bab ii gizi wanita menyusui.doc
TRANSCRIPT
GIZI WANITA MENYUSUI
Tidak diragukan lagi bahwa ASI memang merupakan makanan terbaik untuk bayi
“Susuilah bayimu sampai usia dua tahun...”, begitu tertulis dalam kitab suci. Namun,
sayangnya, terutama pada awal tahun tujuh puluhan, penggunaan ASI menurun secara drastis.
Perilaku tidak menyusui bayi. Keengganan untuk memberika ASI, terutama pada lingkungan
yang berpendidikan tinggi, berpangkal pada isu pencemaran air susu ibunoleh berbagai zat
toksik, seperti DDT, dioksin, dan timah hitam. Polutan ini masuk ke ASI dan berbahatakan
janin. Faktor yang melatarbelakanginya boleh jadi berakar pada masalah seperti urbanisasi,
anggapan keliru tentang payudara sebagai simbol seks, modernisasi, salah kaprah yang
menganggap bahwa menyusui merupakan perilaku primitif. Berubah sejalan dengan
perubahan perilaku formal (M. Enoch & D. Abunaim, 1998). Pemberian susu botol
meningkatkan dari 5% (sekolah dasar ke atas) sampai 56% (perguruan tinggi). Sebaliknya,
pemberian air susu ibu menurun dari 89% (sekolah dasar ke atas) sampai 0% (perguruan
tinggi). Pemberian susu ekslusif “cenderung” menurun, dari 37% (1987) menjadai 30%
(1992), sementara pemberian makanan tambahan tetap tidak cukup.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayi. Salah
satunnya ialah karna air suus tidak keluar. Penyebab air susu tidak keluar juga tidak sedikit,
mulai dari stress mental sampai ke penyakit fisik, termasuk malnutrisi. Namun demikian,
perilaku tidak menyusui bayi segera setelah lahir (dengan catatan bahwa ibu tidak dala
keadaan terbius dan mengidap penyakit tertentu sehingga tidak memungkinkan untuk
menyusui, serta bayi tidak menderita kelainan saluran mulut, saluran napas, atau lahir tidak
cukup bulan). Terutama dikondisikan oleh “ jaringan pemasaran” susu formula, baik melalui
iklan maupun memasaok langsung produknya ke rumah sakit atau bersalin. Sekali
terpengaruh dan terperangkap oleh kondisi ini, jangan diharap air susu akan dapat mengalir
optimal, jika belum dapat dikatakan “tidak dapat keluar lagi”.
Wanita seseungguhnya tidak perlu diet yang sangat sempurna. Ada beberapa zat gizi
yang harus banyak dimakan selma menyusui. Namun, kalau intinya hanya “kesuksesan”,
komposisi zat gizi di dalam ASI wanita yang “kurang banyak makan” tidk berbeda dengan
ASI mereka yang “cukup makan”. Yang tidak sama hanya volume ASI itu sendiri. Karena
itulah, wanita menyusui dianjurkan untk memperbanyak minum serta cukup beristirahat.
Fisiologi ASI
Kelenjar susu besusun atas dua macam jaringan, yaitu jaringan kelenjar (glandular
tissue, atau parenkim), dan penopang (supporting tissue dan stoma). Jaringan kelenjar berisi
banyak sekali kantong alveolus yang dikelilingi oleh jaringan epitel otot yang bersifat
kontraktif. Bagian dalam alveolus yang dikelilingi oleh jaringan epitel. Susu dibentuk pada
epitel kelenjar ini. Persiapan untuk berproduksi berlangsung selma kehamilan sehingga
membesar sampai 2-3 kali ukuran normal.
Air susu terbentuk melalui dua fase, yaitu fase sekresi dan pengaliran. Pada bagian
pertama, susu disekresikan oleh sel kelnjar ke dalam lumen alveoli. Pada tikus, proses di
awasi oleh hormon prolaktin dan ACTH. Kedua hormon ini mempengaruhi perkembangan
kelenjar mammae. Pada fase kedua , air susu yang dihasilkan oleh kelnjar di alirkan ke
putting susu, setelah sebelumnya terkumpul dalam sinus selama kehamilan berlangsung,
lektogenesis kemungkinan besar terkunci oleh pegaruh progesteronn pada sel kelenjar. Sesuai
partus, kadar hormon ini menyusut drastis, memerikan kesempattan prolaktin untuk bereksi
sehingga mengimbas laktogenesis.
