bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1. hakekat...

27
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun (Wikipedia Indonesia). Menurut Trianto (2013:136-137) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala- gejala alam, lahir, dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. IPA merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah (Khalimah, 2010:11). IPA adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Trianto, 2013:139). Cain & Evans dalam Trianto (2013:141) menyatakan bahwa IPA mengandung empat hal yaitu: kon-ten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi. IPA sebagai konten dan produk mengandung arti bahwa di dalam IPA terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. IPA sebagai proses atau metode berarti bahwa IPA merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. IPA sebagai sikap berarti bahwa IPA dapat berkembang karena adanya sikap tekun, teliti, terbuka, dan jujur. IPA sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa IPA terkait dengan peningkatan kualitas kehidupan. Jika IPA me-ngandung keempat hal tersebut, maka dalam pendidikan IPA di sekolah seyogyanya siswa dapat mengalami keempat hal tersebut, sehingga pemahaman siswa terhadap IPA menjadi utuh dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan hidupnya.

Upload: vodan

Post on 05-May-2018

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada

rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum

yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun (Wikipedia Indonesia).

Menurut Trianto (2013:136-137) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu

kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-

gejala alam, lahir, dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan

eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan

sebagainya.

IPA merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh

secara ilmiah (Khalimah, 2010:11). IPA adalah studi mengenai alam sekitar,

dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu

proses penemuan (Trianto, 2013:139).

Cain & Evans dalam Trianto (2013:141) menyatakan bahwa IPA

mengandung empat hal yaitu: kon-ten atau produk, proses atau metode, sikap, dan

teknologi. IPA sebagai konten dan produk mengandung arti bahwa di dalam IPA

terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang sudah

diterima kebenarannya. IPA sebagai proses atau metode berarti bahwa IPA

merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. IPA

sebagai sikap berarti bahwa IPA dapat berkembang karena adanya sikap tekun,

teliti, terbuka, dan jujur. IPA sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa

IPA terkait dengan peningkatan kualitas kehidupan. Jika IPA me-ngandung

keempat hal tersebut, maka dalam pendidikan IPA di sekolah seyogyanya siswa

dapat mengalami keempat hal tersebut, sehingga pemahaman siswa terhadap IPA

menjadi utuh dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan hidupnya.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

11

Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan

IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2013:143).

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, dapat di pahami

bahwa pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan

karena dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi

unsur-unsur (nilai-nilai) sosial budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu,

belajar IPA bukan hanya sekedar memahami konsep ilmiah dan aplikasi dalam

masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai yang

terkandung dalam dimensi Pendidikan IPA. Sehungga IPA dipandang sebagai

ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat

yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam.

2. Pembelajaran IPA

Pendidikan IPA adalah IPA lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan

fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA

di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan

mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan (KTSP, 2006:6).

Menurut teori perkembangan kognitif Piaget (Wiji Suwarno, 2008:58)

bahwa anak membangun sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep

melalui pengalaman-pengalamannya. Piaget membedakan perkembangan kognitif

seorang anak menjadi empat taraf, yaitu 1) taraf sensori motor (0- 2 th), (2) taraf

pra-operasional (2- 7 th), (3) taraf operasional konkrit (7- 11 th), dan (4) taraf

operasional formal (11- 15 th). Walaupun ada perbedaan individual dalam hal

kemajuan perkembangan, tetapi teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa

tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu

berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Perkembangan kognitif sebagian besar

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

12

bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan

lingkungan. Piaget (dalam Wiji Suwarno, 2008:58) menyatakan peran guru

sebagai fasilitator, bukan sebagai pemberi informasi.

Dalam pembelajaran IPA Peserta didik diarahkan untuk membandingkan

hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan

menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari didi sendiri dan alam

sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam

kehidupan sehari- hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA

menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan

“berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman

yang lebih mendalam (Trianto, 2013:152).

Dari beberapa pendapat para ahli yang telah ditulis, maka dapat dipahami

bahwa, Dalam pendidikan IPA di sekolah, pendidikan berorientasi pada

pengalaman belajar siswa, yakni tindakan siswa untuk dapat mendapatkan,

mengolah dan menemukan gagasan baru. Pada pembelajaran IPA, guru dapat

memberikan kepada siswa atau peserta didik pemahaman yang lebih tinggi,

dengan catatan siswa sendirilah yang harus membangun pengetahuan mereka

sendiri. Tugas guru bukan lagi sebagai pentransfer pengetahuan cara berfikirnya

kepada siswa. Tugas guru berubah menjadi lebih sebagai fasilitator yang

membantu agar siswa sendiri belajar dan menekuni bahan yaitu dengan

menggunakan ketrampilan proses.

Pendidikan IPA di sekolah diperlukan untuk memberi bekal kepada siswa

tentang segala bentuk keadaan dan pemanfaatan lingkungan sekitar dengan

memperhatikan dari unsur produk, proses, yang memepengaruhi sikap, untuk

mendapatkan pengalaman-pengalaman belajar yang baru. Dalam hal ini,

pendidikan IPA disekolah diharapkan mampu menjadi wadah bagi iswa untuk

menuangkan segala kreatifitas belajarnya melalui kegiatan yang bersifat ilmiah

untuk mencari tahu sesuatu yang baru.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

13

3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, Standar isi mata pelajaran IPA

untuk SD/MI, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA

diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajarai diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari- hari.

