konsep teoritis penyakit bph oke 1

21
KONSEP TEORITIS PENYAKIT BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) A. Pengertian 1. BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) adalah suatu penyakit dimana adanya pembesaran pada kelenjar prostat, kelenjar prostat yang membesar itu memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra. ( Brunner & Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2. Hal : 1625 ). 2. BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi urethral dan pembatasan

Upload: wiratama-jrs

Post on 13-Sep-2015

50 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

KONSEP TEORITIS PENYAKIT BPH

KONSEP TEORITIS PENYAKIT BPH

( Benigna Prostat Hyperplasia )

A. Pengertian

1. BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) adalah suatu penyakit dimana adanya pembesaran pada kelenjar prostat, kelenjar prostat yang membesar itu memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra. ( Brunner & Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2. Hal : 1625 ).2. BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi urethral dan pembatasan aliran urinarius. ( Doengoes, Morehouse & Geissler.2000.Rencana Asuhan Keperawatan , Edisi 3. Hal : 671 ).

3. BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) adalah pertumbuhan dari nodula-nodula fibroadenomatosa majemuk dalam prostat, jaringan hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa yang jumlahnya berbeda-beda. ( Price & Wilson.2006.Patofisologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6. Hal : 1320 ).Kesimpulan :

Benigna Prostat Hyperlasia (BPH) adalah pembesaran progresif kelenjar prostat dan penyebaran yang biasa menimbulkan gangguan pembuangan produksi urine pada pria dewasa tua lebih dari 50 tahun.

B. Klasifikasi

Menurut Rumahorbo (2000 : 71), terdapat empat derajat pembesaran kelenjar prostat yaitu sebagai berikut :

a. Derajat Rektal

Derajat rektal dipergunakan sebagai ukuran dari pembesaran kelenjar prostat ke arah rektum. Rectal toucher dikatakan normal jika batas atas teraba konsistensi elastis, dapat digerakan, tidak ada nyeri bila ditekan dan permukaannya rata. Tetapi rectal toucher pada hipertropi prostat di dapatkan batas atas teraba menonjol lebih dari 1 cm dan berat prostat diatas 35 gram.Ukuran dari pembesaran kelenjar prostat dapat menentukan derajat rectal yaitu sebagai berikut :

Derajat O : Ukuran pembesaran prostat 0-1 cm.

Derajat I : Ukuran pembesaran prostat 1-2 cm.

Derajat II : Ukuran pembesaran prostat 2-3 cm.

Derajat III : Ukuran pembesaran prostat 3-4 cm

Derajat IV : Ukuran pembesaran prostat lebih dari 4 cm

b. Derajat Klinik

Derajat klinik berdasarkan kepada residual urine yang terjadi. Klien disuruh BAK sampai selesai dan puas, kemudian dilakukan katerisasi. Urine yang keluar dari kateter disebut sisa urine atau residual urine. Residual urine dibagi beberapa derajat yaitu sebagai berikut :

Normal sisa urine adalah nol

Derajat I sisa urine 0-50 ml

Derajat II sisa urine 50-100 ml

Derajat III sisa urine 100-150 ml

Derajat IV telah terjadi retensi total atau klien tidak dapat BAK sama sekali.

c. Derajat Intra Vesikal

Derajat ini dapat ditentukan dengan mempergunakan foto rontgen atau cystogram, panendoscopy. Bila lobus medialis melewati muara uretra, berarti telah sampai pada stadium tida derajat intra vesikal. Gejala yang timbul pada stadium ini adalah sisa urine sudah mencapai 50-150 ml, kemungkinan terjadi infeksi semakin hebat ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, menggigil dan nyeri di daerah pinggang serta kemungkinan telah terjadi pyelitis dan trabekulasi bertambah.

d. Derajat Intra Uretra

Derajat ini dapat ditentukan dengan menggunakan panendoscopy untuk melihat sampai seberapa jauh lobus lateralis menonjol keluar lumen uretra. Pada stadium ini telah terjadi retensio urine total.C. Etiologi

1. Teori dihidrotestosteron

Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolic androgen yang sangat penting pada pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosterone di dalam sel prostat oleh ensim 5 alfa-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH . DHT yang telah terbentuk berikan dengan reseptor androgen ( RA) membentuk kompleks DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat.

Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5 alfa-reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitive terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terji dibandingkan dengan prostat normal.

2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron

Pada usia yang semakin tua kadar testosterone menurum sedangkan kadar estrogen relative tetap, sehingga perbandingan antara estrogen dan testosterone relative meningkat. Telah diketahui bahwa estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormone androgen, meningkatkan jumlah reseptor, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat ( apoptosis). Hasil akhir dari semua keadaan ini adalah,meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru akibat rangsangan testosterone menurun, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga masa prostat menjadi lebih besar.

3. Interaksi stroma-epitelCunha ( 1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara langsung dikontrol oleh sel-sel troma melalui suatu mediator (growth factor) tertentu. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri secara intrakrin dan atuokrin, serta mepengarui sel-sel epitel secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proleferasi sel-sel epitel maupun sel stroma.

D. PatofisiologiBiasanya ditemukan gejala dan tanda obstruksi dan iritasi. Gejala dan tanda obstruksi jalan kemih berarti penderita harus menunggu pada permulaan miksi, miksi tersebut menetes pada akhir, pancaran miksi menjadi lemah, dan rasa belum puas sehabis miksi. Gejala iritasi disebabkan hipersensitivitas otot detrusor berarti bertambahnya frekuensi miksi, nokturia, miksi sulit ditahan, dan disuria. Gejala obstruksi terjadi karena detrusor gagal berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada kandung kemih, sehingga vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh.

Apabila vesika menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih, dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacetan total, sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. Karena produksi urin terus terjadi maka pada suatu saat vesika tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intravesika terus meningkat. Apabila tekanan vesika menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko-ureter, withdraw ureter, hidronephrosis, dan gagal ginjal.

Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi penderita harus selalu mengedan sehingga lama kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid. Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan di dalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonephritis.E. Manifestasi Klinis

Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar saluran kemih.

1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah

Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah ( LUTS) terdiri atas gejala voiding, storage, dan pasca miksi.Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah, beberapa ahli / organisasi urologi membuat sistem sekoring yang secara subjektif dapat di isi dan dihitung sendir oleh pasien. Sekor internasional gejala prostat atau I-PSS (internastional prostatic symptom score)

Sistem sekoring I-PSS terdir atas 7 pertanyaan yang berhubungan dengan gangguan miksi (LUTS) dan 1 pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nialai dari 0 sampai dengan 5, sedangkan keluhan yang menyangkut kujalitas hidup pasien diberi nilai dari 1 sampai dengan 7. Dari sekor I-PSS itu dapat di kelom[okan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu (1) ringan: sekor 0 7, (2) sedang: sekor 8 19 dan (3) berat: sekor 20 35.

Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi buli-buli untuk mengekuarkan urine. Pada suatu saat, otot buli-buli mengalami kepayahan (fatique) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi urine akut.

Timbulnya dekompensasi buli-buli biasanya didahului oleh beberapa faktor pencetus, antara lain: Volume buli-buli tiba-tiba terisi penuh, yaitu pada cuaca dingin, menahan kencing terlalu lama, mengonsumsi obat-obatan atau minuman yang mengandung diuretikum (alcohol, kopi), dan minum air dalam jumlah yang berlebih, Massa prostat tiba-tiba membesar , yaitu setelah melakukan aktifitas seksual atau mengalami infeksi prostat akut, dan,

Setelah mengkonsumsi obat-obatan yang menurunkan kontraksi otot detrusor atau yang dapat mempersempit leher buli-buli, antara lain: golongan anti polimergik atau adrenergik alfa.

2. Gejala pada saluran kemih bagian atas

Keluhan akibat penyulit hyperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas berupa gejala obstruktif antara lain: nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis) atau deman yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis.

3. Gejala diluar saluran kemih

Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis atau hemaroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejad pada saat miksi sehingga kmengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal.

Pada pemeriksaan fisis mungkin dudapatkan buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah supra simpisis akibat retensi urine. Kadang-kadang di dapatkan urin yang selalu menetes tanpa disadari oleh pasie yaitu merupakan pertanda dari inkontinensia paradoksa. Pada colok dubur dperhatikan:

Tonus sfingter ani/reflex bulbo-kavernosus untuk menyingkirkan adanya kelaina buli-buli neurogenik,

Mukosa rectum, dan

Keadaan prostat, antara lain: kemungkinan adanya nodul, krepitasi, konsistensi prostat, semetri antara lobus dan batas prostat.

