bab ii 3199112 - uin walisongo semarang |...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
"Berfikir adalah bertanya" ungkapan yang diungkapkan oleh John Dewey
tersebut sangat sesuai apabila kita kaitkan dengan kehidupan sehari-hari, karena
dengan bertanya seseorang akan menjadi tahu akan hal-hal yang sebelumnya
belum ia ketahui bahkan dalam proses belajar mengajarpun bertanya merupakan
sesuatu yang sangat penting karena demikian vitalnya bertanya sehingga beberapa
ahli menuliskan beberapa kata-kata mutiara seperti: berfikir itu sendiri adalah
bertanya, pertanyaan yang tersusun dengan baik sebenarnya telah separuh
jawaban, satu gambar dapat bernilai seribu kata dan satu pertanyaan yang tepat
dapat bernilai seribu gambar, mengajukan beberapa pertanyaan lebih baik
daripada mengetahui seluruh jawaban.
A. Deskripsi Teori
1. Keberanian Bertanya
1.1 Pengertian Keberanian Bertanya
Keberanian diartikan sebagai sifat-sifat berani, kegagahan1. Bertanya
adalah meminta keterangan; meminta supaya diberitahu.2 Jadi yang dimaksud
dengan keberanian bertanya adalah sifat berani yang dimiliki oleh siswa untuk
melakukan tindakan-tindakan berupa meminta keterangan atau meminta
supaya diberitahu terhadap sesuatu hal yang belum diketahui oleh seorang
siswa kepada seorang guru dalam proses belajar mengajar.
Menurut Khalil bahwa bertanya adalah: "The sciences are padlocks,
and questions are the keys to them.3 Artinya: Ilmu pengetahuan adalah
gembok, dan pertanyaan adalah kuncinya.
Untuk bertanya dibutuhkan keberanian. Keberanian untuk bertanya
akan mengantarkan siswa (siapapun) ke jalan yang benar, menghindarkan
1 W.J.S. Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986),
hlm.124 2 Ibid., hlm.1017 3 Munazara, "Instruction: The methodology Of Learning, (tt.p., t.th.), hlm.210
6
dirinya dari hal-hal yang menyesatkan. Keberanian bertanya tidak akan lahir
begitu saja, tetapi perlu dibina, dilatih oleh orang tua, guru, saudara-saudara
yang lebih tua. Menciptakan iklim interaksi tanya jawab secara menyenangkan
dalam keluarga, sekolah, sangat membantu individu (anak) untuk berani
bertanya.4
Maka untuk menciptakan kehidupan interaksi belajar mengajar perlu
mengadakan teknik tanya jawab atau dialog yaitu suatu teknik untuk memberi
motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya selama
mendengarkan pelajaran atau guru yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan
itu, siswa menjawab, baik pertanyaan-pertanyaan itu mengenai isi pelajaran
yang sedang diajarkan guru atau pertanyaan yang lebih luas asal berkaitan
dengan pelajaran, atau juga mungkin pengalaman yang dihayati dengan tanya
jawab itu, pelajaran akan lebih mendalam dan meluas.5
1.2 Memotivasi Siswa untuk Berani Bertanya
Pertanyaan dari siswa sering kali mempunyai arti. Dengan pertanyaan
tersebut pengajar dapat mengetahui, penjelasan pada pokok masalah mana
yang masih kurang jelas atau kurang lengkap diterima oleh siswa. 6 Pengajar
hendaknya berusaha agar pertanyaan dari siswa itu juga mempunyai daya
guna, dan pengajar juga hendaknya berusaha agar siswa lebih berani dalam
menyampaikan pertanyaan.
1.2.1 Menumbuhkan Motivasi
Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan
“motif” untuk menunjuk mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Apa
motifnya si Amin itu rajin membaca?, apa motifnya si Badu rajin membuat
kekacauan?. Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
4 JJ. Hasibuan, dkk., Proses Belajar Mengajar, (Ketrampilan Dasar Pengajaran Mikro),
(Bandung: PT. Rosda Karya, 1994), cet.ke-3. hlm.19 5 Roestiyah NK., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet.ke-4,
hlm.129 6 Ad. Rooijakkers, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: PT. Gramedia, 1982), hlm.40
7
penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif diartikan
sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif “
itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah
menjadi aktif.7 Sedangkan memotivasi siswa diartikan sebagai upaya dari
seorang guru untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.
Beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar siswa disekolah.
1.2.1.1 Memberi Angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan
belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk
mencapai angka / nilai yang baik. Sehingga siswa yang biasanya
dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya
baik-baik.
Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan
motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa
bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas
saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot
bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka
baik. Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa
pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar
yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu langkah
selanjutnya yang ditempuh oleh guru bagaimana cara memberikan
angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di
dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa
sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga ketrampilan dan
afeksinya.
7 Sardiman, AM., Interaksi Belajar mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), cet.
Ke-8, hlm.71
8
1.2.1.2 Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi
tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan,
mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan
tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh
hadiah yang diberikan untuk gambar terbaik mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat
menggambar.
1.2.1.3 Saingan / Kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat
motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik
persaingan individual maupun kelompok dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak
dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga
sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.
1.2.1.4 Ego-involment
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah salah-satu
bentuk motivasi yang sangat penting. Seseorang akan berusaha
dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan
menjaga harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para
siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
1.2.1.5 Memberi Ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan
ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga sarana
motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu
sering (misalnya setiap hari) karrena bisa membosankan dan
bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus juga terbuka
maksudnya, kalau akan ada ulangan harus diberitahukan kepada
siswanya.
9
1.2.1.6 Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin
mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada
motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan
hasilnya terus meningkat.
1.2.1.7 Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil
menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian
ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini
merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian
yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan
mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan
harga diri.
1.2.1.8 Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh
karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian
hukuman.
1.2.1.9 Hasrat Untuk Belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada
maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan
segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar
berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar,
sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
1.2.1.10 Minat
Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat
hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada
kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat
merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan
10
berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini
antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara pertama
Membangkitkan adanya suatu kebutuhan kedua Menghubungkan
dengan persoalan pengalaman yang lampau ketiga Memberikan
kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik keempat
Menggunakan berbagai macam bentuk belajar.
1.2.1.11 Tujuan Yang Diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa,
akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan
memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna
dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar. 8
Disamping bentuk-bentuk motivasi sebagimana diuraikan, barang
tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang
penting bagi guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat
dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang
bermakna. Mungkin pada mulanya, karena ada sesuatu (bentuk motivasi)
siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus mampu melanjutkan dari tahap
rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna,
sehingga hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan si subjek belajar.
Dari beberapa bentuk / cara memotivasi siswa dalam proses
kegiatan belajar mengajar dapat penulis spesifikasikan lagi khusus untuk
memotivasi siswa agar berani bertanya dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berì¥Â�7?? ���ø�¿������0�������� …��
8 Ibid., hlm.90-93 9 Ad. Rooijakkers, Op. cit., hlm.40-41
11
�bjbjU�U�������������������
���0°��7|��7|��„o��j
�������������� � � � � � � ������ �ÿÿ ���������ÿÿ
���������� �ÿÿ �����������������l�����D���
����D���D���è���,��� ��� �Ì ������ �Ì ������ �Ì
�������� � � � � �� �à ������d�������d�������d�
��8��� �œ ��4�ì¥Â�7 ��� �ø ¿������0��������
…��
12
�bjbjU�U�������������������
���0°��7|��7|��„o��j
�������������������������� �ÿÿ ���������ÿÿ
���������� �ÿÿ �����������������l�����D���
����D���D���è���,��� ��� �Ì ������ �Ì ������ �Ì
�������������� �à ������d�������d�������d�
��8��� �œ ��4�i itu pengajar harus berusaha, agar setiap pertanyaan
yang diajukan oleh siswa dapat didengar dan dimengerti isinya oleh setiap
siswa.
Memuji atau menghargai setiap pertanyaan yang baik. Cara ini
akan merangsang siswa untuk berpikir dan pengajar perlu melakukan hal
seperti itu. Kadang-kadang pengajar memberi tanggapan negatif terhadap
pertanyaan seorang siswa. Tetapi hal demikian tidak perlu terjadi, karena
pertanyaan yang memang baik pasti tidak akan merusak mutu pelajaran.