Laktasi diawasi oleh dua macam refleks, yaitu the milk production reflex dan the let
down reflex. Manakla bayi mengisap puting susu, searamgkaian impuls akan menuju medula
spinalis, lalu ke otak, dan menyusup ke dalam kelenjar hipofisis, memicu sekresi oktosin
pada bagian posterior hipofisis. Keberadaan oksitosin menyebabkan kontraksi sel-sel epitel
otot polos yang membungkus alveolus sehingga air susu yang terkandung di dalamnya
tersembur ke setiap duktus dan sinus.
Keuntungan menyusui
Jika dibandingkan dengan susu formula, biaya yang dikeluarkan akibat pemberian
ASI tetap lebih murah, meskipun wanita menyusui membutuhkan zat gizi ekstra. Bila anak
disusui selama dua tahun, berarti telah menerima ASI sekitar 375 liter yang setaradengan 437
liter susu sapi. Jika dihitung berdasrkan rata-rata kebutuhna ASI sebesar 800 cc/hari. Bayi
usia 6-7 bulan pertama tlah menghabiskan sekitar 150 liter susu yang setara dengang 22 kg
susu bubuk formula. Biaya ini belum memperhitungkan keperluan lain seperti pembelian dot,
botol susu, alat pemasak, pendingin susu, bahan bakar dan membengkak 1 kali lebih besar
dibandingkan bayi yang aman diberi ASI. Penggunaan air yang tidak bersih (sumber air
minum yang aman baru dapat diakses oleh 63% penduduk, sementara penduduk pedesaan
hanya 53%), botol yang kotor dan dot yang tidak licin (ditumbuhi jamur dan menjadi sarang
bakteri) merupakan kontributor tingginya angka kesakitan pada bayi peminum susu botol.
Untuk menghasilkan 100 cc ASI diperlukan energi sebesar 80-90 kkal. Simpanan
lmak selama hamil dapat memasok energi sebanyak 100-200 kkal per hari. Berarti, untuk
menghasilkan 850 ccc (rata-ratavolume ASI dinegara sedang berkembang) diperlukan energi
sekitar 750 kkal. Penambahan kalori selama menyusui hanya 500 kkal/hari. Kekurangan 250
kkal, diambil dari cadangan kalori wanita (simpanan lemak selama hamil).
Seadainya tiap wanita menyusukan anak selama paling sedikit 4 bulan saja, dia akn
kehilangan 250 x 30 x 4 kkal + 45.000 kkal yang setara (9 kkal terkandung dalam 1 gr lemak)
dengan 5 kg lemak. Ditambah dengan materi yan dilahirkan janin 3, 4 kg, plasenta 0,45 kg,
cairan amnion 0,9 kg, darah 0,6 kg. Maka berat wanita akan menyusut sekbanyak 10,35 kg.
Dengan demikia, keteratran mmerikan ASI akan membantu penurunan beart badan.
Perhitungan diatas didasarkan pada asumsi bahwa kegiata fisik wanita tidak berubah.
Seandainya dia secara teratur juga melakukan snam selama 15 menit (atau bahkan lebih)
sehari, penyusutan kalori akan lebih basar lagi. Berat badan sebagai wanita menyusui akan
berkurang sekitar 0,5-1,0 kg/bulan. Kehilangan berat yangdiperkenankan tidak melebihi 2
kg/bulan.
Perangsangjan puting susu oleh isapanbayi akan menambakan sekresi oksitosin ke
dalam darah yang pada gilirannya menyebabkan kontraksi uterus, dan juga timbunan lemak,
penyebab “genut”, kembali ke ukuran sebelum hamil. Dengan bantuan senam, proses
pelangsingan dapat dipercepat.penjelasan ini, jika digabung dengan keterangan sebelumnya
dapat digunakan untuh membantah anggapan sebagian ibu yang enggan menyusui bahwa
memberi ASI akan merusak bentuk tubuh. Yang terjadi justr sebaliknya, mempercepat
pelangsingan.
Jika seorag ibu tidak berkenan menggunakan alat kontrasepsi artifisial,emberian ASI
dapat menjadi alternatif kontrasepsi, namun dengan syarat bahwa bayi hanya diberi ASI.
Pemberian ASI secara ekslusif akan berangsang sekresi hormon prolaktin dan oksitosin.
