bab ii triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...demikianlah antara...

36
15 BAB II BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP KENAKALAN REMAJA 2.1. Bimbingan dan Konseling Islam 2.1.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam Berbagai batasan tentang bimbingan dapat ditemui dalam buku- buku kepustakaan. Aneka macam batasan mi disebabkan oleh perbedaan filsafat yang mendasari penulisan buku itu. Sering pula perbedaan itu terjadi karena para penulis buku itu tidak sama berat penekanannya pada aspek kemanusiaan tertentu yang menjadi pusat perhatian pembahasan mereka masing-masing. Walaupun demikian, pada umumnya terdapat kesesuaian dalam batasan-batasan itu. Kesesuaiannya ialah bimbingan (1) bukan pemberian arah atau pengaturan kegiatan orang lain, (2) bukan pemaksaan pandangan seseorang kepada orang lain, (3) bukan pengambilan keputusan bagi orang lain, dan (4) bukan pemikulan beban orang lain. Bukan empat hal yang baru disebutkan ini, melainkan kebalikannya. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh orang yang berwewenang dan terlatih baik kepada perseorangan dari segala umur untuk (1) mengatur kegiatannya sendiri, (2) mengembangkan pandangannya sendiri, (3) mengambil keputusannya sendiri, dan (4) menanggung bebannya sendiri. Demikianlah antara lain yang dikemukakan

Upload: trannguyet

Post on 01-May-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

15

BAB II

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP

KENAKALAN REMAJA 2.1. Bimbingan dan Konseling Islam

2.1.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Berbagai batasan tentang bimbingan dapat ditemui dalam buku-

buku kepustakaan. Aneka macam batasan mi disebabkan oleh perbedaan

filsafat yang mendasari penulisan buku itu. Sering pula perbedaan itu

terjadi karena para penulis buku itu tidak sama berat penekanannya pada

aspek kemanusiaan tertentu yang menjadi pusat perhatian pembahasan

mereka masing-masing. Walaupun demikian, pada umumnya terdapat

kesesuaian dalam batasan-batasan itu. Kesesuaiannya ialah bimbingan (1)

bukan pemberian arah atau pengaturan kegiatan orang lain, (2) bukan

pemaksaan pandangan seseorang kepada orang lain, (3) bukan pengambilan

keputusan bagi orang lain, dan (4) bukan pemikulan beban orang lain.

Bukan empat hal yang baru disebutkan ini, melainkan kebalikannya.

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh orang yang

berwewenang dan terlatih baik kepada perseorangan dari segala umur

untuk (1) mengatur kegiatannya sendiri, (2) mengembangkan

pandangannya sendiri, (3) mengambil keputusannya sendiri, dan (4)

menanggung bebannya sendiri. Demikianlah antara lain yang dikemukakan

Page 2: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

16

oleh Grow. Menurut Hamrin bimbingan meliputi dua lapangan tugas, yakni

(1) mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan, minat,

dan kepribadiannya, dan (2) membantu individu itu untuk menempatkan

dirinya dalam situasi yang memungkinkan dia berkembang. Secara singkat

Hamrin (1963: 8) merumuskan bahwa

" ... guidance is helping John to see through himself in order that he may see himself through... ". (bimbingan adalah membantu John melihat dirinya sendiri agar melalui dirinya itu ia dapat melihat apa yang menjadi tujuannya), batasan lain yang dikemukakan oleh Jones adalah sebagai berikut:

Guidance is the help given by one person to another in making choices and adjustments and in solving problems. Guidance aims at aiding the recipient to grow in his independence and ability to responsible for himself. It is a service that is universal — not confined to the school or the family. It is found in all phases of life — in the home, in business and industry, ini government, in social life, in hospitals, and in prisons; indeed it is present wherever there are people who need help and wherever there are people who can help. Dalam batasan Jones tersebut di atas terkandung empat hal, yakni

(1) adanya pertolongan yang diberikan oleh seorang manusia kepada

manusia lain, (2) pertolongan itu untuk menentukan pilihan-pilihan dan

penyesuaian-penyesuaian serta untuk memecahkan masalah, (3) adanya

tujuan, yakni agar yang dibantu dapat berkembang secara bebas sehingga

akhirnya ia dapat memikul tanggung jawab, dan (4) sebenarnya bimbingan

itu terdapat di mana-mana, asalkan ada seseorang yang memerlukan

pertolongan dan ada pula seseorang yang dapat menolongnya.

Berhubungan dengan pelayanan di sekolah, Ohlsen berpendapat

bahwa bimbingan merupakan usaha bersama antara konselor dan rekan-

Page 3: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

17

rekannya untuk membantu individu dalam penyesuaiannya dan untuk

membantu individu itu dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan.

Dengan demikian diharapkan individu itu lebih berhasil dalam menghadapi

masalah yang dijumpai dalam hidupnya. Yang dimaksudkan dengan

penyesuaian ialah suatu proses dinamis. Dalam proses ini individu

berangsur-angsur dapat mengenal dirinya sendiri secara lebih baik,

menemukan apa yang diinginkannya, menentukan bagaimana mencapai

tujuannya, dan memperbaiki cara-cara mengatasi saat-saat yang kritis

dalam hidupnya. Dengan maksud agar dapat diterapkan bagi sekolah-

sekolah di Indonesia, Natawidjaja (1972: 11) merumuskan:

Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu

yang dilakukan secara terus-menerus (continue) supaya individu tersebut

dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat

bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,

keluarga, dan masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap

kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti

kepada kehidupan masyarakat umumnya.

Menurut Walgito (1989: 4), “Bimbingan adalah bantuan atau

pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu

dalam menghadapi atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam

kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai

kesejahteraan hidupnya” Dengan memperhatikan rumusan tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan pemberian

Page 4: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

18

bantuan yang diberikan kepada individu guna mengatasi berbagai

kesukaran di dalam kehidupannya, agar individu itu dapat mencapai

kesejahteraan hidupnya.

Dalam tulisan ini, bimbingan dan konseling yang di maksud adalah

yang Islami, maka ada baiknya kata Islam diberi arti lebih dahulu. Biasanya

kata Islam diterjemahkan dengan “penyerahan diri”, penyerahan diri

kepada Tuhan atau bahkan kepasrahan (Arkoun, 1996: 17). Secara

terminologi sebagaimana dirumuskan oleh Ali (1977: 2), Islam

mengandung arti dua macam, yakni (1) mengucap kalimah syahadat; (2)

berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah.

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang di maksud bimbingan Islami

adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras

dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan

hidup di dunia dan di akhirat. Menurut Adz-Dzaky (2002: 189) konseling

dalam Islam adalah suatu aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran dan

pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal

bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal

fikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi

problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri

yang berparadigma kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah SAW.

