bab ii blok 5

26
3 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Darah 2.1.1 Definisi Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira- kira merupakan satu perdua belas berat badan atau kira- kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah (Pearce, 2000). Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47%. Di waktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan (Pearce, 2000). 2.1.2 Fungsi Darah 1. Bekerja sebagai sistem transpor dari tubuh, menghantarkan semua bahan kimia, oksigen, dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan, serta menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan lain.

Upload: laili-marifah

Post on 14-Feb-2015

19 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

periodontitis

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Blok 5

3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Darah

2.1.1 Definisi Darah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler

adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat,

yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu

perdua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan,

sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah (Pearce, 2000).

Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang

dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47%. Di waktu sehat volume darah

adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam

pembuluh darah dan dalam jaringan (Pearce, 2000).

2.1.2 Fungsi Darah

1. Bekerja sebagai sistem transpor dari tubuh, menghantarkan semua

bahan kimia, oksigen, dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh

supaya fungsi normalnya dapat dijalankan, serta menyingkirkan karbon

dioksida dan hasil buangan lain.

2. Sel darah merah menghantarkan oksigen ke jaringan dan

menyingkirkan sebagian karbon dioksida.

3. Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan karena

gerakan fagositosis beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap

serangan bakteri.

4. Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan

menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh

menerima makanannya. Dan merupakan kendaraan untuk mengangkut

bahan buangan ke berbagai organ ekskretonik untuk dibuang.

5. Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan

darah (Pearce, 2000).

3

Page 2: Bab II Blok 5

4

2.1.3 Komponen Darah

1. Plasma Darah

Adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama

dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran

kompleks zat organik dan anorganik.

a. Protein Plasma

Mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya unsur pokok

plasma yang tidak dapat menembus membran kapiler untuk mencapai

sel. Ada tiga jenis protein plasma yang utama: albumin, globulin, dan

fibrinogen.

1) Albumin

Adalah protein plasma yang terbanyak, sekitar 55 sampai 60%,

tetapi ukurannya paling kecil. Albumin disintesis dalam hati

dan bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah.

2) Globulin

Membentuk sekitar 30% protein plasma.

3) Fibrinogen

Membentuk 4% protein plasma, disintesis di hati dan

merupakan komponen esensial dalam mekanisme pembekuan

darah.

b. Plasma juga mengandung nutrien, gas darah, elektrolit, mineral,

hormon, vitamin, dan zat-zat sisa (Sloane, 2004).

2.1.4 Hematopoiesis Elemen Pembentuk Darah

1. Area Pembentukan

Selama perkembangan embrio, hematopoiesis pertama kali

berlangsung dalam kantong kuning telur dan berlanjut di hati, limpa,

nodus limfe, dan seluruh sumsum tulang janin yang sedang berkembang.

Setelah lahir dan selama masa kanak-kanak, sel-sel darah terbentuk dalam

sumsum semua tulang. Pada orang dewasa, sel darah hanya terbentuk

pada sumsum tulang merah yang ditemukan dalam tulang membranosa

Page 3: Bab II Blok 5

5

seperti sternum, iga, vertebra, dan tulang ilia girdel pelvis. Sel-sel darah

yang sudah matang masuk ke s irkulasi utama dari sumsum tulang melalui

vena rangka (Sloane, 2004).

2. Diferensiasi Sel Darah

Semua sel darah diturunkan dari hemositoblas (sel batang primitif)

pada sumsum tulang, yang dibagi dan dibedakan menjadi lima jenis sel:

proeritoblas, mieloblas, limfoblas, monoblas, dan megakarioblas.

a. Proeritroblas

Mengalir melalui sejumlah tahapan dan setelah matang menjadi

eritrosit. Selama masa perkembangan, eritrosit mensintesis

hemoglobin, suatu pigmen pembawa oksigen, dan melepas organelnya.

