bab ii acc 30082013 (revisi 6)
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metanil Yellow
Metanil Yellow merupakan salah satu bahan kimia yang digunakan
sebagai pewarna dalam berbagai produk seperti pewarna untuk kertas, tekstil,
sabun, kayu, dan cat. Bentuknya bisa berupa serbuk atau berupa padatan.
Biasanya digunakan secara illegal pada industri mie, tahu, kerupuk, dan jajanan
berwarna kuning mencolok. Bahan kimia ini sangat berbahaya bagi kesehatan
karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut 13.
Metanil Yellow saat ini dilarang digunakan sebagai zat pewarna makanan,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 239/Menkes/Per/V/1985 tentang
zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya 13.
Toksisitas Metanil Yellow bisa disebabkan oleh efek langsung dari
kandungannya, pembentukan radikal bebas, dan produk hasil oksidasi oleh
sitokrom P450 pada metabolisme xenobiotik dihepar 3.
2.1.1 Data Kimia dan Fisika
Metanil Yellow merupakan senyawa kimia golongan azo aromatic amin,
yang berasal dari campuran asam metanilat dan difenilamin. Zat pewarna ini
bersifat asam dan mengandung kelompok kloroform NN dan CC.
5
Gambar 2.1 Struktur Metanil Yellow
IUPAC : Disodium 2-hidroksi-1-(4-sulfonatofenilazo) naftalen-6-
sulfonat
Sinonim : C.I. acid yellow 36, tropaeolin G, 3-[[4-(phenylamino)
phenyl]azo] benzenesulfonic acid monosodium salt, D &
C yellow No. 1, sodium 3-[(4-anilino) phenylazo]
benzenesulfonate, acid leather yellow R, amacid yellow
M, m-[(p-anilinophenyl) azo] benzenesulfonic acid
sodium salt, sodium 3-[(4-N-phenilamino) phenylazo]
benzenesulfate, sodium salt of metanilyazodiphenylamine.
Rumus molekul : C16H10N2Na2O7S2
Bobot molekul : 375,38 g/mol
Kelarutan : Larut dalam air, alkohol, sedikit larut dalam benzene, dan
agak larut dalam aseton.
Tampilan : Serbuk berwarna kuning kecoklatan.
2.1.2 Absorbsi, Distribusi, Metabolisme dan Ekskresi Metanil Yellow
Absorbsi Metanil Yellow bisa terjadi melalu rute oral, intravena atau
paparan di kulit secara langsung. Dalam saluran cerna, Metanil Yellow yang
terurai dalam makanan akan masuk dalam tubuh sebagai zat azo dan mengalami
absorbsi di ileum. Zat warna azo merupakan kandungan utama Metanil Yellow
6
yang memilki sifat toksik. Zat azo mempunyai sistem kromofor dari gugus azo (-
N=N) yang berikatan dengan gugus aromatik. Zat azo mengalami reduksi oleh
mikroorganisme di ileum atau enzim azo reduktase yang terdapat di dinding
saluran cerna dan dihepar. Setelah mengalami absorbsi, zat azo akan
disistribusikan ke seluruh tubuh 3.
Beberapa faktor yang mempengaruhi metabolisme dari Metanil Yellow,
a)Rute masuk kedalam tubuh, b) Derajat absorbsi oleh saluran cerna pada rute
oral, c) Kemampuan eksresi oleh sistem bilier, d) Perbedaan genetik dalam hal
keberadaan dan aktivitas enzim azo reduktase di hepar, e) Perbedaan flora di usus,
f) Aktifitas relatif dan spesifik dari sistem hepatik dan intestinal dalam mereduksi
ikatan azo 3.Zat azo akan mengalami metabolisme berupa reaksi oksidasi, reduksi,
hidrolisis dan konjugasi yang diatur oleh enzim. Mekanisme umum terjadinya
reaksi oksidasi diperankan oleh sitokrom P-450 yang diawali dengan transport
elektron pada komplek P-450-Fe3 yang mana pada akhirnya akan terjadi transpor
elektron dari atom oksigen dan menghasilkan produk oksidasi 14.
Namun, proses biotransformasi pada zat azo yang dihasilkan dari Metanil
Yellow terutama terjadi pada proses reduksi, karena strukturnya yang
mengandung gugus sulfonat. Sehingga, reaksi pemecahan reduktif dari ikatan azo
mungkin merupakan reaksi toksikologi yang paling penting dari proses
metabolisme zat azo. Reaksi ini bisa dikatalisa oleh enzim yang terutama terdapat
dihati, usus dan di kulit. Komponen zat azo akan masuk ke dalam usus secara
langsung melalui rute oral atau melalui saluran empedu pada rute parenteral. Zat
ini akan direduksi oleh enzim azo reduktase yang diproduksi oleh bakteri di usus.
