bab ii kajian pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/t1_292010049_bab ii.pdf ·...

28
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Bagian kajian teori ini akan diuraikan mengenai variabel X1 yaitu metode pembelajaran inquiry dan variabel X2 metode pembelajaran ceramah. Serta variabel Y yaitu hasil belajar IPS. 2.1.1 Mata Pelajaran IPS 2.1.1.1 Pengertian IPS Ahmad Susanto (2013:139), menyatakan bahwa “IPS merupakan perpaduan antara ilmu sosial dan kehidupan manusia yang di dalamnya mencakup antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, sosiologi, agama, dan psikologi”. Buchari Alma (2013:141), menyatakan bahwa “IPS sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan sosialnya dan bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi”. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan suatu mata pelajaran yang memadukan antara ilmu sosial dan kehidupan manusia yang di dalamnya mencakup geografi, ekonomi, sejarah, ekonomi, psikologi, sosiologi, antropologi, dan politik. 2.1.1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPS SD Menurut Mutakin dalam Susanto, Ahmad(2013:145), tujuan pembelajaran IPS yaitu (a) memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat ataua lingkungannya melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat, (b) mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memcahkan masalah-masalah sosial, (c) mampu menggunakan metode-metode dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat, (d) menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat

Upload: tranngoc

Post on 07-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

6

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Bagian kajian teori ini akan diuraikan mengenai variabel X1 yaitu metode

pembelajaran inquiry dan variabel X2 metode pembelajaran ceramah. Serta

variabel Y yaitu hasil belajar IPS.

2.1.1 Mata Pelajaran IPS

2.1.1.1 Pengertian IPS

Ahmad Susanto (2013:139), menyatakan bahwa “IPS merupakan

perpaduan antara ilmu sosial dan kehidupan manusia yang di dalamnya mencakup

antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, sosiologi,

agama, dan psikologi”.

Buchari Alma (2013:141), menyatakan bahwa “IPS sebagai suatu program

pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya

mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan

sosialnya dan bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti: geografi,

sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi”.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan

suatu mata pelajaran yang memadukan antara ilmu sosial dan kehidupan manusia

yang di dalamnya mencakup geografi, ekonomi, sejarah, ekonomi, psikologi,

sosiologi, antropologi, dan politik.

2.1.1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPS SD

Menurut Mutakin dalam Susanto, Ahmad(2013:145), tujuan pembelajaran

IPS yaitu (a) memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat ataua

lingkungannya melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan

masyarakat, (b) mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu

menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat

digunakan untuk memcahkan masalah-masalah sosial, (c) mampu menggunakan

metode-metode dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk

menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat, (d) menaruh

perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

7

analisis yang kritis, selanjutnya mengambil tindakan yang tepat, (e) mampu

mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar

survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

Menurut BSNP tentang standar isi, dijelaskan bahwa mata pelajaran IPS

bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut (a) mengenal konsep-

konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (b)

memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (c) memiliki

komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (d) memiliki

kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat

yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan internasional.

Beberapa uraian pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran IPS yaitu (a) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan

kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (b) memiliki kemampuan dasar untuk

berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan

keterampilan dalam kehidupan sosial, (c) memiliki komitmen dan kesadaran

terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (d) memiliki kemampuan

berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk

di tingkat lokal, nasional, dan internasional, (e) mampu mengembangkan berbagai

potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian

bertanggung jawab membangun masyarakat.

BSNP 2006 tentang standar isi, menyatakan bahwa ruang lingkup materi

pembelajaran IPS di SD meliputi (1) manusia, tempat, dan lingkungan, (2) waktu,

keberlanjutan, dan perubahan, (3) sistem sosial dan budaya, (4) perilaku ekonomi

dan kesejahteraan.

2.1.1.3 Tema-Tema Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar

dengan menyajikan materi yang mengkaji peristiwa, fakta, konsep, dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial. Pembelajaran IPS di SD,

pengorganisasian materinya menganut pendekatan terpadu, artinya materi

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

8

pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu pada disiplin ilmu yang

terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata siswa.

Ahmad Susanto (2013:159-160), menyatakan bahwa tema pendidikan IPS

di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing memiliki tujuan yang

berbeda. Tema tersebut yaitu:

1. Pendidikan IPS sebagai pendidikan nilai yaitu:

1) Mendidikkan nilai-nilai baik yang merupakan norma-norma keluarga dan

masyarakat.

2) Memberikan klarifikasi nilai-nilai yang sudah dimiliki siswa.

3) Nilai-nilai inti atau nilai utama, seperti menghormati hak-hak perorangan,

kesetaraan, etos kerja, dan martabat manusia sebagi upaya membangun

kelas yang demokratis.

2. Pendidikan IPS sebagai pendidikan multikultural yaitu:

1) Mendidik siswa bahwa perbedaan itu wajar.

2) Menghormati perbedaan etnik, budaya, agama yang menjadikan kekayaan

budaya bangsa.

3) Persamaan dan keadilan dalam perlakuan terhadap kelompok etnik atau

minoritas.

3. Pendidikan IPS sebagai pendidikan global yaitu:

1) Mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, dan perbedaan di dunia.

2) Menanamkan kesadaran ketergantungan antar bangsa.

3) Menanamkan kesadaram semakin terbukanya komunikasi dan transportasi

antarbangsa di dunia.

4) Mengurangi kemiskinan, kebodohan, dan perusakan lingkungan.

Dari uraian tersebut bahwa pembelajaran IPS di SD menggunakan

pendekatan terpadu dengan tema pendidikan IPS sebagai pendidikan nilai,

pendidikan multikultural, dan pendidikan global.

2.1.1 Metode Pembelajaran Inquiry2.1.2.1 Pengertian Metode Pembelajaran Inquiry

Hamruni (2012:88) menyatakan bahwa “metode pembelajaran inquiry

yaitu serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

9

secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari

suatu masalah yang dipertanyakan”.

Hamdani (2011:182) menyatakan bahwa “metode pembelajaran inquiry

yaitu salah satu cara belajar atau penelaahan yang bersifat mencari pemecahan

permasalahan dengan cara kritis, analitis, dan ilmiah dengan menggunakan

langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan karena

didukung oleh data atau kenyataan”.

Ngalimun (2014:33) menyatakan bahwa “metode pembelajaran inquiry

yaitu suatu metode yang membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan

mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah”.