Nukleus mengecil dan akhirnya keluar dari sel.

b. Mieloblas

Merupakan asal promielosit, yang mengalami penyimpangan

dalam perkembangannya dan menjadi tiga jenis sel darah yang disebut

granulosit: neutrofil, eosinofil, dan basofil.

c. Limfoblas

Merupakan asal limfosit.

d. Monoblas

Merupakan asal monosit. Limfosit dan monosit disebut

agranulosit.

e. Megakarioblas

Membentuk megakariosit, yang merupakan asal trombosit (Sloane,

2004).

Page 4: Bab II Blok 5

6

2.1.5 Elemen Pembentuk Darah

Gambar 2.1 Elemen pembentuk darah

1. Eritrosit atau Sel Darah Merah

Sel darah merah juga disebut eritrosit. Eritrosit berbentuk bundar,

pipih dan agak cekung pada kedua permukaannya serta tidak berinti. Sel

darah merah berwarna merah karena di dlamnya terdapat hemoglobin, yang

mengndung unsur besi (Surtiretna, 2006).

2. Leukosit atau Sel Darah Putih

Sel darah putih juga disebut leukosit. Leukosit berbentuk tidak tetap

dan berinti. Ukuran leukosit jauh lebih besar daripada eritrosit. Leukosit

dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu agranulosit (yang terdiri dari

limfosit dan monosit) dan granulosit (yang terdiri dari basofil, eusinofil dan

neutrofil) (Surtiretna, 2006).

Page 5: Bab II Blok 5

7

Tabel 2.1 Jenis-jenis leukosit

3. Trombosit

Trombosit adalah benda kecil bergranula yang membentuk agregat

di tempat cedera pembuluh darah. Sel ini tidak memiliki nukleus (Ganong,

2008).

Page 6: Bab II Blok 5

8

2.1.6 Mekanisme Homeostasis dan Pembekuan Darah

1. Mekanisme Homeostasis

a. Vasokontriksi

Jika pembuluh darah terpotong, trombosit pada sisi yang rusak

melepas seretonin dan prostaglandin, yang menyebabkan otot polos

dinding pembuluh darah berkonstriksi. Hal ini pada awalnya akan

mengurangi darah yang hilang (Sloane, 2004).

b. Plug trombosit

Trombosit membengkak, menjadi lengket, dan menempel pada

serabut kolagen didnding pembuluh darah yang rusak,

membentuk plug trombosit.

Trombosit melepas ADP untuk mengaktivasi trombosit lain ,

sehingga mengakibatkan agregasi trombosit untuk memperkuat

plug.

Jika kerusakan pembuluh darah sedikit, maka plug

trombosit mampu menghentikan perdarahan.

Jika kerusakannya besar, maka plug trombosit dapat

mengurangi perdarahan, sampai proses pembentukan

terbentuk (Sloane, 2004).

c. Sumber faktor-faktor pembekuan :

Hati, mensintesis sebagian besar faktor pembekuan, sehingga

berperan penting dalam pembekuan darah.

Vitamin K, sangat penting dalam sintesis protrombin dan

faktor pembekuan lainnya dalam hati (Sloane, 2004).

2.1.7 Golongan Darah dan Tipe Darah

1. Sistem ABO

Kita mengenal empat golongan darah yaitu A, B, AB dan O. Sistem

penggolongan darah demikian disebut ABO. Pada dasarnya darah

digolongkan berdasarkan aglutinogen (antigen) dan aglutin (antibodi)

( Surtiretna, 2006).

Page 7: Bab II Blok 5

9

Seorang yang mempunyai golongan darah A, sel darah merahnya

mengandung aglutinogen A dan plasma darahnya mengandung aglutinin B.

Golongan darah A tidak dapat berdonor kepada golongan darah B.

Seseorang yang bergolongan darah B, sel darah merahnya mengandung

aglutinogen B dan plasma darahnya mengandung aglutinin A. Golongan

darah B tidak dapat berdonor kepada golongan darah A. Seseorang yang

bergolongan darah AB, sel darah merahnya mengandung aglutinogen A dan

B, sedangkan plasma darahnya tidak mengandung aglutinin. Golongan

darah AB hanya kepada darah AB, tetapi golongan darah AB dapat

menerima darah dari semua golongan darah. Seseorang yang bergolongan

darah O, sel darah merahnya tidak mengandung aglutinogen, sedangkan

plasma darahnya mengandung aglutinin A dan B. Golongan darah O dapat

berdonor kepada semua golongan darah ( Surtiretna, 2006).