Katabolisme pertama yang terjadi pada proses ini adalah pemecahan ikatan azo
7
yang menghasilkan amina aromatik yang lebih toksik dari bentuk zat sebelumnya.
Aktifitas enzim azo reduktase yang dihasilkan oleh bakteri di usus lebih besar dari
pada aktifitas enzim azo reduktase hepar 3. Nicotinamide Adenin Dinucleotid
(NAD) dan Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate (NADPH) memiliki
kemampuan untuk mereduksi zat azo bila tidak ada enzim yang lainnya pada
keadaan asam. Zat azo yang mengalami reduksi mimilki ikatan eletron dengan
densitas yang lemah, hal ini mungkin terjadi akibat terjadinya ikatan hidrogen dari
atom N zat azo bersama dengan grup naftol yang menghasilkan konfigurasi keto-
hidrazone. Hasil akhir dari proses pemecahan reduktif dari ikatan azo pada
Metanil Yellow menghasilkan senyawa nitroanilin yang merupakan golongan
amina aromatik. Zat metabolit dari amina aromatik kebanyakan tidak bisa
dibiodegradasi atau bisa ddidegradasi dengan lemah. Sehingga menyebabkan efek
toksisitas yang luas 3,15 .
Eksresi zat azo dari metanil yelow bisa melalui rute fekal dan rute ginjal.
Zat azo yang masuk kedalam usus melalui rute oral atau melalui saluran empedu,
dan tidak terabsorbsi di usus akan dibuang melalui feses. Sedangkan zat azo yang
beredar dalam darah akan diserap diginjal untuk kemudian di eksresikan melalui
urin. Karena metabolit hasil reduksinya yang bersifat toksik, eksresi dari zat azo
bisa menyebabkan efek toksik pada saluran perkemihan 3 .
2.1.3 Metabolisme Xenobiotik di Hepar
Xenobiotik adalah suatu senyawa-senyawa yang asing bagi tubuh, yang
dalam keadaan normal tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia, seperti obat-obatan,
karsinogen kimia, dan berbagai senyawa lainnya. Berbagai macam senyawa
xenobiotik tersebut bila masuk kedalam tubuh akan dimetabolisme di hepar.
8
Metabolisme xenobiotik di hepar dibagi menjadi 2 fase, Fase I hidroksilasi dan
Fase II Konjugasi 14 .
Gambar 2.2 Intisari Mekanisme Xenobiotik
Sumber : Buku Ajar Biokimia Metabolisme Xenobiotik 16
Pada fase 1, terjadi reaksi utama yaitu hidroksilasi yang dikatalisis oleh
enzim mono-oksigenase atau disebut sitokrom P450. Enzim ini juga mengkatalisis
reaksi deaminasi, dehalogenasi, desulfurasi, epoksidasi, peroksidasi, dan reduksi.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
RH + O2 + NADPH + H+ R – OH + H2O + NADP
RH di atas mewakili beragam xenobiotik, termasuk obat, karsinogen, pestisida,
polutan atau senyawa endogen berupa steroid tertentu, eikosanoid, asam lemak,
dan retinoid. Senyawa xenobiotik yang biasanya bersifat lipofilik akan diubah
menjadi hidrofilik pada proses hidroksilasi. Proses hidroksilasi menghasilkan
senyawa radikal hidroksil seperti yang tertulis dalam reaksi diatas. Pada reaksi
fase 2, turunan senyawa xenobiotik yang dihasilkan dari reaksi fase 1 akan
dikonjugasikan dengan molekul lain, misalnya asam glukoronat, sulfat, atau
glutation yang bertujuan untuk menghasilkan senyawa xenobiotik yang larut air
sehingga bisa disekresikan melalui urine atau empedu 14 .
9
Tujuan keseluruhan dari metabolisme xenobiotik adalah untuk
meningkatkan polaritas xenobiotik sehingga ekskresinya dari tubuh meningkat.
Xenobiotik yang sangat hidrofobik akan menetap dijaringan adiposa hampir
selamanya jika tidak diubah menjadi bentuk yang lebih polar. Hasil lain yang
didapatkan pada proses metabolisme xenobiotik adalah terbentuknya senyawa
hidroksil yang merupakan radikal bebas 14.
2.1.4 Radikal Bebas dan Stres Oksidatif
Beberapa species yang berpotensi menimbulkan kerusakan sering disebut
dengan istilah reactive oxygen species (ROS), reactive nitrogen species (RNS)
dan reactive chlorine species (RCS) timbul sebagai hasil sampingan dari
metabolisme normal dan dari reaksi kimia yang di produksi dalam tubuh manusia
atau dengan kata lain disebut sebagai produk endogen tubuh 17. Radikal bebas
adalah spesies kimiawi yang memiliki sebuah elektron tidak berpasangan pada
orbital terluarnya. Radikal bebas derajat tinggi bisa merusak sel melalui reaksi
dengan komponen sel yaitu protein, lipid, dan asam nukleat. Bentuk kerusakan ini
disebut oksidasi dan dapat menyebabkan kematian pada sel berupa nekrosis 6.
