bab ii acc 30082013 (revisi 6)

27
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metanil Yellow Metanil Yellow merupakan salah satu bahan kimia yang digunakan sebagai pewarna dalam berbagai produk seperti pewarna untuk kertas, tekstil, sabun, kayu, dan cat. Bentuknya bisa berupa serbuk atau berupa padatan. Biasanya digunakan secara illegal pada industri mie, tahu, kerupuk, dan jajanan berwarna kuning mencolok. Bahan kimia ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut 13 . Metanil Yellow saat ini dilarang digunakan sebagai zat pewarna makanan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 239/Menkes/Per/V/1985 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya 13 . Toksisitas Metanil Yellow bisa disebabkan oleh efek langsung dari kandungannya, pembentukan radikal bebas, dan produk hasil oksidasi oleh sitokrom P450 pada metabolisme xenobiotik dihepar 3 . 2.1.1 Data Kimia dan Fisika Metanil Yellow merupakan senyawa kimia golongan azo aromatic amin, yang berasal dari campuran asam metanilat dan difenilamin. Zat pewarna ini bersifat asam dan mengandung kelompok kloroform NN dan CC.

Upload: kiki-griffy-kaukaba

Post on 26-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Metanil Yellow

    Metanil Yellow merupakan salah satu bahan kimia yang digunakan

    sebagai pewarna dalam berbagai produk seperti pewarna untuk kertas, tekstil,

    sabun, kayu, dan cat. Bentuknya bisa berupa serbuk atau berupa padatan.

    Biasanya digunakan secara illegal pada industri mie, tahu, kerupuk, dan jajanan

    berwarna kuning mencolok. Bahan kimia ini sangat berbahaya bagi kesehatan

    karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut 13

    .

    Metanil Yellow saat ini dilarang digunakan sebagai zat pewarna makanan,

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan

    Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 239/Menkes/Per/V/1985 tentang

    zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya 13

    .

    Toksisitas Metanil Yellow bisa disebabkan oleh efek langsung dari

    kandungannya, pembentukan radikal bebas, dan produk hasil oksidasi oleh

    sitokrom P450 pada metabolisme xenobiotik dihepar 3.

    2.1.1 Data Kimia dan Fisika

    Metanil Yellow merupakan senyawa kimia golongan azo aromatic amin,

    yang berasal dari campuran asam metanilat dan difenilamin. Zat pewarna ini

    bersifat asam dan mengandung kelompok kloroform NN dan CC.

  • 2

    Gambar 2.1 Struktur Metanil Yellow

    IUPAC : Disodium 2-hidroksi-1-(4-sulfonatofenilazo) naftalen-6-

    sulfonat

    Sinonim : C.I. acid yellow 36, tropaeolin G, 3-[[4-(phenylamino)

    phenyl]azo] benzenesulfonic acid monosodium salt, D &

    C yellow No. 1, sodium 3-[(4-anilino) phenylazo]

    benzenesulfonate, acid leather yellow R, amacid yellow

    M, m-[(p-anilinophenyl) azo] benzenesulfonic acid

    sodium salt, sodium 3-[(4-N-phenilamino) phenylazo]

    benzenesulfate, sodium salt of metanilyazodiphenylamine.

    Rumus molekul : C16H10N2Na2O7S2

    Bobot molekul : 375,38 g/mol

    Kelarutan : Larut dalam air, alkohol, sedikit larut dalam benzene, dan

    agak larut dalam aseton.

    Tampilan : Serbuk berwarna kuning kecoklatan.

    2.1.2 Absorbsi, Distribusi, Metabolisme dan Ekskresi Metanil Yellow

    Absorbsi Metanil Yellow bisa terjadi melalu rute oral, intravena atau

    paparan di kulit secara langsung. Dalam saluran cerna, Metanil Yellow yang

    terurai dalam makanan akan masuk dalam tubuh sebagai zat azo dan mengalami

    absorbsi di ileum. Zat warna azo merupakan kandungan utama Metanil Yellow

  • 3

    yang memilki sifat toksik. Zat azo mempunyai sistem kromofor dari gugus azo (-

    N=N) yang berikatan dengan gugus aromatik. Zat azo mengalami reduksi oleh

    mikroorganisme di ileum atau enzim azo reduktase yang terdapat di dinding

    saluran cerna dan dihepar. Setelah mengalami absorbsi, zat azo akan

    disistribusikan ke seluruh tubuh 3.

    Beberapa faktor yang mempengaruhi metabolisme dari Metanil Yellow,

    a)Rute masuk kedalam tubuh, b) Derajat absorbsi oleh saluran cerna pada rute

    oral, c) Kemampuan eksresi oleh sistem bilier, d) Perbedaan genetik dalam hal

    keberadaan dan aktivitas enzim azo reduktase di hepar, e) Perbedaan flora di usus,

    f) Aktifitas relatif dan spesifik dari sistem hepatik dan intestinal dalam mereduksi

    ikatan azo 3.Zat azo akan mengalami metabolisme berupa reaksi oksidasi, reduksi,

    hidrolisis dan konjugasi yang diatur oleh enzim. Mekanisme umum terjadinya

    reaksi oksidasi diperankan oleh sitokrom P-450 yang diawali dengan transport

    elektron pada komplek P-450-Fe3

    yang mana pada akhirnya akan terjadi transpor

    elektron dari atom oksigen dan menghasilkan produk oksidasi 14

    .

