plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · yulian, dan segenap rekan-rekan pendidikan...
TRANSCRIPT
i
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SEJARAH YANG
INOVATIF
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
Maria Felicia
NIM: 081314006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Makalah ini saya persembahkan kepada:
1. Tuhan YME atas berkat penyertaan dan penguatan-Nya.
2. Ayah dan Bunda untuk doa, cinta, kebebasan memilih, dan aksesibilitas serta
Adek untuk hiburan yang selalu diberikan.
3. Dibya Pradipta, Puji Wijaya, Lucia Nino, Dicky Sugianto, Sinta Triyani, Luki
Primaningtias, dan Wieana Oktami untuk doa, semangat, dan energi yang telah
dibagikan.
4. Para guru TK Gradika, TK St. Bellarminus II, SD St. Bellarminus II, SMP St.
Vincentius, dan SMA St. Ursula untuk bimbingan, dukungan, dan teladan yang
diberikan.
5. Yosefin Fitri, Yoel Febriantoro, Thomas Cahyo, Nova Utomo, Elisabeth
Yulian, dan segenap rekan-rekan Pendidikan Sejarah 2008 untuk kebersamaan
yang telah dilalui.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa Anda gunakan untuk
mengubah dunia.”
“Keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, tapi kemenangan atasnya. Seorang
pemberani bukanlah ia yang tidak merasa takut, tetapi ia yang menaklukkan rasa
takut tersebut.”
(Nelson Mandela)
“Masih banyak hal untuk dipelajari dan selalu ada hal-hal luar biasa di luar sana.
Bahkan kesalahan-kesalahan pun bisa menjadi indah.”
(Robin Williams)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SEJARAH YANG INOVATIF
Maria Felicia
Universitas Sanata Dharma
2015
Makalah ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan bentuk
bahan ajar sejarah inovatif yang dibutuhkan siswa kelas XI IPS di SMA BOPKRI
2, Yogyakarta.
Makalah ini disusun menggunakan Metode Penelitian dan Pengembangan
(Research and Development) yang telah dimodifikasi, yaitu tahap analisis potensi
dan masalah, pengumpulan data, desain produk, dan validasi desain. Makalah
ditulis secara deskriptif analitis.
Hasil penulisan menunjukkan bentuk bahan ajar inovatif yang dibutuhkan
oleh siswa kelas XI IPS di SMA BOPKRI 2, Yogyakarta adalah modul
pembelajaran sejarah. Modul pembelajaran yang dihasilkan berjudul
“Membangun Republik Indonesia: Modul Pembelajaran Pembentukan
Pemerintahan dan Kelengkapan Negara Pertama Republik Indonesia”. Aspek
inovasi dari modul pembelajaran yang dikembangkan adalah penggunaan model
pembelajaran Pedagogi Reflektif, penerapan konsep historiografi modern dalam
penulisan materi, serta pemanfaatan media video sosio-drama untuk memberikan
pengalaman belajar yang menarik bagi siswa.
Kata kunci: pengembangan, bahan ajar inovatif, bahan ajar sejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
DEVELOPING INNOVATIVE HISTORY TEACHING MATERIAL
Maria Felicia
Sanata Dharma University
2015
This study is aimed to analyze and describe the suitable form of innovative
teaching material for the students of XI IPS class of SMA BOPKRI 2,
Yogyakarta.
This study used modified Research and Development method using the
following steps: potency and problem analysis, data gathering, product design,
and design validation. The report was presented in analytical-descriptive writing.
The result of this study showed that the suitable innovative teaching
material for the students of XI IPS class of SMA BOPKRI 2, Yogyakarta was a
history learning module. The module developed was entitled “Membangun
Republik Indonesia: Modul Pembelajaran Pembentukan Pemerintahan dan
Kelengkapan Negara Pertama Republik Indonesia (The Building of the Republic
of Indonesia: Learning Module about the Establishment of the First Governmental
Body and Other State Organizations of the Republic of Indonesia)”. The
innovation aspects of the learning module were the use of Reflective Pedagogy
learning model, the application of modern historiography concept in the material
writing process, and the use of socio-drama video to enhance students’ learning
experience.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SEJARAH YANG INOVATIF”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar
Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
batuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta;
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
makalah ini;
3. Drs. Sutarjo Adisusilo, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
sabar membimbing dan memberikan banyak pengarahan, saran, serta
masukan selama penyusunan makalah ini;
4. Kepala Sekolah dan guru pengampu mata pelajaran sejarah SMA BOPKRI
2, Yogyakarta yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
pengambilan data di sekolah;
5. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah
yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis
menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma;
6. Seluruh karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, yang telah
memberikan pelayanan dan membantu penulis dalam memperoleh sumber
penulisan makalah ini;
7. Kedua orang tua penulis dan adik penulis yang telah memberikan
dorongan spiritual dan material selama proses penulisan makalah ini;
8. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2008 yang telah membantu
dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan makalah ini;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Konten Hlm.
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………...
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………..
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………...
HALAMAN MOTTO ……………………………………………...
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………...
i
ii
iii
iv
v
vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……………………...
ABSTRAK …………………………………………………………
ABSTRACT ……………………………………………………….
KATA PENGANTAR ……………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………
vii
viii
ix
x
xii
xiv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………...
1.3 Tujuan Penulisan Makalah …………………………………….
1.4 Manfaat Makalah ………………………………………………
1.5 Batasan Pengembangan ………………………………………..
1
6
6
7
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………... 11
2.1 Mata Pelajaran Sejarah Indonesia dalam Kurikulum 2013 ……
2.2 Bahan Ajar ………………………………………………..……
2.3 Pembelajaran Reflektif ………………………………………...
2.4 Model Pembelajaran Pedagogi Reflektif ………………………
2.5 Tahap Perkembangan Psikologis Siswa ………………………..
2.6 Konsep Historiografi Modern dalam Penulisan Bahan Ajar
Sejarah Indonesia ………………………………………………
2.7 Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam
Pembelajaran Sejarah Indonesia ……………………………….
11
14
21
23
29
33
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.8 Kerangka Berpikir ……………………………………………...
2.9 Langkah-langkah Penulisan Bahan Ajar ……………………….
38
39
BAB III BAHAN AJAR SEJARAH INOVATIF …………………. 42
3.1 Penerapan Teori dalam Pembuatan Bahan Ajar Inovatif……….
3.2 Sistematika Isi Bahan Ajar ……………………………………..
3.3 Tampilan Bahan Ajar …………………………………………..
42
43
44
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ………………………….. 45
4.1 Kesimpulan …………………………………………………….
4.2 Saran …………………………………………………………....
45
47
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………...
LAMPIRAN ………………………………………………………..
48
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Konten Hlm.
Lampiran 1: Silabus ……………………………………………….. 51
Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) …………. 56
Lampiran 3: Tampilan Modul Pembelajaran Sejarah ……………... 68
Lampiran 4: Intisari Hasil Wawancara Guru ……………………... 91
Lampiran 5: Intisari Hasil Angket Kebutuhan Siswa ……………... 93
Lampiran 6: Video Sosiodrama Rapat PPKI 18 Agustus 1945 …… 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai mata pelajaran yang diajarkan sejak tingkat SD sampai SMA,
mata pelajaran sejarah memiliki peran dalam upaya pembangunan bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang memiliki daya saing tinggi dalam era
globalisasi. Pelajaran sejarah menjadi mata pelajaran yang ideal dalam
penanaman karakter karena sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan
yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan
masyarakat di masa lampau. Pengetahuan masa lampau tersebut mengandung
nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan,
membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik. Oleh karena itu,
mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia
Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.1
Pada kenyataannya pengajaran sejarah di sekolah-sekolah di
Indonesia mengalami banyak tantangan dalam mewujudkan pembelajaran
sejarah Indonesia yang ideal. Salah satu contohnya terjadi di SMA BOPKRI
2, Yogyakarta. Dari hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran
sejarah untuk kelas XI IPS di SMA BOPKRI 2, Yogyakarta, ditemukan
bahwa ada dua kesulitan utama yang dialami dalam proses pembelajaran
1Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2011, hlm. 56-57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
sejarah. Pertama, keterbatasan akses siswa terhadap sumber bahan ajar
karena buku paket sejarah hanya bisa digunakan saat berada di sekolah dan
tidak bisa dibawa pulang. Kedua, meski guru pengampu sudah menggunakan
metode yang bervariasi saat mengajar dengan meminimalisasi ceramah dan
menggiatkan presentasi kelompok serta menggunakan berbagai media ajar
seperti slide presentasi, film, maupun gambar, siswa masih mudah bosan
dengan materi dan mengeluhkan materi yang dirasa kurang relevan dengan
situasi masa kini. Sementara itu, para siswa melalui kuesioner kebutuhan
menyatakan bahwa mereka menyukai pembelajaran yang menggunakan
media bervariasi.
Dari wawancara dan survei di SMA BOPKRI 2 tersebut, dapat dilihat
bahwa hambatan yang paling menonjol adalah hambatan terkait materi
pelajaran sejarah. Siswa memiliki akses yang terbatas terhadap sumber bahan
ajar dan materi yang terkandung dalam bahan ajar itu sendiri dikemas dengan
cara yang kurang menarik. Akibatnya siswa mudah bosan dan merasa tidak
menemukan relevansi materi pelajaran dengan kehidupannya di masa kini.
Oleh karena itu, solusi yang dapat ditempuh adalah dengan mengembangkan
bahan ajar sejarah inovatif yang bisa mengakomodasi kebutuhan dan kondisi
siswa untuk bisa mengalami pembelajaran sejarah yang menarik serta relevan
bagi hidupnya, dengan tetap memperhatikan kaidah penulisan sejarah
modern.
Pengembangan bahan ajar inovatif, layaknya pengembangan bahan
ajar pada umumnya, bisa dilakukan dengan mempertimbangan situasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kondisi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Untuk situasi di kelas
kelas XI IPS SMA BOPKRI 2, ada tiga aspek yang bisa dijadikan
pertimbangan pengembangan bahan ajar, yaitu bagaimana kegiatan
pembelajaran yang telah berlangsung selama ini, bagaimana materi bisa
ditulis sedemikian rupa sehingga terasa aktual bagi siswa, dan bagaimana
media bisa dimanfaatkan secara efektif sehingga aktivitas pembelajaran
menjadi menarik bagi siswa.
Pertama, dari aspek kegiatan pembelajaran. Aktivitas pembelajaran
sejarah di kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 yang telah berlangsung selama ini
dapat dilihat dengan Teori Brain-based Teaching. Teori ini menjelaskan
bahwa otak manusia mengembangkan lima sistem pembelajaran, yaitu sistem
pembelajaran emosional, sistem pembelajaran sosial, sistem pembelajaran
kognitif, sistem pembelajaran fisik, dan sistem pembelajaran reflektif2. Dari
hasil wawancara guru dan kuesioner siswa, terlihat bahwa sebenarnya proses
pembelajaran di kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 sudah mencakup kegiatan
yang merangsang perkembangan sistem pembelajaran emosional (siswa
sudah bisa ditarik perhatiannya lewat penggunaan berbagai media), sistem
pembelajaran sosial (siswa sudah terbiasa bekerja dalam kelompok), sistem
pembelajaran kognitif (siswa sudah diberi berbagai macam tugas dan tes),
serta sistem pembelajaran fisik (siswa sudah didorong untuk berpartisipasi
aktif lewat presentasi dan tanya-jawab). Dengan kata lain, model
pembelajaran sejarah yang dibutuhkan di kelas ini adalah model
2 Barbara K. Given, Brain-based Teaching, Penerbit Kaifa, Bandung, 2007, hlm. 64-66.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pembelajaran yang mampu merangsang perkembangan sistem pembelajaran
reflektif sehingga perkembangan siswa dalam keempat sistem pembelajaran
lainnya bisa lebih dimaksimalkan hasilnya dan siswa juga bisa dibiasakan
untuk mengenali dirinya dengan lebih baik, terutama bila dikaitkan dengan
pembelajaran sejarah yang diharapkan juga melatih dan membentuk sikap,
watak, dan kepribadian luhur siswa.
Untuk mengakomodasi perkembangan sistem pembelajaran reflektif
siswa, model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran
Pedagogi Reflektif. Pedagogi Reflektif adalah model pembelajaran yang
menekankan peran guru dalam pendampingan siswa dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan pengetahuan dan pengalaman
yang telah ia peroleh dalam selama proses pembelajaran. Pedagogi Reflektif
diterapkan melalui proses yang terdiri atas lima langkah, yaitu konteks
belajar, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.3
Kedua, aspek aktualisasi peristiwa sejarah yang disampaikan dalam
pelajaran. Siswa mengeluhkan peristiwa sejarah yang mereka pelajari di
sekolah kurang terasa relevansinya dengan kehidupan mereka saat ini. Oleh
karena ini, materi yang disampaikan bisa dibuat supaya terasa lebih aktual
bagi siswa dengan menerapkan prinsip penulisan sejarah atau historiografi
modern dalam penulisan materi. Sartono Kartodirdjo4 menjelaskan bahwa
penyusunan bahan ajar sejarah Indonesia tidak lepas dari penulisan sejarah
3 Subagya (penerj.), Paradigma Pedagogi Reflektif, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2010, hlm. 22-
65. 4 Sartono Kartodirdjo et. al., Sejarah Nasional Indonesia 1, Depdikbud, Jakarta, 1975, hlm.
pengantar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
nasional Indonesia itu sendiri. Pada tahun 1970-an, para sejarawan Indonesia
telah merintis usaha penulisan sejarah nasional Indonesia yang bersifat
Indonesia-sentris melalui pembuatan buku pedoman Sejarah Nasional
Indonesia yang salah satu tujuannya adalah agar bisa dijadikan acuan bagi
penulisan buku-buku ajar sejarah di sekolah. Penulisan sejarah yang
Indonesia-sentris ini juga harus proporsional, ditulis apa adanya sesuai
pasang surut perjalanan bangsa Indonesia dengan harapan bisa mempertinggi
kesadaran bangsa Indonesia sebagai suatu nasion serta bisa membangkitkan
rasa kebanggaan pada generasi muda, memantapkan kepribadian bangsa,
serta identitasnya.
Ketiga, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran sejarah. Salah satu upaya untuk menarik minat siswa untuk
menikmati pembelajaran sejarah di sekolah adalah dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam berbagai bentuk media
yang cocok untuk mendukung penyampaian materi. Perlu juga ditekankan
bahwa pemanfaatan TIK dalam pembelajaran sejarah ini hanya merupakan
salah satu elemen dari sebuah strategi yang holistik untuk memfasilitasi
pencapaian tujuan belajar sejarah. Oleh karena itu, pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran sejarah sebaiknya mempertimbangkan tiga prinsip utama yaitu
apakah penggunaan TIK mendukung praktik pembelajaran sejarah yang baik
atau tidak, penggunaan TIK harus memfasilitasi pencapaian tujuan belajar,
dan TIK yang digunakan harus membantu guru maupun siswa untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mencapai sebuah tujuan yang tidak bisa dicapai tanpa penggunaan teknologi
tersebut serta membantu siswa untuk belajar dengan lebih efisien5.
Berdasarkan kondisi dan situasi yang sudah dijelaskan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa bahan ajar sejarah yang selayaknya dikembangkan
untuk mengakomodasi kebutuhan siswa kelas XI IPS SMA BOPKRI 2
adalah bahan ajar inovatif dengan menggunakan model pembelajaran
reflektif, menerapkan prinsip penulisan historiografi modern, serta
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses
pembelajaran.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
Bagaimana bentuk bahan ajar inovatif untuk mata pelajaran sejarah yang
sesuai dengan kebutuhan belajar siswa kelas XI IPS SMA BOPKRI 2?
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Menganalisis dan mendeskripsikan bentuk bahan ajar inovatif yang
dibutuhkan oleh siswa kelas XI IPS BOPKRI 2;
5 Rob Phillips, Reflective Teaching of History 11-18, Continuum, London, 2002, hlm. 128.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.4. Manfaat Makalah
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu:
1.4.1. Bagi guru sejarah
Memfasilitasi guru dengan tambahan referensi bahan ajar sejarah serta
mendorong guru untuk mendampingi siswa lewat kegiatan
pembelajaran yang lebih kreatif serta sebagai alternatif persiapan
menyongsong kemungkinan penerapan kembali Kurikulum 2013 pasca
evaluasi oleh Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan
Menengah.
1.4.2. Bagi siswa
Memfasilitasi siswa kelas XI IPS dengan bahan ajar sejarah yang dapat
mengakomodasi kebutuhan belajarnya dan memfasilitasi siswa dalam
belajar secara mandiri.
1.4.3. Bagi penulis
Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam pembuatan bahan
ajar inovatif sejarah serta berkontribusi bagi pengembangan bahan ajar
sejarah secara umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.5. Batasan Pengembangan
Batasan pengembangan yang mendasari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.5.1. Subyek penulisan makalah
Subyek penulisan makalah ini adalah siswa kelas XI IPS SMA
BOPKRI 2, Yogyakarta. Siswa berasal dari kelas XI IPS 1 dan XI IPS
2 dengan total 36 orang siswa.
1.5.2. Bahan ajar sejarah inovatif
Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun
teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh
dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses
pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran. Aspek inovasi dari bahan ajar yang
dikembangkan dalam makalah ini adalah penggunaan model
pembelajaran Pedagogi Reflektif, penerapan prinsip historiografi
modern dalam penulisan bahan ajar, dan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi.
1.5.3. Prosedur pengembangan bahan ajar
Prosedur pengembangan bahan ajar yang digunakan dalam makalah ini
adalah metode Research and Development (Penelitian dan
Pengembangan).
1.5.4. Desain produk bahan ajar
Desain produk yang dihasilkan dari makalah ini adalah modul bahan
ajar sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.5.5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Desain produk bahan ajar yang dibuat dalam makalah ini merujuk
pada Kurikulum 2013 mata pelajaran sejarah Indonesia untuk SMA
Kelas XI Kelompok Wajib, dan dibatasi pada:
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
1.1 Menghayati nilai-nilai
persatuan dan keinginan
bersatu dalam perjuangan
pergerakan nasional menuju
kemerdekaan bangsa sebagai
karunia Tuhan yang Mahaesa
terhadap bangsa dan negara
Indonesia.
2. Menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama,
toleran, damai), santun, responsif,
dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
2.4 Meneladani perilaku
kerjasama, tanggung jawab,
cinta damai para pejuang untuk
mempertahankan kemerdekaan
dan menunjukkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2.5 Berlaku jujur dan
bertanggungjawab dalam
mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
3. Memahami, menerapkan, dan
menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
3.8 Menganalisis peristiwa
pembentukan pemerintahan
pertama Republik Indonesia
dan maknanya bagi kehidupan
kebangsaan Indonesia masa
kini.
4. Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu
menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
4.8 Menalar peristiwa
pembentukan pemerintahan
pertama Republik Indonesia
dan maknanya bagi kehidupan
kebangsaan Indonesia masa
kini dan menyajikannya dalam
bentuk cerita sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Mata Pelajaran Sejarah Indonesia dalam Kurikulum 2013
Permendikbud Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi untuk SMA-
MA mengatur tentang kompetensi yang harus dicapai siswa kelas XI dalam
mata pelajaran sejarah Indonesia untuk kelompok Wajib sebagai berikut:
1) Memahami nilai-nilai yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah.
2) Meneladani kepemimpinan tokoh sejarah dalam kehidupan masa kini.
3) Membangun semangat kebangsaan, persatuan, dan kesatuan.
4) Menganalisis peristiwa sejarah berdasarkan hubungan sebab akibat.
5) Menulis cerita sejarah.
