bab ii kajian teoritis tentang konsep penyembahan …

26
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN NENEK MOYANG ATAU LELUHUR 2.1 PENGANTAR Berbicara mengenai kebudayaan, dan kepercayaan di muka bumi ini, tentunya tidak lepas dari keberadaan agama suku. Sejak zaman purbakala keyakinan dan kepercayaan manusia terhadap makhluk halus di bumi ini telah ada. Dan manusia menyadari bahwa ada kekuatan di luar dirinya yang tidak bisa dipecahkan dengan akal pikiran manusia itu sendiri. Faktanya kejadian-kejadian yang mereka alami, menyebabkan kepercayaan, keyakinan, dan penyembahan terhadap Nenek Moyang atau Leluhur selalu hidup terus-menerus hingga saat ini. Ketika membahas penyembahan Nenek Moyang dari sistem masyarakat atau dari sudut pandang yang memahaminya sebagai upacara agamawi yang berkaitan dengan realitas masyarakat. Penyembahan Nenek Moyang dianggap sebagai ritualisasi solidaritas kerabat. Dan unsur yang lebih ditekankan dari ritus-ritus upacara terhadap Nenek Moyang adalah kekerabatan, rasa hormat dan sebagainya. Maka dari itu penulis akan memaparkan beberapa praktek penyembahan Nenek Moyang atau Penyembahan terhadap Leluhur di bawah ini. 2.2 KEMATIAN Hidup itu tak berakhir sesudah mati artinya kematian bukanlah akhir dari segalanya. Kehidupan sesudah mati akan memiliki dunia baru dan orang yang mati itu dia akan dilahirkan baru kembali, pemahaman ini sama seperti manusia dilahirkan di dunia dan di dalam dunia manusia mempunyai berbagai-bagai tingkatan dan akhirnya dia mati. Pandangan

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

BAB II

KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN NENEK MOYANG

ATAU LELUHUR

2.1 PENGANTAR

Berbicara mengenai kebudayaan, dan kepercayaan di muka bumi ini, tentunya tidak

lepas dari keberadaan agama suku. Sejak zaman purbakala keyakinan dan kepercayaan

manusia terhadap makhluk halus di bumi ini telah ada. Dan manusia menyadari bahwa ada

kekuatan di luar dirinya yang tidak bisa dipecahkan dengan akal pikiran manusia itu sendiri.

Faktanya kejadian-kejadian yang mereka alami, menyebabkan kepercayaan, keyakinan, dan

penyembahan terhadap Nenek Moyang atau Leluhur selalu hidup terus-menerus hingga saat

ini.

Ketika membahas penyembahan Nenek Moyang dari sistem masyarakat atau dari

sudut pandang yang memahaminya sebagai upacara agamawi yang berkaitan dengan realitas

masyarakat. Penyembahan Nenek Moyang dianggap sebagai ritualisasi solidaritas kerabat.

Dan unsur yang lebih ditekankan dari ritus-ritus upacara terhadap Nenek Moyang adalah

kekerabatan, rasa hormat dan sebagainya. Maka dari itu penulis akan memaparkan beberapa

praktek penyembahan Nenek Moyang atau Penyembahan terhadap Leluhur di bawah ini.

2.2 KEMATIAN

Hidup itu tak berakhir sesudah mati artinya kematian bukanlah akhir dari segalanya.

Kehidupan sesudah mati akan memiliki dunia baru dan orang yang mati itu dia akan

dilahirkan baru kembali, pemahaman ini sama seperti manusia dilahirkan di dunia dan di

dalam dunia manusia mempunyai berbagai-bagai tingkatan dan akhirnya dia mati. Pandangan

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

ini sama halnya dengan pandangan dunia orang sesudah mati. Jadi, orang yang sudah mati dia

masih mempunyai kehidupn di dunia lain dan melakukan aktifitasnya di dalam dunianya.1

2.3 LELUHUR

Disebut Roh Leluhur atau Nenek Moyang apabila semasa hidupnya mempunyai

pengaruh serta petuah-petuah yang diajarkan semasa hidupnya selalu diingat dan melekat di

dalam kehidupan setiap masyarakat, dan semasa kehidupanya selalu melakukan perbuatan-

perbuatan yang baik. Sehingga ketika dia meninggal dunia, dia dipuja sebagai Roh Leluhur

atau Nenek Moyang dan keturunannya atau masyarakat memuja mereka dengan berbagai

perbuatan dan upacara budaya keagamaan (doa-doa, persembahan, dan sebagainya). 2

2.4 RELASI ORANG MATI DAN YANG HIDUP

2.4.1 Motif-Motif Pemujaan Terhadap Roh Leluhur Atau Nenek Moyang.

Pemujaan yang dilakukan kepada Roh Leluhur atau Nenek Moyang, karena adanya suatu

perasaan hormat dan cinta kasih yang merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam

membangun hubungan dengan para Roh Leluhur atau Nenek Moyang. Tak dapat disangkal

lagi bahwa dalam pemujaan Roh Leluhur atau Nenek Moyang hal itu merupakan rasa

terimakasih keturunannya atas segala yang telah diterima dari tua-tua para Roh Leluhur

tersebut. Sebaliknya dalam pemujaan Roh Leluhur atau Nenek Moyang itu terdapat juga

perasaan-perasaan takut, dimana keturunannya takut kalau arwah para Roh Leluhur atau