    Namun, proses biotransformasi pada zat azo yang dihasilkan dari Metanil

    Yellow terutama terjadi pada proses reduksi, karena strukturnya yang

    mengandung gugus sulfonat. Sehingga, reaksi pemecahan reduktif dari ikatan azo

    mungkin merupakan reaksi toksikologi yang paling penting dari proses

    metabolisme zat azo. Reaksi ini bisa dikatalisa oleh enzim yang terutama terdapat

    dihati, usus dan di kulit. Komponen zat azo akan masuk ke dalam usus secara

    langsung melalui rute oral atau melalui saluran empedu pada rute parenteral. Zat

    ini akan direduksi oleh enzim azo reduktase yang diproduksi oleh bakteri di usus.

    Katabolisme pertama yang terjadi pada proses ini adalah pemecahan ikatan azo

  • 4

    yang menghasilkan amina aromatik yang lebih toksik dari bentuk zat sebelumnya.

    Aktifitas enzim azo reduktase yang dihasilkan oleh bakteri di usus lebih besar dari

    pada aktifitas enzim azo reduktase hepar 3. Nicotinamide Adenin Dinucleotid

    (NAD) dan Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate (NADPH) memiliki

    kemampuan untuk mereduksi zat azo bila tidak ada enzim yang lainnya pada

    keadaan asam. Zat azo yang mengalami reduksi mimilki ikatan eletron dengan

    densitas yang lemah, hal ini mungkin terjadi akibat terjadinya ikatan hidrogen dari

    atom N zat azo bersama dengan grup naftol yang menghasilkan konfigurasi keto-

    hidrazone. Hasil akhir dari proses pemecahan reduktif dari ikatan azo pada

    Metanil Yellow menghasilkan senyawa nitroanilin yang merupakan golongan

    amina aromatik. Zat metabolit dari amina aromatik kebanyakan tidak bisa

    dibiodegradasi atau bisa ddidegradasi dengan lemah. Sehingga menyebabkan efek

    toksisitas yang luas 3,15

    .

    Eksresi zat azo dari metanil yelow bisa melalui rute fekal dan rute ginjal.

    Zat azo yang masuk kedalam usus melalui rute oral atau melalui saluran empedu,

    dan tidak terabsorbsi di usus akan dibuang melalui feses. Sedangkan zat azo yang

    beredar dalam darah akan diserap diginjal untuk kemudian di eksresikan melalui

    urin. Karena metabolit hasil reduksinya yang bersifat toksik, eksresi dari zat azo

    bisa menyebabkan efek toksik pada saluran perkemihan 3

    .

    2.1.3 Metabolisme Xenobiotik di Hepar

    Xenobiotik adalah suatu senyawa-senyawa yang asing bagi tubuh, yang

    dalam keadaan normal tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia, seperti obat-obatan,

    karsinogen kimia, dan berbagai senyawa lainnya. Berbagai macam senyawa

    xenobiotik tersebut bila masuk kedalam tubuh akan dimetabolisme di hepar.

  • 5

    Metabolisme xenobiotik di hepar dibagi menjadi 2 fase, Fase I hidroksilasi dan

    Fase II Konjugasi 14

    .

    Gambar 2.2 Intisari Mekanisme Xenobiotik

    Sumber : Buku Ajar Biokimia Metabolisme Xenobiotik 16

    Pada fase 1, terjadi reaksi utama yaitu hidroksilasi yang dikatalisis oleh

    enzim mono-oksigenase atau disebut sitokrom P450. Enzim ini juga mengkatalisis

    reaksi deaminasi, dehalogenasi, desulfurasi, epoksidasi, peroksidasi, dan reduksi.

    Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

    RH + O2 + NADPH + H+ R OH + H2O + NADP

    RH di atas mewakili beragam xenobiotik, termasuk obat, karsinogen, pestisida,

    polutan atau senyawa endogen berupa steroid tertentu, eikosanoid, asam lemak,

    dan retinoid. Senyawa xenobiotik yang biasanya bersifat lipofilik akan diubah

    menjadi hidrofilik pada proses hidroksilasi. Proses hidroksilasi menghasilkan

    senyawa radikal hidroksil seperti yang tertulis dalam reaksi diatas. Pada reaksi

    fase 2, turunan senyawa xenobiotik yang dihasilkan dari reaksi fase 1 akan

    dikonjugasikan dengan molekul lain, misalnya asam glukoronat, sulfat, atau

    glutation yang bertujuan untuk menghasilkan senyawa xenobiotik yang larut air

    sehingga bisa disekresikan melalui urine atau empedu 14

    .

  • 6

    Tujuan keseluruhan dari metabolisme xenobiotik adalah untuk

    meningkatkan polaritas xenobiotik sehingga ekskresinya dari tubuh meningkat.