Dalam makalah ini dikembangan produk bahan ajar yang didasarkan
pada Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran sejarah (wajib) untuk kelas XI
yang mencakup Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sebagai berikut:
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya
1.1 Menghayati nilai-nilai
persatuan dan keinginan bersatu
dalam perjuangan pergerakan
nasional menuju kemerdekaan
bangsa sebagai karunia Tuhan
yang Mahaesa terhadap bangsa
dan negara Indonesia.
2. Menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerja
sama, toleran, damai),
santun, responsif, dan pro-
aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi
2.4 Meneladani perilaku
kerjasama, tanggung jawab,
cinta damai para pejuang untuk
mempertahankan kemerdekaan
dan menunjukkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2.5 Berlaku jujur dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
bertanggungjawab dalam
mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah.
3. Memahami, menerapkan,
dan menganalisis
pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
3.8 Menganalisis peristiwa
pembentukan pemerintahan
pertama Republik Indonesia dan
maknanya bagi kehidupan
kebangsaan Indonesia masa
kini.
4. Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak
terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif,
serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah
keilmuan
4.8 Menalar peristiwa
pembentukan pemerintahan
pertama Republik Indonesia dan
maknanya bagi kehidupan
kebangsaan Indonesia masa kini
dan menyajikannya dalam
bentuk cerita sejarah.
(Tabel 1: Batasan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar)
Produk bahan ajar yang dikembangkan dalam makalah ini akan
berfokus pada materi dengan topik pembentukan negara dan kelengkapan
negara Republik Indonesia berikut dinamikanya pada periode 18 Agustus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
hingga November 1945, yang masih merupakan bagian dari peristiwa di
sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945. Tujuan dari materi ini adalah agar siswa
bisa melihat makna, hubungan, dan dampak dari peristiwa yang terjadi pada
periode tersebut terhadap kehidupan nyata siswa di masa kini.
Arti penting dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada periode 18
Agustus hingga November 1945 telah dijelaskan oleh Suwarno (2003). Pasca
proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia secara formal telah
merdeka, namun tujuan negara, bentuk negara, serta dasar negara Indonesia
masih belum didefinisikan dengan jelas. Proklamasi Kemerdekaan telah
mengawali kekuasaan de jure Indonesia, namun kekuasaan de facto Indonesia
justru belum jelas. Oleh karena itu para pemimpin bangsa berusaha
memperjelas kekuasaan de facto Indonesia lewat perumusan Undang-Undang
Dasar 1945, pembentukan pemerintahan eksekutif dan legislatif Indonesia,
pembatasan dan pembagian wilayah Indonesia, serta pembentukan angkatan
bersenjata. 6
Peristiwa-peristiwa di sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 ini akan
dikemas dalam bentuk bahan ajar yang menekankan pada model pembelajaran
Pedagogi Reflektif. Selain untuk membantu siswa memahami materi dengan
lebih mudah, juga untuk membantu siswa menemukan hubungan antara
peristiwa-peristiwa yang dibahas dengan peristiwa aktual yang terjadi di
kehidupan mereka saat ini.
6 P.J. Suwarno, Tatanegara Indonesia dari Sriwijaya sampai Indonesia Modern, Penerbit
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2003, hlm. 124.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2.2 Bahan Ajar
2.2.1 Definisi Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala hal yang digunakan oleh para guru atau
para siswa untuk memudahkan proses pembelajaran. Bahan ajar bisa
berupa kaset, video, CD-ROM, kamus, buku bacaan, buku kerja, atau
fotokopi latihan soal. Bahan juga bisa berupa koran, paket makanan, foto,
perbincangan langsung dengan mendatangkan penutur asli, instruksi-
instruksi yang diberikan oleh guru, tugas tertulis atau kartu atau juga
diskusi antar siswa.7
Kemendiknas (2008) juga memberikan beberapa definisi bahan
ajar, antara lain : 1) Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang
diperlukan guru/instruktur untuk perencanan dan penelahan implementasi
pembelajaran; 2) Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan
untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas; 3) Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis, dan 4) Bahan ajar adalah seperangkat materi
yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehinga tercipta
lingkungan / suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.8
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan
ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik
7 Ajat Sudrajat, Pengembangan Bahan Ajar Materi Pembelajaran PAI, Makalah (tidak
diterbitkan), hlm.1. 8 Ifdhal, et.al.,“Pengembangan Bahan Ajar Berbentuk Komik Pada Mata Pelajaran Ilmu Bangunan
Gedung (IBG) Kelas X SMK Negeri 5 Padang”, Journal of Civil Engineering &
Vocational Education (November 2013), hlm. 212.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
tertulis maupun tidak tertulis, yang digunakan baik oleh guru maupun
siswa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2.2.2 Langkah Pembuatan Bahan Ajar
Langkah langkah untuk membuat bahan ajar adalah sebagai berikut9:
1) Melakukan analisis kebutuhan bahan ajar
Langkah pertama dalam analisis kebutuhan bahan ajar adalah
analisis kurikulum. Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan
kompetensi-kompetensi yang memerlukan bahan ajar. Terdapat lima
hal yang harus diperhatikan dalam analisis kurikulum, yaitu standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator ketercapaian hasil belajar,
materi pokok, dan pengalaman belajar.
Setelah melakukan analisis kurikulum, langkah selanjutnya
adalah menganalisis sumber belajar, dengan kriteria analisis terhadap
sumber belajar tersebut berdasarkan ketersediaan, kesesuaian, dan
kemudahan dalam memanfaatkannya.
Langkah ketiga adalah memilih dan menentukan bahan ajar.
Langkah ini ini bertujuan memenuhi salah satu kriteria bahwa bahan
ajar harus menarik dan dapat membantu siswa untuk mencapai
kompetensi. Dalam pemilihan bahan ajar, ada tiga prinsip yang dapat
dijadikan pedoman. Pertama, prinsip relevansi, yaitu bahwa bahan ajar
yang dipilih hendaknya ada relasi dengan pencapaian standar
kompetensi maupun kompetensi dasar. Kedua, prinsip konsistensi,
9 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Diva Press, Yogyakarta, 2012.,
hlm. 49-65.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
yaitu bahan ajar harus memiliki kesamaan dan keselarasan dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Ketiga, prinsip
kecukupan, yaitu hendaknya bahan ajar yang dipilih memadai untuk
membantu siswa menguasai kompetensi yang diajarkan.
2) Memahami kriteria pemilihan sumber belajar
Dalam penyusunan bahan ajar, ada dua kriteria yang bisa
digunakan dalam pemilihan sumber belajar, yaitu kriteria umum dan
kriteria khusus.
Kriteria umum pemilihan sumber bahan ajar meliputi empat
hal, yaitu sumber belajar harus ekonomis, praktis dan sederhana,
mudah diperoleh, serta fleksibel. Ekonomis berarti sumber belajar
tidak mahal. Praktis dan sederhana berarti sumber belajar tidak
memerlukan pelayanan atau pengadaan sampingan yang sulit atau
langka. Mudah diperoleh berarti sumber belajar dekat dan mudah
dicari. Sementara fleksibel berarti sumber belajar kompatibel dengan
berbagai tujuan pembelajaran.
Sementara itu, kriteria khusus yang harus diperhatikan dalam
pemilihan sumber belajar yaitu sumber belajar dapat memotivasi
peserta didik dalam belajar, mendukung kegiatan belajar mengajar
yang diselenggarakan, sumber belajar hendaknya bisa dikaji dan
dianalisis secara ilmiah untuk penelitian, sumber belajar sebaiknya
dapat mengatasi problem belajar yang dihadapi siswa dalam kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
belajar mengajar, dan sumber belajar sebaiknya bisa berfungsi sebagai
alat, metode, atau strategi penyampaian pesan.
3) Menyusun peta bahan ajar
Menurut Diknas (2004), setidaknya ada tiga kegunaan
penyusunan peta kebutuhan bahan ajar, yaitu mengetahui jumlah
bahan ajar yang harus ditulis, mengetahui urutan bahan ajar, serta
menentukan sifat bahan ajar. Setelah membuat peta kebutuhan bahan
ajar, maka tahap berikutnya adalah menyusun bahan ajar menurut
strukturnya masing-masing. Oleh karena itu, penting untuk memahami
struktur masing-masing bahan ajar.
4) Memahami struktur bahan ajar
Bahan ajar terdiri atas susunan bagian-bagian yang dipadukan
menjadi sebuah kesatuan utuh. Oleh karena itu, bahan ajar harus
memenuhi tujuh komponen dasar yang wajib ada dalam setiap bahan
ajar, yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok,
informasi pendukung, latihan, tugas atau langkah kerja, dan penilaian.
2.2.3 Pengembangan Bahan Ajar Modul
1) Definisi Modul
Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (2004)
yang diterbitkan oleh Diknas, modul diartikan sebagai sebuah buku yang
ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau
dengan bimbingan guru. Sementara itu, Surahman (2010:2) mengatakan
bahwa modul adalah satuan program pembelajaran terkecil yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dipelajari oleh peserta didik secara perorangan (self instructional). Setelah
peserta menyelesaikan satu satuan dalam modul, selanjutnya peserta dapat
melangkah maju dan mempelajari satuan modul berikutnya. Sedangkan
modul pembelajaran, sebagaimana yang dikembangkan di Indonesia,
merupakan suatu paket bahan pembelajaran (learning materials) yang
memuat deksripsi tentang tujuan pembelajaran, lembaran petunjuk
pengajar atau instruktur yang menjelaskan cara mengajar yang efisien,
bahan bacaan bagi peserta, lembaran kunci jawaban pada lembar kertas
kerja peserta, dan alat-alat evaluasi pembelajaran.10
Dari beberapa pandangan di atas dapat dipahami bahwa modul
pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai tingkat
pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri)
dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Dengan
modul, peserta didik juga dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan
mereka terhadap materi yang dibahas pada setiap satu satuan modul,
sehingga apabila telah menguasainya, maka mereka dapat melanjutkan
pada satu satuan modul tingkat berikutnya. Sebaliknya jika peserta didik
belum mampu menguasai, maka mereka akan diminta untuk mengulangi
dan mempelajari kembali. Oleh karena itu, modul harus menggambarkan
kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik, serta disajikan
dengan bahasa yang baik, menarik, dan dilengkapi dengan ilustrasi.
10
Ibid., hlm. 103-107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2) Penulisan Modul
Dalam penulisan modul, terdapat lima hal penting yang dijadikan acuan,
yaitu11
:
a. Perumusan Kompetensi Dasar yang Harus Dikuasai
Rumusan kompetensi dasar pada suatu modul adalah spesifikasi
kualitas yang semestinya telah dimiliki oleh siswa setelah mereka
berhasil menyelesaikan modul tersebut. Jika siswa tidak berhasil
menguasai tingkah laku sebagaimana yang dirumuskan dalam
kompetensi dasar tersebut, maka kompetensi dasar pembelajaran
dalam modul itu harus dirumuskan ulang.
b. Penentuan Alat Evaluasi atau Penilaian
Poin ini adalah mengenai criterion items, yaitu sejumlah pertanyaan
atau tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
peserta didik dalam menguasai suatu kompetensi dasar dalam bentuk
tingkah laku. Evaluasi dapat langsung disusun setelah ditentukan
kompetensi dasar yang akan dicapai, sebelum menyusun materi dan
lembar kerja atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Hal
tersebut bertujuan agar evaluasi yang dikerjakan benar-benar sesuai
dengan apa yang dikerjakan siswa.
c. Penyusunan Materi
Materi atau isi modul sangat bergantung pada kompetensi dasar yang
akan dicapai. Untuk penulisannya, materi modul tidak harus ditulis
11
Ibid., hlm. 120-131.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
secara lengkap. Pembuat modul dapat menunjukkan referensi yang
digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi tersebut.
Tugas-tugas juga harus ditulis secara jelas dan tidak membingungkan
untuk mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang
semestinya dapat mereka kerjakan. Selain itu, gambar-gambar yang
dapat mendukung dan memperjelas isi materi juga sangat dibutuhkan.
Selain untuk memperjelas uraian, gambar juga dapat menambah daya
tarik dan mengurangi kebosanan siswa untuk mempelajarinya.
d. Urutan Pengajaran
Urutan pengajaran dapat disertakan dalam petunjuk penggunaan
modul. Pencantuman urutan pengajaran dapat dibedakan dalam
petunjuk untuk guru dan petunjuk untuk siswa. Petunjuk bagi siswa
lebih berisi tentang hal-hal yang harus maupun yang tidak boleh
dilakukan, sehingga siswa tidak perlu banyak bertanya dan guru juga
tidak perlu banyak menjelaskan sehingga bisa berfungsi sepenuhnya
sebagai fasilitator.
e. Struktur Bahan Ajar (Modul)
Struktur modul paling tidak harus memuat tujuh komponen utama
yaitu judul modul, petunjuk belajar, materi pokok, informasi
pendukung, latihan, tugas atau langkah kerja, dan penilaian. Meski
demikian, struktur modul dapat bervariasi tergantung kenyataan di
lapangan seperti karakter materi yang disajikan, ketersediaan sumber
daya, dan kegiatan belajar yang akan dilaksanakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2.3 Pendekatan Saintifik
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah pada Lampiran IV tentang Pedoman Pelaksanaan
Pembelajaran menjelaskan bahwa pembelajaran pada Kurikulum 2013
menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan.
Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar sebagaimana
tercantum dalam tabel berikut:
Langkah
pembelajaran
Deskripsi kegiatan Kompetensi yang
dikembangkan
Mengamati
(observing)
mengamati dengan indra
(membaca, mendengar,
menyimak, melihat, menonton,
dan sebagainya) dengan atau
tanpa alat
perhatian pada waktu
mengamati suatu
objek/membaca suatu
tulisan/mendengar suatu
penjelasan, catatan yang
dibuat tentang yang
diamati, kesabaran,
waktu (on task) yang
digunakan untuk
mengamati
Menanya
(questioning)
membuat dan mengajukan
pertanyaan, tanya jawab,
berdiskusi tentang informasi
yang belum dipahami,
informasi tambahan yang ingin
diketahui, atau sebagai
klarifikasi.
jenis, kualitas, dan
jumlah pertanyaan yang
diajukan peserta didik
(pertanyaan faktual,
konseptual, prosedural,
dan hipotetik)
Mengumpulkan
informasi/
mencoba
(experimenting)
mengeksplorasi, mencoba,
berdiskusi, mendemonstrasikan,
meniru bentuk/gerak,
melakukan eksperimen,
membaca sumber lain selain
buku teks, mengumpulkan data
dari nara sumber melalui
angket, wawancara, dan
memodifikasi/
menambahi/mengembangkan
jumlah dan kualitas
sumber yang
dikaji/digunakan,
kelengkapan informasi,
validitas informasi yang
dikumpulkan, dan
instrumen/alat yang
digunakan untuk
mengumpulkan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Menalar/
Mengasosiasi
(associating)
mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan, menganalisis data
dalam bentuk membuat
kategori, mengasosiasi atau
menghubungkan
fenomena/informasi yang
terkait dalam rangka
menemukan suatu pola, dan
menyimpulkan.
mengembangkan
interpretasi,
argumentasi dan
kesimpulan mengenai
keterkaitan informasi
dari dua fakta/konsep,
interpretasi
argumentasi dan
kesimpulan mengenai
keterkaitan lebih dari
dua
fakta/konsep/teori,
menyintesis dan
argumentasi serta
kesimpulan
keterkaitan
antarberbagai jenis
fakta/konsep/teori/
pendapat;
mengembangkan
interpretasi, struktur
baru, argumentasi, dan
kesimpulan yang
menunjukkan
hubungan
fakta/konsep/teori dari
dua sumber atau lebih
yang tidak
bertentangan;
mengembangkan
interpretasi, struktur
baru, argumentasi dan
kesimpulan dari
konsep/teori/pendapat
yang berbeda dari
berbagai jenis sumber.
Mengomunikasi
kan
(communicating)
menyajikan laporan dalam
bentuk bagan, diagram, atau
grafik; menyusun laporan
tertulis; dan menyajikan laporan
meliputi proses, hasil, dan
kesimpulan secara lisan
menyajikan hasil kajian
(dari mengamati sampai
menalar) dalam bentuk
tulisan, grafis, media
elektronik, multi media
dan lain-lain
(Tabel 2: 5 pengalaman belajar dalam Pendekatan Saintifik)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.4 Model Pembelajaran Pedagogi Reflektif
Pedagogi Reflektif adalah model pembelajaran yang menekankan
peran guru untuk mendampingi siswa dalam pertumbuhan dan perkembangan
akademik maupun kepribadian dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk merefleksikan pengetahuan dan pengalaman yang telah ia peroleh, yang
bertujuan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang kompeten,
bertanggung jawab, dan berkepedulian12
.
Penerapan Pedagogi Reflektif dilakukan melalui 5 langkah sebagai
berikut 13
:
1) Konteks Belajar
Guru dituntut untuk memahami konteks kehidupan dari siswanya
supaya bisa memilih kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan situasi
siswa dan untuk menciptakan hubungan yang otentik keterbukaan antara
guru dan siswa dituntu sikap saling mempercayai dan saling menghargai.
Baik guru atau anggota lain dari komunitas sekolah harus
memperhatikan:
a. Konteks nyata dari kehidupan siswa yang mencakup keluarga, kelompok
baya, keadaan sosial, lembaga pendidikan dan pengajaran, politik,
ekonomi, suasana kebudayaan, media, musik, dan kenyataan-kenyataan
hidup lain. Ada baiknya siswa didorong untuk berefleksi atas faktor-faktor
kontekstual yang mereka alami dan bagaimana hal-hal itu mempengaruhi
12
Subagya (penerj.), Paradigma Pedagogi Reflektif, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2010, hlm.
22-29. 13
Ibid., hlm. 42-65.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
sikap-sikap, tanggapan-tanggapan, penilaian-penilaian, pilihan-pilihan
mereka.
b. Konteks sosio-ekonomik politis, dan kebudayaan yang merupakan
lingkungan hidup pelajar dapat amat mempengaruhi perkembangan pelajar
sebagai orang yang peduli terhadap situasi orang lain di sekitarnya.
Konteks yang negatif bisa mempengaruhi cara pandang siswa terhadap
kehidupan menjadi negatif juga, dan sebaliknya konteks yang positif bisa
membuat siswa memiliki cara pandang dan keterlibatan positif di
lingkungan masyarakatnya.
c. Suasana kelembagaan sekolah, yaitu jaringan kompleks yang terdiri dari
norma-norma, harapan-harapan, dan lebih-lebih hubungan-hubungan yang
menciptakan suasana kehidupan sekolah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa suasana atau iklim sekolah merupakan prasyarat yang harus
dipenuhi sebelum pendidikan nilai dapat dimulai. Unsur-unsur suasana
sekolah diwujudkan dalam: perhatian kepada mutu akademik sekolah,
kepercayaan, penghargaan, akan orang lain kendati berbeda pendapat,
perhatian satu sama lain, saling mengampuni, usaha membantu para
pelajar menjadi pribadi dewasa, suatu ungkapan iman yang jelas di
sekolah terhadap Tuhan.
d. Pengertian-pengertian yang dibawa seorang pelajar ketika memulai proses
belajar, berupa pendapat-pendapat dan pemahaman-pemahaman yang
mereka peroleh dari studi sebelumnya atau dari lingkungan hidup mereka
merupakan konteks belajar yang harus diperhatikan. Selain itu juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
perasaan mereka, sikap, dan nilai-nilai mereka mengenai bidang studi
yang akan dipelajari merupakan konteks nyata proses belajar mereka.