Menurut Suyitno, (2002:7) Ilmu pengetahuan alam merupakan mata

pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan,

dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari

pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Pada dasarnya, mempelajari IPA

sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan bagi siswa untuk memahami

alam sekitar secara lebih mendalam.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang

dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan, dan konsep tentang

alam sekitar, yang diperoleh melalui serangkaian proses ilmiah misalnya

penyelidikan, penyusunan, dan penyajian gagasan. IPA merupakan pengetahuan

khusus yaitu dengan melakukan observasi , merumuskan masalah, menyusun

kerangka berfikir, mentyusun hipotesis, menguji hipotesis, dan menarik

kesimpulan.

Lebih lanjut, Sri Sulistyorini (2007:39) mengatakan pendidikan IPA di

arahkan untuk inquiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk

memperoleh pemahamn yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah.

Satndar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/ MI

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta

didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap Satuan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

14

Pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik

untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru. Ruang lingkup pada kajian IPA untuk SD/ MI meliputi

aspek- aspek berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia,

hewan, tumbuhan, dan interaksi dengan lingkungan, serta kesehatan. 2) Benda/

materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,listrik,

cahaya dan pesawat sederhana. 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi,

tata surya, dan benda- benda langit lainnya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah di uraikan, maka

pembelajaran IPA dapat dipandang sebagai ilmu yang mempelajari peristiwa-

peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi, merumuskan

masalah, menyusun kerangka berfikir, menyusun hipotesis, menguji hipotesis,

dean menarik kesimpulan. Penerapan pembelajarn IPA di SD menekankan pada

usaha membuat siswa mempunyai pengetahuan, gagasan, dan konsepyang

terorganisir tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui

serangkaian proses ilmiah, dengan menerapkan pada Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar IPA di SD/MI yang merupakan standar minimum nasional

yang harus dicapai peserta didik, serta menjadi acuan dalam pengembangan

kurikulum disetiap satuan pendidikan.

2.1.2. Hakikat Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010:2) secara psikologis, belajar merupakan suatu

proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata

dalam seluruh aspek tingkah laku. Rusman (2013:1) mengatakan bahwa belajar

pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar

individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan

dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses

melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 2011:30).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

15

Slameto (2010:2) mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Menurut Winkel (Haryanto, 2010:3) Belajar adalah semua

aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan

pemahaman.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat dipahami bahwa belajar

merupakan suatu prose perubahan dalam diri seseorang melalui hasil interaksi

maupun pengalaman dengan lingkungan dimana perubahan tersebutnampak

dalam tingkah laku, kebiasaan, keterampilan, sikap, dan kemampuan berfikirnya.

Berdasarkan pengejelasan dari belajar, maka penggukuran hasil belajar

ditunjukkan untuk mengetahui sejauh mana belajar mencapai tujuan yang

diinginkan.

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana, (2011:2) mengatakan bahwa belajar dan mengajar sebagai

suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan

pengajaran (intruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil

belajar. Hasil belajar menurut Winkel (Purwanto, 2011: 45), adalah perubahan

yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.Aspek

perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan

oleh Blom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik (Winkel, 1996: 244).

Gagne dalam Sudjana, (2011:22) membagi lima katagori hasil belajar, yakni

(a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) stratego kognitif, (d) sikap,

(e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan

pendidikan, baik tujuan kulikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan

klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membagi

menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

16

1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajarintelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisi, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni (a) gerak refleks, (b) keterampilan gerak dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.

Kingsley dalam Suprijono (2011:14) membagi tiga macam hasil belajar,

yakni: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap

dan cita-cita. Gagne dalam Suprijono (2011:16) membagi lima kategori hasil

belajar, yakni: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap,

dan keterampilan motoris. Berdasarkan sistem pendidikan nasional, rumusan

tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom dalam Sudijono (2008:5).

Klasifikasi hasil belajar Bloom secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah,

yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif

berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni

pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek

berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Pengetahuan adalah kemampuan

mengingat materi pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya. Pemahaman yaitu

kemampuan untuk mengerti atau mehamami materi pelajaran setelah materi itu

diketahui dan diingat. Aplikasi yaitu kemampuan menafsirkan atau menggunakan

materi yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru dan kongkret. Analisis

merupakan kemampuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam

komponen- komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti.

Sintesis adalah kemampuan menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu

keseluruhan. Evaluasi yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan untuk

membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

17

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,

yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

Penerimaan adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dari luar

yang datang kepada dirinya. Reaksi merupakan kemampuan untuk

mengikutsertakan diri secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi

terhadapnya dengan salah satu cara. Penilaian yaitu memberikan nilai

terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak

dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Organisasi

berarti mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih

universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Internalisasi adalah

keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Ranah psikomotoris

berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

Dilihat dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi

belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya puncak

proses belajar. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil

belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan

belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes

atau ulangan harian setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran, dalam hal ini yang

diukur adalah pada ranah kognitif siswa.