    Xenobiotik yang sangat hidrofobik akan menetap dijaringan adiposa hampir

    selamanya jika tidak diubah menjadi bentuk yang lebih polar. Hasil lain yang

    didapatkan pada proses metabolisme xenobiotik adalah terbentuknya senyawa

    hidroksil yang merupakan radikal bebas 14

    .

    2.1.4 Radikal Bebas dan Stres Oksidatif

    Beberapa species yang berpotensi menimbulkan kerusakan sering disebut

    dengan istilah reactive oxygen species (ROS), reactive nitrogen species (RNS)

    dan reactive chlorine species (RCS) timbul sebagai hasil sampingan dari

    metabolisme normal dan dari reaksi kimia yang di produksi dalam tubuh manusia

    atau dengan kata lain disebut sebagai produk endogen tubuh 17

    . Radikal bebas

    adalah spesies kimiawi yang memiliki sebuah elektron tidak berpasangan pada

    orbital terluarnya. Radikal bebas derajat tinggi bisa merusak sel melalui reaksi

    dengan komponen sel yaitu protein, lipid, dan asam nukleat. Bentuk kerusakan ini

    disebut oksidasi dan dapat menyebabkan kematian pada sel berupa nekrosis 6.

    Membran sel tersusun atas unsaturated lipid. Unsaturated lipid ini sangat peka

    terhadap proses kerusakan oleh radikal bebas dan menyebabkan pembentukan

    dinding sel yang tidak terkontrol. Dengan menebalnya dinding sel, maka sel akan

    menjadi lebih sulit dalam menerima nutrisi. Selain itu juga sel akan mengalami

    kesulitan dalam menerima sinyal-sinyal untuk bekerja. Sehingga mengalami

    kerusakan membran 18

    .

  • 7

    Gambar 2.3 Reactive Oxygen Species dan Reactive Nitrogen Species yang diproduksi dalam

    Tubuh Manusia 17

    Stres oksidatif yakni suatu kondisi yang dilaporkan menyebabkan cedera

    sel di berbagai keadaan patologis. Kerusakan yang diperantarai oleh radikal bebas

    berperan pada beragam proses seperti cedera kimiawi dan radiasi, cedera iskemia-

    reperfusi (dipicu oleh pulihnya aliran darah ke jaringan iskemik), penuaan sel, dan

    pemusnahan mikroba oleh fagosit 6. Stres oksidatif terjadi bila keseimbangan

    terganggu dimana jumlah ROS sangat meningkat atau kapasitas sistem

    antioksidan tubuh sangat menurun, yang mengakibatkan reaksi patologis antara

    ROS dengan molekul biologis 19

    .

  • 8

    2.1.5 Metabolisme Metanil Yellow

    v.porta hepatica

    Fase 1 : Hidroksilasi oleh sitokrom p450 Fase 2 : konjugasi

    Metanil Yellow

    Oral (tercampur dalam makanan) Parenteral Paparan di kulit

    Mengandung zat azo

    Mengalami absorbsi di ileum

    Pembuluh darah perifer

    Di hepar akan mengalami metabolisme xenobiotik

    Masuk v.mesenterika

    Terdistribusi diseluruh tubuh

    Menghasilkan radikal hidroksil

    Di hepar proses reduktif nya diperankan oleh

    enzim azo reduktase

    Metabolisme reduktif menghasilkan

    senyawa amina aromatik berupa

    nitroanilin

    tidak mampu atau sangat lemah untuk

    didegradasi

    Menjadi sumber radikal bebas

    Radikal Bebas meningkat,

    Antioksidan tetap

    Terjadinya stress oksidatif

    Kerusakan lipid bilayer membran sel,

    protein dan DNA

    Nekrosis sel hepar

    Terbentuk senyawa yang lebih polar

    Larut Air

    Serum

    Urin

    Feses Ginjal

    Empedu

    v. hepatica

    v. cava inferior

    Jantung

    Ke seluruh tubuh

  • 9

    2.2 IL-1

    2.2.1 Sitokin

    Sitokin merupakan produk polipeptida dari banyak jenis sel (tetapi pada

    dasarnya merupakan limosit dan makrofag yang teraktivasi) yang melakukan

    fungsi jenis sel lainnya, termasuk faktor perangsang koloni (colony-stimulating

    factors), yang mengatur pertumbuhan sel prekursor sumsum imatur; interleukin;

    dan kemokin yang merangsang terjadinya adhesi leukosit serta pergerakan terarah

    (kemotaksis) 6. Sitokin diproduksi dalam respon terhadap mikroba dan antigen

    lain yang memediasi dan meregulasi reaksi imun dan inflamasi 20

    .

    Gambar 2.4 Fungsi sitokin pada host defense 20

    Pada imunitas innate, sitokin diproduksi oleh

    makrofag dan sel NK yang memediasi reaksi inflamasi awal terhadap mikroba dan

    mengeliminasi mikroba. Pada imunitas adaptif, sitokin menstimulasi proliferasi dan

    differensiasi antigen-stimulated lymphocytes.