2. Sistem Rh

Adalah kelompok antigen lain yang diwariskan dalam tubuh

manusia. Antigen RhD adalah antigen terpenting dalam reaksi imunitas

tubuh. Jika faktor RhD ditemukan, individu yang memilikinya disebut Rh

positif. Jika faktor tersebut tidak ditemukan maka individunya disebut Rh

negatif. Sistem ini berbeda dengan golongan ABO di mana individu ber-Rh

negatif tidak memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya (Sloane, 2004).

2.1.8 Transfusi Darah

Transfusi darah mencakup pemberian infus seluruh darah atau suatu

komponen darah dari satu individu (donor) ke individu lain (resipien). Yang

terpenting di klinik adalah transfusi sel darah merah. Kecocokan antara

antigen sel darah merah donor dan antibodi plasma resipien harus

dipastikan, kalau tidak reaksi haemolitik yang potensial fatal bisa terjadi

(Hoffbrand dan J. E. Pettit, 2005).

Page 8: Bab II Blok 5

10

2.1.9 Kelainan Pada Darah dan Kelainan Pada Sistem Peredaran Darah

Berbeda dengan sistem-sistem lain pada tubuh, penyakit pada sistem

peredaran darah sedikit yang disebabkan oleh kuman. Kebanyakan penyakit

yang bekaitan dengan darah disebabkan oleh faktor keturunan (genetik) dan

kerusakan pada bagian sistem peredaran darah.

a. Anemia

Anemia (kurang darah) adalah kondisi dimana sel-sel darah merah

berkurang jumlah atau volumenya akibat penyakit-penyakit lainnya seperti

malaria atau cacing tambang atau kondisi dimana radar hemoglobin

rendah di dalam darah (Surtiretna, 2006).

b. Leukimia

Leukimia (kanker darah) adalah penyakit yang dicirikan dengan

meningkatnya jumlah sel darah putih dalam darah dan sumsum tulang.

Peningkatan jumlah sel darah putih ini bahkan tak terkendali, gejala

penyakit ini mirip dengan anemia antara lain badan lemah atau lesu, cepat

lelah, demam, kedinginan, sakit kepala. Sering pula ditambah dengan

kehilangan berat badan, nyeri tulang atau sendi, mudah terinfeksi dan

berkeringat meskipun malam hari ( Surtiretna, 2006).

c. Hipertensi

Hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi pada pembuluh

darah arteri maupun vena. Orang dewasa usia diatas 40 tahun lebih banyak

terserang penyakit ini daripada orang muda di bawah 40 tahun dan anak-

anak ( Surtiretna, 2006).

d. Jantung koroner

Jantung koroner adalah penyakit yang disebabkan oleh pasokan

darah kaya oksigen yang tak mencukupi pada otot jantung ini akibat dari

penyempitan bahkan penyumbatan arteri koroner oleh lemak atau

kolesterol dan jaringan serat. Penyebab penyakit ini adalah asupan

Page 9: Bab II Blok 5

11

makanan banyak yang mengandung lemak, merokok, kurang aktivitas

fisik, dan tekanan darah tinggi ( Surtiretna, 2006).

e. Varises

Varises adalah penyakit yang terjadi pada pembuluh darah balik

dimana mengalami pelebaran, letak pembuluh darah balik yang mengalami

pelebaran biasanya pada betis tetapi jika di dekat anus maka disebut ambein

atau wasir. Gejalanya berupa tonjolan yang berkerut dengan warna

kehitaman pada betis, penyebabnya belum bisa diketahui dengan pasti. Jika

varises sudah parah biasanya dilakukan operasi ( Surtiretna, 2006).

f. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang menyerang

keping-keping darah di dalam pembuluh darah sehingga kadar trombosit

dalam darah menurun drastis. Penyebab penyakit ini adalah virus Dengue

yang disusupkan ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan

Aedes albopictus ( Surtiretna, 2006).

g. Penyakit lainnya

Beberapa penyakit lain yang berkaitan dengan sistem peredaran

darah yaitu malaria, hemofilia, dan thalasemia.