Nenek Moyangnya akan membalas mereka apabila mereka kurang memujanya. Maka dari itu

antara yang hidup dan yang mati (manusia–Roh Leluhur atau Nenek Moyang) harus menjalin

hubungan yang baik.3

1Dr. A. G. Honig Jr. Ilmu Agama BPK Gunung Mulia , Jakarta 1959. 13-32 2Dr. J. Verkuyl . Etika Kristen Kapita Selekta Badan penerbit Kristen Djakarta 1961. 25 3Ibid…, 27-28

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

Kepercayaan dan praktik yang berhubungan dangan Leluhur atau Nenek Moyang ada

dua bentuk yaitu:

a. Pemujaan kepada Leluhur adalah merupakan suatu kumpulan sikap, kepercayaan dan

praktik, manusia yang masih hidup memposisikan orang yang sudah meninggal

sebagai Roh Leluhur sebagai Dewa dalam suatu komunitas khususnya dalam

hubungan kekeluargaan dan kebutuhan mereka harus dipenuhi.

b. Bentuk pemujaan bahwa Leluhur yang telah meninggal sebenarnya masih hidup

dalam wujud yang efektif dan bisa campur tangan dalam kehidupan manusia, karena

Roh Leluhur berhubungan dengan manusia. Roh Leluhur tersebut harus ditenangkan,

maka melalui perbuatan manusia yang masih hidup dapat mengembangkan

kesejahteraan Leluhur.4

2.5 Penyembahan Nenek Moyang Pada Beberapa Belahan Dunia

2.5.1 Penyembahan Nenek Moyang Di Afrika

Fenomena umum penyembahan Nenek Moyang di Afrika.

Penyembahan Nenek Moyang adalah masalah yang paling inti dalam agama Afrika, dan

merupakan jantung dari dunia spiritual di Afrika. Untuk memahami penyembahan Nenek

Moyang yang terjadi di Afrika penulis akan membahas tentang Praktik-KonsepNenek

Moyang, Konseppenyembahan Nenek Moyang, dan fungsi penyembahan Nenek Moyang.

2.5.2 Beberapa konsep Nenek Moyang di Afrika

Suku bangsa Afrika mempunyai sembilan konsep kepercayaan terhadap Nenek

Moyang yang ada di Afrika yaitu seperti :

a. Nenek Moyang dianggap sebagai pelindung keluarga bahkan kuasa mereka dipercayai

mempengaruhi tanah, alam, dan dunia.

4Mariasasui Dhavamony, Fenomenologi Agama. Kanisius 1995. 79

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

b. Nenek Moyang yang sudah mati dipercayai dapat memelihara kesejahteraan

keturunannya.

c. Nenek Moyang mempunyai dua kuasa, yaitu : memberkati dan mencelakakan

keturunannya.

d. Nenek Moyang akan marah ketika keturunannya tidak melaksanakan perintah mereka,

sehingga Nenek Moyang bisa membawa bencana kepada keturunanya.

e. Nenek Moyang mereka juga merupakan orang tua, maka mereka mempunyai hak dan

kewajiban untuk melatih keturunannya supaya taat kepada orang tua.

f. Dasar masyarakat di Afrika memiliki rasa solidaritas yang sangat kuat, dan persatuan

di antara Nenek Moyang, keturunan yang hidup dan yang belum lahir, dan Nenek

Moyang melaksanakan peranan yang sangat penting sama seperti sewaktu hidupnya.

g. Nenek Moyang adalah pengantar,

h. Nenek Moyang lebih superior dari pada manusia yang hidup tetapi tidak sederajat

dengan Allah.

i. Nenek Moyang disembah melalui upacara libasi (libation) yaitu menuangkan korban

sajian, doa dan pengakuan. Tidak semua orang yang mati menjadi Nenek Moyang,

seseorang menjadi Nenek Moyang itu dapat diketahui melalui mimpi atau ilusi dan

peramal.5

2.5.3 Praktek Penyembahan Nenek Moyang Di Afrika

Penyembahan nenek moyang di Afrika mempunyai arti yang sangat penting bagi

kepercayaan mereka. Di mana ditekankannya peran roh-roh Nenek Moyang dalam kehidupan

sehari-hari manusia. Yakni Nenek Moyang mempunyai kuasa menolong dan mencelakan.

Penyembahan yang dilakukan kepada mereka pada hakikatnya merupakan hubungan di

antara Nenek Moyang dan keturunan itu adalah hubungan kerabat yang berdasarkan kasih,

5Suh Sung Min, Injil dan penyembahan nenek moyang. Penerbit media peressindo, 2001. 20-25

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

orang yang baik dan yang menjadi teladan, orang-orang yang mati dan yang masih hidup

mempunyai hubungan yang kekal. Maka orang yang masih hidup harus menjaga kepercayaan

tentang orang-orang yang mati karena bakti itu adalah suatu unsur yang paling penting di

dalam hubungan di antara mereka. Dalam penyembahan Nenek Moyang di Afrika ada dua

ritus yang mereka lakukan yaitu: penyajian korban, dan batu nisan

a. Penyajian Korban

Penyajian korban ini terjadi ketika masyarakat Afrika mengalami sakit, lapar, dan

menderita. Maka orang-orang bermimpi untuk menyembelih hewan, saat

masyarakat melakukan pesta penyembelihan hewan, mereka memuji dan berdoa

mengundang Nenek Moyang untuk hadir makan bersama.

