian

c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain

d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian

Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk

mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik

secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak

langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan

mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana

produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat

dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran

hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya

informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang

pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah

peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan

keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya

Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung

bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan

mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan

bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi

Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang

untuk melakukan tindakan yang diinginkan

Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai

kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh

dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan

motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar

seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih

mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para

penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani

apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya

Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani

(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang

mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan

non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)

terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

kebutuhan ekonomi dan sosiologis

216 Asparagus

Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan

dari asparagus

1) Kaya nutrisi

Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta

chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut

glukosa dari aliran darah ke dalam sel

2) Memiliki zat antikanker

Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu

memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah

sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan

bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-

paru

3) Kaya antioksidan

Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan

sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini

menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan

4) Memiliki sifat antipenuaan

Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang

lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan

kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang

bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu

untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts

University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan

hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih

baik dan fleksibilitas mental yang baik

5) Diuretik alami

Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam

amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya

melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini

sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan

tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun

perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat

Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan

antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis

tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa

garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab

garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung

2013)

Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat

celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang

memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan

Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian

khusus

217 Konsep Biaya Produksi

Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau

untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok

tanam (Lansberger dan Alexandrov dalam Anantanyu 2004)

Petani adalah orang baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan sendiri

yang matapencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah pertanian (Jaya 1989) Khusus

petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk petani dengan berhektar-hektar tanah

pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant dengan sebidang kecil sawah atau ladang

bahkan kadang- kadang hanya sekedar buruh tani saja (Moertopo 1975) Menurut Hadisapoetra

dalam Mardikanto (1994) secara ringkas mengatakan bahwa petani kecil merupakan golongan

rdquoekonomi lemahrdquo tidak saja lemah dalam hal permodalannya (sebagai akibat dari sempitnya

lahan yang diusahakan rendahnya produktivitas asparagus dan rendahnya pendapatan) tetapi

juga lemah dalam semangatnya untuk maju

Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia

sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan Tanah dan dirinya adalah

bagian dari satu hal suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama Suatu masyarakat

petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap

paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan

mereka menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian mereka

masuk secara intim akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan

(Robert 1985)

Blanckenurg et al (dalam Anantanyu (2004) menyebutkan bahwa salah satu ciri

terpenting masyarakat pertanian yang membedakannya dari masyarakat industri adalah makna

kelompok primer sebagai unsur membentuk masyarakat Kelompok primer ditandai oleh

kecilnya kelompok lemahnya tingkat formalisasi baik fungsi yang dipikul oleh kelompok

maupun persatuan dan solidaritas anggota kelompok juga lemahnya keterkaitan dengan

norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya

dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke

tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak

Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab

terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan

bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk

mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan

mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya

gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi

hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya

nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling

tergantung antar petani

Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah

cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di

Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi

petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan

yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka

Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat

dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal

215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus

Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status

sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat

dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan

kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan

yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang

diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat

penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)

Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan

status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan

pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama

dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa

status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep

kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah

mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan

Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi

budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk

mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada

kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini

dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat

pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam

menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam

memilih komoditas pertanian

Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti

yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih

antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan

yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan

modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena

itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa

usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan

yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang

mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan

modal (Yatno et al 2003)

Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari

diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat

1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu

melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan

lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat

dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya

Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan

ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun

swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu

Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari

lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan

sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan

kebudayaan dalam lingkungannya

Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani

terdiri dari

a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil

b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian

c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain

d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian

Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk

mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik

secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak

langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan

mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana

produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat

dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran

hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya

informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang

pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah

peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan

keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya

Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung

bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan

mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan

bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi

Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang

untuk melakukan tindakan yang diinginkan

Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai

kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh

dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan

motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar

seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih

mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para

penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani

apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya

Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani

(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang

mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan

non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)

terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

kebutuhan ekonomi dan sosiologis

216 Asparagus

Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan

dari asparagus

1) Kaya nutrisi

Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta

chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut

glukosa dari aliran darah ke dalam sel

2) Memiliki zat antikanker

Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu

memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah

sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan

bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-

paru

3) Kaya antioksidan

Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan

sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini

menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan

4) Memiliki sifat antipenuaan

Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang

lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan

kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang

bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu

untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts

University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan

hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih

baik dan fleksibilitas mental yang baik

5) Diuretik alami

Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam

amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya

melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini

sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan

tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun

perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat

Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan

antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis

tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa

garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab

garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung

2013)

Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat

celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang

memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan

Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian

khusus

217 Konsep Biaya Produksi

Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau

untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

norma-norma kelompok Dalam masyarakat pertanian kelompok primer lebih penting artinya

dibandingkan kelompok sekunder yang bercirikan organisasi rasional berorientasi ke

tujuan yang spesifik dan mempunyai jumlah anggota yang lebih banyak

Petani pedesaan yang subsistem dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab

terhambatnya proses modernisasi pertanian Karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan

bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini maka tidak mudah bagi petani untuk

mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan

mereka Riri (2008) Adopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya

gotong royong dan barter tenaga diantara petani hal ini disebabkan karena umumnya teknologi

hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia Berkaitan dengan hal itu akibat selanjutnya

nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling

tergantung antar petani

Bagi sebagian besar petani di Indonesia menurut Riri (2008) pertanian adalah sebuah

cara hidup (way of life atau livehood) Hal ini disebabkan karena pertanian (agriculture) di

Indonesia bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi

petani saja namun dalam prakteknya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan

yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatankerigan) dalam kegiatan mereka

Sehingga bertani bukan saja aktivitas ekonomi melainkan menjadi budaya hidup yang sarat

dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal

215 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas asparagus

Menurut Mardikanto (1996) produktivitas asparagus petani dipengaruhi oleh status

sosial ekonomi dan persepsinya terhadap inovasi Status sosial ekonomi dalam masyarakat

dapat dimengerti melalui apa yang dimiliki oleh individu-individu ataupun melalui kemampuan

kepala keluarga untuk mengusahakannya misalnya dengan kekuasaan ataupun kewenangan

yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang

diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat

penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)

Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan

status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan

pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama

dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa

status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep

kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah

mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan

Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi

budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk

mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada

kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini

dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat

pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam

menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam

memilih komoditas pertanian

Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti

yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih

antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan

yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan

modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena

itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa

usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan

yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang

mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan

modal (Yatno et al 2003)

Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari

diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat

1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu

melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan

lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat

dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya

Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan

ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun

swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu

Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari

lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan

sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan

kebudayaan dalam lingkungannya

Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani

terdiri dari

a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil

b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian

c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain

d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian

Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk

mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik

secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak

langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan

mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana

produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat

dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran

hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya

informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang

pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah

peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan

keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya

Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung

bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan

mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan

bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi

Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang

untuk melakukan tindakan yang diinginkan

Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai

kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh

dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan

motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar

seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih

mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para

penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani

apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya

Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani

(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang

mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan

non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)

terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

kebutuhan ekonomi dan sosiologis

216 Asparagus

Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan

dari asparagus

1) Kaya nutrisi

Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta

chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut

glukosa dari aliran darah ke dalam sel

2) Memiliki zat antikanker

Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu

memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah

sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan

bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-

paru

3) Kaya antioksidan

Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan

sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini

menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan

4) Memiliki sifat antipenuaan

Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang

lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan

kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang

bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu

untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts

University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan

hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih

baik dan fleksibilitas mental yang baik

5) Diuretik alami

Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam

amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya

melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini

sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan

tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun

perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat

Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan

antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis

tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa

garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab

garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung

2013)

Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat

celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang

memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan

Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian

khusus

217 Konsep Biaya Produksi

Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau

untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

yang dimiliki Status sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status sosial keluarga yang

diukur melalui tingkat pendidikan kepala keluarga perbaikan lapangan pekerjaan dan tingkat

penghasilan keluarga (Sajogyo dan Pudjiwati 2002)

Indikator status sosial ekonomi menurut Rogers (1985) adalah kasta umur pendidikan

status perkawinan aspirasi pendidikan partisipasi sosial hubungan organisasi pembangunan

pemilikan lahan pemilikan sarana pertanian serta penghasilan sebelumnya Hampir sama

dengan pendapatan tersebut Melly G Tan dalam Koentjaraningrat (1989) menyebutkan bahwa

status sosial ekonomi seseorang itu diukur lewat pekerjaan pendidikan dan pendapatan Konsep

kedudukan status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah

mencakup tingkat pendidikan faktor pekerjaan dan penghasilan

Umur petani dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan teknologi

budidaya tanaman pertanian Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai gairah lagi untuk

mengembangkan usahataninya Sedangkan pada umur muda dan dewasa petani berada pada

kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian Hal ini

dikarenakan pada usia muda petani mempunyai harapan akan usaha taninya Tingkat

pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir yang sistematisn dalam

menganalisis suatu masalah Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam

memilih komoditas pertanian

Pendapatan bersih dari usahatani juga dapat memotivasi petani dalam bekerja seperti

yang dikemukakan Soekartawi (1986) Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih

antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani yang merupakan imbalan

yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja pengelolaan dan

modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani oleh karena

itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa

usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan

yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang

mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan

modal (Yatno et al 2003)

Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari

diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat

1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu

melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan

lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat

dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya

Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan

ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun

swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu

Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari

lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan

sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan

kebudayaan dalam lingkungannya

Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani

terdiri dari

a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil

b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian

c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain

d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian

Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk

mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik

secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak

langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan

mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana

produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat

dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran

hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya

informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang

pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah

peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan

keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya

Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung

bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan

mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan

bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi

Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang

untuk melakukan tindakan yang diinginkan

Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai

kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh

dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan

motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar

seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih

mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para

penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani

apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya

Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani

(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang

mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan

non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)

terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

kebutuhan ekonomi dan sosiologis

216 Asparagus

Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan

dari asparagus

1) Kaya nutrisi

Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta

chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut

glukosa dari aliran darah ke dalam sel

2) Memiliki zat antikanker

Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu

memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah

sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan

bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-

paru

3) Kaya antioksidan

Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan

sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini

menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan

4) Memiliki sifat antipenuaan

Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang

lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan

kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang

bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu

untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts

University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan

hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih

baik dan fleksibilitas mental yang baik

5) Diuretik alami

Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam

amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya

melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini

sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan

tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun

perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat

Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan

antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis

tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa

garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab

garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung

2013)

Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat

celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang

memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan

Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian

khusus

217 Konsep Biaya Produksi

Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau

untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

itu indikator keuntungan usahatani dapat dipakai untuk membandingkan kinerja beberapa

usahatani Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan

yang lebih untuk memilih jenis tanaman daripada yang berpendapatan rendah Bagi petani yang

mempunyai pendapatan yang kecil tentu tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan

modal (Yatno et al 2003)

Pada proses motivasi ada dua pengaruh yang paling penting yaitu pertama pengaruh dari

diri sendiri berupa memahami diri sendiri bayangan dan ide-ide yang dimiliki (Moekijat

1990) Pengaruh penting lainnya dalam proses motivasi adalah bagaimana individu-individu

melihat lingkungan dimana mereka berada berupa interaksi atau hubungan individu dan

lingkungannya Hal yang sama dikemukakan oleh Syafruddin (2008) bahwa motivasi sangat

dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-harapan yang akan diperolehnya

Soekartawi (1988) menyatakan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan

ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang Diantaranya lembaga pemerintah maupun

swasta yang berhubungan dengan pemberian kredit bagi seseorang Berkaitan dengan hal itu

Maslow (1994) mengungkapkan bahwa motivasi manusia tidak akan terlepas dari

lingkungan sekitarnya baik dari situasi dan dengan orang lain Setiap teori motivasi dengan

sendirinya harus memperhitungkan fakta ini dengan menyertakan peranan penentuan

kebudayaan dalam lingkungannya

Menurut Mardikanto (1996) bahwa lingkungan ekonomi yang dapat memotivasi petani

terdiri dari

a) Lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil

b) Produsen dan penyalur sarana produksi atau peralatan pertanian

c) Pedagang serta lembaga pemasaran yang lain

d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian

Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk

mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik

secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak

langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan

mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana

produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat

dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran

hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya

informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang

pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah

peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan

keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya

Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung

bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan

mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan

bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi

Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang

untuk melakukan tindakan yang diinginkan

Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai

kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh

dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan

motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar

seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih

mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para

penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani

apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya

Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani

(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang

mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan

non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)

terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

kebutuhan ekonomi dan sosiologis

216 Asparagus

Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan

dari asparagus

1) Kaya nutrisi

Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta

chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut

glukosa dari aliran darah ke dalam sel

2) Memiliki zat antikanker

Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu

memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah

sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan

bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-

paru

3) Kaya antioksidan

Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan

sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini

menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan

4) Memiliki sifat antipenuaan

Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang

lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan

kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang

bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu

untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts

University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan

hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih

baik dan fleksibilitas mental yang baik

5) Diuretik alami

Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam

amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya

melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini

sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan

tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun

perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat

Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan

antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis

tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa

garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab

garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung

2013)

Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat

celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang

memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan

Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian

khusus

217 Konsep Biaya Produksi

Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau

untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

d) Pengusaha atau industri pengolahan hasil pertanian

Hernanto (1993) menyatakan bahwa petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk

mengubah keadaan usahataninya sendiri Karena itu bantuan dari luar diperlukan baik

secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak

langsung dalam bentuk insentif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dan

mengadakan tindakan perubahan Bentuk-bentuk insentif ini seperti jaminan tersedianya sarana

produksi yang diperlukan petani dalam jumlah yang cukup dan mudah dicapai harganya dapat

dipertimbangkan dalam usaha dan selalu dapat diperoleh secara kontinyu Menjamin pemasaran

hasil menjamin tersedianya kredit yang tidak memberatkan petani menjamin adanya

informasi teknologi yang kontinyu adalah bentuk insentif yang lain Tidak kurang

pentingnya bentuk insentif yang diperlukan guna tercapainya modernisasi usahatani adalah

peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak petani dan kebijakan-kebijakan yang memberikan

keleluasaan petani bertindak dalam pengembangan usahataninya

Faktor utama dalam motivasi dan mempengaruhi keputusan yang secara langsung

bagi individu adalah kemampuan untuk berbuat Keterlibatan dalam pengambilan keputusan

mendorong orang untuk menghasilkan dan bekerja Kilvington et al (1999) menyebutkan

bahwa pengambilan keputusan yang baik pada semua tingkatan bergantung pada informasi

Oleh karena itu pengelolaan informasi adalah komponen penting dalam memotivasi orang

untuk melakukan tindakan yang diinginkan

Handoko (1992) menyatakan bahwa motivasi yang bekerja pada diri individu mempunyai

kekuatan yang berbeda-beda Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh

dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa Untuk menumbuhkan

motivasi pada petani pada umumnya sangat sulit karena terbatasan yang ada pada petani

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar

seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih

mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para

penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani

apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya

Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani

(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang

mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan

non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)

terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

kebutuhan ekonomi dan sosiologis

216 Asparagus

Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan

dari asparagus

1) Kaya nutrisi

Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta

chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut

glukosa dari aliran darah ke dalam sel

2) Memiliki zat antikanker

Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu

memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah

sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan

bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-

paru

3) Kaya antioksidan

Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan

sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini

menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan

4) Memiliki sifat antipenuaan

Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang

lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan

kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang

bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu

untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts

University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan

hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih

baik dan fleksibilitas mental yang baik

5) Diuretik alami

Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam

amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya

melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini

sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan

tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun

perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat

Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan

antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis

tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa

garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab

garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung

2013)

Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat

celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang

memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan

Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian

khusus

217 Konsep Biaya Produksi

Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau

untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar

seperti yang dikemukakan Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih

mudah menerapkan inovasi atau teknologi dan mudah menjalankan anjuran dari para

penyuluh Upaya meningkatkan motivasi bertani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

rasa percaya diri petani akan keberhasilan usahanya dan PPL harus memahami perilaku petani

apa yang dibutuhkan dan hambatan serta peluang untuk meningkatkan produksinya

Demikian juga kebijakan harga dan sarana produksi harus berorietansi pada keuntungan petani

(Assagaf 2004) Keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor yang

mempengaruhinya Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal dan pendidikan

non formal dengan motivasinya (Wicaksono 2005) Selanjutnya menurut Yusnidar (2009)

terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

kebutuhan ekonomi dan sosiologis

216 Asparagus

Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan

dari asparagus

1) Kaya nutrisi

Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta

chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut

glukosa dari aliran darah ke dalam sel

2) Memiliki zat antikanker

Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu

memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah

sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan

bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-

paru

3) Kaya antioksidan

Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan

sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini

menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan

4) Memiliki sifat antipenuaan

Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang

lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan

kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang

bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu

untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts

University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan

hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih

baik dan fleksibilitas mental yang baik

5) Diuretik alami

Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam

amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya

melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini

sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan

tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun

perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat

Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan

antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis

tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa

garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab

garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung

2013)

Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat

celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang

memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan

Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian

khusus

217 Konsep Biaya Produksi

Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau

untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

Asparagus menyimpan banyak manfaat kesehatan untuk tubuh Berikut manfaat kesehatan

dari asparagus

1) Kaya nutrisi

Asparagus mengandung banyak nutrisi kaya serat folat vitamin A C E dan K serta

chromium dan mineral yang meningkatkan kemampuan insulin untuk mengangkut

glukosa dari aliran darah ke dalam sel

2) Memiliki zat antikanker

Merupakan sumber sangat kaya glutation suatu senyawa detoksifikasi yang membantu

memecah karsinogen dan senyawa berbahaya lainnya seperti radikal bebas Inilah

sebabnya mengapa konsumsi asparagus dapat membantu melindungi dan melawan

bentuk-bentuk kanker tertentu seperti tulang payudara laring usus dan kanker paru-

paru

3) Kaya antioksidan

Antioksidan dalam asparagus menduduki peringkat teratas di antara buah-buahan dan

sayuran karena kemampuannya untuk menetralisir radikal bebas yang merusak sel Ini

menurut penelitian pendahuluan dapat membantu memperlambat proses penuaan

4) Memiliki sifat antipenuaan

Karena memiliki sifat anti penuaan asparagus sering dijadikan menu vegetarian yang

lezat Tak hanya itu asparagus dapat membantu otak kita untuk memerangi penurunan

kognitif Seperti sayuran hijau pada umumnya asparagus mengandung folat yang

bekerja dengan vitamin B12 yang biasa ditemukan pada ikan daging unggas dan susu

untuk membantu mencegah kerusakan kognitif Dalam sebuah studi dari Tufts

University orang dewasa dengan tingkat sehat folat dan B12 dilakukan uji kecepatan

hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih

baik dan fleksibilitas mental yang baik

5) Diuretik alami

Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam

amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya

melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini

sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan

tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun

perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat

Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan

antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis

tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa

garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab

garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung

2013)

Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat

celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang

memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan

Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian

khusus

217 Konsep Biaya Produksi

Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau

untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

hasilnya mereka yang mengasup folat sehat dan B12 memiliki respon uji kecepatan lebih

baik dan fleksibilitas mental yang baik

5) Diuretik alami

Salah satu manfaat lebih dari asparagus mengandung tingkat tinggi asparagin asam

amino yang berfungsi sebagai diuretik alami Meningkatkan buang air kecil tidak hanya

melepaskan cairan tetapi membantu membersihkan tubuh dari kelebihan garam Hal ini

sangat bermanfaat bagi orang yang menderita edema (akumulasi cairan dalam jaringan

tubuh) dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit jantung Namun

perlu Anda tahu mengonsumsi asparagus bisa menyebabkan bau urin yang kuat

Demi mengasup manfaat asparagus secara maksimal ada cara memasak agar nutrisi dan

antioksidan di dalamnya tidak hilang Memasak dengan cara dipanggang atau ditumis

tanpa air bisa menjaga kandungan antioksidan dalam asparagus nikmati asparagus tanpa

garam mentega atau saus untuk mendapatkan hasil maksimal dari sifat diuretik Sebab

garam dapat menyebabkan retensi air pada beberapa orang (UMKM Kabupaten Badung

2013)

Asparagus dapat tumbuh di kawasan tinggi yang bersuhu sedang antara 25-30 derajat

celcius Dengan lahan yang agak berpasir Untuk kecamatan Petang yang

memungkinkan dapat ditanami asparagus adalah daerah Pelaga dan BelokSidan

Pembudidayaan Asparagus menggunakan biji biji disemai dalam tempat penyemaian

khusus

217 Konsep Biaya Produksi

Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau

untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional Jadi dalam pengorbanan ini

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian

tidak dibebankan ke harga pokok

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran terutama

menyangkut tanggung jawab manager Biaya dapat dipecah ke dalam

1) Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas

yang ada misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung

2) Biaya Semi Variabel yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi

tidak dalam propasi langsung

3) Biaya tetap yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat

konstan selama periode tertentu

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi

1) Biaya langsung yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu

dari organisasi

2) Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh

negatif terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Denpasar Oleh

karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian

Menurut Sukirno (2002) untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dapat

diketahui dengan rumus

TR = P Q

Keterangan

TR = Total Revunue Total Penerimaan (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

Q = Jumlah Produk (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus

TC = TFC + TVC

Keterangan

TC = Total Cost biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel (Rp)

Menurut Boediono (1992) pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut

I = TR ndashTC

Keterangan

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Penelitian ini menghitung biaya produksi penerimaan dan pendapatan dari tiga tanaman

asparagus yang diusahakan maka masing-masing tanaman dihitung dan kemudian dijumlahkan

pendapatan keseluruhannya dengan demikian akan diketahui jumlah pendapatan pola tanam

beruntun pada tanaman asparagus yang dilakukan dalam waktu satu tahun Kontribusi masing-

masing tanaman terhadap pendapatan petani dengan pola tanam beruntun dapat diketahui

berdasarkan besarnya pendapatan dari masing-masing tanaman

218 Konsep Luas Lahan

Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang

digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

(BPS Provinsi Bali 2013) Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1 Lahan adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau

saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami varietas unggul

tanaman yang dibudidayakan

2 Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami

dengan tanaman palawija atau padi gogo Lahan asparagus yaitu suatu lahan yang

dipergunakan oleh petani asparagus untuk menanami asparagus

Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan dimana semakin luas lahan petani

asparagus maka pendapatannya juga akan meningkat Hubungan antara luas lahan

dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap

pendapatanpenghasilan petani asparagus di Badung Lahan yang dikelola dengan baik

tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani asparagus

219 Konsep Pelatihan

Menurut Rivai (2004226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis

mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini

Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian

dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan

Menurut Simamora (2004276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai

berikut

1) Memperbaiki kinerja

2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja

4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi

6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Dari pendapatan di atas maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu

sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada

masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien

Jenis pelatihan menurut Simamora (2004278) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut

1) Pelatihan keahlian merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi

Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang

didefinisikan dalam tahap penilaian

2) Pelatihan ulang adalah subset pelatihan keahlian Pelatihan ulang berupaya

memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah

3) Pelatihan lintas fungsional Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas

kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan

Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya menurut Simamora

(2004280) adalah sebagai berikut

1) Manfaat untuk karyawan

(1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang

lebih efektif

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

(2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri

(3) Membantu karyawan mengatasi stress tekanan frustasi dan konflik

2) Manfaat untuk perusahaan

(1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif

terhadap orientasi profit

(2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan

(3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan

3) Manfaat dalam hubungan SDM antar grup dan pelaksanaan kebijakan

(1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual

(2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar pertumbuhan dan koordinasi

(3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup

Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan petani asparagus (Tanaman Hias) di Kota Denpasar

Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja Pelatihan

hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat

meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan

2110 Konsep Jumlah Tenaga Kerja

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran

karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk

yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan

merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan disegala bidang Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah

pembangunan usia kerja Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi maka

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

modal pembangunan relevan tetapi kualitasnya rendah karena penduduk tersebut lebih

merupakan beban pembangunan

Menurut Undang-undang No14 tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang

mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi

pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam

maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi

adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (199069) tenaga kerja (man power) mengandung

pengertian Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan

kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan

barang dan jasa Kedua tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Menurut Mulyadi Subri (200257) tenaga kerja (man power) adalah penduduk

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (199016) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

2) setengah pengangguran (underemployment) yaitu jam kerja mereka kurang

dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang

bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan

(2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka

yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

3) Bekerja penuh dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat

penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno 199719-20) Sedangkan untuk

golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan

angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi Mereka terdiri dari yang

bersekolah mengurus rumah rangga penerimaan pensiun mereka yang

hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia cacat dalam penjara

atau sakit kronis

Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatanpenghasilan asparagus di Badung dengan melihat kebutuhan akan tenaga

kerja pada perusahaan tersebut Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak

berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian Tenaga kerja berperan penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan

22 Teori yang Digunakan

221 Teori Produksi

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

Teori produksi yaitu teori yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai

penggunaan inputpada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber

daya yang ada (Sudarman 2004)

Selanjutnya Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan bahwa produksi adalah suatu proses

di mana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-barang dan jasa lain

yang disebut output Mubyarto (1986) menyatakan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal tenaga kerja

dan tanah Dalam pengertian teknisnya produksi berarti proses memadukan (menjadikan)

barang-barang atau zat dan tenaga yang sudah ada Dalam pengertian ekonomis produksi berarti

pekerjaan yang menimbulkan guna memperbesar guna yang ada dan mengabaikan guna itu di

antara orang-orang banyak Teori produksi dapat diperjelas dengan menggunakan pendekatan

fungsi produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X) Variabel yang dijelaskan biasanya berupa

output dan variabel yang menjelaskan berupa input Dalam pembahasan teori ekonomi produksi

maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini

Hal tersebut dikarenakan beberapa hal sebagai berikut

1) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah

dimengerti

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

2) Melalui Fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel dependen (Y)

dan variabel independen (X) serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas

secara matematis dan dapat dijelaskan sebagai berikut

Y = f (X1 X2 Xi Xn) (21)