2) Pengalaman
Istilah pengalaman merujuk pada setiap kegiatan yang memuat
pemahaman kognitif bahan yang disimak yang juga memuat unsur afektif
yang juga dihayati oleh pelajar. Pada setiap pengalaman ada data yang
diserap secara kognitif. Lewat menanyakan, membayangkan, menyelidiki
unsur-unsurnya dan hubungan-hubungan antara data tersebut, pelajar
menyusun data membentuk gambaran mengenai yang disimak atau suatu
hipotesis.
Pengalaman dapat berupa pengalaman langsung atau tidak langsung.
Pengalaman langsung diperoleh melalui proses yang dijalani sendiri oleh
siswa, dalam situasi akademiki bisa melalui pengalaman interpersonal
seperti diskusi, penelitian, proyek pelayanan, dan sebagainya. Sementara
pengalaman tidak langsung biasanya berlangsung lewat pengalaman
pengganti melalui membaca atau mendengarkan, yang menantang siswa
untuk menggunakan imajinasi dan inderanya sehingga seolah dapat
langsung memasuki kenyataan yang sedang dipelajari.
3) Refleksi
Refleksi merupakan proses menyimak kembali dengan penuh
perhatian bahan studi tertentu, pengalaman, ide, usul, atau reaksi spontan
supaya dapat menangkap maknanya lebih mendalam. Jadi refleksi adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
suatu proses yang memunculkan makna dalam pengalaman manusiawi
dengan:
a. memahami kebenaran yang dipelajari secara lebih baik;
b. mengerti sumber-sumber perasaan dan reaksi yang dialami dalam
menelaah sesuatu;
c. memperdalam pemahaman tentang implikasi yang telah dimengerti
bagi diri sendiri dan bagi orang lain;
d. berusaha menemukan makna bagi diri pribadi tentang kejadian-
kejadian, ide-ide, kebenaran atau pemutarbalikan dari kebenaran dan
sebagainya; dan
e. mulai memahami siapa dirinya dan bagaimana seharusnya sikapnya
terhadap orang lain.
4) Aksi
Aksi merujuk pada pertumbuhan batin seseorang yang didasarkan pada
pengalaman yang telah direfleksikan dan juga pada manifestasi
lahiriahnya. Istilah ini mencakup dua langkah, yaitu:
a. Pilihan-pilihan batin
Setelah berefleksi, siswa mempertimbangkan pengalamannya dari sudut
pandang pribadi dan manusiawi. Kemauan baru akan tergerakkan, setelah
terjadi pemahaman kognitif mengenai pengalaman tersebut yang disertai
perasaan-perasaan afektif, baik positif maupun negatif. Makna yang
tertangkap dan dinilai akan menyajikan pilihan yang harus diambil, yang
dapat muncul saat siswa memutuskan bahwa suatu kebenaran harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
menjadi pegangan yang akan mempengaruhi semua keputusan lebih lanjut.
Ini bisa dalam bentuk makin jelasnya prioritas hidup siswa. Inilah saat
memilih kebenaran itu sebagai miliknya, sambil tetap membiarkan diri ke
arah mana ia akan digiring oleh kebenaran itu.
b. Pilihan yang dinyatakan secara lahiriah
Pada satu saat ketika makna hidup, sikap, dan nilai terlah menjadi bagian
dari diri siswa, ia akan terdorong untuk berbuat sesuatu yang konsisten
dengan keyakinannya yang baru. Kalau makna itu positif, si pelajar akan
meningkatkan keadaan yang menimbulkan pengalaman yang bermakna
positif tersebut. Misalnya, kalau ia beranggapan bahwa membantu sesama
teman adalah hal yang baik, ia akan menawarkan diri untuk ikut dalam
program membantu siswa lain yang membutuhkan. Sebaliknya jika ia
mengalami pengalaman negatif, ia akan berusaha memperbaiki,
mengubah, mengurangi, atau menghindari apa yang menimbulkan
pengalaman negatif itu.
5) Evaluasi
Semua guru menyadari bahwa kadang-kadang mengevaluasi
kemajuan akademik pelajar memang penting. Tes, ulangan, ujian
merupakan alat evaluasi untuk menilai seberapa jauh pengetahuan sudah
dikuasai dan keterampilan sudah diperoleh. Evaluasi berkala juga
mendorong guru maupun siswa untuk memperhatikan pertumbuhan
intelektual dan juga apakah ada kekurangan yang perlu ditangani. Umpan
balik macam ini dapat menjadi pertimbangan bagiguru apakah ia perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
mencari cara atau metode mengajar yang lain. Selain itu membantu juga
untuk lebih memperhatikan tiap pelajar apakah memerlukan perbaikan
dalam cara belajar mereka.
Pedagogi Reflektif berusaha mendorong tidak hanya kemajuan
akademik tetapi juga pertumbuhan siswa secara menyeluruh menjadi
pribadi bagi sesamanya. Ada banyak cara untuk menilai perkembangan
menyeluruh tersebut, dengan memperhitungkan umur, bakat, kemampuan,
dan tingkat perkembangan masing-masing siswa. Pedagogi Reflektif
memiliki tiga aspek khas dalam konteks evaluasinya yang sering disingkat
menjadi 3C yaitu competence, conscience, dan compassion14
.
Competence (kompetensi) mencakup spektrum dari berbagai jenis
kemampuan akademis, keterampilan teknis, apresiasi seni, olahraga,
hiburan, serta kemampuan berkomunikasi secara efektif. Dalam konteks
Pedagogi Reflektif, competence secara khusus merujuk pada aspek
pengetahuan dan keterampilan siswa (kognitif dan psikomotorik).
Penilaian aspek ini dilakukan melalui tes tertulis maupun tidak tertulis,
yang menguji pemahaman dan keterampilan siswa.
Conscience (suara hati) adalah kemampuan menggunakan kesadaran
moral untuk membedakan mana yang benar dan baik, serta keberanian
untuk melakukan hal yang berintegritas. Evaluasi aspek ini dapat
dilakukan dengan merumuskan perilaku siswa yang dapat diobservasi dan
diukur, misalnya menggunakan skala Likert. Perilaku yang menunjukkan
14
P3MP LPM USD, Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignasian, Pusat
Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pembelajaran, Yogyakarta, 2012, hlm. 38-42, 52-53.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
kualitas conscience adalah perilaku yang sifatnya intrapersonal, antara lain
seperti kemandirian, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, keberanian
mengambil risiko, dan ketekunan.
Compassion (bela rasa) adalah kemampuan untuk berbela rasa
kepada orang lain dan lingkungan sekitar. Sama dengan conscience,
penilaian aspek compassion juga dilakukan dengan dilakukan dengan
merumuskan perilaku siswa yang dapat diobservasi dan diukur dengan
skala Likert. Yang membedakan adalah perilaku yang diobservasi, yaitu
perilaku yang sifatnya interpersonal. Contoh perilaku interpersonal
tersebut antara lain kerja sama, kepedulian terhadap orang lain,
keterlibatan dalam kelompok, dan penghargaan terhadap sesama.
2.5 Tahap Perkembangan Psikologis Siswa
2.5.1 Lima Sistem Pembelajaran yang Dikembangkan Otak Manusia
Otak manusia mengembangkan lima sistem pembelajaran, yaitu
sistem pembelajaran emosional, sosial, kognitif, fisik, dan reflektif.
Pemahaman akan perkembangan kelima sistem ini dapat membantu guru
membangun kegiatan belajar yang efektif dan menyenangkan bagi siswa15
.
Sistem pembelajaran emosional adalah sistem pembelajaran yang
terkait dengan hasrat individu untuk belajar. Sistem pembelajaran ini
bersifat pribadi, internal, dan berpusat pada diri individu. Untuk
mengembangkan sistem pembelajaran emosional, guru harus menciptakan
15
Barbara K. Given, Brain-based Teaching, Penerbit Kaifa, Bandung, 2007, hlm. 58-66.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
iklim belajar yang kondusif, mendorong siswa untuk menanamkan hasrat
belajar, serta menantang siswa untuk mengembangkan kemampuannya
lebih jauh lagi.
Sistem pembelajaran sosial merupakan sistem pembelajaran yang
terkait dengan hasrat individu untuk untuk menjadi bagian dari sebuah
kelompok, untuk dihormati, dan untuk menikmati perhatian dari yang lain.
Sistem pembelajaran sosial berpusat pada interaksi dengan orang lain dan
pengalaman interpersonal. Untuk mengembangkannya, guru dituntut untuk
mengelola sekolah sebagai komunitas pelajar tempat guru dan siswa
bekerja sama secara setara sebagai mitra dalam mengambil keputusan dan
memecahkan masalah dan meningkatkan toleransi serta pemahaman akan
keberagaman.
Sistem pembelajaran kognitif adalah sistem pembelajaran yang
terkait dengan kemampuan siswa memproses dan memahami informasi
dalam pengembangan kecakapan akademis. Sistem pembelajaran ini baru
akan berkembang jika guru memberikan informasi dalam satuan
pembelajaran bertema yang terkait kehidupan siswa. Guru memfokuskan
diri sebagai fasilitator pembelajaran, sementara siswa menjadi pemecah
masalah dan pengambil keputusan nyata dan dipenuhi kebutuhannya untuk
mengetahui lebih banyak lagi informasi.
Sistem pembelajaran fisik merupakan sistem pembelajaran yang
terkait dengan keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan belajar. Sistem
pembelajaran fisik dapat diwujudkan dalam tugas akademis yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
menantang, dengan guru melatih, mengilhami, dan mendukung partisipasi
aktif siswa dalam proses belajar.
Sistem pembelajaran reflektif sendiri adalah sistem pembelajaran
yang melibatkan pertimbangan pribadi siswa terhadap hasil
pembelajarannya melalui berbagai cara pembelajaran, di mana siswa dapat
belajar membuat penilaian tentang kinerjanya sendiri. Secara biologis,
sistem pembelajaran reflektif berkembang paling akhir dalam diri
individu, namun merupakan sistem pembelajaran yang paling manusiawi
dibanding yang lainnya dan bertindak sebagai organisator eksekutif dalam
memadukan semua kerja otak yang dilakukan oleh keempat sistem
pembelajaran lainnya. Apabila sistem pembelajaran reflektif siswa tidak
dikembangkan, hasil dari keempat sistem pembelajaran yang telah
berkembang sebelumnya tidak akan maksimal. Sistem pembelajaran
reflektif membutuhkan instruksi eksplisit dalam pemantauan diri dan
analisis kerja untuk bisa berkembang dengan baik. Dalam sistem
pembelajaran reflektif, guru didorong untuk menjadi pencari bakat yang
bisa mengenali kelebihan siswa dan membimbing siswa mengembangkan
kelebihan tersebut.
2.5.2 Tahap Perkembangan Psikososial Siswa
Psikolog Erik Erikson merumuskan tahap-tahap perkembangan
kepribadian, atau dikenal juga dengan tahap perkembangan psikososial.
Rumusan Erikson menemukan bahwa manusia memiliki dorongan bawaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
untuk meraih sistem pembelajaran yang semakin kompleks seiring
berjalannya usia.
Siswa SMA di Indonesia pada umumnya berada pada rentang usia
antara 15 – 18 tahun. Berdasarkan teori Erikson, maka mereka berada pada
tahap perkembangan sebagai berikut16
:
Tahap
(Perkiraan
Usia)
Kualitas yang
terlibat
Hasil
Positif
Aktivitas yang
diasosiasikan dengan
Tahap ini
Remaja
(Usia 13-18
tahun)
Identitas vs.
Pencampuradukan
peran
Kesetiaan Setia pada citra diri;
mencapai identitas
seksual; mencari nilai-
nilai baru.
(Tabel 3: Tahap perkembangan psikososial remaja 13-18 tahun)
Dari rumusan tersebut dapat dilihat bahwa subyek penelitian yang
berusia antara 16-17 tahun berada pada tahap fokus perkembangan
“identitas diri versus pencampuradukan peran”. Tahapan perkembangan
ini ditandai dengan beberapa hal, yaitu:
- Siswa mulai berpikir dalam persepsi subyektif dan realitas obyektif,
terutama terkait dengan identitas dirinya. Siswa sudah bisa memedakan
perasaan dan emosi dalam dirinya dan orang lain, siswa bisa melihat dari
sudut pandang orang lain, memahami makna simbolis, memerankan
skenario “seandainya” (berandai-andai), mengembangkan empati dan
altruisme;
- Siswa masih memiliki egosentrisme yang cukup besar, dan menunjukkan
hal tersebut dengan mengimajinasikan keyakinan yang mendalam tentang
16
Ibid., hlm. 317-335
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
identitas pribadinya dan mengidentifikasi dirinya sesuai dengan imajinasi
tersebut.
- Siswa menginginkan afiliasi dan mengidentifikasi dirinya dalam kelompok
teman sebaya dan cenderung setia ke dalam kelompoknya. Siswa jadi
lebih peduli pada kata-kata teman sebayanya dibandingkan orang yang
lebih tua seperti guru, kerabat, atau orang tua. Semakin siswa
dikonfrontasi atau digurui, semakin negatif reaksi siswa.
- Siswa sudah bisa menyadari, secara sadar memantau dan mengendalikan
pikiran mereka sehingga siswa bisa memilih dan menentukan strategi
belajar yang sesuai dengan kondisi dirinya.
Melihat ciri-ciri tahapan perkembangan siswa ini, maka guru
diharapkan mengembangkan kurikulum yang berfokus pada upaya
membantu siswa memahami diri sendiri dan orang lain tanpa menggurui.
Pada tahapan ini, guru bisa mengajar dengan cara yang implisit, tidak
secara langsung memberikan informasi atau wejangan kepada siswa, tetapi
lebih menggiring siswa untuk memahami dan memaknai informasi secara
personal.
2.6 Konsep Historiografi Modern dalam Penulisan Bahan Ajar Sejarah
Indonesia
Penyusunan bahan ajar sejarah Indonesia tidak lepas dari penulisan
sejarah nasional Indonesia itu sendiri. Pada tahun 1970-an, para sejarawan
Indonesia telah merintis usaha penulisan sejarah nasional Indonesia yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
bersifat Indonesia-sentris untuk menghapus paradigma Neerlando-sentris
melalui penulisan buku pedoman Sejarah Nasional Indonesia. Salah satu
alasan utama pengerjaan buku ini adalah supaya bisa dijadikan acuan bagi
penulisan buku-buku ajar sejarah di sekolah. Para sejarawan Indonesia saat itu
menyadari bahwa pengajaran sejarah merupakan dasar bagi pendidikan dalam
masa pembangunan bangsa, terutama untuk menggembleng jiwa generasi
muda dengan membangkitkan pada mereka suatu kesadaran bahwa mereka
adalah anggota dari suatu bangsa. Oleh karena itu, penulisan kembali sejarah
Indonesia pun memiliki beberapa syarat:
a. sejarah Indonesia yang wajar ialah sejarah yang mengungkapkan
“sejarah dari dalam” di mana bangsa Indonesia sendiri memegang
peranan pokok;
b. proses perkembangan masyarakat Indonesia hanya dapat diterangkan
sejelas-jelasnya dengan menguraikan faktor atau kekuatan yang
mempengaruhinya, baik ekonomis, sosial, maupun politik atau kulturil;
c. erat berhubungan dengan kedua pokok di atas perlu ada pengungkapan
aktivitas dari pelbagai golongan masyarakat, tidak hanya para
bangsawan atau ksatriya, tetapi juga dari kaum ulama dan petani serta
golongan-golongan lainnya;
d. untuk menyusun sejarah Indonesia sebagai suatu sintese, di mana
digambarkan proses yang menunjukkan perkembangan ke arah
kesatuan geo-politik maka prinsip integrasi perlu dipergunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
mengukur seberapa jauh integrasi itu dalam masa-masa tertentu telah
tercapai.
Meskipun demikian, ditekankan pula bahwa penulisan sejarah yang
sifatnya Indonesia-sentris juga harus proporsial. Sejarah bangsa Indonesia
tidak boleh digambarkan dalam serba keagungan belaka hingga
mengorbankan objektivitas. Sejarah Indonesia harus ditulis apa adanya,
lengkap dengan pasang surutnya kegiatannya, maju-mundurnya karya dan
kebudayaannya, timbul-tenggelamnya lembaga-lembaganya, unggul-
kalahnnya perjuangannya, yang semuanya diharapkan akan mempertinggi
kesadaran bangsa Indonesia sebagai suatu nasion. Melalui penggambaran
seperti itu, diharapkan sejarah Indonesia bisa membangkitkan rasa
kebanggaan pada generasi muda, memantapkan kepribadian bangsa, serta
identitasnya. Dengan demikian akan tercapai pula apa yang diharapkan dari
pelajaran Sejarah Nasional, tanpa mengurangi tuntutan-tuntutan ilmu
sejarah.17
2.7 Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam
Pembelajaran Sejarah Indonesia
2.7.1 Prinsip Penggunaan TIK dalam Pembelajaran Sejarah
Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran sejarah sebaiknya
mempertimbangkan tiga prinsip utama yaitu apakah penggunaan TIK
mendukung praktik pembelajaran sejarah yang baik atau tidak,
17
Sartono Kartodirdjo et. al., Sejarah Nasional Indonesia 1, Depdikbud, Jakarta, 1975, tanpa no.
halaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
penggunaan TIK harus memfasilitasi pencapaian tujuan belajar, dan TIK
yang digunakan harus membantu guru maupun siswa untuk mencapai
sebuah tujuan yang tidak bisa dicapai tanpa penggunaan teknologi tersebut
serta membantu siswa untuk belajar dengan lebih efisien18
.
2.7.2 Penggunaan Video dalam Bahan Ajar
Video dalam Kamus Merriam-Webster didefinisikan sebagai
gambar-gambar bergerak yang dapat dilihat dalam sebuah rekaman atau
siaran. Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006) mendefinisikan
video sebagai rekaman gambar hidup atau program televisi lewat tayangan
pesawat televisi. Dalam konteks bahan ajar, video termasuk dalam
kategori bahan ajar audiovisual atau bahan ajar pandang-dengar. Bahan
ajar audiovisual merupakan bahan ajar yang mengombinasikan materi
visual, yaitu materi yang merangsang indra penglihatan, dan materi audio,
yang merangsang indra pendengaran. Dengan kombinasi kedua materi ini,
guru dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih berkualitas karena
komunikasi berlangsung secara lebih efektif 19
.
Hasil survei dari Corporation for Public Broadcasting terhadap para
guru (2004) menunjukkan bahwa penggunaan tayangan video dalam
aktivitas belajar di kelas memiliki dampak sebagai berikut: 20
1) menstimulasi diskusi kelas
18
Rob Phillips, Reflective Teaching of History 11-18, Continuum, London, 2002, hlm. 128. 19
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Diva Press, Yogyakarta, 2012,
hlm. 300-301 20
EDC's Center for Children and Technology, Television goes to school: The impact of video on
student learning in formal education, Corporation for Public Broadcasting, Washington DC, 2004,
hlm.10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2) memperkuat materi ceramah dan bacaan,
3) memberikan pengetahuan dasar yang sama bagi semua siswa,
4) membantu guru mengajar dengan lebih efektif,
5) meningkatkan pemahaman dan diskusi siswa dalam materi terkait,
6) dapat mengakomodasi keragaman gaya belajar,
7) meningkatkan motivasi dan antusiasme siswa untuk belajar.