Pada ranah kognitif, meliputi pengetahuan dan pemahaman secara

intelektual dimana pengetahuan dan pemahaman ini dapat diukur menggunakan

tes tertulis dengan memperhatikan tingkatan intelegensi dalam ranah kognitif.

Menurut Bloom (Sudjana 2011:23) membagi enam tingkatan intelegensi dalam

ranah kognitif, yaitu:

1. Pengetahuan tentang fakta- fakta dan prinsip- prinsip, pemahaman ( memahami fakta-fakta dan ide-ide)

2. Menerapkan fakta dan ide pada situasi baru. 3. Analisis (memecahkan/ membagi konsep dalam bagian-bagianya

kemudian melihat hubungannya satu sama lain). 4. Sintesa (mengumpulkan fakta dan ide) 5. Evaluasi (menentukan nilai dari fakta dan ide)

Diantara ketiga ranah, ranah kognitif paling banyak dinilai oleh para guru di

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

18

sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi

bahan pengajaran.

Dalam ranah psikomotoris, tampak pada bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu. Sudjana (2011:30-31) membagi enam tingkat

keterampilan dalam ranah psikomotoris, yaitu:

a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar. b. Keterampilan pada gerakan- gerakan sadar. c. Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual,

membedakan auditif, motoris, dll. d. Kemampuan bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan

ketepanan. e. Gerakan- gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai

pada keterampilan yang kompleks. f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Berdasarkan pendapat para ahli di uraikan, dapat dipahami bahwa hasil

belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku oleh siswa yang didapat setelah ia

mengalami serangkaian pengalaman belajar yang mencakup ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor. Perubahan tersebut dapat dilihat dari hasil yang

diperoleh siswa dan seberapa besar pengetahuan yang didapat siswa. Akan tetapi,

dalam penelitian akan ditekankan pada ranah kognitif yang merupakan tujuan

utama dari pembelajaran, yaitu pengetahuan dan pemahamn siswa yang dapat di

ukur dengan evaluasi berupa tes. Dengan tes, dapat diketahui sejauh mana

keberhasilan siswa dalam menerima pembelajarn sesuai dengan tujuan

pembelajaran pada mata pelajaran yang ingin dicapai.

3. Pengukuran Hasil Belajar

Sudjana (2005:2) menjelaskan tentang kegiatan penilaian yakni suatu

tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan- tujuan instruksional

telah dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang

diperlihatkan setelah mereka menempuh pengalaman belajar (proses belajar-

mengajar). Dengan demikian, kegiatan untuk menilai hasil belajar sama artinya

dengan mengukur hasil belajar siswa yang digunakan untuk menentukan tercapai

tidaknya tujuan dalam suatu proses pembelajaran. Dalam kegiatan ini terdapat

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

19

proses membandingkan antara hasil belajar dengan kemampuan yang dikuasai

siswa untuk mencapai suatu tujuan dalam proses pembelajaran.

Sudjana (2005:5) mengemukakan tentang jenis dan sistem penilaian dilihat

dari fungsinya, yaitu:

Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar- mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar- mengajar itu sendiri. Dengan demikian , penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar- mengajar. Dengan penilaianformatif guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu program catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan- tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan- kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remidial (remidial teaching), menentukan kasus-kasus, dll. Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu. Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan persyaratan yang diperlukan bagi suatu program belajar dan pengusaan belajar seperti diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk perogram itu.

Dari segi alatnya, penilaian hasil belajardapat dibedakan menjadi tes dan

bukan tes (non tes). Tes ini ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban

secara lisan), ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes

tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal- soal tes ada yang

disusun dalam bentuk objektif, ada juga yang dalam bentuk esai atau uraian.

Sedangkan bukan tes (non tes) sebagai alat penilaian mencakup observasi,

kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dll (Sudjana, 2011:5).

Berdasarkan pendapat ahli yang telah dijabarkan, maka penilaian hasil

belajar merupakan proses pemberian nilai terhadap kemampuan belajar yang telah

dicapai oleh siswa dengan kriteria tertentu yang merupakan penjabaran dari ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Dengan demikian, belajar dapat

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

20

dipandang sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai sesuatu

yang diperoleh. Untuk mengetahui hasil belajar tersebut, maka dilakukan

penilaian atau evaluasi. Dalam hal ini, penilaian atau evaluasi diadakan setelah

pembelajaran berlangsung untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu

pembelajaran. Berdasarkan hasil dari evaluasi yang nantinya telah dilakukan, akan

diperoleh gambaran mengenai berhasil atau tidaknya hasil belajar siswa yang

dicapai.

Berdasarkan kutipan yang ditulis, dapat dipahami bahwa keberhasilan dalam

sebuah pengajaran dapat dilihat dari segi hasil belajar. Untuk mengukur hasil

belajar dapat digunakan dengan penilaian. Penilaian tersebut dapat ditinjau dari

segi alat untuk mengukur hasil belajar, yaitu salah satu yang digunakan untuk

menilaian adalah dengan cara tes tertulis.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Slameto (2010:54-60) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu faktor yang ada pada

diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern) dan faktor yang ada

pada luar individu yang disebut dengan faktor ekstern.