Digunakannya fungsi produksi maka hubungan Y dan X diketahui dan sekaligus

hubungan Xi Xn dan X lainnya juga dapat diketahui

Pada tingkat teknologi tertentu hubungan antara inputdan output tercermin dalam suatu

rumusan fungsi produksi sebagai berikut (Nicholson 2001)

Q = f (K T M) (22)

Keterangan

Q = jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu K = jumlah inputyang berupa faktor produksi modal T = jumlah inputyang berupa faktor produksi tenaga kerja M = jumlah inputyang berupa faktor produksi bahan mentah

Tanda titik-titik menunjukkan bahwa masih terdapat kemungkinan variabel yang lain

mempengaruhi output di dalam proses produksi

Suatu asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah menunjukkan hubungan bahwa jumlah

barang produksi bergantung pada jumlah faktor produksi sehingga jumlah barang produksi

merupakan variabel tidak bebas sedangkan faktor-faktor produksi merupakan variabel bebas

Kondisi demikian output akan mencapai tingkat maksimum untuk kemudian turun kembali

ketika semakin banyak input variabel yang ditambahkan kepada input lain yang sudah tetap

maka fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing

Returns yaitu ldquoBila satu macam input penggunaannya terus ditambah sedangkan input-input

yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian menurun bila input tersebut terus menerus

ditambahrdquo (Boediono 1998) Untuk dapat melihat berlakunya hukum tersebut dapat dilihat dari

kurva-kurva sebagai berikut

1 Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total

(Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input-input lain dianggap tetap

secara matematis dapat ditulis (Boediono 1998)

TPP = f(X) (23)

2 Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per

unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut secara matematis dapat

ditulis

XTPPAPPX (24)

Keterangan

APPX = besarnya produksi rata-rata TPP = besarnya produksi total X = input variabel

3 Kurva Marginal Physical Product (MPPX) adalah kurva yang menunjukkan tambahan TPPX

karena adanya tambahan penggunaan satu input variabel secara matematis ditulis

XTPPMPPX

(25)

Keterangan

MPPX = produksi marjinal rata-rata ΔTPP = perubahan produksi total ΔX = perubahan input variabel Menurut Boediono (1998) hubungan antara ketiga kurva TPP APP dan MPP

mempunyai karakteristik sebagai berikut

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

1 Penggunaan input X sampai tingkat dimana TPPX cekung ke atas (0 sampai A) maka

MPPX menaik demikian pula APPX

2 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang menaik dan cembung ke

atas (yaitu antara A dan C) maka MPPX menurun

3 Pada tingkat penggunaan input X yang menghasilkan TPPX yang mulai menurun maka

MPPX menjadi negatif dan

4 pada tingkat penggunaaan input X dimana garis singgung pada TPPX persis melalui titik

origin (B) maka MPPX = APPX maksimum

Secara grafik hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 21

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

Gambar 21 Hubungan antara Kurva TPP APP dan MPP

Dari Gambar 21 menunjukkan pembagian tahap-tahap (daerah-daerah) produksi menjadi

tiga tahap didasarkan pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai tingkat

output yang optimum Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut

B

C

A

B

C

MPPX

APPX X

X

Y

0

0

A

X1 X2 X3

Epgt1 1gtEpgt0 Eplt1

Y

MPPAPP

TPPX

TPP

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

Tahap I daerah produksi mulai dari titik 0 sampai B dimana APPX mencapai maksimum

Elastisitas produksi lebih besar atau sama dengan satu artinya jika input variabel

ditambah sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah paling sedikit

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang belum optimal

Tahap II daerah produksi mulai dari APPX maksimum di titik B sampai MPPX = 0 di titik C

Elastisitas produksi adalah antara nol dan satu artinya jika input variabel ditambah

sebesar satu persen maka total produksi akan bertambah sekitar nol sampai dengan

satu persen Pada tahap ini merupakan daerah produksi yang optimal

Tahap III daerah produksi mulai dari MPPX = 0 di titik C dan seterusnya Elastisitas produksi

adalah sama dengan nol atau negatif artinya input variabel ditambah berapapun

jumlahnya maka total produksi akan semakin berkurang

Dari ketiga tahap tersebut maka tahap II adalah daerah produksi rasional yang

menghasilkan total produksi yang optimal Akan tetapi keadaan tersebut baru menggambarkan

efisiensi teknis dan belum tentu terjadi efisiensi ekonomis Untuk mencapai tahap efisiensi

ekonomis harus dimasukkan unsur harga baik harga produksi maupun harga hasil produksi atau

nilai tambah output yang dihasilkan sama dengan nilai tambah input yang digunakan

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input Elastisitas produksi ditulis melalui rumus sebagai berikut

(Soekartawi 2003)

atauXXYYEp

(26)

XY

YXEp

(27)

Keterangan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

Ep = elastisitas produksi ΔY = perubahan output ΔX = perubahan input Y = Output X = input

Karena ΔY ΔX adalah MPP maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya MPP dari suatu

input misalnya input X

Produksi Marjinal (Marginal Productivity = MP) merupakan tambahan jumlah yang

diproduksi karena ada tambahan salah satu faktor produksi yang ada Produksi Marjinal ditulis

melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi 2003)

MP = Prsquo = ethP ethQ helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(28)

Keterangan

MP = turunan pertama dari fungsi produksi

222 Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2002) biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu (a) Biaya tetap

(fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tetap umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dalam jangka pendek Biaya tetap total jumlahnya

sama sepanjang proses produksi Artinya walaupun produk yang diperoleh banyak atau sedikit

jumlahnya akan tetap Namun biaya tetap rata-rata tergantung pada besar kecilnya produksi Di

pihak lain biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah merupakan biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produk yang dihasilkan Cara menghitng biaya tetap (fixed cost)

adalah sebagai berikut

n

ixii PXFC

1

(29)

Keterangan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

Xi(i=123dst) banyaknya input tetap ke-i PXi(i=123dst) harga dari input tetap ke-i

Rumus 210 dapat digunakan untuk menghitung biaya total Total biaya atau total cost (TC)

adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost FC) dan biaya tidak tetap (variable cost VC)

Rumusnya adalah sebagai berikut (Soekartawi 2002)

TC = FC + VC (210)