Hormon prolaktin berkemampuan menekan ovulasi (menghambat kegiatan ovarium melalui
penghambatan hormon luteinizing sembari menggangu sekresi GRH-gonadotropinn-releasing
hormon_ dan oksitosin berfungsi memicu dan memacu involusi uteri. Namun demikian, ibu
harus tetap berhati-hati karena kontrasepsi dengan cara iri tidak 100% efektif. Jik aibu
memberikan ASI secara ekslusif, daya lindung hanya 98% ini efektif jika haid tidak terjadi.
Faktor yang mempengaruhi laktasi
Gangguan proses pemberian ASI pada prinsipnya berakar pada kurangnya
pengetahuan, rasa percaya diri, serta kurangnya dukungan dari keluarga dan lingkungan .
pemberian ASI itu sendiri, sesungguhnya merupakan alamiah. Tetapi bukan berarti “kun-
faya-kun”, jika seketika. Menyusui memerlukan persiapan. Dan persiapan itu harus sudah
dimulai selagi hamil. Ketidaktahuan akan manfaat ASIkemudharatan yang mungkin timbul
akibat “susu boto”, dan “is negatif” yang ditiupkan leh teman sebaya dan produsen susu
formula, terwujud sebagai keengganan menyusui anaknya. Pengaruh ini akan semakin besar
jika ibu masih remaja dan kelahiran anak yan tidak diinginkan.
Masa persiapan menyusui sufdah harus dimulai ketika hamil. Kepada calon ibu perlu
diajarkan cara memberikan air suus pertama, upaya yang perlu dilakukan untuk
memperbanyak ASI, serta cara perawatan payudaraselama menyusui. Puting susu harus
diperiksa terutama selama satu atau dua bulan sebelum kelahiran. Jika puting mengalami
inversi, kondisi dapat menyusahkan bayi untuk menyusui dan dapat memfrustasikan ibu,
diupayakan agar kembali menonjol. Di samping itu, kebersihan dan kelembapan payudara
harus dijaga agar tidak terjangkit infeksi.
Air susu sebaiknya diberikan segera setelah bayi lahir. Air susu pertama, yang
bertahan sekitar 4-5 hari, masih berupa kolostrum. Banyak kolostrum yang di sekresikan
setiap hari berkisar anatara 10-100cc, dengan rata-rata 30 cc. Air susu susu sebenarnya baru
keluar setelah 5 hari. Ibu harus menyulur payudaranya ke mulut bayi hingga seluruh puting
dan areola “tergenggam” oleh mulut bayi. Tugas mengalirkan susu jangan dibebankan pada
satu payudara saja. Perlakuan berat sebelah ini, jika memang terjadi, akan menurunkan fungsi
payudara sebagai produsen ASI. Karena itu, kedua payudara sebaiknya digilir masing-masing
sekitar 7-10 menit. Selesai menyusui, payudaraa idbersihkan dengan air bersih dan dibiarkan
i 850 cc yang berarti
Jumlah produksi ASI bergantung pada besarnya cadangan lemak yang tertimbun
selama hamil dan dalam batas tertentu, diet selama menyusui. Rata-rata volume ASI wanita
berstatus gizi baik sekitar 700-800 cc, sementara mereka yang berstatus gizi kurang hanya
berkisar 500-600 cc (jelliffe 1966). Jumlah ASI yang disekresi pada har pertmaa hanya
terkumpul sebanyak 50 cc yang kemudian meningkatkan mnejadi 500, 650 dan 750 cc
masing-masing padaa hari V, bulanI dan III. Volume ASI pada 6 bulan berikutnya menyusut
menjadi 600 cc. Namun demikian, status gizi tidak berpengaruh besar trrhadap mutu (kecuali
volume) ASI, meskipun kadar vitamin dan mineralnya sedikit lebih rendah ( Hambraeus &
Sjolin, 1970). Pendapat ini dapat digunakan sebagai penjelasan kepada wanita yang enggan
menyusunkan bayi dengan alasan status gizi mereka kurang baik.
Energi
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama ascapartum mencapai sebanyak 500
kkal. Rekomendasi ini didasarkan pada asumsi, bahwa tiap 100 cc ASI kemampuan
memassok 67-77 kkal. Efiensi energi yang terkandung dalam makanan menjadi energi susu
sebesar rata-rata 80%, dengan kisaran 76-94%. Dari sini dapet diperkirakan besaran energi
yang diperlukan uuntuk menghasilkan 100 cc susu, yaitu sekitar 85 kkal. Rata-rata produksi
ASI sehari 850 cc yang berartii mengandung 600 kkal. Sementara itu kalori yang dihabiskan
untuk menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kkal. Jika laktasi berlangsung lebih dari 3
bulan, dan selama itu berat bdan ideal ibu menurun, berarti jumlah kalori tambahan harus
ditingkatkan.