Dan hal terpenting adalah pengajar hendaknya dapat menilai suatu
pertanyaan secara tepat. Bahkan pertanyaan siswa yang kurang begitu
cerdas sekalipun berhak memperoleh jawaban yang wajar, serta yang
dapat merangsangnya untuk berpikir lebih jauh. Ini jelas tidak akan terjadi
kalau pengajar justru menolaknya dan mengatakan betapa bodohnya
pertanyaan itu.
Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh siswa
sedemikian rupa, sehingga seluruh pendengar dapat mendengar dan
mengerti. Hendaknya selalu dihindari terjadinya kontak semacam
percakapan pribadi. Pengajar harus memanfaatkan jawaban yang ia
berikan.
Kalau pertanyaan telah selesai dijawab, pelajaran dapat
dilanjutkan. Perlu dijelaskan disitu uraian telah pada pokok masalah mana,
sehingga jalannya pelajaran tidak terputus. 10
1.2.2 Menggunakan Metode Tanya Jawab
10 Ibid., hlm.40-41
13
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
petanyaan yang harus dijawab terutama dari guru kepada siswa tetapi
dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab adalah yang tertua
dan banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik dilingkungan
keluarga, masyarakat maupun sekolah.11
Penggunaan teknik tanya jawab biasanya untuk maksud-maksud
yang diperlukan untuk menyimpulkan atau mengihtisarkan pelajaran yang
dengan dibantu tanya jawab siswa akan tersusun jalan pemikirannya
sehingga mencapai perumusan yang baik dan tepat. Tanya jawab akan
membantu tumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran, serta
mengembangkan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan
pengalamannya, sehingga pengetahuannya menjadi fungsional.12
Dengan tanya jawab guru bisa mengetahui juga apakah siswa
mendengarkan dengan baik, misalnya dengan menanyakan judul ceramah
itu? Apakah siswa dapat memahami proses demonstrasi itu? Dapatkah
mereka melakukan demonstrasi itu sendiri? Apakah siswa dapat mengerti
apa yang sedang dieksperimenkan? Kemudian apa dan bagaimana hasil
eksperimen itu? Hal-hal tersebut bisa diungkapkan dengan tanya jawab.
Dari jawaban siswa guru dapat mengetahui penguasaan siswa pada
pelajaran yang sedang diberikan. 13
Tetapi teknik tanyajawab tidak biasa digunakan, atau kurang
mengenai sasaran bila guru akan mengungkap maksud seperti : 14 pertama
Ingin menilai taraf dan kadar pengetahuan siswa, sebab pertanyaan yang
diajukan sebagai pelaksanaan teknik tanya jawab tidak pernah bermaksud
untukmenguji atau mengevaluasi siswa. Mungkin juga dengan tanya jawab
itu guru bermaksud untuk menghubungkan pelajaran lama dengan yang
baru, atau menggunakan tanya jawab untuk situasi dan masalah baru.
11 Syaiful Bakhri Djamaroh dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet.ke-2, hlm.106
12 Rustiyah, NK., Loc. Cit., hlm.130 13 Ibid. 14 Ibid., hlm.131
14
Kedua Kalau pertanyaan bisa dijawab dengan ya atau tidak, atau benar /
salah, pertanyaan semacam itu kurang pada tempatnya bila ditampilkan
pada siswa. Karena jawabannya tidak mendorong siswa untuk mengingat
atau memikirkan jawabannya kembali, tetapi sekedar menebak atau cukup
menduga- duga saja. Ketiga Bila pertanyaan itu tidak menghendaki
jawaban yang sederhana tetapi kompleks dan jawaban sangat dibatasi,
mengakibatkan pikiran siswa tidak berkembang. Pada hal seharusnya bila
pertanyaan itu menghendaki jawaban lebih dari satu, maka wajarlah bila
guru memberi kesempatan pada siswa untuk memberikan jawaban
sebanyak- banyaknya tanpa dibatasi. Maka bila masalah itu sangat
kompleks, hendaknya jangan menggunakan teknik tanya jawab, tetapi
lebih baik bila diskusi saja. Keempat Pertanyaan yang baik bila ditujukan
pada seluruh kelas, baru ditunjuk seseorang, atau menunggu sampai ada
yang menunjukan jariuntuk menjawabnya. Jadi tidak selayaknya bila
pertanyaan itu selalu ditujukan pada siswa tertentu saja, sehingga yang itu-
itu juga yang menjawab. padahal hak dan kewajiban setiap siswa itu
sama.baahkan guru perlu menggugah bagi siswa yang pemalu atau
pendiam. Anak semacam itu perlu didorong dimotifasi sehingga berani
menjawab dan bertanya, yang pandai dan berani menjawab dengan benar
perlu agak dikendalikan untuk memberikesempatan pada yang lain.