223 Pengertian Pendapatan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian yang pada akhirnya

akan dinilai dengan uang Bagi petani pendapatan yang tinggi merupakan tujuan dari usaha

taninya Soekartawi dkk (1986) membagi pengertian pendapatan usaha tani menjadi tujuh Dua

di antaranya sebagai berikut

1) Gross Farm Income yaitu pendapatan kotor petani adalah perkalian antara nilai produksi

(Value of Production) atau penerimaan kotor usaha tani (Gross Return) yang diperoleh

dengan harga jual

2) Net Farm Income yaitu pendapatan bersih petani adalah selisih antara pendapatan kotor

usaha tani dengan pengeluaran biaya usaha tani

Dari pengertian pendapatan usaha tani tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut (Soekartawi 2002)

TR = Y Py (211)

Dimana

TR = total penerimaan Y = produksi asparagus Py = harga Y dan

Pd = TR ndash TC (212)

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

Keterangan

Pd = pendapatan bersih TR = total penerimaan TC = total biaya

Dalam perhitungan pendapatan usaha tani dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan

pendapatan (income approach) dan pendekatan keuntungan (profit approach) Pendekatan

pendapatan diterapkan pada usaha tani yang subsistem sampai semi komersial Pendekatan

keuntungan umumnya diterapkan pada usaha tani yang komersial di mana sudah menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan

Menurut Nicholson (2001) untuk memperoleh laba yang paling maksimum akan

memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC)

MR = dRdQ = dCdQ = MC (213)

224 Teori Tenaga Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti

menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan

Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan Penggunaan istilah

employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan ialah

sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan Pengertian ini

mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

yang melakukan pekerjaan tersebut Jadi pengertian employment dalam bahasa Inggris sudah

jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto 2006)

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan

penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu tertentu Untuk menentukan angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan belum

ingin bekerja (contoh adalah pelajar mahasiswa ibu rumah tangga dan pengangguran

sukarela) dan (2) jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang masuk pasar kerja (yang sudah

ingin bekerja) jumlah penduduk dalam golongan (2) dinamakan angkatan kerja dan penduduk

golongan (1) dinamakan bukan angkatan kerja Dengan demikian angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi jumlah penduduk usia kerja dengan jumlah

bukan angkatan kerja Perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yang

dinyatakan dalam persen dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh atau kesempatan kerja penuh (Sukirno 1994) Menurut Undang-Undang No 14

Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (pasal 1) Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi

tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi

utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri baik tenaga fisik maupun pikiran

Menurut Simanjuntak (2000) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian

Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

proses produksi Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa Kedua tenaga kerja

mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

Menurut Simanjuntak (2000) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut

1) Penganggur (open unemployment) yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan

2) Setengah pengangguran (underemployment) yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja produktivitas kerja dan pendapatan Setengah

pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu

a) setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja

kurang dari 35 jam seminggu dan

b) setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang

produktivitas kerja dan pendapatannya rendah

c) Bekerja penuh yaitu keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam

seminggu dan pendapatannya produktivitas kerja tinggi

Menurut Manning (1990) dalam Marhaeni dan Manuati (2004) permintaan terhadap

tenaga kerja selain dapat dilihat secara mikro yaitu dari segi perusahan juga dapat dilihat secara

makro baik secara sektoral jenis jabatan dan status hubungan kerja Permintaan tenaga kerja

secara makro juga sering dikenal dengan istilah kesempatan kerja atau jumlah orang yang

bekerja Konsep bekerja atau kesempatan kerja mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu

Suatu negara dianggap baru mulai mendekati titik balik atau turning point dalam pembangunan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian mulai turun secara absolutLebih lanjut dikatakan

bahwa pembangunan biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor manufaktur dan sektor jasa serta keberhasilan strategi pembangunan biasanya sering

dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor manufaktur yang dianggap berkaitan erat

dengan peningkatan produktivitas pekerja

225 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

Kebutuhan pangan dunia selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu Luas lahan

pertanian yang ada pada saat ini dirasakan masih belum memadai untuk pemenuhan target

tersebut Karena itulah diperlukan perluasan lahan Permasalahan yang ada adalah petani

seringkali tidak memiliki biaya yang cukup untuk perluasan lahan Luas lahan garapan yang ada

pada saat ini saja telah membuat petani mengeluarkan banyak biaya produksi Karena itulah

banyak petani menyiasati dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan mengefisienkan

pembiayaan produksinya (Fuglie 2010)

Ahishakiye (2011) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

pertanian di Burundi menyebutkan bahwa luas lahan merupakan faktor penentu pada besaran

biaya yang dikeluarkan oleh petani Semakin luas lahan garapan maka semakin besar biaya yang

harus dikeluarkan oleh petaniPertimbangan luas lahan ini juga didukung dengan tingkat

kesulitan pengolahan lahan seperti kontur lahan yang berbukit atau berdinding curam sehingga

rawan longsor Semakin luas lahan maka kesulitan pada pengolahan lahan akan semakin besar

dan berdampak pada besarnya biaya produksi

226 Pengaruh kualitas tanah terhadap pendapatan petani

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

Tanah merupakan media dari berbagai jenis tanaman pangan Tanah sebagai sumber daya

alam yang terperbaharui bukan berarti tidak dapat mengalami kualitas Zhang (2011) yang

melakukan penelitian di Cina menemukan bahwa kualitas tanah mengalami penurunan dari

waktu ke waktu Karena itulah Zhang menyarankan agar dapat tercipta sebuah sistem yang

mengintegerasikan antara konservasi tanah dengan pengelolaan tanaman pangan Upaya

konservasi ini perlu dilakukan untuk keberlanjutan usaha pertanian di Cina namun tetap dengan

mengedepankan efisiensi dalam konservasi tanah tersebut Efisiensi menjadi sangat penting

karena mengingat beban biaya konservasi tidaklah sedikit

Killham (2011) menyatakan bahwa konservasi tanah untuk menjaga kualitas tanah dari

waktu ke waktu memerlukan berbagai inovasi Hal ini terjadi mengingat penurunan kualitas

tanah dari waktu ke waktu akan semakin meningkat Kondisi ini berdampak pada penerapan

inovasi baru dengan tekonologi maju yang tentunya akan memakan banyak biaya Karena itulah

upaya konservasi ini perlu didukung dengan tindakan manajemen yang tepat sehingga selain

dapat menjaga kualitas tanah juga akan dapat menghemat biaya

227 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi banyak petani baik sebagai pemilik

lahan maupun sebagai penggarap Pemilik lahan berperan untuk memperhitungkan gaji bagi para

petani penggarap lahannya Gaji bagi petani merupakan imbal balik dari pemakaian faktor

produksi yang berupa sumber daya manusia Karena itulah semakin besar tenaga kerja yang

digunakan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan (Dharmasiri 2010)

Rajović (2012) yang meneliti produktivitas pertanian di North-Eastern Montenegro

menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pemilik lahan Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan tentunya

