bab ii data & analisa 2.1. 2.1.1. riset perpustakaan buku...

26
4 BAB II DATA & ANALISA 2.1. Sumber data 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku referensi untuk data - Indonesia, departemen komunikasi World Vision Indonesia, “ Serial Buku Komik: Ketahanan Masyarakat Dalam Menghadapai Bencana AlamSerial ini terdiri dari dua bagian, yaitu gempa bumi dan tsunami, masing dibedakan menurut target audience, dikarenakan variasi kultur di Indonesia. Buku referensi untuk teori - USA, William Lidwell & co. “ Universal Principles of Design ” Rockport Publisher. 2003 - USA, Tina Sutton & Whelan, “ The Complete Color Harmony” Rockport Publisher. 2004 2.1.2. Alamat Referensi Internet di Website: - http://www.crayonpedia.org/mw/BAB.5_CARA- CARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara- cara_Menghadapi_Bencana_Alam / - http://portal.vsi.esdm.go.id/joomla/index.php?option=com_wrapper&Itemid =110 - http://rovicky.wordpress.com/tips/

Upload: dodan

Post on 06-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

4

BAB II

DATA & ANALISA

2.1. Sumber data

2.1.1. Riset Perpustakaan

Buku referensi untuk data

- Indonesia, departemen komunikasi World Vision Indonesia, “Serial Buku

Komik: Ketahanan Masyarakat Dalam Menghadapai Bencana Alam”

Serial ini terdiri dari dua bagian, yaitu gempa bumi dan tsunami,

masing dibedakan menurut target audience, dikarenakan variasi kultur di

Indonesia.

Buku referensi untuk teori

- USA, William Lidwell & co. “Universal Principles of Design” Rockport

Publisher. 2003

- USA, Tina Sutton & Whelan, “The Complete Color Harmony” Rockport

Publisher. 2004

2.1.2. Alamat Referensi Internet di Website:

- http://www.crayonpedia.org/mw/BAB.5_CARA-

CARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-

cara_Menghadapi_Bencana_Alam /

- http://portal.vsi.esdm.go.id/joomla/index.php?option=com_wrapper&Itemid

=110

- http://rovicky.wordpress.com/tips/

Page 2: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

5

- http://www.fema.gov/kids/tch_eq.htm

2.1.3. Wawancara

Wawancara dengan beberapa pakar yang berpengalaman di lapangan, yang

mana semuanya adalah

staff World Vision. Berikut adalah para pakar tersebut:

- Adi Suryadini Disaster Risk Reduction Coordinator | Humanitarian and

Emergency Affairs

- Jimmy Nadapdap Humanitarian & Emergency Affairs/Relief Director

- Alfred Anakkota Regional Humanitarian Emergency Affairs (HEA)

Officer | Java and Nias Region

2.2. Pengertian Edutainment (E-learning)

Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Electronic

learning disingkat E-learning) adalah cara baru dalam proses belajar mengajar

lewat media maya seperti komputer internet atau televisi. E-learning merupakan

dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi salah satu bentuknya adalah Edutainment. Edutainment adalah

singkatan dari educational entertaiment, yang berarti suatu bentuk hiburan yang

dirancang untuk kepentingan pendidikan secara menyenangkan dan menghibur.

Program Edukasi (E-learning) ini lebih bersifat Edutainment karena

penyampaiannya ditujukan pada anak-anak, yang secara alamiah lebih mudah

menangkap pesan jika mengandunng hiburan.

Page 3: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

6

Asal mula Edutainment masih diperdebatkan. Menurut wikipedia.org

bentuk Edutainment telah ada sejak ribuan tahun, hanya saja berevolusi

bersamaan dengan peradaban manusia. Jaman dahulu edutainment dibentuk

sebagai perumpamaan dan dongeng dengan tujuan mempromosikan perubahan

sosial. Pada era 1970-an, bentuk edutainment telah berkembang secara modern

seperti, produksi televisi, film bioskop, pameran-pameran di museum, dan

perangkat lunak komputer. Edutainment ini menggunakan hiburan untuk

menarik untuk memikat penonton, namun pendidikan sengaja digabungkan agar

tetap konsisten dengan konten atau pesan yang ingin disampaikan .

Istilah Edutainment telah dipakai oleh Walt Disney Company awal tahun

1948 untuk mendeskripsikan serial True Life Adventures. Edutainment telah

menjadi kata baku yang telah digunakan oleh Robert Heyman pada tahun 1973

ketika memproduksi film dokumenter untuk National Geographic Society. Hal

ini juga digunakan oleh Dr. Chris Daniels pada tahun 1975 untuk merangkum

tema dari Millenium Project. Proyek ini kemudian dikenal sebagai The Elysian.

