bab i.doc

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Ilmu Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat. Apabila hasil karya itu memenuhi syarat-syarat keilmuan maka dia akan diterima sebagai bagian dari kumpulan ilmu pengetahuan dan digunakan oleh masyarakat tersebut. Atau dengan kata lain bahwa pencitraan ilmu bersifat individual namun komunikasi dan penggunaan ilmu adalah besifat sosial. Peran individu inilah yang menonjol dalam kemajuan ilmu. Karakteristik lain dari ilmu yaitu terletak dalam cara untuk menemukan kebenaran. Manusia dalam usaha untuk menemukan kebenaran itu ternyata menempuh cara yang bermacam- macam. Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai

Upload: dianrich4

Post on 29-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

filsafat

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Ilmu

Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara

terbuka oleh masyarakat. Apabila hasil karya itu memenuhi syarat-syarat keilmuan maka dia

akan diterima sebagai bagian dari kumpulan ilmu pengetahuan dan digunakan oleh masyarakat

tersebut. Atau dengan kata lain bahwa pencitraan ilmu bersifat individual namun komunikasi dan

penggunaan ilmu adalah besifat sosial. Peran individu inilah yang menonjol dalam kemajuan

ilmu. Karakteristik lain dari ilmu yaitu terletak dalam cara untuk menemukan kebenaran.

Manusia dalam usaha untuk menemukan kebenaran itu ternyata menempuh cara yang

bermacam-macam.

Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan,

dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-

segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian

dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari

keterbatasannya. Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan

pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan

seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu

terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.

Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi

Ilmu pengetahuan merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki dalam kehidupan

manusia. Dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat

dan lebih mudah. Merupakan kenyataan bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada

ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan,

kemiskinan, dan berbagai kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia

bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, dan

komunikasi. Singkatnya, ilmu merupakan sarana membantu manusia dalam mencapai tujuan

hidupnya.

Page 2: BAB I.doc

1.2 Filsafat

Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa

Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik

kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis,

inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato

menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan. Kata

falsafah merupakan arabisasi yang berarti pencarian yang dilakukan oleh para filosof. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu

pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal

dan hukumnya.

Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia

juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual. Sebelum Socrates ada satu kelompok

yang menyebut diri mereka sophist (kaum sofis) yang berarti cendekiawan. Mereka menjadikan

persepsi manusia sebagai ukuran realitas dan menggunakan hujah-hujah yang keliru dalam

kesimpulan mereka. Sehingga kata sofis mengalami 2 reduksi makna yaitu berpikir yang

menyesatkan.

Socrates karena kerendahan hati dan menghindarkan diri dari pengidentifikasian dengan

kaum sofis, melarang dirinya disebut dengan seorang sofis (cendekiawan). Oleh karena itu istilah

filosof tidak pakai orang sebelum Socrates (Muthahhari, 2002). Pada mulanya kata filsafat

berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua

bagian yakni, filsafat teoretis dan filsafat praktis. Filsafat teoretis mencakup: (1) ilmu

pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi, ilmu pertambangan, dan astronomi; (2) ilmu eksakta

dan matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan metafisika. Filsafat praktis mencakup: (1)

norma-norma (akhlak); (2) urusan rumah tangga; (3) sosial dan politik.

Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara

sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk.

Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan

mengikuti pronsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan

tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan

terus berubah hingga satu titik tertentu.

Page 3: BAB I.doc

Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah masalah falsafi pula. Menurut

para ahli logika ketika seseorang menanyakan pengertian (defenisi/hakikat) sesuatu,

sesungguhnya ia sedang bertanya tentang macam-macam perkara. Tetapi paling tidak bisa

dikatakan bahwa “falsafah” itu kira-kira merupakan studi yang didalami tidak dengan melakukan

eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara

persis, mencari solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi

tertentu dan akhirnya dari proses-proses sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah dialektika.

Dialektika ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk daripada dialog.

1.3 Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara

spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang ilmu pengetahuan

yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara

ilmu-ilmu alam dengan sosial namun permasalah-permasalahan teknis yang khas, maka filsafat

ilmu itu sering dibagi menjadi filsafat ilmu alam dan filsafat ilmu sosial. Filsafat ilmu merupakan

telaah secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakekat ilmu seperti :

Obyek mana yang ditelaah ilmu? Ujud hakiki obyek? Hubungan obyek dengan tangkapan

manusia (berfikir, merasa, mengindera yang membuahkan pengetahuan).