b. Batu nisan

Masyarakat Afrika mendirikan batu nisan ini adalah sebagai batu peringatan bagi

orang-orang yang telah mati, dan di atas kuburannya ditumpukkan batu-batu ini

untuk melindunngi kubur. Tetapi kuburan ini bukan tempat berdoa kepada nenek

moyang mereka.Pandangan mereka bahwa nenek moyang tinggal dekat dengan

mereka.Upacara penyembahan terhadap nenek moyang dilaksanakan di dalam

kandang hewan.

2.5.4 Fungsi penyembahan Nenek Moyang di Afrika

Menurut Fortes fungsi pemyembahan Nenek Moyang di Afrika ada 5 yaitu;

a. Sakralisasi persatuan keluarga

b. Pemeliharaan solidaritas di antara orang yang mati dan orang yang hidup

c. Peneguhan hubungan persahabatan di dalam komunitas

d. Penetapan Nenek Moyang sebagai pengelola moralitas di dalam suku atau

komunitas

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

e. Pedoman pengambil keputusan tentang tindakan moral di dalam penghormatan

Nenek Moyang.6

2.6 Penyembahan Nenek Moyang Di Asia

2.6.1 Konsep Nenek Moyang di Asia

Bagi suku bangsa di Asia Nenek Moyang yang mereka sembah ialah Nenek Moyang

yang sering berubah kadang baik kadang jahat, namun di Cina, Jepang, Korea, Taiwan dan

lain-lain Nenek Moyang yang mereka sembah, dilihat sebagai yang baik , masyarakat di sana

terdiferensiasi dengan sangat tinggi.7

2.6.2 Praktek Penyembahan Nenek Moyang di Asia

Menurut kepercayaan orang Cina pada waktu seseorang mati ia akan menjadi dewa,

maka ia memberi berkat atau bencana kepada keturunananya yang hidup. Penyembahan

nenek moyang ini berasal dari jika seseorang semasa hidupnya bermoral tinggi, dan

dihormati di dalam masyarakat, jika dia meninggal dunia, maka masyarakat Cina selalu

menghormatinya dan menghargainya inilah asal dari penyembahan nenek moyang di Cina.

Oleh sebab itu orang yang masih hidup menyajikan korban kepada Nenek Moyang yang telah

mati dan menyembah mereka. Apabila keturunannya tidak memberikan atau menyajikan

korban kepada mereka maka mereka dianggap melanggar moral bakti dan melakukan dosa

yang besar. Dasar dari penyembahan Nenek Moyang bagi mereka adalah menghormati langit,

meningkatkan kebaikan moral, mendorong bakti secara keluarga, dan menyatakan syukur

kepada Nenek Moyang, hal ini pada prinsipnya ialah untuk meneruskan garis keluarga.

Masyarakat Cina mempunyai beberapa bentuk ritus penyembahan terhadap para Leluhur atau

Nenek Moyang, yaitu: korban sajian, tempat nenek moyang, bahan-bahan yang digunakan

untuk menyembah nenek moyang dan gengsi.

a. Korban sajian 6Ibid …, 26-36 7Ibib..,. 37-39

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

Tujuan dari pemberian korban sajian ini kepada para nenek moyang ialah

pengampunan dan penyucian dosa

b. Tempat nenek moyang

Di Cina tempat nenek moyang itu didirikan di halaman tempat tinggal bagian

timur.Sehingga pada waktu kepala keluarga duduk menghadap ke arah selatan maka

kuil nenek moyang berada di sebelah kiri mereka.Di dalam kuil ruang nenek moyang

disekat mungkin nenek moyang dapat disembah.

c. Bahan-bahan yang digunakan untuk menyembah nenek moyang

Cara masyarakat menyembah nenek moyang untuk menyampaikan rasa hormat

kepada mereka ialah biasanya lilin-lilin dan kemenyan dibakar dan korban sajian

diberikan kepada mereka dan pemujaan ini ditentukan pada hari yang khusus.

Upacara ini dilakukan secara rutin yaitu pada Hari Tahun Baru,pertengahan bulan

ketujuh, dan titik-balik matahari pada bulan kesebelas, musim dingin, musim semi

diadakan pada bulan kedua dan upacara pengorbanan pada musim gugur diadakan

pada bulan kedelapan. Pada hari-hari inilah diadakan upacara penyembahan nenek

moyang yang besar di dalam kuil

d. Gengsi

Di Asia menjaga gengsi itu sangat penting, meskipun mereka menyadari bahwa nenek

moyang yang mati tidaklah memakan korban sajian yang diberikan, dan hanya

membuat kerugian saja. Akan tetapi hal itu selalu dilaksanakan, karena itu menjaga

gengsi adalah salah satu alasan yang berakarmendalamyang kemudian mempengaruhi

kelanjutan penyembahan nenek moyang.8

2.6.3 Fungsi Penyembahan Nenek Moyang di Asia

8Ibid…, 40-43

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

Fungsi dari penyembahan Nenek Moyang di Asia ialah, mengajarkan untuk

menghormati Allah, menolong untuk menjaga hati yang saleh dan harmoni terhadap orang

lain, kesetiaan dan bakti terhadap orang tua, dan untuk mendapatkan perlindungan, kekayaan,

dan kesuksesan.9

2.7 Penyembahan Nenek Moyang Di Indonesia

Indonesia memiliki beragam suku. Setiap suku memiliki budaya dan kepercayaan

yang khas dan unik, di bawah ini penulis akan mengambil tiga suku yaitu: Suku Minahasa

sebagai perwakilan dari bagian sulawesi utara, Suku Sumba sebagai perwakilan dari Nusa