Membran sel tersusun atas unsaturated lipid. Unsaturated lipid ini sangat peka
terhadap proses kerusakan oleh radikal bebas dan menyebabkan pembentukan
dinding sel yang tidak terkontrol. Dengan menebalnya dinding sel, maka sel akan
menjadi lebih sulit dalam menerima nutrisi. Selain itu juga sel akan mengalami
kesulitan dalam menerima sinyal-sinyal untuk bekerja. Sehingga mengalami
kerusakan membran 18.
10
Gambar 2.3 Reactive Oxygen Species dan Reactive Nitrogen Species yang diproduksi dalam Tubuh Manusia 17
Stres oksidatif yakni suatu kondisi yang dilaporkan menyebabkan cedera
sel di berbagai keadaan patologis. Kerusakan yang diperantarai oleh radikal bebas
berperan pada beragam proses seperti cedera kimiawi dan radiasi, cedera iskemia-
reperfusi (dipicu oleh pulihnya aliran darah ke jaringan iskemik), penuaan sel, dan
pemusnahan mikroba oleh fagosit 6. Stres oksidatif terjadi bila keseimbangan
terganggu dimana jumlah ROS sangat meningkat atau kapasitas sistem
antioksidan tubuh sangat menurun, yang mengakibatkan reaksi patologis antara
ROS dengan molekul biologis 19.
Menghasilkan radikal hidroksil
Di hepar proses reduktif nya diperankan oleh enzim azo reduktase
Metabolisme reduktif menghasilkan senyawa amina aromatik berupa
nitroanilin
tidak mampu atau sangat lemah untuk didegradasi
Menjadi sumber radikal bebas
Radikal Bebas meningkat, Antioksidan tetap
Terjadinya stress oksidatif
Kerusakan lipid bilayer membran sel, protein dan DNA
Nekrosis sel hepar
11
2.1.5 Metabolisme Metanil Yellow
v.porta hepatica
Fase 1 : Hidroksilasi oleh sitokrom p450 Fase 2 : konjugasi
Metanil Yellow
Oral (tercampur dalam makanan) Parenteral Paparan di kulit
Mengandung zat azo
Mengalami absorbsi di ileum
Pembuluh darah perifer
Di hepar akan mengalami metabolisme xenobiotik
Masuk v.mesenterika
Terdistribusi diseluruh tubuh
Terbentuk senyawa yang lebih polar
Larut Air
Serum
Urin
FesesGinjal
Empedu
v. hepatica
v. cava inferior
Jantung
Ke seluruh tubuh
12
2.2 IL-1 β
2.2.1 Sitokin
Sitokin merupakan produk polipeptida dari banyak jenis sel (tetapi pada
dasarnya merupakan limosit dan makrofag yang teraktivasi) yang melakuk18an
fungsi jenis sel lainnya, termasuk faktor perangsang koloni (colony-stimulating
factors), yang mengatur pertumbuhan sel prekursor sumsum imatur; interleukin;
dan kemokin yang merangsang terjadinya adhesi leukosit serta pergerakan terarah
(kemotaksis) 6. Sitokin diproduksi dalam respon terhadap mikroba dan antigen
lain yang memediasi dan meregulasi reaksi imun dan inflamasi 20.
Gambar 2.4 Fungsi sitokin pada host defense 20 Pada imunitas innate, sitokin diproduksi oleh makrofag dan sel NK yang memediasi reaksi inflamasi awal terhadap mikroba dan mengeliminasi mikroba. Pada imunitas adaptif, sitokin menstimulasi proliferasi dan differensiasi antigen-stimulated lymphocytes.
Sitokin dihasilkan selama terjadi respons radang dan imun, sekresinya
bersifat sementara dan diatur secara ketat. Banyak jenis sel menghasilkan sitokin
multiple, dan efeknya cenderung pleiotropik (sel yang berbeda dipengaruhi secara
berbeda pula oleh sitokin yang sama). Sitokin juga sering kali berlebihan dalam
aktivitas serupa yang dapat diinduksi oleh berbeda. Sitokin dapat bekerja pada sel
13
yang sama dengan sel yang memproduksinya (efek autokrin), pada sel lain
disekitarnya (efeek parakrin), atau secara sistemik (efek endokrin), aktivitasnya
diperantarai dengan pengikatan terhadap reseptor spesifik 6.
