bab i pengantar a. latar belakang...

44
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah De Depokkers: Geschiedenis, Sociale Struktuur en Taalgebruik van een Geisoleerde Gemeenschap”, merupakan judul artikel dari de Vries yang ditulis pada 1976. Judul yang diangkat oleh de Vries mencerminkan adanya keterasingan dari satu komunitas yang tinggal di Depok. 1 Daerah tersebut terletak di perbatasan antara dua pusat administratif penting dalam sejarah kolonial, yaitu Batavia dan Buitenzorg. Artikel de Vries menunjukkan bahwa di Depok, ada kegiatan dari masyarakat yang sering diidentikkan sebagai “Belanda Depok.” Namun de Vries tidak menjelaskan kapan kehidupan di Depok dimulai. 1 Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau tempat untuk bertapa. Lihat Suparlan.Y.B., Kamus Kawi Indonesia (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1988) hlm. 30. Dalam Baoesastra Djawa, istilah dépok punya dua arti yaitu sebagai padoenoenganing adjar (pendita) atau tempat tinggal para pandita, dan arti yang lain adalah omah, yang dalam hal ini diartikan sebagai perkampungan. Lihat W.J.S. Poerwadarminta, C.S. Hardjasoedarma, J.C.H.R. Poedjasoedira, Baoesastra Djawa (J.B. Wolters Uitgevens Maatschappij: Groningen, Batavia, 1939) hlm.104.

Upload: vankhanh

Post on 05-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

“De Depokkers: Geschiedenis, Sociale Struktuur en

Taalgebruik van een Geisoleerde Gemeenschap”, merupakan judul

artikel dari de Vries yang ditulis pada 1976. Judul yang diangkat

oleh de Vries mencerminkan adanya keterasingan dari satu

komunitas yang tinggal di Depok.1 Daerah tersebut terletak di

perbatasan antara dua pusat administratif penting dalam sejarah

kolonial, yaitu Batavia dan Buitenzorg.

Artikel de Vries menunjukkan bahwa di Depok, ada kegiatan

dari masyarakat yang sering diidentikkan sebagai “Belanda

Depok.” Namun de Vries tidak menjelaskan kapan kehidupan di

Depok dimulai.

1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai

arti pertapaan, atau tempat untuk bertapa. Lihat Suparlan.Y.B., Kamus Kawi Indonesia (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1988) hlm.

30. Dalam Baoesastra Djawa, istilah dépok punya dua arti yaitu sebagai padoenoenganing adjar (pendita) atau tempat tinggal para pandita, dan arti yang lain adalah omah, yang dalam hal ini

diartikan sebagai perkampungan. Lihat W.J.S. Poerwadarminta, C.S. Hardjasoedarma, J.C.H.R. Poedjasoedira, Baoesastra Djawa (J.B. Wolters Uitgevens Maatschappij: Groningen, Batavia, 1939) hlm.104.

Page 2: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

2

Dalam catatan Kuntowijoyo, sejarah kota muncul ketika

statusnya ditetapkan sebagai milik seorang pejabat tinggi.2

Dengan demikian sejarah Depok dapat dikatakan dimulai pada

abad ke- 17 ketika daerah itu dimiliki oleh Cornelis Chastelein,

pejabat tinggi VOC.

Lebih lanjut dikatakan bahwa kajian tentang sejarah

perkotaan, muncul untuk pertama kalinya dalam Seminar Sejarah

Lokal Pertama, tahun 1982 di Bali. Dalam seminar tersebut topik

dan isue yang ada ditekankan pada sebuah sejarah yang problem

oriented, dengan penekanan pada sejarah desa dan kota.3

Munculnya kajian tentang sejarah kota berkaitan erat dengan

kondisi kota-kota pada awal abad ke-20. Menurut Kuntowijoyo,

kota-kota di Indonesia telah beranjak menjadi kekuatan sejarah

tersendiri dan turut berperan serta dalam menggerakkan sejarah

Indonesia”.4

Pertumbuhan kota-kota besar yang pesat diberbagai negara

telah mendapat perhatian para ahli dari berbagai bidang ilmu.

2Menurut Kuntowijoyo, pada abad ke-19 wilayah yang

dianggap sebagai kota negara biasanya di bawah pengawasan langsung oleh pejabat tinggi administratif. Lihat Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), hlm.51.