Sesungguhnya tambahan kalori tersebut hanya sebesar 700 kkal, sementara sisanya
(sekitar 200 kkal) diambil dari cadangan indogen, yaitu tibunan lemak selama hamil.
Mengingat efisiensi konversi energi hanya 80-90%, maka energidari makanan yang
dianjurkan 500 kkal hanya akan menjadi energi ASI sebesar 400-450 kkal.
Untuk menghasilkan 850 cc ASI dibutuhkan 680-807 kkal (rata-rata 750 kkal) energi.
Jika kedalam diet tetap ditambahkan 500 kkal, yang terkonvensi hanya 400-450 kkal, berarti
setiap hari harus dimobilisasi cadangan energi endogen sebesar 300-350 kkal yang setara
dengan 33-38 gr lemak. Dengan demikian, simpanan lemak selama hamil, sebanyak 4 kg atau
setara dengan 36.000 kkal akan habis setelah 105 sampai 121 hari, atau sekitar 3,5-4 bulan.
Penghitungan ini sekaligus menguatkan pendapat bahwa dengan memberikan ASI, berat
badan ibu akan kembali normal dengan cepat dan menepis isu bahwa menyusui bayi akan
membuat tubuh menjadi tambun.
Mengacu pada “Literatur Barat”, asupan energi kurang dari 2.700 kkal sehari
menyiratkan kalsium, magnesium, seng, vitamin B dan folat. Sampai sejah apa engaruh
kekurangan ini 9juga vitamin dan mineral lain) terhadap keberhasilan menyusui serta
dampaknya terhadp kesehatan ibu dan anak, belum diketahui. Namun demikian, wanita
vegetarian dan mereka yang tidak menyukai susu sebaiknya mengkonsumsi pangan lain yang
diperkaya dengan vitamin D yag dilengkapi dengan suplemen ASI (vitamin D dan B12
sebanyak 10 µg dan 2,6 µg perhari).
Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein di atas kebutuhan normal
sebesar 20 g/hari. Dasar ketentuan ini ialah bahwa setiap 100 ccASI mengandung 1,2
gprotein. Dengan demikian, 850 cc ASI mengandung 10 gram protein. Efisiensi konversi
protein makanan menjadi protein suusus hanya 70% (dengan variasi perorangan, tentu
saja).peningkatan kebutuhan ini ditunjukan bukan hanya untuk transformasi menjadi protein
susu, tetapi juga untuk sintesis hoormon yang memproduksi (prolaktin) serta yang
mengeluarkan ASI (oksitosin).
GIZI BAYI
Jika dihitung dari saaat kelahiran, berat bayi akan bertambah dua kali lippat
pada bulan IV: dari 3,2 kg menjadi 6,4 kg. Setelah itu pertumbuhan akan sedikit melambat.
Berat badan bayi hanya akan bertambah banyak 2,3 kg setahun. Keterlambatan ini
berlangsung sampai usia remaja setelah itu, BB akan bertambah secara mencengangkan.
Meskipun tidak sedramatis berat, tinggi badan juga bertambah dari hanya 50
cm ketika lahir menjadi 75cm (bertambah 25 cm) setelah berusia 1 tahun. Di tahun II
kehidupan, tinggi hanyua bertambah 12-13 cm, untuk seterusnya semakin lambat hingga
mencapai usia remaja. Pada saat itu, tinggi badan akan bertambah sebanyak 16-20 cm selama
2-2½tahun.
Perubahan organ tubuh selama tahun pertama mempengaruhi kesiapan bayi untuk
menerima makanan padat. Pada mulanya, bayi hanya dapat menghisap, yang dapat diartikan
sebagai kemampuan menghisap payudara untuk sehingga makanan setengah padat mulai
untuk memperoleh air susu. Pada bulan kedua, ia mampu “memainkan lidah” sehingga
makanan setengah padat mulai dapat ditelan. Namun demikian, kepandaian mengunyah baru
di peroleh pada usia dua tahun.
Di awal kehidupannya, lambang dan usus bayi sesungguhnya belum sepenuhnya
matang. Bayi dapat mencerna gula dalam susu (aktosa), tetapi belum mampu menghasilkan
amilase dalam jumlah yang cukup. Ini berarti, bahwa bayi tidak dapat mencerna tepung
sampai paling tidak usia 3 bulan.