2.7.3 Video Fragmen Sidang PPKI 1945
Video yang digunakan sebagai media dalam modul pembelajaran yang
disusun dalam makalah ini adalah video sosio-drama Fragmen Sidang
PPKI produksi Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada (PSP
UGM), dengan melibatkan Teater Gamatua Keluarga Alumni UGM
sebagai para pemeran tokoh sejarah di dalamnya. Penulisan naskah sosio-
drama ini didasarkan dari berbagai sumber, dengan sumber utama dari
buku “Lahirnya Undang-undang Dasar 1945” karya A.B. Kusuma serta
wawancara langsung dengan A.B. Kusuma. Supervisi naskah juga
dilakukan oleh Prof. Dr. Sutaryo selaku staf ahli PSP UGM.21
Dalam video ini terdapat dua bagian besar. Bagian pertama berisi reka
ulang peristiwa pembahasan rancangan Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 yang dilakukan oleh Panitia Sembilan dari Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 22 Juni 1945 (dalam teks
pengantar video terdapat kesalahan ketik menjadi 22 Juli 1945, seharusnya
yang benar 22 Juni 1945), yang menghasilkan Piagam Jakarta. Sementara
21
Berdasarkan hasil korespondensi dengan Drs. Tri Kuntoro Priyambodo, M.Sc., dosen FMIPA
UGM sekaligus anggota Seksi Kesenian Keluarga Alumni Gadjah Mada yang turut memprakarsai
pembuatan video ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
bagian kedua berisi reka ulang peristiwa sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia pada 18 Agustus 1945, dengan menekankan pada
bagian musyarawah di mana para Bapak Pendiri Bangsa melakukan
pengubahan pada rumusan sila pertama Pancasila yang terkandung di
dalam teks Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dari “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
2.8 Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil wawancara guru, diketahui bahwa guru sudah
menggunakan bahan ajar berbasis teknologi dengan sumber bahan ajar yang
juga beragam. Selain itu, guru juga sudah menerapkan metode pembelajaran
yang bervariasi dengan meminimalisasi ceramah dan menggiatkan aktivitas
presentasi siswa. Meski demikian, proses pembelajaran terkendala oleh
keterbatasan akses siswa terhadap bahan ajar karena buku paket yang
menjadi pegangan hanya bisa digunakan di sekolah sehingga menjelang
ulangan siswa biasanya hanya mengandalkan buku catatan sebagai sumber
belajar. Diungkapkan pula bahwa siswa mudah merasa bosan dan
mengeluhkan bahwa materi pelajaran dirasa kurang relevan dengan
kehidupan mereka di masa kini.
Sementara itu, dari angket kebutuhan siswa, diketahui bahwa siswa
menginginkan bahan ajar dengan bahasa yang mudah dimengerti dan disertai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dengan berbagai media pendukung seperti gambar atau film supaya
pembelajaran tidak membosankan.
Dari hasil studi kebutuhan guru dan siswa, maka peneliti
mengembangkan bahan ajar inovatif. Inovasi dalam bahan ajar diwujudkan
dalam tiga hal, yaitu penggunaan model pembelajaran Pedagogi Reflektif
untuk melengkapi aspek pembelajaran yang selama ini sudah berlangsung
serta membantu siswa menemukan relevansi pelajaran dengan hidupnya
sehari hari, penerapan konsep historiografi modern dalam penulisan bahan
ajar untuk mengaktualisasikan peristiwa masa lampau dalam pembangunan
karakter dan identitas siswa, serta pemanfaatan TIK untuk memenuhi
kebutuhan siswa akan media belajar yang bervariasi dan menarik.
Pengembangan bahan ajar inovatif ini diwujudkan dalam bentuk
desain produk berupa modul bahan ajar. Bahan ajar modul dipilih karena
selain bisa memfasilitasi akses siswa terhadap bahan ajar, modul juga bisa
memberikan petunjuk kepada siswa untuk belajar lebih mandiri dan juga
mengevaluasi perkembangannya setelah melewati proses pembelajaran.
2.9 Langkah-langkah Penulisan Bahan Ajar
Langkah penulisan bahan ajar dalam makalah ini menggunakan
metode penelitian dan pengembangan (dari bahasa Inggris Research &
Development), yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
produk dan menguji keefektifan produk tersebut. Langkah-langkah penelitian
dan pengembangan ditunjukkan pada gambar berikut22
:
Sehubungan dengan tujuan penulisan makalah yaitu untuk menganalisis dan
mendeskripsikan bentuk bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas
XI IPS SMA BOPKRI 2, maka prosedur pengembangan bahan ajar sejarah
dalam makalah ini dibatasi hanya sampai pada tahap desain produk sebagai
berikut:
Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
Tahap
penelitian dan
pengembangan
Hasil
Potensi
dan
Masalah
- Potensi yang ditemukan dari pembelajaran sejarah
di kelas XI IPS SMA Bopkri 2 selama ini adalah
metode dan sumber ajar yang digunakan oleh guru
sudah sesuai dengan konteks situasi siswa. Guru
22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Alfabeta, Bandung, 2010, hlm. 408-416.
Potensi dan Masalah
Pengumpulan Data
Desain Produk
Validasi Desain
Revisi Desain
Ujicoba Produk
Revisi Produk
Ujicoba pemakaian
Revisi Produk Produksi Massal
Potensi dan Masalah
Pengumpulan Data
Desain Produk
Validasi Desain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
sudah biasa menggunakan metode presentasi untuk
mendorong siswa lebih aktif dan menggunakan
sumber bahan ajar yang beragam untuk melengkapi
informasi siswa.
- Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah
di kelas XI IPS adalah keterbatasan akses siswa
terhadap bahan ajar karena buku paket yang
menjadi pegangan utama tidak bisa dibawa pulang.
Selain itu, siswa juga kerap mengeluhkan
kurangnya relevansi materi pembelajaran dengan
kehidupan mereka sehari-hari.
Pengumpulan
Data
- Dari hasil angket siswa, ditemukan bahwa siswa
menyukai bahan ajar yang mengintegrasikan
bermacam-macam media.
- Dari wawancara guru, guru mengharapkan siswa
bisa lebih tertarik untuk belajar sejarah dan aktif
dalam proses pembelajaran.
- Untuk membuat siswa lebih tertarik belajar sejarah
dan memahami relevansi materi dengan kehidupan
nyata mereka, maka dipilih teori Sistem
Pembelajaran Reflektif dan model pembelajaran
Pedagogi Reflektif.
- Untuk mendorong ketertarikan dan keaktifan siswa
belajar sejarah, maka bahan ajar yang cocok adalah
modul karena modul tidak hanya berisi materi tapi
juga petunjuk bagi siswa untuk dapat belajar dengan
lebih mandiri dan guru cukup menjadi pendamping.
Desain Produk - Mempelajari Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar yang akan dikembangkan menjadi bahan ajar
inovatif.
- Menyusun silabus dan RPP yang menggunakan
model pembelajaran Pedagogi Reflektif, dengan
menerapkan langkah khas Pedagogi Reflektif yaitu
konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.
- Merancang desain produk bahan ajar inovatif mata
pelajaran sejarah berupa modul pembelajaran
sejarah Indonesia.
- Melakukan validasi desain kepada dosen
pembimbing penelitian.
Validasi Desain - Validasi desain produk dilakukan oleh dosen
pembimbing penelitian.
(Tabel 4: Deskripsi hasil tiap tahap prosedur penulisan bahan ajar)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III
BAHAN AJAR SEJARAH INOVATIF
3.1 Penerapan Teori dalam Pembuatan Bahan Ajar Inovatif
Bentuk bahan ajar yang disusun dalam makalah ini adalah modul
pembelajaran sejarah dengan judul “Membangun Republik Indonesia: Modul
Pembelajaran Pembentukan Pemerintahan dan Kelengkapan Negara Pertama
Republik Indonesia”. Pemilihan bentuk modul didasari pertimbangan bahwa
modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dapat mendukung siswa
untuk belajar dengan lebih aktif dan mandiri.
Adapun struktur dasar dari kegiatan pembelajaran modul ini dibuat
dengan mengikuti tahapan model pembelajaran Pedagogi Reflektif sebagai
berikut:
1) Konteks, yang berisi materi apersepsi sebagai pengantar bagi siswa untuk
memasuki materi yang akan dibahas.
2) Pengalaman, berupa aktivitas penyampaian materi pembelajaran kepada
siswa melalui berbagai metode pembelajaran.
3) Refleksi, berupa proses menyimak kembali dan pemaknaan lebih
mendalam dari pengalaman belajar siswa
4) Aksi, berupa tindakan nyata sebagai lanjutan dari hasil refleksi siswa.
5) Evaluasi, berisi penilaian kinerja siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Prinsip penulisan sejarah Indonesia yang modern diterapkan dalam
dua hal Pertama, penulisan narasi sejarah dalam modul bersifat Indonesia-
sentris dan proporsial. Peristiwa pembentukan pemerintahan dan lembaga
kelengkapan RI lainnya diceritakan kembali dengan pasang-surutnya, konflik
maupun kompromi yang terjadi dalam interaksi para Bapak Pendiri Bangsa,
dengan didasarkan pada sumber-sumber yang relevan. Kedua, penyertaan
contoh kasus intoleransi aktual yang terjadi di Indonesia, dengan sumber dari
media massa untuk memberikan wawasan dan konteks sejarah aktual, serta
sebagai bahan refleksi siswa.
Sebagai media pendukung proses pembelajaran, modul ini
menyertakan video sosiodrama “Fragmen Sidang PPKI” produksi Pusat Studi
Pancasila Universitas Gadjah Mada. Selain karena kontennya yang sesuai
dengan materi, video ini digunakan untuk memberikan rangsangan visual
sehingga siswa bisa memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai proses
Sidang PPKI beserta interaksi para Bapak Pendiri Bangsa yang terlibat di
dalamnya.
3.2 Sistematika Isi Bahan Ajar
Isi dari modul bahan ajar sejarah ini mencakup:
1) Halaman sampul
2) Deskripsi Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran
3) Daftar Isi
4) Petunjuk penggunaan modul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
5) Aktivitas Pertemuan 1
a. Apersepsi: status negara Indonesia pasca Proklamasi 17 Agustus 1945.
b. Mari Menyimak: pemutaran video sosiodrama rapat PPKI.
c. Refleksi: refleksi siswa atas video yang telah disaksikan.
d. Diskusikanlah: panduan diskusi, petunjuk pembuatan laporan diskusi,
materi bahan diskusi.
e. Evaluasi:evaluasi kinerja kelompok dan evaluasi kinerja diri.
6) Aktivitas Pertemuan 2
a. Apersepsi: mengingat kembali pembahasan pertemuan 1.
b. Mari Menyimak: presentasi dan tanya jawab antar siswa.
c. Refleksi: refleksi atas bacaan contoh kasus intoleransi di Indonesia.
d. Diskusikanlah: panduan diskusi pembuatan majalah dinding kelas.
e. Evaluasi:soal esai dan evaluasi kinerja diri.
7) Daftar Pustaka
8) Lampiran
3.3 Tampilan Bahan Ajar
Tampilan modul bahan ajar dibuat sesuai dengan hasil angket siswa
responden, yaitu dengan jenis tulisan Times New Roman, format teks satu
kolom, dan skema warna kuning-ungu tua-biru muda.22
22
Tampilan cetak modul bisa dilihat pada Lampiran 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Tantangan dalam proses pembelajaran sejarah yang terjadi di kelas XI
IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, berdasarkan hasil wawancara dengan
guru pengampu mata pelajaran sejarah adalah keterbatasan akses siswa
terhadap sumber bahan ajar dan materi yang terkandung dalam bahan ajar itu
sendiri dikemas dengan cara yang kurang menarik, sehingga siswa mudah
bosan dan merasa tidak menemukan relevansi materi pelajaran dengan
kehidupannya di masa kini.
Solusi yang dapat ditempuh sebagai alternatif mengatasi tantangan
pembelajaran sejarah tersebut adalah melalui pengembangan bahan ajar
sejarah inovatif berbentuk modul pembelajaran sejarah dengan judul
“Membangun Republik Indonesia: Modul Pembelajaran Pembentukan
Pemerintahan dan Kelengkapan Negara Pertama Republik Indonesia”.
Bentuk bahan ajar modul dipilih karena modul bisa memfasilitasi siswa untuk
belajar secara lebih mandiri dan guru bisa menempatkan diri sebagai
fasilitator secara lebih efektif.
Dari segi kegiatan pembelajaran sejarah, proses pembelajaran di kelas
XI IPS SMA BOPKRI 2 sudah mencakup kegiatan yang merangsang
perkembangan sistem pembelajaran emosional, sistem pembelajaran sosial,
sistem pembelajaran kognitif, serta sistem pembelajaran fisik sehingga model
pembelajaran yang dibutuhkan adalah model yang mampu merangsang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
perkembangan sistem pembelajaran reflektif siswa. Oleh karena itu model
pembelajaran Pedagogi Reflektif dipilih sebagai dasar pengembangan
aktivitas belajar dalam modul karena model ini menekankan peran guru
dalam pendampingan siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk merefleksikan pengetahuan dan pengalaman yang telah ia peroleh
dalam selama proses pembelajaran melalui lima langkah, yaitu konteks
belajar, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.
Dari segi aktualisasi peristiwa sejarah yang disampaikan dalam
pelajaran, penulisan materi modul bahan ajar dilakukan memperhatikan
prinsip penulisan sejarah atau historiografi modern. Prinsip penulisan sejarah
Indonesia yang modern diterapkan dalam dua hal. Pertama, penulisan narasi
sejarah dalam modul bersifat Indonesia-sentris dan proporsial. Kedua,
penyertaan contoh kasus intoleransi aktual yang terjadi di Indonesia, dengan
sumber dari media massa untuk memberikan wawasan dan konteks sejarah
aktual, serta sebagai bahan refleksi siswa.
Dari segi media pembelajaran, siswa responden menyatakan mereka
menyukai pembelajaran dengan media video. Oleh karena itu, modul ini
menggunakan video sosiodrama berjudul “Fragmen Sidang PPKI” produksi
Pusat Studi Pancasila UGM. Pemilihan video ini didasarkan pada kesesuaian
dengan topik materi di dalam modul serta manfaaat dari penggunaan video
dalam pembelajaran, yaitu antara lain dapat memberikan efek visual yang
tidak hanya menghibur tetapi juga membantu siswa memperoleh gambaran
yang lebih nyata untuk memahami peristiwa sejarah dengan lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
4.2 Saran
Modul pembelajaran sejarah yang disusun dalam makalah ini dibuat
berdasarkan Kurikulum 2013 yang mulai diberlakukan secara terbatas mulai
tahun ajaran 2013/2014. Secara lebih detail, modul ini dibuat dengan mengacu
pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran Sejarah
Indonesia untuk kelas XI untuk Kelompok Wajib.
Dalam perkembangannya, pada Desember 2014 Pemerintah melalui
Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah menangguhkan
pemberlakuan Kurikulum 2014 dan menginstruksikan sekolah-sekolah untuk
menggunakan kembali Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Terlepas dari adanya perubahan peraturan ini, modul tetap bisa digunakan oleh
guru yang sekolahnya kembali menerapkan KTSP. Modul ini dapat digunakan
(dengan penyesuaian) dalam pembelajaran sejarah untuk kelas XII jurusan IPS
semester ganjil, untuk Standar Kompetensi 1. Menganalisis perjuangan bangsa
Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya Orde Baru, Kompetensi Dasar 1.1
Menganalisis peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan
pemerintahan Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
DAFTAR PUSTAKA
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.
EDC's Center for Children and Technology. 2004. Television goes to school: The
impact of Video on Student Learning in Formal Education. Washington
DC: Corporation for Public Broadcasting (diunduh dari
http://www.dcmp.org/caai/nadh173.pdf )
Faizal, Achmad. 2012. “Pengikut Syiah Ditekan Tinggalkan Keyakinannya”.
Kompas.com. (diunduh dari http://regional.kompas.com/read/2012/11/07/
1807205/Pengikut.Syiah.Ditekan. Tinggalkan. Keyakinannya., 9
September 2014)
Given, Barbara K. 2007. Brain-based Teaching. Bandung: Penerbit Kaifa.
Hatta, Mohammad. 1978. Mohammad Hatta: Memoir. Jakarta: Tintamas.
Ifdhal, et.al. 2013. “Pengembangan Bahan Ajar Berbentuk Komik Pada Mata
Pelajaran Ilmu Bangunan Gedung (IBG) Kelas X SMK Negeri 5 Padang”.
Journal of Civil Engineering & Vocational Education, Vol.1, No.3,
November 2013, hlm. 211-220. (diunduh dari http://download.
portalgaruda.org/article.php?article=100189&val=1483)
Kahin, George McTurnan. 1970. Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca:
Cornell University Press.
Kartodirjo, Sartono et. al. 1975. Sejarah Nasional Indonesia 1. Jakarta:
Depdikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Permendikbud Nomor 64 tahun
2013 tentang Standar Isi. Jakarta: Kemdikbud (diunduh dari http://bsnp-
indonesia.org/id/?p=1239)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Permendikbud Nomor 103 tahun
2013 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah Lampiran IV tentang Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Jakarta: Kemdikbud (diunduh dari http://pgsd.uad.ac.id/wp-
content/uploads/lampiran-permendikbud-no-103-tahun-2014.pdf)
Kusuma, Wijaya. 2014. “Rumah Direktur Penerbitan Galang Press Diserang
Gerombolan Berjubah”. Kompas.com. (diunduh dari
http://regional.kompas.com/read/2014/05/30/0317081/Rumah.Direktur.Pe
nerbitan.Galang.Press.Diserang.Gerombolan.Berjubah, 9 September 2014)
Mardikaningsih, Rini dan R. Sumaryanto. 2013. Sejarah untuk Kelas XII SMA
dan MA Program IPS. Solo: Global.
P3MP LPM USD. 2012. Pedoman Model Pembelajaran Berbasi Pedagogi
Ignasian. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Penjaminan Mutu
Pembelajaran.
Phillips, Rob. 2002. Reflective Teaching of History 11-18. London: Continuum.
Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press.
Ricklefs, H.C. 1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Subagya. 2010. Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sudrajat, Ajat. 2008. Pengembangan Bahan Ajar Materi Pembelajaran PAI.
Makalah: tidak diterbitkan. Disampaikan dalam Workshop Bimbingan
Teknis Penguatan KTSP SMP Bagi Tim Pengembang
Kurikulum/Verfikator Propinsi, di Hotel Graha Dinar, Cisarua, Bogor.
(diunduh dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/
PENGEMBANGAN%20BAHAN%20AJAR%20PAI%20SMP.pdf.)
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suwarno, P.J. 2003. Tatanegara Indonesia dari Sriwijaya sampai Indonesia
Modern. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Tim Penyusun. 1981. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1950. Jakarta: Tira
Pustaka.
________. 1933. Montevideo Convention on the Rights and Duties of States
(diunduh dari https://www.ilsa.org/jessup/jessup15/Montevideo
%20Convention.pdf, 21 Juli 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
LAMPIRAN 1
SILABUS SMA
Mata Pelajaran : Sejarah (Wajib)
Kelas : XI
Alokasi waktu : 4 x 45 menit
Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai),
santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar Materi Pokok
Indikator Aktivitas
Pembelajaran
Penilaian Sumber dan
Media Belajar
3.8
Menganalisis
peristiwa
pembentukan
pemerintahan
pertama Republik
Indonesia dan
maknanya bagi
kehidupan
kebangsaan
Indonesia masa
Pembentukan
pemerintahan
pertama Republik
Indonesia
Rapat PPKI 18
Agustus 1945
- Penetapan
konstitusi
Competence
3.8.1
Menganalisis latar
belakang
pembentukan
pemerintahan
pertama RI
3.8.2
Pertemuan 1 (2 x 45
menit)
Mengamati
1. Menyaksikan video
sosiodrama
Fragmen Sidang
PPKI
Menanya
1.Tes:
- tes uraian dengan
rubrik penilaian
2. Non-tes:
- Observasi diskusi
dengan skala likert
dan catatan harian
guru.
Media:
- Video
sosiodrama
Fragmen
Sidang PPKI
- Slide
presentasi
Sumber:
- Modul bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
4.8
kini.
