bab ii a. pengertian 1. 2. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5386/4/ary foraria rela utami...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Tinjauan Medis
A. Pengertian
1. Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase
laten) (Nugroho, 2010).
2. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum inpartu (Saifuddin,
2002).
3. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
mulai persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu
(Manuaba, 2009).
4. Ketuban Pecah Dini (KPD) atau spontaneous/early/premature rupture
of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu,
yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi para
kurang dari 5 cm (2006).
B. Etiologi
Menurut Sujiyatini dkk (2009), penyebabnya masih belum diketahui
dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa penelitian menyebutkan
faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi
faktor predisposisi adalah :
1. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan terjadinya KPD. Servik yang inkompetensia, kanalis
servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri
(akibat persalinan, curettage). Tekanan intra uterin yang meninggi atau
meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma,
hidramnion, gemeli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai
faktor predisposisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang
didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam menyebabkan
terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi. Kelainan letak
misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.
2. Keadaan sosial ekonomi
Merupakan faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya KPD,
seperti faktor multi graviditas.
Sebagian besar kasus penyebabnya belum ditemukan. Faktor
yang memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur,
merokok dan perdarahan selama kehamilan.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Beberapa faktor resiko dari KPD yaitu:
a) Polihidramnion (cairan ketuban berlebih).
b) Riwayat KPD sebelumnya.
c) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.
d) Kehamilan kembar.
C. Patofisiologi
Menurut Sujiyatini dkk (2009), menjelaskan bahwa KPD biasanya
terjadi karena berkurangnya kekuatan membran dan peningkatan tekanan
intra uterin ataupun karena sebab keduanya. Kemungkinan tekanan intra
uterin yang kuat adalah penyebab dari KPD dan selaput ketuban yang
tidak kuat dikarenakan kurangnya jaringan ikat dan faskularisasi akan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban. Hubungan serviks
inkompeten dengan kejadian KPD adalah bahwa servik yang inkompeten
adalah leher rahim yang tidak mempunyai kelenturan, sehingga tidak kuat
menahan kehamilan.
Selain karena infeksi dan tekanan intra uterin yang kuat, hubungan
seksual pada kehamilam tua berpengaruh terhadap terjadinya KPD
karena pengaruh prostaglandin yang terdapat dalam sperma dapat
menimbulkan kontraksi, tetapi bisa juga karena faktor trauma saat
hubungan seksual. Kehamilan ganda dapat menyebabkan KPD karena
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
uterus meregang berlebihan yang disebabkan oleh besarnya janin, dua
plasenta dan jumlah air ketuban yang lebih banyak (Oxorn, 2003).
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda, tetapi pada
trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan
selaput ketuban ada hubungan dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim
dan gerakan janin. KPD pada trimester terakhir terjadi karena perubahan
biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal fisiologis. KPD pada kehamilan prematur disebabkan oleh
adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina.
KPD prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks dan
solusio plasenta (Wiknjosastro, 2008).
D. Tanda dan gejala
Sujiyatini dkk (2009), menjelaskan bahwa tanda yang terjadi pada
KPD adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Menurut
Dini Kasdu (2005), menjelaskan bahwa ketuban yang pecah ditandai
dengan adanya air yang mengalir dari vagina yang tidak bisa dibendung
lagi. Perbedaan antara air ketuban dengan air seni dapat diketahui dari
bentuk dan warnanya. Air seni berwarna kekuning-kuningan dan bening,
sedangkan air ketuban keruh dan bercampur dengan lanugo (rambut halus
dari janin) dan mengandung fenik kaseosa (lemak pada kulit janin). Cairan
ketuban adalah cairan putih jernih kadang keruh mengandung gumpalan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
halus lemak dan berbau amis.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Dengan melakukan :
a) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis). Darah
dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
b) Tes pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal
cairan amnion dan gambaran daun pakis (Saifuddin, 2002).
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam kavum uteri. Terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit pada kasus KPD. Sering terjadi kesalahan pada penderita
oligohidramnion. Pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam
dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis
dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana (Sujiyatini dkk, 2009).