3Ibid., hlm. 7.

4 Ibid., hlm.51.

Page 3: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

3

Kota sebagai simbol peradaban5 merupakan tempat pemusatan

berbagai kegiatan sosial-ekonomi, sumber inovasi dan kreasi,

pusat kebudayaan, dan wahana untuk peningkatan kualitas

hidup. Hal ini merupakan daya tarik yang kuat yang menjadi

penyebab mengalirnya penduduk dari desa ke kota. Akan tetapi

jumlah penduduk yang terus meningkat menimbulkan sejumlah

permasalahan bagi kota besar seperti perumahan, serta sarana

dan prasarana kota lainnya.

Kondisi tersebut juga menimpa Batavia,6 yang didirikan

pada tahun 1619 sebagai sebuah benteng dan pos dagang di

wilayah pelabuhan Sunda Kalapa di bawah kekuasaan kerajaan

5Harold M. Meyer, “Definition of City”, dalam Larry. S.

Bourne, Internal Structure of The City. (New York: Oxford University Press, 1971), hlm. 28.

6Ketika berada di bawah kekuasaan kerajaan Sunda sekitar

abad ke-12, wilayah ini dikenal sebagai Sunda Kelapa, kemudian namanya diubah menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527. Pada

bulan Maret 1621 secara resmi nama Jayakarta diganti menjadi Batavia, yang kemudian dijadikan pusat perdagangan dan pemerintahan. Ketika peraturan perundangan desentralisasi yang

memungkinkan pembentukan daerah-daerah dengan otoritas lokal dikeluarkan pada 23 Juli 1903, maka status Batavia diubah

menjadi gemeente Batavia pada 1 April 1905. Ketika Pemerintah Balatentara Jepang memerintah di Batavia, nama Batavia diganti menjadi Jakarta (Jakaruto) berdasarkan Osamu Seirei No. 16,

Tahun 1942, tanggal 10 Desember 1942. Mengenai perubahan nama Jakarta, lihat Sukanto, Dari Djakarta ke Djajakarta.

(Djakarta: Soeroengan, 1954), hlm. 55-60; Lihat juga R.Z. Leirissa, “Dari Sunda Kalapa ke Jayakarta”, dalam Abdurrachman Surjomihardjo, Beberapa segi Sejarah Masyarakat-Budaya Jakarta (Jakarta: Dinas Museum dan sejarah DKI Jakarta, 1973), hlm. 14; Kan Po, No. 3 tahun I, bulan 9/1943, hlm. 10.

Page 4: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

4

Pajajaran. Batavia kemudian jatuh ke tangan Pangeran Jayakarta

(kerajaan Banten). Kota dalam tembok itu tidak besar, hanya

berukuran 1 km kali 1,5 km.7 Di kota itu dibangun kanal, rumah-

rumah Belanda, gereja, kedai minum, balaikota, jembatan tarik,

gudang dan kincir angin. Di luar tembok, terdapat kawasan

pedesaan, yang dihuni oleh berbagai macam etnis.

Kondisi ini menunjukkan bahwa pada awal berdirinya,

Batavia bukan merupakan kota besar. Hal ini juga dinyatakan

oleh Raffles yang melihat besar kecilnya suatu kota dari jumlah

penduduk. Dalam catatan Raffles, penduduk Batavia pada akhir

abad 19, lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk

Surabaya.8

Namun dalam perkembangannya, kota-kota di Jawa seperti

Jakarta, Surabaya, dan Semarang mulai mengalami berbagai

persoalan sebagai akibat munculnya liberalisasi yang berdampak

pada perubahan bentuk kota-kota tersebut. Proses liberalisasi

ekonomi mulai muncul di Indonesia, ketika Undang-Undang

7Luas kota Jakarta pada awalnya hanya 1,5 km2. Lihat Peter

H. van der Brug, “Batavia yang tidak sehat dan kemerosotan VOC pada abad kedelapan belas”, dalam Kees Grijns, dan Peter J.M. Nas, (ed.,) Jakarta-Batavia Esai Sosio-Kultural. (Jakarta: Banana,

KITLV-Jakarta, 2007), hlm. 49.