Edutainment dapat digunakan untuk menggambarkan berbagai modul

pembelajaran yang berbeda-beda dan variatif.

Pada era 70-an berbagai bagian daerah di Amerika Serikat, Inggris, dan

Amerika Latin telah menggunakan Edutainment untuk kesehatan dan isu-isu

sosial seperti penyalahgunaan obat, imunisasi, kehamilan remaja, HIV / AIDS,

dan kanker. Inisiatif dari universitas-universitas besar telah menghasilkan

konten Edutainment, seperti Johns Hopkins University dan University of

Page 4: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

7

Wisconsin-Madison, LSM seperti PCI-Media Dampak, dan lembaga pemerintah

seperti Center for Disease Control (CDC).

Dalam perfilman motion graphic dengan konten edukasi muncul

pertama kalinya pada tahun 1943, seperti Private Snafu, dan dapat dilihat pada

film-film modern era 2000-an seperti halnya pada film edutainment serta

political dan isu ekologi, An Inconvenient Truth.

Setelah perang dunia ke-2, edutainment telah dialihkan pada televisi.

Beberapa contoh serial televisi edutainment yang ada sampai sekarang untuk

anak-anak adalah Sesame Street, Dora the Explorer, dan Teletubbies.

2.3. Animasi di Indonesia

Animasi adalah tampilan yang cepat dari pergeseran beberapa posisi

kumpulan gambar, sehingga menciptakan ilusi mata. Ilusi animasi adalah, ilusi

optic seolah-olah objek yang dianimasikan bergerak. Beberapa cara yang

diterapkan bermacam-macam untuk membuat animasi, namun yang paling

sering diciptakan adalah program untuk televisi.

Menurut majalah Concept, Animasi di Indonesia berkembang, dari

jaman pewayangan, yang merupakan cikal bakal lahirnya animasi Indonesia,

hingga jaman 3D sekarang ini. Sejak tahun 1933 di Indonesia banyak koran

lokal yang memuat iklan Walt Disney. kemudian Pada Tahun 1955 Presiden

Soekarno yang sangat menghargai seni mengirim seorang seniman bernama

Dukut Hendronoto (pak Ook) untuk belajar animasi di studio Walt Disney,

setelah tiga bulan ia kembali ke Indonesia dan membuat film animasi pertama

Page 5: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

8

bernama “Si Doel Memilih” animas i ini awalnya di buat untuk tujuan

kampanye politik.

Di tahun 70-an banyak film yang menggunakan kamera seluloid 8mm,

maraknya penggunaan kamera untuk membuat film tersebut, akhirnya menjadi

penggagas adanya festival film. Tahun 80-an ditandai sebagai tahun maraknya

animasi Indonesia. Ada film animasi rimba si anak angkasa yang disutradarai

Wagiono Sunarto dan dibuat atas kolaborasi ulanagan si Huma yang diproduksi

oleh PPFN dan merupakan animasi untuk serial TV.

Pada tahun 2000 Red Rocket memproduksi beberapa serial animasi TV

seperti Dongeng Aku dan Kau, Klilip dan Puteri Rembulan, Mengapa Domba

Bertanduk dan Berbuntut Pendek, Si Kurus dan Si Macan, pada masa ini serial

animasi cukup populer karena menggabungkan 2D animasi dengan 3D animasi.

Pada tahun 2003, serial 3D animasi merambah layar lebar diantaranya Janus

Perajurit Terakhir, menyusul kemudian bulan Mei 2004 terdapat film layar

lebar 3D animasi berdurasi panjang yaitu Homeland.

Perkembangan animasi telah meluas di Indonesia, bahkan ada beberapa

studio yang telah membuat animasi lisensi luar dikerjakan oleh tenaga ahli lokal

atau dengan kalimat lain, Indonesia sudah lama terkenal hanya sebagai tempat

produksi industri film animasi Jepang dan Amerika Serikat. Data Ainaki

(Asosiasi Industri Animasi dan Konten Indonesia) mencatat nama-nama studio

animasi Indonesia, diantaranya adalah: Frozzty Entertainment, Tunas Pakar

Integraha, Castle Production, Mirage, Pustaka Lebah, Jogjakartun, Mrico,

Animad Studio, Jelly Fish, Bulakartun, Griya Studio, Bening Studio, Studio

Page 6: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

9

Kasatmata, Asiana Wang Animation, Bintang Jenaka Cartoon Film, Infinite

Frameworks Studios Batam dan lain-lain.

2.4. Data Umum tentang Bencana Alam

2.4.1. Penyebab Terjadinya Bencana Alam

Berdasarkan kesimpulan dari crayonpedia.org bencana alam

merupakan peristiwa yang tidak kita harapkan datangnya. Sebab jika bencana

tersebut datang maka besar kemungkinannya akan mampu merusak segala

sesuatu yang ada di sekitar kita, bahkan mampu merenggut jiwa manusia.