- Penetapan
presiden dan
wakil presiden
Rapat PPKI 19
Agustus 1945
- Pembentukan
kabinet
pertama
- Pembagian
daerah RI
Rapat PPKI 22
Agustus 1945
- Pembentukan
KNIP
- Pembentukan
PNI
- Pembentukan
BKR
Menguraikan
kronologi
pembentukan
pemerintahan
pertama RI
3.8.3
Menganalisis
dampak dari
pembentukan
pemerintahan
pertama RI bagi
kehidupan
berbangsa dan
bernegara
4.8.1
Menyajikan hasil
analisis terkait
Pembentukan
pemerintahan
pertama Republik
Indonesia dalam
bentuk presentasi
lisan dan laporan
tertulis
2. Diskusi kelompok:
- Siswa
mendiskusikan
pertanyaan
panduan diskusi
dalam kelompok
Mengeksplorasi
3. Siswa mencari dan
membahas sumber-
sumber yang
dibutuhkan untuk
menjawab
pertanyaan panduan
diskusi
Mengasosiasi
4. Siswa
menggunakan dan
menganalisis
informasi dari
sumber untuk
membuat laporan
hasil diskusi.
Mengkomunikasikan
5. Siswa menyusun
laporan hasil
diskusi dalam
- Observasi
presentasi dengan
skala likert dan
rubrik
- Laporan diskusi
kelompok dengan
skala likert
- Portofolio esai
refleksi dengan
rubrik penilaian
- Proyek majalah
dinding kelas
dengan rubrik
penilaian
ajar sejarah
Menalar peristiwa
pembentukan
pemerintahan
pertama Republik
Indonesia dan
maknanya bagi
kehidupan
kebangsaan
Indonesia masa
kini dan
menyajikannya
dalam bentuk
cerita sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
2.4
2.5
Meneladani
perilaku
kerjasama,
tanggung jawab,
cinta damai para
pejuang untuk
mempertahankan
kemerdekaan dan
menunjukkannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
Berlaku jujur dan
bertanggungjawab
dalam
mengerjakan
tugas-tugas dari
pembelajaran
sejarah.
Conscience
2.4.1
Mengidentifikasi
contoh
perilaku
kerjasama,
tanggung jawab,
cinta damai yang
ditunjukkan para
pejuang selama
proses
pembentukan
pemerintahan
pertama Indonesia
2.4.2
Membandingkan
pengamalan
perilaku
kerjasama,
tanggung jawab,
cinta damai dalam
kehidupan
berbangsa dan
bernegara di masa
awal kemerdekaan
dengan di masa
sekarang.
2.4.3
Menunjukkan
perilaku
bentuk laporan
tertulis kelompok:
- Kelompok
presenter
membuat laporan
kelompok dan
slide presentasi.
- Kelompok non-
presenter
membuat laporan
diskusi tertulis
saja.
6. Siswa mengisi
refleksi pribadi
Pertemuan 2 (2 x 45
menit)
Mengamati
1. Siswa menyimak
presentasi materi
pembentukan
pemerintahan
pertama RI oleh
kelompok
presenter
Menanya
2. Tanya-jawab dan
klarifikasi antara
kelompok presenter
dan siswa lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
kerjasama,
tanggung jawab,
cinta damai dalam
proses diskusi dan
presentasi
2.5.1
Menyelesaikan
tugas laporan
diskusi dan
presentasi dengan
usaha sendiri dan
tepat waktu
Mengeksplorasi
3. Siswa membaca
contoh kasus
intoleransi yang
terjadi di Indonesia
saat ini
Mengasosiasikan
4. Siswa
membandingkan
dan merefleksikan
pengamalan nilai-
nilai luhur hidup
berbangsa dan
bernegara di masa
awal kemerdekaan
dan di masa
sekarang
berdasarkan kasus
yang dibaca.
Mengkomunikasikan
5. Siswa menampilkan
hasil refleksi dalam
bentuk esai dan
majalah dinding.
6. Siswa mengerjakan
evaluasi akhir bab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
1.1 Menghayati nilai-
nilai persatuan
dan keinginan
bersatu dalam
perjuangan
pergerakan
nasional menuju
kemerdekaan
bangsa sebagai
karunia Tuhan
yang Mahaesa
terhadap bangsa
dan negara
Indonesia.
Compassion
1.1.1
Mendeskripsikan
pendapat/keprihati
nan terkait
pengamalan nilai-
nilai persatuan
dalam kehidupan
berbangsa dan
bernegara saat ini
1.1.2
Mendekripsikan
sikap dan bentuk
keterlibatan yang
bisa diterapkan
untuk
mengamalkan
nilai-nilai
persatuan dalam
hidup sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
LAMPIRAN 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA
Satuan Pendidikan : SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
Mata Pelajaran : Sejarah (Wajib)
Kelas/Semester : XI/1
Tema : Pembentukan Pemerintahan Pertama Republik Indonesia
Alokasi waktu : 4 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati nilai-nilai persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan
nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan yang Mahaesa terhadap
bangsa dan negara Indonesia.
2.4. Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang untuk
mempertahankan kemerdekaan dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.5. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah.
3.8. Menganalisis peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dan
maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa kini.
4.8. Menalar peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dan
maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa kini dan menyajikannya dalam
bentuk cerita sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
C. Indikator Pembelajaran
Competence
3.8.1 Menganalisis latar belakang pembentukan pemerintahan pertama RI
3.8.2 Menguraikan kronologi pembentukan pemerintahan pertama RI
3.8.3 Menganalisis dampak dari pembentukan pemerintahan pertama RI bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara
4.8.1 Menyajikan hasil analisis terkait pembentukan pemerintahan pertama Republik
Indonesia dalam bentuk presentasi lisan dan laporan tertulis
Conscience
2.4.1 Mengidentifikasi contoh perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai yang
ditunjukkan para pejuang selama proses pembentukan pemerintahan pertama Indonesia
2.4.2 Membandingkan pengamalan perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di masa awal kemerdekaan dengan di masa sekarang.
2.4.3 Menunjukkan perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai dalam proses diskusi
dan presentasi
2.5.1 Menyelesaikan tugas laporan diskusi dan presentasi dengan usaha sendiri dan tepat
waktu
Compassion
1.1.1 Mendeskripsikan pendapat/keprihatinan terkait pengamalan nilai-nilai persatuan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini
1.1.2 Mendekripsikan sikap dan bentuk keterlibatan yang bisa diterapkan untuk
mengamalkan nilai-nilai persatuan dalam hidup sehari-hari.
D. Tujuan Pembelajaran
Competence
3.8.1 Siswa mampu menganalisis latar belakang pembentukan pemerintahan pertama RI
3.8.2 Siswa mampu menguraikan kronologi pembentukan pemerintahan pertama RI
3.8.3 Siswa mampu menganalisis dampak dari pembentukan pemerintahan pertama RI bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara
4.8.1 Siswa mampu menyajikan hasil analisis terkait pembentukan pemerintahan pertama
Republik Indonesia dalam bentuk presentasi lisan dan laporan tertulis
Conscience
2.4.1 Siswa mampu mengidentifikasi contoh perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta
damai yang ditunjukkan para pejuang selama proses pembentukan pemerintahan pertama
Indonesia
2.4.2 Siswa mampu membandingkan pengamalan perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta
damai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di masa awal kemerdekaan dengan di masa
sekarang.
2.4.3 Menunjukkan perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai dalam proses diskusi
dan presentasi
2.5.1 Siswa mampu menyelesaikan tugas laporan diskusi dan presentasi dengan usaha sendiri
dan tepat waktu
Compassion
1.1.1 Siswa mampu mendeskripsikan pendapat/keprihatinan terkait pengamalan nilai-nilai
persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
1.1.2 Siswa mampu Mendekripsikan sikap dan bentuk keterlibatan yang bisa diterapkan
untuk mengamalkan nilai-nilai persatuan dalam hidup sehari-hari.
E. Materi Pokok
Pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama RI
F. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran: pendekatan saintifik
Model pembelajaran: pedagogi reflektif
Metode pembelajaran: tanya-jawab, diskusi, presentasi, dan refleksi
G. Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan 1
No. Kegiatan Waktu
a. Kegiatan Pembuka
Konteks:
Guru memandu siswa dalam kegiatan apersepsi tentang konsep negara
dan kaitannya dengan kondisi Indonesia pada 17 Agustus 1945.
5’
b.
c.
d.
Kegiatan Inti
Pengalaman:
Siswa menonton video sosiodrama Fragmen Sidang PPKI.
Refleksi:
Siswa menuliskan kesan dan pelajaran yang ditangkap setelah menonton
video.
Aksi:
Siswa melakukan diskusi kelompok mengikuti panduan diskusi di modul.
20’
10’
40’
e.
f.
Kegiatan Penutup
Evaluasi:
Siswa mengisi evaluasi kerja kelompok dan evaluasi kinerja diri.
Guru menyimpulkan topik pembelajaran hari ini yaitu situasi Indonesia
pasca proklamasi serta dinamika para Bapak Pendiri Bangsa dalam rapat
PPKI dan mengingatkan siswa untuk mengumpulkan laporan diskusi di
pertemuan berikutnya dan bagi kelompok presenter untuk mempersiapkan
diri sebaik-baiknya.
10’
5’
90’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
2. Pertemuan 2
No. Kegiatan Waktu
a. Kegiatan Pembuka
Konteks:
Guru mengingatkan kembali siswa tentang topik yang dibahas di
pertemuan berikutnya dan mempersilakan kelompok presenter untuk
menyiapkan presentasi.
5’
b.
c.
d.
Kegiatan Inti
Pengalaman:
Kelompok presenter mempresentasikan materi
Siswa melakukan tanya jawab dengan kelompok presenter setelah
presentasi selesai
Refleksi:
Siswa menyimak panduan refleksi pribadi di modul sebagai persiapan
pembuatan esai di rumah.
Aksi:
Siswa berdiskusi untuk merencanakan pembuatan majalah dinding berisi
hasil refleksi dengan dipimpin ketua kelas.
20’
10’
15’
20’
e.
f.
Kegiatan Penutup
Evaluasi:
Siswa menyimak panduan evaluasi materi akhir bab untuk dikerjakan
di rumah
Siswa mengisi evaluasi penampilan kelompok presenter dan evaluasi
kinerja diri.
Guru menyimpulkan hasil presentasi dan mengingatkan siswa untuk
mengumpulkan tugas evaluasi akhir bab dan memasang majalah dinding
untuk pertemuan berikutnya
15’
5’
90’
H. Media dan Sumber Belajar
Media:
Video sosiodrama Fragmen Sidang PPKI
Slide presentasi siswa
Sumber:
Modul pembelajaran sejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
I. Penilaian
1. Teknik: tes dan non-tes
2. Bentuk:
a. Tes: esai (terlampir)
b. Non-tes: portofolio, observasi, proyek (terlampir)
J. Instrumen Penilaian
1. Tes tertulis: esai
2. Non-tes:
a. Lembar penilaian laporan diskusi kelompok
b. Lembar pengamatan presentasi
c. Lembar pengamatan sikap
d. Lembar penilaian refleksi
Yogyakarta, … Januari 2015
Mengetahui,
Maria Felicia
(Guru mata pelajaran)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
LAMPIRAN INSTRUMEN PENILAIAN
A. Kunci Jawaban Esai (soal terdapat dalam modul)
1. Indonesia belum bisa disebut sebagai sebuah negara pada 17 Agustus 1945 karena:
- Indonesia belum memenuhi syarat de facto pendirian suatu negara (skor 1)
- Indonesia sudah memiliki populasi rakyat, namun batasan wilayah Indonesia belum jelas dan
Indonesia belum memiliki struktur pemerintahan/kabinet yang berdaulat (skor 2)
2. Pada 18 Agustus 1945, Moh. Hatta mengajak beberapa perwakilan PPKI untuk berdiskusi sebelum
rapat dimulai. Apa latar belakang dan hasil dari pembahasan Moh. Haatta bersama beberapa
perwakilan PPKI pada 18 Agustus adalah:
- Latar belakang: adanya informasi bahwa masyarakat Indonesia dari komunitas non muslim
keberatan dengan rumusan sementara Pembukaan UUD yang memuat poin kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya (skor 2)
- Hasil pembahasan menyepakati rumusan yang menjadi masalah tersebut diganti menjadi
Ketuhanan yang Mahaesa untuk mengakomodasi komuntias non muslim (skor 2)
3. Latar belakang Maklumat 3 November 1945 tentang pembentukan partai politik di Indonesia:
- pembentukan PNI sebagai partai tunggal bertentangan dengan paham demokrasi dan identik
dengan paham fasis yang sifatnya otoriter. (skor 2)
- sebagian besar anggota PNI merupakan bekas anggota organisasi Jawa Hokokai bentukan Jepang,
sehingga diperkirakan pihak asing seperti Sekutu akan menganggap PNI sebagai organisasi
buatan Jepang. Kesalahpahaman seperti ini bisa merugikan posisi Indonesia sebagai negara baru
yang membutuhkan dukungan internasional. (skor 2)
4. Latar belakang pertimbangan Pemerintah pada awalnya membentuk BKR sebagai organisasi
semimiliter dan reaksi golongan pemuda terhadap keputusan Pemerintah tersebut:
- Latar belakang: Pemerintah berpendapat bahwa pembentukan tentara nasional di tengah kondisi
Indonesia yang masih belum menentu justru berisiko mengundang serangan dari tentara Sekutu
dan Jepang, dan jika hal tersebut sampai terjadi diperkirakan kekuatan nasional belum akan
mampu menghadapi serangan tersebut. (skor 2)
- Reaksi pemuda: Keputusan pemerintah membentuk BKR hanya sebagai badan semimiliter
kemudian menimbulkan ketidakpuasan di kalangan pemuda yang menginginkan dibentuknya
organisasi tentara nasional. Sebagai respons , para pemuda kemudian membentuk badan-badan
perjuangan mandiri. (skor 2)
Nilai:
Keterangan nilai :
A = 80-100 : Baik Sekali
B = 70-79 : Baik
C = 60-69 : Cukup
D = 60 : Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
B. Lembar Penilaian Laporan Diskusi Kelompok
Aspek 1 2 3 4
Format Format laporan
sama sekali tidak
sesuai dengan 5
poin ketentuan.
Format laporan
hanya sesuai
dengan 2 dari 5
poin ketentuan.
Format laporan
sesuai dengan 3
atau lebih dari 5
poin ketentuan.
Format laporan
sesuai dengan 5
poin ketentuan.
Tata
Bahasa
Laporan
memiliki lebih
dari 15 kesalahan
eja atau tata
bahasa.
Laporan
memiliki 10 -
15 kesalahan
eja atau tata
bahasa.
Laporan
memiliki 5 - 9
kesalahan eja
atau tata
bahasa.
Laporan
memiliki
kurang dari 5
kesalahan eja
atau tata
bahasa.
Sumber Isi laporan hanya
bersumber pada
modul.
Isi laporan
bersumber pada
modul dan
sumber online.
Isi laporan
bersumber pada
modul, sumber
online, dan
sumber buku
tambahan.
Laporan
menggunakan
sumber modul,
sumber online,
dan lebih dari 1
sumber buku
tambahan.
Isi: (skor maksimal 58)
1. Latar belakang pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama Indonesia :
a. Indonesia belum memenuhi persyaratan pembentukan negara (2 poin)
b. Syarat yang sudah terpenuhi: rakyat dan wilayah (2 poin)
c. Syarat yang belum terpenuhi: pemerintah yang berdaulat (1 poin)
2. Bagaimana kronologi pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama Indonesia?
a. Rapat PPKI 1
Penetapan UUD (3 poin)
Presiden dan Wapres (2 poin)
b. Rapat PPKI 2
Pembentukan kabinet (2 poin)
Pembagian wilayah RI ( 2 poin)
c. Rapat PPKI 3
Pembentukan KNIP: Posisi awal KNIP di pemerintahan, (3 poin)
Pembentukan PNI: keputusan pemerintah terkait pembentukan PNI, status PNI sebagai partai
tunggal (3 poin)
Pembentukan BKR: status BKR semimiliter, tugas BKR (3 poin)
3. Bagaimana dampak dari proses pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama
Indonesia?
a. Rapat PPKI 1
Penetapan UUD: perubahan rumusan pembukaan UUD (5 poin)
Presiden dan Wapres: Indonesia memiliki sistem presidensial, Soekarno sebagai presiden, Hatta
sebagai wapres (3 poin)
b. Rapat PPKI 2
Indonesia memenuhi syarat de facto pendirian negara dan bisa mulai melakukan diplomasi untuk
memperoleh pengakuan dari negara lain (5 poin)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
c. Rapat PPKI 3
Pembentukan KNIP: Maklumat 16 Oktober, KNIP jadi badan legislatif sementara (4 poin)
Pembentukan PNI: muncul reaksi dari golongan Sjahrir, PNI dibatalkan (4 poin)
Pembentukan BKR: muncul reaksi dari pemuda, berubah jadi TKR (4 poin)
4. Nilai-nilai luhur kehidupan apa saja yang telah ditunjukkan para Bapak Pendiri Bangsa selama proses
pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama Indonesia? Jelaskan dalam situasi atau
peristiwa apa saja nilai-nilai luhur tersebut ditunjukkan! (minimal 2)
Menyebut 1 nilai luhur (1 poin)
Penjelasan konteks nilai luhur (4 poin)
Skor laporan diskusi :
Nilai:
Keterangan nilai :
A = 80-100 : Baik Sekali
B = 70-79 : Baik
C = 60-69 : Cukup
D = 60 : Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
C. Lembar Pengamatan Presentasi Kelompok
Aspek 1 2 3 4
Penguasaan
materi
Siswa hanya
membaca isi teks
materi
presentasi, poin
yang
disampaikan
masih ada yang
kurang sesuai
dengan panduan
presentasi.
Siswa masih
banyak
membaca teks
materi dengan
sesekali
menggunakan
bahasa sendiri,
poin yang
disampaikan
masih ada yang
kurang sesuai
dengan
panduan
presentasi.
Siswa masih
banyak
membaca teks
materi dengan
sesekali
menggunakan
bahasa sendiri,
poin yang
disampaikan
sesuai panduan
presentasi.
Siswa dapat
menyampaikan
sebagian besar
materi dengan
bahasa sendiri,
poin yang
disampaikan
sesuai.panduan
presentasi.
Tutur kata
dan tata
bahasa
Tutur kata dan
tata bahasa siswa
didominasi
penggunaan
bahasa non
formal saat
menyampaikan
materi maupun
menjawab
pertanyaan
peserta.
Siswa
menggunakan
tutur bahasa
baik saat
menyampaikan
materi, namun
menjawab
pertanyaan
peserta masih
banyak
menggunakan
bahasa non
formal.
Siswa
menggunakan
tutur bahasa
yang baik saat
menyampaikan
materi maupun
menjawab
pertanyaan
peserta, hanya
menggunakan
sedikit bahasa
non formal.
Siswa
menggunakan
tutur kata dan
tata bahasa
yang baik saat
menyampaikan
materi maupun
menjawab
pertanyaan
peserta.
Tampilan
media
presentasi
Media presentasi
dibuat sama
sekali tidak
sesuai dengan
prinsip audio
visual
Media
presentasi
belum
menerapkan
prinsip audio
visual pada
setiap
slide/aspek
presentasi
Media
presentasi
sudah
menerapkan
prinsip audia
visual sebagian
besar (>70%)
slide/aspek
presentasi.
Setiap slide
media /semua
aspek
presentasi
dibuat sesuai
prinsip audio
visual.
Interaksi
tanya-
jawab
Siswa tidak
terlalu
memperhatikan
tanggapan
peserta, jawaban
yang diberikan
tidak sesuai
dengan
pertanyaan.