8T.S. Raffles, The History of Java, vol. II (Singapura: Oxford

University Press, 1988), hlm. 246. Menurut Raffles, pada 1900, penduduk Jakarta sekitar 116.000 jiwa, sementara jumlah

penduduk Surabaya sekitar 147.000 jiwa.

Page 5: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

5

Agraria dan Undang-Undang Gula dicanangkan pada 1870. Hal

tersebut menyebabkan meningkatnya perdagangan dan industri,

memperluas administrasi sipil, dan mengakibatkan peningkatan

jumlah penduduk di perkotaan Jawa.9

Dalam sensus penduduk tahun 1930 penduduk Jakarta

misalnya, tercatat sebanyak 533.000 jiwa. Jumlah tersebut terus

mengalami peningkatan, dan pada tahun 1948 jumlah penduduk

Jakarta mencapai angka 1.174.252 jiwa.10 Peningkatan jumlah

penduduk yang tajam tersebut berakibat pada mutu kehidupan

sehari-hari para urban tersebut.11

Kehadiran mereka secara besar-besaran ke Jakarta, pada

waktu itu, sebagai akibat ketidakmampuan desa untuk memenuhi

kehidupan warganya, ditambah lagi adanya resesi ekonomi, dan

kekacauan yang timbul seperti pemberontakan DI/TII di daerah

Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jumlah kehadiran mereka yang

9W.F. Wertheim, Masyarakat Indonesia dalam Transisi: Studi Perubahan Sosial (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), hlm 138.

10Lihat Volkstelling Tahun 1930; lihat juga H.J. Heeren,

“Urbanisasi Djakarta”, dalam majalah Ekonomi dan Keuangan Indonesia, no. 3, Maret 1955, hlm. 112. Kotapradja Djakarta,

Djakarta Raja, Keadaan dan Pertumbuhannja (Djakarta: Kotapradja Djakarta Raja, 1953), hlm 11.

11Bambang Purwanto, “Menulis Kehidupan Sehari-hari Jakarta: Memikirkan Kembali Sejarah Sosial Indonesia, dalam Henk Schulte Nordholt, Bambang Purwanto, Ratna Saptari. (ed.),

Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia, diterbitkan atas kerjasama Yayasan Obor dan KITLV Jakarta, (Jakarta: Pustaka

Larasan, 2008), hlm. 258.

Page 6: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

6

tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja dan

lingkungan yang layak, menempatkan mereka sebagai pekerja

informal, dengan penghasilan kecil dalam kampung-kampung

kumuh.12

Kenyataan itu terjadi karena baik pemerintah kolonial

Belanda maupun pemerintah Indonesia, tidak pernah

mengantisipasi lonjakan penduduk di perkotaan yang sangat cepat

itu. Kenaikan jumlah penduduk juga tidak diikuti dengan daya

dukung kota yang memadai. Beberapa kota besar di Indonesia

harus menanggung beban yang lebih berat akibat kenaikan

jumlah penduduk terutama yang disebabkan oleh arus migrasi.

Hal itu terjadi karena jumlah kota-kota besar yang ada baru

sedikit, dengan demikian arus migrasi hanya mengalir ke kota-

kota tersebut.13 Sebagai salah satu kota besar yang ada di

Indonesia, Jakarta dalam perkembangannya menjadi kota yang

mendapat tekanan jumlah penduduk yang paling kuat. Hal ini

sebagai akibat, kota ini menjadi tujuan para pendatang untuk

mencari tingkat kehidupan yang lebih baik. Dalam catatan Susan

12Ibid. Lihat juga Lea Jellinek, Seperti Roda Berputar: Perubahan Sosial Sebuah Kampung di Jakarta, (Jakarta: LP3ES, 1994).

13Lihat Gavin Jones, “Demografi dalam Kemiskinan di Kota,” dalam Dorodjatun Kuntjoro-Jakti (ed.), Kemiskinan di Indonesia

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986), hlm. 35-86

Page 7: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

7

Blackburn,14 kota ini telah berpenduduk 1.800.000 jiwa, dan

pada tahun 1980 penduduk kota Jakarta melonjak menjadi 6,5

juta jiwa.