Memang dalam pelaksanaannya teknik ini ada keunggulannya
seperti kelas akan lebih hidup, karena sambutan kelas lebih baik siswa
tidak hanya mendengarkan ceramah saja. Dengan tanya jawab partisipasi
siswa lebih besar dan berusaha mendengarkan pertanyaan guru dengan
baik dan mencoba untuk memberikan jawaban yang tepat, sehingga anak
menerima pelajaran dengan aktif berpikir, tidak pasif mendengarkan saja.
1.2.2.1 Kelebihan Metode Tanya Jawab
1) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa,
sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk
kembali tegar dan hilang kantuknya.
15
2) Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya
pikir, termasuk daya ingatan
3) Mengembangkan keberanian dan ketrampilan siswa dalam
menjawab dan mengemukakan pendapat. 15
1.2.2.2 Kekurangan metode tanya jawab
1) Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong
siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak
tegang, melainkan akrab
2) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat
berfikir dan mudah dipahami siswa
3) Waktu yang sering banyak terbuang , terutama apabila siswa
tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang
4) Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu
untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.16
1.2.2.3 Langkah-langkah dalam metode tanya jawab
1) Mula-mula guru menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan
materi yang sedang dibahas
2) Siswa yang ditunjuk menjawab pertanyaan itu
3) Bila jawaban siswa kurang tepat, maka pertanyaan itu
dilemparkan kepada siswa lainnya
4) Bila tampak bahwa siswa itu cukup sukar mencari jawaban,
maka guru membantu mencari jawaban itu dengan
menunjukkan alat peraga yang relevan
5) Bantuan kepada proses berfikir siswa dapat pula berupa
contoh-contoh kongkret yang terdapat di masyarakat atau
lingkungan. Atau contoh dan alat peraga diberikan sekaligus
oleh guru yang bersangkutan
15 Syaiful Bakhri Djamaroh dan Aswan Zain, Op. Cit., hlm.107 16Ibid., hlm.107-108
16
6) Bila dengan bantuan alat in siswa-siswa juga belum dapat
menajawab dengan tepat, maka guru memberi kesempatan
kepada para siswa untuk bertanya jawab anatar mereka
7) Tanya jawab diatas seringkali dilanjutkan dengan tanya jawab
segi tiga yaitu antara guru dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa
8) Bila segala model tanya jawab itu menemui jalan buntu, dalam
arti tidak ada satupun siswa dapat menjawab pertanyaan itu
dengan benar, maka gurulah yang turun tangan menjawab
pertanyaan itu yang biasanya dilengkapi dengan penjelasan
yang cukup mendalam, agar para siswa benar-benar
memahaminya.17
2. Prestasi Belajar Fiqh
Prestasi belajar memiliki peran yang sangat penting dalam dunia
pendidikan yaitu sebagai petunjuk atau penentu keberhasilan pelaksanaan
proses belajar mengajar dan masih banyak lagi fungsi yang lainnya.
2.1 Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi oleh Drs. Sudarsono dalam kamusnya yang berjudul
Kamus Filsafat dan Psikologi mengartikan prestasi sebagai “hasil yang
telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan”18. Sedangkan William Morris
menyebutkan dengan achievement. “Achievment is something that been
accomplished succesfully, especialy by mean of exertian, skill, practice or
perseverance”19
Artinya : Perolehan adalah suatu yang telah dicapai dengan sukses, khususnya dengan pengerahan tenaga, usaha, ketrampilan, latihan, dan ketekunan.
17 Made Pidarta, Cara Belajar Mengajar di Universitas Negara Maju, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1990), hlm.52-53 18 Sudarsono, Kamus filsafat dan psikologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm.206 19 William Moris, The Heritage Ilustrated Dictionary Of English Language Vol 1, (Boston:
Hougthon Mifflin Company, 1979), hlm. 11
17
Sedangkan belajar Menurut WS. Winkell adalah “suatu aktivitas
mental / psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungannya, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara
relatif, konstan dan berbekas.”20 Sedangkan Syekh Abdul Aziz dan Dr.