Sitokin dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu sitokin yang berperan
pada inflamasi akut dan kronis. Sitokin /yang berperan pada inflamasi akut
meliputi IL-1, TNF-α, IL-6, IL-11, IL-8, IL-16, IL-17, G-CSF, GM-CSF. Sitokin-
sitokin ini juga berperan pada inflamasi kronis. Pada inflamasi kronis sitokin
dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu sitokin untuk respon inflamasi humoral
dan respon seluler. Sitokin yang memediasi respon humoral adalah IL-4, IL-5, IL-
6, IL-7, and IL-13, sedangkan sitokin yang memediasi respon seluler adalah IL-1,
IL-2, IL-3, IL-4, IL-7, IL-9, IL-10, IL-12, interferon, TGF-β, TNF-α dan β 21.
Gambar 2.5 Sitokin yang terlibat pada respon inflamasi akut dan kronis 21
14
2.2.2 IL-1
Keluarga IL-1 terdiri dari 3 sruktur polipeptida, yaitu IL-1α dan IL-1β, IL-
1 ra masing-masing memiliki efek yang menguntungkan dan merugikan, serta
antagonis reseptor IL-1, yang menghambat aktivitas IL-1. IL-1α dan IL-1β
mampu untuk menyebabkan demam, mengantuk, anoreksia, dan hipotensi. IL-
menstimulasi pengeluaran hormone pituitary, meningkatkan sintesis kolagen,
menyebabkan destruksi kartilago dan menstimulasi produksi prostaglandin yang
mendorong ke arah penurunan ambang nyeri. IL-1 juga dilibatkan dalam
kerusakan sel β pankreas pada pulau Langerhans. Antagonis reseptor IL-1
memberikan beberapa perlindungan terhadap penyakit yang disebabkan karena
pengaruh IL-1. Antagonis reseptor IL-1 merupakan inhibitor spesifik pada
aktivitas IL-1 yang bertindak sebagai penge-block ikatan IL-1 dengan reseptor
permukaan sel 22.
2.2.3 IL-1 β
IL-1β adalah polipeptida, disekresikan oleh pecahan proteolitik dari
molekul prekursor, dapat dideteksi di darah dan serum. IL-1β memiliki 26%
sekuen homolog dengan IL-1α dan berikatan dengan reseptor yang sama dengan
IL-1α 23.
Gambar 2.6 Struktur IL-1β ,seperti lembaran yang terlipat-lipat 23
IL-1β disintesis oleh makrofag, sel endotel, keratinosit, neutrofil, limfosit
B, fibroblast, sel epitel dan sel dendritik. Secara in vitro, IL-1β berfungsi sebagai
15
faktor pertumbuhan untuk hematopoietic stem cell, mengawali aktivasi kaskade
autokrin dan parakrin, adhesi PMN ke sel endotel, dan lain-lain. Sedangkan secara
in vivo, IL-1β meningkatkan produksi dan pelepasan acute phase protein,
menginduksi penyakit yang mirip dengan syok septik ketika bersama dengan
TNF, dan lain-lain 23.
IL-1β disintesis sebagai molekul prekusor besar, dengan berat molekul
31.000. bentuk mature memiliki berat 17,500 dalton. IL-1β dikeluarkan oleh sel
kedalam ruang ekstraseluler dan ke sirkulasi. Mekanisme pengeluaran meliputi
eksositosis dari vesikel, transport aktif oleh multidrug resistant protein dan
kematian sel. Agar aktivitas biologinya optimal, prekursor IL-1β harus dipecah.
Terdapat beberapa enzim yang memecah prekusor menjadi lebih kecil, menjadi
bentuk yang lebih aktif, tetapi terdapat satu protease yang sangat spesifik untuk
memecah prekusor IL-1β dari 31.000 menjadi 17.500 dalton, yaitu IL-1β-
Converting Enzyme (ICE). ICE merupakan protease intraseluler 22.
Konsentrasi plasma IL-1β biasanya dibawah batas deteksi (40 pg/ml) pada
subjek yang normal. IL-1α plasma jarang dideteksi pada pasien, walaupun
pemeriksaan IL-1α lebih sensitive dibandingkan dengan IL-1β. Tidak adanya IL-
1α dalam sirkulasi sesuai dengan pengamatan bahwa kultur sel tidak
mengeluarkan bentuk α, tetapi bentuk β 22.