Bagaimana proses yang memungkinkan ditimba pengetahuan yang berupa ilmu? Bagainama

prosedurnya? hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapat pengetahuan yang

benar, Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apa kriterianya? Cara dan tehnik sarana yang

membantu kita mendapat pengetahuan yang berupa ilmu .

Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?

Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana

penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara

tehnik prosedural yang merupakan operasinal metode ilmiah dengan norma-norma moral/

profesional.

Filsafat ilmu merupakan cabang ilmu filsafat yang hendak mengkaji ilmu dari sisi filsafat untuk

memberi jawaban terhadap sejumlah pertanyaan yang mencakup apa itu ilmu (ontologi),

Bagaimana ilmu itu diperoleh (dijawab dengan epistemologi) dan untuk apa ilmu itu dilahirkan

(aksiologi). Filsafat ilmu mempersoalkan dan mengkaji segala persoalanyang berkaitan dengan

Page 4: BAB I.doc

ilmu pengetahuan, fisik, dan metafisik. Filsafat ilmu memfokuskan pembahasan dalam

metodologi ilmu pengetahuan .ilmumerupakan salah satu cara untuk mengetahui bagaimana budi

manusia bekerja.ilmu pengetahuan merupakan karya budi manusia bekerja, karya budi logis dan

imajinatif sekaligus bernurani, ilmu bersifat empirik, sistematis observatif dan obyektif.

Page 5: BAB I.doc

BAB II

Peran dan Tanggung Jawab Ilmuwan

Ilmuwan merupakan orang yang melakukan kegiatan atau aktifitas dalam kaitannya

dengan bidang keilmuan. Istilah ilmuan dipakai untuk menyebut aktifitas sesorang untuk

menggali permasalahan ilmuan secara menyeluruh dan mengeluarkan gagasan dalam bentuk

ilmiah sebagai bukti hasil kerja mereka kepada dunia dan juga untuk berbagi hasil penyelidikan

tersebut kepada masyarakat awam karena mereka merasa bahwa tanggung jawab itu berada di

pundaknya.

Ilmuwan sebagai manusia yang diberi kemampuan merenung dan menggunakan

pikirannya untuk bernalar. Kemampuan berpikir dan bernalar itu pula yang membuat kita

sebagai manusia menemukan berbagai pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu kemudian

digunakan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari lingkungan alam yang

tersedia disekitar kita. Oleh karena itu tanggung jawab ilmuwan terhadap masa depan kehidupan

manusia diantaranya adalah :

1. Tanggung jawab profesional terhadap dirinya sendiri, sesama ilmuwan dan masyarakat, yaitu

menjamin kebenaran dan keterandalan pernyataan-pernyataan ilmiah yang dibuatnya secara

formal. Agar semua pernyataan ilmiah yang dibuatnya selalu benar dan memberikan

tanggapan apabila ia merasa ada pernyataan ilmiah yang dibuat oleh ilmuwan lain yang tidak

benar.

2. Tanggung jawab sosial, yaitu tanggung jawab ilmuwan terhadap masyarakat yang

menyangkut azas moral dan etika.

3. Sikap politik formal ilmuwan

Jika ilmuwan mempunyai rasa tanggung jawab moral dan sosial yang formal, maka

konsekuensinya ilmuwan harus mempunyai sikap politik formal. Sebab sikap politik formal

merupakan sikap yang konsisten dengan azas moral kelimuan serta merupakan

pengejawantahan/implementasi dari tanggung jawab sosial dalam mengambil keputusan

politis dimana keputusan itu bersifat mengikat (authorative).

Page 6: BAB I.doc

Suatu keharusan bagi ilmuwan memiliki moral dan akhlak untuk membuat pengetahuan

ilmiah menjadi pengetahuan yang didalamnya memiliki karakteristik kritis, rasional, logis,

objektif, dan terbuka. Disamping itu, pengetahuan yang sudah dibangun harus memberikan

kegunaan bagi kehidupan manusia, menjadi penyelamat manusia, serta senantiasa menjaga

kelestarian dan keseimbangan alam. Di sinilah letak tanggung jawab ilmuwan untuk memiliki

sikap ilmiah.

Para ilmuwan sebagai profesional di bidang keilmuan tentu perlu memiliki visi moral,

yang dalam filsafat ilmu disebut sebagai sikap ilmiah, yaitu suatu sikap yang diarahkan untuk

mencapai pengetahuan ilmiah yang bersifat objektif, yang bebas dari prasangka pribadi, dapat

dipertanggungjawabkan secara sosial dan kepada Tuhan.