Menurut Nugroho (2010), pada saat anamnesa penderita
merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak
secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga
diperhatikan warna keluarnya cairan tersebut, his belum teratur atau
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
belum ada dan belum ada pengeluaran lendir darah. USG dilakukan
jika umur kehamilan tidak dilakukan secara pasti, serta untuk
mengetahui letak janin.
F. Komplikasi
Menurut Sujiyatini dkk (2009) dan Chrisdiono (2004) komplikasi
paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah
sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.
Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan
KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Kejadian prolaps atau
keluarnya tali pusat dapat terjadi pada kasus KPD.
Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada
KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm
ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
1. Infeksi intra uterin.
2. Tali pusat menumbung.
3. Prematuritas.
4. Ruptur uteri.
5. Distosia.
6. Kematian janin.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
G. Penatalaksanaan medis
1. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm ( > 37 minggu).
Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan
durasi KPD keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan
peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak
antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut
periode laten. Makin muda umur kehamilan makin memanjang periode
latennya. Hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi
persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan
akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah, bila
dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda
persalinan maka dilakukan induksi persalinan dan bila gagal dilakukan
bedah sesar.
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi
pada ibu. Antibiotik tidak berguna untuk janin dalam uterus namum
pencegahan terhadap chorioamnionitis lebih penting dari pada
pengobatannya, sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu
dilakukan. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera
setelah diagnosis KPD ditegakkan dengan pertimbangan : tujuan
profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses
persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa penulis
menyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau
ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
dengan sendirinya. Mempersingkat periode laten dapat dilakukan
dengan memperpendek durasi KPD sehingga resiko infeksi dan trauma
obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi.
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat
ketat terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan
berhubungan dengan komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik
dapat menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya (his
terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi semakin kepanjangan (his
kurang kuat).
2. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm ( < 37 minggu).
Kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan
tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaannya bersifat konservatif
disertai pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksis.
Penderita perlu dirawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi
trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk
mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai
37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tokolitik agent diberikan
juga dengan tujuan untuk menunda proses persalinan.
Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian
kortikosteroid pada penderita KPD kehamilan kurang bulan adalah
agar tercapainya pematangan paru, jika selama menunggu atau
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
melakukan pengelolaan konsevatif tersebut muncul tanda-tanda infeksi
maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur
kehamilan.
Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai
berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata
dapat
menimbulkan komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak
ringan. Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi gawat janin sampai
mati, ruptur uteri dan emboli air ketuban.
Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan
dengan tindakan bedah sesar. Pengelolaan KPD yang cukup bulan
pada tindakan bedah sesar dikerjakan bukan karena infeksi intra uterin
saja tetapi sebaiknya ada indikasi obstetrik yang lain misalnya kelainan
letak, gawat janin dan partus tak maju.
Selain komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi akibat
tindakan aktif, ternyata pengelolaan konservatif juga dapat
menyebabkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu dilakukan
pengawasan yang ketat. Pengelolaan konservatif yaitu dengan
menunggu penuh kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi intra
uterin.
Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leukosit darah tepi
setiap hari, pemeriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
jam, pengawasan denyut jantung janin, pemberian antibiotik mulai saat
diagnosis ditegakkan dan selanjutnya setiap 6 jam.
Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah
dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian Respiratory Down
Syndrom (RDS). The National Institutes of Healt (NIH) telah
merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD
pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi intraamnion.
Terdiri atas
betametason 2 dosis masing-masing 12 mg IM tiap 24 jam atau
dexametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam.
(Sujiyatini dkk, 2009).
1. Konservatif
a) Rawat ibu di Rumah Sakit.
b) Jika ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi
(Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kg BB
IV setiap 24 jam).
c) Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu :
(1) Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
: Ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari atau eritromisin 250 mg
per oral 3 kali per hari selama 7 hari.
(2) Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki
kematangan paru janin : Betametason 12 mg IM dalam 2 dosis
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
setiap 12 jam, atau Deksametason 6 mg IM dalam 4 dosis
setiap 6 jam.
(3) Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu.
(4) Jika terdapat his dan lendir darah, kemungkinan terjadi
persalinan preterm.
2. Aktif
a) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
seksio sesarea. Dapat juga diberikan misoprostol 50 µg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan
persalinan diakhiri :
(1) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea.
(2) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
(Saifuddin, 2002).