Colok dubur pada pembesaran prostat benigna menunjukan konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak di dapat nodul; sedangkan pada karsinoma prostat, kosistensi prostat keras/teraba nodul dan mungkin diantara lobus prostat tidak simetris.F. KomplikasiKomplikasi yang berkaitan dengan BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) yaitu :a. Disfungsi Seksual adalah suatu kondisi dimana ketika individu mengalami perubahan fungsi seksual selama fase respons gairah seksual, rangsangan seksual, dan atau orgasme, yang dipandang tidak memuaskan, tidak ada penghargaan , atau tidak adekuat. ( Judith & Nancy.2012.Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 9. Hal : 696 ).b. Hematinuria adalah adanya hematin dalam urine.( Dorland.2012.Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 28. Hal : 503 ).c. Hydronephrosis adalah distensi pelvis dan calices renales karena penimbuna urine, akibat obstruksi ureter, disertai atrofi parenkim ginjal.( Dorland.2012.Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 28. Hal : 530 ).

d. Hydroureter adalah distensi abnormal ureter karena penimbunan urine atau cairan encer, akibat obstruksi. .( Dorland.2012.Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 28. Hal : 530 ).G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan rectal toucher (colok dubur) mengetahui konsistensi prostat pada BPH konsistensi kenyal.

Pemeriksaan residu urine mengetahui berat obstruksi jumlah sisa urine miksi spontan dengan cara mengukur urine yang dapat spontan dengan koteler, sisa dengan USG buli-buli setelah miksi sisa 7100 cc indikasi hipertrofi prostat.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Analisa urine dan pemeriksaan mikroskopik urine penting untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri dan infeksi. Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan status metabolik. Pemeriksaan Prostat Spesifik Antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan.

3. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen, pielografi intravena, USG dan sitoskopi. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan volume BPH, menentukan derajat disfungsi buli-buli dan volume residu dan mencari kelainan patologi lain, baik yang berhubungan atau tidak dengan BPH. Dari foto polos abdomen dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli. Dari intravena pielografi derajat dilihat supresi komplit dari fungsi renal,l hidronefrosis dan hidroureter. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urine, batu ginjal, divertikulum atau tumor buli-buli.

H. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

a) Konservatif

(1) Mengurangi nyeri

(2) Mengurangi minum setelah makan malam

(3) Mengurangi minum kopi

(4) Tidak diperbolehkan minum alcohol

(5) Mengurangi intake protein

(6) Waterisasi

b) Terapi Medikamentosa

(1) Menghambat Adrenergik

Obat-obat yang sering dipaki adalah prozosin,dexozosin,terasorin, apluzosin atau yang lebih selektif la (tamzulosin). Dosis dimulai 1 mg/hari sedang dosis tamzulosin adalah 0,2-0,4 mg/hari, penggunaan antagonis la adrenergik karena secara selektif mengurangi obstruksi pada buli-buli tanpa merusak kontraktivitas defrusor. Obat ini menghambat reseptor-reseptor yang banyak ditemukan pada otot polos di trigonum leher vesika, prostat dan kapsul prostat sehingga terjadi relasasi di daerah prostat. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra pars prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang,. Biasanya pasien mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam waktu 1-2 minggu setelah ia mulai memekai obat. Efek samping yang mungkin timbul adalah pusing, capek, sumbatan hidung dan rasa lemah.

(2) Penghambat Enzim 5-1 Reduktase

Obat yang dipakai adalah finansteride (proscar) dengan dosis 1-5 mg/hari. Obat golongan ini menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat daripada golongan a bloker dan manfaatnya hanya jelas pada prostate yang sangat besar. Efektivitasnya masih diperdebatkan karena baru menunjukkan perbaikan sedikit dari keluhan pasien setelah 6-12 bulan, pengobatan bila diminum terus-menerus. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahnya libido, genikomastia dan dapat menurunkan nilai PSA.