Berdasarkan beberapa uraian pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

metode pembelajaran inquiry yaitu salah satu metode pembelajaran yang

menekankan pada proses berpikir secara kritis, analitis, dan ilmiah dengan

menggunakan langkah-langkah tertentu untuk menemukan dan mencari sendiri

jawaban dari masalah yang dipertanyakan.

2.1.2.2 Tujuan Utama Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry

Joice dan Weil dalam Ngalimun (2014:35) mengatakan bahwa “tujuan

umum dari metode pembelajaran inquiry yaitu membantu siswa mengembangkan

disiplin dan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk memunculkan

masalah dan mencari jawabannya sendiri melalui rasa keingintahuannya itu”.

Jarolimek dalam Ngalimun (2014:35) mengatakan bahwa “tujuan utama

pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inquiry yaitu

mengembangkan sikap dan keterampilan siswa sehingga mereka dapat menjadi

pemecah masalah yang mandiri”.

Menurut beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

tujuan utama penggunaan metode pembelajaran inquiry yaitu membantu siswa

mengembangkan disiplin dan keterampilan intelektual untuk memunculkan

masalah dan kemudian mencari jawabannya sendiri sehingga dapat menjadi

pemecah masalah yang mandiri.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

10

2.1.2.3 Ciri Utama Metode Pembelajaran Inquiry

Menurut Hamruni (2012:89), ciri utama metode pembelajaran inquiry

yaitu pembelajarannya menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk

mencari dan menemukan sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya

menerima penjelasan dari guru melainkan aktif menemukan sendiri inti dari

materi pelajaran itu sendiri, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan

untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan

sehingga guru hanya sebagai fasilitator dan motivator, mengembangkan

kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan

kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental sehingga dalam

pembelajaran siswa tidak hanya dituntut dalam penguasaan materi saja tetapi

dapat menggunakan potensi yang ada di dalam dirinya.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ciri utama

dari metode pembelajaran inquiry yaitu posisi guru dalam proses pembelajaran,

hanyalah sebagai motivator dan fasilitator saja. Kegiatan pembelajaran berpusat

kepada siswa untuk menemukan dan mencari informasi tentang materi

pembelajaran sehingga potensi dalam diri siswa dapat dikembangkan secara logis,

sistematis dan kritis.

2.1.1.4 Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry

Menurut Hamruni (2012:91), prinsip-prinsip penggunaan metode

pembelajaran inquiry yaitu berorientasi pada pengembangan intelektual sehingga

kriteria keberhasilan metode pembelajaran inquiry tidak ditentukan oleh sejauh

mana siswa dapat menguasai materi pelajaran tetapi sejauh mana siswa

beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu, prinsip interaksi baik antar siswa,

guru dan lingkungan, prinsip bertanya yang dilakukan oleh guru dan kemampuan

siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru sudah merupakan bagian proses

berpikir serta harus digunakan dalam setiap langkah metode inquiry, prinsip belajar

untuk berpikir sehingga belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta tetapi

belajar merupakan proses mengembangkan potensi seluruh otak baik otak kanan

dan otak kiri, prinsip keterbukaan sehingga siswa perlu diberikan kebebasan untuk

mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan nalar dan logikanya. Guru

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

11

hanya bertugas menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa

mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis

yang diajukannya.

Menurut beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa cara belajar

dengan menggunakan metode pembelajaran inquiry pada prinsipnya pembelajaran

itu merupakan proses berpikir, proses interaksi, dan proses bertanya untuk

pengembangkan kemampuan intelektualnya dalam membuktikan kebenaran

hipotesis yang diajukan siswa secara terbuka.

2.1.2.5 Sumber-Sumber Pembelajaran Metode Pembelajaran Inquiry

Ketersediaan sumber-sumber pembelajaran yaitu topik penting dalam

kaitannya dengan penggunaan metode pembelajaran inquiry. Fair dan Kachaturoff

dalam Ngalimun (2014:38) mengatakan bahwa “ bahan-bahan pembelajaran

dalam semua bentuk harus siap dan dapat dipakai oleh siswa sesuai dengan

tingkat perkembangannya”. Guru dapat menggunakan berbagai macam sumber

pembelajaran, antara lain: materi bergambar, buku ajar, kit-kit pembelajaran dari

materi-materi yang relevan, peta, barang cetaan, phamlets, program televisi, video

tape, film strips, film, dan pembicara tamu. Selain itu, sumber-sumber dan

fasilitas umum yang ada di masyarakat, seperti museum, bangunan bersejarah,

situs arkeologi, pabrik, pertambangan, tempat pemakaman, bank, dan lain

sebagainya dapat dipergunakan sebagai pelengkap buku-buku pelajaran dan

aktifitas kelas.

Short dan Klassen dalam Ngalimun (2014:39), mengatakan bahwa:

Buku-buku teks dan literatur memainkan peranan yang sangat bagus dalam kegiatan inquiry. Mereka menggunakan literatur sebagai fokus sentral dari inquiry, sehingga literatur menjadi fokus utama yang menyebabkan mereka berpikir mendalami isu-isu dan pertanyaan yang mereka munculkan. Apabila literatur bukan merupakan fokus dari kegiatan inquiry, maka siswa menggunakan buku teks sebagai referensi untuk menemukan informasi yang spesifik.

Sumber-sumber pembelajaran dalam metode inquiry juga dikemukakan

oleh Mathias dalam Ngalimun (2014:39) yang menyatakan bahwa “Siswa juga

perlu didorong untuk mengumpulkan datanya sendiri dari sumber-sumber

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

12

sekunder, atau mengumpulkan data primernya sendiri dengan menghitung dan

mengobservasi sesuatu di daerahnya masing-masing”.

Du Plass dalam Ngalimun (2014:39), menyatakan bahwa “materi-materi

visual seperti: gambar, ilustrasi dan bagan seringkali digunakan dalam pendidikan

sosial untuk mengenalkan konsep, menekankan pembelajaran dan untuk

memperluas pengertian. Bagan, tabel, gambar dan diagram adalah “devices”

pembelajaran yang ampuh”.