Tabel 2.1 Tabel Skor Bishop TABEL SKOR BISHOP
SKOR 0 1 2 3
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Pembukaan 0 1-2 3-4 5-6
Pendataran 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Station -3 -2 -1 +1 +2
Konsistensi Keras Sedang Lunak Amat
lunak
Posisi os Posterior Tengah Anterior Anterior
CARA PEMAKAIAN :
Tambah satu angka untuk : Kurangi satu angka untuk :
Pre eklampsia
Setiap normal partus
Post date
Nullipara
Ketuban negatif/lama
Bila Skor Total : Kemungkinan :
Berhasil Gagal
0-4 50-60 % 40-50 %
5-9 90 % 10 %
10-13 100 % 0 %
Sumber : Chrisdiono (2003).
II. Tinjauan Asuhan Kebidanan
Penerapan Manajemen Kebidanan menurut varney (2007) meliputi
pengkajian, interpretasi data, diagnose potensial dan tindakan antisipasi segera
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
untuk mencegahnya, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi dengan
menggunakan metode wawancara dan pemeriksaan fisik.
1. Data Subjektif
a) Identitas Pasien
Nama : Mengetahui nama pasien yang harus dituliskan
dengan jelas agar tidak keliru dengan pasien
lain,
mengingat banyak sekali nama yang sama
(Latief, 2003).
Umur : Mengetahui usia reproduksi (20-35 tahun) yang
sehat, karena pada usia lebih dari 35 tahun
temasuk resiko tinggi dalam kehamilan,
pesalinan dan nifas (Wiknjosastro, 2005).
Agama : Mengetahui perilaku seseorang tentang
kesehatan dan penyakit yang berhubungan
dengan agama, kebiasaan dan kepercayaan dapat
menunjang namun tidak jarang dapat
menghambat perilaku hidup sehat (Latief, 2003).
Pendidikan : Mengetahui berapa jauh pengetahuan pasien
mengenai kesehatan (Latief, 2003).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Pekerjaan : Berkaitan dengan kasus KPD atau ketuban
pecah dini, maka pekerjaan perlu dikaji, apakah
terlalu berat sehingga dapat meningkatkan
resiko terjadinya KPD (Dony, 2010).
Alamat : Mengetahui lingkungan tempat tinggal pasien
(Varney, 2007).
Identitas suami
Nama : Mengetahui nama suami harus dituliskan dengan
jelas agar tidak keliru dengan orang
lain,
mengingat banyak sekali nama yang sama
(Latief, 2003).
Umur : Mengetahui usia reproduksi (20-35 tahun) suami
(Wiknjosastro, 2005).
Agama : Mengetahui perilaku seseorang tentang
kesehatan dan penyakit yang berhubungan
dengan agama, kebiasaan dan kepercayaan dapat
menunjang namun tidak jarang dapat
menghambat perilaku hidup sehat (Latief,
2003).
Pendidikan : Mengetahui tingkat pendidikan yang penting
dalam memberikan pendidikan kesehatan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
(Saifuddin, 2002).
Pekerjaan : Mengetahui pendapatan suami (Latief, 2003).
Alamat : Mengetahui lingkungan tempat tinggal pasien
(Varney, 2007).
b) Keluhan utama
Ibu mangatakan adanya air yang mengalir dari Vagina yang
tidak bisa dibendung lagi, keruh dan bercampur dengan lanugo
(Rambut halus dari janin) dan mengandung fenik kaseossa (lemak
pada kulit janin) (Dini kasdu, 2007).
Ketuban pecah tiba-tiba cairan tampak di introitus tidak ada
his dalam 1 jam (Saifuddin, 2002).
c) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan dahulu :
Menanyakan pada ibu apakah ibu pernah mengalami
kehamilan dengan polihidramnion (kelebihan cairan). Hal ini
disebabkan karena bayi mengalami kesulitan atau gangguan
dalam menelan, seperti sumbatan pada usu halus janin,
kelainan genetik karena spina bifida atau meningo ensefalitis,
diabetes mellitus yang diderita ibu, anemia dan tekanan darah
tinggi atau pre eklampsia (Dini Kasdu, 2005).