Page 5: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

19

2.1.2. Dasar Pijakan dan Azas-Azas Bimbingan dan Konseling

Islam

Secara historis asal mula pengertian konseling adalah untuk

memberi nasehat, seperti penasehat hukum, penasehat perkawinan, dan

penasehat camping anak-anak pramuka. Kemudian nasehat itu berkembang

ke bidang-bidang bisnis, manajemen, otomotif, investasi, dan finansial.

Misalnya ada penasehat otomotif (automotive counselor), ada pula finance

counselor, investment counselor dan sebagainya.

Pengertian kooseling dalam kegiatan-kegiatan seperti tersebut di

atas menekankan pada nasehat (advise giving), mendorong, memberi

informasi, menginterpretasi hasil tes, dan analisa psikologis.

Kemudian muncul English & English pada tahun 1958

mengemukakan arti konseling adalah:

"Suatu hubungan antara seseorang dengan orang lain, di mana seorang berusaha keras untuk membantu orang lain agar memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya dalam rangka penyesuaian dirinya." Di antara konseling yang muncul kala itu yang menonjol adalah

konseling pendidikan, jabatan, dan hubungan sosial. Biasanya yang

menjadi klien adalah orang normal dan juga dapat memasuki batas bidang

psikoterapi.

Pada tahun 1955, yakni tiga tahun sebelum English, Glen E. Smith

mendefinisikan konseling yakni:

"Suatu proses di mana konselor membantu konseli (klien) agar ia dapat memahami dan menafsirkan fakta-fakta yang berhubungan

Page 6: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

20

dengan pemilihan, perencanaan dan penyesuaian diri sesuai dengan kebutuhan individu." Milton E. Hahn (1955) mengatakan bahwa konseling adalah

suatu proses yang terjadi dalam hubungan seorang dengan seorang yaitu

individu yang mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan

seorang petugas profesional yang telah memperoleh latihan dan

pengalaman untuk membantu agar klien mampu memecah kesulitannya

Menurut analisa Shertzer, dan Stone (1980), definisi-definisi

konseling pada umumnya bernuansa kognitif, afektif, dan behavioral.

Semua definisi konseling mencerminkan relasi dyadic yakni hubungan

seseorang dengan seseorang, beragam tempat, beragam klien, beragam

materi dan tujuan.

Penjelasan Shertzer dan Stone itu menekankan bahwa tujuan

konseling dan berbagai definisi di atas tadi lebih cenderung kepada aspek

klinis/penyembuhan klien. Sedangkan aspek pengembangan potensi klien

belum disinggung. Mungkin hal ini disebabkan permulaan kegiatan

konseling banyak didominasi ahli-ahli medis seperti psikiater dan dokter.

Dalam era global dan pembangunan, maka konseling lebih

menekankan pada pengembangan potensi individu yang terkandung di

dalam dirinya, termasuk dalam potensi itu adalah aspek intelektual afektif,

sosial, emosional, dan religius. Sehingga individu akan berkembang dengan

nuansa yang lebih bermakna, harmonis, sosial, dan bermanfaat. Maka

definisi konseling yang antisipatif sesuai tantangan pembangunan adalah;

Page 7: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

21

"Konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing

yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang

membutuhkannya, agar individu tersebut berkembang potensinya secara

optimal, mampu mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri

terhadap lingkungan yang selalu berubah.''

Bimbingan dan konseling Islam mempunyai dasar pijakan utama al-

Qur'an sebagai sumber hukum Islam pertama dan hadis sebagai sumber

hukum kedua. Keduanya merupakan sumber hukum Islam atau dalil-dalil

hukum (Zahrah, 1980: 54).

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

هليلى اهللا عول اهللا صسهم أن رلغهم بك أنالم نع كترقال ت لمسو بيهة ننساهللا و ابتا كبهم مكتسما تا مدلواابضت ن لنيرأم يكمرواه (ف

)مسلمArtinya :Dari Malik sesungguhnya Rasulullah bersabda: Aku tinggalkan

untuk kalian dua perkara atau pusaka, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, selama kalian berpegang kepada keduanya; kitabullah (Qur’an) dan Sunnah Rasulnya (HR Muslim) (Muslim, 1967: 35)

Dalam al-Qur'an Allah berfirman:

)7: احلشر...(وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا... Artinya :Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa

yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah (Q.S. Al-Hasyr:7) (Depag RI, 1978: 915)

Sebagai dalil naqliyah, Al-Qur'an dan hadis merupakan sumber hukum

utama dan menjadi rujukan utama. Akan tetapi bimbingan dan konseling

Page 8: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

22

Islam melengkapi pula dalam rujukannya yaitu pada hadis yang merupakan

penjabaran terhadap al-Qur'an. Sedangkan landasan lain yang dipergunakan

oleh bimbingan dan konseling Islam yang sifatnya aqliyah yaitu filsafat dan

ilmu, dalam hal ini filsafat Islam dan ilmu atau landasan ilmiah yang sejalan

dengan ajaran Islam, seperti falsafah-falsafah di bawah ini:

1. Falsafah tentang dunia manusia (citra manusia)

2. Falsafah tentang dunia dan kehidupan

3. Falsafah tentang pernikahan dan keluarga.

4. Falsafah tentang pendidikan.

5. Falsafah tentang masyarakat dan hidup kemasyarakatan.

6. Falsafah tentang upaya mencari nafkah atau falsafah kerja.

Dalam gerak dan langkahnya, bimbingan dan konseling Islam

berlandaskan pula pada berbagai teori yang telah tersusun menjadi ilmu.

Sudah barang tentu teori dan ilmu itu, khususnya ilmu-ilmu atau teori-teori

yang dikembangkan bukan oleh kalangan Islam yang sejalan dengan ajaran

Islam sendiri. Ilmu-ilmu yang membantu dan dijadikan landasan gerak

operasional bimbingan dan konseling Islam itu antara lain:

1. Ilmu jiwa (psikologi)

2. Ilmu hukum Islam (syari’ah)

3. Ilmu kemasyarakatan (sosiologi, antropologi sosial dan sebagainya)

(Musnamar,.1992; 6)

Dari uraian tersebut, jelaslah bahwa al-Qur'an dan Hadis merupakan

landasan utama yang menjadi pijakan bimbingan dan konseling Islam.

Page 9: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

23

Adapun asas-asas atau prinsip-prinsip bimbingan dan konseling Islam terdiri

dari:

1. Asas-asas kebahagiaan di dunia dan akhirat

Bimbingan dan konseling Islam tujuan akhirnya adalah membantu

klien, atau konseling, yakni orang yang dibimbing, mencapai kebahagiaan

hidup yang senantiasa didambakan oleh setiap muslim.

2. Asas fitrah

Bimbingan dan konseling Islam merupakan bantuan kepada klien

atau konseling untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya,

sehingga segala gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan

fitrahnya tersebut.