Di samping itu, kota-kota di Indonesia, terutama pada masa

kolonial tidak pernah dirancang untuk menampung lonjakan

penduduk dalam jumlah besar. Kenyataan ini mengindikasikan

bahwa kota-kota pada masa kolonial di Jawa tersebut dibangun

untuk kepentingan kolonial dan komunitas barat. Akibatnya

ketika terjadi lonjakan penduduk yang semakin tinggi maka

masalah utama yang timbul di kota besar di Jawa adalah masalah

permukiman.15 Sejumlah upaya dilakukan untuk memperbaiki

realitas yang ada, mulai dari perbaikan kampung hingga

pembangunan kota satelit16 Kebayoran Baru. Ketika rencana

pembangunan kota satelit Kebayoran Baru, disetujui pada bulan

Agustus 1948, dapat dikatakan bahwa cakupan ruang geografis

Jakarta dari tahun ke tahun terus mengalami perubahan menjadi

semakin luas. Namun perubahan tersebut belum dapat

menyelesaikan permasalahan urbanisasi ke Jakarta.

14 Susan Blackburn, Sejarah Jakarta 400 Tahun (Jakarta: Mas’up Jakarta, 2011), hlm. 245.

15Ibid., hlm.124-125.

16Kota satelit adalah kawasan di luar kota induknya yang direncanakan untuk menampung penduduk yang masih memiliki

aktivitas di kota induknya. Lihat Paulus Haryono, Perencanaan Pembangunan Kota dan Perubahan Paradigma. (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 126-127.

Page 8: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

8

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa persoalan Jakarta

tidak dapat diselesaikan hanya dengan membuat rencana di kota

Jakarta saja, melainkan dilakukan bersama-sama agar dicapai

suatu kesatuan yang berimbang, dan saling mendukung. Untuk

menciptakan kesimbangan perkembangan tersebut, pemerintah

kota Jakarta kemudian “menggandeng” tiga kabupaten yang

mengelilinginya yaitu kabupaten Tangerang di sebelah barat,

kabupaten Bogor di sebelah selatan, dan kabupaten Bekasi di

sebelah timur untuk mengadakan pusat-pusat kegiatan baru di

luar kota, agar dapat menampung tekanan dan perkembangan

penduduk yang ada.17

Perencanaan dan proses pengembangan ini pada 1974

dituangkan dalam Jabotabek Metropolitan Development Plan

(JMDP), yang menekankan saling ketergantungan antara Jakarta,

dan pusat-pusat perkotaan disekitarnya yaitu Bogor, Tangerang,

dan Bekasi. Dalam pelaksanaannya, Depok yang berada di bawah

kabupaten Bogor, termasuk salah satu kota yang direncanakan

untuk menampung “kelebihan” penduduk Jakarta.

17Lloyd Rodwin, Nations and Cities: A Comparison of Strategies for Urban Growth, (Boston: Houghton Mifflin Co, 1970),

hlm. 6.

Page 9: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

9

Hadi Sabari Yunus memaknai fenomena ini sebagai

centrifugal movement atau proses luberan penduduk.18 Dalam

sistem Jabo(de)tabek, Depok difungsikan sebagai salah satu sub-

pusat utama, dan menjadi kota satelitnya Jakarta bersama kota

Tangerang, Bekasi, dan Bogor, yang merupakan pusat

perkembangan utama. Mereka yang tinggal di kota satelit itu

kebanyakan secara ekonomis, sosial, dan budaya termasuk dalam

lingkungan kota induknya, akan tetapi secara administratif masuk

daerah lain. Pembangunan pemukiman baru oleh orang Eropa dan

Cina pada abad ke-19 dan oleh Perumnas pada tahun 1970-an

menunjukkan realitas itu. Gejala terjadinya kota satelit, menurut

Kuntowijoyo sudah ada sejak awal abad ke-20, yaitu ketika terjadi

pengelompokan kelas menengah dalam lokasi tertentu di luar

batas administratif kota.19

Dalam konteks Depok, proses sejarahnya tidak bisa

dipisahkan dengan kota metropolitan20 Jakarta yang sangat

18Hadi Sabari Yunus, Megapolitan: Konsep, Problematika dan Prospek (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 379.

19Kuntowijoyo, op.cit., hlm. 52.