Menanyakan pada ibu apakah ibu pernah mengalami
kehamilan dengan solusio plasenta (Wiknjosastro, 2008).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Solusio plasenta terjadi perdarahan yang berlangsung terus
menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh
kehamilan tidak mampu lebih berkontraksi untuk
menghentikan perdarahan. Sebagian darah akan menyelundup
di bawah selaput ketuban keluar dari vagina, atau menembus
selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban (Sujiyatini
dkk, 2009).
(2) Riwayat kesehatan sekarang :
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu pernah
mengalami kehamilan dengan polihidramnion (kelebihan
cairan). Hal ini disebabkan karena bayi mengalami kesulitan
atau gangguan dalam menelan, seperti sumbatan pada usus
halus janin,
kelainan genetik karena spina bifida atau meningo ensefalitis,
diabetes mellitus yang diderita ibu, anemia dan tekanan darah
tinggi atau pre eklampsia (Dini Kasdu, 2005).
Menanyakan pada ibu apakah ibu sedang mengalami
kehamilan dengan solusio plasenta (Wiknjosastro, 2008).
Solusio plasenta terjadi perdarahan yang berlangsung terus
menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh
kehamilan tidak mampu lebih berkontraksi untuk
menghentikan perdarahan. Sebagian darah akan menyelundup
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
di bawah selaput ketuban keluar dari vagina, atau menembus
selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban (Sujiyatini,
2009).
(3) Riwayat kesehatan keluarga :
Ditanyakan untuk mengetahui status kesehatan keluarga
apakah ada yang mempunyai kelainan genetik karena spina
bifida (kelainan tulang belakang) atau meningoensefalitis
(gangguan selaput otak) yang dapat mengakibatkan kelebihan
cairan atau polihidramnion (Dini kasdu, 2007).
d) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat Haid :
Riwayat haid perlu dikaji untuk mengetahui umur
kehamilan, karena pengelolaan KPD pada kehamilan kurang
dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk
menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas
(Sujiyatini dkk, 2009).
(2) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :
Riwayat persalinan preterm sebelumnya, perdarahan
pervaginam atau distensi uteri (misal polihidramnion dan
gemelli) memiliki risiko tinggi terjadinya KPD. Tindakan
prosedural seperti amniosentesis juga dapat memicu ketuban
pecah dini (2006).
(3) Riwayat kehamilan sekarang :
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Keluhan yang dialami pada trimester I, II dan III.
Seperti hidramnion, kehamilan ganda, disproporsi cevalopelvic
kehamilan letak lintang, serta sungsang (Manuaba, 2009).
e) Pola kebutuhan sehari-hari
(1) Pola nutrisi
Menggambarkan tentang kebutuhan nutrisi ibu selama
hamil, apakah sudah memenuhi kebutuhan tumbuh kembang
janin dan pemeliharaan kesehatan ibu (Yulaikhah, 2009).
(2) Pola eliminasi
Mengkaji pola fungsi ekskresi. Kebiasaan BAB
(terakhir BAB, warna, konsistensi, keluhan) dan kebiasaan
BAK (terakhir BAK, warna, konsistensi dan keluhan). Karena
jika ibu mengalami kesulitan BAB maka kemungkinan ibu
sering mengejan sehingga uterus berkontraksi (Irmayanti,
2009).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
(3) Pola aktivitas
Mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu
berat, sehingga dapat mempengaruhi terjadinya KPD (Dony,
2010).
(4) Pola istirahat
Istirahat total dapat dilakukan untuk mencegah
keluarmya air ketuban dalam jumlah yang banyak (Dini Kasdu,
2005).
(5) Pola personal hygiene
Mandi diperlukan untuk menjaga kebersihan atau
hygiene terutama perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan
keringat bertambah (Yulaikhah, 2009).
(6) Pola seksual
Hubungan seksual pada kehamilam tua berpengaruh
terhadap terjadinya KPD karena pengaruh prostaglandin yang
terdapat dalam sperma dapat menimbulkan kontraksi, tetapi
bisa juga karena faktor trauma saat hubungan seksual (Oxorn,
2003).
Hubungan seksual dapat mengakibatkan trauma pada
ibu karena biasanya disertai infeksi yang menyebabkan KPD
(Nugroho, 2010).
f) Psikososial dan kultural
(1) Psikososial
Kepercayaan atau adat istiadat dapat mempengaruhi
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
proses persalinan (Saifuddin, 2001).