16
Gambar 2.7 Produksi dan sekresi dari IL-1 22
Keterangan : Stimulus seperti endotoksin akan mengaktifasi sel untuk mentranskripsi RNA (mRNA) menjadi interleukin-1α (IL-1α) dan interleukin-1β (IL-1β). Kedua bentuk ini awalnya disintesis sebagai prekursor besar. Protease ekstraseluler memecah prekursor IL-1α menjadi IL-1α matur. IL-1β perkursor dipecah oleh IL-1β Converting Enzyme (ICE) menjadi bentuk matur didalam sel, setelah itu akan disekresikan. Prekursor IL-1β juga ditemukan diluar sel 22
Dampak biologis IL-1β bergantung pada jumlah yang dilepaskan. Pada
kadar rendah fungsi utamanya adalah seagai mediator inflamasi lokal dan
memiliki efek autokrin dan parakrin, misalnya berinteraksi dengan sel endotel
untuk meningkatkan pengaturan ekspresi molekul adhesi pada sel endotel, seperti
ikatan untuk integrin. Dalam kadar tinggi IL-1β masuk kedalam sirkulasi darah
dan melancarkan efek endokrin, misalnya menyebabkan deman, menginduksi
sintesis protein fase akut oleh hepar dan lain-lain. Faktor yang mengatur
pelepasan IL-1β belum jelas tetapi diduga kerusakan sel merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan pelepasan IL-1β oleh sel-sel tersebut 23.
Gambar 2.8 Efek utama IL-1 dan TNF-α pada inflamasi 6
InternalKerusakan selinflamasi
EksternalXenobiotikMicrobaMicroorganismeInjury
Aktivasi mononuclear fagosit
Endogen dan pirogen
Mengaktivasi limfosit T & B
Mononuclear sel factor
Mediator leukosit
endogenus
Produksi IL-1
Ket : = Fisiologis= Patologis
17
2.2.3.1 Mapping IL-1-β
IL-1 β
Sel β
Aktivasi produksi antibodi
T-sel
Aktivasi produki IL-2 limfokin
Sel endotel
↑ adhesi leukosit seperti neutrofil
Transkripsi RNA (m-RNA)
Prekursor besar :IL-1α IL-1 β
Converting enzimProtease ekstraseluler
IL-1 α matur IL-1 β matur
Kemotaksis
Cel target
Liver Hipotalamus
Sintesa akut fase protein Demam
IL-1 α + IL-1 β
Aktivasi IL-6
Proliferasi sel
18
2.3 Hepar
2.3.1 Anatomi Hepar
Hepar merupakan organ terbesar pada tubuh, menyumbang sekitar 2
persen berat tubuh total, atau sekitar 1,5 kg pada rata-rata manusia dewasa 25. Unit
fungsional dasar hati adalah lobulus hati, yang berbentuk silindris dengan panjang
beberapa milimeter dan berdiameter 0,8 sampai 2 milimeter dan hati mengandung
50.000 sampai 100.000 lobulus 25.
Gambar 2.9 Makroskopis Hepar 26
Lobulus hepar terbentuk mengelilingi sebuah vena sentralis yang mengalir
ke vena hepatika dan kemudian ke vena cava. Lobulus sendiri dibentuk terutama
dari banyak lempeng sel hepar, masing-masing lempeng hepar tebalnya dua sel
dan diantaranya terdapat kanalikuli biliaris yang mengalir ke duktus biliaris di
dalam septum fibrosa yang memisahkan lobulus hepar yang berdekatan 25.
Di dalam septum terdapat venula porta kecil yang menerima darah
terutama dari vena saluran pencernaan melalui vena porta. Dari venula ini darah
mengalir ke sinusoid hepar gepeng dan bercabang kemudian ke vena sentralis.
Arteriol hati juga ditemui di dalam septum interlobularis, yang menyuplai darah
ke jaringan septum sampai ke sinusoid hati. Dengan demikian, sel hati terus
menerus terpapar dengan darah vena porta maupun arteri 25.
19
Selain sel-sel hepar, sinusoid vena dilapisi oleh dua tipe sel yang lain,
yaitu: sel endotel khusus dan sel kupffer besar (sel retikuloendotelial), yang
merupakan makrofag residen yang mampu memfagositosis bakteri dan benda
asing lain di dalam darah sinus hepatikus 25.
Gambar 2.10 Gambar Mikroskopis Unit Fungsional Hepar (Lobulus Hepar) 26
Hepar melakukan banyak fungsi berbeda namun tetap merupakan organ
tersendiri dan berbagai fungsinya tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Berbagai fungsi hepar, yaitu meliputi: penyaringan dan penyimpanan darah,
penyimpanan vitamin dan besi, pembentukan empedu, pembentukan faktor
koagulasi, dan metabolisme zat kimia asing, karbohidrat, lemak dan protein,
termasuk pembentukan protein plasma 25.
