bab ii kajian literatur - abstrak.uns.ac.id · 9 bab ii kajian literatur a. pengertian judul...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. PENGERTIAN JUDUL
Pengertian dari judul “Desain Interior Museum Folklore Yogyakarta di
Yogyakarta dengan Konsep Kearifan Lokal Yogyakarta” adalah sebagai
berikut :
Desain Interior adalah merencanakan, menata, dan merancang ruang-
ruang interior di dalam sebuah bangunan agar menjadi sebuah tatanan fisik
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam hal penyediaan sarana
bernaung dan berlindung (Wicaksono & Tisnawati, 2014: 5).
Museum menurut ICOM (International Council of Museums), 1974 adalah
lembaga non-profit yang bersifat permanen yang melayani masyarakat dan
perkembangannya, terbuka untuk umum, yang bertugas untuk
mengumpulkan, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan, dan
memamerkan warisan sejarah kemanusiaan yang berwujud benda dan tak
benda beserta lingkungannya, untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan
hiburan (Tjahjopurnomo, dkk, 2011: 6).
Folklore adalah bentuk penuturan cerita-cerita yang pada dasarnya
tersebar secara lisan, diwariskan secara turun-temurun dikalangan
masyarakat pendukungnya secara tradisional (Supanto, dkk, 1982: 48).
Yogyakarta adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian
selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di
sebelah utara. Secara geografis Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian
Tengah. (Wikipedia).
Kearifan Lokal adalah cultural identity, identitas/kepribadian budaya
bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan
mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri
(Ayatrohaedi dalam Sartini, 2004)
10
B. MUSEUM
1. Pengertian Museum
Kata Museum berasal dari kata latin ”Mouseion”, yaitu kuil untuk
Sembilan Dewi Muze, anak-anak Dewa Zeus yang tugas utamanya adalah
menghibur (Direktorat Museum dalam Pamuji, 2010). Adapun beberapa
pengertian kata Museum oleh sejumlah ahli permuseuman mengemukakan
bahwa :
- Menurut Ishaq (dalam Tjahjopurnomo, dkk, 2011: 6)
Museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan,
melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang
mengumpulkan, merawat dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan
penelitian, pendidikan dan hiburan, benda-benda bukti material manusia
dan lingkungannya.
- Menurut International Council of Museum/ Organisasi Permuseuman
Internasional dibawah Unesco (ICOM), (dalam Tjahjopurnomo, dkk,
2011: 6), yakni :
“Museum adalah lembaga non-profit yang bersifat permanen melayani
masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang bertugas
untuk mengumpulkan, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan, dan
benda beserta lingkungannya, untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan
hiburan”.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian museum adalah lembaga yang
bersifat tetap dan umum dalam melayani masyarakat. Mempunyai tujuan untuk
mendidik, meneliti dan menghibur untuk lingkungannya.
2. Sejarah Museum
Menurut (Tjahjopurnomo, dkk, 2011: 2-5) asal usul dari museum yaitu
kegemaran mengumpulkan benda rupa yang menarik. Hal itu tampak pada
temuan pada makam-makam prasejarah di berbagai negara. Sebagaimana dari
kata museum (Yunani, mouseion), yakni kuil untuk memuja dewi-dewi
inspirasi, pembelajaran , dan patron seni (Akbar dalam Tjahjopurnomo, 2011).
Di Mesopotamia museum dalam bentuknya yang paling primitive dikenal pada
11
awal milennium ke- 2 SM. Di Eropa terutama Yunani dan Romawi, benih-
benih permuseuman lahir akibat peperangan. Keadaan menjadi lebih baik
setelah masa Renaisans atau “kelahiran kembali” pada abad 15 M. Renaisans
terkait dengan ilmu pengetahuan dan kalangan elit (bangsawan, hartawan,
tokoh politik, dan pemuka gereja). Lahirnya museum tidak lepas dari hobi
kalangan pelajar dan bangsawan Eropa untuk mengumpulkan barang-barang
kuno. Sikap kritis dan selalu ingin tahu menjadi ciri pikiran orang Eropa,
sehingga berbagai ilmu berkembang pesat. Bersamaan dengan itu orang Eropa
juga mempunyai naluri bisnis yang membuat mereka bepergian ke berbagai
tempat. Hal itu membuat mereka sadar akan kebudayaan lain.
Orang Eropa memiliki ketertarikan pada Nusantara sebagai negara
tropis yang memiliki flora, fauna dan budaya yang dianggap eksostik. Sehingga
orang Eropa melakukan ekspedisi dan penelitian ilmiah sampai ke daerah
pedalaman. Di Batavia, sejumlah orang Eropa mendirikan Bataviaasch
Genootschap van kunsten en Wetenschappen pada 24 april 1778. Berbagai
benda arkeologi dan etnografi milik kolektor dan cendekiawan dikumpulkan di
sini. Lembaga ini yang menjadi cikal bakal Museum Nasional.
Raden Saleh (1814-1880) selain sebagai pelukis dikenal sebagai
bangsawan dan ilmuwan. Dia sering melakukan perjalanan budaya ke jawa
untuk mencari benda-benda arkeologi dan manuskrip yang masih dimiliki
keluarga pribumi. Beliau menyumbangkan beberapa temuan fosil mamalia di
Bataviaasch Genootschap. Selain Raden Saleh sumbangan lain berasal dari
Bupati Galuh, Kinsbergen dan Canter Visscher.
Di tanah Jawa beberapa bangsawan juga menaruh perhatian besar pada
bidang kebudayaan. Pada masa pemerintahan Paku Buwono IX, berperan
mendirikan Museum Radya Pustaka (1890) di Surakarta. Selain itu Museum
Sonobudoyo di Yogyakarta berawal dari Java Instituut yang bergerak dalam
bidang kebudayaan Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Yayasan ini berdiri pada
1919 di Surakarta dipelopori oleh sejumlah ilmuwan Belanda. Museum
Sonobudoyo diresmikan pada 6 November 1935. Di Jawa timur, pada 1912
didirikan Museum Mojokerto, yang sisa-sisanya sukar dilacak kembali.
Museum-museum tersebut umumnya merupakan bagian dari bidang sejarah
12
dan kebudayaan. Sedangkan Museum-museum yang bersifat ilmu pengetahuan
dan sains didirikan di Bogor, yakni Museum Zoologi (1894) oleh Dr. J.C.
Koningsberger. Di Bandung pemerintah Hindia Belanda mendirikan Museum
Geologi (1929).
Menurut Tim Direktorat Museum (dalam http://museumku. wordpress.
com/sejarah-museum/) menuliskan, sesudah kemerdekaan Indonesia 1945
keberadaan museum diabaikan pada pembangunan bangsa Indonesia. Hal itu
dikarenakan memburuknya hubungan Belanda dan Indonesia akibat sengketa
Papua Barat mengakibatkan orang-orang Belanda meninggalkan Indonesia,
termasuk orang-orang pendukung lembaga. Sejak itu proses Indonesianisasi
terhadap berbagai hal yang berbau kolonial, termasuk pada 29 Februari 1950
Bataviaach Genootschap diganti menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia
(LKI). LKI membawahi dua instansi yaitu museum dan perpustakaan. Pada
1962, LKI menyerahkan museum dan perpustakaan kepada pemerintah,
kemudian menjadi Museum Pusat beserta perpustakaannya. Periode 1962-
1967 merupakan masa sulit bagi permuseuman karena tidak ada dukungan
keuangan dari perusahaan Belanda lagi.
Perubahan politik akibat gerakan reformasi yang dipelopori oleh para
mahasiswa pada 1998, telah mengubah tata negara Republik Indonesia.
Perubahan ini memberikan dampak terhadp permuseuman Indonesia. Pada
2000, Direktorat Permuseuman diubah menjadi Direktorat Sejarah dan
Museum dibawah Departemen Pendidikan Nasional. Lalu pada tahun 2001,
Direktorat Sejarah dan Museum diubah menjadi Direktorat Permuseuman.
Kemudian Susunan organisasi diubah menjadi Direktorat purbakala dan
permuseuman dibawah Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata
pada 2002. Pada tahun 2004, Direktorat purbakala dan permuseuman diubah
menjadi Asdep purbakala dan permuseuman. Akhirnya pada 2005, dibentuk
kembali Direktorat Museum dibawah Direktorat Jenderal Sejarah dan
Pubakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
3. Fungsi Museum
Bila mengacu kepada hasil musyawarah umum ke-11 International
council of Museum (ICOM) (dalam Direktorat Museum, 2007: 2) pada tanggal
13
14 Juni 1974 di Denmark, dapat dikemukakan 9 fungsi museum sebagai
berikut:
- Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya,
- Dokumentasi dan penelitian ilmiah
- Konservasi dan preservasi
- Penyebaran dan perataan ilmu untuk umum
- Pengenalan dan penghayatan kesenian
- Pengenalan kebudayaan antar-daerah dan antar-bangsa
- Visualisai warisan alam dan budaya
- Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia
- Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
esa
4. Tugas Museum
Menurut Drs. Moch Amir Sutaarga (dalam Caryoadi, 2009: 6) tugas
museum, antara lain:
- Pengumpulan atau penggandaan, benda-benda yang memenuhi syarat-
syarat berikut, yakni: harus mempunyai nilai budaya, harus dapat
diidentifikasikan mengendai wujud, asal, tipe, gaya dan sebagainya, harus
dapat dianggap sebagai dokumen
- Pemeliharaan, terdapat dua aspek, yaitu : aspek teknis (benda-benda materi
koleksi harus dipelihara dan diawetkan serta dipertahankan tetap awet dan
tercegah dari kemungkinan kerusakan), aspek administrasi (benda-benda
materi koleksi harus mempunyai keterangan tertulis yang menjadikan
benda-benda koleksi tersebut bersifat monumental).
- Konservasi, merupakan usaha pemeliharaan, perawatan, perbaikan,
pencegahan, dan penjagaan benda-benda koleksi dari penyebab kerusakan.
- Penelitian, terdapat dua penelitian, yaitu : penelitian intern (penelitian
yang dilakukan oleh curator untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan museum yang bersangkutan), penelitian Ekstern (Penelitian
yang dilakukan oleh peneliti dari luar, seperti mahasiswa, pelajar, umum
dan lain-lain untuk kepentingan karya ilmiah, skripsi).
14
- Pendidikan, kegiatan disini lebih ditekankan pada pengenalan benda-
benda materi koleksi yang dipamerkan: Pendidikan formal (seminar-
seminar, diskusi, ceramah), pendidikan Non Formal (berupa kegiatan
pameran, pemutaran film, slide).
- Rekreasi, Sifat pameran yang mengandung arti dnikmati dan dihayati,
yang mana merupakan kegiatan rekreasi segar, tidak diperlukan
konsentrasi yang akan menimbulkan keletihan dan kebosanan.
5. Persyaratan Berdirinya Sebuah Museum
a. Persyaratan Lokasi
Menurut (Yogaswara, n.d.), bahwa lokasi harus strategis dan sehat (tidak
berpolusi, bukan daerah yang berlumpur/tanah rawa).
b. Persyaratan Bangunan
Menurut (Yogaswara, n.d.), bangunan museum dapat berupa bangunan baru
atau memanfaatkan gedung lama. Harus memenuhi prinsip-prinsip
konservasi, agar koleksi museum tetap lestari. Bangunan museum minimal
dapat dikelompok menjadi dua kelompok, yaitu bangunan pokok (pameran
tetap, pameran temporer, auditorium, kantor, laboratorium konservasi,
perpustakaan, bengkel preparasi, dan ruang penyimpanan koleksi) dan
bangunan penunjang (pos keamanan, museum shop, tiket box, toilet, lobby,
dan tempat parkir).
Menurut Sutaarga dalam (http://library.binus.ac.id/Bab2)
persyaratan umum yang mengatur bentuk ruang museum yang bisa
dijabarkan sebagai berikut :
- Bangunan dikelompokan dan dipisahkan sesuai fungsi, aktivitas,
ketenangan, keramaian, keamanan.
- Pintu masuk (main entrance) utama diperuntukan bagi pengunjung.
- Pintu masuk khusus (service utama) untuk bagian pelayanan, perkantoran,
rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan khusus.
- Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi termasuk
perpustakaan dan ruang rapat.
- Area privat terdiri dari laboratorium konservasi, studio preparasi, storage.
15
- Area publik/umum terdiri dari : bangunan utama (pameran tetap, pameran
temporer dan peragaan), auditorium, keamanan, gift shop, cafetaria, ticket
box, penitipan barang, lobby/ruang istirahat, dan tempat parkir.
Persyaratan Khusus :
- Bangunan utama, yang mewadahi kegiatan pameran tetap dan temporer
harus dapat: memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan, mudah
dalam pencapaiannya baik dari luar atau dalam, merupakan bangunan
penerima yang harus memiliki daya tarik sebagai bangunan utama yang
dikunjungi oleh pengunjung museum, memiliki sistem keamanan yang,
baik dari segi konstruksi, spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya
benda-benda secara alami ataupun karena pencurian.
- Bangunan auditorium, harus mudah dicapai oleh umum dan dapat dipakai
untuk ruang pertemuan, diskusi dan ceramah
- Bangunan Khusus, harus: terletak pada tempat yang kering, mempunyai
pintu masuk yang khusus, memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap
kerusakan, kebakaran, dan pencurian).
- Bangunan Administrasi, harus: terletak di lokasi yang strategis baik dari
pencapaian umum maupun terhadap bangunan lainnya.
c. Persyaratan Ruang
Persyaratan ruang pamer, sebagai berikut :
- Pencahayaan dan Penghawaan
Dalam (http://library.binus.ac.id/Bab2) pencahayaan dan penghawaan
merupakan aspek teknis utama yang perlu diperhatikan untuk membantu
memperlambat proses pelapukan dari koleksi. Untuk museum dengan
koleksi utama kelembaban yang disarankan adalah 50% dengan suhu 21°C-
26°C. Intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux dengan
meminimalisir radiasi ultra violet. Contoh penggunaan cahaya alami pada
museum sebagai berikut (Neufert, E. 2002):
Gambar II.1. Pencahayaan alami
Sumber: Neufert, 2002
16
- Ergonomi tata letak
Dalam (http://library.binus.ac.id/Bab2) untuk memudahkan pengunjung
dalam melihat, menikmati, dan mengapresiasi koleksi, maka perletakan
peraga atau koleksi turut berperan. Berikut standar perletakan koleksi di
ruang pamer museum.