(2) Kultural
Pasien yang memiliki kebiasaan merokok dapat
mengakibatkan terjadinya KPD (2006).
2. Data Objektif
a) Keadaan umum
Dikaji untuk mengetahui keadaan umum ibu (Dony, 2010).
b) Tingkat kesadaran
Untuk menilai status kesadaran ibu, ini dilakukan dengan
menilai composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma, delirium.
c) Tanda Vital
Terdapat tanda infeksi intra uterine suhu meningkat lebih
dari 38 °C (Manuaba, 2009).
Jika selaput ketuban telah pecah beberapa jam sebelum
persalinan atau jika terjadi peningkatan suhu ringan maka suhu
diperiksa setiap jam (Williams, 2004).
d) Status present
(1) Kepala
Warna rambut, ada lesi atau tidak dan tekstur rambut
apakah distribusi penuh di atas kulit kepala atau tidak. Hal ini
digunakan untuk mengetahui tingkat pemenuhan kebutuhan
gizi (Morton, 2003).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
(2) Muka
Ekspresi wajah yang menunjukkan kecemasan (Dony,
2010).
(3) Mata
Keadaan konjungtiva dan skleranya ada kelainan atau
tidak, untuk mengetahui konjungtivitis dan perubahan sklera
yang dapat terjadi karena adanya ganggaun sistemik (Morton,
2003).
(4) Mulut
Pemeriksaan pada mulut dilakukan pada bibir apakah
sianosis atau tidak, apakah ada lesi atau stomatitis, warna gusi,
lidah dan pada gigi apakah terdapat caries (Morton, 2003).
(5) Telinga
Simetris atau tidak, terdapat lesi dan serumen atau tidak
(Morton, 2003).
(6) Hidung
Mengetahui apakah terdapat kotoran/lendir atau tidak
(Farrer, 2001).
(7) Leher
Mengetahui kesimetrisan dan terdapat kartilago atau tidak
(Farrer, 2001).
(8) Dada dan axilla
Perhatikan bentuk payudara, ukuran dan kesimetrisannya.
Apakah putting payudara menonjol atau masuk kedalam,
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
apakah ada kolostrum atau cairan yang keluar. Lakukan
pemeriksaan
palpasi untuk mengetahui apakah ada masa dan pembesaran
kelenjar limfe (Pusdiknakes, 2003).
(9) Abdomen
Mengetahui apakah ada bekas operasi SC, pembesaran
uterus, apakah ada ketegangan perut karena kehamilan (Dony,
2010).
(10) Genetalia
Bau cairan ketuban yang khas (Saifuddin, 2002).
(11) Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas dilakukan untuk mengetahui
apakah ada oedem pada jari tangan, kuku jari pucat atau tidak,
memeriksa apakah ada varises, dan memeriksa reflek patella
untuk mengetahui apakah terjadi gerakan hypo atau hyper pada
kaki (Pusdiknakes, 2003).
e) Status Obstetrikus
Inspeksi :
(1) Dada
Memperhatikan bentuk payudara, putting payudara
menonjol atau masuk kedalam, kolostrum atau cairan yang
keluar, hiperpigmentasi pada areola (Pusdiknakes, 2003).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
(2) Abdomen
Melakukan palpasi dengan menilai presentasi, letak,
posisi, penurunan kepala janin pada umur kehamilan lebih dari
36 minggu. Tinggi fundus uteri, taksiran berat janin dan
auskultasi dapat diketahui keadaan janin melalui DJJ
(Pusdiknakes, 2003).
(3) Genitalia
Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu yang tampak di introitus
(Saifuddin, 2002).
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan
dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban
masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas (Sujiyatini dkk,
2002).
(4) Pemeriksaan dalam
Jumlah pemeriksaan vagina selama persalinan
berkorelasi dengan morbiditas infeksi terutama pada kasus
KPD oleh karena itu pemeriksaan ini dilakukan jika informasi
yang diperoleh bermanfaat (Williams, 2004). Tanda dan gejala
in partu menurut Depkes RI (2008) yaitu terjadi penipisan dan
pembukaan serviks, terdapat kontraksi uterus yang
mengakibatkan pembukaan serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit), keluar cairan lendir bercampur darah melalui
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
vagina.