3. Asas “lillahi ta’ala

Bimbingan dan konseling Islam diselenggarakan semata-mata

karena Allah. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan

tugasnya dengan penuh keikhlasan, tanpa pamrih, sementara yang

dibimbing pun menerima atau meminta bimbingan dan atau konseling pun

dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa bahwa semua yang

dilakukan adalah karena dan untuk pengabdian kepada Allah semata,

sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai mahkluk Allah yang harus

senantiasa mengabdi pada-Nya.

4. Asas Bimbingan seumur hidup

Manusia hidup betapapun tidak akan ada yang sempurna dan

selalu bahagia, dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan

Page 10: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

24

menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itulah maka

bimbingan dan konseling Islam diperlukan selama hayat dikandung badan.

5. Asas kesatuan jasmaniah-rohaniah

Seperti telah diketahui dalam uraian mengenai citra manusia

menurut Islam, manusia itu dalam hidupnya di dunia merupakan satu

kesatuan jasmaniah-rohaniah. Bimbingan dan konseling Islam

memperlakukan kliennya sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah tersebut,

tidak memandangnya sebagai makhluk biologis semata atau makhluk

rohaniah semata.

6. Asas keseimbangan rohaniah

Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan pikir,

merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa nafsu serta juga

akal. Kemampuan ini merupakan sisi lain kemampuan fundamental

potensial untuk:(1) mengetahui (=”mendengar), (2) memperhatikan atau

menganalisis (=”melihat”; dengan bantuan atau dukungan pikiran), dan

(3) menghayati (=”hati” atau af’idah, dengan dukungan kalbu dan akal).

7. Asas kemaujudan individu (eksistensi)

Bimbingan dan konseling Islami, memandang seorang individu

merupakan maujud (eksistensi) tersendiri. Individu mempunyai hak,

mempunyai perbedaan individu dari yang lainnya, dan mempunyai

kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuan

fundamental potensial rohaniahnya.

Page 11: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

25

8. Asas keahlian, bimbingan dan konseling Islam dilakukan oleh orang–

orang yang memang memiliki kemampuan keahlian dibidang

tersebut.(Musnamar, 1992: 20-33).

9. Asas kekhalifahan manusia

Manusia, menurut Islam diberi kedudukan yang tinggi sekaligus

tanggung jawab yang besar, yaitu sebagai pengelola alam semesta

(“khalifatullah fil ard”). Dengan kata lain, manusia dipandang sebagai

makhluk berbudaya yang mengelola alam sekitar sebaik baiknya. Sebagai

khalifah, manusia harus memelihara keseimbangan ekosistem sebab

problem-problem kehidupan kerap kali muncul dari ketidakseimbangan

ekosistem tersebut yang diperbuat oleh manusia itu sendiri. bimbingan dan

fungsinya tersebut untuk kebahagiaan dirinya dan umat manusia.

10. Asas keselarasan dan keadilan. Islam menghendaki keharmonisan,

keselarasan, keseimbangan, keserasian dalam segala segi.

11. Asas pembinaan akhlakul karimah, manusia menurut pandangan Islam

memiliki sifat-sifat yang baik (mulia). Sekaligus mempunyai sifat-sifat

lemah.

12. Asas kasih sayang. Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa kasih

sayang dari orang lain.

13. Asas saling menghargai dan menghormati. Dalam bimbingan dan

konseling Islam kedudukan pembimbing atau konselor dengan yang

dibimbing sama atau sederajat.

Page 12: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

26

14. Asas musyawarah. Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan asas

musyawarah.

15. Asas sosialitas manusia

2.1.3 Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan konseling Islam mempunyai tujuan dan fungsi. Secara

global, tujuan Bimbingan dan Konseling Islam itu dapat dirumuskan sebagai

membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Bimbingan dan Konseling sifatnya hanya merupakan bantuan, hal ini

sudah diketahui dari pengertian atau definisinya. Individu yang dimaksudkan

di sini adalah orang yang dibimbing atau diberi konseling, baik orang

perorangan maupun kelompok. Mewujudkan diri sebagai manusia seutuhnya

berarti mewujudkan diri sesuai dengan hakekatnya sebagai manusia untuk

menjadi manusia yang selaras perkembangan unsur dirinya dan pelaksanaan

fungsi atau kedudukannya sebagai makhluk Allah (makhluk religius),

makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk berbudaya.

Dalam perjalanan hidupnya, karena berbagai faktor, manusia bisa

seperti yang tidak dikehendaki yaitu menjadi manusia seutuhnya. Dengan kata

lain yang bersangkutan berhadapan dengan masalah atau problem, yaitu

menghadapi adanya kesenjangan antara seharusnya (ideal) dengan yang

senyatanya. Orang yang menghadapi masalah, lebih-lebih jika berat, maka

yang bersangkutan tidak merasa bahagia. Bimbingan dan konseling Islam

berusaha membantu individu agar bisa hidup bahagia, bukan saja di dunia,

Page 13: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

27

melainkan juga di akhirat. Karena itu, tujuan akhir bimbingan dan konseling

Islam adalah kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Bimbingan dan konseling Islam berusaha membantu jangan sampai

individu menghadapi atau menemui masalah. Dengan kata lain membantu

individu mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. Bantuan pencegahan

masalah ini merupakan salah satu fungsi bimbingan. Karena berbagai faktor,

individu bisa juga terpaksa menghadapi masalah dan kerap kali pula individu

tidak mampu memecahkan masalahnya sendiri, maka bimbingan berusaha

membantu memecahkan masalah yang dihadapinya itu. Bantuan pemecahan

masalah ini merupakan salah satu fungsi bimbingan juga, khususnya

merupakan fungsi konseling sebagai bagian sekaligus teknik

bimbingan.(Musnamar, 1992: 33-34)

Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Dengan memperhatikan tujuan umum dan khusus bimbingan dan

konseling Islam tersebut, dapatlah dirumuskan fungsi (kelompok tugas atau

kegiatan sejenis) dari bimbingan dan konseling Islam itu sebagai berikut:

1. Fungsi preventif; yakni membantu individu menjaga atau mencegah

timbulnya masalah bagi dirinya.

2. Fungsi kuratif atau korektif; yakni membantu individu memecahkan

masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.

3. Fungsi preservatif; yakni membantu individu menjaga agar situasi dan

kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik

(terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good).

Page 14: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

28

4. Fungsi developmental atau pengembangan; yakni membantu individu

memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar

tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya

menjadi sebab munculnya masalah baginya (Rahim, 2001: 37-41).

Untuk mencapai tujuan seperti disebutkan di muka, dan sejalan dengan

fungsi-fungsi bimbingan dan konseling Islam tersebut, maka bimbingan dan

konseling Islam melakukan kegiatan yang dalam garis besarnya dapat

disebutkan sebagai berikut:

Fungsi kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling Islam:

1. Membantu individu mengetahui, mengenal dan memahami keadaan

dirinya sesuai dengan hakekatnya, atau memahami kembali keadaan

dirinya, sebab dalam keadaan tertentu dapat terjadi individu tidak

mengenal atau tidak menyadari keadaan dirinya yang sebenarnya. Secara

singkat dapat dikatakan bahwa bimbingan dan konseling

Islam"mengingatkan kembali individu akan fitrahnya.