Siswa
mendengarkan
tanggapan
peserta dengan
penuh
perhatian,
jawaban yang
diberikan
belum sesuai
dengan
pertanyaan.
Siswa
mendengarkan
tanggapan
peserta dengan
penuh
perhatian,
jawaban sudah
sesuai
pertanyaan
namun kurang
mendalam
Siswa
mendengarkan
tanggapan
peserta dengan
penuh
perhatian,
jawaban
mengena sesuai
pertanyaan dan
dibahas
mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Bahasa
tubuh
Siswa tidak
melakukan
kontak mata
dengan audiens,
sikap tubuh tidak
siap/tegap.
Siswa sesekali
melakukan
kontak mata,
sikap tubuh
tidak
siap/tegap,
Siswa banyak
melakukan
kontak mata,
sikap tubuh
masih kurang
baik (sesekali
tegap sesekali
tidak).
Siswa banyak
melakukan
kontak mata
dengan peserta,
sikap selalu
tubuh
siap/tegap.
Skor observasi guru:
Nilai:
Keterangan nilai:
A = 80-100 : Baik Sekali
B = 70-79 : Baik
C = 60-69 : Cukup
D = 60 : Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
D. Lembar Pengamatan Sikap
No. Na
ma
Observasi Sikap Total
Skor
Nilai
Sikap religius Keterampilan sosial
Sikap
doa
baik
Reflek-
tif
Sopan Bertanggung
Jawab
Asertif Kooperatif
Keterangan pengisian skor:
4 = Sangat baik; 3 = Baik; 2 = cukup; 1 = kurang
Nilai:
Keterangan nilai :
A = 80-100 : Baik Sekali
B = 70-79 : Baik
C = 60-69 : Cukup
D = 60 : Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
E. Lembar Penilaian Refleksi
1. Penilaian Refleksi pribadi
Aspek Poin
Isi alinea 1 Pendapat siswa ya/tidak = 1 poin
Penjelasan pendapat siswa = 4 poin
Isi alinea 2 Contoh sikap/nilai = 1 poin
Penjelasan sikap/nilai = 4 poin
Isi alinea 3 Contoh sikap/nilai = 1 poin
Penjelasan sikap/nilai = 4 poin
Isi alinea 4 Contoh tindakan nyata = 1 poin
Penjelasan tindakan nyata = 4 poin
Isi alinea 5 Contoh tindakan nyata = 1 poin
Penjelasan tindakan nyata = 4 poin
Kesesuaian format
penulisan esai
1 poin
Identitas penulis 1 poin
Tata Bahasa Kesalahan eja/tata bahasa ≤ 4 = 3 poin
Kesalahan eja/tata bahasa 5 – 9 = 2 poin
Kesalahan eja/tata bahasa ≥10 = 1 poin
Skor maksimal pribadi 30 poin
2. Penilaian Mading Kelas
Aspek Poin
Kesesuaian format 3 poin
Semua siswa mengumpulkan 5 poin
Contoh kasus dimuat 2 poin
Kreativitas Kerapian = 2 poin
Kebersihan = 2 poin
Kemudahan membaca = 2 poin
Gambar/ornamen lainnya = 1 poin
Ketepatan waktu 3 poin
Skor maksimal mading 20 poin
Nilai: (Skor pribadi + skor mading) x 2
Keterangan nilai :
A = 80-100 : Baik Sekali
B = 70-79 : Baik
C = 60-69 : Cukup
D = 60 : Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
M O D U L P E M B E L A J A R A N
Pembentukan Pemerintahan dan Kelengkapan Negara
Pertama Republik Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
1.1.
Menghayati nilai-nilai persatuan dan keingi-nan bersatu dalam perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan bangsa se-bagai karunia Tuhan yang Mahaesa terhadap bangsa dan negara Indonesia.
2.4. Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan dan menun-jukkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.5. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah.
3.8. Menganalisis peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa kini.
4.8. Menalar peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa kini dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.
Competence 3.8.1 3.8.2 3.8.3 4.8.1
Siswa mampu menganalisis latar belakang pembentukan pemerintahan per-tama RI. Siswa mampu menguraikan kronologi pembentukan pemerintahan pertama RI. Siswa mampu menganalisis dampak dari pembentukan pemerintahan pertama RI bagi kehidupan berbangsa dan bernegara Siswa mampu menyajikan hasil analisis terkait Pembentukan pemerintahan per-tama Republik Indonesia dalam bentuk presentasi lisan dan laporan tertulis
Conscience
2.4.1 2.4.2 2.4.3 2.5.1
Siswa mampu mengidentifikasi contoh perilaku kerjasama, tanggung jawab, cin-ta damai yang ditunjukkan para pejuang selama proses pembentukan pemerinta-han pertama Indonesia Siswa mampu membandingkan pengama-lan perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di masa awal kemerdekaan dengan di masa sekarang. Siswa mampu menunjukkan perilaku ker-jasama, tanggung jawab, cinta damai da-lam proses diskusi dan presentasi Siswa mampu menyelesaikan tugas laporan diskusi dan presentasi dengan usaha sendiri dan tepat waktu
Compassion
1.1.1 1.1.2
Siswa mampu mendeskripsikan pendapat/keprihatinan terkait pengamalan nilai-nilai persatuan dalam kehidupan berbang-sa dan bernegara saat ini Siswa mampu mendekripsikan sikap dan bentuk keterlibatan yang bisa diterapkan untuk mengamalkan nilai-nilai persatuan dalam hidup sehari-hari.
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR TUJUAN PEMBELAJARAN
Competence
3.8.1 3.8.2 3.8.3 4.8.1
Menganalisis latar belakang pemben-tukan pemerintahan pertama RI. Menguraikan kronologi pembentukan pemerintahan pertama RI. Menganalisis dampak dari pembentukan pemerintahan pertama RI bagi ke-hidupan berbangsa dan bernegara Menyajikan hasil analisis terkait Pem-bentukan pemerintahan pertama Repub-lik Indonesia dalam bentuk presentasi lisan dan laporan tertulis
Conscience
2.4.1 2.4.2 2.4.3 2.5.1
Mengidentifikasi contoh perilaku ker-jasama, tanggung jawab, cinta damai yang ditunjukkan para pejuang selama proses pembentukan pemerintahan per-tama Indonesia Membandingkan pengamalan perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di masa awal kemerdekaan dengan di masa sekarang. Menunjukkan perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai dalam proses diskusi dan presentasi Menyelesaikan tugas laporan diskusi dan presentasi dengan usaha sendiri dan tepat waktu
Compassion
1.1.1 1.1.2
Mendeskripsikan pendapat/keprihatinan terkait pengamalan nilai-nilai persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini Mendeskripsikan sikap dan bentuk keterlibatan yang bisa diterapkan untuk mengamalkan nilai-nilai persatuan da-lam hidup sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Konten Hlm.
Kompetensi Dasar …………………………………………………………………
Indikator …………………………………………………………………………..
Tujuan Pembelajaran ……………………………………………………………..
Daftar isi …………………………………………………………………………..
Petunjuk Penggunaan Modul ...……………………………………………………
2
2
2
3
4
PERTEMUAN 1 …………………………………………………………………..
A. Apersepsi ……………………………………………………………………...
B. Mari Menyimak ……………………………………………………………….
- Video Sosiodrama Fragmen Sidang PPKI
C. Refleksi………………………………………………………………………..
D. Diskusikanlah …………………………………………………………………
- Petunjuk Diskusi ……………………………………………………………..
- Materi Pembentukan Pemerintahan dan Kelengkapan Negara Pertama RI …
E. Evaluasi ……………………………………………………………………….
5
6
6
6
7
7
8
15
PERTEMUAN 2 …………………………………………………………………..
A. Apersepsi ……………………………………………………………………...
B. Mari Menyimak ……………………………………………………………….
- Petunjuk presentasi dan diskusi
C. Refleksi …………………………………………………………………….….
- Contoh kasus ………………………………………………………………...
- Panduan refleksi ……………………………………………………………..
D. Diskusikanlah ………………………………………………………….………
- Petunjuk diskusi
Rangkuman ………………………………………………………………………..
E. Evaluasi ……………………………………………………………………….
16
17
17
17
17
19
19
20
21
Daftar Pustaka …………………………………………………………………….. 23
DAFTAR ISI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
1. Modul ini disusun menurut Kurikulum 2013 dengan menggunakan model pembelajaran reflek-
tif, yang membagi aktivitas belajar dalam lima aspek utama yaitu konteks, pengalaman, re-
fleksi, aksi, dan evaluasi.
2. Aktivitas belajar dalam konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi ditandai dengan blok
warna biru. Contoh:
3. Untuk bisa mendapatkan manfaat maksimal dari setiap aktivitas belajar, siswa dapat:
Mengikuti alur kegiatan pembelajaran sesuai urutan di dalam modul ini.
Membaca setiap instruksi aktivitas dengan teliti dan mengikutinya.
Mengisikan dan mencatat ide, jawaban, pertanyaan, kesan, evaluasi, maupun hasil refleksi
yang dipikirkan selama proses pembelajaran dalam kolom yang telah disediakan.
Bertanya pada guru apabila ada instruksi atau isi materi yang belum jelas.
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
APERSEPSI MARI MENYIMAK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
A. Konteks:
Apersepsi, siswa bersama guru mengingat kembali konteks situasi nasional
dan internasional saat proklamasi kemerdekaan Indonesia dan syarat-syarat
terbentuknya Negara.
B. Pengalaman:
Siswa menyimak video sosiodrama rapat PPKI
C. Refleksi:
Siswa mengerjakan refleksi tentang video sosiodrama
D. Aksi:
Siswa berdiskusi kelompok
E. Evaluasi:
Siswa mengerjakan evaluasi kinerja kelompok dan evaluasi kinerja diri.
PERTEMUAN 1 (2 X 45 menit )
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Pada 17 Agustus 1945, Soekarno telah memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Mes-
ki demikian, sudahkah Indonesia menjadi negara merdeka sepenuhnya?
Bangsa (nation): sekelompok manusia yang dipersatukan oleh ikatan batin/spiritual karena
memiliki kesamaan sejarah masa lalu serta cita-cita masa depan, terlepas dari keragaman ras,
bahasa, letak geografis, agama, dan identitas lain yang terdapat di dalamnya.
negara (state): sekelompok manusia yang mendiami suatu teritori dengan batas yang jelas dan
memiliki pemerintahan sendiri.
Berdasarkan hasil Konvensi Montevideo tentang Hak dan Kewajiban Negara tahun
1933,disebutkan syarat berdirinya sebuah negara berdaulat sebagai berikut:
A. APERSEPSI
}
Per 17 Agustus 1945, sudahkah Indonesia memenuhi semua syarat de facto pendirian sebuah
negara berdaulat? Jika sudah, berikan buktinya. Jika belum, tunjukan syarat mana yang belum
terpenuhi. Jawaban:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………........................................................................................................................................................................................................................................
Saksikan dan perhatikanlah interaksi para tokoh dalam video sosio-drama yang diputarkan guru
Anda:
Pada paruh pertama video, akan disajikan potongan drama rapat Panitia Sembilan BPUPKI pada
22 Juni 1945 untuk menyegarkan ingatan Anda tentang apa saja yang sudah dipersiapkan para
Bapak Pendiri Bangsa sebelum proklamasi 17 Agustus 1945.
Pada paruh kedua video, Anda akan menyaksikan rapat PPKI 18 Agustus 1945 ketika para Bapak
Pendiri Bangsa melakukan pembahasan terakhir sebelum mengesahkan Pembukaan UUD 1945.
Kesan saya setelah menyaksikan video rapat PPKI adalah
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………...….
Memiliki populasi rakyat permanen Memiliki teritori/wilayah yang jelas Memiliki pemerintahan
Memiliki kapasitas untuk menjalin hubungan dengan negara lain
Syarat terbentuknya negara berdaulat
B. MARI MENYIMAK
}
Syarat de facto, bersifat mutlak dan wajib dipenuhi.
Syarat de jure, baru bisa dipenuhi setelah syarat de facto terpenuhi.
Tuliskanlah kesan Anda terhadap proses rapat yang ditampilkan dalam video tersebut. Anda bisa
menuliskan hal-hal yang menurut Anda menarik, hal yang tidak Anda mengerti, kesan terhadap
kejadian atau interaksi antar tokoh dalam video, dan sebagainya.
C. REFLEKSI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dalam kelompok beranggotakan 3-4 orang :
1. Bagaimana situasi yang melatarbelakangi pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara
pertama Indonesia?
2. Bagaimana kronologi pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama Indonesia?
3. Bagaimana dampak dari proses pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama
Indonesia ?
4. Nilai-nilai luhur kehidupan apa saja yang telah ditunjukkan para Bapak Pendiri Bangsa selama
proses pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama Indonesia? Jelaskan dalam
situasi atau peristiwa apa saja nilai-nilai luhur tersebut ditunjukkan! (minimal 2 nilai luhur) Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut, Anda bisa membaca dan memahami materi yang
sudah dimuat dalam modul ini. Anda juga bisa mencari jawabannya dari sumber-sumber lain,
dengan tetap mempertimbangkan reliabilitas dan kredibilitas sumber yang Anda gunakan.
D. DISKUSIKANLAH...
Menurut saya, hal atau sikap yang bisa saya teladani dari para Bapak Pendiri Bangsa berdasar-
kan video yang telah saya saksikan adalah
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………...
PETUNJUK PEMBUATAN LAPORAN DISKUSI
1. Tiap kelompok wajib membuat satu laporan hasil diskusi.
2. Aspek yang akan dinilai adalah kesesuaian format, tata bahasa, sumber, serta konten/jawaban
hasil diskusi
3. Laporan diskusi dibuat dengan format sebagai berikut:
Judul disertai nama anggota kelompok dan nomor absen
Pendahuluan: berisi latar belakang pembuatan laporan dan rumusan permasalahan yang
dibahas dalam laporan (pertanyaan diskusi)
Isi: berisi penjabaran jawaban dari permasalahan/pertanyaan yang didiskusikan
Penutup: berisi kesimpulan dari hasil diskusi
Daftar pustaka: berisi daftar rujukan sumber yang digunakan untuk dalam diskusi
Petunjuk pengerjaan laporan diskusi dan presentasi
PETUNJUK PEMBUATAN SLIDE PRESENTASI
1. Slide presentasi wajib dibuat hanya oleh kelompok yang memperoleh giliran presentasi.
2. Aspek yang akan dinilai dari slide presentasi adalah format, tata bahasa, serta tampilan slide
presentasi (tampilan teks dan media pendukung seperti gambar, tabel, peta, dan sebagainya).
3. Slide presentasi dibuat dengan format sebagai berikut:
Judul disertai nama anggota kelompok dan nomor absen
Pendahuluan: berisi poin inti latar belakang pembuatan laporan dan rumusan permasalahan
yang dibahas dalam laporan (pertanyaan diskusi)
Isi: berisi poin inti jawaban dari permasalahan/pertanyaan yang didiskusikan
Penutup: berisi poin inti kesimpulan dari hasil diskusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Meski telah memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus
1945, bangsa Indonesia dalam praktiknya belum memiliki pemerintahan
yang berdaulat. Oleh karena itu, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indone-
sia (PPKI) menyelenggarakan rapat pertamanya pada 18 Agustus 1945
di Gedung Kesenian Jakarta untuk mengesahkan pemerintahan dan un-
dang-undang dasar yang akan mengatur segala aspek hidup berbangsa
dan bernegara Indonesia.
Perubahan rumusan dan pengesahan rancangan UUD 1945
Sebelum rapat ini dimulai, Muh. Hatta sempat mengajak beberapa
anggota PPKI yaitu Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr. Kas-
man Singodimejo, dan Mr. Teuku Hasan untuk mendiskusikan
rancangan pembukaan UUD 1945 yang telah disusun oleh BPUPKI,
terutama pada bagian kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalan-
kan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Muh. Hatta mengadakan
pertemuan pendahuluan ini karena pada malam sebelumnya, Muh. Hatta
bertemu dengan seorang opsir Angkatan Laut Jepang yang menginfor-
masikan bahwa wakil-wakil warga Protestan dan Katolik di wilayah In-
donesia Timur keberatan dengan rumusan tersebut dan merasa bahwa
rumusan kalimat tersebut hanya mengikat warga yang beragama Islam.
Jika rumusan yang demikian tetap tercantum dalam UUD, hal tersebut
akan dianggap sebagai suatu bentuk diskriminasi dan warga non-Muslim
lebih memilih untuk berdiri di luar Republik Indonesia.
Dalam musyawarah bersama beberapa perwakilan PPKI ini, disepa-
kati bahwa semangat Piagam Jakarta yang telah disahkan BPUPKI tidak
akan hilang bila rumusan “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti dengan “Ketuhanan
yang mahaesa”. Perubahan ini disepakati oleh kelima anggota yang ber-
musyawarah, untuk kemudian disampaikan dalam rapat PPKI dan di-
setujui secara bulat oleh anggota lengkap PPKI.
PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN DAN KELENGKAPAN NEGARA PERTAMA REPUBLIK INDONESIA
1. Rapat PPKI 18 Agustus 1945
Gambar 1: Suasana rapat PPKI 18 Agustus 1945
Catatan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Pembentukan kabinet dan pembagian wilayah RI Pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI kembali mengadakan rapat un-
tuk membahas kelengkapan pemerintahan RI. Dalam sidang ini, anggota PPKI membicarakan soal struktur pemerintahan dan pembagian wilayah RI. Dari rapat kedua ini, disepakati bahwa kabinet pertama RI kan terdiri dari 12 departemen (kementerian) dan wilayah RI akan dibagi menjadi delapan provinsi.
Adapun susunan pemerintahan pertama RI adalah sebagai berikut: Kabinet terdiri atas 12 menteri departemen dan 5 menteri negara: Menteri Dalam Negeri : R.A.A. Wiranata Kusumah Menteri Luar Negeri : Mr. Achmad Soebardjo Menteri Keuangan : Dr. Samsi Sastrowidagdo (per 26 September 1945 digantikan A.A. Maramis) Menteri Kehakiman : Prof. Dr. Mr. Soepomo Menteri Kemakmuran : Ir. R.P. Surachman Menteri Keamanan Rakyat: Soeprijadi Menteri Pertahanan : belum diangkat Menteri Kesehatan : dr. Boentaran Martoatmodjo Menteri Pengajaran : Ki Hadjar Dewantara Menteri Penerangan : Mr. Amir Sjarifuddin Menteri Sosial : Mr. Iwa Koesoema Soemantri Menteri Perhubungan : R. Abiskoesno Tjokrosoejoso Menteri Negara : K.H. Wahid Hasyim Menteri Negara : Dr. M. Amir Menteri Negara : Mr. R.M. Sartono Menteri Negara : Otto Iskandardinata Menteri Negara : Mr. A.A. Maramis
2. Rapat PPKI 19 Agustus 1945
Pemilihan presiden dan wakil presiden
Selain membahas UUD 1945, rapat PPKI pertama juga memilih
presiden dan wakil presiden pertama RI. Salah satu peserta rapat, Otto
Iskandardinata mengusulkan Soekarno sebagai presiden dan Muh. Hatta
sebagai wakil presiden.
Usulan Otto Iskandardinata ini disambut positif oleh seluruh peserta
PPKI, sehingga akhirnya Soekarno dan Hatta dipilih sebagai presiden
dan wakil presiden secara aklamasi.