- Jalur sirkulasi Ruang Pamer
Jalur sirkulasi pameran harus mampu membantu dalam menyampaikan
informasi ke pengunjung.
d. Persyaratan Koleksi
Menurut Sutaarga (1969), koleksi adalah “segala objek museum yang
dipimpinkan menurut sistematik dan metode-metode ilmiah pengetahuan atau
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai kepentingan atas objek-
objek museum yang terhimpun dalam koleksi-koleksi tertentu”.
Dalam (http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2), syarat-
syarat koleksi museum adalah: mempunyai nilai sejarah, diketahui asal-usul
secara historis, geografis dan fungsinya, dapat dijadikan monumen apabila
berupa bangunan, dapat diidentifikasi mengenai bentuk, tipe, gaya dan fungsi,
Gambar II.2. Standar peletakan koleksi
Sumber: (http://library.binus.ac.id/ c/Bab2)
Gambar II.3. Jalur sirkulasi ruang pamer
Sumber:
(http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2)
17
dapat dijadikan dokumen sebagai penelitian ilmiah, merupakan benda asli atau
benda replika yang sesuai dengan aturan yang berlaku, memiliki nilai
keindahan, merupakan benda yang unik dan tidak banyak ditemukan.
Jenis benda koleksi adalah benda asli dan benda reproduksi. Benda asli
mempunyai nilai budaya, ilmiah, dan nilai estetika, dapat dianggap sebagai
dokumen, dapt diidentifikkasikan mengenai wujud, asal tipe, gaya. Sedangkan
benda reproduksi berbentuk replica, miniature, referensi, benda penunjang
(lukisan, foto).
Menurut Udansyah (1988) penataan koleksi museum berdasarkan tema
dapat dilakukan dengan metode :
- Metode pendekatan romantika, yaitu cara penyajian benda-benda koleksi
disusun sedemikian rupa sehingga dapat mengungkapkan suasana tertentu
yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan.
- Metode pendekatan intelektual, yaitu cara penyajian benda-benda koleksi
yang disusun untuk menyajikan informasi ilmu pengetahuan yang
bersangkutan dengan benda-benda yang dipamerkan.
- Metode pendekatan Estetis, penyajian benda-benda koleksi yang disusun
untuk menampilkan keindahan dari benda koleksi.
e. Organisasi dan Ketenagaan
Struktur organisasi yang umum dimiliki oleh sebuah museum, menurut
Direktorat museum (2007) :
- Kepala/ Direktur Museum: memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi
museum
- Kepala bagian tata usaha museum: memimpin penyelenggaraan urusan
tata usaha, urusan rumah tangga, dan ketertiban museum.
- Kepala bagian kuratorial: memimpin penyelenggaraan urusan tata usaha,
urusan rumah tangga, dan ketertiban museum.
- Kepala bagian konservasi dan preparasi: memimpin penyelenggaraan
konservasi, restorasi, dan reproduksi koleksi serta preparasi tata pameran.
- Kepala bagian bimbingan dan publikasi: memimpin penyelenggaraan
kegiatan bimbingan dengan metode dan sistem edukatif kultural.
18
- Kepala bagian registrasi dan dokumentasi: memimpin penyelenggaraan
registrasi dan dokumentasi seluruh koleksi.
- Perpustakaan: menyelenggarakan perpustakaan, dan menyimpan hasil
penelitian dan penerbitan museum.
6. Kegiatan Museum
a. Pameran
Pameran adalah satu atau lebih koleksi di museum yang ditata
berdasarkan tema dan sistematika tertentu yang bertujuan untunk
mengungkapkan keadaan, isi dan latar belakang dari benda-benda tersebut
untuk diperlihatkan kepada pengunjung museum (pedoman pendirian museum,
2000). Menurut Udansyah (1988) pameran museum bentuknya dapat dibagi
tiga, antara lain :
- Pameran tetap, salah satu jenis pameran yang sistemnya berlaku lama
minimal 3-5 tahun
- Pameran temporer/khusus, salah satu jenis pameran tentang suatu jenis
koleksi, dengan tema tertentu dan berlangsung dalam waktu relative
singkat.
- Pameran keliling, salah satu jenis pameran khusus tentang suatu koleksi
yang dilakukan dari tempat ke tempat lain, diselenggarakan di luar gedung
museum.
b. Kegiatan Pendidikan
Dalam jurnal (Duli, 2013), sebuah museum juga terdapat berbagai
kegiatan seperti kegiatan bimbingan terhadap pengunjung, melakukan
sosialisasi ke berbagai daerah, melakukan kegiatan ceramah, diskusi, seminar,
mengadakan pameran keliling.
c. Kegiatan Konservasi
meliputi perawatan barang koleksi, pengawetan barang koleksi, pengamanan
barang koleksi.
d. Kegiatan Pelayanan Teknis
Meliputi kegiatan survey dan penelitian lapangan, penyelenggaraan presentasi
koleksi dan presentasi ruang pamer, pengadaan peralatan museum.
19
e. Kegiatan Tata Usaha dan Administrasi
Meliputi pengelolaan rumah tangga museum, penyelenggara komunikasi antar
museum lokal, nasional dan internasional, penyelenggara pendidikan dan
pelatihan, kearsipan, keuangan.
f. Keamanan dan Kebersihan
C. FOLKLORE
1. Pengertian Folklore
Kata folklore berasal dari kata majemuk bahasa inggris folklore, yang
terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti kolektif atau kebersamaan. Kata
lore berarti tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Dengan demikian
definisi folklore adalah tradisi kolektif sebuah bangsa yang disebarkan dalam
bentuk lisan maupun gerak isyarat, sehingga tetap berkesinambungan dari
generasi ke generasi (Dananjaya dalam Danandjaja, 2003).
Menurut buku Dictionary of Antropology dijelaskan bahwa folklore
meliputi dongeng, cerita, hikayat, kepahlawanan, adat-istiadat, lagu, tata cara,
kesustraan, kesenian, dan busana daerah. Masing-masing merupakan milik
masyarakat tradisional secara kolektif. Di banyak tempat folklore berfungsi
sebagai pembentuk solidaritas sosial (Danandjaja, 2003)
2. Kajian Folklore
Menurut Sukatman (2009) Kajian tradisi lisan di Eropa pada awalnya
merupakan kajian terhadap kebudayaan petani desa, yang diantaranya dirintis
oleh John Toms dari Inggris. Perkembangan berikutnya, tahun 1865 Tylor
memperkenalkan istilah Culture untuk pengertian kebudayaan umum.
Selanjutnya, istilah folklore hanya diartikan sebagai kebudayaan yang
diwariskan secara lisan.
Kajian tradisi lisan di Indonesia dilakukan oleh filolog, antropolog,
teolog, dan musikolog. Akibat penanganan yang kurang spesifik ini adalah
munculnya kajian tradisi lisan yang kurang berbobot karena tidak ditangani
secara modern. kajian melalui lisan humanis yang dilakukan oleh ahli sastra,
mengkaji Lor nya. Kajian tradisi lisan modern cenderung menggabungkan dari
kecenderungan tersebut, sehingga hasilnya seimbang.
20
3. Ciri-ciri pengenal Folklore
Dalam “Butir-butir Tradisi Lisan” karya Sukatman (2009: 5)
menyebutkan untuk membedakan folklor dari kebudayaan lainnya, harus
terlebih dahulu mengetahui ciri-ciri pengenal utama folklor pada umumnya,
yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
- Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan.
- Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap
atau dalam bentuk standar.
- Folklore ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda.
Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut.
- Folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui
oleh orang lain.
- Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola.
- Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif.
- Folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak
sesuai logika umum.
- Folklor menjadi milik bersama (collective) dari kolektif tertentu.
- Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali
kelihatannya kasar, terlalu spontan.
4. Pembagian Folklore
Berdasarkan tipenya Brunvand menggolongkan folklore menjadi tiga
bagian, yaitu (Dananjaja dalam Sukatman, 2009: 6) :
a. Folklor Lisan
Merupakan folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan,
disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan, folkor jenis ini terlihat pada:
1) Bahasa Rakyat
Adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat
dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana
pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata
bahasanya, julukan. Dalam “Antropologi: Mengungkap Keragaman
Budaya”, Sutardi (2007) menuliskan bentuk lain bahasa rakyat adalah sang.
Slang merupakan kosakata dari idiom para penjahat, gelandangan, atau
21
kelompok khusus. Tujuan penciptaan slang adalah menyamarkan arti
bahasanya terhadap orang luar. Contoh kosa kata di Yogyakarta adalah anak
muda mengembangkan bahasa dagadu, yang diambil dari aksara jawa.
2) Ungkapan Tradisional
Adalah kalimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang.
Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti,
peribahasa, pepatah.
3) Pertanyaan Tradisional (Teka-teki)
Menurut Alan Dundes teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional
yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus
diterka.
4) Puisi Rakyat
Adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu.
Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu
permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
5) Cerita Rakyat
Merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari
mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.
6) Nyanyian Rakyat
Adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan
melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif,
yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari
kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti:
lagu-lagu dari berbagai daerah.
b. Folklor Sebagian Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan
dan bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang
termasuk dalam folklor sebagian lisan, adalah:
1). Kepercayaan Rakyat (Takhayul)
Kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika karena
tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan
dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tuturkata.
22
2). Permainan Rakyat
Disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan
orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main tali.
3). Teater Rakyat
4). Tari Rakyat
5). Pesta Rakyat
6). Upacara Adat
Berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama
ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya
dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang
dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
c. Folklor Bukan Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara
pembuatannya diajarkan secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil
(artefak). Yang termasuk dalam folklor bukan lisan:
1) Arsitektur Rakyat
Berupa prasasti dan bangunan-bangunan suci, arsitektur merupakan
sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.
2). Kerajinan Tangan
Awalnya dibuat hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang dan untuk
kebutuhan rumah tangga.
3). Pakaian/Perhiasan Tradisional
4). Obat-obatan Tradisional
5). Masakan dan Minuman Tradisional
D. YOGYAKARTA
1. Sejarah Yogyakarta
Berdirinya kota Yogyakarta berawal dari perjanjian Gianti pada tanggal
13 Februari 1755. Isi perjanjiannya adalah Negara Mataram dibagi dua, yaitu
setengah menjadi Hak Kerajaan Surakarta, setengah lagi menjadi Hak
Pangeran Mangkubumi. Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaaan
Pangeran Mangkubumi adalah Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati,
23
Bagelen dan daerah mancanegara. Setelah selesai perjanjian pembagian
daerah, Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I
menetapkan Daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaanya diberi nama
Ngaayogyakarta Hadiningrat. Beribukota di Yoyakarta, ketetapanny
diumumkan pada tanggal 13 Maret 1755.
Pusat pemerintahan dipilih di hutan yang disebut beringin. Hutan
tersebut kemudian di babad dan didirikanlah Kraton. Setelah setahun
pembangunan akhirnya Sultan hamengku Buwono I berkenan memaasuki
istana peresmiannya. Diresmikan pada 7 oktober 1756, berdirilah Kota
Yogyakarta. Sesudah proklamasi kemerdekaan, Sri Sultan Hamengku Buwono
I dan Sri Paduka Paku Alam VII menerima piagam pengangkatan menjadi
gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI. Pada tanggal 5
september 1945 dinyatakan bahwa daerah kesultanan dan daerah Pakualaman
merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari Republik Indonesia
menurut pasal 18 UUD 1945.
Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan dan Pakualaman
baru menjadi kota Praja atau kota Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang
Nomor 17 tahun 1947 pasal 1. Kembalinya UUD 1945 melalui Dekrit Presiden
5 Juli 1959, maka undang- undang nomor 1 tahun 1957 diganti dengan
Undang-undang Nomor 18 Tahum 1965 tentang pokok-pokok pemerintahan di
Daerah, tugas Kepala Daerah dan DPRD dipisahkan dan dibentuk Wakil
Kepala Daerah dan badan Pemerintah Harian serta sebutan Kota Praja diganti
Kotamadya Yogyakarta.
Atas dasar Tap MPRS Nomor XXI/MPRS/1966 dikeluarkan Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di
Daerah. Berdasarkan Undang-undang tersebut, DIY merupakan Propinsi dan
juga Daerah Tingkat I yang dipimpin oleh Kepala Daerah dengan sebutan
Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dan Wakil Gubernur Kepala
Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan Kotamadya Yogyakarta merupakan
daerah Tingkat II yang dipimpin oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat
II dimana terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengangkatan
bagi kepala Daerah Tingkat II seperti yang lain.
24
Seiring dengan bergulirnya era reformasi, tuntutan untuk
menyelenggarakan pemerintahan di daerah secara otonom semakin
mengemuka. Maka keluarlah Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang mengatur kewenangan Daerah. Sesuai UU ini maka
Kotamadya Dati II Yogyakarta diubah menjadi Kota Yogyakarta sedangkan
untuk pemerintahannya disebut dengan Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan
Walikota Yogyakarta sebagai Kepala Daerahnya (http://www.jogjakota.go.id
/sejarah-kota-yogyakarta).
2. Keadaan Geografis Yogyakarta
Letak geografis Kota Yogyakarta diantara 110°24´19´´ dan 110°28´53´´
Bujur Timur, 7°49´26´´ dan 7°15´24´´ Lintang Selatan dengan ketinggian rata-
rata 114 meter diatas permukaan air laut.Kota yang terletak ditengah-tengah
Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut (http://e-journal.uajy.ac.id):
- Sebelah Utara: Kecamatan Mlati dan Kecamatan Depok, Kabupaten
Sleman
- Sebelah Selatan: Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Sewon dan
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
- Sebelah Timut : Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, dan Kecamatan
Banguntapan, kabupaten Bantul
- Sebelah Barat : Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman dan Kecamatan
kasihan, Kabupaten Bantul.