    Sitokin dihasilkan selama terjadi respons radang dan imun, sekresinya

    bersifat sementara dan diatur secara ketat. Banyak jenis sel menghasilkan sitokin

    multiple, dan efeknya cenderung pleiotropik (sel yang berbeda dipengaruhi secara

    berbeda pula oleh sitokin yang sama). Sitokin juga sering kali berlebihan dalam

    aktivitas serupa yang dapat diinduksi oleh berbeda. Sitokin dapat bekerja pada sel

  • 10

    yang sama dengan sel yang memproduksinya (efek autokrin), pada sel lain

    disekitarnya (efeek parakrin), atau secara sistemik (efek endokrin), aktivitasnya

    diperantarai dengan pengikatan terhadap reseptor spesifik 6.

    Sitokin dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu sitokin yang berperan

    pada inflamasi akut dan kronis. Sitokin /yang berperan pada inflamasi akut

    meliputi IL-1, TNF-, IL-6, IL-11, IL-8, IL-16, IL-17, G-CSF, GM-CSF. Sitokin-

    sitokin ini juga berperan pada inflamasi kronis. Pada inflamasi kronis sitokin

    dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu sitokin untuk respon inflamasi humoral

    dan respon seluler. Sitokin yang memediasi respon humoral adalah IL-4, IL-5, IL-

    6, IL-7, and IL-13, sedangkan sitokin yang memediasi respon seluler adalah IL-1,

    IL-2, IL-3, IL-4, IL-7, IL-9, IL-10, IL-12, interferon, TGF-, TNF- dan 21.

    Gambar 2.5 Sitokin yang terlibat pada respon inflamasi akut dan kronis 21

  • 11

    2.2.2 IL-1

    Keluarga IL-1 terdiri dari 3 sruktur polipeptida, yaitu IL-1 dan IL-1, IL-

    1 ra masing-masing memiliki efek yang menguntungkan dan merugikan, serta

    antagonis reseptor IL-1, yang menghambat aktivitas IL-1. IL-1 dan IL-1

    mampu untuk menyebabkan demam, mengantuk, anoreksia, dan hipotensi. IL-

    menstimulasi pengeluaran hormone pituitary, meningkatkan sintesis kolagen,

    menyebabkan destruksi kartilago dan menstimulasi produksi prostaglandin yang

    mendorong ke arah penurunan ambang nyeri. IL-1 juga dilibatkan dalam

    kerusakan sel pankreas pada pulau Langerhans. Antagonis reseptor IL-1

    memberikan beberapa perlindungan terhadap penyakit yang disebabkan karena

    pengaruh IL-1. Antagonis reseptor IL-1 merupakan inhibitor spesifik pada

    aktivitas IL-1 yang bertindak sebagai penge-block ikatan IL-1 dengan reseptor

    permukaan sel 22

    .

    2.2.3 IL-1

    IL-1 adalah polipeptida, disekresikan oleh pecahan proteolitik dari

    molekul prekursor, dapat dideteksi di darah dan serum. IL-1 memiliki 26%

    sekuen homolog dengan IL-1 dan berikatan dengan reseptor yang sama dengan

    IL-1 23.

    Gambar 2.6 Struktur IL-1 ,seperti lembaran yang terlipat-lipat 23

    IL-1 disintesis oleh makrofag, sel endotel, keratinosit, neutrofil, limfosit

    B, fibroblast, sel epitel dan sel dendritik. Secara in vitro, IL-1 berfungsi sebagai

  • 12

    faktor pertumbuhan untuk hematopoietic stem cell, mengawali aktivasi kaskade

    autokrin dan parakrin, adhesi PMN ke sel endotel, dan lain-lain. Sedangkan secara

    in vivo, IL-1 meningkatkan produksi dan pelepasan acute phase protein,

    menginduksi penyakit yang mirip dengan syok septik ketika bersama dengan

    TNF, dan lain-lain 23

    .

    IL-1 disintesis sebagai molekul prekusor besar, dengan berat molekul

    31.000. bentuk mature memiliki berat 17,500 dalton. IL-1 dikeluarkan oleh sel

    kedalam ruang ekstraseluler dan ke sirkulasi. Mekanisme pengeluaran meliputi

    eksositosis dari vesikel, transport aktif oleh multidrug resistant protein dan

    kematian sel. Agar aktivitas biologinya optimal, prekursor IL-1 harus dipecah.

    Terdapat beberapa enzim yang memecah prekusor menjadi lebih kecil, menjadi

    bentuk yang lebih aktif, tetapi terdapat satu protease yang sangat spesifik untuk

    memecah prekusor IL-1 dari 31.000 menjadi 17.500 dalton, yaitu IL-1-

    Converting Enzyme (ICE). ICE merupakan protease intraseluler 22

    .

    Konsentrasi plasma IL-1 biasanya dibawah batas deteksi (40 pg/ml) pada

    subjek yang normal. IL-1 plasma jarang dideteksi pada pasien, walaupun

    pemeriksaan IL-1 lebih sensitive dibandingkan dengan IL-1. Tidak adanya IL-

    1 dalam sirkulasi sesuai dengan pengamatan bahwa kultur sel tidak

    mengeluarkan bentuk , tetapi bentuk 22.