Ngalimun (2014:39-40), menyatakan bahwa:

Materi-materi audio seperti: rekaman-rekaman, tape dan radio dapat digunakan untuk memperkaya program-program pendidikan sosial. Materi-materi yang merupakan perpaduan gambar dan suara seperti film strips dapat juga digunakan untuk memperkaya pembelajaran pendidikan sosial. Film dapat dipergunakan untuk membantu siswa berempati tentang contoh-contoh konsep yang berguna, dan mendapatkan kesempatan membuat keputusan. Televisi juga dapat dipergunakan guru dalam meningkatkan kemampuan siswa sebagai pemirsa yang kritis. Komputer juga dapat digunakan untuk menekankan keterampilan dan konsep serta simulasi dan demonstrasi.

Dari beberapa pendapat mengenai sumber pembelajaran metode inquiry

tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dapat menggunakan dari

berbagai sumber. Tetapi hal penting yang harus diingat oleh guru yaitu apapun

bentuk sumber belajar dan materi yang akan digunakan serta bagaimana sumber

tersebut akan digunakan, maka tujuan pembelajaran itu harus menjadi

pertimbangan utama. Sehingga guru harus merancang penggunaan sumber belajar

sedemikian rupa hingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2.1.2.6 Kesulitan-Kesulitan dalam Implementasi Metode Pembelajaran Inquiry

Metode pembelajaran inquiry merupakan salah satu metode yang dianggap

baru. Sebagai suatu metode yang baru, dalam penerapannya mengalami berbagai

kesulitan. Hamruni (2012:99-100) menyatakan bahwa ada 3 kesulitan di dalam

menerapkan metode pembelajaran inqury. Kesulitan tersebut yaitu metode

pembelajaran inquiry merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada

proses hasil belajar dan hasil belajar sedangkan selama ini guru sudah terbiasa

dengan pola pembelajaran yang lebih menekankan kepada hasil belajar sehingga

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

13

banyak guru yang merasa keberatan untuk mengubah pola mengajarnya, sejak

lama tertanam dalam budaya belajar siswa yang hanya menerima materi pelajaran

dari guru sehingga sulit mengubah pola belajar mereka dengan menjadikan belajar

sebagai proses berpikir, berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang

dianggap tidak konsisten. Contohnya, sistem pendidikan menganjurkan bahwa

proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola pembelajaran yang dapat

mengembangkan kemampuan berpikir melalui anjuran penggunaan Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK), namun di lain pihak sistem evaluasi masih

menggunakan sistem Ujian Akhir Nasional (UAN) yang berorientasi pada

pengembangan aspek kognitif. Hal ini tentu bisa menambah kebingungan guru

sebagai pelaksana kegiatan di lapangan. Guru akan mengalami kebingungan

antara melaksanakan pola pembelajaran dengan menggunakan inquiry sebagai

metode pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, atau

mengembangkan pola pembelajaran yang diarahkan agar siswa dapat

mengerjakan atau menjawab soal-soal hafalan.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode

pembelajaran inquiry mengalami kesulitan karena cara berpikir guru masih

klasikal yang menganggap sebagai sumber belajar utama sehingga pola pikir

siswa untuk memecahkan suatu masalah masih sulit untuk dibentuk. Selain itu

ketidakjelasan sistem pendidikan yang ada di Indonesia membuat guru menjadi

bingung mengenai pola pembelajaran yang akan digunakan.

2.1.2.7 Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Inquiry

Keunggulan metode pembelajaran inquiry menurut Hamruni (2012:100-

101) yaitu (a) menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran menggunakan metode ini

dianggap lebih bermakna, (b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar

sesuai dengan gaya belajarnya, (c) sesuai dengan perkembangan psikologi belajar

modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku lewat

pengalaman, (d) mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di

atas rata-rata, sehingga siswa memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan

terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

14

Keunggulan metode pembelajaran inquiry menurut Marsh dalam

Ngalimun (2014:41) yaitu (a) ekonomis dalam menggunakan pengetahuan hanya

pengetahuan yang relevan dengan sebuah isu yang diamati, (b) metode ini

memungkinkan siswa dapat memandang konten (isi) dalam sebuah cara yang

lebih realistik dan positif karena mereka dapat menganalisis dan menerapkan data

untuk pemecahan masalah, (c) secara instrinsik, metode ini sangat memotivasi

siswa. Siswa akan termotivasi oleh dirinya sendiri untuk merefleksi isu-isu

tertentu, mencari data-data yang relevan dan membuat keputusan-keputusan yang

sangat berguna bagi dirinya sendiri, (d) metode ini juga memungkinkan hubungan

guru dan siswa lebih hangat karena guru lebih bertindak sebagai fasilitator

pembelajaran.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa keuntungan

metode pembelajaran inquiry yaitu (a) menekankan kepada pengembangan aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelejaran

menggunakan metode ini dianggap lebih bermakna, (b) memberikan kesempatan

kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya, (c) sesuai dengan

perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses

perubahan tingkah laku lewat pengalaman, (d) mampu melayani kebutuhan siswa

yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, sehingga siswa memiliki kemampuan

belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar, (e)

ekonomis dalam menggunakan pengetahuan hanya pengetahuan yang relevan

dengan sebuah isu yang diamati, (f) metode ini memungkinkan siswa dapat

memandang konten (isi) dalam sebuah cara yang lebih realistik dan positif karena

mereka dapat menganalisis dan menerapkan data untuk pemecahan masalah, (g)

secara instrinsik, metode ini sangat memotivasi siswa. Siswa akan termotivasi

oleh dirinya sendiri untuk merefleksi isu-isu tertentu, mencari data-data yang

relevan dan membuat keputusan-keputusan yang sangat berguna bagi dirinya

sendiri, (h) metode ini juga memungkinkan hubungan guru dan siswa lebih hangat

karena guru lebih bertindak sebagai fasilitator pembelajaran.