20 Metropolitan adalah suatu pemukiman berskala besar yang terdiri dari satu atau lebih kota besar yang secara

keseluruhan terintegrasi, membentuk suatu sistem struktur ruang tertentu dengan satu atau lebih kota besar sebagai pusat dan beberapa kota lebih kecil yang berfungsi sebagai kota satelit, yang

memiliki keterkaitan ekonomi dan sosial. Lihat Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Penjelasan Menteri Pekerjaan Umum Mengenai Rencana Tata Ruang Kawasan Jabodetabek-Punjur

Page 10: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

10

menentukan eksistensinya. Ketika Jakarta membutuhkan ruang

permukiman bagi warganya, Depok dijadikan kota satelit yang

menjadi wadah bagi pegawai negeri golongan kelas menengah ke

bawah. Hal ini menunjukkan bahwa tempat kerja mereka tetap

berada di Jakarta. Ini berarti bahwa untuk ke tempat kerjanya

mereka harus nglaju setiap hari.21

Dalam sistem Jabo(de)tabek, Depok difungsikan sebagai

tempat hunian berskala besar bagi penduduk kota Jakarta.

Namun perkembangan suatu kota satu sama lain berbeda,

tergantung pada kondisi masing-masing kota tersebut. Pada 1950

misalnya, pemerintah menerbitkan Undang-Undang No, 14 Tahun

1950: Tentang Pembentukan Kabupaten di lingkungan Propinsi

Jawa Barat. Undang-Undang tersebut secara administratif

sebagai Masukan Untuk RUU Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia. (Jakarta, 9 Maret 2006), hlm. 1. Sementara Eko Budihardjo dan Djoko Suyarto menyebut kota metropolitan sebagai kota raya. Lihat Eko

Budihardjo dan Djoko Suyarto, Kota Berkelanjutan. (Bandung: Penerbit Alumni, 2005), hlm. 22-23.

21Data mengenai penglaju dari Humas PT KCJ (Kereta Api Commuter Jabodetabek) menunjukkan bahwa rata-rata jumlah penumpang yang naik dari stasiun Depok Baru per hari selama

bulan Oktober 2009 pada senin-jumat adalah sebagai berikut: kereta Ekonomi (± 10.000 orang); kereta Ekonomi AC (± 4.000

orang) dan kereta Ekspres (3.000 orang). Sementara pada hari sabtu-minggu, jumlah rata-rata penumpang tercatat ± 4.000 orang (KRL ekonomi); 2.000 orang (KRL Ekonomi AC), dan 500 orang

(KRL. Ekspres). Data mutakhir (2014) dari Humas PT KCJ, mencatat sekitar 16.486 orang setiap hari turun di stasiun UI

Depok.

Page 11: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

11

mengatur pembentukan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten

Tangerang. Sementara pada tahun tersebut Depok masih

berstatus tanah partikelir, dan baru pada 1952 menjadi

Kecamatan, dalam lingkungan Kewedanaan Parung, Kabupaten

Bogor. Sekitar 30 tahun kemudian Depok dikukuhkan menjadi

Kotif dibawah Kabupaten Bogor, berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 43 Tahun 1981.

B. Perumusan Masalah dan Lingkup Penelitian

Permasalahan yang diajukan tidak dapat dilepaskan dari

persoalan-persoalan yang ada di kota metropolitan Jakarta.

Masalah urbanisasi seringkali menimbulkan kecemasan dalam

menghadapi pesatnya perkembangan penduduk Jakarta.

Penyebab utama arus urbanisasi ke Jakarta dan tidak ke kota

lain, adalah karena adanya daya tarik kota itu terhadap

kehidupan masyarakat. Jakarta yang mempunyai sifat khusus,

antara lain karena fungsinya sebagai ibukota Republik Indonesia,

menjadi pusat percaturan dan pengambilan keputusan dalam

masalah politik, ekonomi, dan sosial tingkat nasional. Hal ini

tentu berdampak pada peranan kota Jakarta yang tidak hanya

mengurus wilayah Jakarta saja melainkan dalam lingkup

kehidupan nasional, dan internasional.

Page 12: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

12

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengungkapkan

perubahan ruang kota dan identitas Depok. Perubahan tersebut

dikaitkan dengan kebijakan politis-ekonomis serta pengaruhnya

terhadap eksistensi Depok dari tanah partikelir menjadi kota

penyangga beban Jakarta, pada paruh kedua abad ke-20.

