bab i.doc

4
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Target pencapaian pelayanan kesehatan gigi 2010 telah dilakukan berbagai program promotif,preventif,protektif,kuratif maupun rehabilitatif. Berbagai indikator dan target telah dilakukan WHO,antara lain anak umur 5 tahun 90% beabas karies (Riskesdas,2007). Permasalahan dalam usaha pelayanan kesehatan masyarakat salah saatunya adalah keterbatasan distribusi tenaga kesehatan. Begitu pula dalam upaya penanganan penyakit atau gangguan pada kesehatan gigi dan mulut khususnya bagi penderita tunanetra.Anak dengan keterbatasan fisik dan mental memiliki keterbatasan kondisi fisik, perkembangan, tingkah laku atau emosi yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi fisiologis, psikologis atau struktur anatomi berkurang atau hilang, sehingga tidak dapat menjalankan aktifitas kehidupan sehari-hari secara normal (mobilitas terbatas)(Welbury,1997). Dari jumlah 361.860 anak diantaranya adalah anank-anak usia 0-18 tahun dan 317.016 anak merupakan anak cacat usia sekolah (5-18 tahun).sekitar 66.610 anak usia sekolah penyandang cacat usia terdaftar di Sekolah Luar Biasa. Ini berarti masih ada 295.250 anak penyandang cacat ada di masyarakat dibawah pembinaan 1

Upload: dian-agnintia

Post on 07-Jul-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Target pencapaian pelayanan kesehatan gigi 2010 telah dilakukan

berbagai program promotif,preventif,protektif,kuratif maupun rehabilitatif.

Berbagai indikator dan target telah dilakukan WHO,antara lain anak umur 5

tahun 90% beabas karies (Riskesdas,2007).

Permasalahan dalam usaha pelayanan kesehatan masyarakat salah

saatunya adalah keterbatasan distribusi tenaga kesehatan. Begitu pula dalam

upaya penanganan penyakit atau gangguan pada kesehatan gigi dan mulut

khususnya bagi penderita tunanetra.Anak dengan keterbatasan fisik dan mental

memiliki keterbatasan kondisi fisik, perkembangan, tingkah laku atau emosi yang

menyebabkan terjadinya gangguan fungsi fisiologis, psikologis atau struktur

anatomi berkurang atau hilang, sehingga tidak dapat menjalankan aktifitas

kehidupan sehari-hari secara normal (mobilitas terbatas)(Welbury,1997).

Dari jumlah 361.860 anak diantaranya adalah anank-anak usia 0-18 tahun

dan 317.016 anak merupakan anak cacat usia sekolah (5-18 tahun).sekitar 66.610

anak usia sekolah penyandang cacat usia terdaftar di Sekolah Luar Biasa. Ini

berarti masih ada 295.250 anak penyandang cacat ada di masyarakat dibawah

pembinaan dan pengawasan orang tua dan keluarga. Pada umumnya belum

memperoleh akses pelayanan kesehatan sebagaimna mestinya (Depkes RI,2008).

Anak dengan kebutuhan khusus memiliki tingkat kesehatan dan

kebersihan mulut yang lebih rendah jika dibandingkan dengan anak normal.

Tingkat pengetahuan tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut yang rendah

pada anak berkebutuhan khusus, khususnya tunanetra mendukung tingginya

angka karies, kalkulus, dan debris. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya

pendidikan tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak

tunanetra khususnya di SDLB A-YKAB Surakarta.

Berdasarkan pengamatan di SDLBA-YKAB Surakarta, ditemukan bahwa

kondisi kesehatan gigi dan mulut anak masih buruk. Pengetahuan dan kepedulian

yang kurang terhadap kesehatan gigi dan mulut serta kurangnya dukungan orang

tua merupakan penyebab utama disamping keterbatasan anak tunanetra itu

1

Page 2: BAB I.doc

sendiri. Selain itu, SDLB A-YKAB Surakarta sampai saat ini sama sekali belum

tersentuh tenaga kesehatan gigi.Oleh karena itu, perlu adanya metode pelatihan

dan perawatan yang baru untuk menunjang kesehatan gigi dan mulut anak di

SDLB A-YKAB Surakarta.

Quality Home Care merupakan bentuk pelatihan yang bertujuan untuk

membangun pemahaman dan kemampuan anak maupun orang tua dalam

merawat kesehatan gigi dan mulut anak tunanetra. Sehingga pelatihan dan

perawatan dalam konsep Quality homecare atau peran orang tua dalam

membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut anak tunanetra.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang

“ Hubungan Qulity Home Care dengan Kebersihan gigi dan mulut anak tunanetra

di SDLB A- YKAB Surakarta “.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan Quality Home Care dengan Kebersihan gigi dan mulut

anak tunanetra di SDLB A- YKAB Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan Quality Home Care dengan

Kebersihan gigi dan mulut.

2. Tujuan Khusus

a. Optimalisasi peran orang tua dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan

mulut anak.

b. Meningkatkan kualitas kebersihan gigi dan mulut anak tunanetra

di SDLB A- YKAB Surakarta.

c. Mendeskripsikan kebersihan gigi dan mulut anak tunanetra

di SDLB A- YKAB Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Praktis

Jika diperoleh bukti bahwa ada hubungan Quality Home Care berkorelasi

negative dengan kebersihan gigi dan mulut, maka diharapkan dapat memberi

informasi dengan metode Quality Home Care meningkatkan kebersihan gigi

dan mulut.

2

Page 3: BAB I.doc

2. Aspek Teoritis

Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan tentang pentingnya menjaga

kebersihan gigi dan mulut. Sebagai alternatif pilihan metode pelatihan dan

perawatan yang baru untuk menunjang kesehatan gigi dan mulut anak

tunanetra.

3