نيفا فين حلدل كهجو مالفأق ة اللها الطرهليع اسالن ي فطريلتدبت مالقي ينالد كذل لق اللهخاس ال لالن أكثر نلكون ولمع30:الروم( ي(

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama

(Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S. Ar Rum, 30: 30).

Fitrah Allah dimaksudkan bahwa manusia itu membawa fitrah

ketauhidan, yakni mengetahui Allah SWT Yang Maha Esa, mengakui

Page 15: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

29

dirinya sebagai ciptaanNya, yang harus tunduk dan patuh pada

ketentuan dan petunjukNya. Manusia ciptaan Allah yang dibekali

berbagai hal dan kemampuan, termasuk naluri beragama tauhid (agama

Islam). Mengenal fitrah berarti sekaligus memahami dirinya yang

memiliki berbagai potensi dan kelemahan, memahami dirinya sebagai

makhluk Tuhan atau makhluk religius, makhluk individu, makhluk

sosial dan juga makhluk pengelola alam semesta atau makhluk

berbudaya. Dengan mengenal dirinya sendiri atau mengenal fitrahnya

itu individu akan lebih mudah mencegah timbulnya masalah,

memecahkan masalah, dan menjaga berbagai kemungkinan timbulnya

kembali masalah (Musnamar, 1992: 35).

2. Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, segi-

segi baik dan buruknya, kekuatan serta kelemahannya, sebagai sesuatu

yang memang telah ditetapkan Allah (nasib atau taqdir), tetapi juga

menyadari bahwa manusia diwajibkan untuk berikhtiar, kelemahan yang

ada pada dirinya bukan untuk terus menerus disesali, dan kekuatan atau

kelebihan bukan pula untuk membuatnya lupa diri (Rahim, 2001: 39).

Dalam satu kalimat singkat dapatlah dikatakan sebagai membantu

individu tawakkal atau berserah diri kepada Allah. Dengan tawakal atau

berserah diri kepada Allah berarti meyakini bahwa nasib baik buruk

dirinya itu ada hikmahnya yang bisa jadi manusia tidak tahu.

وعسى أن تكرهوا شيئا وهو خير لكم وعسىأن تحبوا شيئا...أنتو لمعي اللهو لكم رش وهونولمعال ت 216:البقرة (م(

Page 16: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

30

Artinya: Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik

bagimu dan boleh jadi juga kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S. Al Baqarah, 2 : 216).

لب فوال خو هبر ندع هرأج فله سنحم وهو لهل ههجو لمأس نى م )112:البقرة( عليهم وال هم يحزنون

Artinya: (Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri

kepada Allah, sedangkan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Al Baqarah, 2 : 112).

ذا الذي ينصركم إن ينصركم الله فال غالب لكم وإن يخذلكم فمنهدعن بكلموتفلي لى اللهعون ونمؤ160:آل عمران (الم(

Artinya: Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat

mengalahkanmu. Jika Allah membiarkanmu (tidak memberi pertolongan), siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah sajalah orang-orang mukmin bertawakkal. (Q.S. Ali lmran, 3 :160).

ةنالج نم مهئنوبلن اتحاللوا الصمعوا ونآم ينالذري وجفا تن غرمف يندالخ ارها الأنهتحترأج ما نعيه نيلام58{الع {ينوا الذربص )59-58: العنكبوت( وعلى ربهم يتوكلون

Artinya: Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam syurga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, yaitu yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya (Q..S. Al-Ankabut, 29: 58- 59).

Page 17: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

31

3. Membantu individu memahami keadaan (situasi dan kondisi) yang

dihadapi saat ini. Kerapkali masalah yang dihadapi individu tidak

dipahami si individu itu sendiri, atau individu tidak merasakan atau tidak

menyadari bahwa dirinya sedang menghadapi masalah, tertimpa masalah.

Bimbingan dan konseling Islam membantu individu merumuskan masalah

yang dihadapinya dan membantunya mendiagnosis masalah yang sedang

dihadapinya itu. Masalah bisa timbul dari bermacam faktor. Bimbingan

dan konseling Islam membantu individu melihat faktor-faktor penyebab

timbulnya masalah tersebut.

لكم دكم عدوان من أزواجكم وأواليا أيها الذين آمنوا إالله غفور رحيم فاحذروهم وإن تعفوا وتصفحوا وتغفروا فإن

عظيمفتنة والله عنده أجر دكم إنما أموالكم وأوال}14{ )15-14:التغابن(

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-

isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu memaafkan dan tak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu, dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan disisi Allah-lah pahala yang besar. (Q.S.At Tagabun, 64:14-15).

2.1.4. Materi Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan konseling Islami berkaitan dengan masalah yang

dihadapi individu, yang mungkin dihadapi individu, atau yang sudah dialami

individu. Masalah itu sendiri, dapat muncul dari berbagai faktor atau bidang

Page 18: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

32

kehidupan. Jika dirinci, dengan pengelompokan, masalah-masalah itu dapat

menyangkut bidang-bidang:

1. Pernikahan dan keluarga

Anak dilahirkan dan dibesarkan (umumnya) di lingkungan

keluarga, entah itu keluarga intinya (ayah dan ibunya sendiri), entah itu

keluarga lain, atau keluarga besar (sanak keluarga). Keluarga lazimnya

diikat oleh tali pernikahan. Pernikahan dan ikatan keluarga di satu sisi

merupakan manfaat, di sisi lain dapat mengandung mudarat atau

menimbulkan kekecewaan-kekecewaan. Dalam pada itu pernikahan dan

kekeluargaan sudah barang tentu tidak terlepas dari lingkungannya (sosial

maupun fisik) yang mau tidak mau mempengaruhi kehidupan keluarga

dan keadaan pernikahan. Karena itulah maka bimbingan dan konseling

Islami kerap kali amat diperlukan untuk menangani bidang ini.

2. Pendidikan

Semenjak lahir anak sudah belajar, belajar mengenal

lingkungannya. Dan manakala telah cukup usia, dalam sistem kehidupan

dewasa ini, anak belajar dalam lembaga formal (di sekolah). Dalam

belajar (pendidikan) pun kerapkali berbagai masalah timbul, baik yang

berkaitan dengan belajar itu sendiri maupun lainnya. Problem-problem

yang berkaitan dengan pendidikan ini sedikit banyak juga memerlukan

bantuan bimbingan dan konseling Islami untuk menanganinya.