Tenggara Timur, dan Suku Batak Toba sebagai perwakilan dari Sumatra Utara. Ke tiga suku

ini penulis akan paparkan tentang konsep kepercayaan terhadap Nenek Moyang atau para

Leluhur dan pratek penyembahan terhadap Nenek Moyang atau Leluhur. Dari ketiga suku ini

penulis lebih dalam membahas tentang kepercayaan, konsep dan praktek terhadap Nenek

Moyang atau Leluhur diBatak Toba.

2.7.1 Penyembahan Nenek Moyang Di Minahasa

Awal penyembahan terhadap Nenek Moyang di Minahasa tidak terlepas dari agama

suku di kalangan warga jemaat. Yaitu berawal dari kematian serta kuasa-kuasa yang

dianggap melingkupi dan menentukan perjalanan hidup manusia yang masih hidup, hal ini

tidak terlepas dari pemahaman mengenai keberadaan orang yang sudah mati (para leluhur).10

2.7.2 Praktek Penyembahan Nenek Moyang di Minahasa

Masyarakat di Minahasa mempercayai banyak dewa di samping adanya kuasa

tertinggi yaitu Empung Walian Wangko. Kepercayaan masyarakat Minahasa yaitu, ajaran

kedewaan itu berkembang dan menghadirkan berbagai poso (pesta agama) dan legenda

sehingga muncul kepercayaan terhdap roh-roh yang bersifat baik, besar, perkasa (yang

9Ibid…, 44-88 10Ibid..., 89-90

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

disebut empung) dan roh-roh tersebut kemudian diberikan kepada para leluhur (yang disebut

opo-opo) yang dianggap masih hidup terus, sehingga kepada para leluhur diberikan

kekuasaan, kebesaran dan penghormatan.

2.7.3 Kosep Para Leluhur di Minahasa

Masyarakat Minahasa mempercayai bahwa roh para leluhur mempengaruhi keluarga

dan kehidupan rakyatnya secara terus menerus. Menurut kepercayaan mereka, roh leluhur

yang baik akan membawa pengaruh yang baik, tetapi jika roh leluhur yang jahat akan

membawakan pengaruh yang jahat pula. Kerja utama dari roh leluhur ini ialah,

mempersatukan keturunan, dan keberhasilan di dalam kehidupan keturunannya. Tempat

tinggal leluhur itu berada di sorga, di neraka dan alam sekeliling tempat tinggal manusia. Roh

Leluhur yang mereka sembah ialah Opo-opo sebagai perantara untuk menyampaikan

permohonan mereka kepada Empung Walian Wangko.

2.7.4 Konsep Opo-opo di Minahasa

Istilah opo-opo ialah terkait erat dengan, persekutuan keluarga, keturunan,

kekerabatan, dan komunitas yang lebih luas lagi. Opo-opo adalah nama sebutan Roh Leluhur

masyarakat Minahasa. Opo-opo ini mempunyai fungsi yaitu, tanggung jawab sebagai

pemelihara (penjaga, pelindung, penolong, pembela dan lain-lain) secara singkat ingin

dikatakan opo-opo berarti pelaku dan pemberi teladan, simbol moral yang mengarahkan

kehidupan sejahtera di dunia maupun di akhirat. Maka dari itu opo-opo sangat dihargai dan

dihormati semasa masih hidup, dan setelah mati pun dia tetap di hargai, karena menurut

kepercayaan masyarakat Minahasa orang yang mati hanya berpindah tempat dan kehidupan

mereka terus mempunyai kelanjutan.

2.7.5 Praktek Penyembahan Nenek Moyang di Minahasa

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

Penyembahan Nenek Moyang dilaksanakan di Minahasa merupakan wujud

penghormatan kepada orang tua, termasuk juga di dalamnya kepada roh-roh mereka yang

telah meninggal dunia. Penyembahan ini dilakukan untuk mencari pertolongan dan

perlindungan dari roh-roh Nenek Moyang mereka. Di mana nama ritus tersebut iyalah

Maweteng (suatu kebiasaan masyarakat minahasa yang diwariskan oleh para leluhur)

A. Maweteng

Pelaksanaan maweteng diadakan di tiga tempat yaitu di rumah, di kuburan, dan di

kebun atau di halaman rumah.

a. Upacara maweteng di rumah

Dari rumah sebelum sampai ke kuburan untuk melaksanakan maweteng ini mereka

menyiapkan piring, gelas, rokok serta makanan. Bahan makanannya biasanya di pakai

nasi, ikan, telur yang direbus, dan pemimpin upacara ini biasanya Tonaas (yang

dipandang sebagai kepala Imam oleh penduduk). Semua bahan ini ditaruh di tempat

tidur orang yang telah mati dan kemudian menaikkan doa kepadanya” jika engkau

ingin makan dan minum sudah ada semua, jika ada sesuatu yang mau dipesankan

sampaikanlah melalui mimpi”.