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban
sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam VT
perlu
dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang
belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan
dalam. Jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah
rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme
tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan
dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi
sedikit mungkin (Sujiyatini dkk, 2002).
(5) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dimaksudkan untuk
melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri, yaitu terlihat
jumlah cairan ketuban yang sedikit. Sering terjadi kesalahan
pada penderita oligohidramnion. Pendekatan diagnosis KPD
cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya
KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan
pemeriksaan sederhana (Sujiyatini dkk, 2009).
B. Interpretasi data
1. Diagnosa :
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh
bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosa kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosa kebidanan adalah
a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi
b. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
c. Memiliki ciri khas kebidanan
d. Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Menurut Varney (1997) yang dikutip oleh Sujiyatini dkk (2009)
menjelaskan bahwa diagnosa kebidanan dibuat berdasarkan analisa
data yang telah dikumpulkan dan dibuat sesuai dengan kesenjangan
yang dihadapi oleh pasien.
NY…umur…tahun G..P..A.. hamil...minggu dengan ketuban pecah
dini.
1) Data dasar
a) Data Subjektif
Ibu mengatakan hamil ke…belum pernah keguguran dan hari
pertama haid terkhir…Ibu mengatakan cemas karena
mengeluarkan cairan dari jalan lahir dan belum merasa mules-
mules.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
b) Data Objektif
Keluar air ketuban sejak pukul…, belum keluar lendir darah,
pembukaan …cm, hari perkiraan lahir…. (Sujiyatini dkk,
2009).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
2) Masalah : Menurut Supriyadi (2003) yang dikutip oleh Sujiyatini
dkk (2009) menyebutkan bahwa masalah yang dialami ibu bersalin
dengan KPD yaitu ibu merasa cemas karena kurang pengetahuan
dan informasi tentang KPD.
C. Diagnosa potensial dan antisipasi
Menurut Sujiyatini dkk (2009) dan Chrisdiono (2004) diagnosa
potensial yang akan terjadi yaitu :
1. Pada Ibu
a) Infeksi prenatal.
b) Ruptur uteri.
c) Infeksi nifas.
2. Pada Janin
a) IUFD (Intra Uteri Foetal Death).
b) Sindrom distress pernapasan pada bayi baru lahir sebelum usia
kehamilan 37 minggu.
c) Prematuritas.
d) Infeksi intra uterin.
D. Tindakan segera dan kolaborasi yang dilakukan pada pasien dengan
Ketuban Pecah Dini, antara lain : menurut Sujiyatini dkk (2009) dan
Wiknjosastro (2008) yaitu dengan melakukan pemberian antibiotik,
persalinan pervaginam dan bila gagal seksio sesarea, rujukan ke rumah
sakit.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
E. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan menurut Saifuddin (2002), yaitu :
1. Konservatif
a) Rawat ibu di Rumah Sakit.
b) Jika ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi
(Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kg BB
IV setiap 24 jam).
c) Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu :
(1) Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan
janin : Ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari atau eritromisin
250 mg per oral 3 kali per hari selama 7 hari.
(2) Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki
kematangan paru janin : Betametason 12 mg IM dalam 2
dosis setiap 12 jam, atau Deksametason 6 mg IM dalam 4
dosis setiap 6 jam.
d) Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu.
e) Jika terdapat his dan lendir darah, kemungkinan terjadi persalinan
preterm.
2. Aktif
a) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
seksio sesarea. Dapat juga diberikan misoprostol 50 µg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan
persalinan diakhiri :
(1) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea.
(2) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
F. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang dilakukan menurut Saifuddin (2002), yaitu :
1. Konservatif
a) Rawat ibu di Rumah Sakit.
b) Jika ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi
(Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kg BB
IV setiap 24 jam).
c) Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu :
(1) Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
: Ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari atau eritromisin 250 mg
per oral 3 kali per hari selama 7 hari.
(2) Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki
kematangan paru janin : Betametason 12 mg IM dalam 2 dosis
setiap 12 jam, atau Deksametason 6 mg IM dalam 4 dosis
setiap 6 jam.
d) Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
e) Jika terdapat his dan lendir darah, kemungkinan terjadi persalinan
preterm.
2. Aktif
a) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
seksio sesarea. Dapat juga diberikan misoprostol 50 µg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan
persalinan diakhiri :
(1) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea.