3. Sosial (kemasyarakatan)

Page 19: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

33

Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan kehidupannya

sedikit banyak tergantung pada orang lain. Kehidupan kemasyarakatan

(pergaulan) ini pun kerapkali menimbulkan masalah bagi individu yang

memerlukan penanganan bimbingan dan konseling Islami (Musnamar,

1992: 41)

4. Pekerjaan (jabatan)

Untuk memenuhi hajat hidupnya, nafkah hidupnya, dan sesuai

dengan hakekatnya sebagai khalifah di muka bumi (pengelola alam),

manusia harus bekerja. Mencari pekerjaan yang sesuai dan membawa

manfaat besar, mengembangkan karier dalam pekerjaan, dan sebagainya,

kerapkali menimbulkan permasalahan pula, bimbingan dan konseling

Islami pun diperlukan untuk menanganinya.

5. Keagamaan

Manusia merupakan makhluk religius. Akan tetapi dalam

perjalanan hidupnya manusia dapat jauh dari hakekatnya tersebut. Bahkan

dalam kehidupan keagamaan pun kerapkali muncul pula berbagai masalah

yang menimpa dan menyulitkan individu. Dan ini memerlukan

penanganan bimbingan dan konseling Islami. Sudah barang tentu masih

banyak bidang yang digarap bimbingan dan konseling Islami di samping

apa yang tersebut di atas. Masing- masing bidang tersebut secara luas,

walau tetap masih dalam garis besar juga, akan dibicarakan dalam bab-bab

tersendiri (Faqih, 2001: 45).

Page 20: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

34

Berdasarkan uraian tersebut bimbingan dan konseling Islam dapat

membantu menanggulangi kenakalan remaja, karena bimbingan dan

konseling Islam dapat dijadikan sarana untuk mencegah kenakalan remaja

dan sebagai upaya penanggulangan. Pentingnya bimbingan dan konseling

Islam adalah karena kenakalan remaja makin hari menunjukkan gejala

yang mencemaskan. Gejala ini berkembang seiring dengan perubahan atau

dinamika masyarakat. Menurut Kusuma (1988: 64) proses perubahan

sosial yang tengah berlangsung di Indonesia menandai pula perkembangan

kota-kota dengan kompleksitas fungsinya yang tidak hanya mempunyai

fungsi administratif dan komersial, melainkan tumbuh sebagai simpul

interaksi sosial yang mempengaruhi sistem nilai dan norma serta perilaku

warga masyarakat. Keseluruhan dampak perubahan itu sudah tentu

menyentuh pula aspek-aspek kehidupan remaja kota sebagai suatu

golongan masyarakat yang berjumlah besar dalam struktur kependudukan

di perkotaan.

Dalam konteks itu nampak mengedepan dua persoalan pokok,

yakni kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja serta bentuk-

bentuk kenakalan remaja. Bentuk pertama cenderung kriminal dan bentuk

kedua kenakalan biasa yang tidak sampai menjurus pada kejahatan.

Kenakalan remaja atau “juvenile delinquency”, menurut hukum

pidana tidak dapat dikategorikan sebagai “tindak kriminalitas” (kejahatan)

seperti yang dikenakan terhadap orang dewasa. Melainkan hanya

Page 21: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

35

dipandang sebagai gejala perkembangan yang abnormal, yang masih dapat

diarahkan kepada perkembangan yang wajar (Kusuma, 1988: 64)

Istilah kenakalan remaja merupakan terjemahan dari kata” Juvenile

Delinquency” yang dipakai di dunia Barat. Istilah ini mengandung

pengertian tentang kehidupan remaja yang menyimpang dari berbagai

pranata dan norma yang berlaku umum. Baik yang menyangkut kehidupan

masyarakat, agama, maupun hukum yang berlaku. Menurut M Arifin,

pengertian kenakalan tersebut mengandung beberapa ciri pokok, sebagai

berikut:

- Tingkah laku yang mengandung kelainan-kelainan berupa perilaku atau

tindakan yang bersifat a-moral, a-sosial, atau anti sosial.

- Dalam perilaku atau tindakan tersebut terdapat pelanggaran terhadap

norma-norma sosial, hukum, dan norma agama yang berlaku dalam

masyarakat.

- Tingkah/perilaku, perbuatan serta tindakan-tindakan yang bertentangan

dengan nilai-nilai hukum atau undang-undang yang berlaku yang jika

dilakukan oleh orang dewasa hal tersebut jelas merupakan pelanggaran

atau tindak kejahatan (kriminal) yang diancam dengan hukuman

menurut ketentuan yang berlaku.

- Perilaku, tindakan dan perbuatan tersebut dilakukan oleh kelompok usia

remaja (Arifin, 1994: 79-80)

Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, artinya anak-anak,

anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada

Page 22: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

36

periode remaja. Delinquent berasal dari kata Latin “delinquere” yang

berarti: terabaikan, mengabaikan; yang kemudian diperluas artinya

menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut,

pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-

lain. Delinquency itu selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran,

kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda di bawah

usia 22 tahun (Kartono, 2003: 6)

Istilah juvenile delinquency dikemukakan oleh para sarjana dalam

rumusan yang bervariasi, namun substansinya sama misalnya:

Kartono (1986: 209) mengatakan juvenile delinquency (juvenilis =

muda, bersifat kemudaan; delinquency dari delinqucuere = jahat, durjana,

pelanggar, nakal) ialah anak-anak muda yang selalu melakukan kejahatan,

dimotivir untuk mendapatkan perhatian, status sosial dan penghargaan

dari lingkungannya. Sedangkan Salim (tth: 300) mengartikan juvenile

delinquency adalah kenakalan anak remaja yang melanggar hukum,

berperilaku, anti sosial, melawan orang tua, berbuat jahat, sehingga

sampai diambil tindakan hukum. Sedangkan Juvenile Delinquency ialah

anak remaja yang ditandai dengan juvenile delinquent adalah anak remaja

yang ditandai dengan Juvenile Delinquency.

Echols dan Shadily (1995: 339) menterjemahkan Juvenile

Delinquency sebagai kejahatan/kenakalan anak-anak/anak muda/muda-

mudi. Dalam Ensiklopedi Umum (1991: 472), Juvenile Delinquency

adalah pelanggaran hukum atau moral yang dijalankan oleh individu di

Page 23: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

37

bawah umur biasanya pelanggaran ringan (pencurian, penipuan, kerusakan

dan sebagainya).

Lembaga Pengadilan di Amerika merumuskan Juvenile Delinquent

sebagai berikut:

Juvenile delinquency in most jurisdiction is technically speaking a child or young person (in most states under 16, 17, 18; in two states under 21) who has commited an offense for which he may referred to juvenile court authorities. Berdasarkan perumusan ini dapat digaris bawahi: (a) bahwa anak harus berumur 21 tahun, (b) termasuk yurisdiksi pengadilan anak. Faktor inilah yang menentukan status seseorang menjadi juvenile delinquent (Simanjuntak, 1977: 292)

Dengan mengkaji rumusan-rumusan di atas maka pada intinya

secara sederhana juvenile delinquency dapat diterjemahkan sebagai

kenakalan remaja. Kenakalan remaja yang dimaksud di sini, seperti yang

dikatakan Sarwono (1994: 207) yaitu perilaku yang menyimpang dari atau

melanggar hukum.