b. Upacara maweteng di kuburan

Saat mengadakan upacara maweteng di kuburan bahan yang digunakan berbeda

dengan bahan yang di rumah, bahan di kuburan itu ialah, telur rebus yang dipotong

beberapa bagian, nasi, minuman cap tikus, sirih pinang yang dipotong-potong,

tembakau, dan bahan ini semua di bungkus dengan daun pisang, di kuburan tonaas

langsung membuka semua bungkusan yang dibawa untuk dilepaskan didekat kuburan

dan dengan ungkapan sebagai berikut “inilah apa yang menjadi kesukaan kalian sudah

dibawa semua,sudah ada apa yang kalian ingin makan jika kami ingin makan, minum,

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

merokok, makan sirih pinang panggilah semua temanmu. Apabila ada yang hendak

disampaikan wujudkan itu melalui mimpi”.

c. Upacara maweteng di kebun

Pada saat melakukan upacara ini di kebun bahan yang digunakan ialah alat-alat dapur

dan bahan-bahan yang pakai ke kebun. Setelah itu tonaas menyampaikan ucapannya

“semua alat yang akan digunakan di dapur maupun di kebun sudah di siapkan,

harapan kami kepada kalian kalau boleh bukakanlah mata pencaharian kepada

keluarga kalian. Kiranya ini menjadi perhatian kamu”.

Jadi demikianlah ritus yang dilakukan masyarakat Minahasa untuk menyembah nenek

moyang mereka.11

2.8 Penyembahan Nenek Moyang Di Sumba

Masyarakat Sumba mempunyai sistem kepercayaan yang diwariskan dari para

leluhurnya. Nenek Moyang mereka ada berbagai macam bentuknya salah satunya dia

bersemayam di pohon beringin. Masyarakat Sumba sangat menghormati leluhur mereka,

Karena menurut kepercayaan mereka bahwa leluhur mereka adalah orang-orang yang

pertama kali membuka tanah-tanah Sumba. Walaupun masyarakat di Sumba sudah Kristen

namun kepercayaan terhadap leluhur sampai saat ini masih terus hidup. Hal ini terlihat dari

kegiatan-kegiatan upacara yang ada disana. 12

2.8.1 Praktek Penyembahan Nenek Moyang di Sumba

Masyarakat Sumba percaya kepada Alkhalik sang pencipta dan pembuat manusia,

nama sang pencipta di Sumba Timur adalah Mawula Tau – Maji Tau, kemudian disingkat

dengan panggilan Mawula-Majii, namun jika di Sumba Barat dipanggil Mawolo-Marawi.

Panggilan ini merupakan satu unsur yang paling penting dalam struktur masyarakat di

11Ibid…, 91-109 12Ibid…, 110-111

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

Sumba. Karena menurut kepercayaan mereka, mereka tidak langsung berhubungan dengan

Alkhalik, tetapi mereka mempunyai perantara yaitu Marapu (leluhur yang di dewakan dan

sebagai perantara antara manusia dan Alkhalik).

Di Sumba ada beberapa upacara dan ritual yang di lakukan untuk menyembah nenek

moyang seperti: Saat sakit tujuannya untuk mengusir bala penyakit dan mendapatkan

kesembuhan, menanam padi ini bertujuan untuk mendapatkan kesuburan dan menghindari

hama tanaman, hewan sakit bertujuan untuk mengusir penyakit hewan, saat berburu agar

mereka berhasil dalam berburu dan terhindar dari malapetaka, saat melayan agar mereka bisa

melayan dengan baik dan terhindar dari bahaya laut, saat tanah kering agar hujan turun,

berperang tujuannya agar dapat kekuatan dan kemenangan, saat mengadakan perjalanan saat

tujuannya agar sukses dan berhasil meraih cita-cita dan harapan seperti yang diharapkan,

kelahiran karena setiap anak yang lahir di dunia ini adalah dengan hekendak Alkhalik maka

harus diadakan upacara tersebut, masa kanak-kanak ketika anak berusia satu tahun diadakan

upacara Hangguru (penyambut tamu). Tujuan dari upacara ini adalah untuk memperkenalkan

sang anak kepada Marapu, masa perkawinan bagi masyarakat sumba perkawinan sangat

penting, Karena perkawinan dipandang sebagai perintah dan kehendak Marapu, dan masa

kematian dan penguburan orang Sumba percaya bahwa kematian seseorang terjadi dengan

kehendak Alkhalik, oleh sebab itu ketika ada orang mati dikatakanlah “Paaunanyaka na

Mawuluya” (dia telah dipanggil oleh Alkhaliknya); “Luananyaka Pamarapu” ( ia telah pergi

menjadi dewa), dan penarikan batu kubur agar batu bisa diambil dari Gunung dan bisa di

bawa ke tempat. Semua dari upacara ini, biasanya masyarakat Sumba ada pemberian korban

yang terdiri dari berbagai macam ternak, misalnya ayam, babi, kerbau, tergantung dari tujuan

dan kepentingan upacara penyembahan tersebut. Dan tempat penyembahan Marapu yang

mereka lakukan ada dua tempat yaitu: di dalam Rumah yang tidak didiami orang, yaitu

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

rumah Marapu. Sedangkan di luar rumah dilaksanakan di Tugu dan di Pahoma (tempat

penyembahan, tempat keramat sesuatu kabihu).