3. Keadaan Demografi Yogyakarta
Keadaan demografi Yogyakarta menurut (http://e-journal.uajy.ac.id),
antara lain:
Gambar II.4. Peta DIY
Sumber:
http://e-journal.uajy.ac.id
25
- Pendidikan
Kota Yogyakarta mempunyai sebutan sebagai kota pelajar. Pendidikan
merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Untuk itu perlu didukung dengan penyediaan sarana fisik
pendidikan maupun tenaga pengajar yang memadai.
- Kesenian
Kota Yogyakarta mempunyai predikat kota seni dan budaya. Seni dan
budaya yang kenal dengan kehidupan orang Jawa. Kesenian wayang, tari
klasik, tari modern dan gamelan merupakan kesenian yang berkembang di
Yogyakarta. Selain itu juga terdapat upacara turun temurun seperti upacara
siraman pusaka kraton, upacara sekaten dan kuda lumping. Organisasi
yang terdapat di Yogyakarta terdiri dari 18 jenis kelompok kesenian
dengan total 184 kelompok kesenian. Meliputi karawitan 82 kelompok,
tari tradisional 5 kelompok, tari kontemporer 4 kelompok, tari jatikan 2
kelompok, macopat 28 kelompok, ketoprak 3 kelompak, band 5 kelompok,
teater 10 kelompok, orkes melayu 6 kelompok, paduan suara 2 kelompok,
thek-thek 1 kelompok, kolintang 2 kelompok, gejog lesung 4 kelompok,
dan campuran 11 kelompok (Bappeda Yogyakarta dalam http://e-
journal.uajy.ac.id).
- Kebudayaan
Terdapat 515 bangunan cagar budaya yang tersebar di 13 kawasan cagar
budaya. Keberadaan aset budaya peninggalan peradaban tinggi masa
Gambar II.5. Pendidikan DIY
Sumber: http://e-journal.uajy.ac.id
26
lampau tersebut, dengan Kraton Yogyakarta sendiri sebagai Institusi
warisan adiluhung yang masih melestarikan keberadaannya. Sebagai
sarana informasi dan hiburan, kesenian pentas dan museum di Kota
Yogyakarta baik jumlah pengunjung maupun jumlah uang yang masuk
pada tahun 2005-2010 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah
pengunjung kesenian pentas sebesar 1.077.142 orang (turun 14,93%).
Berbeda dengan pengujung museum pada tahun 2010 mengalami kenaikan
20% yaitu 1.173.056 orang (Bappeda Yogyakarta dalam http://e-
journal.uajy.ac.id).
E. FOLKLORE YOGYAKARTA
1. Folklore Lisan
a. Bahasa Rakyat
Bahasa daerah yang digunakan masyarakat Yogyakarta yaitu bahasa
Jawa Yogyakarta. Menurut Wedhawati (2006), bahasa Jawa merupakan bahasa
pertama penduduk Jawa yang tinggal di Propinsi Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Lampung dan daerah-daerah
transmigrasi di Indonesia. Bahasa Jawa dipakai masyarakat Jawa sejak abad
pertama Masehi samapai dengan abad ke-15. Mulai abad pertama sampai
dengan keenam bahasa Jawa Kuno hanya dipakai secara lisan. Berdasarkan
tingkat tuturnya, bahasa Jawa dapat dibagi menjadi tiga, yaitu bahasa Jawa
ngoko, bahasa Jawa madya, dan bahasa Jawa Krama.
b. Ungkapan Tradisional
Beberapa ungkapan/ pepatah dalam bahasa Jawa, antara lain
(www.katabijak.co.id):
- Adigang, adigung, adiguno: Jaga kelakuan, jangan sombong dengan
kekuatan, kedudukan ataupun latar belakangmu.
- Kawula mung saderma, mobah-mosik kersaning hyang sukmo: lakukan
yang kita bisa, setelahnya serahkan kepada Tuhan.
- Ambeg utomo, andhap asor: selalu menjadi yang utama tapi selalu rendah
hati.
- Ana catur mungkur: tidak mau mendengarkan perasaan yang tidak baik.
- Baladewa ilang gapite: kehilangan keluhurannya.
27
- Cecak nguntal empyak: keinginan yang tidak seimbang dengan
kekuatannya.
- Digarokake dilukokake: disuruh kerja yang berat.
- Emprit abuntut bedhug: permasalahan kecil menjadi besar.
- Gajah ngidak rapah: orang yang melanggar larangannya sendiri.
- Idu didilat maneh: menjilat sendiri kata-kata yang sudah keluar
- Jalukan ora wewehan: suka meminta tetapi tidak mau usaha.
- Kaya banyu karo lenga: persaudaraan yang tidak bisa rukun
- Lanang kemangi: anak laki-laki yang penakut
- Madu balung tanpa isi: perkelahian karena masalah kecil
- Ngalasake negara: tidak mengikuti peraturan negara
- Ora tembung ora lawung: mengambil tanpa ijin dahulu.
- Rawe-rawe lantas, marang-marang putung: semua yang menghalangi
disingkirkan.
- Sapa salah saleh: siapa yang salah akan ketahuan
- Ora kena nglarani: jangan melukai orang lain
- Uring kang utama, mateni kang sempurna: selama hidup kita melakukan
perbuatan baik maka kita akan menemukan kebahagiaan dikehidupan
selanjutnya.
c. Pertanyaan Tradisional (Teka-teki)
Contoh pertanyaan tradisional (https://bb2008chijsjc.wordpress.com) :
- Papan panjang, papan berlubang. Rumah diisi berbiji-biji, kalau termakan
semuanya hilang, papan kosong tanpa isi: CONGKAK
- Angin bertiup kencang timur, kain batik melayang-layang, aku Tarik aku
hulur, aku mainkan waktu siang: WAU
- Lompat-lompat atas kotak, tulis nomor pakai kapur, beli rumah
berlambak-lambak, rumah kotak akhirnya hancur: TENG-TENG
- Tali diputar satu badan, sorakan terdengar diluar halaman, Tali dilepaskan
dari badan, Tamat juga satu pusingan: GASING
- Rupa bulat berlubang-lubang, sama seperti bulan purnama, selalu
dimainkan oleh cik Abang, jangan dilupa mainan lama: SEPAK
TAKRAW
28
d. Puisi Rakyat
Beberapa Contoh Pantun Jawa (www.anneshira.com) :
- Pantun Jenaka
Ngadeg jejeg nyunggi klapa (Berdiri tegak sambil membawa kelapa di
kepala)
Ora kaya ewuhe nyunggi duren (Tidaklah sesulit membawa durian)
Ora bisa ngadeg bukane apa-apa (tidak bisa berdiri tegak bukan karena
apa-apa)
Ning merga lemes saking olehe keluwen (Tapi hanya lemas karena
kelaparan)
- Pantun Nasihat
Kampret metu bengi-bengi (kutu busuk keluar di malam hari)
Metu bengi nggolek pangan (keluar untuk mencari makan)
Urip iki ojo ngapusi (hidup itu tidak boleh menipu)
Wedi kito kambek pangeran (Takutlah kita pada tuhan)
- Pantun Cinta
Sawunggaling carito kuno (putih-putih bunga randu)
Sing digawe kayune jati (kuning merah bunya palasnya)
Yen eling dang sambangono (hati sedih badan jadi kurus)
Ojo gawe gelaning hati (ingat pada adik yang cantik parasnya)
e. Cerita Rakyat
Sebelum pemerintahan kasultanan yogyakata, pemerintahan raja
pakualaman dan DIY berdiri, sebenarnya didaerah itu pernah berdiri kerajaan
mataram yang terletak di plered dan kerta.Berbagai sisa peninggalan kerajaan
tersebut masih dapat dijumpai pada saat ini . Melihat sejarah yang panjang itu ,
tidaklah mengherankan kalau di DIY sangat banyak dijumpai cerita rakyat
berupa legenda ,mite dan fabel. Cerita rakyat itu kebanyakan mengacu kepada
tokoh, peristiwa dan tempat-tempat tertentu yang erat hubungannya dengan
kerajaan mataram dan kasultanan Yogyakarta. Bahakan cerita rakyat di DIY
juga diwarnai oleh tokoh legendaries sunan kalijaga. Kenyataan ini tentu saja
tidak menjadi persoalan kalau pengertian cerita rakyat kembali disimak. Cerita
rakyat , sebagai kisah anonym memang tidak terikat ruang dan waktu karena
29
beredar secara lisan ditengah masyarakat. Berikut cerita rakyat Yogyakarta
menurut Prabowo (2004) dalam buku Antologi Cerita Rakyat Daerah Istimewa
Yogyakarta, antara lain :
1). Mitos/ Mite
- Raden Rangga
Mataram dibawah kekuasaan Kanjeng Panembahan Senopati
menjadi sangat disegani oleh raja-raja lainnya di tanah Jawa. Pada masa
mudanya bernama Danang Sutawijaya yang dikenal sakti mandraguna.
Karena kesaktiannya tersebut, rakyat dan para makhluk halus tunduk dan
berbakti padanya. Bahkan diantara para makhluk halus ada yang menjadi
permaisurinya yaitu Putri Nginangin atau Nyai Rara Kidul. Permaisuri
berasal dari sebuah kerajaan yang berada di dalam Laut Selatan Pulau
Jawa. Dari perkawinan keduanya lahirlah Raden Rangga yang sangat
dicintai Panembahan Senapati. Ketika Raja harus kembali ke bumi
Mataram, beliau meninggalkan anaknya dan Nyai rara kidul di Laut
Selatan. Raja berpesan kepada Nyai Rara Kidul untuk merawat dan
mendidik anak mereka untuk menjadi pemuda yang baik dan berguna.
Raja juga berharap anak mereka dapat menggantikan kedudukannya
sebagai raja Mataram. Ketika Raden Rangga dewasa Raja meminta Nyai
Rara Kidul untuk mengantarnya ke istana Mataram.
Konon ketika dewasa, Raden Rangga berangkat ke bumi Mataram.
Karena kesaktian yang sakti mandraguna dia menjadi mengumbar hawa
nafsu dan memamerkan kesaktiannya. Ia suka memukul dan menyakiti
orang. Rakyat sudah sangat benci dengan sikap Raden Rangga kemudian
mereka melaporkan perbuatan ke Raja. Raja yang sudah mendengar
perbuatan itu memanggil Raden Rangga untuk mengetes kekuatan
anaknya tersebut. ketika raja meminta Raden Rangga memijiti kakinya,
sang ayah tiba-tiba menendangnya. Raden Rangga yang merasa raja sudah
tidak sayang dengan dirinya kemudian pergi dari istana. Raden Rangga
berjalan tanpa arah sampai di Kadepaten Pati yang penguasanya masih
terhitung pamannya sendiri. Dia menceritakan masalahnya ke pamannya
30
tetapi pamannya tidak bisa menolong karenaa takut jabatannya akan
dicopot.
Raden Rangga yang tidak terima akan jawaban itu marah dan
merusak semua yang ada dihadapannya. Raja mendengar perbuatan Raden
Rangga kemudian melaporkan ke Nyai Rara Kidul untuk mengurus
anaknya. Nyai Rara Kidul membuat sayembara barang siapa yang dapat
mengalahkan seekor naga di kerajaan Mataram akan memperoleh separoh
bumi Mataram. Sayembara kemudian didengar dan diikuti Raden Rangga.
Ia mengahadapi naga tersebut sampai kewalahan hingga akhirnya Raden
Rangga melarikan diri. Tapi apa daya naga membelit Raden Rangga dan
tiba-tiba keduanya musnah ketika muncul hujan deras dan halilintar.
Konon kabarnya Raden Rangga tidak musnah tetapi kembali ke alamnya
beserta sang Ibu. Setelah Raden Rangga menghilang rakyat Mataram
terlepas dari rasa takut.
- Tombak Baruklinting
Berkisah tentang Demang Jlegong yang mengadakan syukuran usai
panen. Dia mengundang Damang Wanabaya untuk mendoakan acaranya
berjalan lancar. Damang Wanabaya kemudian masuk ke pringgitan rumah
Demang Jlegong untuk ritual. Ketika Damang Wanabaya sedang
menikmati santapan yang dihidangkan, tiba-tiba ada gadis cantik
mendekatinya. Dia menanyakan pisaunya yang hilang. Damang Wanabaya
menghentikan santapannya dan memandangi gadis tersebut dengan
keheranan. Damang Wanabaya menawarkan pisaunya dan
memperingatkan jika pisau tersebut tidak boleh di taruh di pangkuannya.
Gadis itu lalu diberi pisau tersebut dan kembali ke dapur. Di dapur gadis
itu asyik memotong sayuran dank arena terlalu asyik mengobrol dia lupa
larangan dari Damang Wanabaya. Setelah itu, gadis itu hamil. Kian hari
perutnya makin besar. Karena malu dia meninggalkan desanya. Ketika dia
melahirkan, telur itu menetas dalam wujud ular. Ketika dia besar dan
dewasa. Dia bertanya siapa ayahnya. Kemudian ibunya menjawab
Damang Wanabaya. Ular itu kemudian mencari ayahnya. Ketika bertemu
dengan ayahnya dia menunjukan bahwa dia anaknya. Tetapi Damang
31
Wanabaya tidak percaya dan meminta bukti. Lalu ular itu membuktikan
diri dengan melingkari bukit yang ditunjuk Damang Wanabaya. Usahanya
hampir berhasil ketika kurang sejengkal bukit. Kemudian ayahnya
memerintahkan untuk menjulurkan lidah agar bukit itu dapat dilingkari.
Ular lalu menjulurkan lidahnya seketika itu Damang Wanabay
memotongnya dengan pisau. Tiba-tiba ular itu berubah menjadi sebilah
tombak, sementara tubuhnya berubah menjadi pohon waru lengis. Tombak
itu diberi nama Baruklinting. Tombak Batuklinting kemudian dikenal
sebagai salah satu pusaka Ki Demang Wanabaya.