Abdul Aziz Madjid mendefinisikan bahwa :
������������������� �������������������������������� �!"�#$�%��&����'�(��!��)��*����+�,���-���������./��,�/��0��.������� �1�$�2������3 �-�/�4��!56
�
Artinya : “Sesungguhnya belajar adalah suatu perubahan pada akal siswa yang terjadi karena pengalaman terdahulu. Maka terjadi dalam pengalaman itu perubahan yang baru “.
Jadi prestasi belajar menurut. Dra. Sutratina Tirtonegoro adalah
sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, yang ditentukan pada
tiap-tiap periode tertentu.22 Jadi menurut pendapat ini, yang dimaksud
prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode
tertentu.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka nilai dari guru”.23 Prestasi belajar yang dimaksud ialah hasil
yang dicapai dari aktivitas belajar siswa yang dilambangkan dalam bentuk
nilai.
Dalam pemaknaan menyeluruh prestasi belajar bukan hanya
merupakan hasil intelektual saja, melainkan harus meliputi tiga aspek yang
20 WS. Winkell, Psikologi pengajaran, (Jakarta: PT Gramedia, 1983), hlm. 36. 21 Syekh Abdul Aziz dan Dr.�Abdul Aziz Madjid, At Tarbiyah Wat Turuqut Tadris, Juz II,
(Makkah: Darul Maarif, t.th.), hlm. 167 22 Sutratina Tirtonegoro, Anak Super Moral dan Program Pendidikannya, (Jakarta: PT.
Bina Aksara, 1984), hlm.43 23 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 700
18
dimiliki siswa yaitu, aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik.24 W.S. Winkell berpendapat bahwa prestasi belajar adalah
“hasil belajar yang nampak pada tingkah laku siswa sebagai akibat dari
belajarnya”25 Oleh karena itu, untuk mencapai hasil yang diinginkan ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi siswa dalam belajar dan guru
dalam memberikan pelajaran kepada siswa. Hal ini dapat terlaksana
apabila aspek yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
Berangkat dari beberapa pengertian diatas, maka dapat di ambil
kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah “hasil yang telah dicapai oleh
peserta didik setelah melakukan suatu latihan atau praktek tertentu, baik
hasil itu berupa angka, huruf maupun tindakan”.
2.2 Fiqih
Secara bahasa, fikih berarti paham, dalam arti pengertian atau
pemahaman yang mendalam yang menghendaki pengerahan potensi akal.
Para ulama Ushul Fiqh mendefinisikan fikih sebagai mengetahui hukum-
hukum Islam (syara’) yang bersifat amali (amalan) melalui dalil-dalilnya
yang terperinci. Sedang para ulama fikih mendefinisikan fikih sebagai
sekumpulan hukum amaliah (yang sifatnya akan diamalkan) yang
disyari’atkan dalam Islam.26
Pengertian fikih secara bahasa yang berarti paham antara lain dapat
di lihat pada surat Hud ayat 91
��$78�����9�!$:������;�����:!�������<��=���"���$�>�?��.����@!A�B!"!8�1$�?�C ����D$�,������$!EFGG��H���I���J� 27�
24 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1995), hlm.49 25 WS. Winkell, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1986),
hlm. 161 26 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jilid II (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997), hlm.8 27 Yayasan Penyelenggara Penerjemah al-Qur’an, al-Qur’an dan terjemahnya, (Semarang:
PT. Karya Thoha Putra, t.th.), hlm.440
19
Artinya : “mereka: Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kami katakan itu …” (QS. Hud : 91).
Adapun menurut beberapa ahli definisi dari fiqih adalah sebagai
berikut:
�$�2�"�,��!K�������!��� ���)���L����M!$N�O!P���� !�����?�B�"8�����<H$�2���0�Q��R�5S�
Artinya: Fiqih ialah Pengetahuan tentang hukum-hukum syari'at yang dihasilkan dengan cara ijtihad.