2.8.2 Konsep Leluhur di Sumba

Bagi kepercayaan masyarakat Sumba jika seseorang mati, maka arwahnya tetap

hidup. Mereka akan pergi ke kampung orang mati. Misalnya di Daerah Sumba Barat

kampung orang matinya tinggal di Parei Marapu yaitu Gunung Yawila, dan masyarakat

Sumba percaya bahwa di sana ada satu jalan menuju ke langit, namun ada juga kelompok lain

mempercayai bahwa orang yang meninggal arwahnya berdiam dahulu di kampung

halamannya baru setelah itu dia pergi ke gunung tersebut. Arwah ini diantarkan ke alam

dewata melalui upacara pulundungu (menyampaikan) supaya bersatu dengan para leluhur dan

para dewa. Jika sudah dilakukan upacara pulundungu maka dia sudah tergolong masuk dalam

marapu (dewa-dewi).

Arti dari Marapu adalah jiwa orang mati, atau sebutan nama Sansekerta; mendiang,

Almarhum, atau Leluhur, mereka yang dipuja dan dimuliakan.

Tujuan dari Masarakat Sumba melakukan upacara-upacara penyembahan ialah untuk

memberikan korban kepada Marapu, mereka memahami manusia mempunyai siklus

kehidupan tertentu dan memiliki beberapa fase yaitu mulai dari kelahiran, kanak-kanak,

pemuda, pernikahan, kematian, dan penguburan. Fase-fase ini merupakan fase-fase yang

masa krisis, maka dari itu masyrakat Sumba datang kepada Marapu untuk memuaskan hati

Marapu sebagai tanda penghormatan supaya mereka terhindar dari bahaya, dan mereka

memohon berkat dan perlindungan, mengaku kesalahan dan dosa, memohon pengampunan,

dan mempererat persekutuan. Karena pandangan masyarakat Sumba segala berkat dan kutuk

yang datang kepada mereka itu berasal dari Marapu.13

2.9 Penyembahan Nenek Moyang Di Batak

13Ibid…, 112-153

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

Masyarakat Batak percaya bahwa orang yang mati dan bapa-bapa leluhur dapat

menyatakan diri sebagai asal mula dan pendorong adat. Itulah sebabnya hingga sampai saat

ini kepercayaan itu terus-menerus hidup dimasyarakat Batak. Tidak dapat dipungkiri

masyarakat Batak yang sudah Kristen pun masih mempercayai dan melakukan upacara-

upacara penyembahan terhadap Nenek Moyang, meski mereka mengatakan hanya menjaga

tradisi suku saja, namun dibalik itu mereka juga meminta berkat dari para leluhur. Dari hal ini

dapat dilihat bahwa anggota jemaat masih banyak yang meyakini nenek moyang adalah

sumber berkat. Masyrakat Batak masih melakukan penggalian tulang belulang, memberikan

sesajian, membangun kuburan dan tugu. 14

2.9.1 Konsep Roh Nenek Moyang di Batak

Tondi adalah satu unsur yang sangat penting dan mempunyai elemen manusia dan

hakikat kehidupan. Sahala adalah merupakan daya khusus dari tondi, sahala yang ada pada

diri seseorang itu merupakan pemberian dari dewa yang tertinggi. Sebutan begu tidak hanya

kepada roh yang sudah mati, tetapi juga roh-roh alam, dan di dalamnya termasuk semua roh

yang menyusahkan orang, namun jika diberikan sesajian kepada mereka dia bisa dibujuk

untuk memberikan berkat. Sumangot, di antara begu-begu (roh atau arwah) yang ada, yang

terpenting ialah begu Nenek Moyang yang dipercaya banyak membawa dan memberikan

berkat kepada keturunanya, di mana sewaktu hidupnya mereka kaya, mempunyai

kekuasaan,dan mempunyai keturunan yang banyak, dan mereka sering disebut Sumangaot Ni

Ompu(Roh leluhur yang dipuja) dan Sombaon ini adalah dipandang sebagai roh yang

berkuasa dan yang harus mendapat penghormatan yang paling besar. Biasanya penghormatan

ini dilakukan di tempat yang khusus.

2.9.2 Praktek penyembahan Nenek Moyang di Batak

14Ibid..., 163

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

Masyarakat Batak Toba hanya melakukan penyembahan terhadap Nenek Moyang

atau bapa-bapa leluhur yang dianggap mempunyai kuasa-pengaruh yang istimewa,

berdasarkan kemuliaan, kekayaan, dan kedudukan mereka di bumi. Jadi tidak semua orang

yang mati diangkat menjadi Nenek Moyang yang dipuja. Tujuan dari semua itu adalah untuk

mendapatkan perlindungan, berkat, kesuksesan, mempunyai keturunan, dan terhindar dari

segala mara bahaya di bumi.