Malaria adalah penyakit yang menyerang sel darah merah. Virus

malaria disebarkan oleh nyamuk Anopheles melalui gigitan pada

tubuh manusia.

Hemofilia adalah penyakit dimana darah sulit membeku.

Penyebabnya adalah keturunan. Cara pencegahannya yaitu

penderita harus menghindari pendarahan.

Thalasemia adalah anemia keturunan. Di dalam tubuh penderita

thalasemia sel darah merah sulit mengikat oksigen karena

hemoglobin sulit terbentuk. Thalasemia berat membutuhkan

pengobatan berupa transfusi darah setiap beberapa pekan sekali

( Surtiretna, 2006).

Page 10: Bab II Blok 5

12

2.2 Infus

2.2.1 Definisi Infus

Infus adalah larutan dalam jumlah besar, terhitung mulai dari 10 ml

yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan

yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan

minuman dan dikeluarkan dalam jumlah yang relatif sama. Rasionya dalam

tubuh adalah air 57%, lemak 20,8%, protein 17,0%, serta mineral dan

glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan homeostasis (keseimbangan cairan

tubuh) maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan

keseimbangan air dan elektrolit (Lukas, 2011).

2.2.2 Penggolongan Infus dan Kegunaannya

1. Infus Elektrolit

a. Cairan Fisiologis Tubuh Manusia

Tubuh manusia mengandung 60% air dan terdiri atas cairan

intraseluler (di dalam sel) 40% yang mengandung ion-ion K+, Mg++, sulfat,

fosfat, protein, serta senyawa organik asam fosfat seperti ATP, heksosa,

monofosfat, dan lain-lain. Air pun mengandung cairan ekstraseluler (di

luar sel) 20% yang kurang lebih mengandung 3 liter air dan terbagi atas

cairan interstisial (diantara kapiler dan sel) 15% dan plasma darah, 5%

dalam sistem peredaran darah serta mengandung beberapa ion seperti Na+,

klorida, dan bikarbonat (Lukas, 2011).

b. Fungsi Larutan Elektrolit

Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau

penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi

plasma darah yang menyimpang, yaitu:

Asidosis

Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion

klorida dalam jumlah berlebih.

Page 11: Bab II Blok 5

13

Alkalosis

Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion

natrium, kalium dan kalsium dalam jumlah lebih

Penyebab berkurangnya elektrolit plasma adalah kecelakaan,

kebakaran, operasi atau perubahan patologis organ, gastroenteritis, demam

tinggi, atau penyakit lain yang menyebabkan output dan input tidak

seimbang (Lukas, 2011).

2. Infus Karbohidrat

Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa atau

dekstrosa yang cocok untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk

memenuhi kebutuhan glikogen otot kerangka, hipoglikemia dan lain-lain.

Kegunaannya yaitu 5% isotonis, 20% untuk diuretika, dan 30-50% terapi

oedema di otak. Contoh: Larutan Manitol 15-20% digunakan untuk

menguji fungsi ginjal (Lukas, 2011).

3. Infus Elektrolit dan Karbohidrat

Merupakan gabungan antara infus elektrolit dan karbohidrat

(Lukas, 2011).

4. Larutan Irigasi

Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar (3

liter). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan di luar

sistem peredaran. Pada umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar

atau plastik yang dipatahkan sehingga memungkinkan pengisian larutan

dengan cepat. Kita menggunakan larutan untuk merendam atau mencuci

luka-luka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi

perdarahan (Lukas, 2011).