Bencana alam yang mampu menghancurkan suatu daerah yang luas dan

menyebabkan kerugian yang besar merupakan proses alami. Namun ada pula

yang disebabkan oleh ulah manusia. Secara garis besar, terjadinya bencana

alam dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut.

2.4.1.1. Alam

Bencana alam murni penyebab utamanya adalah alam itu sendiri.

Contoh bencana alam murni adalah gempa bumi, tsunami, badai atau letusan

gunung berapi. Bencana-bencana tersebut bukan disebabkan oleh ulah negatif

manusia.

2.4.1.2. Perbuatan Manusia

Bencana alam yang terjadi dapat juga disebabkan karena pengaruh

manusia yang tidak dipertanggung-jawabkan. Bukan berarti bencana ini dibuat

Page 7: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

10

oleh manusia tetapi akibat dari ulah manusia atau dipicu dari perbuatan manusia,

seperti penebangan hutan secara liar, penambangan liar, pengambilan air tanah

secara berlebihan dan lain-lain. Perbuatanperbuatan tersebut lambat laun akan

menyebabkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, atau erosi tanah.

2.4.2. Macam Bencana Alam

Secara garis besar berdasarkan penyebabnya bencana alam dibedakan

menjadi tiga yaitu:

a) Bencana Alam Geologis

Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh faktor

yang bersumber dari bumi.

b) Bencana Alam Klimatologis

Bencana alam klimatologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh

cuaca yang berubah.

c) Bencana Alam Ekstraterestrial

Bencana alam ekstraterestrial adalah bencana alam yang disebabkan oleh

benda dari luar angkasa.

2.4.3. Contoh Kejadian Bencana Alam

2.4.3.1. Fokus Utama: Bencana Alam Geologis

Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dari

website portal.vsi.esdm.go.id, Indonesia adalah daerah rawan gempa bumi.

Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu

lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Australia

Page 8: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

11

bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan pulau

Jawa, lepas pantai Selatan kepulauan Nusatenggara, dan berbelok ke arah utara

ke perairan Maluku sebelah selatan. Antara lempeng Australia dan Pasifik

terjadi tumbukan di sekitar Pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga

lempeng itu terjadi di sekitar Sulawesi. Itulah sebabnya mengapa di pulau-pulau

sekitar pertemuan 3 lempeng itu sering terjadi gempabumi.

Gambar 2.4.3.1-1 Peta kepulauan Indonesia pada pertemuan 3 lempeng

Berikut ini adalah 25 Daerah Wilayah Rawan Gempabumi Indonesia

yaitu: Aceh, Sumatera Utara (Simeulue), Sumatera Barat - Jambi, Bengkulu,

Lampung, Banten Pandeglang, Jawa Barat, Bantar Kawung, Yogyakarta,

Lasem, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kepulauan Aru, Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sangir Talaud, Maluku

Utara, Maluku Selatan, Kepala Burung-Papua Utara, Jayapura, Nabire,

Wamena, dan Kalimantan Timur., beserta bencana susulan yang akan terjadi

setelah itu, ada kemungkinan terjadi tsunami jika gempa kuat ada juga yang

berupa tanah longsor. Berikut adalah penjelasan setiap bencana:

a) Gempa

Page 9: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

12

Gempa adalah bergeraknya permukaan bumi yang disebabkan oleh

terlepasnya energy yang terimpan di dalam bumi secara tiba-tiba. Biasanya hal

tersebut terjadi dalam bentuk benturan antar lempengan tektonik, pergeseran

batuan dan juga pergerakan magma di bawah bumi. Gempa juga merupakan

gejala pelepasan energi berupa gelombang yang menjalar ke permukaan bumi

akibat adanya gangguan di kerak bumi berupa patah, runtuh, atau hancur.

b) Tsunami

Menurut Serial Buku Bergambar Ketahanan Masyarakat Dalam

Menghadapai Bencana Alam. Kata Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang

berarti “ombak besar di pelabuhan”. Tsunami adalah salah satu gejala susulan

akibat gempa bumi yang berpusat di dasar laut, berupa ombah raksasa. Tidak

semua gempa menyebabkan tsunami. Tsunami juga dapat terjadi akibat letusan

gunung berapi yang ada di dasar laut. Selain itu runtuhan yang ada di dasar laut

juga mampu menimbulkan tsunami. Namun 90% tsunami adalah akibat gempa

bumi yang berada di bawah laut. Di Indonesia tinggi gelombang tsunami yang

mencapai pantai sekitar 4-24 meter.