Di Batak Toba ada dua ritus yang paling besar dilaksanakan pemujaan nenek moyang

yaitu pembangunan tugu yang disebut patung nenek moyang dan penggalian tulang-belulang.

Pesta ini ialah perayaan yang paling terhormat dan paling banyak makan biaya. Namun salah

satu dari pemujaan yang dilakukan dari yang terbesar ini ialah pemberian sesajian kepada

nenek moyang, tujuan dari pemberian sesajian ini untuk mempertahankan hidup sambil

meyingkirkan dari bahaya.

Upacara-upacara ini terdiri dari lima unsur :

a. Gondang dibunyikan

b. Korban persembahan, biasanya ayam yang dipersembahkan kepada “Debata” dan

“Roh-roh”.

c. Tondi yang sedang menghilang dimohon kembali kerumah.

d. Beras ditaburkan ke atas kepala orang yang kehilangan tondi

e. Diadakan perjamuan.

Inilah upacara ritus penyembahan nenek moyang yang dilakukan oleh masyarakat

Batak Toba untuk menyembah nenek moyang.15

Setelah dipaparkan di atas tentang praktek penyembahan dan konsep terhadap Nenek

Moyang atau Leluhur, maka Tabel di bawah ini adalah merupakan kesimpulan dari apa

yang telah dipaparkan diatas.

15Ibid…, 138-157

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

TABEL KONSEP PENYEMABAHAN TERHADAP PARA NENEK MOYANG

ATAU LELUHUR DARI BEBAGAI SUKU BANGSA

N

o

Tempat Afrika Asia Minahasa Sumba Batak

Toba

Konsep Nenek

Moyang atau

Leluhur

Masyarakat

Afrika

mempunyai

konsep

bahwa

Nenek

Moyang itu

adalah

sebagai

pelindung

keluarga,

pemberi

kesejahtera

an dan

keturunan,

memberkati

dan

mencelakak

an, sebagai

orang tua

dan yang

paling

berkuasa.

Masyaraka

t Asia

mempuny

ai konsep

bahwa

Nenek

Moyang

yang

mereka

sembah

adalah

nenek

moyang

yang

berubah-

ubah

pencegah

kemalanga

n,

meninggal

kan

bencana,

mebawa

berkat,

sehingga

menurut

pandangan

mereka

nenek

Masyarakat

Minahasa

mempunyai

konsep

bahwa

Nenek

Moyang

yang

mereka

sembah

adalah

nenek

moyang

selalu

mempengar

uhi keluarga

dan

masyarakat

secara

terus-

menerus,

mereka

memandang

bahwa ada

Roh Nenek

moyang

yang

jahatdan

yang baik.

Masyarakat

Sumba

mempunyai

konsep

bahwa

ketika

seseorang

mati maka

arwah

mereka tetap

hidup, dan

mereka

tinggal di

Gunung

Yawila (

tempat para

leluhur

Marapu).

Dan kepada

marapu

inilah

mereka

berdoa

untuk

meminta

segala

permohonan

yang

merekabutu

Masyarakat

Batak Toba

mempunyai

konsep

bahwa

Nenek

Moyang

yang

mereka

sembah

adalah

nenek

moyang,

mempuyai

Tondi,

Sahala,

begu,

Sumangot,

dan

Sombaon

yang baik,

maka

merekalah

yang

disembah

dipuja dan

dijadikan

Nenek

Moyang

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

moyang

yang

disembah

adalah

nenek

moyang

yang

murah hati

dan

memelihar

a

hkan. atau

Leluhur,

yang

memberikat

berkat

kebaikan

bagi

keturunann

ya.

Praktek

Penyembahanter

hadap para

Nenek Moyang

atau Leluhur

Praktek

penyembah

an yang

dilakuknan

oleh suku

bangsa

Afrika ialah

dengan cara

dua praktek

yaitu;

Penyajan

Korban ini

dilakukan

ketika

masyarakat

Afrika

mengalamis

akit, lapar,

dan

menderita.

Dan

sedangkan

Praktek

penyemba

han yang

dilakukan

oleh suku

bangsa

Asia

terhadap

Nenek

Moyang

ialah

Korban

sajian ,

Tempat

nenek

moyang

dan

Gengsi,

tujuan dari

ini ialah

pengampu

nan dosa,

Praktek

penyembah

an yang

dilakukan

oleh suku

Minahasa

ialah,

Maweteng

dalam

wateg ini

terbagi atas

tiga bagian

yaitu:

Upacara

maweteng

di rumah

Upacara

maweteng

di kuburan

dan

Upacara

maweteng

Praktek

penyembaha

n yang

dilakukan

oleh suku

Sumba

ialah,

Saatsakit,

menanam

padi,

hewan sakit,

saat berburu,

saat

melayan,

saat tanah

kering,

berperang,

saat

mengadakan

perjalanan,

kelahiran,

masa kanak-

Praktek

penyembah

an yang

dilakukan

oleh suku

Batak Toba

ialah, Saat

sakit

perkawinan,

mengadaka

n

perjalanan,

tetapi ada

dua hal

pnyembaha

n yang

paling

terbesar

yaitu;

pembangun

an tugu

yang

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

Batu nisan

ini

dilakukan

sebagai

tanda

peringatan

bagi

kematian

Nenek

Moyang

mereka.

agar nenek

moyang

dapat

disembah,

dan

martabat

mereka

tidak

direndahk

an.

di kebun..