Tanggung jawab yang utama dari seorang ilmuan bagi dirinya sendiri, ilmuwan lain, dan

masyarakat adalah menjamin kebenaran dan keterandalan pernyataaan-pernyataan ilmiah yang

dibuatanya dan dapat dibuat oleh ilmuwan yang lainnya. Sebagai seorang yang dianggap lebih

oleh masyarakat bahkan ilmuwan lain tidak boleh memberikan atau memalsukan data. Mereka

hanya memberikan pengetahuan sumbangan pengetahuan baru yang benar yang sudah ada

walaupun ada banyak tekanan untuk tidak melakukan itu, karena tanggung jawab batiniahnya

adalah memerangi ketidaktahuan, prasangka, dan takhayul di kalangan manusia dalam alam

semesta ini.

Page 7: BAB I.doc

BAB IIITanggung Jawab Ilmuwan dalam Pengembangan Ilmu

Sebagai homo sapiens manusia mampu untuk berpikir benar, berpenalaran tinggi dengan

daya pikir logis, rasional, kritis, kreatif, dan intuitif dengan solusi problema yang baik dan benar.

namun demikian terdapat pula segi negatif daya rasional manusia yaitu manusia mampu juga

membuat rasionalisasi, seperti yang diunggulkan oleh tokoh Sigmund Freud dengan Psycho

Analisis-nya. Manusia dengan rasionalisasi membuat ulah untuk menutupi kesalahannya,

terhadap dirinya dan orang lain dengan cara yang sistematis dan meyakinkan. Dalih semacam itu

bisa saja mempesona manusia apalagi bila didukung oleh sarana seperti kekuasaan.

Sikap sosial dan moral dari para ilmuwan adalah konsisten dengan penelaahan

keilmuwannya dalam arti ilmunya itu terbebas dari sistem nilai, ilmu itu sendiri bersifat netral

dan ilmuwanlah yang memberinya nilai. Untuk itu ia dituntut bersifat imperatif dengan latar

belakang pengetahuan yang cukup guna menempatkan segala sesuatunya sesuai proporsi yang

sebenarnya. Daya analisis seorang ilmuwan dapat menciptakan dari objek permasalahan yang

muncul di permukaan. Sebagai contoh ilmuwan Bertrand Russel mengungkapkan betapa dana

yang dipakai untuk produksi senjata akan lebih bermanfaat bila digunakan untuk mengurangi

kepadatan penduduk dan peningkatan distribusi bahan makanan.

Bagi ilmuwan proses penemuan ilmiah mempunyai implikasi etis. Itulah kategori moral

sebagai landasan sikap etisnya. Unsur kebenaran telah berfungsi baik sebagai jalan pikirannya

maupun seluruh jalan hidupnya. Ia merasa terpanggil oleh kewajiban sosialnya baik sebagai

penganalisis materi kebenaran maupun sebagai prototipe moral yang baik. Di bidang etika atau

filsafat moral, tanggung jawab sosial ilmuwan di samping memberi informasi juga sebagai

penuntun hidup dengan meneladani sikap objektif, menerima kritik dan pendapat orang lain,

terbuka, teguh pada pendirian (istiqomah), yang dianggapnya memang benar dan kalau perlu

mengakui kesalahan kalau memang bersalah. Tampillah ilmuwan itu dengan kekuatan dan

keberaniannya serta menjadi suri tauladan laksana seorang pedagang. Justru aspek etika dari

hakikat keilmuan kita masih kurang diperhatikan oleh kaum pedagang dan ilmuwan di mana kita

cenderung mendidik anak kita menjadi cerdas, tanpa dilengkapi dengan pendidikan nilai-nilai

Page 8: BAB I.doc

moral yang luhur bangsa kita. Di sinilah agaknya pelajaran etika sebagai conditiosine qua non

bagi pelajar dan mahasiswa.

Sendi utama masyarakat modern adalah IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi). Pilar

penyangga keilmuwan itu sebagai tanggung jawab sosial para ilmuwan. Di samping IPTEK

masih terdapat kebenaran lain sebagai pelengkap harkat dan martabat manusia (human dignity)

yang hakiki. Melalui pendidikan moral dan takwa sebagai unsur yang tak terlupakan oleh para

ilmuwan. Karena IPTEK tanpa Iman dan Taqwa (IMTAQ) atau agama akan menghancurkan

manusia, sedangkan berbekal Iman dan Taqwa saja kita akan tertinggal jauh dari masyarakat

modern dalam mencapai bangsa dan umat.