Indonesia juga rawan bencana Tsunami secara negara itu adalah negara

kepulauan, dan sebagian besar bagian negaranya adalah lautan. Berikut dari

gambar ini menunjukan daerah pantai yang rawan tsunami. Daerah tersebut

antara lain Sumatra, Maluku, Pulau Jawa bawah, dan sebagainya:

Page 10: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

13

Gambar 2.4.3.1-2 Peta Indonesia, yang digarisi adalah yang rawan akan tsunami

2.4.4. Mengenal dan Mengantisipasi Bencana Alam

2.4.4.1. Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan gejala alam yang sampai sekarang masih sulit

untuk diperkirakan kedatangannya. Sehingga dapat dilihat bahwa gejala alam

ini sifatnya seolah-olah mendadak dan tidak teratur. Dengan sifat seperti ini,

ketika usaha-usaha untuk memperkirakan masih belum menampakkan hasil,

maka usaha yang paling baik dalam mempersiapkan diri dengan cara mengatasi

bencana alam ini adalah dengan mitigasi. Mitigasi yaitu mengurangi kerugian

yang akan ditimbulkan oleh bencana.

Para ahli menyimpulkan walau datangnya gempa tidak dapat

diperkirakan kedatangannya tetapi ada beberapa gejala alam yang patut

dicermati dan dianggap sebagai tanda akan adanya gempa:

a) Terdapat medan elektromagnetik di sekitar kita. Gelombang tersebut

memang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Medan

elektromagnetik dapat diuji dengan cara melihat siaran televisi apakah

tiba-tiba salurannya terganggu tanpa sebab apapun.

Page 11: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

14

b) Perilaku hewan-hewan sekitar juga dipertimbangkan, apa mereka

gelisah atau apa alasan burung-burung berterbangan tiba-tiba. Sebab

hewan memiliki naluri yang sangat tajam dan mampu merasakan

gelombang elektromagnetis.

c) Di langit ada awan yang berbentuk tidak biasanya seperti angin badai

tornado/seperti pohon/seperti batang, bentuknya berdiri, itu adalah awan

gempa yang biasanya muncul sebelum gempa terjadi. Walaupun

demikian, adanya awan gempa yang bentuknya aneh itu, tetap tidak bisa

memastikan kapan gempa terjadi.

d) Air tanah yang tiba-tiba menjadi surut tidak seperti biasanya.

Jika empat tanda ini ada atau terlihat dalam waktu bersamaan, segeralah

bersiap-siap untuk evakuasi. Empat tanda tersebut kemungkinan besar

menunjukkan memang akan ada gempa berkekuatan besar.

Namun tanda-tanda di atas belum menjamin terjadinya gempa. Berikut

ini adalah ciri khas gempa pada saat bencana tersebut terjadi berdasarkan

kesimpulan dari rovicky.wordpress.com:

a) Terjadinya selalu mendadak dan tidak disangka-sangka lama waktunya.

Karena mendadak maka harus disadari posisi serta situasi daerah sekitar.

Ketika berada di gedung dan di luar gedung, ataupun dalam kendaraan

yang bergerak maka cara dan prosedur penyelamatannya akan berbeda.

b) Besarnya tidak diketahui pada saat terjadinya. Pada saat sepuluh detik

pertama banyak yang tidak akan pernah tahu seberapa besar gempa ini

Page 12: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

15

akan terjadi. Tidak diketahui secara pasti berapa waktunya. Biasanya

berkisar hanya selama 20 detik atau paling lama 3 menit. Yang perlu

diperhatikan adalah apakah yang dapat kita lakukan dalam menit-menit

pertama dari tempat kita berada saat itu.

c) Gempa kuat akan diikuti oleh gempa susulan yang lebih lemah. Tetapi

pada saat terjadi kita sekali-lagi tidak tahu kapan susulannya terjadi.

Selang dari satu goyangan ke goyangan berikutnya bisa 10 menit hingga

30 menit atau beberapa jam setelahnya.

d) Gempa besar diikuti oleh bencana-bencana ikutan. Bencana ikutan

gempa termasuk diantaranya tsunami kalau terjadi di laut, juga tanah

longsor, bahkan bisa juga banjir kalau merusak dam seperti yang terjadi

di China.

Yang harus dilakukan pada saat terjadinya gempa, untuk anak-anak menurut

panduan dari Federal Emergency Management Affairs (FEMA) dan Serial

Buku Komik: Ketahanan Masyarakat Dalam Menghadapai Bencana Alam:

Di luar rumah (saat berjalan).

a) Menghindari barang yang berjatuhan. Jauhi gedung tinggi, karena sering

kaca akan pecah berhamburan yang berbahaya bagi yang berada dekat

dinding gedung tinggi. Lindungi kepala dengan tas atau barang apa saja,

termasuk dengan kedua tangan.