Page 12: Bab II Blok 5

14

5. Larutan Dialisis Peritoneal

Larutan dialisis peritoneal merupakan suatu sediaan larutan steril

dalam jumlah besar (2 liter). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena,

tetapi dibiarkan mengalir ke dalam ruangan peritoneal dan umumnya

menggunakan tutup plastik yang dipatahkan sehingga memungkinkan

larutan dengan cepat turun ke bawah. Penggunaan cairan demikian

bertujuan menghilangkan senyawa-senyawa toksik yang secara normal

dikeluarkan atau diekskresi ginjal (Lukas, 2011).

6. Infus Plasma Expander atau Penambah Darah

Larutan plasma expander adalah suatu sediaan larutan steril yang

digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat

perdarahan, luka bakar, operasi, dan lain-lain. Infus ini meliputi:

a. Whole Blood

Whole Blood atau darah lengkap manusia adalah darah yang

telah diambil dari donor manusia, yang dipilih dengan pencegahan

pendahuluan aseptik yang ketat.

b. Human Albumin

Human albumin adalah sediaan steril albumin serum yang

didapat dengan melakukan fraksinasi darah dari donor manusia sehat.

c. Plasma Protein

Plasma protein adalah larutan steril protein yang terpilih dari

plasma donor darah manusia dewasa.

d. Larutan Gelatin

Larutan gelatin merupakan hasil hidrolisis kolagen, yaitu

senyawa polipeptida. Larutan sangat cocok untuk plasma ekspander

karena strukturnya terdiri atas protein sehingga dengan protein plasma

dapat memberikan efek osmotik yang sama.

e. Larutan Dekstran

Larutan dekstran adalah suatu senyawa polisakarida dengan

satuan glukosa sebagai komponen monomer.

Page 13: Bab II Blok 5

15

f. Infus Protein (Asam Amino)

Larutan protein diinfuskan ke dalam tubuh jika tubuh

mengalami kekurangan protein. Umumnya, larutan terdiri atas 8 asam

amino penting (Lukas, 2011).

2.3 Sistem Imun

2.3.1 Definisi Sistem Imun

Sistem imun terdiri atas mekanisme dan agen yang menyerang

antigen khusus. Antigen adalah molekul apa saja, biasanya protein atau

polisakarida, yang dapat dikenali sebagai penyusup asing atau bukan dari

tubuh sendiri. Ini dapat berupa racun (misal disuntikkan ke darah oleh

gigitan serangga), sebagian mantel protein virus, atau molekul yang unik

pada membran plasma bakteri, protozoa, serbuk sari, atau sel asing lainnya

(Pack, 2007).

Ketika antigen dikenali, agen dilepaskan untk menyerang antigen

khusus tadi. Untuk keberhasilan tersebut, sistem imun menjalankan lima

tugas:

Identifikasi (pengenalan)

Antigen atau sel dikenali bukan berasal dari tubuh sendiri.

Pemilihan limfosit.

Sel pelindung utama pada sistem imun adalah sel darah putih yang

disebut limfosit..

Pengaktifan limfosit.

Pengikatan antigen atau sel asing pada limfosit dapat mengaktifkan

limfosit dan memulai perkembangbiakan. Namun, pada banyak

kasus, kostimulator diperlukan sebelum perkembangbiakan

dimulai. Kostimulator dapat berupa bahan kimia atau sel lain.

Penghancuran zat asing.

Limfosit dan antibodi menghancurkan atau melumpuhkan zat

asing. Mekanisme pertahanan nonspesifik (fagosit, sel pembunuh

alami) membantu menghilangkan penyusup.

Page 14: Bab II Blok 5

16

Pengingatan.

“Ingatan” limfosit jangka panjang dihasilkan dan dengan cepat

dapat mengenali dan menanggapi serangan penyusup di masa

mendatang bila menghadapi antigen atau sel asing

(Pack, 2007).

2.3.2 Mekanisme Pertahanan Tubuh

Respon imun adalah respon tubuh berupa suatu urutan kejadian

yang komplek terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut.

Respon imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama

sel magrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi

secara kompleks. Mekanisne pertahanan tubuh terdiri dari mekanisme

pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik (Akib,dkk.,

2008).

Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen

nonadaptif atau innate atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan

yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai

macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas

berbagai macam elemen non spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan

khusus untuk antigen tertentu (Akib,dkk., 2008).

Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen

adaptif atau imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan

khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap

antigen yang lain. Bedanya dengan pertahanan tubuh non spesifik adalah

bahwa pertahanan tubuh spesifik harus kontak atau ditimbulkan terlebih

dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan terbentuk. Sedangkan pertahanan

non spesifik sudah ada sebelum ia kontak dengan antigen (Akib,dkk., 2008)

.

Page 15: Bab II Blok 5

17

Mekanisme pertahanan non spesifik

Mekanisme pertahanan tubuh disebut juga respons imun alamiah.

yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh adalah:

a. Permukaan tubuh, mukosa dan kulit

Permukaan tubuh merupakan pertahanan pertama terhadap

penetrasi mikroorganisme. Bila penetrasi mikroorganisme terjadi juga,

maka mikroorganisme yang masuk akan berjumpa dengan berbagai

elemen lain dari sistem imunitas alamiah.

b. Kelenjar dengan enzim dan silia yang ada pada mukosa dan kulit.

Produk kelenjar menghambat penetrasi mikroorganisme,

demikian pula silia pada mukosa. Enzim seperti lisozim dapat pula

merusak dinding sel mikroorganisme.

c. Komplemen dan makrofag

Jalur alternatif komplemen dapat diaktivasi oleh berbagai

macam bakteri secara langsung sehingga eliminasi terjadi melalui

proses lisis atau fagositosis oleh makrofag atau leukosit yang

distimulasi oleh opsonin dan zat kemotaktik, karena sel-sel ini

mempunyai reseptor untuk komponen – komplemen dan reseptor

kemotaktik. Zat kemotaktik akan memanggil sel monosit dan

polimorfonuklear ke tempat mikoorganisme dan memfagositnya.

d. Protein fase akut

Protein fase akut adalah protein plasma yang dibentuk tubuh

akibat adanya kerusakan jaringan. Hati merupakan tempat utama

sistesis protein fase akut.

Page 16: Bab II Blok 5

18

e. Sel natural killer (NK) dan interferon

Sel NK adalah sel yang dapat membunuh sel yang dihuni virus

atau sel tumor. Interveron adalah zat yang diproduksi oleh sel leukosit

dan sel yang terinveksi virus, yang bersifat dapat menghambat

replikasi virus di dalam sel dan meningkatkan aktivasi sel NK.

Mekanisme Pertahanan Spesifik

Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi

mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme

pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel

limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya seperti

sel makrofag dan komplemen. Dilihat dari caranya diperoleh maka

mekanisme pertahanan spesifik disebut juga respon imun didapat

(Akib,dkk., 2008).

Imunitas spesifik hanya ditujukan terhadap antigen tertentu yaitu

asntigen yang merupakan ligannya (pasangannya). Disamping itu, respon

imun spesifik juga menimbulkan memori imunologis yang akan cepat

bereaksi bila host terpajan lagi dengan antigen yang sama dikemudian hari.

Pada imunitas didapat, akan terbentuk antibodi dan limfosit efektor yang

spesifik terhadap antigen yang merangsangnya, sehingga terjadi eliminasi

antigen (Akib,dkk., 2008).

Sel yang berperan dalam imunitas didapat ini adalah sel yang

mempresentasikan antigen sel limfosit T dan sel limfosit B. Sel limfosit T

dan limfosit B masing-masing berperan pada imunitas seluler dan imunitas

humolar. Sel limfosit T akan meregulasi respons imun dan melisis sel targel

yang dihuni antigen. Sel limfosit B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma

dan memproduksi antibodi yang akan menetralkan atau meningkatkan

fagositosis antigen dan lisis antigen oleh komplemen, serta menigkatkan

sitotoksisitas sel yang mengandung antigen yang dinamakan proses

antibody dependent cell mediated cytotoxicity (ADCC) (Akib,dkk., 2008).