Faktor individu atau intern meliputi: faktor biologis, faktor psikologis,

dan faktor kelelahan. Faktor biologis antara lain: kesehatan, gizi, pendengaran dan

penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu maka akan

mempengaruhi hasil belajar. Faktor psikologis meliputi: intelegensi, minat dan

motivasi, serta perhatian ingatan berpikir. Faktor kelelahan meliputi: kelelahan

jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh,

lapar dan haus serta mengantuk. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya

kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan

sesuatu akan hilang.

Faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor

masyarakat. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama.

Keluarga juga merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat

menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. Faktor sekolah meliputi:

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

21

metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa,

dan berdisiplin di sekolah. Faktor masyarakat yaitu bentuk kehidupan masyarakat

sekitar yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Jika lingkungan siswa

adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan terdorong

untuk lebih giat belajar.

Berdasarkan penjelasan di kutipan yang ditulis, beberapa faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa diluar diri atau yang disebut faktor ekstern,

salah satunya yang berpengaruh adalah dari faktor sekolah yaitu metode mengajar

guru. Metode yang digunakan guru dalam mengajar penting karena hal ini akan

berpengaruh pada pemerolehan hasil belajar siswa berdasarkan pemahaman dalam

proses belajar siswa. selain itu, lingkungan belajar yang paling dominan dalam

mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas pengjaran. Karena hal ini akan

menentukan efektif atau tidaknya proses belajar mengajar mencapai tujuan

belajar.

Jika kualitas pengajaran atau metode yang digunakan guru penting dalam

meningkatkan hasil belajar siswa. Maka penggunaan model Pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectually, Repetition) yang merupakan salah satu model

pembelajaran inovatif merupakan salah satu faktor dominan dilingkungan sekolah

yang meruapakan faktor ekstern dalam diri siswaakan mempengaruhi hasil belajar

dan keaktifan belajarpada mata pelajaran IPA.

2.1.3. Hakikat Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)

1. Pengertian

Model pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) adalah suatu

model pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar siswa, dimana siswa

secara aktif membangun sendiri pengetahuannya secara pribadi maupun

kelompok, dengan cara mengintegrasikan ketiga aspek tersebut (Handayani,

2012:2). Menurut Herdian dalam (wordpres.com, 2009:6) model pembelajaran

AIR mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu

pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara

siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis. Menurut Dedi Rohendi, Heri

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

22

Sutarno, Lies Puji Lestari( dalam portal junal universitas pendidikan indonesia

volume 4 no 1 Juni 2011) Auditory Intellectually Repetition ( AIR ) adalah model

pembelajaran dimana guru sebagai fasilitator dan siswalah yang lebih aktif.

Model pembelajaran ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa

yang berkaitan dengan Auditory Intellectually dan Repetition. Dimana Auditory

berati bahwa belajar haruslah melalui mendengarkan, menyimak, berbicara,

presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intellectually

berarti bahwa belajar dengan menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan,

memecahkan masalah dan menerapkan. Sedangkan Repetition adalah

pengulangan yang berarti pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa

dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.

Berdasarkan penjelasan di dari beberapa kutipan yang ditulis , maka model

pembelajaran AIR, selain memanfaatkan potensi siswa yang telah dimilikinya

dengan melatih atau mengembangkannya, model pembelajaran Auditory

Intelectualy Repetition (AIR) memiliki repetition yaitu pengulangan yang

bermakna, pemanfaatan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau

quiz. Dari semua pengertian di atas bahwa Model pembelajaran Auditory

Intelectualy Repetition (AIR) adalah Memanfaatkan potensi siswa yang telah

dimilikinya dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis. Dalam

hal ini, Model AIR adalah dari kata Auditory, Intellectual dan Repetition. Auditory

berarti bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak,

berbicara, berprestasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi.

Intellectualy bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir

(mind-on), haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya

melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta,

menkonstruksi, memecahkan masalah dan menerapkan. Repetition adalah

pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara

siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quiz.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

23

2. Langkah Pembelajaran dengan Model Pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition)

Suherman (2012:46) menyatakan langkah-langkah dari model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) adalah seperti pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran AIR No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AIR

1 Pendahuluan Menjelaskan model pembelajaran AIR pada

siswa agar mengerti maksud dan tujuan model pembelajaran ini.

Mendengarkan dan

bertanya.

Auditory

2 Kegiatan Inti Menjelaskan garis besar materi yang akan disampaikan.

Mendengarkan dan

bertanya.

Auditory

Memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi lebih lanjut secara individual maupun kelompok.

Mempelajari materi dan memecahkan masalah.

Intellectually

Mendampingi siswa. Membuat ringkasan dan menemukan ide- ide pokok materi di dalam kelas.

Intellectually

Menghubungkan ide-ide pokok dengan kehidupan nyata atau pelajaran yang pernah dipelajari sebelumnya.