- Ki Ageng Tunggul Wulung
Berkisah tentang Ki Ageng Tulung Wulung yang mengungsi
bersama rombongan karena perang di Majapahit. Tak lupa Ki Ageng
Tulung Wulung membawa pusaka-pusaka kerajaan Majapahit. Perintah
membawa dan menyelamatkan benda-benda pusaka ke seseorang berjiwa
kesatria didapat dari Prabu Brawijaya. Ki Ageng Tulung Wulung dan
rombongan berjalan ke arah barat daya untuk menjalankan perintah raja.
Mereka samapi di desa yang bernama dukuhan. Mereka mengungsi di sana
dan meminta ijin sesepuh desa untuk tinggal. Ki Agen Tulung Wulung
mulai senang dengan hidupnya di desa tersebut. dia dicintai rakyat desa
dukuhan tetapi dia tidak melupakan perintah Prabu Brawijaya. Hingga
suatu hari datanglah Ki Pemanahan yang dalam mimpinya merupakan
orang yang akan mengantarkannya ke kesatria bernama Danang
Sutawijaya. Danang Sutawijaya merupakan anak dari Ki Pemanahan,
sehingga Ki Pemanahan akhirnya mempertemukan Ki Ageng Tulung
Wulung dengan Danang Sutawijaya. Dalam pertemuan itu tak lupa Ki
Ageng Tulung Wulung menyerahkan pusaka Majapahit ke Danang
Sutawijaya. Konon kabarnya, sesudah pusaka diterima Danang
Sutawijaya, Ki Ageng Tulung Wulung bersama pengikutnya moksa.
Tempat moksa orang-orang Majapahit dirawat oleh kawula desa Dukuhan,
Slemah, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di tempat itu, pada bulan tertentu
masyarakat desa mengadakan upacara sesaji untuk mengenang Ki Ageng
Tunggul Wulung beserta pengikutnya.
32
- Raksasa Penjaga Gunung Merapi
Berkisah tentang Panembahan senopati yang khawatir akan gunung
merapi. Raja Mataram takut gunung merapi mengeluarkan laharnya ke
arah selatan. Dimana kerajaan akan menjadi puing-puing jika ke arah
selatan. Karena kegelisahan Panembahan Senopati, Ki Juru Mertani
menolong rajanya. Dia mendapat petunjuk agar Panembahan Senopati
bertapa di Desa Nglipura. Maka bertapalah Panembahan Senopati. Ia
mendapat petunjuk untuk menaiki kayu yang dianggapnya sebagai perahu.
Kayu itu membawanya sampai ke Laut Selatan. Di sana dia bertemu
dengan Nyi Ajeng Rara Kidul, penguasa halus laut jawa. Mereka jatuh
cinta dan hidup sebagai suami istri. Sebelum menjadi suami istri
Pnembahan Senopati mengajukan syarat ke Nyi Rara Kidul. Syaratnya
yaitu Nyi Rara Kidul mampu memecahkan masalahya. Nyi Rara Kidul
menolong Panembahan Senopati dengan memberikan telur yang bernama
Endhog Degan. Pulanglah Panembahan Senopati ke Mataram. Dia
ceritakanlah semua kejadian ke Ki Juru Mertani. Kemudian Ki Juru
Mertani mengatakan pada raja untk memberikan telur tersebut ke
pemimipin juru taman istana Mataram. Dia bernama Reksapraja, maka di
telanlah telur itu oleh Reksapraja. Tiba-tiba berubahlah dia menjadi
raksasa. Raja yang kaget merasa bersalah dan dia berjanji untuk
mengayomi keluarga reksapraja. Setelah itu Reksapraja diperintahkan raja
untuk menjaga gunung merapi agar lahar panas tidak mengalir ke selatan.
Konon sejak itu, lahar Merapi tidak pernah turun ke selatan.
- Gua Kiskenda
Berkisah tentang kakak beradik Sugriwa dan Subali yang ditugaskan
para dewa untuk membunuh Mahesa Sura dan Lembu Sura. Hal itu
dikarenakan keinginan Mahesa Sura yang ingin meminang anak dewa.
Pada pertarungan itu Subali mengajukan diri untuk menyelesaikan tugas
tersebut. dia meminta kakaknya untuk menjaganya dari kejauhan. Sugriwa
menyanggupinya. Adiknya berpesan ketika dia bertarung dengan Mahesa
Sura dan Lembu Sura, kakaknya menjaga pintu gua. Subali akan
menyiapkan batu besar sebagai penutup. Kemudian subali berpesan
33
tutuplah gua jika darah putih yang mengalir maka bertanda subali gugur,
bukalah pintu gua jika mengalir darah merah itu bertanda aku dapat
menewaskan Lembah Sura dan Mahesa Sura. Tiba saatnya pertaruangan
antara Subali dan Mahesa Sura serta Lembu Sura. Pertarungan
berlangsung berhari-hari lamanya. Ketika Subali mengetahui kelemahan
Mahesa Sura dan Lembah Sura, dia membenturkan kepala keduanya. Dari
benturan itu keluarlah darah merah dan putih. Melihat darah merah dan
putih mengalir bersama, Sugriwa yang berjaga di pintu gua kebingungan.
Ia mengira Subali tewas bersama musuh-musuhnya. Sugriwa segera
menutup pintu gua. Subali yang masih hidup terkejut pintu gua tertutup.
Dengan kesaktiannya dia dapat keluar dari gua, tetapi dia merasa sakit hati
terhadap kakaknya. Ketika di khayangan dia menemui kakaknya,
kakaknya yang tidak mengetahui adiknya masih hidup merasa menyesal.
Keduanya berselisih tetapi segera di tenangkan oleh Batara Narada. Kata-
kata Batara Narada menyejukan perselisihan keduanya. Dan akhirnya
keduanya berdamai.
- Kanjeng Kiai Sedayu dan Kanjeng Kiai Naga
Berkisah tentang asal mula pelana pusaka Yogyakarta yang dinamai
Kiai Sedayu dan Kiai Naga. Pusaka tersebut didapatkan Sri Sultan
Hamengku Buwono I dari hasil bertapa yang membawanya ke laut selatan.
Dan mendapatkan pusaka tersebut dari hasil gaib. Setahun sekali, pada
bulan Sura dua buah pusaka tersebut dibersihkan bersama dengan pusaka
lainnya. Untuk melaksanakan pembersihan tersebut, sebelumnya diadakan
sesaji dan doa kepada Tuhan. Adapun tujuan dari doa dan sesaji itu supaya
dalam bekerja dihindarkan dari bahaya dan gangguan yang mungkin akan
datang.
- Terjadinya Kedung Bolong
Berkisah tentang Pak Krama dan Bu Krama yang belum di karuaniai
anak. Mereka berdoa setiap saat agar dikaruniai anak. Akhirnya keinginan
mereka terkabul, mereka dikaruniai anak yang diberi nama Sidowayah.
Dia anak yang berbudi baik. Di desa Sidowayah terdapat kedung jernih
yang merupakan sumber kebutuhan warga. Suatu hari kedung tersebut
34
mengering, hal itu membuat susah kehidupan warga. Karena air yang
mengering salah seorang penduduk ada yang meninggal. Karena peristiwa
itu penduduk berunding dan disimpulkan bahwa pasti diantara penduduk
ada yang mengumpat atau membicarakan orang lain. Karena itu
merupakan larangan di kedung tersebut. akhirnya ada warga yang
mengakui perbuatannya. Karena musibah tersebut sesepuh desa mencari
petunjuk, didalam petunjuk tersebut sesepuh desa harus mengorbankan
anak laki-laki yang berbudi baik. Lalu karena tidak ada warga yang mau
mengorbankan diri, kemudian Sidowayah mengajukan diri. Orang tua
Sidowayah yang awalnya tidak setuju akhirnya menyetujui karena tekad
Sidowayah untuk menolong warga. Pada hari pengorbanan Sidowayah
dibawa ke tepian kedung yang mongering. Tiba-tiba kedung itu
mengeluarkan sepercik air. Kala Sidowayah sudah sampai tengah, air
tersibak membentuk lingkaran seperti terowongan bolong. Begitu sampai
ditengah, air memenuhi kedung dan Sidowayah lenyap. Kedung desa
Sampang itu kemudian diberi nama Kedung Bolong. Hal itu dikaitkan
ketika Sidowayah berjalan di tengah kedung air yang dilewatinya tersibak
membentuk terowongan bulat dan bolong.
- Mbok Randa Bintara dan Lurah Cakrajaya
Berkisah tentang Mbok Randa Bintara merupakan seorang janda
miskin yang mempunyai lima orang anak. Pada suatu hari datanglah Pak
lurah tamak yang menyuruh Mbok Randa untuk menyediakan seratus
bungkus nasi jika tidak akan diusir dari desa. Mbok Randa yang tidak
punya apa-apa kebingungan. Tiba-tiba datanglah pencari ikan yang
menawarkan ikannya ke mbok Randa sebagai lauk. Selain itu dia
menyuruh mbok Randa untuk membuat kupat dari janur yang berisi sebutir
beras. Mbok Randa percaya dan melakukan apa yang dikatakan si pencari
ikan tersebut. Semua itu ternyata bukan omong kosong belaka. Semua
kupat berisi nasi penuh, termasuk ikan lauknya dapat mencukupi
kebutuhan. Setelah semua siap, mbok Randa menuju tempat yang
ditunjukan lurah. Ketika pak lurah akan menyantap hidangan dia terkejut
karena ada emas di ikannya. Karena tamak Lurah Cakrajaya bertanya
35
kepada Mbok Randa siapa yang memberinya ikan. Ketika Lurah
Cakrajaya mengetahui asal usul ikan tersebut. Dicarilah pencari ikan
tersebut di sungai pinggir desa. Ketika bertemu dengan pencari ikan, dia
meminta dicarikan ikan yang ada emasnya. Ketika dicarikan oleh pencari
ikan menggunakan jala. Tiba-tiba benda yang terkena jala berubah jadi
emas. Lurah Cakrajaya girang hatinya. Akan tetapi, ketika dia mendekati
emasi itu kembali menjadi batu. Mengahadapi kejadian itu, Lurah
Cakrajaya sadar akan ketamakannya dan meminta maaf. Lalu Lurah
Cakrajaya bertanya pada pencari ikan siapakah dirinya. Ternyata pencari
ikan itu adalah Sunan Kalijaga. Karena Lurah Cakrajaya ingin bertaubat
dia ingin menjadi murid Sunan Kalijaga. Lurah Cakrajaya diterima
menjadi murid asalkan menjalankan perintah Sunan. Yaitu menunggu
tongkat yang ditancapkan oleh sunan sampai mengahadap kiblat. Dan
Cakrajaya tidak boleh pergi dari tempat sampai Sunan Kalijaga kembali
ke tempat ini. Tiga tahun lamanya amanat Sunan Kalijaga masih di jaga
Lurah Cakrajaya. Ketika Sunan Kalijaga kembali dia kesulitan mencari
muridnya karena pohon bambu yang lebat. Sehingga dia membakar hutan
yang ada di sekitar lurah Cakrajaya. Setelah api padam, tubuh Lurah
Cakrajaya menjadi hitam. Diterimalah Lurah Cakrajaya menjadi murid
Sunan Kalijaga dan diberi nama Geseng. Lurah Cakrajaya belajar agama
Islam dengan tekun dan dikenal sebagai Sunan Geseng. Setelah itu tempat
tinggal mbok Randa dikenal sebagai Desa Bintaran. Sedangkan bukit batu
tempat jala sutra Sunan Kalijaga dijatuhkan menjadi desa Jalasutra. Desa
Bintaran dan Jalasutra sekarang masuk wilayah Kabupaten bantul,
Yogyakarta.
- Dewi Candika
Berkisah tentang kayangan Kadewatan yang diserbu para raksasa.
Untuk melawan raksasa para Dewa menugaskan Dewi Candika yang
berparas cantik dan memiliki banyak kekuatan untuk melawan raksasa.
Ketika Dewi Candika bertemu dengan raksasa, mereka bertarung. Dari
pertarungan itu kalahlah Mahisa di tangan Dewi Candika. Tewasnya
Mahisa membuat gembira para dewa. Kisah Dewi Candika kemudian
36
diabadikan dalam wujus patung di Candi Prambanan dan diberi nama Lara
Jonggrang. Patung Dewi Candika digambarkan sebagao seorang dewi
dengan tangan sebanyak delapan buah dan semuanya membawa senjata,
antara lain trisula dan cakra.
- Ki Ageng Paker
Berkisah tentang Ki Wangsayuda yang diberi julukan Ki Ageng
Paker. Karena kebesaran hatinya dalam membantu orang lain di Desa
Paker. Dia adalah orang yang suka menolong sesame makhluk hidup.
Ketika dia menemukan burung milik Prabu Brawijaya. Tanpa dia ketahui
identitas si burung. Dia merawatnya dengan penuh kasih sayang. Ketika
Prabu Brawijaya mencari burungnya yang hilang. Dia menemukan
burungnya dirawat oleh Ki Wangsayuda dan dia meminta ijin untuk
mengambil burungnya yang hilang. Ki Wangsayuda yang tidak
mengetahui bahwa dia adalah Prabu Brawijaya mempersilahkan dengan
senang hati membawa burung tersebut jika betul dia pemiliknya. Prabu
Brawijaya terkesan dengan sikap santun Ki Wangsayuda. Dia
memperintahkan prajuritnya membawa hadiah berupa emas ke Ki
Wangsayuda. Hal itu didasarkan perbuatan baik Ki Wangsayuda kepada
siapa saja. Semenjak itu kehidupan Ki Wangsayuda menjadi terpandang
dan dihormati warga sekitarnya.