Kelemahan metode pembelajaran inquiry menurut Hamruni (2012:101)

yaitu (a) sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa, (b) tidak mudah

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

15

mendesainnya, karena terbentur pada kebiasaan siswa, (c) terkadang dalam

implementasinya memerlukan waktu yang panjang, sehingga guru sulit

menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

Kelemahan metode pembelajaran inquiry menurut Marsh dalam Ngalimun

(2014:41) yaitu (a) metode ini memerlukan jumlah jam pelajaran kelas yang

banyak dan juga waktu di luar kelas dibandingkan dengan metode pembelajaran

lainnya, (b) metode ini memerlukan proses mental yang berbeda, seperti

perangkat analitik dan kognitik. Hal ini mungkin kurang berguna untuk semua

bidang pelajaran, (c) metode ini dapat berbahaya bila dikaitkan dengan beberapa

problema inquiry terutama isu-isu kontroversial, (d) siswa lebih menyukai metode

bab per bab yang tradisional, (e) metode ini sulit untuk dievaluasi dengan

menggunakan tes prestasi tradisional, seperti akan mengevaluasi proses pemikiran

yang digunakan oleh siswa ketika sedang mengerjakan program-program inquiry.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelemahan

metode pembelajaran inquiry yaitu (a) sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan

siswa. Hal itu diakibatkan sulitnya mengadakan evaluasi dengan menggunakan tes

prestasi tradisional, (b) tidak mudah mendesainnya, karena terbentur pada

kebiasaan siswa dan siswa lebih menyukai metode bab per bab yang tradisional,

(c) terkadang dalam implementasinya memerlukan waktu yang panjang, sehingga

guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, (d) metode ini

memerlukan proses mental yang berbeda, seperti perangkat analitik dan kognitik.

Hal ini mungkin kurang berguna untuk semua bidang pelajaran, (e) metode ini

dapat berbahaya bila dikaitkan dengan beberapa problema inquiry terutama isu-isu

kontroversial.

2.1.2.8 Peranan Guru dalam Metode Pembelajaran Inquiry

Menurut Maxim dalam Ngalimun (2014:42), peranan guru dalam metode

pembelajaran inquiry yaitu (1) menimbulkan rasa keingintahuan dan minat siswa

terhadap sebuah topik dan membuat siswa sadar akan masalah, (2) mengizinkan

siswa untuk memutuskan masalah spesifik apa yang mereka ingin kaji dalam

bidang itu, (3) membantu siswa mengumpulkan data dan bekerja ke arah

pemecahan masalah tersebut bagi siswanya, (4) bertindak sebagai seorang guide

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

16

ketika siswanya belajar sehingga guru dapat membantu setiap masalah penelitian

tertentu atau setiap masalah yang berkaitan dengan interpretasi data yang belum

dibahas, (5) mendorong kelompok-kelompok mengembangkan teknik-teknik yang

kreatif dalam berbagi pendapat tentang temuan-temuannya dengan orang lain.

Dobey dan Schafer dalam Ngalimun (2014:42), menyatakan bahwa

pembelajaran dengan metode inquiry tingkat tinggi dikaitkan dengan guru yang

(1) memfasilitasi sejumlah besar aktivitas yang digerakkan siswa, (2)

menunjukkan kurangnya aktivitas yang diarahkan guru, (3) memberikan isi

informasi yang kurang substansinya.

Hamdani (2011:183) menyatakan bahwa peranan guru di dalam metode

pembelajaran inquiry yaitu (1) merencanakan pelajaran sehingga pelajaran

terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa, (2)

menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi siswa untuk

menyelesaikan masalah, (3) memerlukan cara penyajian yaitu cara enaktif, ikonik,

dan simbolik, (4) apabila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara

teoretis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.

Wood dalam Ngalimun (2014:43) menyatakan bahwa peranan guru yaitu:

Mendorong pembelajaran mandiri dengan cara: menimbulkan rasa keinginantahuan siswa, menanyakan pertanyaan-pertanyaan terbuka, menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang menekankan keputusan-keputusan yang harus dibuat oleh siswa, mendorong partisipasi individual dalam diskusi,menjaga agar diskusi tetap relevan dengan topik, bertindak sebagai seorang penantang, mempromosikan penggunaan beberapa sumber informasi, dan mendorong siswa menjadi kreatif dan spekulatif dalam berpikir.

Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa peranan

guru dalam metode pembelajaran inquiry yaitu merencanakan dan menyajikan

materi yang dapat menimbulkan rasa keingintahuan siswa melalui pertanyaan-

pertanyaan yang terbuka untuk mendukung siswa memecahkan masalah sehingga

pola pikir yang kreatif dapat terbentuk. Peran guru hanyalah sebagai fasilitator

dan pembimbing yang membantu siswa apabila mengalami kesulitan dalam

memecahkan masalah.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

17

2.1.2.9 Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Inquiry

Hamdani (2012:186) menyatakan bahwa langkah-langkah metode

pembelajaran inquiry yaitu:

1. Menemukan masalah.

2. Pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan.

3. Pengumpulan data untuk mengadakan percobaan.

4. Perumusan keterangan yang diperoleh.

5. Analisis proses inquiry.

Ngalimun (2014:36-37) menyatakan bahwa langkah-langkah metode

pembelajaran inquiry yaitu:

1. Penerimaan dan pendefinisian masalah

Proses ini dimulai ketika siswa menerima dan mengidentifikasi sebuah masalah

yang membutuhkan penjelasan.

2. Pengembangan hipotesis

Setelah situasi yang membingungkan disajikan, siswa mulai mengembangkan

hipotesis. Hipotesis yang potensial ditulis di papan tulis, kemudian dianalisa

dan didiskusikan, penilaian juga dibuat terhadap hipotesis mana yang

tampaknya perlu dipertimbangkan.

3. Pengumpulan data

Setelah hipotesis ditetapkan, siswa mengumpulkan data untuk menguji

hipotesis tersebut. Dalam mengumpulkan data ini, siswa perlu

mempertimbangkan penggunaan bermacam-macam buku dan berbagai materi

lainnya yang ditemukan dalam majalah, artikel yang ada di koran,

perpustakaan sekolah ataupun perpustakaan umum, melalui wawancara

pribadi, dan dari berbagai sumber lainnya.

4. Pengujian hipotesis

Setelah semua data dikumpulkan dan dicermati, tahap selanjutnya yaitu

membedakan antara penjelasan-penjelasan yang menyesatkan dengan

penjelasan yang memadai atau cocok. Berdasarkan bukti-bukti yang telah

diperoleh, siswa perlu mengidentifikasi penjelasan atau kesimpulan yang dapat

dipertahankan. Di dalam langkah ini keterampilan berpikir siswa mulai

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

18

digunakan untuk menganalisis, mensintesa, menolak hipotesis atau menerima

hipotesis berdasarkan bukti-bukti yang telah ada.