Gambar 2: Kabinet pertama Republik Indonesia
Catatan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Selain menteri, ditunjuk pula beberapa pejabat tinggi negara: Ketua Mahkamah Agung : Mr. Dr. Kusuma Atmadja Jaksa Agung : Mr. Gatot Tarunamihardja Sekretaris Negara : Mr. Gafar Pringgodigdo Juru Bicara Negara : R. Soekarjo Wirjopranoto Sementara itu, pembagian wilayah RI dan gubernur pertamanya se-
bagai berikut: Provinsi Sumatra : Mr. Teuku Mohammad Hassan Provinsi Jawa Barat : Sutardjo Kartohadikusumo Provinsi Jawa Tengah : R. Pandji Soeroso Provinsi Jawa Timur : R.M. Soerjo Provinsi Sunda Kecil : Mr. I Gusti Ketut Pudja Provinsi Maluku : Mr. J. Latuharhary Provinsi Sulawesi : Dr. G.S.S.J. Ratulangie Provinsi Kalimantan : Ir. Pangeran Mohammad Noor
Indonesia memenuhi syarat pembentukan negara
Dengan terbentuknya kabinet pemerintahan dan pembagian wila-
yah , maka Indonesia sudah memenuhi syarat pembentukan negara yaitu
rakyat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat. Dengan terpenuhinya
syarat-syarat tersebut, maka Indonesia sudah bisa mulai bisa menjalan-
kan fungsi sebagai negara dan berusaha memenuhi syarat de jure
pendirian negara, yaitu pengakuan dari negara lain.
Masa lima tahun pertama kemerdekaan Indonesia juga merupakan
masa yang menentukan dalam perjuangan penegakan kemerdekaan In-
donesia, yang turut menentukan karakter dari kebijakan politik luar
negeri Indonesia. Pada lima tahun pertama ini, Kementerian Luar Negeri
Indonesia memiliki tugas antara lain untuk mengusahakan simpati dan
dukungan masyarakat internasional, menggalang solidaritas teman-
teman di segala bidang dan dengan berbagai macam upaya memperoleh
dukungan dan pengakuan atas kemerdekaan Indonesia.
Catatan:
KESULTANAN YOGYAKARTA BERGABUNG DENGAN REPUBLIK INDONESIA Di Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono IX selaku Sultan Yogyakarta mengeluarkan sebuah pernyataan yang berbunyi sebagai berikut: 1. Bahwa Negeri Ngayogyakarto hadiningrat yang bersifat kerajaan
adalah Daerah Istimewa dari Negara Republik Indonesia. 2. Bahwa kami sebagai Kepala Daerah memegang segala kekuasaan
dalam Negeri Ngayogyakarto Hadiningrat, dan oleh karena itu berhubung dengan keadaan pada dewasa ini segala urusan pemerintahan dalam Negeri Ngayogyakarto Hadiningrat mulai saat ini berada di tangan kami dan kekuasaan-kekuasaan lainnya kami pegang seluruhnya.
3. Bahwa perhubungan antara Negeri Ngayogyakarto Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia bersifat langsung dan kami bertanggungjawab atas Negeri kami langsung kepada Presiden Republik Indonesia.
Kami memerintahkan supaya segenap penduduk dalam negeri Ngayogyakarto Hadiningrat mengindahkan amanat kami ini. Nyayogyakarto Hadiningrat, 28 Puasa, Ehe, 1876 (5 September 1945) HAMENGKUBUWONO IX
Sri Sultan Hamengkubuwono IX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
3. Rapat PPKI 22 Agustus 1945
Pada 22 Agustus 1945, PPKI kembali mengadakan rapat. Rapat ini
menghasilkan 3 keputusan, yaitu:
Pembentukan Komite Nasional Indonesia dari tingkat pusat hing-
ga daerah
Pembentukan Partai Nasional Indonesia (PNI)
Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR)
3.1. Pembentukan Komite Nasional Indonesia
Komite nasional Indonesia (KNI) dibentuk sebagai upaya
mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan ke-
merdekaan yang berdasarkan kedaulatan rakyat. KNI terdiri atas Komite
Nasional Indonesia Pusat yang berada di Jakarta serta KNI lokal di se-
tiap provinsi di Indonesia, dengan tugas utama membantu presiden da-
lam menjalankan pemerintahan.
KNIP diresmikan dan dilantik anggotanya pada 29 Agustus 1945
di Gedung Kesenian, Pasar Baru, Jakarta. Dalam sidang pertamanya,
KNIP membentuk struktur kepemimpinan sebagai berikut:
Ketua : Mr. Kasman Singodimejo
Wakil Ketua I : Sutardjo Kartohadikusumo
Wakil Ketua II : Mr. J. Latuharhary
Wakil Ketua III: Adam Malik
KNIP Menjadi Badan Legislatif Sementara
Dalam perkembangannya, muncul ketidakpuasan terhadap sistem
kabinet presidensial dari golongan pemuda pimpinan Sutan Sjahrir. Go-
longan ini kemudian mendorong anggota KNIP lainnya untuk
mengajukan petisi kepada Soekarno dan Hatta, yang berisi tuntutan pem-
berian status Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) kepada KNIP.
KNIP kemudian menyelenggarakan rapat pleno pada 16 Oktober 1945,
yang kemudian mendesak Hatta untuk mengeluarkan Maklumat no. X
Tahun 1945 pada tanggal yang sama. Maklumat no. X tahun 1945 yang
dikeluarkan pada 16 Oktober ini berisi ketetapan bahwa sebelum ter-
bentuknya MPR dan DPR, kekuasaan legislatif berada di tangan KNIP.
KNIP juga turut menetapkan Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Pelaksanaan tugas harian KNIP akan dijalankan oleh sebuah Badan
Pekerja KNIP (BP-KNIP), yang akhirnya dibentuk dan dipimpin oleh
Sutan Sjahrir sebagai ketua dan Amir Syarifuddin sebagai wakil.
Gambar 3: Presiden Soekarno menyampaikan amanat dalam pelantikan anggota KNIP di Gedung Kesenian Jakarta, 29 Agustus 1945
Catatan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945
BP-KNIP kemudian mengeluarkan Pengumuman No. 5 Tanggal
11 November 1945 yang berisi peralihan pertanggungjawaban para men-
teri, dari awalnya kepada presiden menjadi kepada BP-KNIP. Presiden
Soekarno kemudian menyetujui dan menindaklanjutinya dengan menge-
luarkan Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945. Dampak
dari maklumat ini adalah sistem kabinet presidensial berganti menjadi
sistem kabinet parle-
menter. BP-KNIP lalu
mencalonkan Sutan
Sjahrir sebagai perdana
menteri, diikuti dengan
jatuhnya kabinet presi-
densial Soekarno-Hatta
dan digantikan dengan
kabinet parlementer
dengan Sutan Sjahrir
sebagai perdana men-
teri.
3.2. Pembentukan Partai Nasional Indonesia
Pada rapat tanggal 22 Agustus 1945, PPKI menyetujui pemben-
tukan Partai Nasional Indonesia (PNI) dan pada tanggal pada 29 Agustus
1945 diumumkan pengurus lengkapnya yaitu Ir. Soekarno (Pemimpin
Besar Pertama), Drs. Moh. Hatta (Pemimpin Besar Kedua), Mr. Gatot
Tarunamihardja (Pemimpin Umum atau Ketua Partai), Abikusno
Tjokrosoejoso (Ketua Umum Seksi Politik), dan dr. Moewardi (Ketua
Seksi Organisasi).
Penolakan PNI sebagai partai tunggal
Pembentukan PNI sebagai partai tunggal di Indonesia
mengundang reaksi penolakan dari banyak pihak. Penolakan paling
keras berasal dari Sutan Sjahrir dan kelompoknya dengan alasan:
pembentukan PNI sebagai partai tunggal bertentangan dengan paham
demokrasi dan identik dengan paham fasis yang sifatnya otoriter.
sebagian besar anggota PNI merupakan bekas anggota organisasi
Jawa Hokokai bentukan Jepang, sehingga diperkirakan pihak asing
seperti Sekutu akan menganggap PNI sebagai organisasi buatan Je-
pang. Kesalahpahaman seperti ini bisa merugikan posisi Indonesia
sebagai negara baru yang membutuhkan dukungan internasional.
Karena besarnya reaksi penolakan, pada 1 September 1945 pembentukan
PNI dibatalkan dan gagasan satu partai ini tidak pernah dibahas kembali.
RI menganut sistem multipartai
Pada akhir Oktober 1945, Soekarno, Hatta, beserta beberapa tokoh
nasional memutuskan untuk mendukung usulan Sjahrir selaku ketua BP-
KNIP untuk membuat sistem multipartai di Indonesia.
Pemerintah kemudian mengeluarkan Maklumat Pemerintah yang
ditandatangi wakil presiden pada 3 November 1945. Dikeluarkannya
maklumat ini juga bertujuan untuk menunjukkan kepada pihak asing,
Gambar 4: Suasana rapat Badan Pekerja KNIP pada Oktober 1945.
Catatan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
BKR sebagai badan semimiliter
Pemerintah menyepakati pembentukan lembaga yang bertugas
menjaga kemanana rakyat, yang kemudian diberi nama Badan Keamanan
Rakyat (BKR) pada 22 Agustus 1945. BKR dibentuk sebagai bagian dari
Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP), yaitu organisasi
yang berujuan memelihara keselamatan masyarakat dan merawat para
korban perang.
Dengan demikian, BKR bukan angkatan bersenjata atau badan
militer, melainkan hanya semimiliter. Pertimbangan Pemerintah terkait
status BKR ini karena Pemerintah berpendapat bahwa pembentukan ten-
tara nasional di tengah kondisi Indonesia yang masih belum menentu
justru berisiko mengundang serangan dari tentara Sekutu dan Jepang, dan
jika hal tersebut sampai terjadi diperkirakan kekuatan nasional belum
akan mampu menghadapi serangan tersebut.
Keputusan pemerintah membentuk BKR hanya sebagai badan
semimiliter kemudian menimbulkan ketidakpuasan di kalangan pemuda
yang menginginkan dibentuknya organisasi tentara nasional. Sebagai re-
spons , para pemuda kemudian membentuk badan-badan perjuangan
mandiri seperti Komite van Aksi yang bermarkas di Jalan menteng 31
Jakarta, Barisan Banteng, Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS),
Pemuda Indonesia Maluku (PIM), Hizbullah, Pemuda Sosialis Indonesia
(Pesindo), Tentara Pelajar (TP), Tentara Republik Indonesia Pelajar
(TRIP), serta berbagai badan perjuangan di berbagai wilayah Indonesia.
BKR menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
Situasi yang semakin genting akibat kedatangan tentara Sekutu
untuk melucuti sisa-sisa kekuatan Jepang di Indonesia akhirnya men-
dorong Pemerintah untuk mengeluarkan maklumat pada 5 Oktober 1945
yang berisikan peningkatan fungsi BKR menjadi angkatan militer dengan
nama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Wapres Muh. Hatta kemudian
memanggil mantan perwira KNIL, Mayor Oerip Soemohardjo untuk me-
nyusun organisasi ketentaraan ini. Mantan perwira PETA, Suprijadi, di-
angkat Pemerintah menjadi Menteri Keamanan Rakyat dan Oerip Soemo-
hardjo diangkat menjadi Kepala Staf Umum TKR.
Sampai dengan 20 Oktober 1945 Suprijadi masih belum hadir un-
tuk memenuhi tugasnya sebagai menteri, sehingga akhirnya jabatan Men-
teri Keamanan Rakyat ad interim diisi oleh Moh. Suljoadikusumo. Situasi
yang semakin genting kemudian mendorong diadakannya konferensi
TKR di Yogyakarta pada 12 November 1945.
3.3. Pembentukan Angkatan Bersenjata
Oerip Soemohardjo
(1893-1948) adalah
seorang jenderal
(anumerta) dan kepala
staf umum Tentara
Nasional Indonesia
pertama. Karier mili-
ternya dimulai dengan
menjadi letnan dua di
KNIL pada era penja-
jahan Belanda. Setelah
Indonesia merdeka dan
BKR kemudian diubah
menjadi TKR, Oerip
ditetapkan sebagai
kepala staf umum pada
20 Oktober 1945. Oe-
rip juga menjadi sosok
yang mengusulkan
agar Markas Tertinggi
TKR yang awalnya
direncanakan di Pur-
wokerto dipindahkan
ke Yogyakarta, yang
kini sudah menjadi
Museum Dharma
Wiratama di Jalan
Jenderal Sudirman no.
75, Yogyakarta.
terutama Sekutu, bahwa bangsa Indonesia merupakan negara yang men-
ganut sistem demokrasi, bukan negara boneka Jepang yang menganut
fasisme. Adapun isi maklumat ini adalah:
1. Pemerintah menghendaki timbulnya partai-partai politik karena un-
tuk memimpin segala aliran yang ada dalam masyarakat ke jalan
yang teratur.
2. Pemerintah berharap supaya partai-partai politik telah tersusun
sebelum dilangsungkan pemilihan anggota Badan Perwakilan
Rakyat pada bulan Januari 1946.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Dalam konferensi ini, Kolonel Soedirman selaku Panglima Divisi
V/Banyumas terpilih sebagai Pimpinan Tertinggi TKR.
TKR kemudian mengalami dua kali perubahan nama, yaitu menjadi
Tentara Keselamatan Rakyat menurut Penetapan Pemerintah tanggal 1 Jan-
uari 1946 dan berubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) ber-
dasarkan Maklumat pemerintah 24 Januari 1946. TRI sendiri terdiri atas
Angkatan Darat, Angkatan Laut Republik Indonesia, dan Angkatan Udara
Republik Indonesia.
18 Agustus 1945 Rapat PPKI 1:
- Pengesahan UUD 1945 - Pemilihan presiden dan wapres
19 Agustus 1945 Rapat PPKI 2:
- Pembentukan kabinet - Pembagian wilayah RI
22 Agustus 1945 Rapat PPKI 3:
- Keputusan pembentukan KNIP, PNI, dan BKR
29 Agustus 1945 - Peresmian KNIP - Peresmian PNI
1 September 1945 - PNI sebagai partai tunggal
dibatalkan
5 Oktober 1945 BKR (semimiliter) diubah men-jadi Tentara Keamanan Rakyat
(militer)
Maklumat 16 Oktober 1945 - KNIP menjadi badan legislatif
sementara
Maklumat 3 November 1945 - RI menganut sistem multi-
partai
Kronologi Pembentukan Pemerintahan dan Kelengkapan Negara Pertama RI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Evaluasilah kinerja teman sekelompok Anda dalam proses diskusi kelompok. Berilah tanda cen-
tang () pada kolom yang Anda rasa sesuai.
Nama te-man ang-gota ke-lompok dan nomor ab-sen
Keaktifan me-nyumbangkan ide selama diskusi
Kemauan untuk berkompromi atau menerima masukan lain dari teman
Kontribusi da-lam proses penyu-sunan laporan diskusi
Total Skor
Skor akhir = (Total skor x 20)
3
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Acuan: 1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = netral/biasa saja; 4 = baik; 5 = sangat baik
No Pernyataan Sangat sesuai
Sesuai Kurang Sesuai
Tidak sesuai
1. Saya memahami isi video sosiodrama rapat PPKI dengan baik.
2. Saya mampu mendeskripsikan kesan yang saya peroleh setelah menonton video.
3. Saya memahami panduan diskusi yang diberikan.
4. Saya memahami isi teks materi yang disajikan.
5. Saya terlibat secara aktif dalam proses disku-si kelompok.
6. Saya dapat menyimpulkan nilai-nilai atau teladan hidup dari rangkaian peristiwa dan interaksi para Bapak Bangsa dalam proses pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama Indonesia.
Evaluasi Kinerja Diri
Evaluasi Diskusi Kelompok
EVALUASI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
A. Konteks:
Apersepsi, mengulas kembali materi yang dibahas pada pertemuan
sebelumnya
B. Pengalaman:
Siswa melakukan presentasi dan tanya jawab
C. Refleksi:
Siswa mengerjakan esai refleksi personal
D. Aksi:
Siswa merencanakan pembuatan majalah dinding klasikal
E. Evaluasi:
Siswa mengerjakan evaluasi akhir bab, mengisi evaluasi presentasi dan
evaluasi kinerja diri.
PERTEMUAN 2 (2 X 45 menit )
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
1. Saksikan dan perhatikan presentasi dari kelompok presenter dengan seksama. Catatlah hal-hal
yang Anda rasa penting, misalnya informasi yang belum ada dalam laporan diskusi kelompok
Anda, informasi yang berbeda dengan yang Anda peroleh, informasi yang belum jelas atau
ingin Anda klarifikasi, dan sebagainya.
2. Secara berkelompok, evaluasilah penampilan kelompok presenter dengan mengisi tabel eva-
luasi sesuai format yang diberikan pada bagian evaluasi halaman 21.
3. Setelah menyaksikan presentasi, silakan ajukan pertanyaan kepada kelompok presenter. Per-
tanyaan dapat berupa informasi yang belum jelas, informasi yang ingin Anda klarifikasi, infor-
masi yang ingin Anda tambahkan atau lengkapkan pada materi yang sudah disajikan, dan se-
bagainya.
Berikut ini tersaji dua contoh kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia. Bacalah dengan seksama,
buatlah refleksi pribadi berdasarkan panduan yang sudah disediakan. Anda bisa mencari tahu lebih
banyak untuk memperdalam pemahaman terkait contoh kasus secara pribadi dan bisa bertanya
kepada guru apabila ada hal yang kurang Anda pahami dari contoh maupun panduan refleksi.
A. APERSEPSI
Masih ingatkah Anda:
Apakah Indonesia sudah memenuhi syarat sebuah negara pada 17 Agustus 1945? Apa
alasannya?
Perubahan apa yang terjadi pada rumusan UUD 1945, yang disepakati dalam rapat PPKI 18
Agustus 1945?
Jawaban: ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………................................................................................................................................................................
B. MARI MENYIMAK
C. REFLEKSI
Contoh Kasus 1
Pengikut Syiah Ditekan Tinggalkan Keyakinannya Rabu, 7 November 2012 | 18:07 WIB
SURABAYA, KOMPAS.com - Selain diberhentikan pasokan bantuan makanan dan minumannya,
ternyata komunitas Syiah yang mengungsi di GOR Kabupaten Sampang juga mengalami tekanan
dalam bentuk lain. Yakni berupa tekanan untuk pindah keyakinan dan meninggalkan Syiah.
Hasil laporan Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Suraba-
ya menyebutkan, 9 orang diantaranya adalah kepala keluarga yang mewakili keluarganya, telah
didesak untuk membuat surat pernyataan keluar dari Syiah. Dalam surat pernyataan itu,
diketahui dan disaksikan oleh sejumlah pejabat dan tokoh agama setempat seperti Polres Sam-
pang, Kemenag Sampang, Bakesbang Pol, Sat Brimob Polda Jatim, dan camat setempat. "Kami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
juga mendapatkan laporan bahwa surat pernyataan tersebut dibuat oleh warga Syiah karena
mereka merasa terancam, bahwa apabila mereka tidak keluar dari keyakinan agamanya, maka
rumah mereka juga akan dibakar seperti dalam peristiwa pada 26 Agustus lalu," kata Koordinator
Badan Pekerja, KontraS Surabaya, Andy Irfan, Rabu (7/11/2012).
Upaya-upaya itu, kata Andy, jelas melanggar Pasal 28 E dan 28 I UUD 1945 Amandemen
Kedua dan Pasal 22 UU No. 39 tahun 2009 tentang HAM. Secara khusus, bagi petugas kepolisian
yang terlibat mendukung upaya mengeluarkan pengikut Syiah dari keyakinannya, maka hal terse-
but melanggar ketentuan pasal 5 ayat (2) Perkap Polri No. 8/2009, tentang Implementasi Prinsip
dan Standar HAM dalam Pemelanggaraan Tugas Kepolisian Negara RI.