2). Legenda
- Kiai Jegot
Berkisah tentang Pangeran mangkubumi yang atau kanjeng Sultan
Hamengku Buwono 1 yang menginginkan Prabayeksa dibangun dengan
kayu jati yang kuat dan tua agar Prabayeksa dapat berdiri selama mungkin
kepada para penasehat. Dimana para penasehat menyetujui perintah
beliau. Kemudian para penasehat mengatakan kepada kanjeng Sultan
bahwa mereka akan mengirimkan abdi dalem untuk mengambil batang
kayu terbaik dari hutan karangasem, gunung kidul. Dimana hutan itu milik
kerajaan Ngayogyakarta, di sana terdapat pohon jati terbaik yang tumbuh
subur tetapi tak seorang pun berani mengusik dan menebang pohon karena
dijaga oleh makhluk halus dan binatan buas.kemudian kanjeng sultan
37
bertanya apakah para abdi dalem berani ke sana yang kemudian
disanggupi para abdi dalem karena perintah tersebut demi kemuliaan
kerajaan sehingga tidak ada alasan para abdi untuk tidak melaksanakan.
Tidak berselang lama para abdi berangkat menuju hutan
karangasem. Dimana para abdi sebelumnya melakukan puasa untuk
menyucikan hati agar dapat menghadapi semua rintangan. Dimana dalam
perjalanan ini terdapat perintah yang tidak boleh dilanggar dan wajib
dipatuhi. Ketika mereka sampai di hutan mereka mendapati hutan tersebut
angker dan banyak bintang buas. Sebelum melakukan penebangan mereka
memanjatkan doa bersama. Kemudian satu persatu pohon tua ditebang
sampai mereka menemukan pohon terbesar dan tertua. Tiba-tiba terdengan
suara bergaung di hutan tersebut yang membuat pemimpin abdi
memahami ada gejala yang tidak baik. Kemudian dia mengambil langkah
dan mengatakan “ jika engkau jin, jangan ganggu kami” kemudian jin
tersebut menjawab dia tidak akan mengganggu jika mereka memenuhi satu
syarat yang dia ajukan yaitu jika para abdi ingin menebang pohon itu jin
tersebut ingin jika pohon jati itu ditebang ia diperbolehkan untuk tetap
tinggal didalam pohon. Mendengar syarat jin yang bernama kiai jegot,
pemimpin abdi berkata jika dia harus menanyakan pada tuannya dahulu .
kemudian kanjeng sultan setuju setelah pemimpin abdi mengatakan
kepadanya dengan syarat kiai jegot harus menjaga kerajaan
Ngayogyakarta untuk selama-lamanya. Yang akhirny juga disetujui kiai
jegot. Singkat cerita, pohon ditebang kemudian digunakan untuk
pembangunan gedung Praba yeksa.Pembangunan Praba yeksa selesai,
bangunan tampak megah dan berwibawa. Tidak seorang pun yang berani
bertingkah tidak sopan di sana yang konon kiai jegot tetap menjalankan
titah raja hingga sekarang dengan menjaga Praba yeksa.
- Ki Pemanahan
Berkisah tentang Sultan Hadiwijaya yang berjanji kepada Ki
pemanahan untuk memberikan tanah pajang tetapi tak diberi-berikan
karena Sultan hadiwijaya takut aka nada kerajaan yang menyaingi
kerajaan. Atas saran dan nesehat Sunan kalijaga akhirnya diberikan tanah
38
pajang kepada ki pemanahan. Dimana sebelum itu ki pemanahan berjanji
pada Sultan untuk tidak menggangu kerajaan Sultan. Setelah pernyataan
itu ki pemanahan bersiap diri untuk membanguna tanah pajang yang
ternyata mendapatkan dukungan dari banyak orang dan juga anak raja.
Mereka lakukan perjalanan jauh dan mengalami suka duka hingga
akhirnya sampai. Yang dikemudian Mataran menjadi kerajaan besar
dibawah pimpinan Danang sutawijaya (anak sultan )yang berganti nama
menjadi Panembahan Senopati.
- Gunung Yang Berbau Harum / Imogiri
Berkisah tentang Sultan Agung sudah merasa uzur akan kemampuan
dan badan yang menginginkan untuk dikuburkan di Mekkah sebagai
pemeluk agama islam. Kemudian sultan melakukan perjalanan ke mekkah
dan menyatakan niatnya kepada Imam Sopini. Imam Sopini menyatakan
pendapat alangkah baiknya jika Sultan dikubur ditanah jawa saja. Untuk
menyelesaikan masalah tersebut ia mengambil sekerat tanah yang
diberikan kepada Sultan untuk menggelindingkannya dan mengikuti
kemanapun bola tanah itu bergerak. Jika berhendti maka tempat itulah
sebagai tempat makam Sultan. Kemudian sultan menggelindingkan bola
tanah itu dan sampailah ketanah jawa. Pada suatu waktu bola itu berhenti
ke sebuah desa yang banyak semut yang membuat Sultan berpikir apakah
ia akan dikuburkan disini tenyata bola menggelinding kembali, sebelum
itu Sultan bersabda jika desa itu diberi nama desa semutan. Kemudian
Sultan melanjutkan perjalanan yang bola tanah itu berhendi kembali didesa
kembang sore. Dimana Sultan menyatakan ketertarikan untuk tempat itu
tetapi bola kembali menggelinding ketempat yang lebih jauh, dimana
terdapat desa yang kekeringan kemudian Sultan mencancapkan pusaka
dan keluarlah air yang berlimpah.Akhirnya sesudah banyak tempat dilalui
bola tanah berhenti di tempat yang bernama merak yang tercium bau
harum dikawasan itu. Sultan pun kembali dan menyuruh Patih untuk
memesankan makam di Merak. Yang kemudian disanggupi pembuat
makam walaupun daerah makam tersebut banyak makhluk halus. Makam
tersebut sudah jadi dan megah. Dimana kelak tidak hanya Sultan Agung
39
yang dimakamkam melainkan keluarga Raja lainnya. Makam itu dinamaka
Imogiri, kabupaten Bantul, DIY. Imogiri berarti gunung yang berbau
harum.
- Putri Pembayun
Berkisah tentang Mataram yang berhasil mengalahkan mangir tanpa
perang dengan mengirimkan Putri Pembayun yang menyamar untuk
memikat Ki Ageng Mangir sampai jatuh cinta dan mengandung. Setelah
Putri Pembayun mengandung dan memasuki bulan akhir dia akhirnya
mengaku bahwa orangtuanya adalah Raja Mataram. Ki Ageng mangir
marah tetapi akhirnya reda dan mengantarkan Putri ke keluarganya saat
mereka bersujud kepada Raja Mataram. Raja Mataram menginjak kepala
Ki ageng mangir sampai mati.
- Dua Orang Sakti
Berkisah tentang Sela Prawening dan Syekh Maulana Ibrahim yang
sama –sama kuat dan brtanding untuk membuktikan siapa yang paling
kuat. Yang akhirnya diakui keduanya kalau mereka sama-sama kuat.
Keduanya kemudian hidup damai dan menghargai dengan mendirikan
padepokan baru diatas dan lereng bukit.
- Sebuah Desa Bernama Kasuran
Berkisah tentang perintah Sunan kalijaga yang melarang warga desa
kasuran untuk tidur diatas kasur. Hingga saat ini warga desa kasuran dan
penduduk pendatang tidak ada yang berani melanggar titah itu.
- Syekh Surbakti
Berkisah tentang Syekh Surbakti yang melawan jin untuk
pembukaan hutan karena perintah Sultan Agung. Kemudian jin tersebut
kalah dan Syekh Surbakti berhasil membuka hutan dan menjadi desa yang
maju dan diberi nama Sulang. Yang saat ini berada diwilayah kabupaten
bantul, utara pantai Parangtritis.
- Tumennggung Mertalaya
Berkisah tentang Perang yang dipimpin Tumenggung Mertalaya dan
Pangeran Purbaya untuk mengalahkan ibukota Wirasaba. Yang kemudian
Mataran menang. Atas kemengangan tersebut Tumenggung Mertalaya
40
diberi penghargaan dan kedudukan tinggi oleh Sultan Agung. Nama dan
keberanian tumenggung Mertalaya menjadi mitos bagi rakyat Yogyakarta
dari dulu hingga kini.
- Desa Kembang
Berkisah tentang Jaka Prayoga yang menangkap burung dan melepas
cinicn dikaki burung. Kemudian burung itu berubah menjadi gadis yang
rupawan.kemudian wanita itu menyuruh Jaka Prayoga untuk menjadikan
dia sebagai istri yang diberi nama kembang bulan karena kecantikannya.
Kemudian mereka menikah, Pada suatu hari datanglah pemuda, penjual
kain yang bernama Jaka Apus dan terpesona kembang bulan. Ia kemudian
menginap di rumah jaka Prayoga sampai suatu hari jaka Prayoga pergi
berburu dan Jaka Apus masih menginap. Kemudian dia membohongi
kembang bulan bahwa jaka prayoga terkena musibah dan mereka mencari
tapi tak kunjung ketemu. Kemudian Jaka Apus berbohong jika suaminya
sudah mati dan meminta kembang bulan untuk menjadi istrinya. Sadar
akan peristiwa yang menimpa dirinya kembang bulan menurut agar tidak
dibunuh. Singkat cerita Jaka prayoga dan mendapati istrinya tidak ada ia
diberitahu burung tentang kisah itu kemudian dia menyusun siasat dengan
bantuan burung untuk memberitahu kembang bulan. Setelah jaka apus
tertidur karena kunyit merah yang diberikan kembang bulan akhirnya jaka
prayoga membawa kembang bulan dan hidup bahagia di desa kembang,
kabupaten Kulon Progo.
- Karangwaru
Berkisah tentang Stawijaya yang diberi pohon yang memiliki
kelebihan karena budi pekertinya. Kemudian ia menamai daerah tersebut
Karangwaru. Dia mengingatkan nenek untuk membalas jasanya dengan
mengirimkan bunga selasih putih untuk diminum sutawijaya setiap malam
Jum’at kliwon.Setelah peristiwa itu Sutawijaya diangkat menjadi raja dan
diberi gelar panembahan Senopati. Hingga saat ini masyarakkat karang
waru masih mengirimkan bunga selasih putih ke makam sutawijaya.
Kriman bunga itu dipercaya sebagai bentuk kesetiaan akan janji
leluhurnya.
41
- Blunyah
Berkisah tentang petani yang menjadi bawahan pengusaha belanda
yang suatu hari para petani meninggalkan pekerjaan karena musim
panen.tetapi hingga lamanya para buruh petani tidak kembali hingga
pengusaha bertanya ke mandor yang dijawab mereka akan kembali jika
panen sudah selesai. Tetapi pengusaha tidak paham keadaan dan
menyuruh istrinya Tanya ke mandor yang selalu dijawab mandor
“ belum,Nyah” .karena pertanyaan dan jawaban itu terjadi berulang-ulang
kemudian pengusaha memanggil mandor Pak BelumNyah. Ketika pak
belum Nyah meninggal nama itu diabadikan menjadi nama kampung
tempat dimana para buruh kasar tinggal. Di Yogyakarta saat ini kampung
tersebut disebut Blunyah.
- Desa Itu Bernama Butuh
Berkisah tentang Ki ageng pemanahan yang meminum air buah
kelapa gagak emprit yang seharusnya di minum Ki ageng Giring.
Menyadari kesalahannya dia meminta maaf kepada ki ageng giring yang
kemudian diterima permohonan maaf adiknya oleh Ki ageng giring .
kemudian ki ageng giring berkata karena kau telah meminum minuman itu
maka Wahyu keraton telah jatuh kepada ki ageng pemanahan. Tetapi ki
Agung Giring meminta supaya keturunan yang menjadi Raja bukan
keturunan Ki Ageng Pemanahan karena sebetulnya Ki Ageng Giring ang
menjadi Raja. Tetapi dikemudian hari yang menjadi Raja adalah
Keturunan Ki Ageng Pemanahan. Desa tempat bertemunya kakak beradik
itu diberi nama Butuh. Di sesuaikan dengan peristiwa yang terjadi yang
berembug membutuhkan Wahyu Keraton. Kelak Butuh menjadi sebuah
desa di Gunung kidul, Yogyakarta
3). Fabel
- Burung Gagak Berbulu Burung Merak
Berkisah tentang keinginan burung gagak untuk mempunyai bulu
warna-warni seperti burung merak. Karena keinginanya dia
mengorbankan berutu-nya untuk dimakan oleh rase dengan imbalan
mendapatkan bulu-bulu merak. Setelah dia mendapatkan bulu-bulu merak
42
dia menempelkan bulu-bulu ke tubuhnya. Dia mendatangi rombongan
burung merak dan mengaku sebagai bagian rombongan tersebut.
Rombongan merak tidak percaya dan mematuki burung gagak hingga
kesakitan. Kemudian burung gagak mendatangi rombongannya dan
mengaku sebagai ketua mereka tetapi para gagak tidak percaya karena bulu
gagak yang warna-warni. Mereka mengusir dan mematuki burung gagak.
Sakit ditubuh burung gagak semakin bertambah. Darah ditubuhnya
mengalir tanpa henti. Akhirnya, burung gagak berbulu merak itu mati.
- Kera dan Buaya
Berkisah tentang sekawanan buaya yang kesulitan mencari mangsa.
karena kijang, rusa, dan babi hutan tidak menampakkan diri. Hal itu karena
harimau yang tiba-tiba hendak menerkam ketika merek sedang minum di
pinggir air sungai. Para buaya kebingungan mencari mangsa mereka,
kemudian salah satu buaya memberi ide untuk memakan kera yang sering
menyebrang sungai. Pemimipin buaya mempunyai rencana menjadi salah
satu batu hitam yang sering dijadikan pijakan kera untuk menyebrangi
sungai. Ketika kera akan menyebrangi sungai buaya memulai aksi
penyamarannya. Kera yang cerdik sampai di pinggir sungai dan melihat
jumlah batu yang bertambah satu. Dia berpikir sesaat dan menyadari
bahwa yang menjadi batu terakhir adalah buaya. Kera santai melompat ke
batu-batu tersebut hingga tiba di batu terakhir dia berhenti. Dia bertanya
ke batu terakhir kenapa dia diam saja ketika akan dilompati kera dan
menanyakan apakah kera ada salah dengannya. Tetapi batu yang tiada lain
buaya hanya diam. Kemudian kera menanyakan lagi apakah batu sedang
susah kemudian batu yang tiada lain buaya menjawab. Kera kemudian
mengetahui bahwa itu adalah buaya yang menyamar. Buaya yang
mengetahui penyamarannya terbongkar karena berbicara akhinya
mengaku kalah kepada kera dan meninggalkannya. Kemudian kera
melanjutkan perjalanannya mencari makanan.