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

akan semakin besar juga biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pemilik lahan Karena itulah

penggunaan mesin khususnya traktor menjadi pilihan yang lebih ekonomis bila dibandingkan

dengan memperkerjakan banyak tenaga kerja dalam proses produksi pertanian

228 Pengaruh luas lahan terhadap produktivitas pertanian

Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya

mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produktivitas pertanian Hasil

penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang

lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang

memiliki lahan lebih sempit Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani

Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang

sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005) Hasil penelitian Masood menunjukkan

bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadappertumbuhan jumlah

produktivitas pertanian Namun dalam jangka panjang pengaruh positif tersebut dapat saja tidak

berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatifmenurunkan jumlah produktivitas pertanian Hal

ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang

dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi

dengan tindakan konservasi lahan

Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani Namun pada beberapa kondisi

menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang

dihasilkan dari setiap lahan yang ada

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

229 Pengaruh kualitas tanah terhadap produktivitas pertanian

Tanah merupakan salah satu komponen yang paling penting dari produksi pertanian dan

dapat memiliki pengaruh dominan pada hasil panen dan kualitas Sejarah peradaban manusia

menunjukkan bahwa petani akan selalu memperhitungkan lebih dahulu kualitas tanahnya untuk

menentukan jenis tanaman yang sesuai maupun teknologi pengolahan tanah yang tepat Hal

tersebut hingga era digital ini masih tetap dilakukan apalagi pada saat ini penentuan kualitas

tanah telah menggunakan sensor satelit Tujuannya selain kualitas hasil panen juga pada jumlah

produksi yang melimpah (Yufeng 2011)

Yang (2012) menyebutkan bahwa semua tanah mempunyai kualitas yang baik Baik atau

buruknya tanah lebih didefinisikan pada kesesuaian tanah untuk memediasi tumbuh kembangnya

sebuah varietas tanaman pangan Satu tipe tanah belum tentu sesuai untuk ditanami semua jenis

varietas tanaman pangan Namun bila dilihat dari kemampuan tanah untuk memediasi jumlah

produksi pangan maka dapat dinyatakan bahwa semua tipe tanah akan selalu mengalami

penurunan kualitas Penurunan kualitas tanah inilah yang berpengaruh besar terhadap naik atau

turunnya jumlah produksi pertanian

2210 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produktivitas pertanian

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah

produktivitas pertanian Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha

pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu

dan hilir Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama

masyarakat di suatu kawasan Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang

menjadi unggulan sebuah kawasan Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai target produktivitas

(Shively 2006)

Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era

industrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian Industrialisasi komoditas pertanian bukan

hanya pada penambahan mesin ataupun modal Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya

dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian

23 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Olujenyo tahun 2005 melakukan penelitian pada produktivitas pertanian di Nigeria Faktor-

faktor yang diteliti sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah umur

petani luas lahan pendidikan petani gender curahan jam kerja biaya produksi dan musim

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh signifikan secara simultan dan

variabel curahan jam kerja sebagai variabel yang berpengaruh dominan

Shively tahun 2006 melakukan penelitian pada skema distribusi tenaga kerja pada dua

sektor pertanian yaitu sektor hulu dan hilir di Palawa Filipina Distribusi tenaga kerja terbukti

lebih besar pada sektor hulu dibandingkan sektor hilir Namun demikian bila terkait dengan

keterampilan dan gaji tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang

mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan Faktor produksi yang diteliti adalah modal

dan tenaga kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian dan kedua faktor berada pada posisi increasing

Dharmasiri tahun 2010 melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas (Average

Productivity Index ndash API) pada produksi pertanian di Sri Lanka Perhitungan API ini

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

memperhtiungkan faktor geografi dan sosio geografi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian

Fuglie tahun 2010 melakukan kajian kualitatif pada seluruh faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Total Factor Productivity - TFP) pertanian secara global Hasil kajian

merekomendasikan peningkatan kualitas maupun kuantitas faktor yang mempengaruhi

produktivitas pertanian Tujuannya selain untuk menciptakan ketahanan pangan juga untuk

memacu pertumbuhan perekonomian setiap negara di dunia ini dengan keunggulan produk

pertanian yang menjadi ciri khasnya

Ahishakiye tahun 2011 mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di Burundi Variabel yang digunakan adalah jumlah tanggungan keluarga penggunaan

pupuk kimia penggunaan pupuk pengomposan pemanfaatan mulsa pemanfaatan irigasi rawa

fasilitas penahan erosi keikutsertaan dalam pelatihan luas lahan dan akses permodalan Hasil uji

menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga luas lahan dan kemudahan akses permodalan

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi

Faruq tahun 2011 yang meneliti tentang produktivitas pertanian yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan manufaktur di negara-negara yang ada di Asia Hasil uji

menunjukkan bahwa peningkatan investasi modal fisik di sektor manufaktur memberikan

kontribusi untuk peningkatan produktivitas produksi Pasar bebas dan investasi luar negeri

terbukti mendorong pertumbuhan produksi pertanian yang memicu pertumbuhan manufaktur

pada banyak negara di Asia

Killham tahun 2011 meneliti tentang penerapan integrated soil management (ISM) pada

pertanian secara global Metode ISM ini menekankan pada efisiensi pengolaan tanah untuk

menekan biaya produksi pertanian dan efektivitas untuk meningkatkan jumlah maupun kualitas

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

produk pertanian Selain itu Yufeng tahun 2011 meneliti tentang peran penginderaan jarak jauh

untuk menentukan kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian Penelitian ini

menekankan tentang arti penting kualitas tanah bagi pertanian pada jenis tanaman apapun

Zhang tahun 2011 mengkaji tentang penerapan metode integrated soilndashcrop system

management (ISSM) untuk meningkatkan produksi padi Metode ini diterapkan untuk

mengkonservasi tanah sehingga menjamin ketersediaan air Dampak bagi tanah sendiri adalah

terjaminnya kualitas tanah secara berkelanjutan seddangkan Masood tahun 2012 mengkaji

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi pertanian sehingga berdampak

pada status sosial dari petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah minimnya pengetahuan tentang teknik pertanian sumber daya air yang terbatas kondisi

cuaca tak menentu kebijakan pemerintah yang buruk bencana alam kurangnya modal dan

kondisi pertanian yang miskin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi

pertanian

Rajović tahun 2012 mengkaji secara kualitatif tentang intensifikasi produksi pertanian di

Montenegro Intensifikasi produksi pertanian dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat

guna dan penambahan modal bagi petani Namun intensifikasi ini juga tidak akan berhasil bila

tidak ada dukungan dari pemerintah Dukungan yang dimaksud adalah kebijakan yang

melindungi sektor pertanian hingga produtivitas komoditas pertanian dapat ditingkatkan