  • 13

    Gambar 2.7 Produksi dan sekresi dari IL-1

    22

    Keterangan : Stimulus seperti endotoksin akan mengaktifasi sel untuk mentranskripsi RNA

    (mRNA) menjadi interleukin-1 (IL-1) dan interleukin-1 (IL-1). Kedua bentuk ini awalnya disintesis sebagai prekursor besar. Protease ekstraseluler memecah prekursor IL-1 menjadi IL-1 matur. IL-1 perkursor dipecah oleh IL-1 Converting Enzyme (ICE) menjadi bentuk matur didalam sel, setelah itu akan disekresikan. Prekursor IL-1 juga ditemukan diluar sel

    22

    Dampak biologis IL-1 bergantung pada jumlah yang dilepaskan. Pada

    kadar rendah fungsi utamanya adalah seagai mediator inflamasi lokal dan

    memiliki efek autokrin dan parakrin, misalnya berinteraksi dengan sel endotel

    untuk meningkatkan pengaturan ekspresi molekul adhesi pada sel endotel, seperti

    ikatan untuk integrin. Dalam kadar tinggi IL-1 masuk kedalam sirkulasi darah

    dan melancarkan efek endokrin, misalnya menyebabkan deman, menginduksi

    sintesis protein fase akut oleh hepar dan lain-lain. Faktor yang mengatur

    pelepasan IL-1 belum jelas tetapi diduga kerusakan sel merupakan salah satu

    faktor yang menyebabkan pelepasan IL-1 oleh sel-sel tersebut 23.

    Gambar 2.8 Efek utama IL-1 dan TNF- pada inflamasi 6

  • 14

    2.3.4 Mapping IL-1-

    Ket : = Fisiologis

    = Patologis

    IL-1

    Sel

    Aktivasi

    produksi

    antibodi

    T-sel

    Aktivasi

    produki

    IL-2

    limfokin

    Sel endotel

    adhesi

    leukosit

    seperti

    neutrofil

    Transkripsi RNA (m-RNA)

    Prekursor besar :

    IL-1 IL-1

    Converting

    enzim Protease

    ekstraseluler

    IL-1 matur IL-1 matur

    Internal

    - Kerusakan sel o inflamasi

    Eksternal

    - Xenobiotik - Microba - Microorganisme

    - Injury

    Aktivasi mononuclear

    fagosit

    Endogen dan

    pirogen Mengaktivasi

    limfosit T & B

    Mononuclear

    sel factor

    Mediator

    leukosit

    endogenus

    Produksi IL-1

    Kemotaksis

    Cel target

    Liver Hipotalamus

    Sintesa akut

    fase protein Demam

    IL-1 + IL-1

    Aktivasi IL-6

    Proliferasi sel

  • 15

    2.2.4 Hepar

    2.2.4.1 Anatomi Hepar

    Hepar merupakan organ terbesar pada tubuh, menyumbang sekitar 2

    persen berat tubuh total, atau sekitar 1,5 kg pada rata-rata manusia dewasa 25

    . Unit

    fungsional dasar hati adalah lobulus hati, yang berbentuk silindris dengan panjang

    beberapa milimeter dan berdiameter 0,8 sampai 2 milimeter dan hati mengandung

    50.000 sampai 100.000 lobulus 25

    .

    Gambar 2.9 Makroskopis Hepar 26

    Lobulus hepar terbentuk mengelilingi sebuah vena sentralis yang mengalir

    ke vena hepatika dan kemudian ke vena cava. Lobulus sendiri dibentuk terutama

    dari banyak lempeng sel hepar, masing-masing lempeng hepar tebalnya dua sel

    dan diantaranya terdapat kanalikuli biliaris yang mengalir ke duktus biliaris di

    dalam septum fibrosa yang memisahkan lobulus hepar yang berdekatan 25

    .

    Di dalam septum terdapat venula porta kecil yang menerima darah

    terutama dari vena saluran pencernaan melalui vena porta. Dari venula ini darah

    mengalir ke sinusoid hepar gepeng dan bercabang kemudian ke vena sentralis.

    Arteriol hati juga ditemui di dalam septum interlobularis, yang menyuplai darah

    ke jaringan septum sampai ke sinusoid hati. Dengan demikian, sel hati terus

    menerus terpapar dengan darah vena porta maupun arteri 25

    .

  • 16

    Selain sel-sel hepar, sinusoid vena dilapisi oleh dua tipe sel yang lain,

    yaitu: sel endotel khusus dan sel kupffer besar (sel retikuloendotelial), yang

    merupakan makrofag residen yang mampu memfagositosis bakteri dan benda

    asing lain di dalam darah sinus hepatikus 25

    .

    Gambar 2.10 Gambar Mikroskopis Unit Fungsional Hepar (Lobulus Hepar) 26

    Hepar melakukan banyak fungsi berbeda namun tetap merupakan organ

    tersendiri dan berbagai fungsinya tersebut saling berhubungan satu sama lain.

    Berbagai fungsi hepar, yaitu meliputi: penyaringan dan penyimpanan darah,

    penyimpanan vitamin dan besi, pembentukan empedu, pembentukan faktor

    koagulasi, dan metabolisme zat kimia asing, karbohidrat, lemak dan protein,

    termasuk pembentukan protein plasma 25

    .