Page 13: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

16

b) Biasanya guncangan hanya beberapa saat gempa. Namun harus dingat

kemungkinan akan ada gempa susulan. Jedanya dapat cukup lama untuk

mencari tempat yang lebih aman.

c) Jika tidak sempat keluar, lindungi diri di bawah meja yang kuat menahat

hantamant.

Di dalam rumah (menetap di lantai 1).

a) Ketika awal goyangan terjadi usaha pertama adalah menghindari

kejatuhan benda. Cobalah bersembunyi di kolong meja atau kolong

tempat tidur. Apabila dekat dengan pintu, usahakan keluar rumah sambil

memperhatikan kalau saja ada benda jatuh dari atas.

b) Ketika goyangan utama reda (seringkali kurang dari 2 menit), usahakan

keluar rumah, terutama apabila sebelumnya tidak sempat lari. Dan

mencari tempat aman dari rubuhnya tembok rumah yang mungkin sudah

rapuh.

Di Pantai.

a) Saat terasa goyangan larilah ke tempat tinggi yang landai. Ini untuk

menghindarkan diri dari kejatuhan dan adanya longsoran. Yang paling

sering ditakuti ketika di pantai adalah tsunami yang terpicu oleh gempa.

Tetapi pada saat kejadian gempa itu belum tentu apa ada kemungkinan

tsunami atau tidak.

b) Mencari informasi lewat radio atau televisi akan membantu anda

mengerti dimana dan seberapa besar gempanya. Kalau ada tsunami

Page 14: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

17

seringkali terjadi setelah selang waktu 30 menit hingga beberapa jam

setelah gempa.

Menanti gempa susulan terjadi.

a) Masa kritis dalam peristiwa gempabumi diatas terjadi hanya beberapa

menit saja. Namun didaerah pemukiman padat, goyangan gempa

susulan seringkali justru lebih membahayakan karena konstruksi

bangunan sudah rapuh terkoyak oleh gempa utama. Sehingga ketika

melakukan evakuasi atau membuat peta untuk hapal lokasi rumah.

b) Bila tidak menguasai teknik pertolongan, usahakan berada ditempat

yang aman. Hindari bangunan tinggi termasuk pagar dan tembok yang

rapuh.

2.4.4.2. Tsunami

Tsunami datangnya 30 menit hingga beberapa jam setelah gempa.

Dengan demikian masih ada waktu untuk menghindar. Namun di pantai tidak

mudah untuk mendeteksi apakah akan ada tsunami ataupun tidak. Walau ada

kemungkinan adanya tsunami atau tidak, sebaiknya hindari daerah pantai.

Gempa berkekuatan besar tentu saja ada dampak yang bisa berwujud

bencana jenis lain. Jika skala gempa besar dan pusat gempa berada di dasar laut

maka gempa tersebut dapat menimbulkan gelombang tsunami.

Dr. Ir. Amien Widodo, Ketua Pusat Studi Bencana Institut Teknologi

Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menyimpulkan beberapa petunjuk alam

pada saat tsunami akan terjadi, di antaranya adalah:

Page 15: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

18

a) Terdengar suara gemuruh yang terjadi akibat pergeseran lapisan tanah.

Suara ini bisa didengar dalam radius ratusan kilometer seperti yang terjadi

saat gempa dan tsunami di Pangandaran lalu.

b) Jika pusat gempa berada di bawah permukaan laut dikedalaman dangkal dan

kekuatan lebih dari 6 skala richter, perlu diwaspadai adanya tsunami.

c) Jangka waktu sapuan gelombang tsunami di pesisir bisa dihitung

berdasarkan jarak episentrumnya dengan pesisir.

d) Garis pantai dengan cepat surut karena gaya yang ditimbulkan pergeseran

lapisan tanah. Surutnya garis pantai ini bisa jadi cukup jauh.

e) Karena surutnya garis pantai, tercium bau-bau yang khas seperti bau amis

dan kadang bau belerang.

f) Dalam sejumlah kasus, perilaku binatang juga bisa dijadikan peringatan dini

terjadinya tsunami. Sesaat sebelum tsunami di Aceh, ribuan burung panik

dan menjauhi pantai, binatang peliharaan seharusnya juga peka terhadap

bencana alam, seperti kucing dan anjing karena pendengarannya yang tajam.

g) Munculnya buih-buih air sangat banyak di pantai secara tiba-tiba.

h) Terdengar suara ledakan keras seperti suara pesawat jet atau pesawat

supersonik atau suara ledakan bom runtuh.

Apa yang dilakukan saat tsunami:

Jika anda berada di pantai atau di dekat pantai, segera panjat bangunan

atau pohon yang tinggi, yang paling dekat dari tempat anda berada. Waktu

untuk berlari dari kejaran gelombang tsunami itu hanya kurang dari 20 menit.

Page 16: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

19

2.5. Data Hasil Survey

2.5.1. Survey

Pembagian kuestioner semula berupa angket berupa daftar pertanyaan

tertulis. Kuestioner dibagikan pada 110 anak secara acak, dari SD Permata

Bunda, Cinere dan SDN 3 Cilandak. Alasan dipilihnya kelas itu karena SD

tersebut berkumpul anak-anak berumur sekitar 8-12 tahun tepat di tengah sesuai

target, yakni 7-13 tahun dengan latar belakang kelas ekonomi tidak menengah

(SD Permata Bunda) dan bawah (SDN Cinere). Dari Survey tersebut telah

disimpulkan:

a) Sebagian besar responden tahu cara menghadapi gempa. Namun rata-rata

hanya tahu sekitar “Keluar dari rumah” lalu tidak tahu kelanjutannya.

Sebagian sekitar 10% benar-benar tahu caranya lebih spesifik seperti

menghindari pohon atau tiang yang dapat menimpa. 33% hanya menjawab

sembunyi bawah meja, padahal prioritas utama dalam menghindari gempa

adalah keluar dari dalam bangunan. Sebagian menjawab, sekitar 19% yang

kurang relevan, tidak panik atau berdoa. 38% terutama yang hidup di

lingkungan yang ekonominya benar-benar tidak tahu cara menghadapi

gempa

b) 89% responden tidak tahu tanda-tanda tsunami, walaupun sebagian besar

tahu bahwa tsunami adalah dampak yang dapat terjadi setelah gempa bumi,

11% tahu tanda tsunami secara detil.

Page 17: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

20

c) 64% responden mengatakan gempa pernah dibahas di sekolah, namun

sekedar teori dan bagaimana terjadinya bencana tersebut, 16% mengatakan

tidak, atau tidak ingat, 20% lainnya diajarkan guru bagaimana bereaksi

dalam menghadapi gempa

d) Sebagian besar responden belum pernah membahas gempa ke orang tua

sekitar 40%, 35% yang sudah bicara, namun lupa, 25% masih ingat dan

dapat menceritakan kembali apa yang orang tua mereka katakan.

e) Sekitar 85% menyukai kartun, terutama kartun dengan humor segar, desain

karakter geometris dan plot sederhana seperti Sponge Bob atau Tom and

Jerry. 12% yang kurang menyukai animasi, terutama anak-anak yang

prestasinya bagus di sekolah, dengan asumsi mereka menganggap hiburan

itu membuang waktu belajar mereka.

f) Warna yang disukai adalah Biru 34% lalu Merah 19% kemudian disusul

warna lainnya. Hal ini menandakan sebagian besar anak pada umur saat itu

menyukai warna-warni primer, disusul sekunder.

2.5.2. Observasi

Sejumlah 25 anak dari kelas 3A SD Permata Bunda, Cinere mengikuti

observasi terhadap reaksi atas gaya animasi. Anak-anak mendapat giliran untuk

melihat dan memilih gaya animasi apa yang mereka suka, berdasarkan dari

gambar yang ada di lampiran.

Kesimpulan yang diperoleh adalah:

Page 18: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

21

a) Sebagian besar anak 13, langsung dengan antusias menunjuk desain

karakter Tinga-tinga Tales, mereka sangat tertarik dengan desain

karakter yang dekoratif dan desain binatang yang dianggap lucu dan

menggemaskan.

b) Kebanyakan anak laki-laki menyukai desain United Airlines yang ada

naganya, mereka terpesona dengan binatang buas dan menganggap

keren cara binatang tersebut mengeluarkan api.

c) Kebanyakan anak perempuan lebih menyukai background dengan

warna netral dan naturalis yang dapat dengan mudah dikenali, apalagi

objek binatang yang lucu seperti kelinci, kucing dan anjing.

d) Sekitar 12 anak menyukai background yang berwarna-warni dan

dekoratif, terlepas itu fantasi tau tidak. Seperti yang didapat pada

animasi iklan e-marketing. Sebagian 8 anak menyukai kota miniatur dan

bergradasi dari Comcast.

e) Sekitar 16 yang suka desain karakter yang jelas, mata besar ekspresif,

dengan bentuk sedikit geometric seperti The Imp. Sekitar 9 mengagumi

karakter yang unik seperti pada Anchor.

Gambar 2.5.2 Animasi United Airlines

Gambar 2.5.2 Animasi Tinga-tinga Tales

Page 19: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

22

Gambar 2.5.2 Animasi iklan Global E-Marketing

Gambar 2.5.2 Animasi iklan ComCast

Gambar 2.5.2 Animasi The Imp

Gambar 2.5.2 Animasi Pendek The Anchor

Kesimpulan yang didapat dari animasi tersebut adalah: Anak-anak

menyukai background atau layout warna primer dengan sedikit dekoratif.

Namun dalam pemilihan karakter, kebanyakan anak menyukai desain karakter

yang sederhana, mata besar ekspresif.

2.6. Kompetitor

Animasi barat yang menceritakan bencana alam dengan sederhana dan

cepat ditangkap, User’s Guide No. 5: What to Do in the Event of an Earthquake

oleh Richard Fenwik. Berasal dari situs website film-film pendek Richard

Fenwik. Namun dikarenakan pendekatan gaya cerita sarkastik dan sedikit sadis,

pastinya untuk kalangan remaja atas.

Page 20: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

23

Gambar 2.4-1 User’s Guide No. 5: What to Do in the Event of an Earthquake disutradarai oleh

Richard Fenwik

Kompetitor yang mendekati tema e-learning animasi ini adalah “Bagas,

Menur, dan Bencana” adalah animasi pendahulu dari World Vision. Animasi ini

berisi banyak macam bencana-bencana yang dapat menimpa, serta cara untuk

menanggulanginya dengan penyampaian yang sederhana, Family Friendly,

target utama anak-anak.

Permasalahan utama dari animasi sebelumnya adalah kurangnya fokus

bencana. Dikarenakan mereka mengambil tema “Bencana”, topik yang ingin

dibahas juga bermacam-macam. Masalah kedua terletak pada topik yang

dibicarakan, terkadang tidak relevan. Ada kasus tidur di tempat yang aman,

mungkin berguna pada saat bencana telah selesai tapi belum tentu rumah yang

didiami rusak. Masalah ketiga kurangnya pemberitahuan cirri-ciri dan tanda

bencana alam. Mengetahui tanda benca alam cukup penting dan dapat

menambah kurangnya resiko kerugian yang dialami pada saat bencana alam.

Page 21: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

24

2.6.1. Analisa untuk Animasi Richard Fenwik:

2.6.1.1. Faktor Pendukung

a) Animasinya sangat sederhana namun mudah dicerna penyampaiannya.

b) Dapat dikerjakan dengan usaha yang tidak banyak

c) Jalan cerita yang unik dan menarik sehingga penonton langsung terhibur

d) Animasi ini penyebarannya dari internet, sehingga batas waktu tidak

dipermasalahkan

e) Animasi ini mendapatkan award dari berbagai festival.

2.6.1.2. Faktor Penghambat

a) Gaya cerita yang sarkastik dan sadis berupa adegan karakter copot kepala,

dan sering ketiban benda. Pastinya film animasi ini tidak ditujukan pada

anak-anak

b) Warna pada animasi kurang kontras, sehingga agak sulit mendeteksi apa

yang diperlihatkan.

c) Animasi ini buatan dari luar negri, sehingga tidak lokal konten dengan

Indonesia.

d) Beberapa penyampaian mungkin belum tentu sesuai dengan solusi untuk

orang Indonesia.

Kompetitor yang mendekati tema e-learning animasi ini adalah “Bagas,

Menur, dan Bencana” adalah animasi pendahulu dari World Vision. Animasi ini

berisi banyak macam bencana-bencana yang dapat menimpa, serta cara untuk

Page 22: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

25

menanggulanginya dengan penyampaian yang sederhana, Family Friendly,

target utama anak-anak.

Permasalahan utama dari animasi sebelumnya adalah kurangnya fokus

bencana. Dikarenakan mereka mengambil tema “Bencana”, topik yang ingin

dibahas juga bermacam-macam. Masalah kedua terletak pada topik yang

dibicarakan, terkadang tidak relevan. Ada kasus tidur di tempat yang aman,

mungkin berguna pada saat bencana telah selesai tapi belum tentu rumah yang

didiami rusak. Masalah ketiga kurangnya pemberitahuan cirri-ciri dan tanda

bencana alam. Mengetahui tanda benca alam cukup penting dan dapat

menambah kurangnya resiko kerugian yang dialami pada saat bencana alam.

Gambar 2.4-2 Film animasi pendahulu Bagas, Menur, dan Bencana dari World Vision.

Page 23: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

26

2.6.2. Analisa untuk Bagas, Menur, dan Bencana:

2.6.2.1. Faktor Pendukung

a) Animasi ini disertai karakter yang ramah, polos dan cocok untuk anak-anak.

b) Lokal kontennya kuat, dan solusi yang disampaikan telah disesuaikan untuk

anak-anak di Indonesia

c) Isi solusi juga disesuaikan dengan geologis dan latar belakang Indonesia.

d) Adanya simulisasi untuk setiap bencana.

e) Animasi ini telah dipraktekan pada beberapa sekolah dan disebarkan oleh

World Vision lewat-lewat sekolah pedalaman. Tiap satu sekolah disediakan

vcd ini.

f) Lokal konten yang cukup kuat dari animasi ini dapat mudah diterima oleh

penonton-penonton di Indonesia.

2.6.2.2. Faktor Penghambat

a) Belum ada penjelasan tentang Tsunami. Di animasi ini lebih menceritakan

banjir, sedikit relevan dengan tsunami, namun pasti penanganannya berbeda

untuk bencana Tsunami.

b) Style animasinya tidak konsisten, terkadang backgroundnya full 3d

terkadang cut-out digital.

c) Terkadang anak-anak terganggu atau tidak nyaman dengan desain

karakternya.

d) Tidak banyak penjelasan tentang tanda-tanda sebelum bencana terjadi.

Page 24: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

27

e) Terkadang ada data yang belum tentu relevan untuk kasus-kasus tertentu,

seperti penjelasan di mana seharusnya tidur.

2.7. Target

a) Primer

Anak-anak di Indonesia berusia berkisar 7-13 tahun.

Menurut Buku Pedoman Pelatihan: Pengurangan Risiko Bencana

yang Dimotori oleh Anak-anak di Sekolah dan Komunitas, alasan utama

kenapa anak-anak adalah prioritas target penonton karena selain posisi paling

rentan. Anak-anak tidak memiliki keterampilan fisik atau koordinasi seperti

orang dewasa. Mereka terlalu muda untuk mengetahui bagaimana menetapkan

prioritas, dan tidak memiliki pengetahuan dan informasi seperti yang dimiliki

oleh orang dewasa. Mereka kurang mampu mengontrol emosi dan dapat

mengalami dampak psikologis yang sangat serius yang diakibatkan oleh situasi

yang menekan.

b) Sekunder

Pria dan Wanita berumur dari 14-40 tahun, baik sebagai penggemar

animasi, maupun sebagai kakak-kakak, orang tua, pembimbing, guru, dan

pengasuh dari anak-anak audien yang akan mendukung pendidikan gempa dan

tsunami pada anak-anak.

Page 25: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

28

2.8. Analisa Pendukung dan Penghambat untuk Proyek Animasi

Edukatif:

2.8.1. Faktor Pendukung

a) Tema tentang bencana alam merupakan pengetahuan yang

sangat penting di dalam kehidupan kita. Terutama karena

bencana alam sering terjadi secara tiba-tiba dan dapat terjadi

dimanapun dan kapanpun. Siapapun pasti dapat terkena musibah

ini.

b) Animasi menjadi media yang cocok dalam menyampaikan pesan

ini. Selain menarik, edutainment ini juga dapat memberi pesan

langsung secara sederhana, dapat dipahami dan mudah

dipraktekan.

c) Tema ini dapat mendukung pengurangan kerugian jika bencana

alam terjadi. Diharapkan penonton telah mendapat wawasan dari

e-learning ini. Pada saat bencana terjadi, mereka siap dan tahu

cara menghadapinya.

d) Setiap orang membutuhkan pedoman akan cara menghadapi

bencana alam terutama anak-anak karena mereka adalah

golongan yang paling rentan dalam menghadapi bencana alam,

dengan ini diharapkan dapat mendukung pengetahuan mereka.

Page 26: BAB II DATA & ANALISA 2.1. 2.1.1. Riset Perpustakaan Buku ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00124-ds bab 2.pdfCARA_MENGHADAPI_BENCANA_ALAM#Cara-cara_Menghadapi_Bencana_Alam

29

2.8.2. Faktor Penghambat

a) Ada kemungkinan beberapa penonton sudah pernah mengetahui

cara-cara menghadapi bencana alam dari buku atau media

lainnya, sehingga menonton e-learning animasi ini bukanlah

topik yang baru.

b) Keterbatasan daya tangkap penonton, ada kemungkinan pesan

yang ingin disampaikan tidak tersampaikan dengan jelas.

c) Jenis-jenis bencana alam yang serius di tiap-tiap daerah

Indonesia berbeda, misalkan di Jakarta lebih sering banjir

sedangkan daerah pedalaman lebih sering longsor.

d) Jika kualitas animasi ini tidak lebih baik daripada pendahulunya:

Bagas, Menur, dan Bencana.

e) Media-media lain seperti buku, majalah atau koran yang telah

membahas cara menangani bencana alam.

f) Animasi pendahulu dari World Vision: “Bagas, Menur, dan

Bencana” dan animasi dari internet User’s Guide No. 5: What to

Do in the Event of an Earthquake oleh Richard Fenwik.