Adapun sikap ilmiah yang perlu dimiliki oleh para ilmuwan sedikitnya ada enam, yaitu:

1. Tiada rasa pamrih (disinterstedness), merupakan sikap yang diarahkan untuk

mencapaipengetahuan ilmiah yang objektif dan menghilangkan pamrih.

2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan mampu

mengadakanpemilihan terhadap segala sesuatu yang dihadapi.

3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat indera

serta budi (mind).

4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa pasti

(conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian.

5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap penelitian

yang telah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk riset. Dan riset atau penelitian

merupakan aktifitas yang menonjol dalam hidupnya.

6. Memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu bagi

kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia

Page 9: BAB I.doc

BAB IV

Peran dan Tanggung Jawab Dokter sebagai Ilmuwan

Secara operasional, definisi “Dokter” adalah seorang tenaga kesehatan (dokter) yang

menjadi tempat kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah

kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis

kelamin, sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna, bersinambung, dan dalam

koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip

pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum,

etika dan moral. Layanan yang diselenggarakannya adalah sebatas kompetensi dasar kedokteran

yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran.

Terminologi “dokter” memberikan sejumlah predikat, tanggung jawab, dan peran-peran

eksistensial lainnya. Tanpa melupakan sisi dominan proses pembelajaran dan pengembangan

intelektual, seorang dokter juga pada prinsipnya diamanahkan untuk menjalankan tugas-tugas

antropososial dan merealisasikan tanggung jawab individual kekhalifaan, mewujudkan

“kebenaran” dan keadilan, yang tentunya tidak akan terlepas pada konteks dan realitas dimana

dia berada. Dengan tetap mengindahkan tanggung jawab dispilin keilmuan, maka entitas dokter

haruslah mampu mempertemukan konsepsi dunia kedokterannya dengan realitas masyarakat hari

ini.

Sebagai seorang dokter yang sedang menempuh jalur pendidikan dokter spesialis anak,

tugas saya saat ini adalah mempelajari secara lebih dalam mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan anak, baik proses fisiologis maupun patologis. Kewajiban saya nanti sebagai seorang

dokter spesialis anak adalah menerapkan ilmu yang telah saya peroleh untuk menolong

masyarakat khususnya anak-anak demi terwujudnya anak Indonesia yang sehat. Sehubungan

dengan status saya sebagai peserta pendidikan dokter spesialis yang dibiayai oleh pemerintah,

dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan, maka nanti setelah menjadi dokter spesialis saya

harus mengabdi ke daerah yang terpencil. Hal ini merupakan salah satu program pemerintah

untuk pemerataan dokter spesialis dan untuk memenuhi hak setiap masyarakat Indonesia dalam

menerima pelayanan kesehatan yang setara diseluruh Indonesia. Selain itu, sebagai seorang

ilmuwan maka diharapkan kita selalu berusaha untuk peka terhadap lingkungan dan mencari

solusi dari permasalahan-permasalahan yang ada disekitar kita. Sehubungan dengan hal tersebut,

Page 10: BAB I.doc

saya tertarik untuk meneliti pemanfaatan daun mimba (Azadirachta indica) sebagai tanaman

tradisional untuk dimanfaatkan sebagai obat antimalaria. Hal ini tentu saja terjadi melalui suatu

metode berpikir yang imiah.

Metode ilmiah merupakan sintesis antara berpikir rasional dan bertumpu pada data

empiris. Kedua cara berpikir ini tercermin dalam berbagai langkah yang terdapat dalam proses

kegiatan ilmiah. Pada dasarnya pemikiran secara empiris pertamatama menyadarkan kita akan

adanya suatu masalah. Tidak pernah berpikir sekiranya kita tidak menyadari adanya masalah

yang kita pikirkan. Contoh sederhana : pada saat saya ditugaskan sebagai dokter umum PTT di

provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdapat beberapa penyakit yang sangat lazim ditemui

yaitu malaria. Mengapa kasus malaria banyak terjadi di daerah ini sehingga menimbulkan angka

kesakitan yang tinggi bahkan menimbulkan kematian? Apa yang menyebabkan terjadinya hal

tersebut? Bagaimana cara untuk menanggulanginya selain dengan obat anti malaria yang sudah

banyak menimbulkan resitensi? Munculnya pertanyaan/permasalahan ini, kemudian dicari

jawabnya melalui kemampuan analisis terhadap data-data yang ada dan teori-teori yang

mendukungnya.

