bab i tb

2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit paru yang menjadi pemasalahan kesehatan global yang harus segera diatasi. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Penyakit TB ditemukan pada hampir setiap negara di dunia dan 80% dari kasus diperkirakan terjadi di 22 negara berkembang termasuk Indonesia (Lantos-Hyde, 2010). Indonesia menduduki peringkat kelima setelah India, Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria dari 22 negara yang memiliki angka penyakit TB tertinggi. TB sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang lurus tidak berspora dan tidak berkapsul. Penyusun utama dinding sel M.tuberculosis ialah asam mikolat, complex waxes, trehalosa dimikolat yang disebut cord factor dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Yang khas dari bakteri ini adalah sifatnya yang tahan asam, yaitu apabila diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan alkohol asam. Oleh karenanya disebut bakteri tahan asam. Tuberkulosis anak mempunyai permasalahan khusus yang berbeda dengan orang dewasa. Pada TB anak, permasalahan yang dihadapi adalah masalah diagnosis, pengobatan, pencegahan, serta TB pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Gejala TB pada anak seringkali tidak khas. Diagnosis pasti ditegakkan dengan menemukan kuman TB pada pemeriksaan mikrobiologi. Pada anak, sulit untuk mendapatkan spesimen diagnostik yang representatif dan berkualitas baik. Seringkali, sekalipun spesimen dapat diperoleh, M. Tuberculosis jarang ditemukan pada sediaan langsung maupun biakan. Oleh karena itu, uji tuberkulin memegang peranan penting dalam mendiagnosis TB pada anak.

Upload: kakuro

Post on 30-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB I TB

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUANTuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit paru yang menjadi pemasalahan kesehatan global yang harus segera diatasi. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Penyakit TB ditemukan pada hampir setiap negara di dunia dan 80% dari kasus diperkirakan terjadi di 22 negara berkembang termasuk Indonesia (Lantos-Hyde, 2010). Indonesia menduduki peringkat kelima setelah India, Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria dari 22 negara yang memiliki angka penyakit TB tertinggi.TB sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang lurus tidak berspora dan tidak berkapsul. Penyusun utama dinding sel M.tuberculosis ialah asam mikolat, complex waxes, trehalosa dimikolat yang disebut cord factor dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Yang khas dari bakteri ini adalah sifatnya yang tahan asam, yaitu apabila diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan alkohol asam. Oleh karenanya disebut bakteri tahan asam.Tuberkulosis anak mempunyai permasalahan khusus yang berbeda dengan orang dewasa. Pada TB anak, permasalahan yang dihadapi adalah masalah diagnosis, pengobatan, pencegahan, serta TB pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Gejala TB pada anak seringkali tidak khas. Diagnosis pasti ditegakkan dengan menemukan kuman TB pada pemeriksaan mikrobiologi. Pada anak, sulit untuk mendapatkan spesimen diagnostik yang representatif dan berkualitas baik. Seringkali, sekalipun spesimen dapat diperoleh, M. Tuberculosis jarang ditemukan pada sediaan langsung maupun biakan. Oleh karena itu, uji tuberkulin memegang peranan penting dalam mendiagnosis TB pada anak.Karena sulitnya mendiagnosis TB pada anak, seringkali terjadi overdiagnosis yang diikuti dengan overtreatment, atau bahkan dapat terjadi underdiagnosed dan undertreatment. Untuk menanggulangi hal tersebut, dalam menegakkan diagnosis TB pada anak, diperlukan kajian menyeluruh terhadap semua data klinis dan penunjang yang mendukung, dan tidak hanya berdasarkan pada satu data saja, seperti berdasarkan foto Rontgen toraks saja.Sumber penularan TB umumnya adalah orang dewasa dengan sputum Basil Tahan Asam (BTA) positif. Oleh karena itu, dalam program TB nasional selama ini, penanggulangan TB lebih ditekankan pada pasien TB dewasa. Akibatnya, penanganan TB anak belum mendapatkan perhatian yang memadai. Semakin banyak jumlah anak yang terinfeksi dan sakit TB menyebabkan semakin tinggi biaya pengobatan yang diperlukan sehingga pencegahan infeksi TB merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan. Pencegahan ini dilakukan dengan pengendalian berbagai faktor risiko infeksi TB. Peningkatan insidens HIV dan Acquired Immuno Defficiency Syndrome (AIDS) di berbagai negara turut menambah permasalahan TB anak. Peningkatan insidens HIV dan AIDS menyebabkan peningkatan koinfeksi dan reaktivasi TB, serta peningkatan kejadian Multi Drug Resistance (MDR).Karena sulitnya menegakkan diagnosis TB pada anak, data yang ada sangat terbatas, termasuk di Indonesia. Untuk menangani kesulitan tersebut, WHO sedang berupaya dengan membuat konsensus diagnosis di berbagai negara. Diharapkan dengan adanya konsensus ini, diagnosis TB anak dapat ditegakkan, sehingga kemungkinan overdiagnosed atau underdiagnosis dapat diperkecil dan angka prevalensi pastinya dapat diketahui.