Penyembah

an ini

dilakukan

untuk

mencari

pertolongan

dan

perlindunga

n dari roh-

roh Nenek

Moyang

mereka.

kanak,

perkawinan,

kematian,

dan

penarikan

batu kubur.

Semua

penyembaha

n ini

dilakukan

supaya

dapat

perolongan

dan

penyertaan

dari

Alkhalik

yang

disampaikan

oleh

Marapu.

disebut

patung

nenek

moyang dan

penggalian

tulang-

belulang.

Praktek

pemujaan

ini di

lakukan

supaya

keturunann

ya

mendapatka

n berkat dan

hidup yang

sejahtera.

Peserta dalam

praktek

penyembahanpa

ra Nenek

Moyang atau

Leluhur

Keluarga,

masyarakat,

dan Imam

yang

dianggap

kedudukan

penting

didalam

peraturan

kebudayaan

.

Keluarga,

masyaraka

t, dan

Imam

yang

dianggap

kedudukan

penting

didalam

peraturan

kebudayaa

n.

Keluarga,

masyarakat

dan teua-tua

adat,

sebagaipem

andu

menjalanka

n praktek

penyembah

an

Keluarga,

masyarakat

dan teua-tua

adat,

sebagaipema

ndu

menjalankan

praktek

penyembaha

n

Keluarga,

masyarakat

dan teua-tua

adat,

sebagaipem

andu

menjalanka

n praktek

penyembah

an

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

Tempat

penyembahanpa

ra Nenek

Moyang atau

Lelhur

Di kandang

Hewan

Di

halaman

Rumah,

dan di

kuil.

Di rumah,

di kuburan,

dan di

ladang.

Di rumah

yang tak

didiami oleh

orang,

didalam

rumah besar

(Uma

bokulu), di

rumah

kediaman, di

tugu korban,

di tugu

kampong,

tugu

halaman,

tugu pintu,

tugu

padang,di

tugu kebun,

di tugu

perburuan,

di tugu turun

kelaut, di

tugu muara,

di tugu

Andungu

(meminta

kekuatan),

di tugu

batas tanah,

dan

penyembaha

n di

Di tugu, di

kubura, dan

tempat-

tempat yang

di

kramatkan.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

Paomba.

Bahan yang

digunakan atau

dipakai dalam

penyembahanpa

ra Nenek

Moyang atau

Leluhur.

Hewan dan

batunisan

lilin-lilin,

kemenyan,

makanan,

danhewan.

piring,

gelas, rokok

serta

makanan

nasi, ikan,

telur yang

direbus

minuman

cap tikus,

sirih pinang

tembakau,

daun pisang

alat-alat

dapur

bahan-

bahan

dipakai ke

kebun.

ayam, babi,

kerbau,

Ayam,

Gondang

Beras.

Persamaan

penyembahan,

konsep, dan

ritus terhadap

Para Nenek

Moyang atau

Leluhur dari

berbagai suku

bangsa

Nenek

Moyang

sang

pemelihara

dan

mengharap

kan

pertolongan

, menerima

berkat,

kesuksesan

terhindar

dari bahaya,

kecelakaan,

Nenek

Moyang

sang

pemelihar

a dan

menghara

pkan

pertolonga

n,

menerima

berkat,

kesuksesa

n terhindar

dari

Nenek

Moyang

sang

pemelihara

dan

mengharapk

an

pertolongan

, menerima

berkat,

kesuksesan

terhindar

dari bahaya,

kecelakaan,

Nenek

Moyang

sang

pemelihara

dan

mengharapk

an

pertolongan,

menerima

berkat,

kesuksesan

terhindar

dari bahaya,

kecelakaan,

Nenek

Moyang

sang

pemelihara

dan

mengharapk

an

pertolongan

, menerima

berkat,

kesuksesan

terhindar

dari bahaya,

kecelakaan,

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …

dan

sebagainya

bahaya,

kecelakaa

n, dan

sebagainy

a

dan

sebagainya

dan

sebagainya

dan

sebagainya

Perbedaan

penyembahan,

konsep, dan

praktek terhadap

Para Nenek

Moyang atau

Leluhur

Tempat

penyembah

an, saat-saat

penyembah

an

dilakukan,

dan bahan,

bahan yang

beragam.

Tempat

penyemba

han, saat-

saat

penyemba

han

dilakukan,

dan bahan,

bahan

yang

beragam.

Tempat

penyembah

an, saat-saat

penyembah

an

dilakukan,

dan bahan-

bahan yang

beragam.

Tempat

penyembaha

n, saat- saat

penyembaha

n dilakukan,

dan bahan,

bahan yang

beragam.

Tempat

penyembah

an, saat-saat

penyembah

an

dilakukan,

dan bahan,

bahan yang

beragam.

16Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep dan penyembahan terhadap Para

Nenek Moyang atau Leluhur dari berbagai belahan suku bangsa di dunia mempunyai persepsi

yang berbeda dan ada juga persamaannya.

27David Samiyono, Bahan Kuliah, Agama Suku & Kebatinan Fakultas Teologi

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …
Page 23: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …
Page 24: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …
Page 25: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …
Page 26: BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP PENYEMBAHAN …