�T���N������ �����>������� ���)���L����M!$N�O!P�$�#��������!�����B�"8�����<C�����U�8���!��$�2�����H!�����?���� 5V�
Artinya: "Fiqih ialah Pengetahuan tentang Hukum-Hukum Syari'at dari dalil -dalil yang rinci
H$�2���0�Q��R�$�2�"�,��!K�������!��� ���)���L����M!$N�O!P���� !�����?�B�"8�����<WX�
Artinya: fiqih ialah Pengetahuan tentang hukum-hukum syari'at yang dihasilkan dengan cara ijtihad.
Dari ketiga pengertian tersbut diatas dapat disimpulkan bahwa
fiqih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syari'at yang dihasilkan
dari dalil-dalil yang rinci dengan cara ijtihad.
Objek bahasan ilmu fikih yaitu setiap perbuatan mukallaf (orang
dewasa yang wajib menjalankan hukum agama), yang terhadap
perbuatannya itu ditentukan hukum apa yang harus dikenakan. Misalnya
jual beli yang dilakukannya, shalat, puasa dan pencurian yang
dilakukannya dan lain sebagainya.
Dalam tulisan ini yang di maksud dengan fikih adalah merupakan
salah satu bidang study (mata pelajaran) dari sekian banyak mata pelajaran
yang ada di dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama 05
Kaliwungu Kendal.
28 Jalal al-Dien al Mahali, Syarah Warokot, (Semarang:Dar al-Ihya, t.th.) Hlm.2 29�Tajuddin Abdul Wahab Ibnu Subuky, Matn Jam'ul Jawami' Juz I, (Beirut: Dar al Fikri,
t.th), hlm.42 30�Syarofuddin Yahya al-Imrithi, Lathoiful Isyaroh, (Semarang: Thoha Putra, t.th.) Hlm.8�
20
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam diri (faktor
internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal). Adapun prestasi belajar
yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang berupa
angka-angka (kuantitatis) yaitu nilai akhir dari siswa setelah melalui
beberapa test baik secara tertulis ataupun tidak tertulis.
1. Pengertian Test
Test adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan
obyektif untuk memperoleh data atau keterangan-keterangan yang
diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat
dan cepat.31
Selanjutnya didalam bukunya: Teknik-teknik Evaluasi,
Muchtar Bukhori mengatakan test adalah suatu percobaan yang
diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasl-hasil pelajaran
tertentu pada seorang murid atau kelompok murid. 32
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa test
adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan
untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
2. Macam-macam Test
a) Test Diagnostik
Test diagnostik adalah test yang digunakan untuk
mengetahui kelemahan – kelemahan siswa sehingga berdasarkan
kelemahan – kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian
perlakuan yang tepat. Dengan mengingat bahwa sekolah sebagai
sebuah transformasi.
31 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),
Ceti.III, hlm. 32 32 Ibid.
21
b) Test formatif
Dari kata form yang merupakan dasar dari istilah formatif
maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program
tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini test formatif dapat juga
dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi
formatif diberikan pada akhir setiap program pengajaran. Tes ini
merupakan post test atau akir proses.
c) Test Sumatif
Test sumatif adalah test yang diberikan setelah berakhirnya
pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih
besar. Dalam pengalaman di sekolah, test formatif dapat
dilaksanakan dengan ulangan harian, sedangkan test sumatif ini
dilaksanakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan
pada tiap akhir catur wulan atau akhir semester.
Dari beberapa bentuk test tersebut bentuk presentase penilainnya
hasil ctur wulan atau semester adalah sebagai berikut:
NA = 10
532 UMH ++
KETERANGAN:
T : Nilai harian
M : Nilai MID
U : Nilai ulangan semester akhir33
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Dalam pembahasan ini akan di deskripsikan tentang hubungan antara
permasalahan yang penulis teliti dengan kerangka teoretik yang penulis pakai
serta hubungannya dengan peneliti terdahulu yang relevan.
33 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm.278
22
Dari penelitian yang dilakukan oleh Sukasmo guru bidang studi
Matematika di MTs Negeri Kendal tentang keberanian bertanya yang berupa
Action Research menunjukkan hasil bahwa keberanian bertanya mempunyai
pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar. Jadi dalam penelitian ini
menyimpulkan bahwa senakin sering siswa bertanya maka semakin bagus
pula prestasi belajarnya.