20
2.3.2 Histologi Hepar
Hepar terdiri atas satuan heksagonal disebut lobulus hati. Di pusat setiap
lobulus, terdapat sebuah vena sentral yang dikelilingi lempeng-lempeng sel hepar
yaitu hepatosit dan sinusoid secara radial. Jaringan ikat disini membentuk triad
porta atau daerah porta, tempat cabang arteri hepatika, cabang vena porta, dan
cabang duktus biliaris 27. Hepatosit dipisahkan oleh sinusoid yang tersusun
melingkari eferen vena hepatika dan duktus hepatikus. Sinusoid hepar memiliki
lapisan endotelial berpori yang dipisahkan dari hepatosit oleh ruang Disse (ruang
perisinusoidal) 28. Sel-sel lain yang terdapat dalam dinding sinusoid adalah sel
fagositik kupffer dan sel stellata 29.
Gambar 2.10 Hepar dengan pengecatan haematoxylin dan eosin 28 Keterangan : 1. Arteri hepatica, 2. Vena portal, 3. Duktus biliaris, 4. Sel hepatosit
2.3.3 Fisiologi Hepar
Hepar merupakan organ parenkim yang paling besar hepar juga
menduduki urutan pertama dalam hal jumlah, kerumitan, dan ragam fungsi. Hepar
sangat penting untuk mempertahankan fungsi hidup dan berperan dalam hampir
setiap metabolisme tubuh dan bertanggung jawab atas lebih dari 500 aktivitas
berbeda. Hepar memiliki kapasitas cadangan yang besar dan hanya membutuhkan
10-20 % jaringan yang berfungsi untuk tetap bertahan. Destruksi total atau
pengangkatan hepar menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari 10 jam.
21
Hepar mempunyai kemampuan regenerasi yang mengagumkan. Proses regenerasi
akan lengkap dalam waktu 4-5 minggu 18.
Fungsi hepar yang utama adalah membentuk dan mengekskresi empedu;
saluran empedu mengangkut empedu sedangkan kandung empedu menyimpandan
mengeluarkan empedu ke usus halus sesuai kebutuhan. Hepar menyekresi sekitar
500 hingga 1000 ml empedu setiap hari. Hepar juga berperan penting dalam
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Semua protein plasma (kecuali
gama globulin) disintesis oleh hepar. Protein tersebut antara lain albumin,
protrombin, dan faktor pembekuan lainnya. Selain itu sebagian besar degradasi
asam amino dimulai dalam hepar melalui proses deaminasi. Hepar juga
mempunyai fungsi lain, yaitu penimbunan vitamin, besi, tembaga, konjugasi,
ekskresi steroid adrenal dan gonad, serta detoksifikasi sejumlah zat endogen dan
eksogen. Fungsi detoksifikasi sangat penting dan dilakukan oleh enzim hepar
melalui oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat yang dapat berbahaya dan
mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif 18.
2.3.4 Hubungan Stress Oksidatif pada Kelainan Hepar
Hepar merupakan organ yang rentan terhadap pengaruh radikal bebas 30.
Karena hepar merupakan organ utama dalam metabolisme tubuh, secara tidak
langsung dapat terpengaruh oleh produk metabolik berbahaya yang terbentuk pada
organ lain seperti jantung, otot skelet dan ginjal melalui peredaran darah.
Peningkatan radikal bebas yang tidak diikuti oleh peningkatan antioksidan akan
menyebabkan terjadinya oxidative stress 30, karena ROS yang dihasilkan lebih
besar daripada yang dapat dibuang oleh mekanisme pertahanan sel 31.
22
Gambar 2.11 Mekanisme pembentukan radikal bebas dan netralisir antioksidan 6
Oksigen diubah menjadi superoksid melalui enzim oksidatif (seperti P-450
dan b5 oksidase) di dalam Retikulum endoplasma, Mitokondria, Membran
Plasma, Peroksisiom dan Sitosol. Oksigen juga dirubah menjadi Hidrogen
Peroksidase oleh Superoksid Dismutase (SOD) dan juga dirubah menjadi Radikal
Hidroksil dengan adanya Besi oleh reaksi Fenton. Hidrogen Peroksida yang
diperoleh langsung masuk melalui Oksidase ke Peroksisom. Keadaan tersebut
memperparah kondisi pada penyakit hati Alkoholik dan meningkatkan resiko
terjadinya mutasi, kanker, juga penyakit degeneratif. Sehingga merusak
makromolekul dalam sel seperti karbohidrat, protein, DNA dan sebagainya,
selamjutnya kerusakan makromolekul dapat mengakibatkan kematian sel 32.
Kerusakan total atau pembuangan hati mengakibatkan kematian dalam 10 jam 33.