- Kucing Kurus dan Kucing Gemuk
Berkisah tentang kucing kurus bernama cemani yang dipelihara oleh
nenek yang sudah janda. Dia dipelihara dan diberi makan oleh nenek. Pada
43
suatu hari cemani bertemu dengan kucing gemuk. Dia bertanya ke kucing
gemuk bagaiman tububnya gemuk dan berseri-seri. Kucing gemuk
menjawab jika dirumah tuannya banyak tikus dan daging. Kemudian
cemani cerita jika di rumahnya tidak ada banyak tikus karena rumah
tersebut kecil dan tidak banyak ada makanan. Kucing gemuk merasa
kasihan kepada cemani dan mengajaknya ke rumah tuannya. Cemani
merasa ragu dan harus minta ijin ke tuannya dulu. Mereka pulang ke rumah
tuannya masing-masing. Cemani pulang dengan wajah lesu, nenek
kemudian bertanya mengapa cemani lesu dan memintannya untuk cerita.
Cemani yang merasa tak enak hati kemudian meminta ijin untuk tinggal
dengan tuannya kucing gemuk. Karena dia ingin merasakan makan enak
dan berlimpah. Nenek yang sedih menasehati jika harusnya cemani
bersyukur masih bisa makan dengan hasil yang jujur. Nenek menghargai
keputusan cemani dan mempersilahkannya pergi. Ketika cemani berada di
tempat kucing besar dia diajak mencuri makanan oleh kucing besar.
Cemani menyadari kesalahannya dan kembali ke Nenek yang
menyambutnya dengan suka cita.
- Kecerdikan Seekor Penyu
Berkisah tentang seekor penyu menolong kera yang tenggelam.
Kemudian mereka tinggal bersama dan bersahabat. Hingga suatu hari
penyu melihat sebatang pohon pisang yang hanyut dan membawanya ke
daratan. Pohon pisang dibagi menjadi dua karea permintaan kera. Penyu
menanam bagian pangkal, kera menanam bagian ujung yang berdaun.
Mereka berlomba mana yang berbuah lebih dulu. Mereka rajin merawat
tanaman, hingga punya penyu berbuah sedangkan punya kera mati. Kera
yang iri, mulai memperlihatkan peringainya dengan mengambil buah milik
penyu tanpa izin. Penyu mengingatkan kera untuk izin terlebih dahulu.
Tetapi kera mulai mencuri buah milih penyu. Penyu yang sudah tidak
tahan melaporkan ke raja hutan harimau. Harimau menemui kera dan
menerkamnya. Kabar kera diterkam harimau sampai ditelinga rombongan
kera laiinya. Sebagian dari mereka menyalahkan penyu dan
mendatanginya. Mereka ingin membakar penyu hidup-hidup. Tetapi
44
penyu yang cerdik berkata jika dia dibakar dia akan bertambah kuat. Para
kera tidak jadi membakar penyu dan membawa penyu ke sungai.
Kemudian penyu berkata jika dia akan mati jika dilemparkan ke laut. Kera
yang percaya melemparkan penyu ke sungai. Selang beberapa detik penyu
menampakkan kepalanya di permukaan sungai dan mengatakan bodoh
kepada kera yang tidak mengetahui kalau dari dulu penyu hidupnya di
sungai. Kera yang menyadari kebodohannya hanya terpana. Penyu
mengatakan jika dia akan mencari teman yang tulus bukan yang pura-pura
tulus seperti kera.
- Kisah Rajawali dan Udang Besar
Berkisah tentang kecongkakan Rajawali karena kesempurnaan
fisiknya. Ia kemudian diingatkan oleh burung wallet. Rajawali yang tidak
terima kemudian bertanya siapa yang lebih hebat dari dirinya. Wallet
kemudian menyuruh rajawali untuk terbang ke tengah laut. Rajawali yang
penasaran mengikuti saran wallet tetapi tidak menemukan siapapun
disana. Rajawali kelelahan tetapi tidak ada tempat untuk bertengger. Ia
kemudian melihat dua buah ranting besar mengapung dan hinggap
diatasnya. Rajawali kesal akan saran wallet tetapi dia kemudian dikejutkan
oleh ranting yang tiba-tiba bergerak. Kemudian disusul oleh suara yang
keras,”siapa gerangan berani hinggap di sungutku?”. Arajawali yang
terkejut kemudian meninggalkan tempat dan kebingungan. Melihat
rajawali yang kebingungan, si sungut yang ternyata udang besar merasa
hebat dan congkak. Wallet yang melihat kejadian itu berkata ke udang
bahwa kecongkakan rajawali ke udang. Wallet mengingatkan jika masih
ada hewan yang lebih hebat dari udang. Udang yang merasa hebat bertanya
siapakah binatang itu. Wallet memberitahu dia di selatang. Berenanglah
udang ke selatan , dia berenang tapi tidak menemukan apa-apa. Ia mulai
ragu-ragu hingga akhirnya dia menemukan pulau besar tidak jauh darinya.
Udang mengelilingi pulau tersebut sampai menemukan gua. Dia masuk ke
dalamnya dan mendengar suara menggelegar di dalam gua. Tanpa sengaja
udang menusuk dinding gua. Tiba-tiba dinding gua bergetar, kemudian
udang terpental keluar gua karena suara bersin dalam gua. Udang
45
kesakitan karena punggungnya terluka dan tulangnya patah. Wallet yang
mendengar erangan udang menghampirinya. Udang bertanya pada wallet
siapa yang melemparkannya. Wallet menjawab itu bukan gua tetapi
hidung ikan paus yang di masuki udang. Wallet memberi nasehat pada
udang bahwa ada binatang yang lebih hebat darinya. Kita harus
merendahkan hati kita dan tidak boleh congkak.
- Kisah Rusa Menjadi Bertanduk
Berkisah tentang kuda yang sombong karena memiliki tanduk yang
kuat dan kelebihan fisik lainnya. karena kesombongannya kuda tidak
disukai hewan lainnya. Pada suatu hari hewan-hewan melaporkan
kesombongan ke raja hutan. Raja hutan tidak bisa melawan kuda karena
tanduknya. Kemudian harimau mengetahui bagaimana mengalahkan
harimau yaitu menggunakan otak. Tetapi harus ada yang mau berkorban
untuk itu. Seluruh binatang yang menghadap tidak ada yang berani
berkorban hingga rusa mengajukan diri. Rusa meminta pertolongan kera
untuk membantunya. Konon rusa dan kera segera berunding mencari akal.
Ide yang muncul yaitu mengikat tanduk kuda selagi kuda tertidur pulas.
Rencana dijalankan ketika kuda merumput, rusa dan kera memberikan
perasan kunyit merah pada rumput yang dimakan kuda. Sesaat kemudian
kuda tertidur, saat itu rusa dank era mengikat tanduk kuda. Kemudian kera
beraksi seakan-akan harimau mengejarnya, hal itu membuat kuda kaget
dan lari. Akan tetapi tanduk kuda yang diikat akhirnya tanggal. Kuda
kebingungan dan melanjutkan lari agar tidak dikejar harimau. Rusa dan
kera menghadap raja hutan dengan membawa tanduk kuda. Dihadapan
binatang lain harimau memberikan pujian kepada rusa dan kera. Kemudian
harimau memberikan tanduk ke rusa. Tetapi rusa tidak mau menerimanya
sendiri karena dia menjalankan rencan dengan kera. Kera tidak mau
menerima tanduk kuda sehingga tanduk tersebut akhirnya diserahkan ke
rusa. Tanduk di pasangkan pada kepala rusa yang menjadi gagah dan
berwibawa. Sementara itu kuda yang sombong mengetahui kalau telah
kena perdaya rusa dan kera. Dia malu ke seluruh binatang di hutan dan
memilih tinggal di desa.
46
- Kijang dan Lintah
Berkisah tentang kijang yang melihat lintah yang sedang berjalan
membungkuk-bungkuk pada selembar rumput. Kijang menertawakan
gerak-gerik lintah. Keduanya beradu mulut, hingga kijang mengajak lintah
untuk ada cepat ke gunung merapi. Tantangan kijang disanggupi oleh
lintah. Pertandingan pun segera dimulai. Kijang melewati padang ilalang,
lembah dan bukit. Ia mengatur nafas dan bertanya lintah dimana kau.
Lintah menjawab ya, ada apa kawan. Begitu seterusnya sampai di puncak
Gunung Merapi. Kijang yang sudah kehabisan tenaga bingung. Bagaimana
bisa lintah berdiri tegak didepannya dengan segar bugar. Kijang yang
heran lalu bertanya pada lintah kenapa dia bisa sampai bersamaan dengan
kijang dan masih segar bugar. Lintah lalu menjawab dengan tersenyum
bahwa dia menggunakan akal yang diberikan tuhan padanya. Janganlah
merendahkan makhluk lain yang lemah dan tanpa daya. Jika makhluk
berotot hanya menggunakan ototnya, maka ia pasti kalah oleh makhluk
sepertiku yang hanya punya akal. Lintah menjelaskan jika selama
pertandingan dia menempel di dekat telinga kijang. Sehingga dia berseru
menjawab pertanyaan kijang. Selain itu lintah yang masih segar bugar
selama pertandingan menghisap darah kijang. Kijang hanya mengangguk-
angguk dalam hati dia mengakui kecerdikan lintah. Ia berjanji tidak akan
merendahkan makhluk lain.
- Kunang-kunang Kelip dan Impiannya
Berkisah tentang anak kunang-kunang yang bernama kelip. Dia
selalu menyendiri dan melamunkan sesuatu. Sedangkan saudara-
saudaranya terbang riang gembira. Saudaranya menanyakan ke kelip
kenapa setiap hari dia hanya melamun. Kelip yang tidak suka ditanyai
saudaranya menyuruh dia pergi. Waktu demi waktu berlalu kelip masih
suka melamun dan melihat ke atas langit. Dia bahkan lupa makan dan
minum. Hal itu menyebabkan kekhawatiran ayah dan ibunya. Akhirnya
ayahnya bertanya kenapa kelip suka melamun. Kelip menjawab bahwa dia
ingin terbang menuju Bintang Panjar Sore. Ayahnya mengingatkan
bagaimana dia kuat terbang jika tidak pernah makan dan minum. Ayahnya
47
mengingatkan cita-cita kelip terlalu tinggi. Bagaimana mungkin kelip yang
memiliki sayap kecil bisa terbang ke sana. Tetapi kelip tidak
mendengarkan perkataan ayahnya dan mulai tenggelam di pikirannya lagi.
Setiap sore, kelip terbang setinggi-tinggi, tetapi sayap kecilnya tidak
selaras dengan mimpimya. Ketika kelip sampai di langit yang tinggi,
sayapnya lemas. Akhirnya, jatuh ke tanah. Setiap malam kelip terus
mengulang kelakuannya. Karena terlalu sering jatuh, sayap kelip rusak dan
dia mulai lumpuh. Keinginan kelip masih berlanjut, karena sudah lumpuh
kelip hanya bisa berseru-seru memanggil Bintang Panjar Sore. Demikian
setiap malam dia berteriak sampai mengigau. Setelah lama sakit, kelip
mati dengan penuh duka lara karena impiannya tidak tercapai. Sebaliknya
saudara-saudaranya mati dengan hati bahagia di usia tuannya karena
mereka tidak pernah bermimpi terlalu tinggi.
f. Nyanyian Rakyat
Nyanyian Rakyat atau disebut tembang berbahasa jawa memiliki
nilai-nilai luhur budaya nasional, salah satunya tembang dolanan anak.
Menurut Kartini, n.d mengemukakan bahwa tembang dolanan anak
sebagai sumber pembentukan watak dan budi pekerti. Berikut beberapa
tembang dolanan yang mengandung nilai budi pekerti:
- Sluku-sluku Batok
- Ilir-ilir
- Padhang Bulan
- Jaranan
- Menthok-menthok
- Gundul-gundul Pacul
- Dhondhong Apa Salak
2. Folklore Sebagian Lisan
a. Kepercayaan Rakyat (Takhayul)
Kepercayaan takhayul dalam (https://setiawaneko81.wordpress.com)
dijelaskan, antara lain:
- Jika seseorang meninggal pada hari jumat maka kerabatnya akan ikut
terbawa meninggal pada hari berikutnya. Ini hanya sekedar mitos,
48
Sebetulnya menurut syariat Islam meninggal pada hari jumat adalah suatu
kemuliaan.
- Apabila seseorang melihat binatang ular memotong perjalananya maka
akan celaka jika perjalanannya diteruskan.
- Memulai sebuah bisnis pada hari jumat akan menuai bencana.
Persepsi ini juga merupakan sebuah nasehat untuk kita, karena jika kita
melakukan bisnis pada hari jumat maka kita akan meninggalkan sholat
jumat yang lebih penting dari bisnis, dan kita akan mendapat dosa dan
itulah yang dimaksud dengan bencana tersebut.
- Apabila ada yang melahirkan pada hari jumat tanggal 13, maka sepanjang
hidup anaknya akan selalu dilingkupi kesialan.
- Apabila pada hari raya kita menyapu halaman maka rizkinya akan terbawa.
Pada mitos ini kita dapat memetik manfaatnya yaitu jika pada hari raya
kita menyapu maka tamu yang datang merasa tidak nyaman.
- Apabila anda mengganti tempat tidur pada Jumat tanggal 13, maka akan
bermimpi buruk sepanjang malam.
- Rumah yang berada di pertigaan dan menghadap lurus jalan raya akan
membawa aib bagi penghuninya. Mungkin pesan yang dapat diambil dari
mitos ini adalah agar kita tidak membuat rumah di pertigaan jalan, hal ini
disebabkan karena ditampat-tempat tersebut rawan kecelakaan.