Intellectually

Secara bergantian mempresentasikan tentang materi yang telah mereka pelajari dan siswa

Auditory

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

24

yang lain menanggapinya.

Penutup

Membimbing siswa membuat kesimpulan materi belajar.

Membuat

kesimpulan.

Auditory dan

Intellectualy

Memberikan tugas atau kuis.

Mengerjakan tugas atau kuis.

Repetition

Mengakhiri pembelajaran Mendengarkan guru.

Auditory

Langkah-langkah model pembelajaran AIR juga diungkapkan oleh Meirawati

(2012:66) dimana langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Tahap Auditory Kegiatan guru yaitu membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil, memberikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami. Kegiatan siswa adalah siswa menuju kelompoknya masing- masing yang telah dibentuk oleh guru, siswa menerima LKS yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan secara kelompok, dan siswa bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami kepada guru.

2. Tahap Intellectually Kegiatan guru yaitu membimbing kelompok belajar siswa untuk berdiskusi dengan rekan dalam satu kelompok sehingga dapat menyelesaikan LKS, memberi kesempatan kepada beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya, serta memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Kegiatan siswa: mengerjakan soal LKS secara berkelompok dengan mencermati contoh-contoh soal yang telah diberikan, mempresentasikan hasil kerjanya secara berkelompok yang telah selesai mereka kerjakan, siswa dari kelompok lain bertanya dan mengungkapkan pendapatnya, sedangkan kelompok lain yang mempresentasikan menjawab dan mempertahankan hasil kerjanya.

3. Tahap Repetition Kegiatan guru: memberikan latihan soal individu kepada siswa; dengan diarahkan guru, siswa membuat kesimpulan secara lisan tentang materi yang telah dibahas. Kegiatan siswa: mengerjakan soal

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

25

latihan yang diberikan oleh guru secara individu, serta menyimpulkan secara lisan tentang materi yang telah dibahas.

Pembelajaran yang aktif dan efisien dapat diperoleh siswa jika guru sebagai

fasilitator pembelajaran merancang skenario pembelajaran dengan matang dan

menyenangkan. Seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 32 tahun

2013 pasal 19 ayat (1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, meyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Skenario pembelajaran

terangkum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang secara jelas

dituntut untuk menyajikan pembelajaran yang menumbuhkan rasa senang,

motivasi belajar, keaktifan siswa dan menumbuhkan kreatifitas siswa. Slameto

(2012:67) menuliskan RPP adalah rencana atau program yang disusun oleh guru

untuk satu atau dua pertemuan, untuk mencapai target satu kompetensi dasar. RPP

diturunkan dari silabus yang telah disusun dan bersifat aplikatif di kelas. RPP

berisi gambaran tentang kompetensi dasar yang akan dicapai, yang dijabarkan

pada indikator, tujuan, meteri, skenario pembelajaran tahap demi tahap serta

authentic assesmentnya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.41 Tahun

2007 tentang Standar Proses menetapkan Pelaksanaan pembelajaran merupakan

implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dijelaskan pula dalam Standar

Proses, dalam kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses

eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui

peningkatan pemahaman atas suatu fenomena. Eksplorasi dalam proses

pembelajaran adalah kegiatan kompleks, kegiatan yang mengharuskan adanya

proses

(1) dialog yang interaktif, (2) adaptif, interaktif dan reflektif, (3) menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan pokok bahasan, (4) menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan meningkatkan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

26

ketrampilan menyelesaikan tugas sehingga memperoleh pengalaman yang bermakna.

Teori elaborasi mengajukan tujuh komponen strategi utama, 1) urutan

ekplorasi, 2) urutan prasyarat belajar, 3) ringkasan, 4) sintesis, 5) analogi, 6)

strategi kognitif, 7) kontrol terhadap siswa. Strategi elaborasi berkaitan erat

dengan proses elaborasi yang berkelanjutan, melibatkan siswa dalam

pengembangan ide atau ketrampilan dalam aplikasi praktis. Untuk

meningktkan keyakinan akan kebenaran maka siswa dapat difasilitasi dalam

mengembangkan model struktur seperti pada eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi atau klarifikasi. Sikap keraguan siswa perlu dijawab dengan

mengkonfirmasikan terhadap unsur-unsur yang dapat meningkatkan

kejelasan atas kebenaran suatu informasi (Slameto, 2012:76-80).

Adapun Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.41 tahun 2007

menuliskan tantang Pelaksanaan Pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;

d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

a) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber.

b) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;

c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

d) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran; dan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

27

e) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru:

a) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;

b) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

c) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut;

d) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;

e) Memfasilitasi perserta didik berkompetinsi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;

f) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;

g) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;

h) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;

i) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

a) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,

c) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang yang telah dilakukan,

d) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

1) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;

2) Membantu menyelesaikan masalah; 3) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan

hasil eksplorasi; 4) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih lanjut; 5) Memberikan motifasi kepada peserta didik yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif. 3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

28

a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegaitan yang sudah dilaksanakan secaara konsisten dan terprogram;

c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

e. Menyampaikan rencana pebelajaran pada pertemuan berikutnya.