Masalah delinkuensi anak-anak atau remaja di Indonesia ternyata

menarik perhatian beberapa ahli ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

kehidupan remaja Soekanto (1982: 389-390) menguraikan secara singkat

sebagai berikut :

Delinkuensi anak-anak yang terkenal di Indonesia adalah masalah “cross boy” dan cross girl” yang merupakan sebutan bagi anak-anak muda yang tergabung dalam satu ikatan/organisasi formil atau semi formil dan yang mempunyai tingkah laku yang kurang/tidak disukai oleh masyarakat pada umumnya. Delinkuensi anak-anak di Indonesia meningkat pada tahun-tahun 1956 dan 1958 dan juga pada tahun 1968-1969, hal mana sering disinyalir dalam pernyataan-pernyataan resmi pejabat-pejabat maupun petugas-petugas penegak hukum. Delinkuensi anak-anak tadi meliputi pencurian, perampokan, pencopetan, penganiayaan, pelanggaran susila, penggunaan obat-obat perangsang dan mengendarai mobil (atau kendaraan bermotor lainnya), tanpa mengindahkan norma-norma lalu lintas.

Page 24: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

38

Seringkali dibedakan antara dua macam persoalan, yaitu antara

problem-problem masyarakat (scientific of societal problems) dengan

problem-problem sosial (ameliorative or social problems). Hal yang

pertama menyangkut analisa tentang macam-macam gejala kehidupan

masyarakat, sedangkan yang kedua meneliti gejala-gejala abnormal dalam

masyarakat dengan maksud untuk memperbaikinya atau bahkan untuk

menghilangkannya. Ukuran pokok dari suatu problem sosial adalah tidak

adanya persesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dengan

kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial. Sebagai unsur

pertama dan yang terpokok daripada problem sosial adalah adanya

perbedaan yang menyolok antara nilai-nilai atau ukuran-ukuran sosial

dengan kondisi-kondisi yang nyata dari kehidupan. Maksudnya ialah

munculnya kepincangan dan adanya ketimpangan antara anggapan-

anggapan masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi (das sollen)

dengan apa yang terjadi dalam kenyataan (das Sein), pergaulan

masyarakat.

Diteliti dalam kenyataan, banyak sekali cara hidup seseorang atau

beberapa orang yang menunjukkan adanya perbedaan dengan nilai-nilai

atau ukuran-ukuran sosial, misalnya :cara-cara hidup anak delinkuen.

Anak remaja yang menjadi delinkuen karena keadaan keluarga, sekolah

bahkan karena lingkungan masyarakat pada umumnya mereka suka

melakukan perbuatan yang meresahkan masyarakat dan mengancam

ketentramannya. Penganiayaan, pencurian, pemerkosaan, penipuan,

Page 25: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

39

pengrusakan dan mabuk-mabukan merupakan perbuatan yang anti sosial,

tidak susila dan tidak bermoral. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh

anak-anak delinkuen pada hakikatnya melanggar hak-hak orang lain, baik

harta, harga diri maupun jiwa.

Masalah generasi muda, terutama problem sosial yang timbul dari

delinkuensi anak-anak pada garis besarnya sebagai akibat dari adanya ciri

khas yang berlawanan, yakni: keinginan-keinginan untuk melawan dan

adanya sikap apatis. Soekanto (1982: 385-386), mengupas masalah ini

lebih tuntas antara lain.

“Sikap melawan tersebut disertai dengan suatu rasa takut bahwa,

masyarakat akan hancur karena perbuatan-perbuatan menyimpang,

sedangkan sikap apatis biasanya disertai dengan rasa kekecewaan terhadap

masyarakat. Generasi muda biasanya menghadapi problem-problem sosial

dan biologis. Apabila seseorang mencapai usia remaja, secara fisik ia

sudah matang, akan tetapi untuk dapat dikatakan dewasa dalam arti sosial,

dia masih memerlukan faktor-faktor lainnya”.

2.2. Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya

2.2.1. Batasan Remaja

Secara etimologi, kata "remaja" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

berarti mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin (Depdiknas, 2002:

944). Istilah asing yang sering dipakai untuk menunjukkan masa remaja,

antara lain: puberteit, adolescentia dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering

pula dikatakan pubertas atau remaja. Dalam berbagai macam kepustakaan

Page 26: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

40

istilah-istilah tersebut tidak selalu sama uraiannya. Apabila melihat asal kata

istilah-istilah tadi, maka akan diperoleh:

a. Puberty (Inggris) atau puberteit (Belanda) berasal dari bahasa Latin:

pubertas. Pubertas berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh,

sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian.

b. Adolescentia berasal dari kata Latin: adulescentia. Dengan adulescentia

dimaksudkan masa muda, yakni antara 17 dan 30 tahun (Gunarsa, 1981:

14-15).

Dari pemakaian istilah di beberapa negara dapat disimpulkan

bahwa tujuan penyorotan juga tidak selalu sama, walaupun batas-batas

umur yang diberikan dalam penelaahan mungkin sama. Dari kepustakaan

didapatkan bahwa puberteit adalah masa antara 12 dan 16 tahun.

Pengertian pubertas meliputi perubahan-perubahan fisik dan psikis, seperti

halnya pelepasan diri dari ikatan emosionil dengan orang tua dan

pembentukan rencana hidup dan sistem nilai sendiri. Perubahan pada masa

ini menjadi obyek penyorotan terutama perubahan dalam lingkungan

dekat, yakni dalam hubungan dengan keluarga.

c. Adolescentia adalah masa sesudah pubertas, yakni masa antara 17 dan 22

tahun. Pada masa ini lebih diutamakan perubahan dalam hubungan dengan

lingkungan hidup yang lebih luas, yakni masyarakat di mana ia hidup.

Tinjauan psikologis dilakukan terhadap usaha remaja dalam mencari dan

memperoleh tempat dalam masyarakat dengan peranan yang tepat

(Gunarsa, 1981: 14-15).

Page 27: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

41

Menurut Monks (2004: 261–262) masa remaja sering pula disebut

adolesensi (Latin, adolescere = adultus = menjadi dewasa atau dalam

perkembangan menjadi dewasa).