- Orang yang membului ayam dilarang berbicara karena dipercaya akan
menumbuhkan bulu-bulunya kembali. Dari mitos ini dapat di ambil
manfaat kalau kita sedang melakukan apapun tidak boleh sembari ngobrol
karena pekerjaan itu akan lama selesainya.
- Jika terdengar suara katak masyarakat mempercayainya bahwa akan
segera turun hujan
- Jika ada tamu yang terlalu lama bertamu dapat dipaksa pergi dengan
membawa ulegan dihadapan orang tersebut. Dari mitos ini dapat
disimpulkan bahwa jika kita melakukan pekerjaan diwaktu orang lain
bertamu maka orang tersebut akan mersa tidak nyaman dan akan pergi
dengan sendirinya.
49
b. Permainan Rakyat
Menurut Hamzuri dan Siregar (1998), Permainan tradisional adalah
permainan yang dilakukan dengan berpegang teguh pada norma dan adat
kebiasaan yang ada secara turun temurun dan dapat memberikan rasa puas
atau senang bagi si pelaku.
Macam-macam permainan rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta dalam
(www.jogjaicon.blogspot.co.id):
- Gotri Legendri, salah satu permainan yang sudah punah. Cara bermain
anak-anak berjongkok di tanah. Mereka saling menggilirkan batu ke
sebelahnya sambil menyanyikan lagu, kemudian yang mendapatkan batu
terakhir dia yang menjadi kodok.
- Bethet Thing Thonh
Bethet thing thonh legendary gong
Gonge ilang
Cam cao gula batu kedhawung ilang
- Boy-boy an
Pemain berusaha melemparkan tumpukan pecahan genting dengan bola
kasti atau tenis. Satu orang berusaha mencegahnya.
- Udan Barat
Permainan menggunakan gacuk, bisa dari pecahan genteng atau kereweng.
Dimainkan dengan melemparkan batu ke garis, yang paling deket dengan
garis dia yang mulai main. Gacuk dipasang di kaki, kemudian orang
berjalan jingkat-jingkat dengan gacuk terpasang disatu kaki. Yang kalah
menggendong yang menang, dari garis ke garis.
- Bethik
Permainan menggunakan dua batang kayu besar dan kecil. Pemain
berusaha mencungkil kayu kecil dari sebuah lubang. Jika pemain lawan
tidak bisa menangkapnya, maka lanjut ke level selanjutnya yaitu patil lele.
- Tawonan
Permainan berkelompok. Dimainkan dengan membuat lingkaran besar
ditanah tempat memenjarakan pemain lawan yang tertangkap
50
- Ancak-ancak Alis, permainan yang bisa dimainkan laki-laki dan
perempuan. Dimainkan secara beramai-ramai. Cara bermain : dua orang
anak menggabungkan kedua tangan mereka dan diangkat tinggi-tinggi
agar bisa dilewati temannya. Kemudian anak-anak lain membuat
rangkaian dan melewati kedua tangan tadi.
- Jek-jekan
Dimainkan berkelompok. Masing-masing pemain berusaha menyentuh di
tiang lawan. Pemain yang baru saja menyentuh tiang sendiri jika dia
menyentuh lawan, maka lawan akan dipenjara ditiang milik dia. Istilahnya,
tuwo-tuwonan.
- Engklek
- Jamuran
- Ancak-ancak alis
- Cublak-cublak suweng
- Sepak sekong
- Dhingklik oglak-aglik
- Subyung
- Bekelan
- Congkak
c. Teater Rakyat
- Krumpyung
adalah salah satu teater rakyat yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kesenian yang berupa drama tari topeng ini bersifat humor yang
menceritakan tentang kehidupan masyarakat sekitar. Pertunjukan diawali
dengan memperkenalkan seluruh pemain ke arena pentas dengan iringan
music dan penari.pertunjukan menggunakan dialog dan penari dan diiringi
musik (www.uun-halimah.blogspot.co.id)
- Wayang
Wayang dalam bentuk asli merupakan kreasi budaya orang Jawa yang
berisi berbagai aspek kebudayaan Jawa. Orang Jawa gemar menonton
Wayang karena ceritanya berisi pelajaran-pelajaran hidup yang sangat
berguna yang dapat dijadikan pedoman dan tuntutan di dalam menjalani
51
hidup di masyarakat. Macam-macam Wayang, antara lain: wayang kulit,
wayang wong, wayang thengul/wayang golek, wayang klithik.
- Langen Mandra Wanara
Merupakan kombinasi antara berbagai jenis tarian, tembang, drama, dan
irama gamelan. Karakteristik tarian ini adalah penarinya berdiri dengan
lutut atau jengkeng sambil berdialog atau menyanyi. Cerita langen mandra
wanara mengambil kisal dari Ramayana dengan lebih banyak
menampilkan kera.
- Kethoprak
Kethoprak adalah kesenian tradisional yang penyajiannya dalam bahasa
jawa ceritanya bermacam-macam berisi dialog tentang sejarah sampai
certa fantasi.
- Karawitan
Musik gamelan tradisional Jawa yang dimainkan oleh sekelompok Wiyaga
dan diiringi oleh nyanyan dari Waranggono dan Wiraswara.
(https://wismabahasa.wordpress.com)
d. Tari Rakyat
Macam-macam Tari yang ada di masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta
dalam (www.macam2budayaindonesia.blogspot.co.id):
- Tari Serimpi, jenis tari yang diperagakan empat putri. Di kalangan istana
Yogyakarta tari Serimpi dijadikan sebagai tari klasik dan dianggap pusaka
Kraton. Tari Serimpi digolongkan menjadi Serimpi Babu I Layar, Serimpi
Dhempel, Serimpi Genjung. Macam-macam tari Serimpi: Tari Serimpi
Cina, Tari Serimpi Padhelori, Tari Serimpi Pistol, Tari Serimpi Merak
kasimpir, Tari Serimpi Renggawati, Tari Serimpi Pramugari, Tari Serimpi
Sangopati, Tari Serimpi Anglirmendhung, Tari Serimpi Ludira madu.
- Tari Bedhaya, jenis tari yang diperagakan 9 wanita. Tarian ini ditarikan
oleh wanita yang belum menikah saja. Tari Bedhaya termasuk tarian putri
yang halus, luhur, serta adiluhung, indah dan ritual. Melalui tari ini
ditanamkan pendidikan tentang etika,estika dan kehalusan budi pekerti.
Tarian ini menggambarkan tentang pertikaian antara dua hal yang
bertentangan antara baik dan buruk, antara benar dan salah. Tari bedaya
52
disakralkan jika disajikan sebagai pertunjukan maka harus diberlakukan
ke beberapa ketentuan yang harus dipenuhi.
e. Pesta Rakyat
Pesta yang ada di masyarakat Jawa, yaitu: Sekaten adalah acara peringatan
ulang tahun Nabi Muhammad SAW yang diadakan pada setiap tanggal 5 bulan
Jawa di alun-alun Surakarta dan Yogyakarta.
(www.wikipedia.org)
f. Upacara Adat
Upacara Adat yang terkenal, antara lain (www.wikipedia.org):
- Tumplak Wajik
Adalah upacara pembuatan Wajik untuk mengawali pembuatan pareden yang
digunakan dalam upacara Garebeg.
- Garebeg
Adalah upacara yang diadakan tiga kali dalma satu tahun kalender. Pada hari
itu Sultan berkenan mengeluarkan sedekahnya kepada rakyat senagao
perwujudan syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan.
- Sekaten
Merupakan upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh hari. Upacara ini
sebagai perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad.
- Upacara Siraman
Upacara yang dilakukan dalam rangka membersihkan maupun merawat Pusaka
Kerajaan yang dimiliki.
3. Folklore Bukan Lisan
a. Arsitektur Rakyat
Adalah suatu bangunan atau tempat tinggal ciptaan manusia dan
pembuatannya diwariskan secara turun-temurun untuk melakukan
aktivitas mereka (lms.jogjabelajar.jogjaprov.go.id).
Bangunan bersejarah di Yogyakarta, antara lain: Benteng Baluwerti
Keraton Yogyakarta, Museum Benteng Vredeburg, Situs Gembirowati,
Hotel Inna Garuda, Keraton Ngayogyakarta hadiningrat, Museum
Sasmitaloka Panglima Besar jenderal Sudirman, Museum Sonobudoyo,
53
Stasiun Lempuyangan, Stasiun Yogyakarta, Taman Sari Yogyakarta
(www.wikipedia.org)
b. Kerajinan Tangan
Beberapa kerajinan yang ada di Yogyakarta (www.blog.qlapa.com):
- Batik jogja
- Blangkon Jogja
- Wayang Jogja
- Kerajinan Perak
- Gerabah
c. Pakaian/ Perhiasan Tradisional
Berikut berbagai jenis pakaian adat Yogyakarta, dalam Wibowo, dkk
(1990) dari www.kebudayaanindonesia.net:
- Pakaian Abdi Dalem
Adalah seluruh pegawai atau karyawan keraton, yang umumnya tinggal di
sekitar keraton. Pakaian mereka terdiri dua macam, yakni Sikep Alit dan
Langenarjan.
- Pakaian Dinas
Terdiri dari tiga jenis, yaitu Pakaian Ageng, Pakaian Pethok, dan Pakaian
Pethok.
- Pakaian Prajurit Jagakarya
Mengenakan seperangkat pakaian celana lurik ogal-agil, baju dalam warna
oranye, sepatu pantofel dari kulit warna biru tua, baju sikepan dari kain
lurik, mengenakan sarung tangan warna biru tua, mengenakan ikat kepala
hitam dan topi model “celeng mogok”.
- Pakaian Manggala Yudha
- Pakaian Mantirejo
- Pakaian Prajurit Bugis
- Pakaian Prajurit Patangpuluh
d. Obat-obatan Tradisional
obat-obatan yang digunakan sebagai ramuan tradisional masyarakat Jawa,
antara lain (www.digdayaningtanahjawa.blogspot.co.id):
54
- Andong Merah, akar dan daunnya untuk obat diare, gangguan saluran air
seni.
- Awar-awar, untuk obat bisul
- Bambu Kuning, mengatasi bekas luka
- Belimbing manis, mengatasi Infeksi Saluran Pernapasan
- Bugenvil, bunganya berkhasiat sebagai obat sakit nyeri haid
- Bakung, untuk obat eksim
- Bunga Mawar, Untuk mengobati jerawat dan haid yang tidak teratur
- Cakar Ayam, obat kanker paru-paru
- Cocor Bebek, menyembuhkan demam
- Ciplukan, untuk obat batuk rejan
- Jarak Pagar, mengobati jamur pada kaki
- Lidah buaya, Untuk perawatan rambut, penghalus kulit, mengobati luka
bakar
- Tomat, Menghaluskan kulit wajah
- Pecut kuda, Untuk obat amandel
- Patah tulang, Sebagai obat luka
e. Masakan dan Minuman Tradisional
Berikut beberapa makanan khas Yogyakarta yang merupakan warisan dari
para leluhur: Bakpia Pathok, Geplak, Kipo, Yangko, Kue Kembang Waru,
Jadah Tempe, Peyek Kacang, Pecel dan Gudeg.
(www.jenismakanantradisional.blogspot.co.id)
F. TINJAUAN INTERIOR
1. Hubungan Antar Ruang
Hubungan antar ruang diatur berdasarkan konsep hubungan ruang yang
digunakan pada saat menentukan zonasi tata letak (layout) perancangan
interior. Model aplikasi hubungan antar ruang di dalam ruang ini, yaitu
sebagai berikut (Wicaksono dan Tisnawati, 2014: hal 55):
- Ruang di dalam ruang
Sebuah ruangan yang lebih kecil dapat dimasukkan ke ruangan yang lebih
besar. Dengan syarat ruang yang lebih besar berukuran dua kali lipat dari
ruangan yang lebih kecil.
55
- Ruang-ruang yang saling berkait (interlocking)
Dua buah ruang yang dapat dihubungkan dengan menggabungkan satu
atau dua sisi kedua ruang tersebut.
- Ruang-ruang yang bersebelahan
Apabila luas kedua ruangan berukuran hampir sama besar, kedua ruangan
dapat dihubungkan dalam bentuk ruang-ruang yang bersebelahan.
- Ruang-ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama
- Menghubungkan kedua ruangan dengan membuat sebuah ruangan
lainnya yang berfungsi sebagai ruang bersama.
2. Organisasi Ruang
Dalam (remigius.staff.gunadarma.ac.id/M67.pdf) dijelaskan jenis-jenis
ruang antara lain:
- Organisasi terpusat:
Sebuah ruang dominan yang terpusat dengan pengelompokan sejumlah
ruang sekunder. Dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang
luas dan dominan. Ruang pemersatu terpusat pada umumnya berbentuk
teratur dan ukurannya cukup besar untuk menggabungkan sejumlah ruang
sekunder di sekelilingnya. Pola sirkulasi dan pergerakan dalam suatu
organisasi terpusat mungkin berbentuk radial, loop, atau spiral.
Gambar II.6. Ruang di dalam ruang
Sumber: Wicaksono, 2014
Gambar II.7. Interlocking
Sumber: Wicaksono, 2014
Gambar II.8. Ruang-ruang
bersebelahan
Sumber: Wicaksono, 2014
Gambar II.9. Ruang-ruang yang
dihubungkan bersama
Sumber: Wicaksono, 2014
56
- Organisasi Linear:
Suatu urutan dalam satu garis dan ruang-ruang yang berulang. Ruang-
ruang ini dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang lain atau
dihubungkan melalui linear yang berbeda dan terpisah. Derajat
kepentingan ruang ditegaskan melalui ukuran, bentuk, maupun lokasinya.
Bentuk organisasi linear bersifat fleksibel dan dapat menanggapi terhadap
bermacam kondisi dan bentuk tapak. Bentuknya dapat lurus, bersegmen,
atau melengkung.