(3) Fisioterapi

pengobatan fisioterapi yang ada di Indonesia antara lain eviprostat, substabsinya misalnya pygeum afficanum, saw palmetto, serenoa repeus dan lain-lain. Efeknya diharapkan terjadi setelah pemberian selama 1-2 bulan.

2. Pembedahan

Adapun beberapa prosedur yang digunakan untuk mengangkat kelenjar bagian prostate yang mengalami hipertrofi antara lain :

a) Reseksi Transurethral Prostat (TUR atau TURP)

Adalah prosedur yang paling umum dan dapat dilakukan melalui endoskopi.

b) Prostatektomi Suprapubis

Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Suatu insisi dibuat dalam kandung kemih dan kelenjar prostate diangkat dari atas.

c) Prostatektomi Perineal

Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Pendekatan ini lebih praktis ketika pendekatan yang lainnya tidak memungkinkan.

d) Prostatektomi Retropubik

Adalah teknik lain dan lebih umum dibandingkan suprapubik.

e) Insisi Prostat Transurectal (TUIP)

Adalah prosedur lain untuk menangani BPH dengan cara memasukkan instrument melalui uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi konstruksi uretra.

I. Pencegahan

1. Banyak mengkonsumsi vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalammencegah pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat berkembang menjadi kanker prostat. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkandalam proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal danorgan tubuh lain tidak terlalu berat.

2. Mengurangi makan makanan yang mengandung atau yang kaya akan lemak hewani.

3. Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makananlaut), vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai).

4. Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari.5. Berolahraga secara rutin.6. Jangan sering manahan air kencingJ. WOCPerubahan keseimbangan

Interaksi stroma epitel

Teori dihidrotestosteron hormon estrogen dan

testosteron

dikontrol o/ sel-sel stroma

DHT dibentuk dari

melalui mediator

testosteron di dalam sel

prostat o/ enzim 5

estrogen dan testosteron

alfa-reduktasi + ko-enzim

NADPH

Sel-sel stroma ini mendapat stimulus dari DHT

Tjd rangsangan hiperplasia

dan estradio

DHT berikatan dengan

jaringan prostat

reseptor androgen ( RA )

menjadi kompleks

mempengaruhi intraksin & atuokrin

DHT RA

tjd perbesaran prostat

tjd proliferasi sel-sel epitel & sel stroma

karena pada BPH adanya

kompleks DHT- RA

tjd pertumbuhan sel-sel

prostat yang sehingga

sel-sel tersebut saling

berdesakan mengakibatkan

prostat membesar

menyebabkan penyempitan lumen Uretra Prostatika

saluran urine tersumbat

menyebabkan tekanan intravesika

kontraksi buli-buli u/ mengeluarkan urine

menyebabkan hipertropi otot detrusor, trabekulasin

terbentuk selua, sakula, devertikel buli-buli

disebabkanGejala Obstruksi obstrusi kronik

o/ hipersensitifitas otot detrusor

Gejala Iritasi tjd krndetrusor gagal berkontraksi mengedan frekuensi miksi,pengosongan saat miksi,nokturia, urgency, disuria,tidak sempurna

nyeri saat miksisulit menahan kencingkandung kemihKontraksi terputus-putus

Merangsang pancaran miksi lemah,

kandung kemih rasa belum puas setelahu/ berkontraksi miksi, walaupun blm

Dilakukan pembedaanpenuh

vesika dekompensasi

TURP

( Reseksi Transuretral )

tjd retensi urin

Alt endoskopi masuk ke

dalam ureter

pd akhir miksi

ditemukan sisa

urin pada

jaringan prostat di buang

kandung kemih

bl

keadaan berlanjut

Luka pembedahan tjd kemacetan total,

tdk mampu

miksi lagi

sedangkan

pengeluaran urine pendahan saat operasi

turrgor kulit cairan warna terapung produksi urin, ttp

di urin bagVesika

menampung urin

tekanan intravesika, bl

tekanan intravesika > dr pd tekanan

spingter dan obstruksi

tjd Inkontinensia paradoks ( Overflow Incontinence )

BPH

( Benigna Prostat Hyperplasia )

Gangguan Eliminasi Urin

Nyeri Akut

Resti. Kekurangan Vol. Cairan

Resti. Syok Hipovolemik