5. Penarikan kesimpulan sementara

Metode pembelajaran inquiry secara keseluruhan tidaklah dianggap lengkap

jika siswa belum menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi. Langkah

ini melibatkan siswa untuk menarik suatu kesimpulan.

Hamruni (2012:95-99) menyatakan bahwa langkah-langkah metode

pembelajaran inquiry yaitu:

1. Orientasi

Pada langkah ini, guru mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses

pembelajaran dengan cara merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir

memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam langkah

orientasi ini yaitu:

1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai

oleh siswa.

2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk

mencapai tujuan. Pada langkah ini, dijelaskan langkah-langkah inquiry

serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah

sampai dengan merumuskan kesimpulan.

3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan

dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan yaitu

persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.

Dikatakan teka-teki karena masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa

didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah

yang sangat penting dalam metode pembelajaran inquiry. Melalui proses

tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai

upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam merumuskan masalah yaitu:

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

19

1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.

Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan

dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Sehingga guru sebaiknya

tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran dan hanya memberikan

topik yang akan dipelajari saja.

2) Masalah yang dikaji mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.

Artinya guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang

menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan

mendapatkan jawabannya secara pasti.

3) Konsep-konsep dalam masalah yaitu konsep-konsep yang sudah diketahui

terlebih dahulu oleh siswa.

Artinya sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inquiry, guru

perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman

tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.

3. Mengajukan hipotesis

Hipotesis yaitu jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.

Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan

atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak lahir.

Potensi itu dimulai dari kemampuan untuk menebak atau mengira-ngira suatu

permasalahan. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan tapi

harus memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang

dimunculkan bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri

akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan

pengalaman.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data yaitu aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan

untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses pengumpulan data bukan hanya

memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar tetapi juga membutuhkan

ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Tugas dan

peran guru dalam langkah ini yaitu mengajukan pertanyaan yang dapat

mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

20

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis yaitu proses menentukan jawaban yang dianggap diterima

sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan

data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis yaitu mencari tingkat keyakinan

siswa atas jawaban yang diberikan. Menguji hipotesis juga berarti

mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya kebenaran jawaban

yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, tetapi harus didukung

oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan yaitu proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh

berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat

sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data yang relevan.

Menurut beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah metode pembelajaran inquiry yaitu

a. Orientasi

a) Guru menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat

dicapai oleh siswa.

b) Guru menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa

untuk mencapai tujuan.

c) Guru menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.

d) Guru membentuk siswa ke dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari

4-5 orang.

b. Merumuskan masalah

a) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa bukan oleh guru.

b) Guru mendorong siswa agar masalah yang dikaji mengandung teka-teki

yang jawabannya pasti.

c) Guru memastikan bahwa konsep-konsep dalam masalah yaitu konsep–

konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

c. Mengajukan hipotesis

a) Guru mendorong kemampuan siswa untuk menebak atau mengira-ngira

suatu permasalahan.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

21

d. Mengumpulkan data

a) Guru mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir

mencari informasi yang dibutuhkan.

e. Menguji hipotesis

a) Guru mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.

f. Merumuskan kesimpulan

a) Guru mampu menunjukkan pada siswa data yang relevan untuk mencapai

kesimpulan yang akurat.

2.1.3 Metode Pembelajaran Ceramah

2.1.3.1 Hakikat Metode Pembelajaran Ceramah

Udin S. Winataputra (2003:4.18), menyatakan bahwa “metode ceramah

merupakan suatu cara penyajian bahan atau penyampaian bahan pelajaran secara

lisan dari guru”.

Hamdani (2011:156), menyatakan bahwa “metode ceramah berbentuk

penjelasan konsep, prinsip, dan fakta yang ditutup dengan tanya jawab antara guru

dan siswa”.

Sagala dalam Isriani Hardini (2012:14), menyatakan bahwa metode

ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan

dari guru kepada siswa”.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode

ceramah yaitu suatu cara penyajian materi yang berbentuk penjelasan konsep,

prinsip, dan fakta secara lisan dari guru kepada siswa.

Menurut Udin S. Winataputra (2003:4.18), karakteristik metode

pembelajaran ceramah, yaitu (1) lebih bersifat pemberian informasi, berupa fakta

atau ingatan, (2) sistem pembelajaran klasikal, (3) jumlah siswa relatif banyak, (4)

lebih banyak satu arah, (5) lebih diutamakan gaya guru dalam berbicara, intonasi,

improvisasi, semangat dan sistematika pesan.

Menurut Udin S. Winataputra (2003:4.18), pengalaman belajar dari

metode pembelajaran ceramah, yaitu (1) berlatih mendengarkan dan menyimak,

(2) mengkaji apa yang diceramahkan, (3) pemahaman konsep, (4) pemahaman

prinsip, (5) pemahaman fakta, (6) proses mencatat bahan pelajaran.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

22

2.1.3.2 Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Ceramah

Menurut Udin S. Winataputra (2003:4.18), keunggulan dari metode

pembelajaran ceramah, yaitu (a) ekonomis waktu dan biaya, (b) sasaran siswa

relatif banyak, (c) bahan pelajaran sudah dipilih atau dipersiapkan, (d) guru dapat

mengulangi secara mudah.

Menurut Udin S. Winataputra (2003:4.18), kelemahan dari metode

pembelajaran ceramah, yaitu (a) sulit untuk siswa yang tidak terbiasa

mendengarkan dan mencatat, (b) kemungkinan menimbulkan verbalisme, (c)

sangat kurang memberikan kesempatan kepada siswa, (d) guru sebagai buku

pelajaran, (e) cenderung belajar ingatan.

Menurut Isriani Hardini (2012:15), kelemahan dari metode pembelajaran

ceramah, yaitu (a) metode ceramah tidak dapat memberikan kesempatan untuk

berdiskusi memecahkan masalah sehingga proses menyerap pengetahuannya

kurang tajam, (b) metode ceramah kurang memberi kesempatan kepada siswa

untuk mengembangkan keberanian mengemukakan pendapatnya, (c) metode

ceramah kurang cocok dengan tingkah laku kemampuan anak yang masih kecil,

(d) keberhasilan peserta didik tidak teratur.