Menurut Singgih dan Gunarsa (1981: 14-15) bahwa dari kepustakaan

lain diperoleh, istilah pubescence di samping istilah puberty. Pada istilah

pubescence jelas terlihat kata asalnya: pubis. Dengan istilah pubescence maka

lebih ditonjolkan hubungan antara masa dan perubahan yang terjadi

bersamaan dengan tumbuhnya "pubic hair", bulu (rambut) pada daerah

kemaluan. Penggunaan istilah ini lebih terbatas dan menunjukkan tercapainya

kematangan seksual. Pubescence dan puberty sering dipakai dengan

pengertian masa tercapainya kematangan seksual ditinjau terutama dari aspek

biologisnya. Sedangkan istilah adolescence menunjukkan masa yang terdapat

antara usia 12 sampai 22 tahun dan mencakup seluruh perkembangan psikis

yang terjadi pada masa_tersebut. Untuk menghindarkan kesalahpahaman

dalam pemakaian istilah pubertas dan adolescensia, akhir-akhir ini terlihat

adanya kecenderungan untuk memberikan arti yang sama pada keduanya. Hal

ini disebabkan sulitnya membedakan proses psikis pada masa pubertas dan

mulainya proses psikis pada adolescensia.

Secara terminologi, para ahli merumuskan masa remaja dalam

pandangan dan tekanan yang berbeda, di antaranya:

1. Menurut Daradjat (1988: 101), masa remaja (adolesensi) adalah

masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, di mana anak-anak mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk jasmani, sikap, cara berfikir dan bertindak, tetapi

Page 28: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

42

bukan pula orang dewasa yang telah matang. Masa ini mulai kira-kira pada umur 13 tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun.

2. Menurut Hurlock (1980: 207), masa remaja merupakan priode peralihan,

priode perubahan, sebagai usia bermasalah, masa mencari identitas, usia

yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistis dan sebagai

ambang masa dewasa.

3. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (World Health

Organization) remaja adalah

suatu masa: (a) individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual; (b) individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa; (c) terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2003: 9).

4. Menurut Maqsood (1980: 108) masa remaja adalah suatu masa yang

dipenuhi dengan perubahan-perubahan psikologis dan emosional,

sehingga wajarlah jika pada masa ini terjadi banyak masalah emosional

yang dramatis.

5. Menurut Chaplin (1993: 12), adolescence (masa remaja) adalah priode

antara pubertas dan kedewasaan, usia yang diperkirakan: 12 sampai 21

tahun untuk anak gadis, yang lebih cepat menjadi matang daripada anak

laki-laki, dan antara 13 hingga 22 tahun bagi anak laki-laki.

6. Menurut Singgih dan Gunarsa (2000: 203), remaja adalah masa peralihan

antara masa anak dan masa dewasa yakni antara 12 sampai 21 tahun.

7. Menurut Harre dan Lamb (1986: 4), adolescence (masa remaja) adalah

Page 29: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

43

Masa perkembangan manusia yang dimulai dengan masa cukup umur (puberty) dan berakhir dengan tercapainya kematangan sebagai orang dewasa. Masa ini tidak bisa diberi batasan-batasan yang seksama, tetapi pada umumnya masa itu meliputi jangka usia mulai dua belas sampai sembilan belas tahun. Dapat juga dikatakan bahwa masa remaja adalah masa perubahan psikologis dan fisiologis yang cepat, masa penyesuaian yang intensif pada keluarga, sekolah, kerja serta kehidupan sosial dan penyiapan untuk peran-peran dewasa.

2.2.2. Perkembangan Remaja

Menurut Elisabeth B. Hurlock, istilah perkembangan berarti

serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses

kematangan dan pengalaman. Selanjutnya Hurlock (1980: 2) dengan

mengutip perkataan Van den Daele menyatakan:

Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif, ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. Pada dasarnya ada dua proses perkembangan yang saling bertentangan yang terjadi secara serempak selama kehidupan, yaitu pertumbuhan atau evolusi dan kemunduran atau involusi.

Untuk mendapatkan gambaran pertumbuhan manusia dari masa kanak-

kanak hingga remaja, Sujanto (1996: 1) membagi tahapan sebagai berikut:

Pertama, masa Kanak-kanak, yaitu sejak lahir sampai 5 tahun

Kedua, masa Anak, yaitu umur 6 sampai 12 tahun

Ketiga, masa Pubertas, yaitu umur 13 tahun sampai kurang lebih 18 tahun

bagi anak putri dan sampai umur 22 tahun bagi anak putra

Keempat, masa Adolesen, sebagai masa transisi ke masa dewasa.

Page 30: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

44

Menurut Mappiare (1982: 24–25) sebagaimana mengutip Elizabeth

B.Hurlock bahwa jika dibagi berdasarkan bentuk-bentuk perkembangan dan

pola-pola perilaku yang nampak khas bagi usia-usia tertentu, maka rentangan

kehidupan terdiri atas sebelas masa yaitu :

Prenatal : Saat konsepsi sampai lahir. Masa neonatal : Lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir.

Masa bayi : Akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua.

Masa kanak-kanak awal : Dua tahun sampai enam tahun.

Masa kanak-kanak akhir : Enam tahun sampai sepuluh atau sebelas tahun.

Pubertas/preadolescence : Sepuluh atau dua belas tahun sampai tiga belas

atau empat belas tahun

Masa remaja awal : Tiga belas atau empat belas tahun sampai tujuh

belas tahun.

Masa remaja akhir :Tujuh belas tahun sampai Dua puluh satu tahun.

Masa dewasa awal : Dua puluh satu tahun sampai empat puluh tahun.

Masa setengah baya : Empat puluh sampai enam puluh tahun

Masa tua : Enam puluh tahun sampai meninggal dunia.

Dalam pembagian usia menurut Sujanto dan Hurlock di atas, terlihat

jelas rentangan usia remaja antara 13-21 tahun; yang dibagi pula dalam masa

remaja awal usia 13/14 tahun sampai 17 tahun, dan remaja akhir 17 tahun

sampai 21 tahun.

Jersild, et.al, tidak memberikan batasan pasti rentangan usia masa

remaja. Mereka membicarakan remaja (adolescence) dalam usia rentangan

Page 31: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

45

sebelas tahun sampai usia duapuluhan-awal. Menurut Jersild (1978: 85, 94,95,

111 dan 115):

Masa remaja melingkupi periode atau masa bertumbuhnya seseorang dalam masa tansisi dari masyarakat kanak-kanak ke masa dewasa. Secara kasarnya, masa remaja dapat ditinjau sejak mulainya seseorang menunjukkan masa pubertas dan berlanjut hingga dicapainya kematangan seksual, telah dicapai tinggi badan secara maksimum, dan pertumbuhan mentalnya secara penuh yang dapat diramalkan melalui pengukuran tes-tes intelegensi, dengan “pembatasan” semacam itu, para ahli ini lebih lanjut ada menyebut masa “preadolescence,” “early adolescence,” “middle and late adolescence.” Y. Byl yang dikutip Ahmadi (2004: 47) membagi fase anak sebagai

berikut:

a. Fase bayi 0,0 - 0,2.

b. Fase tetek 0,2 - 1,0.

c. Fase pencoba 1,0 - 4,0.

d. Fase menentang 2,0 - 4,0.

e. Fase bermain 4,0 - 7,0.

f. Fase sekolah 7,0 - 12,0.

g. Fase pueral 11,0 - 14,0.

h. Fase pubertas 15,0 - 18,0.