  • 17

    2.2.4.2 Histologi Hepar

    Hepar terdiri atas satuan heksagonal disebut lobulus hati. Di pusat setiap

    lobulus, terdapat sebuah vena sentral yang dikelilingi lempeng-lempeng sel hepar

    yaitu hepatosit dan sinusoid secara radial. Jaringan ikat disini membentuk triad

    porta atau daerah porta, tempat cabang arteri hepatika, cabang vena porta, dan

    cabang duktus biliaris 27

    . Hepatosit dipisahkan oleh sinusoid yang tersusun

    melingkari eferen vena hepatika dan duktus hepatikus. Sinusoid hepar memiliki

    lapisan endotelial berpori yang dipisahkan dari hepatosit oleh ruang Disse (ruang

    perisinusoidal) 28

    . Sel-sel lain yang terdapat dalam dinding sinusoid adalah sel

    fagositik kupffer dan sel stellata 29

    .

    Gambar 2.10 Hepar dengan pengecatan haematoxylin dan eosin 28

    Keterangan : 1. Arteri hepatica, 2. Vena portal, 3. Duktus biliaris, 4. Sel hepatosit

    2.2.2 Fisiologi Hepar

    Hepar merupakan organ parenkim yang paling besar hepar juga

    menduduki urutan pertama dalam hal jumlah, kerumitan, dan ragam fungsi. Hepar

    sangat penting untuk mempertahankan fungsi hidup dan berperan dalam hampir

    setiap metabolisme tubuh dan bertanggung jawab atas lebih dari 500 aktivitas

    berbeda. Hepar memiliki kapasitas cadangan yang besar dan hanya membutuhkan

    10-20 % jaringan yang berfungsi untuk tetap bertahan. Destruksi total atau

    pengangkatan hepar menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari 10 jam.

  • 18

    Hepar mempunyai kemampuan regenerasi yang mengagumkan. Proses regenerasi

    akan lengkap dalam waktu 4-5 minggu 18

    .

    Fungsi hepar yang utama adalah membentuk dan mengekskresi empedu;

    saluran empedu mengangkut empedu sedangkan kandung empedu menyimpandan

    mengeluarkan empedu ke usus halus sesuai kebutuhan. Hepar menyekresi sekitar

    500 hingga 1000 ml empedu setiap hari. Hepar juga berperan penting dalam

    metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Semua protein plasma (kecuali

    gama globulin) disintesis oleh hepar. Protein tersebut antara lain albumin,

    protrombin, dan faktor pembekuan lainnya. Selain itu sebagian besar degradasi

    asam amino dimulai dalam hepar melalui proses deaminasi. Hepar juga

    mempunyai fungsi lain, yaitu penimbunan vitamin, besi, tembaga, konjugasi,

    ekskresi steroid adrenal dan gonad, serta detoksifikasi sejumlah zat endogen dan

    eksogen. Fungsi detoksifikasi sangat penting dan dilakukan oleh enzim hepar

    melalui oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat yang dapat berbahaya dan

    mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif 18

    .

    2.2.3 Hubungan Stress Oksidatif pada Kelainan Hepar

    Hepar merupakan organ yang rentan terhadap pengaruh radikal bebas 30

    .

    Karena hepar merupakan organ utama dalam metabolisme tubuh, secara tidak

    langsung dapat terpengaruh oleh produk metabolik berbahaya yang terbentuk pada

    organ lain seperti jantung, otot skelet dan ginjal melalui peredaran darah.

    Peningkatan radikal bebas yang tidak diikuti oleh peningkatan antioksidan akan

    menyebabkan terjadinya oxidative stress 30

    , karena ROS yang dihasilkan lebih

    besar daripada yang dapat dibuang oleh mekanisme pertahanan sel 31

    .

  • 19

    Gambar 2.11 Mekanisme pembentukan radikal bebas dan netralisir antioksidan 6

    Oksigen diubah menjadi superoksid melalui enzim oksidatif (seperti P-450

    dan b5 oksidase) di dalam Retikulum endoplasma, Mitokondria, Membran

    Plasma, Peroksisiom dan Sitosol. Oksigen juga dirubah menjadi Hidrogen

    Peroksidase oleh Superoksid Dismutase (SOD) dan juga dirubah menjadi Radikal

    Hidroksil dengan adanya Besi oleh reaksi Fenton. Hidrogen Peroksida yang

    diperoleh langsung masuk melalui Oksidase ke Peroksisom. Keadaan tersebut

    memperparah kondisi pada penyakit hati Alkoholik dan meningkatkan resiko

    terjadinya mutasi, kanker, juga penyakit degeneratif. Sehingga merusak

    makromolekul dalam sel seperti karbohidrat, protein, DNA dan sebagainya,

    selamjutnya kerusakan makromolekul dapat mengakibatkan kematian sel 32

    .

    Kerusakan total atau pembuangan hati mengakibatkan kematian dalam 10 jam 33

    .