Penelitian ini menekankan pada pembahasan tentang usaha-

usaha yang dilakukan oleh pemerintah Depok agar dapat

memposisikan dirinya menjadi pusat pertumbuhan baru yang

dirancang baik dari segi ruang, pencitraan maupun identitas.

Untuk membahas permasalahan tersebut, ada beberapa

pertanyaan penelitian pokok yang diajukan yaitu:

1. Bagaimana perkembangan Depok hingga pertengahan abad

ke-20.

2. Apa yang terjadi dengan kota satelit Depok ketika harus

menanggung beban Jakarta.? Mengapa dan dalam hal apa

Depok harus menanggung beban itu

3. Upaya apa yang dilakukan untuk membebaskan Depok

keluar dari bayang-bayang Jakarta? dan kapan kesadaran

untuk menjadi pusat perkembangan baru mulai muncul.?

4. Mengapa Depok sulit untuk menjadi pusat perkembangan

baru seperti pusat-pusat yang lain? Mengapa berbagai faktor

pendukung yang ada seperti Universitas Indonesia, keadaan

Page 13: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

13

demografi, dan status administratif Depok tidak

berpengaruh secara signifikan untuk mendukung proses itu.

Penelitian ini membatasi ruang lingkup pembahasan pada

perkembangan kota satelit Depok, yang terus berjuang untuk

menjadi pusat perkembangan yang mandiri. Dalam penelitian ini,

ruang yang dikaji adalah Depok, yang awalnya adalah tanah milik

Cornelis Chastelein dengan batas sungai besar (Sungai Ciliwung)

sampai ke Sungai Pasanggrahan, panjangnya 4½ roede dan

lebarnya 2½ roede.22 Dengan demikian luas tanah Depok waktu

itu adalah sekitar 42.378.75 m2 atau setara dengan 4, 237, 875

hektar. Dalam perkembangan selanjutnya, dinamika masyarakat

ikut serta mempengaruhi perkembangan daerah yang terletak di

selatan ibukota ini.

Setelah pengakuan Kedaulatan tahun 1949, tanah

partikelir ini menjadi sebuah desa, dan 30 tahun kemudian

melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43

Tahun 1981, Depok dikukuhkan menjadi Kota Administratif

(Kotif). Berdasarkan peraturan tersebut wilayah Kotif Depok terdiri

22 F. de Haan, Priangan, de Prianger-Regentschappen onder het Nederlandsch Bestuur tot 1811, Batavia, 1910, deel I, Personalia, hlm. 236. Roede adalah ukuran yang digunakan untuk

mengukur luas tanah di Batavia dan sekitarnya pada abad 17-18. Satu roede setara dengan 3.767 m. Lihat S. Wojowasito, Kamus Umum Belanda Indonesia (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1999), hlm. 547.

Page 14: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

14

dari tiga kecamatan dan 17 desa, dengan luas: 6.794.902 hektar.

Pada 27 Maret 1999, status Depok ditingkatkan menjadi

Kotamadya Tingkat II berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 15 Tahun 1999. Sesuai dengan Undang-Undang

tersebut Kotamadya Daerah Tingkat II Depok memiliki 6

kecamatan, dan 63 kelurahan, 719 RW dan 192.783 RT dengan

luas wilayah 20.029 hektar.

Berdasarkan aspek waktu, penelitian ini membatasi kajian

pada tahun 1950-an-1990-an. Tahun 1950-an dijadikan titik awal

pembahasan karena pada tahun itu terjadi pelepasan hak dan

penyerahan tanah-tanah partikelir kepada pemerintah RI. Tahun

1990-an dijadikan sebagai batas akhir pembahasan karena

adanya perubahan status Depok menjadi Kotamadya.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah, pertama, mendeskripsikan

perkembangan sosial ekonomi dan sosial politik dari suatu kota

kecamatan menjadi pusat pertumbuhan baru yang sarat dengan

berbagai kendala. Kedua, untuk mengetahui peran UI dalam

membantu Kota Depok mendapatkan identitas barunya dan

ketiga, untuk mengetahui bagaimana perjuangan kota satelit

Depok, dalam upayanya keluar dari bayang-bayang Jakarta dan

Page 15: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

15

pencitraannya sebagai daerah pinggiran yang secara eksplisit

disebut oleh Pemerintah DKI Jakarta sebagai pedusunan.23

Manfaat dari penelitian ini adalah mengisi kekosongan

dalam historiografi Indonesia, khususnya sejarah perkotaan.