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, ada 3 tahap perkembangan

remaja;

1. Remaja awal (early adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-

dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka

Page 32: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

46

mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan

mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh

lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini

ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap "ego" menyebabkan para

remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.

2. Remaja madya (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. La

senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan

"narcistic", yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman

yang punya sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu ia berada

dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang

mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau

pesimis, idealis atau materialis dan sebagainya. Remaja pria harus

membebaskan diri dari oedipoes complex (perasaan cinta pada ibu sendiri

pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-

kawan dari lain jenis.

3. Remaja akhir (late adolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan

ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu:

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain

dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

Page 33: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

47

d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti

dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang

lain.

e. Tumbuh "dinding" yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan

masyarakat umum (the public) (Sarwono, 2003: 24-25).

Dengan melihat pembagian yang berbeda-beda antara ahli satu dengan

lainnya, Asnely mengambil kesimpulan dengan melakukan pembagian:

1. Fase pranatal;

2. fase awal masa kanak-kanak, umur 0-5 tahun;

3. fase akhir masa kanak-kanak, umur 6-12 tahun;

4. fase remaja dan dewasa, umur 13-18 tahun.

Pembagian perkembangan ke dalam masa-masa perkembangan

hanyalah untuk memudahkan mempelajari dan memahami jiwa anak-anak.

Walaupun perkembangan itu dibagi-bagi ke dalam masa-masa perkembangan,

namun tetap merupakan kesatuan yang hanya dapat dipahami dalam hubungan

keseluruhan (Zulkifli, 1986: 23).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

secara teoritis dan empiris dari segi psikologis, rentangan usia remaja berada

dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22

tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, maka remaja

awal berada dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun, dan remaja dalam

usia akhir dalam rentangan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun. Sedangkan

periode sebelum masa remaja ini disebut sebagai “ambang pintu masa remaja”

Page 34: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

48

atau sering disebut sebagai ‘Periode pubertas.” Pubertas jelas berbeda dengan

masa remaja, meskipun bertimpang-tindih dengan masa remaja awal.

2.2.3. Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja

Menurut Rogers, ada 5 ketentuan yang harus dipenuhi untuk

membantu remaja:

1. Kepercayaan

Remaja itu harus percaya kepada orang yang mau membantunya

(orang tua, guru, psikolog, ulama dan sebagainya). Ia harus yakin bahwa

penolong ini tidak akan membohonginya dan bahwa kata-kata penolong

ini memang benar adanya. Untuk memenuhi ketentuan pertama ini,

seringkali tenaga profesional (psikolog, konselor) lebih efektif dari pada

orang tua atau guru sendiri, oleh karena remaja yang bersangkutan sudah

terlanjur mempunyai penilaian tertentu kepada orang tua atau gurunya

sehingga apapun yang dilakukan orang tua atau guru tidak akan

dipercayainya lagi. Di pihak lain tenaga profesional ini tidak dikenal oleh

remaja kecuali dalam jam-jam konseling saja. Dengan demikian kata-kata

psikolog atau konselor itu lebih bisa dipercayainya karena tidak

dibandingkan dengan tingkah laku sehari-hari dari psikolog atau konselor

itu sendiri (Adams & Gullotta, 1983: 56-57).

2. Kemurnian hati

Remaja harus merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh mau

membantunya tanpa syarat. Ia tidak suka kalau orang tua misalnya

mengatakan “bener deh", mama sayang sama kamu, dan mama bantu

Page 35: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

49

kamu, tapi kamu mesti ngerti dong, pelajaranmu itu kan penting.

Pelajaranmu dulu utamakan, nanti yang lainnya mama bantu deh, ini kan

buat kepentinganmu sendiri”. Buat remaja, kalau membantu, bantu saja,

tidak perlu ditambahi “tetapi-tetapi”. Karena itulah remaja lebih sering

minta nasihat teman-temannya sendiri walaupun temen-temennya itu tidak

bisa memberi nasihat atau mencarikan jalan keluar yang baik.

3. Kemampuan mengerti dan menghayati (emphaty) perasaan remaja.

Dalam posisi yang berbeda antara anak dan orang dewasa

(perbedaan usia, perbedaan status, perbedaan cara berpikir dan

sebagainya) sulit bagi orang dewasa (khususnya orang tua) untuk

berempathi pada remaja karena setiap orang (khususnya yang tidak

terlatih) akan cenderung untuk melihat segala persoalan dari sudut

pandangannya sendiri dan mendasarkan penilaian dan reaksinya pada

pandangannya sendiri itu. Di pihak remajanya sendiri ada kecenderungan

sulit untuk menerima uluran tangan orang dewasa, karena mereka tidak

ada emphati terkandung di dalam uluran tangan itu. Berbeda dari reaksi

teman-teman sebayanya sendiri yang bagaimanapun juga akan

memberikan reaksi yang penuh empathi karena merasa senasib, walaupun

mereka tidak bisa menawarkan bantuan yang maksimal (Sarwono, 2003:

230-232). Di sinilah diperlukan lagi bantuan tenaga profesional yang

memang sudah terlatih untuk membangun empathi terhadap klien-klien

yang dihadapinya.

Page 36: BAB II triyantilibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/35/jtptiain-gdl-s1...Demikianlah antara lain yang dikemukakan . 16 ... mempelajari individu manusia untuk mengetahui kemampuan,

50

4. Kejujuran

Remaja mengharapkan penolongnya menyampaikan apa adanya

saja, termasuk hal-hal yang kurang menyenangkan. Apa yang sudah

dikatakan salah, apa yang benar, dikatakan benar. Yang tidak bisa

diterimanya adalah jika ada hal-hal yang ada pada dia, disalahkan, tetapi

pada orang lain atau pada orang tuanya sendiri dianggap benar.

5. Mengutamakan persepsi remaja sendiri (Sarwono, 2003: 230-232)

Sebagaimana sudah dikatakan di atas, seperti halnya dengan semua

orang lainnya, remaja akan memandang segala sesuatu dari sudutnya

sendiri. Terlepas dari kenyataan atau pandangan orang lain yang ada, buat

remaja, pandangannya sendiri itulah yang merupakan kenyataan dan ia

bereaksi terhadap itu. Maka kalau misalnya ia memandang guru Bahasa

Inggrisnya jahat, maka jahatlah guru itu dan remaja itupun akan membenci

guru itu, walaupun misalnya semua orang mengatakan bahwa guru itu

baik. Kemampuan untuk mengerti pandangan remaja itu berikut seluruh

perasaan yang ada di balik pandangan itu merupakan modal untuk

membangun empathi terhadap remaja (Sarwono, 2003: 230-232).