Menurut uraian pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kelemahan

metode pembelajaran ceramah, yaitu (a) sulit untuk siswa yang tidak terbiasa

mendengarkan dan mencatat, (b) kemungkinan menimbulkan verbalisme, (c) guru

sebagai buku pelajaran, (d) cenderung belajar ingatan, (e) tidak dapat memberikan

kesempatan untuk berdiskusi memecahkan masalah sehingga proses menyerap

pengetahuannya kurang tajam, (f) kurang memberi kesempatan kepada siswa

untuk mengembangkan keberanian mengemukakan pendapatnya, (g) kurang

cocok dengan tingkah laku kemampuan anak yang masih kecil, (h) keberhasilan

peserta didik tidak teratur.

2.1.3.3 Kemampuan Guru untuk Menunjang Efektivitas Penggunaan Metode

Pembelajaran Ceramah

Menurut Udin S. Winataputra (2003:4.19), kemampuan guru yang perlu

disiapkan untuk menunjang efektivitas penggunaan metode ceramah, yaitu (1)

teknik ceramah memungkinkan dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa,

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

23

(2) memberikan ilustrasi yang sesuai dengan bahan pelajaran, (3) menguasai

materi pelajaran, (4) menjelaskan pokok-pokok bahan pelajaran secara sistematik,

(5) menguasai keseluruhan siswa dalam kelas.

Menurut Dra. Sumiati (2009:99), untuk menambah tingkat keefektifan

diperlukan kemampuan memberi penjelasan. Hal yang harus diperhatikan dalam

memberi penjelasan, yaitu (1) kejelasan bahasa, baik dalam memilih kata-kata,

susunan kalimat, maupun menghindari kekaburan memberikan batasan pengertian

terhadap istilah baru, (2) menggunakan contoh secara memadai dan relevan

dengan ide, konsep atau generalisasi apa yang dijelaskan. Disesuaikan dengan

tingkat kemampuan siswa yang diberi penjelasan, (3) melakukan penekanan

terhadap bentuk-bentuk informasi tertentu. Penekanan ini dapat dilakukan dengan

menggunakan suara, dengan pengulangan penjelasan, mencari kata atau ungkapan

lain yang mempunyai arti sama, dengan tindakan, dengan menggunakan gambar

atau demonstrasi. Tujuan penekanan ini untuk menarik perhatian terhadap apa

yang dijelaskan, (4) penyusunan materi pembelajaran yang dijelaskan harus logis

dan jelas, (5) menggunakan umpan balik.

Beberapa uraian pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

guru dalam menunjang keefektifan metode ceramah, yaitu (1) memberikan

ilustrasi yang sesuai dengan bahan pelajaran, (2) menguasai materi pelajaran, (3)

menjelaskan pokok-pokok bahan pelajaran secara sistematik, (4) menguasai

keseluruhan siswa dalam kelas, (5) kejelasan bahasa, baik dalam memilih kata-

kata, susunan kalimat, maupun menghindari kekaburan memberikan batasan

pengertian terhadap istilah baru, (6) teknik ceramah memungkinkan dapat

membangkitkan minat dan motivasi siswa dengan melakukan penekanan

menggunakan suara, dengan pengulangan penjelasan, mencari kata atau ungkapan

lain yang mempunyai arti sama, dengan tindakan, dengan menggunakan gambar

atau demonstrasi, (7) menggunakan umpan balik.

2.1.3.4 Kondisi Siswa yang Perlu Diperhatikan dalam Metode Pembelajaran

Ceramah

Menurut Udin S. Winataputra (2003:4.19), kondisi siswa yang perlu

diperhatikan untuk menunjang pembelajaran dengan menggunakan metode

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

24

ceramah, yaitu (1) kemampuan mendengarkan dan mencatat bahan pelajaran, (2)

kemampuan awal yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari, (3)

kondisi yang berhubungan dengan perhatian dan motivasi dalam belajar.

2.1.3.5 Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Ceramah

Menurut Udin S. Winataputra (2003:3.14-3.20), langkah-langkah metode

pembelajaran ceramah, yaitu:

1. Menciptakan kondisi awal pembelajaran yang baik

1) Menciptakan suasana belajar yang demokrasi.

2) Menciptakan kesiapan belajar siswa.

2. Melaksanakan tes awal atau apersepsi

1) Mengajukan pertanyaan sehubungan dengan bahan pelajaran sebelumnya

atau yang akan dipelajari.

2) Memberikan komentar terhadap jawaban yang diberikan oleh siswa.

3) Membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran.

3. Memberitahukan tujuan dan garis besar materi yang akan dipelajari.

Pentingnya memberitahukan tujuan dan garis besar materi yang akan

dipelajari sebelum memulai pembelajaran yaitu agar siswa mengetahui yang harus

dicapai.

4. Menyampaikan alternatif belajar yang akan ditempuh.

Dalam tahapan ini, guru perlu menyampaikan kepada siswa tentang kegiatan

belajar yan harus ditempuh siswa dalam mempelajari topik-topik tersebut.

Contohnya siswa disuruh diam memperhatikan penjelasan guru dan mencatat

apa yang dijelaskan oleh guru.

5. Membahas materi atau menyajikan bahan pelajaran.

6. Asosiasi dan pemahaman bahan pelajaran melalui keterhubungan antara materi

yang sedang dipelajari dengan situasi nyata atau dengan bahan pelajaran yang

lain.

7. Aplikasi bahan pelajaran yang telah dipelajari dengan cara tertulis, seperti

mengerjakan soal.

8. Menyimpulkan bahan pelajaran yang telah dipelajari.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

25

Menurut Isriani Hardini (2012:16), langkah-langkah yang baik dalam

metode ceramah, yaitu:

1. Menjelaskan tujuan pembelajaran terlebih dahulu kepada siswa.

2. Kemukakan pokok-pokok materi yang akan dibahas.

3. Memancing pengalaman siswa yang cocok dengan materi yang akan dipelajari.

Caranya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menarik perhatian

mereka.

4. Perhatian siswa dari awal sampai akhir harus terpelihara.

5. Menyajikan pelajaran secara sistematis.

6. Membangkitkan motivasi belajar secara terus menerus selama pelajaran

berlangsung.

7. Menarik kesimpulan dari semua pelajaran yang telah diberikan.

8. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi materi pelajaran

yang telah diberikan.

9. Melaksanakan penilaian secara komprehensif untuk mengukur perubahan

tingkah laku.