Dalam bukunya Bapak Muhibin Syah yang berjudul Psikologi Belajar
diterangkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sebagai
berikut Pertama Faktor internal (fakktor dalam siswa), yakni keadaan kondisi
jasmani dan rohani siswa Kedua Faktor eksternal (faktor dari luar siswa),
yakni kondisi lingkungan disekitar siswa Ketiga Faktor pendekatan belajar
(approach to learning), yakni jenis belajar yang meliputi strategi dan metode
yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran.34
Dari skripsi saudara Muchammad Abdul Kodir NIM 387171 Fakultas
Tarbiyyah yang berjdul Studi Tentang Metode Pengajaran al-Qur’an
Terhadap Prestasi Belajar Bca Tulis al-Qur’an Di Taman Pendidikan
Raudlatul Falah Kaliwungu Kendal dijelaskan bahwa salah satu dari faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar adalah metode pengajaran
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar sangat kompleks dan bukan hanya dari satu
faktor tetapi merupakan hasil dari beberapa faktor yang antara satu dengan
yang lain mempunyai pengaruh masing-masing terhadap prestasi belajar.
C. Pengajuan Hipotesis
1. Kerangka Berfikir
Dalam pendidikan formal, pentingnya mengetahui prestasi belajar
tidaklah diragukan lagi. Sebagaimana diketahui, proses pendidikan formal
ialah suatu proses yang komplek ì¥Â�7
��� �ø ¿������0�������� …��
34 Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 130
23
�bjbjU�U�������������������
���0°��7|��7|��„o��j
�������������������������� �ÿÿ ���������ÿ
�ÿ ��������� �ÿÿ �����������������l�����D��
�����D���D���è���,��� ��� �Ì ������ �Ì ������
�Ì �������������� �à ������d�������d�������
d���8��� �œ ��4�ì¥Â�7
��� �ø ¿������0�������� …��
25
��� ���0°��7|��7|��„o��j
�������������������������� �ÿÿ ���������ÿ
�ÿ ��������� �ÿÿ �����������������l�����D��
�����D���D���è���,��� ��� �Ì ������ �Ì ������
�Ì �������������� �à ������d�������d�������
����d�������d���8��� �œ ��4�mempengaruhi
prestasi belajar sebagai berikut pertama Faktor internal (fakktor dalam
siswa), yakni keadaan kondisi jasmani dan rohani siswa kedua Faktor
eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar
siswa ketiga Faktor pendekatan belajar (approach to lerarning), yakni
jenis belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.35
Ketiga faktor diatas saling berkaitan satu dengan lainnya. Karena
faktor-faktor tersebut yang memunculkan siswa untuk memliki prestasi
belajar tinggi atau sebaliknya. Jika ketiga faktor tersebut dapat berjalan
seimbang maka siswa aka berhasil dalam belajarnya.
Faktor interal merupakan salah satu dari ketiga faktor tersebut,
banyak aspek yang mempengaruhinya seperti : aspek fisiologis,
psikologis, tingkat kecerdasan / inteligensi, sikap, bakat, minat dan
motivasi siswa.
Salah satu dari aspek tersebut adalah motivasi siswa. Disini
motivasi diartikan sebagai kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu.36 Kaitannya dengan siswa yaitu terdorong
untuk rajin belajar, bertanya, mengerjakan tugas, menghormati guru dan
lain sebagainya.
Dalam lapangan ada fenomena yang muncul yaitu siswa yang rajin
bertanya memiliki prestasi belajar yang bagus jika dibandingkan dengan
35 Muhibin Syah, Ibid., hlm. 130 36 Noehi Nasution, dkk., Psikologi Pendidikan (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam, 1991) hlm. 9
26
siswa yang tidak pernah bertanya, maka dapat disimpulkan bahwa
keberanian bertanya dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
2. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.37
Sehubungan dengan pendapat tersebut diatas, maka hipotesis adalah
Kesimpulan yang belum final masih harus dibuktikan kebenarannya. 38
Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah bahwa ada korelasi
positif antara keberanian bertanya dengan prestasi belajar. Jadi semakin
sering siswa bertanya maka semakin baik prestasi belajarnya.
37 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek (Jakarta : Rineka
Cipta, 2002) hlm. 67. 38 Winarno Surachmad, Dasar dan Tehnik Research, (Bandung :Tarsito, 1972), Hal. 58.