23
2.4 Nilam (Pogostemon cablin Benth)
2.4.1 Taksonomi
Tanaman nilam termasuk dalam famili Labiatae yang memiliki sekitar 200
genus, salah satunya adalah Pogostemon. Dalam taksonomi tumbuhan, kedudukan
tanaman nilam diklasifikasikan sebagai berikut
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Labiatales
Famili : Labiatae
Genus : Pogostemon
Spesies : Pogostemon cablin Benth 34
2.4.2 Morfologi
Gambar 2.3.2 Daun Nilam 34
Genus Pogostemon terdiri atas 40 spesies, antara lain Pogostemon cablin
Benth. (nilam singapura), P. Calbin (nilam pinang), P. Hortensis Backer (nilam
jawa), dan P. Heyneamus (nilam kembang). Di Indonesia, jenis nilam yang
24
banyak ditemukan adalah nilam aceh (Pogostemon patchouli sin. P. Mentha sin.
P. Cablin). Nilam jenis ini memiliki potensi kandungan minyak yang tinggi,
antara 2,5% - 5%. Nilam jawa dan nilam sabun (P. Hortensis) memiliki
kandungan minyak rendah, masing-masing antara 0,5% - 1,5%, sehingga kurang
menguntungkan untuk dibudidayakan 34.
Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan
(perennial). Tanaman ini merupakan tanaman semak yang tumbuh tegak,
memiliki banya percabangan, bertingkat-tingkat, dan mempunyai aroma yang
khas. Secara alami, tanaman nilam dapat mencapai ketinggian antara 0,5 m – 1,0
m 34.
Daun tanaman berbentuk bulat telur sampai bulat panjang (lonjong).
Secara visual, daun nilam mempunyai ukuran panjang antara 5 cm -11 cm,
berwarna hijau, tipis, tidak kaku, dan berbulu pada permukaan bagian atas. Daun
terletak duduk berhadap-hadapan. Permukaan daun kasar dengan tepi bergerigi,
ujung daun tumpul dan urat daun menonjol ke luar 34.
Tanaman nilam jarang berbunga. Bunga tumbuh di ujung tangkai,
bergerombol, dan memiliki karakteristik warna ungu kemerah-merahan. Tangkai
bunga berukuran panjang antara 2 cm -8 cm dan diameter antara 1 cm – 1,5 cm.
Daun mahkota bunga berukuran panjang 8 mm 34 .
25
2.4.3 Komponen Minyak Nilam
Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan daun, batang dan cabang
tumbuhan nilam. Kadar minyak tertinggi terdapat pada daun dengan kandungan
utamanya adalah patchouly alkohol yang berkisar antara 30 – 50 %. Aromanya
segar dan khas dan mempunyai daya fiksasi yang kuat, sehingga sulit digantikan
oleh bahan sintetis 35
Minyak hasil dari penyulingan merupakan senyawa kompleks yang
terbentuk dalam tumbuhan karna pengaruh air atau uap panas 36. Patchouli alcohol
merupakan komponen penyusun utama yang menentukan mutu minyak nilam
dengan kadar tidak boleh kurang dari 30%. Ditinjau berdasarkan titik didihnya
komponen utama minyak nilam mempunyai titik didih berbeda Patchouli alcohol
(140°C pada 8 mmHg), Patchouli alcohol (140°C pada 8 mmHg), Eugenol
(252,66~C pada 760 mmHg), benzaldehyde (178,07' C pada 760 mmHg),
cinnamic aldehyde (25 1,00° C pada 760 mmHg) dan cadinen (274'C pada760
mmHg) 37.
Menurut Maryadi 38 minyak nilam mengandung lebih dari 30 jenis
komponen kimia, diantaranya adalah 4 hydrocarbon monoterpene, 9 hydrocarbon
sesquiterpene, 2 oxygenated monoterpene, 4 epoksi, 5 sesquiterpene alcohol, 1
non sesquiterpene alcohol, 2 sesquiterpene keton dan 3 sesquiterpene ketoalcohol.
Tabel 2.2 Komponen Kimia Penyusun Minyak Nilam 39
No Komponen 12345
ß–caryophylleneα–patchouleneseychelleneα–bulneseneß–guaienepoxide
6789
α bulnesenepoxidenorpatchoulenolpatchoulolpogostol.
26
Tabel 2.3 Komponen Penyusun Nilam dari Berbagai Penelitian 40
27
2.3.4 Riset Tentang Nilam
2.3.4.1 Terpenoid sebagai Antioksidan
Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan jenis tanaman yang
menghasilkan minyak atsiri. Di Indonesia hingga kini terdapat tiga jenis nilam
yang sudah dikembangkan yaitu Pogostemon cablin Benth, Pogostemon
heyneanus Benth, dan Pogostemon hortensis Benth 39. Minyak atsiri sering
dikenal dengan nama lain minyak essensial, minyak terbang, volatile oil (minyak
yang mudah menguap). Minyak atisiri umumnya larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam alkohol 41. Hasil sintesis senyawa turunan minyak atsiri dapat
digunakan sebagai antioksidan, aromaterapi, sun block, dan banyak lagi kegunaan
lainnya 42. Hasil penelitian yang dilakukan oleh diana, minyak atsiri berpotensi
sebagai antioksidan. Kandungan minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari
senyawa siklik tak jenuh termasuk salah satunya terpenoid merupakan bahan
utama yang berpotensi menangkap radikal bebas dengan cara melengkapi elektron
terluar yang kurang dari senyawa radikal bebas dan menghambat reaksi berantai
dari pembentukan radikal bebas 12.