Menurut Dimyati dan Moedjiono dalam Miftah Rosyadi (2012:18) secara

garis besar terdapat 4 langkah yang tercangkup dalam prosedur pemakaian metode

ceramah dalam proses belajar mengajar yang meliputi:

1. Tahap persiapan ceramah.

1) Mengorganisasikan isi pelajaran yang akan disampaikan.

2) Mempersiapkan pengusaan isi pelajaran yang akan diceramahkan.

3) Memilih dan mempersiapkan media instruksional dan atau alat bantu

instruksional yang akan digunakan.

2. Tahap awal ceramah.

1) Meningkatkan hubungan guru-siswa.

2) Meningkatkan perhatian siswa.

3) Mengemukakan pokok-pokok isi ceramah.

3. Tahap pengembangan ceramah.

1) Guru memberikan keterangan secara singkat dan jelas.

2) Guru mempergunakan papan tulis.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

26

3) Guru memberi keterangan ulang dengan menggunakan istilah atau kata-kata

lain yang lebih jelas.

4) Guru merinci dan perluas pelajaran.

5) Guru memberi balikan (feedback) sebanyak-banyaknya selama berceramah.

6) Guru mengatur alokasi waktu ceramah.

4. Tahap akhir ceramah.

1) Pembuatan rangkuman dari garis-garis besar isi pelajaran yang

diceramahkan.

2) Penjelasan hubungan isi pelajaran yang diceramahkan dengan isi pelajaran

berikutnya.

3) Penjelasan tentang kegiatan pada pertemuan berikutnya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah pembelajaran metode pembelajaran ceramah yaitu:

1. Kegiatan awal

1) Guru memberi salam, berdoa dan presensi siswa.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelaajaran.

3) Guru melakukan apersepsi berupa memberi pertanyaan seputar koperasi.

2. Kegiatan inti

1) Guru menyampaikan materi dengan ceramah.

2) Guru memberikan tugas kepada siswa yang harus dikerjakan.

3) Guru dan siswa membahas tugas yang dikerjakan.

4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai

ketidakjelasan materi.

3. Kegiatan penutup

1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi dari kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan.

2) Guru menyampaikan materi di pertemuan yang akan datang.

2.1.4 Hasil Belajar

2.1.4.1 Pengertian Hasil BelajarNawawi dalam Ahmad Susanto (2013:5) menyatakan bahwa “hasil belajar

dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

27

pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu”.

Oemar Hamalik dalam Rusman (2012:123) menyatakan bahwa “hasil

belajar dapat terlihat dari terjadinya perubahan persepsi dan perilaku termasuk

juga perubahan perilaku”.

Rusman (2012: 123) menyatakan bahwa “hasil belajar yaitu sejumlah

pengalaman yang diperoleh oleh siswa mencakup ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik”.

Ahmad Susanto (2013:5) menyataka bahwa ”hasil belajar yaitu perubahan-

perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar”.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar yaitu tingkat keberhasilan siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Dimana keberhasilan tersebut diperoleh melalui tes dan

dinyatakan dalam skor.

2.1.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Wasliman dalam Ahmad Susanto (2013:12) menyatakan bahwa faktor

yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi 2 yaitu (1) faktor internal

merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang memengaruhi hasil

belajarnya. Faktor internal, meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi

belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan, (2)

faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa yang

memengaruhi hasil belajar. Faktor ekstrenal, meliputi keadaan keluarga , sekolah,

dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar. Keadaan

keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri,

perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari

berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Munadi dalam Rusman(2012:124) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar yaitu (1) faktor internal meliputi faktor fisiologis

seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan yang lelah dan capek,

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

28

tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat

mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran dan faktor psikologis yang

meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan

daya nalar siswa, (2) faktor eksternal meliputi faktor lingkungan berupa

lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu,

kelembaban, dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki

ventilasi udara yang kurang tentunya akan berbeda suasana belajarnya dengan

yang belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dan di ruang yang cukup

mendukung untuk bernafas lega dan faktor instrumental merupakan faktor yang

keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk

tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor

instrumental ini berupa kurikulum, sarana, dan guru.

Dari pendapat 2 tokoh tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa faktor

yang mempengaruhi hasil belajar ada 2 yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor

internal, terdiri dari faktor fisiologis yang meliputi kondisi fisik dan kesehatan

serta faktor psikologis yang meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat,

motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa. Sedangkan faktor ekstrenal terdiri

dari faktor lingkungan yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat serta faktor instrumental yang meliputi kurikulum, sarana, dan guru.

2.1.4.3 Klasifikasi Hasil Belajar

Menurut Bloom dalam Rusman (2012:125), hasil belajar diklasifikasikan

menjadi 3 yaitu domain kognitif yang berkenaan dengan kemampuan dan

kecakapan-kecakapan intelektual berpikir. Domain kognitif menurut Bloom dalam

Rusman (2012:125) terdiri dari 6 kategori yaitu (1) pengetahuan yaitu jenjang

kemampuan yang menuntut siswa untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya

konsep-konsep, fakta, prinsip atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat

menggunakannya, (2) pemahaman yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

siswa untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan

guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal

lain, (3) penerapan yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

29

menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-teori

dalam situasi baru dan konkret, (4) analisis yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut siswa untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam

unsur-unsur atau komponen pembentukannya. Kemampuan analisis

dikelompokkan menjadi 3 yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis

prinsip-prinsip yang terorganisasi, (5) sintesis yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut siswa untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara

menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan,

rencana atau mekanisme, (6) evaluasi yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

siswa untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep

berdasarkan kriteria tertentu.

Domain kognitif menurut Lorin Anderson dalam Rusman (2012:126)

terdiri dari 6 kategori yaitu (1) mengingat, taksonominya mengurutkan,

menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi,

menemukan kembali, dsb, (2) memahami, taksonominya menafsirkan, meringkas,

mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, memaparkan, dsb, (3)

menerapkan, taksonominya melaksanakan, menggunakan, menjalankan,

melakukan, mempraktikkan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan,

mendeteksi, dsb, (4) menganalisis, taksonominya menguraikan, membandingkan,

mengorganisasikan, menyusun ulang, mengubah struktur, mengerangkakan,

menyusun outline, mengintegrasikan, membandingkan, membedakan,

manyamakan, dsb, (5) mengevaluasi, taksonominya menyusun hipotesis,

mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan, dsb, (6)

berkreasi, taksonominya merancang, membangun, merencanakan, memproduksi,

menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah,

mengubah, dsb.