  • 20

    2.3 Nilam (Pogostemon cablin Benth)

    2.3.1 Taksonomi

    Tanaman nilam termasuk dalam famili Labiatae yang memiliki sekitar 200

    genus, salah satunya adalah Pogostemon. Dalam taksonomi tumbuhan, kedudukan

    tanaman nilam diklasifikasikan sebagai berikut

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledonae

    Ordo : Labiatales

    Famili : Labiatae

    Genus : Pogostemon

    Spesies : Pogostemon cablin Benth 34

    2.3.2 Morfologi

    Gambar 2.3.2 Daun Nilam 34

    Genus Pogostemon terdiri atas 40 spesies, antara lain Pogostemon cablin

    Benth. (nilam singapura), P. Calbin (nilam pinang), P. Hortensis Backer (nilam

    jawa), dan P. Heyneamus (nilam kembang). Di Indonesia, jenis nilam yang

  • 21

    banyak ditemukan adalah nilam aceh (Pogostemon patchouli sin. P. Mentha sin.

    P. Cablin). Nilam jenis ini memiliki potensi kandungan minyak yang tinggi,

    antara 2,5% - 5%. Nilam jawa dan nilam sabun (P. Hortensis) memiliki

    kandungan minyak rendah, masing-masing antara 0,5% - 1,5%, sehingga kurang

    menguntungkan untuk dibudidayakan 34

    .

    Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan

    (perennial). Tanaman ini merupakan tanaman semak yang tumbuh tegak,

    memiliki banya percabangan, bertingkat-tingkat, dan mempunyai aroma yang

    khas. Secara alami, tanaman nilam dapat mencapai ketinggian antara 0,5 m 1,0

    m 34

    .

    Daun tanaman berbentuk bulat telur sampai bulat panjang (lonjong).

    Secara visual, daun nilam mempunyai ukuran panjang antara 5 cm -11 cm,

    berwarna hijau, tipis, tidak kaku, dan berbulu pada permukaan bagian atas. Daun

    terletak duduk berhadap-hadapan. Permukaan daun kasar dengan tepi bergerigi,

    ujung daun tumpul dan urat daun menonjol ke luar 34

    .

    Tanaman nilam jarang berbunga. Bunga tumbuh di ujung tangkai,

    bergerombol, dan memiliki karakteristik warna ungu kemerah-merahan. Tangkai

    bunga berukuran panjang antara 2 cm -8 cm dan diameter antara 1 cm 1,5 cm.

    Daun mahkota bunga berukuran panjang 8 mm 34

    .

  • 22

    2.3.3 Komponen Minyak Nilam

    Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan daun, batang dan cabang

    tumbuhan nilam. Kadar minyak tertinggi terdapat pada daun dengan kandungan

    utamanya adalah patchouly alkohol yang berkisar antara 30 50 %. Aromanya

    segar dan khas dan mempunyai daya fiksasi yang kuat, sehingga sulit digantikan

    oleh bahan sintetis 35

    Minyak hasil dari penyulingan merupakan senyawa kompleks yang

    terbentuk dalam tumbuhan karna pengaruh air atau uap panas 36

    . Patchouli alcohol

    merupakan komponen penyusun utama yang menentukan mutu minyak nilam

    dengan kadar tidak boleh kurang dari 30%. Ditinjau berdasarkan titik didihnya

    komponen utama minyak nilam mempunyai titik didih berbeda Patchouli alcohol

    (140C pada 8 mmHg), Patchouli alcohol (140C pada 8 mmHg), Eugenol

    (252,66~C pada 760 mmHg), benzaldehyde (178,07' C pada 760 mmHg),

    cinnamic aldehyde (25 1,00 C pada 760 mmHg) dan cadinen (274'C pada760

    mmHg) 37

    .

    Menurut Maryadi 38

    minyak nilam mengandung lebih dari 30 jenis

    komponen kimia, diantaranya adalah 4 hydrocarbon monoterpene, 9 hydrocarbon

    sesquiterpene, 2 oxygenated monoterpene, 4 epoksi, 5 sesquiterpene alcohol, 1

    non sesquiterpene alcohol, 2 sesquiterpene keton dan 3 sesquiterpene ketoalcohol.

    Tabel 2.2 Komponen Kimia Penyusun Minyak Nilam 39

    No Komponen

    1

    2

    3

    4

    5

    caryophyllene patchoulene seychellene

    bulnesene guaienepoxide

    6

    7

    8

    9

    bulnesenepoxide norpatchoulenol

    patchoulol

    pogostol.

  • 23

    Tabel 2.3 Komponen Penyusun Nilam dari Berbagai Penelitian 40

  • 24

    2.3.3 Riset Tentang Nilam

    2.3.3.1 Terpenoid sebagai Antioksidan

    Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan jenis tanaman yang

    menghasilkan minyak atsiri. Di Indonesia hingga kini terdapat tiga jenis nilam

    yang sudah dikembangkan yaitu Pogostemon cablin Benth, Pogostemon

    heyneanus Benth, dan Pogostemon hortensis Benth 39

    . Minyak atsiri sering

    dikenal dengan nama lain minyak essensial, minyak terbang, volatile oil (minyak

    yang mudah menguap). Minyak atisiri umumnya larut dalam pelarut organik dan

    tidak larut dalam alkohol 41

    . Hasil sintesis senyawa turunan minyak atsiri dapat

    digunakan sebagai antioksidan, aromaterapi, sun block, dan banyak lagi kegunaan

    lainnya 42

    . Hasil penelitian yang dilakukan oleh diana, minyak atsiri berpotensi

    sebagai antioksidan. Kandungan minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari

    senyawa siklik tak jenuh termasuk salah satunya terpenoid merupakan bahan

    utama yang berpotensi menangkap radikal bebas dengan cara melengkapi elektron

    terluar yang kurang dari senyawa radikal bebas dan menghambat reaksi berantai

    dari pembentukan radikal bebas 12

    .