(2) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
Protap penatalaksanaan KPD di RSUD Wonosobo baik pada umur
kehamilan prematur maupun pada umur kehamilan aterm dapat dilakukan
dengan memberikan antibiotik dan melakukan induksi persalinan.
G. Evaluasi
Langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesaui dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya
(Pusdiknakes, 2003).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Data Perkembangan I
Subyektif :
1. Ibu merasa ingin BAB dan tidak kuat ingin meneran.
2. Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin lama semakin kuat.
Obyektif :
1. Tampak tekanan pada anus, vulva membuka, dan perineum menonjol.
2. Hasil pemeriksaan dalam : dilatasi servis 10 cm, effement 100 %,
penurunan kepala H III +.
3. Kontrasi uterus baik.
4. Periksaan DJJ (+).
Assesment :
Ny.... G... P... A..., umur kehamilan (dalam minggu), keadaan janin dalam
uterus, dalam persalinan kala II dengan KPD.
Perencanaan :
1. Menganjurkan ibu untuk didampingi keluarga selama persalinan dan
kelahiran bayinya, dukungan dari suami, orang tua, dan kerabat sangat
diperluan dalam menjalani proses persalinan dan membantu ibu
mengatur posisi yang nyaman, membantu makan/minum (Depkes,
2007).
2. Tentramkan hati ibu dalam menghadapi proses persalinan, lakukan
bimbingan dan tawarkan bantuan jika diperlukan (Depkes, 2007).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum, karena ibu bersalin
mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan
dengan cukupnya asupan cairan dapat mencegah dehidrasi (Depkes,
2007).
4. Memberi ibu antibiotik dosis tinggi bila ada tanda-tanda infeksi
(Saifuddin, 2002).
5. Induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat juga
diberikan misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 6 kali
(Saifuddin, 2002).
6. Cuci tangan (menggunakan sabun dan air mengalir) dan keringkan
dengan kain yang kering (Depkes, 2007).
7. Pakai sarung tangan DTT atau steril untuk pemeriksaan dalam karena
sarung tangan steril selalu digunakan selama melakukan pemeriksaan
dalam, membantu bayi lahir, episiotomi, penjahitan laserasi dan
asuhan segera bayi baru lahir untuk mencegah tejadinya infeksi
(Depkes, 2007).
8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah
lengkap (10 cm) (Depkes, 2007).
9. Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin mengejan, bantu
ibu mengatur posisi yang nyaman karena pada posisi meneran yang
nyaman dapat menjaga sirkulasi utero plasenta tetap baik seperti posisi
meneran setengah duduk dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu,
memberi kemudahan ibu untuk istirahat diantara kontraksi dan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
memberikan gaya grafitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya
(Depkes, 2007).
10. Mengajari ibu cara mengejan yang benar, mengejan jika ada his dan
istirahat jika tidak ada his, karena meneran secara berlebihan
mmenyebabkan ibu sulit bernafas sehingga terjadi kelelahan dan
meningkatkan risiko asfiksi pada bayi sebagai akibat turunnya pasokan
oksigen melalui plasenta (Depkes, 2007).
11. Memantau DJJ setiap 5-10 menit atau setelah tidak ada his untuk
memastikan janin mengalami bradikardi ( < 120x/menit) (Saifuddin,
2002).
12. Menolong kelahiran bayi (Saifuddin, 2002).
Evaluasi : bayi lahir jam, apgar score, jenis kelamin, menangis /
tidak, gerak aktif / tidak
Data Perkembangan II
Subyektif :
1. Ibu mengatakan lega bayinya sudah lahir.
2. Ibu mengatakan perunya merasa mules.
Obyektif :
1. Bayi telah lahir, menangis / tidak, A / S, jenis kelamin.
2. TFU setinggi pusat, kontraksi baik.
3. Terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu , uterus globuler, tali
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
pusat bertambah panjang dengan sendirinya, ada semburan darah
mendadak.
Assesment :
Ny. ... P... A..., dalam persalinan kala III.
Perencanaan :
1. Jepit gunting tali pusat sedini mungkin (Saifuddin, 2002).
2. Palpasi uterus untuk memastikan janin tunggal karena jika janin lebih
dari satu oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi yang dapat
menurunkan pasokan oksigen kepada bayi (Depkes, 2007).