Domain afektif, berkenaan dengan sikap, kemampuan, dan penguasaan

segi-segi emosional, yaitu perasaan, sikap, dan nilai.

Domain psikomotor, berkenaan dengan suatu keterampilan-keterampilan

atau gerakan fisik.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

30

Dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa klasifikasi hasil

belajar itu ada 3 yaitu kognitif mengenai tentang pengetahuan, afektif mengenai

tentang sikap, dan psikomotorik mengenai keterampilan.

2.1.4.4 Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar adalah proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian hasil

belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penilaian tes berupa aspek

kognitif. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa pilihan ganda. Penilaian

hasil belajar oleh guru dilakukan secara berkesinambungan yang bertujuan untuk

memantau proses dan kemajuan belajar siswa serta untuk meningkatkan

efektivitas kegiatan pembelajaran. Prosedur penilaian hasil belajar dalam

penelitian ini , yaitu (1) memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

ada di silabus, (2) mengembangkan indikator untuk mengetahui ketercapaian KD,

(3) membuat kisi-kisi soal, (4) melaksanakan tes, (5) mengolah hasil tes tersebut

untuk mengetahui keberhasilan dalam pembelajaran.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian oleh Nuryani (2012) “Effektivitas Penggunaan Metode Inkuiri

dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas IV SD N Tegal

Panggung Danurejan Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012” menyimpulkan

bahwa penerapan metode inkuiri lebih efektif dalam pembelajaran dan

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa

kelas IV SD N Tegal Panggung Danurejan Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.

Penelitian oleh Evi Nuraini (2012) “Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri

Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cepit Sewon

Bantul Tahun Ajaran 2011/2012” menyimpulkan bahwa penerapan metode

inkuiri memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD

N Cepit Sewon Bantul tahun ajaran 2011/2012.

Penelitian oleh Diah Wulandari (2012) “Pengaruh Penggunaan Metode

Inkuiri Terhadap Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan Sifat-Sifatnya Pada Kelas

V SD Negeri Mranggen Tengah Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung

Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012” menyimpulkan hasil belajar IPA materi

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

31

cahaya dan sifat-sifatnya pada kelas V SD Negeri Mranggen Tengah yang

menggunakan metode inkuiri lebih tinggi dibandingkan yang menggunakan

metode konvensional.

Penelitian oleh Purwanto (2012) “Meningkatkan Hasil Belajar IPA

Dengan Menerapkan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Pada Siswa Kelas V Sekolah

Dasar Negeri 1 Ngembak Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester

I Tahun Ajaran 2011/2012” menyimpulkan bahwa metode pembelajaran berbasis

inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD N 1 Ngembak. Hal itu

terbukti dari persentase siklus I yang hanya 60,71% menjadi 85,71% pada siklus

II.

Penelitian oleh Ninik Satiyem (2013) “Upaya Peningkatan Hasil Belajar

PKn Melalui Metode Inkuiri Pada Siswa Kelas V Semester I SD Negeri Bawang

Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014” menyimpulkan bahwa

pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD N

Bawang dalam pembelajaran PKn. Hal itu terbukti dari persentase siklus I 65,25%

menjadi 91,5% pada siklus II.

Data tentang penelitian yang relevan akan diperjelas dalam tabel 1 sebagai

berikut:

Tabel 1Hasil Penelitian yang Relevan

PenelitiVariabel Subjek

Penelitian

Jenis

PenelitianX Y

Nuryani (2012) Metode

Inkuiri

Hasil Belajar

IPS

Kelas 4

SD

Eksperimen

Evi Nuraini (2012) Metode

Inkuiri

Hasil Belajar

IPS

Kelas 4

SD

Eksperimen

Diah Wulandari

(2012)

Metode

Inkuiri

Hasil Belajar

IPA

Kelas 5

SD

Eksperimen

Purwanto (2012) Pembelajaran

Berbasis

Hasil Belajar

IPA

Kelas 5

SD

Penelitian

Tindakan

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

32

Inkuiri Kelas (PTK)

Ninik Satiyem

(2013)

Metode

Inkuiri

Hasil Belajar

PKn

Kelas 5

SD

Penelitian

Tindakan

Kelas (PTK)

Berdasar Tabel 1, dapat terlihat dengan jelas bahwa terdapat perbedaan

mata pelajaran, kelas dan jenis penelitian. Tetapi perlakuan yang digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar sama yaitu dengan menggunakan metode

pembelajaran inquiry. Dari beberapa penelitian tersebut walaupun berbeda-beda

tetapi menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Oleh karena itu penelitian

yang dilakukan di SD Negeri 1 Mudal untuk mengetahui perbedaan pengaruh

penerapan metode inquiry dengan metode ceramah terhadap hasil belajar IPS

kelas 4 SD Negeri 2 Mudal semester II tahun Pelajaran 2013/2014.

2.3 Kerangka Pikir

IPS merupakan salah satu mata pelajaran terpenting bagi siswa SD.

Dikatakan terpenting karena pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial

masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Metode

inquiry merupakan salah satu metode pembelajaran yang menekankan pada proses

berpikir secara kritis, analitis, dan ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah

yang mencakup orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,

mengumpulkan data, menguji hipotesis serta merumuskan kesimpulan untuk

menemukan dan mencari sendiri jawaban dari masalah yang dipertanyakan.

Sehingga dalam metode inquiry kemampuan analisis siswa terbentuk. Di dalam

pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry, guru memberikan masalah

yang berkaitan dengan materi. Masalah yang diberikan oleh guru tersebut masih

harus dirumuskan oleh siswa sendiri karena masalah yang diberikan oleh guru

masih bersifat umum. Dari masalah tersebut, siswa mencari sendiri jawaban dari

masalah yang diberikan. Pengetahuan yang diperoleh siswa sendiri akan lebih

tertanam dalam pikiran siswa sehingga hasil belajar siswa juga dapat meningkat.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7797/3/T1_292010049_BAB II.pdf · metode-metode dan proses berpikir ... di SD diklasifikasikan menjadi 3 besar yang masing-masing

33

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian yaitu terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara

penerapan metode pembelajaran inquiry dengan metode pembelajaran

konvensional terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas 4 SD N Mudal

Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali semester II tahun pelajaran 2013/2014”.