Adapun langkah-langkah utama dalam metode ilmiah sebagai berikut :

1. Penemuan atau penentuan masalah

Di sini secara sadar kita menetapkan masalah yang akan kita telaah dengan ruang lingkup

dan batas-batasnya. Ruang lingkup permasalahan ini harus jelas. Demikian juga batas-

batasnya, sebab tanpa kejelasan ini kita akan mengalami kesukaran dalam melangkah kepada

kegiatan berikutnya, yakni perumusan kerangka masalah. Dalam kaitannya dengan

pemanfaatan daun mimba sebagai obat anti malaria yaitu sudah cukup jelas bahwa yang

melandasi ketertarikan saya untuk meneliti hal ini adalah banyaknya kasus malaria yang

sudah resisten terhadap berbagai obat anti malaria yang ada.

2. Perumusan kerangka masalah

Merupakan usaha untuk mendeskripsikan masalah dengan lebih jelas. Pada langkah ini kita

mengidentifikasikan faktor-faktor yang terlibat dalam masalah tersebut. Faktor-faktor

tersebut membentuk suatu kerangka masalah yang berwujud gejala yang sedang kita telaah.

Berdasarkan hal tersebut saya mengidentifikasi faktor-faktor yang terlibat dalam masalah

tersebut adalah faktor manusia dan faktor lingkungan (alam daerah NTT yang didominasi

oleh hutan dan pantai).

Page 11: BAB I.doc

3. Pengajuan hipotesis

Merupakan usaha kita untuk memberikan penjelasan sementara mengenai hubungan sebab-

akibat yang mengikat faktor-faktor yang membentuk kerangka masalah tersebut. Hipotesis

ini pada hakikatnya merupakan hasil suatu penalaran induktif-deduktif, dengan

mempergunakan pengetahuan yang sudah kita ketahui kebenarannya. Berdasarkan hal

tersebut maka saya melakukan identifikasi untuk memberikan penjelasan kira-kira yang

menyebabkan terjadinya resistensi terhadap obat antimalaria antara lain :

a. Tingkat kepatuhan yang rendah dalam meminum obat antti malaria sesuai dengan dosis

dan jadwal yang telah ditentukan

b. Kurangnya pemerataan distribusi obat anti malaria yang disebabkan oleh akses

transportasi yang kurang menuju ke beberapa daerah tertentu.

c. Mobilisasi penduduk yang tinggi sehingga meningkatkan penularan malaria.

d. Kondisi alam yang mendukung nyamuk penyebab malaria untuk terus berkembang biak

dan mengigit, menimbulkan infeksi serta menularkan malaria.

e. Distribusi obat dari pusat ke daerah yang lambat. Hal ini disebabkan oleh transportasi

kedaerah yang dipengaruhi faktor cuaca sehingga pada saat obat didistribusikan ke

puskesmas-puskesmas sering sudah hampir memasuki masa kadaluarsa.

4. Deduksi dari hipotesis

Merupakan langkah perantara dalam usaha kita untuk menguji hipotesis yang diajukan.

Secara deduktif kita menjabarkan konsekuensinya secara empiris. Secara sederhana dapat

dikatakan bahwa deduksi-hipotesis merupakan identifikasi fakta-fakta apa saja yang dapat

kita lihat dalam dunia fisik yang nyata, dalam hubungannya dengan hipotesis yang kita

ajukan. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut maka timbul suatu pemikiran untuk

memanfaatkan daun mimba yang banyak terdapat diseluruh pelosok daerah di NTT sebagai

pengganti obat malaria yang sudah ada.

5. Pembuktian hipotesis

Merupakan usaha untuk mengumpulkan fakta-fakta sebagaimana telah disebutkan di atas.

Kalau fakta-fakta tersebut memang ada dalam dunia empiris kita, maka dinyatakan bahwa

hipotesis itu telah terbukti, sebab didukung oleh fakta-fakta yang nyata. Dalam hal hipotesis

tidak terbukti, maka hipotesis ini ditolak kebenarannya dan kita kembali mengajukan

hipotesis yang lain. Sampai saat kita menemukan hipotesis tertentu yang didukung oleh fakta.

Page 12: BAB I.doc

Terdapat data-data yang menunjukkan bahwa daun mimba sejak dahulu telah dipergunakan

sebagai obat antimalaria di berbagai negara seperti Afrika dan India. Di daerah NTT sendiri

masyarakata sejak dahulu sudah memanfaatkan daun mimba sebagai obat antimalaria

walaupun kejelasan mengenai kandungan daun mimba pada saat itu masih belum jelas.