- Organisasi Radial:
Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisasi ruang-ruang linear
yang berkembang menurut arah jari-jari. Organisasi radial adalah sebuah
bentuk yang ekstrovert yang mengembang keluar lingkupnya. Variasi
tertentu dari organisasi radial adalah pola baling-baling. Susunan ini
menghasilkan pola dinamis yang secara visual mengarah pada gerak
berputar mengelilingi ruang pusatnya.
- Organisasi Cluster:
Gambar II.10. Organisasi terpusat
Sumber: remigius.staff.gunadarma.ac.id
Gambar II.11. Organisasi linear
Sumber: remigius.staff.gunadarma.ac.id
Gambar II.12. Organisasi radial
Sumber: remigius.staff.gunadarma.ac.id
57
Kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan atau bersama-sama
memanfaatkan satu ciri atau hubungan visual. Ruang-ruang cluster dapat
diorganisir terhadap suatu titik tempat masuk ke dalam bangunan atau
sepanjang alur gerak yang melaluinya. Ruang-ruang dapat dikelompokkan
berdasarkan luas daerah atau volume ruang tertentu atau dimasukkan
dalam suatu daerah atau volume ruang yang telah dibentuk.
- Organisasi Grid:
Organisasi ruang-ruang dalam daerah struktural grid atau struktur tiga
dimensi lain. Suatu grid di dalam arsitektur paling sering dibangun oleh
sistem struktur rangka dari kolom dan balok. Kekuatan mengorganisir
suatu grid dihasilkan dari keteraturan dan kontinuitas pola-polanya.
3. Pola Sirkulasi
Dalam (remigius.staff.gunadarma.ac.id/M23.pdf) dijelaskan jenis-jenis ruang
antara lain:
- Sirkulasi Tertutup
Membentuk galeri umu atau koridor pribadi yang berkaitan dengan ruang-
ruang yang dihubungkan melalui pintu-pintu masuk pada bidang dinding.
Gambar II.13. Organisasi cluster
Sumber: remigius.staff.gunadarma.ac.id
Gambar II.14. Organisasi grid
Sumber: remigius.staff.gunadarma.ac.id
Gambar II.15. Sirkulasi tertutup
Sumber: remigius.staff.gunadarma.ac.id
58
- Sirkulasi terbuka pada salah satu sisinya
Membentuk balkon atau galeri yang memberikan kontinuitas visual dan
kontinuitas ruang dengan ruang-ruang yang dihubungkannya.
- Sirkulasi terbuka pada kedua sisinya
Membentuk deretan kolom untuk jalanlintas yang menjadi sebuah perluasan
fisik dari ruang yang ditembusnya.
4. Furnitur
Menurut Wicaksono, dkk (2014) furniture mencakup segala jenis
perabot yang digunakan dalam desain interior, seperti meja, kursi, lemari,
credenza, dan sofa. Dalam (www.museumku.wordpress.com) pengertian
furniture pada ruang pamer museum adalah furniture peraga atau perabot atau
benda peraga atau sarana pamer untuk benda koleksi mseum. Konsep dasar
rancangan mengacu pada konsep perlindungan, konservasi, dan pengamanan
benda koleksi pamer. Berdasarkan konsep tersebut maka jenis furniture, antara
lain: vitrin dinding terbuka dan tertutup transparan, box terbuka dan tertutup
transparan, panel-panel lepas, panel-panel dinding. Bentuk dan ukuran
furniture peraga ditentukan oleh skala, besaran dan ruang gerak. Bahan atau
material furniture yang akan digunakan ditentukan oleh ukuran dan persyaratan
konservasi.
Menurut Udansyah (1988), furniture yang ada pada ruang pamer sebuah
museum, antara lain:
Gambar II.16. Sirkulasi terbuka salah satu
sisinya
Sumber: remigius.staff.gunadarma.ac.id
Gambar II.17. Sirkulasi terbuka kedua sisinya
Sumber: remigius.staff.gunadarma.ac.id
59
- Vitrin, lemari pajang tempat menata benda-benda koleksi
- Panel, sebagai sekat pemisah ruangan
- Box standar, berguna untuk memamerkan benda-benda yang berbentuk
tiga dimensi
- Kapstok, alat untuk menata koleksi benda-benda dari bahan textile.
- Nampan Numismatik (mata uang, lencana)
5. Warna
Warna merupakan unsur yang dihasilkan ketika cahaya mengenai
sebuah objek dan dipantulkan kembali ke mata. Jenis warna dapat dibagi
menjadi warna primer, sekunder dan tersier. Warna berpengaruh terhadap
keberadaan sebuah ruangan secara psikologis. Seorang perancang atau desainer
interior dapat mengolah pewarnaan ruang untuk menghasilkan kesan tertentu
sesuai yang dikehendaki. Dalam dunia interior warna akan menimbulkan kesan
luas atau sempit ruangan, panjang atau pendek ruangan, tinggi atau rendah
ruangan. Tujuan warna antara lain: menciptakan suasana, menunjukan
kesatuan atau keragaman, mengungkapkan karakter bahan, mendefinisikan
bentuk, mempengaruho proporsi, mempengaruhi skala, memberikan kesan
berat (Wicaksono danTisnawati, 2014: hal 121-127).
6. Elemen Pembentuk Ruang
a. Lantai
Lantai pada ruang pameran museum sebaiknya memakai lantai keras
dengan bahan penutup lantai dengan pola sederhana, rata, dan sedikit garis,
tidak berkilau (doff), dan tidak menimbulkan efek bayangan. Pada umumnya
bisa diambil warna lantai yang tidak mencolok atau kontras dengan furniture-
perabot peraga benda koleksi pamer (www. museumku.wordpress.com).
b. Dinding
Dinding pada ruang pameran museum sebaiknya mempunyai pola sama
dengan lantai ruangan, dengan bahan dinding standar karena akan menjadi
background bagi penempatan panil-panil infromasi (www. museumku.
wordpress.com).
60
c. Plafon
Desain plafon dititik beratkan pada pembuatan suasana ruang dan
kualitas pencahayaan. Posisi letak lampu tergantung dari perabot ruang yang
diletakkan bawahnya sehingga titik lampu yang dipasang tidak berlebih. Selain
dengan titik lampu plafon juga membutuhkan lubang AC, titik sprinkle untuk
pemadam kebakaran, titik detector kebakaran, dan titik kamera CCTV, juga
manhole (pintu plafon untuk mekanik masuk ke dalamnya) (Hariadi, 2015: 83-
85).
Plafon pada ruang pamer museum sebaiknya memakai pola sama
dengan lantai dan dinding, dianjurkan menggunakan bahan tahan api, dan
warna tidak bergaris agar memberi kesan tidak menjadi orientasi mata
pengunjung. Plafon harus bersih dari berbagai instalasi khususnya elekrikal.
Ketinggian plafon dapat dirancang sesuai dengan skala besaran benda koleksi
pamer dan panel informasi yang dikehendaki (www.
museumku.wordpress.com).
7. Sistem Interior
a. Penghawaan
Penghawaan dibagi menjadi 2, yaitu alami dan buatan, penghawaan
alami dapat memanfaatkan sistem cross ventilation. Cross ventilation adalah
sistem ventilasi udara yang paling baik, dimana letak bukaannya ada di dua sisi
ruangan, sehingga angina dapat bergerak lurus setelah menjangkau seluruh
ruangan.
Sedangkan penghawaan buatan dapat bersumber dari kipas atau AC.
Terdapat 3 jenis AC, antara lain (Karso, n.d):
Gambar II.18. Cross ventilation
Sumber: S. Roaf dalam
www.repository.usu.ac.id
61
- AC window
Umumnya dipakai pada perumahan dan dipasang pada salah satu
dinding ruang dengan batas ketinggian yang terjangkau dan penyemprotan
udara tidak mengganngu pemakai.
- AC central
Digunakan pada unit-unit perkantoran, hotel, supermarket dengan
pengkontrolan atau pengendalian yang dilakukan dari satu tempat.
- AC split
Hampir sama dengan AC window tetapi terletak pada konstruksi
dimana alat condensator terletak di luar ruang.
b. Pencahayaan
Pada perancangan Interior, jenis tata cahaya dapat dibagi menjadi alami
dan buatan. Pencahayaan adalah penggunaan cahaya untuk menghasilkan efek
estetika (Wicaksono dan Tisnawati, 2014: hal 104-118).
- Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami siang hari pada daerah tropis dapat dimanfaatkan
mulai jam 06.00-18.00. Penggunaan cahaya alami pada siang hari
bermanfaat untuk mengurangi konsumsi energy listrik dalam ruangan dan
memberikan kenyamanan fisiologis serta psikologis pengguna.
Memasukkan cahaya alami ke dalam ruangan dapat dilakukan dengan
bantuan beberapa perabot pendukung, seperti: jendela, skylight, perabot
hemat energi (light reflector, light shelves, light tubes).
- Pencahayaan Buatan
Menurut letaknya cahaya buatan dibagi menjadi tiga, yaitu: lampu
lantai, lampu dinding, dan lampu plafon. Pencahayaan buatan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu: distribusi intensitas cahaya dari armature,
perbandingan antara keluaran cahaya dari lampu di dalam armature,
reflektansi cahaya dari langit-langit, pemasangan armature, dan dimensi
atau ukuran luas ruangan. Menurut sumbernya cahaya dapat dibagi
menjadi dua, yaitu: cahaya langsung (cahaya yang bias sinarnya langsung
ke objek), dan cahaya tidak langsung (cahaya yang bias sinarnya tidak
langsung ke objek).
62
Macam tema tata cahaya buatan, yaitu:
- Tematik romantik,
Menimbulkan suasana hangat dan bersahabat. Dilakukan melalui
penggunaan tata cahaya temaram dengan intensitas rendah. Penempatan
indirect lighting pada jarak dan pola tertentu dengan warna putih kuning.
- Tematik Naturalis
Menimbulkan kesan seolah-olah seseorang sedang berada di alam.
Menggunakan lilin, lampu teplok, atau petromaks.
- Tematik ekshibisi
Digunakan untuk memamerkan dan memajang produk atau karya seni
tertentu. Dilakukan dengan penataan direct lighting dan indirect lighting
untuk menerangi objek yang akan dipamerkan. Terdapat overblas, yaitu
tema yang menggunakan intensitas penyorotan tinggi dari berbagai sudut
pencahayaan untuk menghasilkan kesan pencahayaan saling tumpang
tindih.
- Tematik sunlit
Menggunakan cahaya buatan sedikit mungkin
- Tematik amenities
Penggabungan penataan suara,cahaya,air, udara, vegetatif, dan warna
dalam satu skema.
Pencahayaan pada museum yaitu menggunakan lampu pada setiap
pajangan dan objek yang berdiri bebas. menggunakan lampu yang hemat
energy. Dalam menjaga variasi diperlukan tata cahaya normal, tidak terlalu
frontal agar jatuhnya bayangan agak serong sedikit untuk memberi kesan
estetik yang menarik. Tata cahaya memberi kesan lebih menarik, dengan
Gambar II.18. Zona pandangan kritis
Sumber: Wicaksono, 2014
63
memberikan lampu tembak setiap obyek selain lampu normal (www.
museumku.wordpress.com).
c. Akustik
Akustik merupakan unsur penunjang dalam sebuah desain.
Pengendalian akustik yang baik membutuhkan penggunaan bahan dengan
tingkat penyerapan yang tinggi seperti pada lapisan permukaan lantai, dinding,
plafon, luas ruang, fungsi ruagn, isi ruang, bahan tirai, tempat duduk dengan
lapisan lunak, karpet, udara di dalam ruang dan pengaruh lingkungan sekitar.
Akustik yang perlu diperhatikan dalam sebuah ruang untuk mampu meredam
bunyi bising yang ditimbulkan dengan persyaratan tingkat kebisingan 60 dB
(Akustik Ling dalam Karso, n.d).
Penyerap bunyi (Papan Akustik) :
- Peredam berpori dan berserat
Berguna untuk meredam frekuensi tinggi
- Peredam membrane
Baik untuk meredam frekuensi rendah
- Peredam resonan
Disesuaikan untuk meredam frekuensi tertentu
- peredam panel berongga
Paduan peredam berpori dan resonan
8. Sistem Keamanan
Sistem keamanan yang dimaksud adalah sistem keamanan untuk bangunan,
manusia serta lingkungan, untuk sistem ini dibutuhkan unsur:
- Satpam
- Keamanan terhadap bahaya kebakaran
seperti: sprinkler, hydrant box, fire extinguisher
- Tangga darurat dengan disediakan ventilation dan exhausting
- Tanda petunjuk arah
- Alat pengunci
- Tanda bahaya
seperti: sensor, smoke detector, heat detector, flame detector
64
G. KONSEP DESAIN
Konsep desain yang diambil dalam Museum Folklore adalah konsep Kearifan
Lokal. Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai
strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal
dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Menurut
Rahyono (2009) kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh
kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat.
Maksudnya hadil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum
tentu dialami oleh masyarakat lain (Fajarini, 2014).
Ciri-ciri kearifan lokal :
- Mampu bertahan terhadap budaya luar
- Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unur budaya luar
- Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar kedalam budaya
asli
- Mempunyai kemampuan mengendalikan
- Mampu memberi arah pada perkembangan budaya
Fungsi dan Makna Kearifan Lokal :
- Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian Sumber Daya Alam
- Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia
- Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
- Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
- Bermakna sosial,misalnya upacara kerabat
- Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian.
- Bermakna etika dan moral, yang terwujud dalam upacara Ngaben dan
penyucian roh leluhur.
- Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron
Client
Kearifan lokal merupakan identitas budaya suatu bangsa yang menyebabkan
bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan Asing sesuai watak
dan kemampuannya sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19). Dari pemahaman tersebut,
kearifan lokal berasal dari nilai budaya (tradisi, adat istiadat, Sistem
kemasyarakatan). Yang diciptakan oleh individu dan masyarakat berdasarkan
65
pertimbangan lingkungan dan kepercayaan masyarakat itu sendiri. Yang pada
akhirnya menghasilkan nilai kearifan lokal yang berwujud nyata maupun tak
berwujud.