    2.3.3.2 Seskuiterpen sebagai Anti Inflamasi

    Pada penelitian yang pernah dilakukan, dengan metode penelitian analisis

    mikro terhadap minyak atsiri tanaman ini, diketahui bahwa komponen utamanya

    merupakan senyawa volatil kelompok seskuiterpenoid. Senyawa tersebut antara

    lain, -, -, -patchoulene, -guaiene, -bulnesene, dan patchouli alkohol 43.

    Secara farmakologi, dalam sektor industri farmasi, minyak nilam digunakan untuk

    pembuatan obat antifungi, anti-inflamasi,serta dekongestan. Senyawa -bulnesene

    diketahui mempunyai aktivitas anti inflamasi terhadap PAF (Platelet Activiting

  • 25

    Factor) sebuah phospolipid mediator yang dihasilkan berbagai sel pada saat

    terkena penyakit alergi, radang, asma, dan lain-lain 44

    .

    2.4 Antioksidan

    Antioksidan adalah senyawa kimia yang menyumbangkan satu atau lebih

    electron kepada radikal bebas sehingga radikal bebas tersebut dapat dihambat 45

    .

    Senyawa kimia dan reaksi yang dapat menghasilkan spesies oksigen yang

    potensial bersifat toksik dapat dinamakan pro-oksidan. Sebaliknya, senyawa dan

    reaksi yang mengeluarkan spesies oksigen tersebut, menekan pembentukannya

    atau melawan kerjanya disebut antioksidan. Dalam sebuah sel normal terdapat

    keseimbangan oksidan dan antioksidan yang tepat. Meskipun demikian,

    keseimbangan ini dapat bergeser ke arah pro-oksidan ketika produksi spesies

    oksigen tersebut sangat meningkat atau ketika kadar antioksidan menurun.

    Keadaan ini dinamakan stress oksidatif dan dapat mengakibatkan kerusakan sel

    yang berat jika stress tersebut masif atau berlangsung lama.20

    Enzim yang bersifat

    antioksidan mengeluarkan atau menyingkirkan superoksidan dan hidrogen

    peroksida. Vitamin E, vitamin C, dan mungkin karoteinoid, biasanya disebut

    sebagai vitamin antioksidan, dapat menghentikan reaksi berantai radikal bebas 34

    .

  • 26

    2.5 Mapping Kandungan Nilam (Pogostemon cablin Benth)

    Flafonoid seskuiterpen

    Anti inflamasi

    Menghambat

    siklooksigenase

    Tanin triterpenoid

    Antioksidan

    Antioksidan

    scavenger radikal

    bebas

    Menghambat

    pembentukan : Radikal

    superoxide, radikal

    hidroksil, radikal

    peroxide dan hidrogen

    peroxide

    Saponin Monoterpen

    Radikal bebas tidak

    terbentuk

    Antibakteri

    Menghambat

    aktivasi

    pertumbuhan

    dan

    mendenaturasi

    protein sel

    bakteri

    Antiseptik

    Spasmoliktik

    Sedatif

    Pemberi aroma

    khas

    Pestisida

    Anti jamur

    Menghambat

    pertumbuhan

    jamur

    Kandungan Nilam (Pogostemon cablin Benth)

    monoterpen

    Sesquiterpen

    Saponin

    Tannin

    Triterpenoid

    Flavonoid

    Glikosida

    Minyak atsiri (terpenoid)

  • 27

    O-hidrokarbon

    2 Oksigenet- monoterpen

    Nilam (Pogostemon cablin Benth)

    Fitokimia Karakteristik simplisia Destilasi minyak atsiri

    Kadar abu total

    7,47%

    Kadar abu yang

    tidak larut dalam

    asam 0,79%

    Kadar sari yang larut

    dalam etanol 12,64%,

    Kadar Sari yang larut

    dalam air 10,59%,

    Kadar air 8,62%,

    kadar

    minyak atsiri 1,99%

    Saponin

    Tannin

    Triterpenoid

    Flavonoid

    glikosida

    Terpenoid

    4-Hidrokarbon

    -monoterpen

    Sesquiterpen

    Hidrokarbon O-hidrokarbon

    Patchouli alcohol

    -bulnesene

    Monoterpenoid

    Hidrokarbon

    Antiinflamasi Menghambat platelet

    aktivating factor

    Antioksidan

    Melengkapi elektron terluar

    yang kurang dari radikal bebas

    Pengikat aroma wangi

    dan khas dari nilam dan

    sebagai anti bakteri

    9 hidrokarbon

    sesquiterpen

    5 sesquiterpen

    alkohol

    2 seskuiterpen keton

    3 seskuiterpen

    ketoalkohol

    1 norseskuiterpen

    alkohol