3. Memberikan oksitosin karena untuk merangsang uterus berkontraksi
dan mempercepat pelepasan plasenta (Saifudin, 2002).
4. Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan diikuti tekanan
dorso kranial secara serentak pada bagian bawah uterus (di atas
simpisis pubis) (Depkes, 2007).
5. Melakukan masase uterus segera setelah plasenta lahir untuk
menimbulkan kontraksi karena masase uterus dapat mengurangi
pengeluaran darah dan mencegah perdarahan pasca persalnan
(Saifuddin, 2002).
6. Periksa jalan lahir apakah terjadi robekan atau perbaikan episiotomi
dan lakukan hetting (Saifudin, 2002).
Evaluasi : plasenta lahir jam, lengkap / tidak, jumlah kotiledon, insersi
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
tali pusat, laserasi jalan lahir / tidak, perdarahan.
Data Perkembangan III
Subjektif :
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules.
Obyektif :
1. Plasenta sudah lahir.
2. Evaluasi keadaan umum, tanda-tanda vital.
3. TFU 2 jari di bawah pusat.
4. Kotraksi uterus.
5. Jumlah perdarahan.
Assesment :
Ny. ... P... A..., dalam persalinan kala IV.
Perencanaan :
1. Periksa fundus uterus, tekanan darah, nadi, kandung kemih dan
persarahan setiap 15 menit pertama dan dan setiap 30 menit jam kedua
karena jika uterus lembek lakukan mesase sampai uterus keras atau
uterus berkontraksi baik otot akan menjepit pembuluh darah untuk
menghentikan perdarahan dan mencegah perdarahan (Saifuddin,
2002).
2. Membersihkan perinium dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
kering sehingga ibu merasa nyaman (Saifuddin, 2002).
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan bantu ibu pada posisi yang
nyaman karena ibu telah mengeluarkan banyak tenaga untuk
melahirkan (Saifuddin, 2002).
Evaluasi : ibu dapat massase perut, ibu telah bersih, alat dan tempat telah
didekontaminasi.
III. Aspek Hukum
Bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan hukum
perundang-undangan dan hukum yang berlaku dengan tenaga kesehatan, yaitu
klien sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai dasar hukum dan
merupakan peraturan pemerintah, yang berarti sama-sama mempunyai hak dan
kewajiban. Sehingga penyimpangan terhadap hukum dapat dihindarkan (IBI,
2004).
Landasan hukum yang dipakai seorang bidan dalam melakukan asuhan
kebidanan bersalin dengan ketuban pecah dini, adalah :
A. KEPMENKES RI No.900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan
praktek bidan :
1. pasal 16 ayat 1 yang berbunyi pelayanan kebidanan kepada ibu,
meliputi :
a) penyuluhan dan konseling.
b) Pemeriksaan fisik.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
c) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal.
d) Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil
dengan abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat I, pre-
eklampsi ringan dan anemia ringan.
e) Pertolongan persalinan normal.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
f) Pertolongan persalinan abnormal yang mencakup letak sungsang,
partus macet, kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD)
tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia
karena inersia uteri primer, postterm dan preterm.
g) Pelayana ibu nifas normal.
h) Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta,
renjatan dan infeksi ringan.
i) Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi
keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
2. pasal 18, yaitu bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 16 berwenang untuk :
a) Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan dan
nifas.
b) Episiotomi.
c) Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II.
d) Pemberian infus.
e) Pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika dan
sedative.
B. Peran dan fungsi serta kompetensi bidan
Kompetensi bidan yang sesuai dengan kasus ini dalam memberikan
asuhan kebidanan adalah : peran sebagai pelaksana dalam tugas mandiri
pada poin D, bahwa seorang bidan harus mampu memberikan asuhan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
kebidanan
pada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien/keluarga,
diantaranya :
1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa
persalinan.
2. Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa
persalinan.
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan
prioritas masalah.
4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
5. Mengevaluasi bersama klien asuhan yang telah diberikan.
6. Membuat rencana tindakan pada ibu masa persalinan tersaing dengan
prioritas.
7. Membuat asuhan kebidanan.
(Sujiyatini, 2009).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Ary Foraria Rela Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010