Jumlah tanaman mimba yang melimpah di daerah NTT juga merupakan salah satu faktor

yang menjadi pemikiran saya untuk memanfaatkan sebagai obat anti malaria sehingga dapat

membantu pemerintah dalam melakukan penghematan dalam memproduksi obat antimalaria.

Usaha penghematan itu misalnya dengan cara membangun sentra untuk memproduksi obat

anti malaria di daerah sehingga biaya pendistribusian dapat dikurangi dan distribusi ke

daerah-daerah terpencil dapat lebih cepat dilakukan dan kasus malaria dapat segera diobati

tanpa harus memimbulkan berbagai komplikasi hingga kematian.

6. Penerimaan hipotesis menjadi teori ilmiah

Hipotesis yang terbukti kebenarannya dianggap merupakan pengetahuan baru dan diterima

sebagai bagian dari ilmu. Atau dengan kata lain hipotesis tersebut sekarang dapat kita anggap

sebagai bagian dari suatu teori ilmiah. Secara luas teori ilmiah dapat diartikan sebagai suatu

penjelasan teoretis mengenai suatu gejala tertentu. Pengetahuan ini dapat kita gunakan untujk

penelaahan selanjutnya, yakni sebagai premis dalam usaha kita untuk menjelaskan berbagai

gejala yang lainnya. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa daun mimba mengandung zat

tetranortriterpena yang terbukti dapat mempengaruhi sistem imunitas tubuh kita dalam

melawan malaria. Peran daun mimba yaitu menurunkan kadar TNF-α dan IL-10 pada infeksi

plasmodium falciparum. Dengan demikian maka proses kegiatan ilmiah mulai berputar lagi

dalam suatu daur sebagaimana yang telah ditempuh dalam rangka mendapatkan teori ilmiah

tersebut.

Kewajiban batiniah seorang ilmuwan adalah memberikan sumbangan pengetahuan baru

yang benar saja ke kumpulan pengetahuan benar yang sudah ada, walaupun ada tekanan-tekanan

ekonomi atau sosial yang memintanya untuk tidak melakukan hal itu, karena tanggung jawabnya

adalah memerangi ketidaktahuan, prasangka dan mitos di kalangan manusia mengenai alam

semesta ini. Dengan semakin bertambahnya kompleksitas kehidupan manusia, maka ragam

lingkup ilmu pengobatan (kedokteran) menjadi terdesak untuk melakukan pengembangan dan

peningkatan kualitas, sesuai dengan kompleksitas objek pengobatan yang dijumpai dalam

realitas.

Page 13: BAB I.doc

Gambar 1. Mekanisme aktivasi TNF- α dalam patologi malaria. (Hommel, 1997)

.

Page 14: BAB I.doc

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi Ahmad. Pengantar Filsafat Islam. Bulan Bintang. Jakarta.1990

Baktiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Raja Grafindo Persada. Jakarta . 2004

Hommel, M. Immunology of malaria. In quaderni dicooperazione sanitria health co-operation

paper. AIFO. 15: 53 – 60.1997

Jujun S Suriasumantri, Filsafat ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka sinar Harapan. Jakarta

1993

Rachman, Maman. Filsafat Ilmu.UPT UNNES PRESS. Semarang. 2009

Depdikbud. Materi Dasar Kependidikan untuk Akta V : Filsafat Ilmu. Jakarta. 1984

Endang Saifuddin Anshari Ilmu, Filsafat dan Agama.,Bina ilmu Surabaya 1979

Nasution, AH. Pengantar ke Filsafat Sains: Litera Antar Nusa. Jakarta.1999

Soegihardjo C.J. Mimba (Azadirachta indica A. Juss, suku Meliaceae) Tanaman Multi Manfaat

yang Dapat Menanggulangi Persoalan Rakyat Indonesia. Sigma Vol 10 No 1. Available at

http://jurnalsigma.com/jurnal-163-mimba-azadirachta-indica-a-juss-suku-meliaceae-tanaman-

multi-manfaat-yang-dapat-menanggulangi-persoalan-rakyat-indonesia.html . Yogyakarta. 2007

Tjitra E. Obat anti-malaria, Dalam : Harijanto PN (editor) Malaria, Epidemiologi, Patogenesis,

Manifestasi Klinis&Penanganan. Penerbit Buku kedokteran EGC. Jakarta. 194-223.2000