Yang tahun 2012 meneliti tentang penerapan Beneficial Management Practise (BMP)

bagi pengelolaan tanah dan air dalam konteks pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bila BMP ini dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menjaga kualitas tanah Efisiensi

dan efektivitas BMP ini akan mengurangi biaya pengelolaan lahan dan tentunya akan mampu

meningkatkan jumlah produksi tanaman pangan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

Saragih tahun 2013 meneliti tentang pengaruh faktor sosial ekonomi dan ekologi pada

produksi kopi Arabika di Sumatera Utara Hasil uji menunjukkan peningkatan produksi kopi

arabika dapat dilakukan dengan strategi intensifikasi melalui peningkatan pupuk yang cocok

fasilitasi kredit bagi petani kopi optimasi penggunaan lahan (tumpang sari atau multistrata

system) mengoptimalkan tenaga kerja keluarga yang digunakan penerapan praktek pertanian

yang baik yaitu pohon rindang pupuk organik pemangkasan konservasi lahan dan

pengendalian hama biologis CBB Strategi ekstensifikasi dapat dilakukan jika upaya intensifikasi

telah menunjukkan peningkatan produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Komala Dewi dan Sudiartini (1999) yang

berjudul Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam

Sistem Penjualan Sayuran mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi petani dalam

penjualan sayuran di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Analisis menggunakan regresi

logistik binomial menyimpulkan bahwa dari tujuh faktor yang diduga mempengaruhi keputusan

petani dalam sistem penjualan sayuran (sistem tebasan atau tidak) hanya tiga faktor yang

berpengaruh nyata yaitu pendapatan usahatani kebutuhan uang tunai sebelum panen dan resiko

harga sedangkan umur lama pendidikan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan intensitas

tanam tidak berpengaruh nyata Peluang petani untuk menebaskan lebih tinggi daripada tidak

menebaskan apabila pendapatan usahatani rendah kebutuhan uang tunai sebelum panen tinggi

dan resiko harga tinggi

Yanuar Pribadi dkk (2002) dengan penelitian yang berjudul Analisis Produksi dan

Faktor Penentuan Adopsi Pola Tanam Sawit Dupa Pada Usahatani Lahan Pasang Surut

Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa adopsi teknologi sawit dupa dipengaruhi oleh biaya

modal jumlah anggota keluarga tingkat pendidikan petani pendapatan dari usahatani padi luas

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

areal tanaman padi resiko dari penggunaan varietas tinggi dan jarak antara tempat tinggal

petani dengan lahan sawahnya

Menurut Yatno et al (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Motivasi Petani Samin

Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora) menyimpulkan bahwa motivasi petani Samin dalam menanam

kacang tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden Faktor-faktor

sosial ekonomi petani dalam penelitiannya terdiri dari umur tingkat pendidikan

pendapatan rumah tangga dan tingkat kekosmopolitan yaitu kesadaran adanya perbedaan dan

menyadari bahwa hidup tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat di negara tempat kita

tinggal namun juga menjadi bagian dari masyarakat dunia Terdapat hubungan yang signifikan

pada taraf kepercayaan 95 persen antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi artinya

semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

seseorang Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat hubungan yang

nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Antara tingkat pendapatan dengan motivasi ekonomi

mempunyai hubungan yang nyata maksudnya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang

maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya

Sumaryanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Menerapkan Pola Tanam Diversifikasi Kasus di Wilayah

Persawahan Irigasi Teknis Berantas Penelitian ini menggunakan regresi logistik

multinomial Hasil penelian ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh

dalam penerapan pola tanam diversifikasi adalah jumlah anggota keluarga yang bekerja di

usahatani kemampuan permodalan peranan usahatani dalam menopang ekonomi keluarga

tingkat kelangkaan air irigasi pada lahan petani dan tingkat kepemilikan pompa irigasi

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

Fauzy (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Strategik Pengembangan

Agribisnis di Kota Depok dengan menggunakan metode AHP (Analytical Herarchi Proces)

menyimpukan bahwa peluang utama pengembangan komoditas unggulan di Kota Depok adalah

faktor lokasi karena kota ini dekat dengan ibukota Jakarta Dipihak lain kelemahannya adalah

terjadinya alih fungsi lahan menyebabkan komoditas yang sebelumnya unggul akan menjadi

tidak unggul

Yusnidar (2009) penelitiannya yang berjudul Motivasi Masyarakat Dalam

Membudidayakan Tanaman Hias di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang nyata antara karakteristik pribadi lingkungan ekonomi dengan motivasi

masyarakat menanam tanaman hias di Kota Surakarta Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu

pelatihan pendidikan umur luas lahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel terikat

produktivitas asparagus petani asparagus penelitian asparagus yang telah dilakukan oleh

Hendra (2006) dengan topik Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Tani Asparagus di

Mojokerto

Penelitian tentang usahatani asparagus juga telah dilakukan di Desa Kedunggede

Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan

ushatani asparagus efisiensi usahatani asparagus dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan usahatani asparagus yang meliputi luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja Hipotesis penelitian diduga usahatani asparagus menguntungkan efisien untuk

diusahakan dan faktor-faktor produksi seperti luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus Pemilihan tempat penelitian

dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra

usahatani asparagus di Mojokerto Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan … BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan definisi 2.1.1 Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan

menggunakan metode sensus atau sampel total Metode sensus digunakan apabila jumlah

populasi yang diambil relatif kecil dalam hal ini sampel yang diambil sekitar petani responden

Analisa data yang digunakan adalah analisa pendapatan dan analisa efisiensi usahatani Analisa

pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani asparagus dan analisa

efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani asparagus di

Mojokerto Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda dimana variabel independen terdiri

dari luas lahan bibit pupuk pestisida dan tenaga kerja Berdasarkan hasil analisis diketahui

rata-rata penerimaan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 4375250836- perhektar

dan rata-rata pendapatan yang diterima dalam satu musim sebesar Rp 2562137403 perhektar

Pada usahatani asparagus diperoleh RC ratio rata-rata sebesar 24 dan BC ratio rata-rata

sebesar 141 sehingga usahatani asparagus di Desa Kedunggede Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dapat dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan Dari hasil analisis juga

diketahui bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan bibit dan pestisida

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani asparagus hal ini terbukti dari nilai t-

hitung ge t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen dengan demikian Ho ditolak dan menerima

Hi sehingga secara nyata luas lahan bibit dan pestisida mempengaruhi tingkat pendapatan

usahatani asparagus Sedangkan faktor produksi berupa pupuk dan tenaga kerja secara nyata

tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani asparagus di karenakan nilai t-hitungnya lebih

kecil dari nilai t tabel