Adapun penerapan model pembelajaran air (auditory, intellectualy,

repetition) sesuai standar proses, dijabarkan berdasarkan implementasi proses

belajar dengan menggunakan model pembelajaran AIR (Auditoriy, Intellectualy,

Repetation) yang interaktif, inspiratif, menantang, dan memotivasi peserta didik

berpartisipasi aktiv serta memberikan ruang yang cukup untuk kemandirian

belajar (Meier dalam mitraiktar.blogspot. com, 2014:2). Dalam setiap proses

kegiatan pembelajaran atau tatap muka, terdiri atas kegiatan pendahuluan, inti,

dan penutup. Selanjutnya, dalam kegiatan inti peserta didik memiliki potensi

untuk melakukan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Uraian lebih lanjut tentang

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi seperti berikut ini:

A. Ekplorasi 1. Guru menyusun atau menyiapkan skenario pembelajaran yang

akan ditampilkan 2. Melibatkan peserta didik untuk mencari sumber dan mengamati

berbagai literatur yang telah ada melalui berbagai sumber. 3. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang akan dicapai 4. Memberikan penjelasan dan berkomunikasi aktif tentang langkah

– langkah pembelajaran yang akan dilakukan. 5. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran

B. Elaborasi 1. Peserta didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang

heterogen. 2. Guru membagikan LKS. 3. Guru mengarahkan dan memberi petunjuk cara penyelesaian

konsep yang ada di LKS dengan cara eksplorasi media pembelajaran (auditory).

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

29

4. Secara berpasangan peserta didik tampil di depan berbagi ide mendemonstrasikan media untuk memecahkan permasalahan (Intellectualy).

5. Peserta didik mengerjakan lembar permasalahan secara individu dengan cara mengajukan pertanyaan (Intellectualy).

6. Diskusi kelompok (sharing) berbicara, mengumpulkan informasi, membuat model, mengemukakan gagasan untuk memecahkan permasalahan yang diajukan (Intellectualy).

7. Wakil dari kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, kelompok lain menanggapi, melengkapi, dan menyetujui kesepakatan (Intellectualy).

8. Seorang peserta didik wakil dari kelompok kawan menyimpulkan (Intellectualy).

9. Kegiatan penutupan peserta didik diberi kuis (Repetition). C. Konfirmasi

1. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulan guru memberikan kesimpulan secara umum

2. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan

3. evaluasi dan Penutup.

Berdasarkan kutipan tentang langkah- langkah model pembelajaran AIR

(Auditory, Intellectually, Repetition), maka ada beberapa hal mengenai model

pembelajaran AIR yang dapat dipahami. Langkah pembelajaran auditory tidak

selalu siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Pada langkah auditory,

penjelasan mengenai pembagian kelompok, aturan kerja, soal yang berkaitan

dengan kegiatan siswa, cara komunikasi siswa baik kepada guru dan kepada

sesama siswa, semua dapat dikatagorikan sebagai wujud dari auditory. Untuk

langkah Intellectually, menjurus pada cara kerja siswa mengolah, menganalisis,

dan memunculkan ide dan gagasannya, dalam hal ini, siswa bebas mengeksplor

diri. Poin penting dalam Intellectually adalah cara kerja siswa dan kemampuan

membuat kesimpulan atau menarik ide pokok dari permasalah yang dijadikan

sebagai analisis siswa. Intellectually yang dimaksud ini, tidak terbatas pada gaya

belajar Auditory, adalam kegiatan analisis pada Intellectually, dapat menyentuh

siswa dengan gaya belajar visual ataupun kinestetik. Untuk langkah Repetition,

dalam hal ini berfungsi sebagai salah satu bentuk pengulangan yang bermakna.

Dalam repetition, dapat difungsikan agarpembelajaran yang dilakukan oleh siswa

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

30

tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran. Karenanya, pada langkah repetition

ini cenderung pada pemberian soal atau quis untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa tentang materi dengan cara mereka menganalisis, melihat

sejauh mana hasil belajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan dapat tercapai,

salah satu bentuk pengulangan agar siswa dapat mendapatkan pembiasaan

bermakna. Dalam hal ini, penerapan langkah-langkah pembelajaran model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) dapat diamati pada proses

pengamatan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan langkah-langkah

model pembelajaran AIR dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition)

Setiap strategi pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga

ketepatan guru dalam memilih strategi pembelajarn sangat diperlukan agar tidak

menjadi kendala yang dapat menghambat pelaksanaan pembelajaran guna

mencapai tujuan pembelajaran. Suherman (2012:38) Kelebihan dari model

pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) ini antara lain:

1. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.

2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif.

3. Siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.

4. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.

5. Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

Disamping keunggulan, terdapat pula kelemahan yang dapat dijadikan

masukan untuk menghindari kelemahan dari model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectualy, Repetition), (agusjnaibaho.blogspot.com, 2013:08) diantaranya :

1. Membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah. Upaya memperkecil Guru harus punya

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

31

persiapan yang lebih matang sehingga dapat menemukan masalah tersebut.

2. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.

3. Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka. Dari pendapat ahli tentang kelebihan model pembelajaran air dan

dengan adanya temuan mengenai kekurangan atau kelemahan dari model

pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) dapat digunakan

sebagai masukan dalam pelaksanaan model pembelajaran AIR dengan

karakteristik siswa yang akan dikenakan tindakan. Adapun yang menjadi

poin keunggulan yang akan digunakan dalam penelitian tindakan adalah

membuat dan menyiapkan suatu permasalah yang bermakna bagi iswa

harus disesuaikan dengan karakteristik semua siswa di kelas secara umum.

Hal tersebut ditujukan untuk menciptakan suasana homogen dimana siswa

dengan kemampuan tinggi dan rendah dapat bekerja sama dan

berkolaborasi.

Poin penting dari pelaksanaan model pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectually, Repetition) dengan memperhatikan keunggulan model

pembelajaran ini adalah siswa harus diberi waktu banyak untuk

berpartisipasi aktif untuk mengemukakakn idenya. Untuk itu, siswa diberi

harus diberi kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan hal- hal terkait

memanfaatkanpengetahuan dan keterampilan. Dalah hal ini, siswa tidak

diberi batasan antara kerjasama atau mandiri. Sedang untuk uji hasil

belajar dapat dilakukan secara mandiri sesuai bentuk tes yang diingikan.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relavan

Ada hasil penelitian yang relavan, yang hampir sama dengan penelitian ini.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Erviana, Tesa (2013:67) tentang

Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya pada Kelas V

SDN 8 Kandangmas. Memperoleh hasil yang menunjukkan bahwa: (1)

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

32

Pengelolaan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran AIR

dapat terlaksana dengan baik, dengan perolehan pada siklus I sebesar 72,8 dengan

kategori baik dan meningkat pada siklus II menjadi 88,8 dengan kategori baik

sekali. (2) Hasil belajar siswa dinyatakan tuntas dengan perolehan persentase pada

siklus I sebesar 65% dengan kategori cukup baik dan mengalami peningkatan

pada siklus II menjadi 95% dengan kategori baik sekali. Sedangkan aktifitas

belajar siswa pada siklus I sebesar 64 dengan kategori cukup baik dan meningkat

pada siklus II menjadi 78 dengan kategori baik. Berdasarkan temuan hasil

penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V

SDN 8 Kandangmas dapat meningkat dan berhasil dengan baik setelah

diterapkannya model pembelajaran AIR.

Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Purniawati, S. (2013:9) tentang

Implementasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada

Materi Bangun Datar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 1 Pabelan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari implementasi model

pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada materi bangun

datar dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan

penelitian eksperimen semu yang dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1

Pabelan. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes yang terdiri

dari pretest dan posttest, serta dokumentasi. Teknik analisis data

menggunakan uji beda rata-rata (Mann Whitney U test). Hasil penelitian

menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada implementasi model pembelajaran

AIR tidak jauh berbeda atau sama dengan hasil belajar siswa pada model

konvensional. Hal itu ditunjukkan dengan hasil uji beda rata-rata (Mann Whitney

U test ) dimana nilai signifikansi 0,671 > 0,05 dan nilai Z hitung < Z tabel (-

0,424 < 1,645) yang berarti hasil belajar siswa pada model pembelajaran AIR

lebih kecil atau sama dengan hasil belajar pada model konvensional.

Meskipun demikian, implementasi model pembelajaran AIR pada pembelajaran

Matematika kelas VII memberikan hasil yang cukup memuaskan. Rata-rata dan

pencapaian hasil belajar siswa pada kelas VII C (model pembelajaran AIR) lebih

baik daripada kelas VII D (model pembelajaran konvensional), meskipun selisih

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

33

rata-rata dan pencapaian hasil belajar kedua kelas terlalu kecil. Rata-rata hasil

belajar siswa kelas VII C 79,85 dan pencapaian hasil belajar siswa sebesar 76,5%,

sedangkan rata-rata hasil belajar siswa kelas VII D 79,55 dan pencapaian hasil

belajarnya sebesar 75,8%.

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Erviana, Tesa (2013)

dan Purniawati, S. (2013) ada beberapa poin pokok yang dapat dipahami, yakni

hasil Belajar dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran AIR, yang

menggunah minat belajar. Pemberian fasilitas dan dukungan dibutuhkan dalam

meningkatkan daya tari, dimana fasilitas dan dukungan ini merupakan bagian dari

fasilitas belajar. Tindakan guru menjadi poin penting yang mempengaruhi hasil

belajar siswa. Implikasi dari hasil belajar ini berpengaruh pada peningkatan

prestasi belajar siswa. Aspek motivasi, disiplin, inisiatif, percaya diri dan

tanggung jawab, merupakan imbas dari hasil belajar yang menekankan pada aspek

Auditory, Intellectually, Repetition.

Model Pembelajaran AIR digunakan karena merupakan metode yang

cenderung pada penerapan 3 unsur dengan menekankan alur pembelajaran yang

menggugah minat. Metode ini menitik berapkan pada tindakan yang dilakukan

oleh siswa melaluitiga aspek, mulai dari pengamatan sampai pada penemuan

jawaban dan pengujian yang semuanya dilakukan oleh siswa. Dari poin

pengamatan sampai pada pengujian jawaban yang dilakukan oleh siswa, dapat

diamati segala bentuk tindakan yang menjurus pada kemandirian belajar siswa.