Karena itu, pihaknya mendesak pemerintah melakukan sosialisasi efektif dan meluas
kepada seluruh masyarakat di Sampang agar menghormati hak-hak kelompok minoritas Syiah,
tidak tunduk kepada desakan tokoh agama yang menyerukan syiar kebencian terhadap komuni-
tas Syiah. "Kami juga meminta pemerintah menghentikan segala aktivitas individu atau kelompok
yang mengancam dan mengintimidasi warga Syiah di Sampang, termasuk dalam hal ini aktivitas
beberapa tokoh agama yang mendesak agar warga Syiah keluar dari keyakinannya," tutupnya.
Rumah Direktur Penerbitan Galang Press Diserang Gerombolan Berjubah Jumat, 30 Mei 2014 | 03:17 WIB
Rumah Direktur Penerbitan Galang Press Julius Felicianus diserang dan dirusak oleh seke-
lompok orang, Kamis (29/5/2014) malam. Penyerangan terjadi ketika rumah tersebut dipakai un-
tuk ibadat doa rosario. "Anak saya telepon kalau rumah diserang. Lalu saya bersama tiga teman
langsung meluncur ke rumah," ujar Julius di rumahnya, Kamis malam. Rumah ini berlokasi di kom-
pleks perumahan STIE YKPN Nomor 07 Desa Tanjungsari, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Ngag-
lik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Julius bertutur, saat penyerangan terjadi, dia masih berada di kantor Galang Press. Di
kantornya sedang berlangsung doa bersama umat beragama. Dia menerima telepon dari anaknya
perihal penyerangan itu pada pukul 21.00 WIB.
Contoh Kasus 2
Beberapa motor yang terparkir di depan rumah yang dirusak gerombolan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Panduan Refleksi
Gunakanlah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sebagai panduan Anda menulis refleksi pribadi.
Anda tidak perlu menulis kembali nomor pertanyaan, cukup tuliskan jawaban dari masing-masing
pertanyaan dalam alinea/paragraf yang berbeda.
1. Menurut Anda, apakah terjadinya peristiwa Sampang dan penyerangan rumah warga di Sleman
sesuai dengan semangat yang diperjuangkan para Bapak Pendiri Bangsa dahulu? Berikan
alasan atas jawaban Anda. (alinea 1)
2. Menurut Anda, nilai-nilai atau sikap apa saja yang bisa dicontoh dari para Bapak Pendiri
Bangsa oleh rakyat Indonesia saat ini untuk mengatasi terjadinya berbagai konflik berlatar
SARA yang marak terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini? Berikan 2 contoh nilai atau sikap
serta jelaskan bagaimana tiap nilai atau sikap tersebut bisa diterapkan sebagai solusi konflik.
(alinea 2 dan 3)
3. Sebagai generasi muda, tindakan nyata apa yang telah Anda lakukan atau bisa Anda
lakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara
yang lebih rukun di tengah keberagaman warga Indonesia? Jelaskanlah dua contoh tindakan
nyata tersebut. (alinea 4 dan 5)
Begitu tahu ada Julius di situ, sekelompok orang tersebut langsung memukuli dia, bahkan
menjatuhkan pot bunga ke kepalanya. "Mereka juga memukul bahu saya dengan besi," kata dia.
Menurut Julius, pemukulan juga terjadi terhadap para peserta kegiatan doa di rumahnya. "Ibu-
ibu juga ada yang dipukuli. Total ada 7 korban, salah satunya wartawan," kata dia.
Soal alasan penyerangan, Julius mengaku tak bisa memperkirakannya. Dia merasa tak
punya masalah dengan siapa pun. Menurut dia, selama ini warga di sekitar rumahnya juga tak
mempermasalahkan kegiatan doa bersama di rumahnya. "Tidak tahu apa alasannya, tetapi saya
mengenali beberapa pelaku penyerangan," kata Julius. Saat ini, kasus tersebut sudah ditangani
kepolisian. Para saksi sudah dimintai keterangan.
D. DISKUSIKANLAH...
Dengan dipimpin ketua kelas, diskusikanlah penyajian tulisan hasil refleksi Anda bersama teman-
teman sekelas dalam bentuk majalah dinding. Bahaslah konsep apa yang ingin diwujudkan, pem-
bagian tugas dalam proses pembuatan, bahan yang dibutuhkan, waktu pembuatan, dan sebagainya.
Adapun poin-poin penilaian dari majalah dinding ini adalah:
1. Format:
- semua esai dalam satu kelas harus ditulis dalam format yang sama (tulis tangan atau ketik,
jika diketik jenis dan ukuran font harus sama sesuai kesepakatan kelas)
- tiap esai diberi nama dan nomor absen penulisnya
2. Kelengkapan:
- mading harus memuat ulang kedua contoh kasus yang telah diberikan dalam modul ini se-
bagai acuan bagi pembaca untuk memahami konteks isi esai yang dimuat.
- mading harus memuat esai karya seluruh siswa dalam satu kelas
3. Kreativitas:
- tiap esai boleh memuat foto atau gambar yang relevan dengan isi esai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
- tiap esai harus merupakan tulisan original buah pemikiran masing-masing siswa
- mading harus dihias atau diberi ornament yang menarik, dengan tetap memperhatikan kera-
pian, kebersihan, dan kemudahan membaca isi mading.
4. Ketepatan waktu:
- mading harus sudah dipajang di kelas pada batas waktu yang telah ditentukan guru.
RANGKUMAN
1. Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya sebagai
sebuah bangsa, namun belum bisa dikatakan sebagai sebuah negara karena belum
memiliki pemerintahan yang berdaulat.
2. Indonesia membentuk pemerintahan dan kelengkapan pertama negara Indonesia
melalui rapat PPKI dengan hasil:
- 18 Agustus 1945 : Pengesahan UUD 1945 sebagai konstitusi RI serta
pengangkatan Soekarno dan Muh. Hatta sebagai presiden dan wakil presiden RI
- 19 Agustus 1945: Pembentukan kabinet pertama RI dan pembagian provinsi RI
- 22 Agustus 1945: Pembentukan Komite Nasional Indonesia dari tingkat pusat
hingga daerah, pembentukan Partai Nasional Indonesia (PNI), serta pembentukan
Badan Keamanan Rakyat (BKR)
3. Pada rapat PPKI 18 Agustus 1945:
- Sebuah komite kecil yang diprakarsai Muh. Hatta merumuskan kembali sila per-
tama Pancasil yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, dari “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” menjadi
“Ketuhanan yang mahaesa” untuk mengakomodasi rakyat Indonesia yang non-
muslim.
- Otto Iskandardinata memprakarsai pemilihan presiden dan wakil presiden secara
aklamasi, yang disetujui oleh seluruh peserta rapat. Hasilnya Soekarno dan Muh.
Hatta terpilih sebagai presiden dan wakil presiden.
4. Dengan terbentuknya kabinet pertama RI, Indonesia sudah memenuhi syarat de
facto sebagai sebuah negara sehingga bisa memulai jalan untuk memenuhi syarat
de jure, yaitu mencari dukungan dan pengakuan dari negara lain.
5. Komite Nasional Indonesia awalnya dibentuk sebagai lembaga yang membantu
presiden menjalankan pemerintahan. Namun setelah dikeluarkannya Maklumat
no. X pada 16 Oktober 1945, KNI menjadi badan dengan kuasa legislatif.
6. Pada 29 Agustus 1945 Pemerintah mengumumkan pendirian Partai Nasional Indo-
nesia (PNI) sebagai partai tunggal, yang kemudian memicu protes dari golongan
Sjahrir karena dianggap bertentangan dengan paham demokrasi serta identik
dengan paham fasis yang sifatnya otoriter, yang bisa mempengaruhi citra Indone-
sia sebagai negara baru di mata dunia internasional pasca Perang Dunia II.
7. Pemerintah mengeluarkan Maklumat Pemerintah yang ditandatangi wakil presiden
pada 3 November 1945 yang menyatakan Indonesia sebagai negara yang menga-
nut sistem multipartai. Dikeluarkannya maklumat ini juga bertujuan untuk menun-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
E. EVALUASI
Evaluasi Akhir Bab
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1. Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya sebagai sebuah bangsa,
namun Indonesia belum bisa disebut sebagai sebuah negara. Jelaskan alasan mengapa Indone-
sia saat itu belum bisa disebut sebagai sebuah negara! (Skor 3)
2. Pada 18 Agustus 1945, Moh. Hatta mengajak beberapa perwakilan PPKI untuk berdiskusi
sebelum rapat dimulai. Apa latar belakang diskusi ini dan apa hasil dari pembahasan tersebut?
(Skor 4)
3. Jelaskan latar belakang dikeluarkannya Maklumat 3 November 1945 tentang pembentukan par-
tai politik di Indonesia! (skor 4)
4. Jelaskan latar belakang pertimbangan Pemerintah pada awalnya membentuk BKR sebagai or-
ganisasi semimiliter dan bagaimana reaksi golongan pemuda terhadap keputusan Pemerintah
tersebut! (Skor 4)
jukkan kepada pihak asing, terutama Sekutu, bahwa bangsa Indonesia merupakan
negara yang menganut sistem demokrasi.
8. Pemerintah awalnya membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) sebagai organ-
isasi semimiliter yang bertugas menjaga kemanan rakyat. Meski demikian, situasi
yang semakin genting akibat dimulainya kedatangan tentara Sekutu untuk melu-
cuti sisa-sisa kekuatan Jepang di Indonesia akhirnya mendorong Pemerintah untuk
mengeluarkan maklumat pada 5 Oktober 1945 yang berisikan peningkatan fungsi
BKR menjadi angkatan militer dengan nama Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
9. Dari proses pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama RI, para
Bapak Pendiri Bangsa telah menunjukkan sikap-sikap yang patut menjadi teladan,
antara lain toleransi, penuh inisiatif, kemauan berkompromi untuk mencapai
mufakat, serta nasionalisme untuk meletakkan dasar yang kuat bagi Indonesia se-
bagai bangsa dan negara baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Evaluasi Presentasi
Evaluasi Kinerja Diri
No
Aspek evaluasi Skor
1 2 3 4
1. Penguasaan materi oleh anggota kelompok pre-senter secara keseluruhan
2. Tutur kata dan tata bahasa yang digunakan ke-lompok presenter
3. Kesesuaian isi media presentasi (teks, gambar, tabel, grafik, dsb) dengan isi materi presentasi
4. Tampilan media presentasi (mudah/sulitnya isi media dilihat atau dibaca, sesuai/tidaknya penempatan teks atau gambar, terlalu banyak teks/tidak, dsb)
5. Cara kelompok presenter menanggapi pertan-yaan, saran, atau tanggapan lainnya dari audiens
Total skor
Skor akhir (Total skor x 5)
Berilah tanda centang () pada kolom yang Anda rasa sesuai
No.
Pernyataan Sangat sesuai
Sesuai Kurang Sesuai
Tidak sesuai
1. Presentasi yang disajikan kelompok presenter membantu saya memahami materi dengan lebih baik.
2. Saya terlibat aktif dalam proses tanya jawab.
3. Saya memahami panduan refleksi personal yang diberikan.
4. Saya bisa mengerjakan esai refleksi personal saya dengan baik .
5. Saya aktif terlibat dalam proses pembuatan majalah dinding kelas.
6. Tugas refleksi pribadi membantu saya me-mahami hubungan nilai kehidupan dan teladan yang diberikan para Bapak Pendiri Bangsa dengan kehidupan saya di masa sekarang
7. Saya bisa mengerjakan tes uraian akhir bab dengan baik secara mandiri.
Berilah tanda centang () pada kolom yang Anda rasa sesuai
Identitas anggota kelompok penilai (nama dan nomor absen) 1. 2. 3. 4.
Acuan: 1 = buruk; 2 = kurang; 3 = baik; 4 = sangat baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
DAFTAR PUSTAKA
Faizal, Achmad. 2012. “Pengikut Syiah Ditekan Tinggalkan Keyakinannya”. Kompas.com. (diunduh dari
http://regional.kompas.com/read/2012/11/07/1807205/Pengikut.Syiah.Ditekan. Tinggalkan. Keya-
kinannya., 9 September 2014)
Hatta, Mohammad. 1978. Mohammad Hatta: Memoir. Jakarta: Tintamas.
Kahin, George McTurnan. 1970. Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca: Cornell University Press.
Kusuma, Wijaya. 2014. “Rumah Direktur Penerbitan Galang Press Diserang Gerombolan Berjubah”.
Kompas.com. (diunduh dari http://regional.kompas.com/read/2014/05/30/0317081/
Rumah.Direktur.Penerbitan.Galang.Press.Diserang.Gerombolan.Berjubah, 9 September 2014)
Mardikaningsih, Rini dan R. Sumaryanto. 2013. Sejarah untuk Kelas XII SMA dan MA Program IPS. Solo:
Global.
Ricklefs, H.C. 1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suwarno, P.J. 2003. Tatanegara Indonesia dari Sriwijaya sampai Indonesia Modern. Yogyakarta: Penerbit
Universitas Sanata Dharma.
Tim Penyusun. 1981. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1950. Jakarta: Tira Pustaka.
________. 1933. Montevideo Convention on the Rights and Duties of States (diunduh dari https://
www.ilsa.org/jessup/jessup15/Montevideo%20Convention.pdf, 21 Juli 2014)
SUMBER VIDEO
Teater Gamatua Keluarga Alumni UGM. 2012.Fragmen Sidang PPKI.Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila
Universitas Gadjah Mada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
LAMPIRAN 3
INTISARI HASIL WAWANCARA DENGAN GURU PENGAMPU MATA PELAJARAN
SEJARAH
1. Metode mengajar yang biasa digunakan:
- ceramah bervariasi, karena mata pelajaran sosial mau tidak mau tetap harus ada
penjelasan supaya siswa mengerti.
- presentasi kelompok, siswa diberi topik, buat powerpoint, presentasi dan saling tanya
jawab, guru memoderatori, menarik kesimpulan bersama.
2. Bahan ajar:
- guru biasa menyajikan dalam bentuk powerpoint, materi disadur dari berbagai buku
paket di pasaran.
- anak-anak memegang buku paket yang hanya bisa dipinjam dari perpustakaan selama
jam pelajaran.
- anak-anak biasa memperoleh tambahan bahan dari sumber lain yang dicari sendiri untuk
membuat powerpoint, seperti dari internet.
- guru pernah berinisiatif meminta anak-anak membeli LKS karena praktis dan murah,
namun kurang efektif karena anak-anak malas membayar.
3. Penggunaan media:
- powerpoint
- film yang berkaitan dengan materi, diputar lalu dibahas bersama-sama
- gambar
4. Tipe evaluasi:
- ulangan harian berbentuk esai, supaya siswa masih bisa dapat poin walaupun jawaban
kurang akurat
- penilaian presentasi
- tugas-tugas: membuat peta, mencari tambahan materi lewat internet, merangkum.
5. Penilaian:
- kognitif dari ulangan dan tugas.
- afektif: dari sikap, keaktifan, respon terhadap pelajaran
6. Tantangan mengajar di kelas XI IPS:
- input siswa yang mayoritas secara kognitif agak kurang
- perilaku siswa yang agak sulit, misalnya ramai, nakal, suka tidur. Diatasi dengan
menegur, memberi pertanyaan, disuruh maju membahas topik pelajaran.(sanksi yang
membangun)
- anak-anak mudah bosan dan merasa materi kurang relevan (kadang-kadang anak sering
kali mengatakan, “pak itu kan masa lalu kenapa kok dipelajari di masa-masa sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Sedangkan yang masalah sekarang aja banyak kok pak, malah bapak mengajarkan masa
lalu.”)
7. Potensi siswa kelas XI IPS:
- anak-anak sosialnya tinggi, pintar berkomunikasi dan bergaul, solidaritas tinggi,
kesetiakawanan tinggi.
- pernah menang lomba grafiti/mural.
8. Harapan untuk KBM di kelas XI IPS:
- interaksi guru dengan anak didik bisa baik
- siswa bisa tertarik ke materi yang dipelajari sesuai kurikulum dan bisa memahami
materi dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
LAMPIRAN 4
INTISARI HASIL KUESIONER KEBUTUHAN SISWA
No. Konten materi belajar sejarah Suka Tidak
suka
1. Terdapat naskah/narasi peristiwa sejarah 26 10
2. Materi disertai foto/gambar 33 3
3. Info khusus biografi tokoh sejarah 32 4
4. Materi menyisipkan info menarik tambahan/trivia 22 14
5. Materi disertai bagan/peta konsep 33 3
6. Materi disertai kronologi 31 5
7. Terdapat rangkuman materi di akhir bab 31 5
Jenis tulisan (font) Skema warna Tampilan kolom
Calibri Tahoma
Times New
Roman
Contoh
1
Contoh
2
Contoh
3
1
kolom
2
kolom
3
kolom
7 13 16 6 16 14 21 11 4
Rangkuman deskripsi bahan ajar menarik menurut siswa:
- Materi disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami
- Dilengkapi media gambar atau film yang menarik
- Ada rangkuman materi yang jelas
- Dikemas dengan tampilan dan warna yang menarik supaya enak dibaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
LAMPIRAN 5
VIDEO SOSIODRAMA RAPAT PPKI 18 AGUSTUS 1945
(VIDEO TERLAMPIR DALAM CD)
Ringkasan hasil korespondensi dengan staf produksi video Fragmen Sidang PPKI
Bapak Tri Kuntoro Priyambodo, 31 Maret 2015
Fragmen PPKI merupakan serial dari beberapa Fragmen yang dibuat Pusat Studi Pancasila
UGM. Fragmen yang pertama kali dibuat adalah Sidang BPUPKI terkait dengan lahirnya
Pancasila. Ide awalnya berasal dari Seksi Kesenian KAGAMA (didukung para alumni
Teater Gadjah Mada) yang ingin menghadirkan fakta berdasarkan catatan sejarah lahirnya
Pancasila. Pada awalnya memang Tim diminta oleh Panitia Kongres Pancasila (2011)
untuk mementaskan proses lahirnya Pancasila.
Naskah yang menjadi acuan pementasan kemudian diolah agar muncul struktur dramaturgi
yang baik, ada konflik dan ada klimaksnya, yang kemudian tertuang dalam naskah dialog.
Setelah pementasan yang pertama, ternyata respon audiens sangat positif, emosional, dan
penuh kenangan,sampai beberapa tokoh yang hadir dalam Kongres mengatakan bahwa
Kongres sudah selesai dan sudah ada kesimpulannya. Oleh karena itu kemudian ide
tersebut disempurnakan sehingga menjadi sosio-drama dengan tujuan agar pengenalan dan
penghayatan sejarah menjadi lebih mengena kalau setiap individu bisa terlibat dan
memainkan peran salah satu tokoh sejarah tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Selanjutnya digaraplah fragmen Sidang PPKI untuk menggambarkan Proses lahirnya
Undang-undang dasar, terutama Pembukaan UUD 1945 (asli). Fragmen lain juga
menggarap penggalan sejarah Kebangkitan Nasional melalui terbentuknya organisasi Boedi
Oetomo.
Naskah atau skenario dikembangkan berdasarkan risalah sidang BPUPKI tulisan AB
Kusuma (berjudul “Lahirnya Undang-undang Dasar 1945”) dan beberapa sumber yang ada,
sehingga penyusunan skenario dan naskah dilakukan dengan melalui tahapan diskusi yang
cukup panjang.
Tokoh ahli yang diwawancarai dan terlibat dalam pembuatan naskah diantaranya adalah
penulis naskah risalah sidang BPUPKI yaitu bapak AB Kusuma (Jakarta). Selain beliau ada
tokoh dari UGM Prof. Dr. Sutaryo, yang pada waktu itu menjabat sebagai Ketua Senat
Akademik UGM serta aktif di Pusat Studi Pancasila UGM sebagai staff ahli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI