bab ii buat pdf
DESCRIPTION
skripsi bab 2TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Payudara
2.1.1 Anatomi payudara
Payudara merupakan suatu kelenjar yang terdiri atas
lemak.Kelenjar, dan jaringan ikat yang terdapat di bawah kulit dan di
atas otot dada. Pria dan wnaita memiliki payudara yang bersifat sama
sampai pubertas. Pada saat pubertas terjadi perubahan pada payudara
wanita, dimana payudara wanita mengalami perkembangan dan
berfungsi untuk memproduksi susu sebagai nutrisi bagi bayi(Faiz, 2003).
Payudara terletak di dinding anterior dada dan meluas dari sisi
lateral sternum menuju garis midaxilaris di lateral. Secara umum
payudara dibagi atas korpus, areola, dan puting.Korpus adalah bagian
yang membesar di dalamnya terdapat alveolus (penghasil ASI),
lobulus,dan lobus.Areola merupakan bagian yang kecokelatan atau
kehitaman di sekitar puting.Puting (papilla) merupakan bagian yang
menonjol di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI(Faiz, 2003).
Tiap payudara terdiri atas 15-30 lobus.Lobus-lobus tersebut
dipisahkan oleh septa fibrosa yang berjalan dari fasia profunda menuju
ke kulit atas dan membentuk struktur payudara.Dari tiap lobus keluar
duktus laktiferus dan menyatu pada puting. Areola, yaitu bagian yang
kecoklatan atau kehitaman di sekitar puting susu. Pada bagian
8
terminalduktus laktiferus terdapat sinus laktiferus yang kemudian
menyatu terus ke puting susu dimana ASI dikeluarkan (Faiz, 2003).
Gambar 1. Anatomi Payudara (Trialsight Medical Media, 2008)
2.1.2 Definisi
Kanker payudara adalah segolongan penyakit sebagai akibat
pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh pada payudara
yang bila tidak cepat ditangani dan diobati akanmenyebabkan kematian
(Valentina, 2008).
2.1.3 Etiologi
Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara belum
diketahuinamum data epidemologik mengisyaratkan bahwa faktor
genetik, endokrin dan lingkungan mungkin sangat berperan inisiasi atau
promosi pertumbuhan kanker payudara (Benson, 2009).
a. Genetik
9
Semua saudara dari penderita kanker payudara memiliki
peningkatan resiko mengalami kanker payudara namun saudara
tingkat pertama (saudara kandung, orang tua, anak) memiliki
peningkatan resiko dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan
populasi umum.Hampir 5% dari semua pasien kanker payudara
memiliki kelainan genetik spesifik yang berperan dalam pembentukan
kanker payudara mereka. Para peneliti menemukan gen dengan nama
BRC-1 (Breast Cancer 1) dan BRC-2 (Breast Cancer 2). BRC-1 dapat
dideteksi pada 1 dari 400 wanita dan mutasi BRC-2 menyebabkan 5%
dari kanker payudara yang disebabkan karena faktor keturunan
(Benson, 2009).
b. Lingkungan
Radiasi dalam bentuk terapi radiasi yang intensif pada
penderita tuberculosis atau kanker lain diketahui meningkatkan resiko
terkena kanker payudara (radiasi yang disebabkan sinar X pada
payudara atau mamogram tidak dapat diperbandingkan dengan terapi
radiasi tuberculosis atau kanker lain dan tidak menyebabkan kanker
dan tidak perlu dikhawatirkan). Pestisida seperti DDT juga perlu
diperhatikan (Benson, 2009).
c. Endokrin
Banyak faktor yang meningkatkan resiko kanker payudara.
Menstruasi yang mulai pada usia terlalu muda, menopouse yang
datangnya terlambat (usia lebih dari 51 tahun), mempunyai anak
10
pertama di atas usia 30 tahun atau tidak sama sekali mempunyai
anak akan meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Semua
faktor tersebut berhubungan dengan hormon estrogen. Kanker
payudara juga berhubungan dengan penggunaan hormon estrogen
yang digunakan sebagai terapi menopause (Benson, 2009).
d. Diet
Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa diet tinggi
lemak dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara, tetapi
penelitian lain tidak memperlihatkan hasil tersebut. Karena
mengkonsumsi makanan berlemak tinggi dihubungkan dengan
resiko terkena kanker payudara dan penyakit hati maka lebih baik
apabila membatasi konsumsi makanan berlemak (Benson, 2009).
e. Alkohol
Beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan yang
bermakna antara intake alkohol dengan resiko kanker payudara.
Data additional dari studi prospektif menunjukan dampak intake
alkohol yang berhubungan dengan peningkatan level esterogen
(Benson, 2009).
2.1.4 Patofisiologi kanker payudara
Transformasi sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam
suatu proses yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi,
promosi, dan progresi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam
11
bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu gen yang disebut karsinogen,
yang biasa berupa bahan kimia, virus, radiasi, atau sinar matahari.
Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu
karsinogen. Karsinogen harus merupakan mutagen yang dapat
menimbulkan mutasi pada gen. Apabila ditemukan suatu kesalahan,
maka basa-basa DNA yang terlibat akan dipotong dan diperbaiki.
Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-
enzim. Pada keadaan tersebut, akan timbul satu atau lebih protein
legulator yang akan mengenali kesalahan tersebut dan menghentikan sel
di titik tersebut dari proses pembelahan. Pada titik ini, kesalahan DNA
dapat diperbaiki, atau sel tersebut akan diprogram untuk melakukan
bunuh diri yang secara efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel
keturunan. Jika sel tersebut kembali lolos, maka kesalahan tersebut
menjadi mutasi permanen dan akan bertahan di semua sel keturunan dan
masuk ke tahap ireversibel (Corwin,2000).
Pada tahap promosi, kelainan genetik dalam sel atau bahan
lainnya yang disebut promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap
suatu karsinogen.Bahkan gangguan fisik menahun bisa membuat sel
menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Promoter adalah
zat non mutagen tetapi dapat menaikkan reaksi karsinogen dan tidak
menimbulkan amplifikasi gen dan produksi copy multipel gen (sukardja,
2000). Suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
maligna. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh
12
oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu
karsinogen).Pada tahap progresi, terjadi aktifasi, mutasi, dan hilangnya
gen. pada progresi ini timbul perubahan benigna menjadi pra maligna
dan maligna.
2.1.5 Faktor resiko
Menurut (Sabiston, 2011), faktor resiko terjadinya kanker
payudara adalah:
a.Usia diatas 40 tahun.
b. Ada riwayat kanker payudara pada individu atau keluarga.
c. Menstruasi pada usia muda atau usia dini.
d. Menopouse pada usia lanjut.
e. Tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pada usia lanjut.
f. Pendidikan lebih tinggi dan status sosial ekonomi yang lebih tinggi.
g. Penggunaan eksogen esterogen jangka panjang dan progestin.
h. Terpajan pada radiasi pengionisasi berlebihan.
i. Riwayat penyakit fibrokistik.
j. Kanker endometrium, ovarium atau kanker kolon.
2.1.6 Tanda dan gejala
Fase awal kanker payudara asimptomatik (tanpa ada tanda dan
gejala). Tanda dan gejala yang paling umum adalah adanya benjolan
atau penebalan pada payudara, sedangkan tanda dan gejala lanjut kanker
13
payudara meliputi kulit cekung, retraksi atau deviasi puting susu dan
nyeri, nyeri tekan atau raba khususnya berdarah dari puting. Kulit tebal
dengan pori-pori menonjol sama dengan kulit jaruk dan atau ulserasi
pada payudara merupakan tanda lanjut dari penyakit. Jika ada
keterlibatan nodul, mungkin menjadi keras, pembesaran nodul limfa
aksilaris membesar dan nodus supraklavikula teraba pada daerah leher.
Tanda dan gejala dari metastase yangluas meliputi nyeri pada bahu,
pinggang, punggung bagian bawah atau pelvis batu menetap anoreksia
atau berat badan menurun, gangguan pencernaan, pusing, penglihatan
kabur dan sakit kepala (Sabiston, 2011).
2.1.7 Tingkatan klinik kanker payudara
a. Stadium I
Tumor kurang dari 2 cm, terbatas pada payudara, tidak ada
nodul limfa positif dan belum ada penyebaran (Sabiston, 2011).
b. Stadium II
Tumor kurang dari 2 cm dengan adanya nodul limfa positif,
tidak ada penyebaran atau tumor 2-5 cm dengan atau tanpa nodul
limpa positif, tidak ada penyebaran atau tumor lebih besar dari 5 cm
dengan nodul limfa negatif, tidak ada penyebaran yang nyata
(Sabiston, 2011).
c. Stadium III
Tumor lebih besar dari 5 cm dengan nodul limfa positif dan
belum ada penyebaran atau tumor menyebar ke dinding dada atau
14
kulit, terdapat nodul positif pada payudara tanpa ada penyebaran yang
nyata (Sabiston, 2011).
d. Stadium IV
Beberapa metastase jauh ke otak, paru-paru, hati atau tulang
dengan atau tanpa nodul limfa positif (Sabiston, 2011).
2.1.8 Penatalaksanaan kanker payudara
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian
pengobatan meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi
radiasi dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi).Pengobatan
ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan
penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis
terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual (RS.Kanker
Dharmais, 2003).
a. Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan.Prosedur
pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung
pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien
secara umum.Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy),
mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau
pengangkatan seluruh payudara (mastectomy).Untuk meningkatkan
harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan
seperti radiasi, hormon atau kemoterapi (RS.Kanker Dharmais, 2003).
15
b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi
untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan
(RS.Kanker Dharmais, 2003).
c. Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang
peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah
pembedahan atau pada stadium akhir.Kemoterapi, obat kemoterapi
digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak
dapat lagi dilakukan pembedahan).Obat kemoterapi bisa digunakan
secara tunggal atau dikombinasikan.Salah satu diantaranya adalah
Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh
enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker
saja (RS.Kanker Dharmais, 2003).
d. Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein
pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien
seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk
menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi
pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk
menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab (RS.Kanker
Dharmais, 2003).
16
Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit.Banyak obat anti
kanker yang telah diteliti untuk membantu 50% pasien yang
mengalami kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki harapan
hidup.Meskipun demikian, hanya sedikit yang terbukti mampu
memperpanjang harapan hidup pada pasien, diantaranya adalah
kombinasi trastuzumab dengan capecitabine.Fokus terapi pada kanker
tahap akhir bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit).Dokter berupaya
untuk memperpanjang serta memperbaiki kualitas hidup pasien
melalui terapi hormon, terapi radiasi dan kemoterapi. Pada pasien
kanker payudara dengan HER2 positif, trastuzumab memberikan
harapan untuk pengobatan kanker payudara yang dipicu oleh HER2
(RS.Kanker Dharmais, 2003).
2.2Perilaku SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
2.2.1 Definisi perilaku SADARI
Perilaku SADARI adalah pemeriksaan atau perabaan sendiri
untuk menemukan timbulnya benjolan abnormal pada payudara
(Tjindarbumi, 2002).
2.2.2 Tujuan perilaku SADARI
Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk
deteksi dini.Wanita yang melakukan perilaku SADARI menunjukan
tumor yang kecil dan masih pada stadium awal, hal ini memberikan
prognosis yang baik.Perilaku SADARI hanya untuk mendeteksi dini
17
adanya ketidak normalan pada payudara, tidak untuk mencegah kanker
payudara. Sebagian wanita berfikir untuk apa melakukan perilaku
SADARI, apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun, kebanyakan
beranggapan bahwa kasus kanker payudara jarang ditemukan pada usia
dibawah 30 tahun. Dengan melakukan perilaku SADARI sejak dini
akan membantu deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga
kesempatan untuk sembuh lebih besar (Otto,S, 2005).Mayo Fundation
for Medical Education and Research (2005) mengemukakan bahwa
beberapa penelitian memang menunjukan perilaku SADARI tidak
menurunkan angka kematian akibat kanker payudara, namun kombinasi
antara perilaku SADARI dan mamografi masih dibutuhkan untuk
menurunkan resiko kematian akibat kanker payudara. Kearney dan
Murray (2006) mengemukakan bahwa keunggulan perilaku SADARI
adalah dapat menemukan tumor atau benjolan payudara pada saat
stadium awal, penemuan awal benjolan dipakai sebagai rujukan
melakukan mamografi untuk mendeteksi interval kanker, mendeteksi
benjolan yang tidak terlihat saat melakukan mamografi dan
menurunkan kematian akibat kanker payudara.
2.2.3 Target dan waktu pelaksanaan
Perilaku SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada
wanita mulai usia 20 tahun, segera ketika mulai pertumbuhan payudara
sebagai gejala pubertas. Pada wanita muda, agak sedikit sulit karena
payudara mereka masih berserabut (fibrous), sehingga dianjurkan
18
sebaiknya mulai melakukan perilaku SADARI pada usia 20 tahun
karena pada umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah
terbentuk sempurna. Wanita sebaiknya melakukan perilaku SADARI
sekali dalam satu bulan. Jika wanita menjadi familiar terhadap
payudaranya dengan melakukan perilakuSADARI secara rutin maka dia
akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya sejak
awal atau mengetahui bahwa penemuanya adalah normal atau tidak
berubah selama bertahun-tahun. Wanita yang belum menopouse
sebaiknya melakukan perilakuSADARI setelah menstruasi sebab
perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan
pada payudara sebelum menstruasi.Perilaku SADARI sebaiknya
dilakukan sekitar satu minggu setelah menstruasi. Satelah menopause
perilaku SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal yang sama setiap
bulan sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan wanita tersebut
(Burroughs,1997). 4 Pedoman melakukan perilaku SADARI Berikut ini
langkah-langkah melakukanperilaku SADARI menurut (Smeltzer,
1996).
19
1. Melihat Perubahan di Hadapan Cermin
a. Tahap 1
Gambar 2. Pemeriksaan perilaku SADARI Tahap I
(Yayasan Kanker Indonesia, 2012)
Lihat pada cermin, perubahan bentuk dan besarnya payudara,
perubahan puting susu, serta kulit payudara didepan kaca. Sambil berdiri
tegak depan cermin, posisi kedua lengan lurus kebawah di samping badan.
b. Tahap 2
Gambar 3. Pemeriksaan perilakuSADARI Tahap 2
(Yayasan Kanker Indonesia, 2012)
Periksa payudara dengan tangan diangkat ke atas kepala.Untuk
melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot.
20
c. Tahap 3
Gambar 4. Pemeriksaan SADARI Tahap 3
(Yayasan Kanker Indonesia, 2012)
Berdiri tegak depan cermin dengan tangan di samping kanan dan
kiri. Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada
payudara.
d. Tahap 4
Gambar 5. Pemeriksaan perilakuSADARI Tahap 4
(Yayasan Kanker Indonesia, 2012)
Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkaca pinggang atau
tangan menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah
axilla.
21
2. Melihat Perubahan Bentuk Payudara dengan Berbaring
a. Tahap 1
Gambar 6. Pemeriksaan perilakuSADARI Tahap 1
Berbaring
(Yayasan Kanker Indonesia, 2012)
Persiapan, dimulai dari payudara kanan.Berbaring menghadap ke
kiri dengan membengkokan kedua lutut. Letakkan bantal di bawah bahu
untuk menaikan bagian yang akan diperiksa. Kemudian letakan tangan
kanan anda di bawah kepala.Gunakan tangan kiri untuk memeriksa
payudara kanan.Gunakan telapak jari-jari untuk memeriksa sembarang
benjolan atau penebalan. Memeriksa payudara anda dengan cara Vertical
Strip dan Circular.
b. Tahap 2. Pemeriksaan payudara dengan Vertical Strip.
Gambar 7. Pemeriksaanperilaku SADARI Tahap 2
berbaring
(Yayasan Kanker Indonesia, 2012)
22
Memeriksa seluruh payudara dengan cara vertical, dari tulang
selangka bagian atas ke bra line bagian bawah, dan garis tengah antara
kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak. Gunakan tangan kiri untuk
mengawali pijatan pada ketiak.Kemudian putar dan tekan kuat untuk
merasakan benjolan.Gerakan tangan dengan perlahan-lahan ke bawah bra
line dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat.Di bagian
bawah bra line, bergerak kurang lebih 2cm ke kiri dan terus kearah atas
menuju tulang selangka dengan memutar dan menekan.Bergeraklah ke
atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian yang
ditunjuk.
c. Tahap 3. Pemeriksaan payudara dengan cara circular.
Gambar 8. Pemeriksaanperilaku SADARI Tahap 3
berbaring
(Yayasan Kanker Indonesia, 2012)
Berawal dari bagian atas payudara, buat putaran yang
besar.Bergeraklah sekeliling payudara dengan meperhatikan benjolan yang
luar biasa.Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting
payudara.Lakukan sebanyak 2 kali.Sekali dengan tekanan ringan dan
23
sekali dengan tekanan kuat.Jangan lupa periksa bagian bawah areola
mammae.
d. Tahap 4. Pemeriksaan cairan di puting payudara.
Gambar 9. Pemeriksaan perilakuSADARI Tahap 4
Berbaring
(Yayasan Kanker Indonesia, 2012)
Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara untuk
melihat adanya cairan tidak normal dari puting payudara.
e. Tahap 5. Memeriksa ketiak.
Gambar 10. Pemeriksaan perilakuSADARI Tahap 5
Berbaring
(Yayasan Kanker Indonesia, 2012)
24
Letakan tangan ke samping dan rasakan ketiak anda dengan teliti
apakah teraba benjolan yang tidak normal atau tidak.