Dari 2 hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dipahami bahwa

AIR merupakan metode pembelajaran yang cenderung merumus pada langkah –

langkah pembelajaran yang sistematis yang hampir mirip seperti model

pembelaran sacientific, dimana langkah – langkah pembelajaran dalam model

pembelajaran AIR telah dirumuskan secara terpadu dengan menekankan pada 3

aspek utama. Sedangkan hasil belajar, dapat dilihat dari proses belajar dan

evaluasi pada poin ketiga yakni Repetition menggunakan pengulangan dalam

bentuk tugas dan kuis, untuk memunculkan ide baru yang dapat diamati melalui

ada gagasan baru yang muncul dan dikemukakan.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

34

Dari Beberapa hasil penelitian tersebut, penulis mencoba menggunakan

model AIR untuk memingkatkan hasil belajar siswa kelas V. Dalam hal Ini

dikarenakan, model pembelajaran AIR memiliki 3 aspek utama yakni Auditory

yang berhubungan dengan indra pendengaran, Intelectual yang berhubungan

dengan cara menganalisi dan bereksperimen, yang mana pelakunya adalah siswa

dan guru bertindak sebagai pembimbing, dan Repetition yakni pengulangan.

2.3. Kerangka Berfikir

Dalam kegiatan belajar mengajar di SD Sidorejo Lor 06 Salatiga, kondisi

mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan

berbagai informasi dan pengetahuan kepada siswa. Dengan kondisi tersebut,

pembelajaran yang dilakukan cenderung berpusat pada guru saja. Sehingga dalam

proses pembelajaran yang berlangsung siswa tidak terlibat secara langsung dan

menjadi pasif dalam proses pembelajarn sedangkan guru memiliki persentase aktif

lebih tinggi daripada siswa. Dalam proses pembelajaran pun terlihat monoton

yakni, komunikasi dan interaksi hanya terjadi satu arah saja antara guru dan siswa.

Akibat yang timbul dari kondisi ini berpengaruh pada rendahnya pemahaman

siswa, aktivitas dan kreativitas siswa rendah, sehingga hasil belajarnya pun

menurun dan berdampak pada sebagian besar siswa banyak yang tidak mencapai

nilai KKM yang telah ditentukan.

Sebagai solusi inovatif untuk meningkatkan hasil belajar dan mengatasi

kondisi siswa yang pasif, maka penerapan model pembelajaran Auditory,

Intellectually, Repetition diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam hal ini, model pembelajaran AIR memiliki tahapan sesuai dengan namanya.

Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran AIR , siswa diberi banyak

kesempatan untuk mengembangkan dan mengeksplor diri sesuai dengan tahapan

pembelajaran. Pada tahap Auditory siswa dapat belajar memahi melalui

menyimak, berbicara, melakukan presentasi, mengemukakan pendapatnya. Pada

tahapan intellectually siswa diberi kesempatan mengembangkan dan mengeksplor

diri dengan berbagai kegiatan seperti berlatih bernalar, mencipta, memecahkan

masalah, mengkonstruksi, dan menerapkan hasil yang didapatkan. Sedangkan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

35

pada tahap Repetition siswa dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas dan

kuis. Dengan 3 langkah pembelajaran pada model pembelajaran AIR tersebut

siswa menjadi aktiv dan guru dapat bertindak sebagai pembimbing yang tepat.

Dari kegiatan yang bersifat satu arah dan menitik beratkan pada keaktivan

guru, menjadi pembelajaran multi arah dengan siswa dilibatkan secara aktiv

dalam kegiatan pembelajaran, diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.

Adapun untuk memperjelas jalannya proses pembelajaran, penulis jabarkan alur

kerangka berfikir penulis jelaskan dalam bagan berikut:

Dalam pembelajaran IPA di kelas V guru cenderung menggunakan metode ceramah

Siswa tidak aktif dan hasil belajar siswa rendah serta sebagian besar peserta didik tidak mencapai nilai KKM yang telah ditentukan

Perencanaan tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition

Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran AIR

Auditory Siswa belajar dengan cara

menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,

dan menanggapi

Intellectually Siswa berlatih bernalar, mencipta, memecahkan

masalah, mengkonstruksi, dan menerapkan

Repetition Siswa dilatih melalui

pengerjaan soal, pemberian tugas dan

kuis

Pembelajaran menyenangkan dan hasil belajar meningkat serta siswa mencapai nilai KKM

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8085/2/T1... ·  · 2016-08-18dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

36

2.4. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir, dirumuskan suatu Hipotesis

dalam penelitian tindakan kelas ini, sebagai berikut:

1. Jika dalam proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

diterapkan model pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition),

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada di kelas V SD Sidorejo Lor 06

Salatiga semester II Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Pembelajaran AIR dengan langkah- langkah tahap Auditory, Intellectually,

Repetition dapat meningkatkan hasil belajar kelas V SD Negeri Sidorejo Lor

06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/ 2014.