2.4.4.2 Seskuiterpen sebagai Anti Inflamasi
Pada penelitian yang pernah dilakukan, dengan metode penelitian analisis
mikro terhadap minyak atsiri tanaman ini, diketahui bahwa komponen utamanya
merupakan senyawa volatil kelompok seskuiterpenoid. Senyawa tersebut antara
lain, α-, β-, γ-patchoulene, α-guaiene, α-bulnesene, dan patchouli alkohol 43.
Secara farmakologi, dalam sektor industri farmasi, minyak nilam digunakan untuk
pembuatan obat antifungi, anti-inflamasi,serta dekongestan. Senyawa α-bulnesene
diketahui mempunyai aktivitas anti inflamasi terhadap PAF (Platelet Activiting
28
Factor) sebuah phospolipid mediator yang dihasilkan berbagai sel pada saat
terkena penyakit alergi, radang, asma, dan lain-lain 44.
2.5 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa kimia yang menyumbangkan satu atau lebih
electron kepada radikal bebas sehingga radikal bebas tersebut dapat dihambat 45.
Senyawa kimia dan reaksi yang dapat menghasilkan spesies oksigen yang
potensial bersifat toksik dapat dinamakan pro-oksidan. Sebaliknya, senyawa dan
reaksi yang mengeluarkan spesies oksigen tersebut, menekan pembentukannya
atau melawan kerjanya disebut antioksidan. Dalam sebuah sel normal terdapat
keseimbangan oksidan dan antioksidan yang tepat. Meskipun demikian,
keseimbangan ini dapat bergeser ke arah pro-oksidan ketika produksi spesies
oksigen tersebut sangat meningkat atau ketika kadar antioksidan menurun.
Keadaan ini dinamakan ”stress oksidatif” dan dapat mengakibatkan kerusakan sel
yang berat jika stress tersebut masif atau berlangsung lama.20 Enzim yang bersifat
antioksidan mengeluarkan atau menyingkirkan superoksidan dan hidrogen
peroksida. Vitamin E, vitamin C, dan mungkin karoteinoid, biasanya disebut
sebagai vitamin antioksidan, dapat menghentikan reaksi berantai radikal bebas 34.
Flafonoid seskuiterpen
Anti inflamasi
Menghambat siklooksigenase
Tanin triterpenoid
Antioksidan
Antioksidan scavenger radikal bebas
Menghambat pembentukan : Radikal
superoxide, radikal hidroksil, radikal
peroxide dan hidrogen peroxide
Saponin Monoterpen
Radikal bebas tidak terbentuk
Antibakteri
Menghambat aktivasi
pertumbuhan dan
mendenaturasi protein sel
bakteri
AntiseptikSpasmoliktikSedatifPemberi aroma khasPestisida
Anti jamur
Menghambat pertumbuhan
jamur
Kandungan Nilam (Pogostemon cablin Benth)
monoterpenSesquiterpen
SaponinTanninTriterpenoidFlavonoidGlikosidaMinyak atsiri (terpenoid)
29
2.6 Mapping Kandungan Nilam (Pogostemon cablin Benth)
5 sesquiterpen alkohol2 seskuiterpen keton 3 seskuiterpen ketoalkohol1 norseskuiterpen alkohol
30
O-hidrokarbon
2 Oksigenet- monoterpen
Nilam (Pogostemon cablin Benth)
Fitokimia Karakteristik simplisia Destilasi minyak atsiri
Kadar abu total 7,47%
Kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,79%
Kadar sari yang larut dalam etanol 12,64%,
Kadar Sari yang larut dalam air 10,59%,
Kadar air 8,62%, kadar
minyak atsiri 1,99%
Saponin Tannin Triterpenoid Flavonoid glikosida
Terpenoid
4-Hidrokarbon -monoterpen
Sesquiterpen
Hidrokarbon O-hidrokarbon
Patchouli alcohol
α-bulnesene
Monoterpenoid
Hidrokarbon
AntiinflamasiMenghambat platelet aktivating factor
Antioksidan
Melengkapi elektron terluar yang kurang dari radikal bebas
Pengikat aroma wangi dan khas dari nilam dan
sebagai anti bakteri
9 hidrokarbon sesquiterpen