Dalam sejarah perkotaan kajian mengenai kota satelit belum

berkembang, atau agak terabaikan. Pemilihan kota Depok sebagai

unit kajian dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana kaum migran mencitrakan kota Depok. Manfaat lain

dari penelitian ini adalah menyumbangkan pengetahuan yang

dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mencegah

meningkatnya ketergantungan kota-kota satelit terhadap kota

metropolitan dan atau megapolitan. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa Depok merupakan contoh tipologi kota

satelit metropolitan yang mengalami kelambanan menjadi pusat

perkembangan baru, dan mengalami kesulitan untuk menemukan

identitasnya sebagai Deppokers yang akan datang.

D. Kajian Pustaka

Kajian tentang sejarah kota sudah banyak dilakukan, dan di

dalam pembahasannya selalu dikaitkan dengan kehadiran para

23Lihat Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Djakarta,

Dakarta Membangun, (Djakarta: Pemerintah Daerah Khusus Ibukota, 1972), hlm 16, 24, 33. Lihat juga Pemerintah Daerah

Khusus Ibu Kota Djakarta, Some Data about Djakarta, (Djakarta: Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Djakarta, 1972), hlm. 9; 82-

83.

Page 16: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

16

urban ke kota besar. Namun pembahasan tentang perkembangan

kota satelit di Indonesia belum banyak dilakukan. Bahkan studi

mengenai tema yang sejenis di kota Depok belum ada yang

membahasnya.

Secara umum penelitian yang pernah dilakukan tentang

Depok, terutama pada periode awal kedatangan Cornelis

Chastelein banyak ditemukan dalam sumber-sumber kolonial,

baik dalam bentuk artikel maupun buku.24 Salah satu buku yang

menceriterakan Depok Tempo Dulu ditulis oleh Yano Jonathans.25

Buku ini mengulas tentang kehidupan sosial masyarakat Depok

pada masa sebelum kemerdekaan. Dalam buku tersebut juga

dibahas tentang infrastruktur perkotaan. Buku ini didukung oleh

sumber yang primer yang memadai, yang dimiliki oleh para

mantan budak Cornelis Chastelein. Akan tetapi ketika membahas

masa kemerdekaan, Yano tidak menggunakan sumber primer yang

memadai, seperti pada masa Cornelis Chastelein. Satu contoh,

24Beberapa penelitian tentang Depok masa awal antara lain: Cornelis Chastelein, “Invallende Gedaghten”, dalam Tijdschrift voor Indische Taal, Land, en Volkenkunde, vol. 3, 1855; Jan-Karel

Kwisthout, Sporen uit het Verleden van Depok: Een Nalatenschap van Cornelis Chastelein (1657-1714) aan Zijn Vrijgemaakte Christenslaven, (Free Musketeers, Worden, 2007); N. Graafland, “Depok, eene etnografische studie”, dalam Mededeelingen van weege het Nederlandsche Zendelingengenootschap, deel XXXV. (Rotterdam), 1891.

25Yano Jonathans, Potret Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat Depok Tempo Doeloe. (Jakarta: Libri, 2011).

Page 17: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

17

Yano tidak memperhatikan bagaimana karakter orang Betawi pada

masa itu, dan ia menjelaskan bahwa Margonda adalah lulusan

Analis Farmasi dari Institut Pertanian Bogor. Sementara Alwi

Shahab dan Ridwan Saidi, mengambarkan bahwa Margonda,

adalah nama khas Betawi, anak buah Tole Iskandar, yang tidak

pernah mengenyam pendidikan tinggi.

Jan-Karel Kwisthout mengisahkan sejarah Depok dan

reformasi yang diusahakan oleh Chastelein di Koloni Hindia

Timur. Melalui surat wasiatnya, Cornelis Chastelein tidak hanya

membebaskan para budaknya, tetapi juga memberikan tanah

miliknya di Depok. Pembebasan para budak ini kemudian

melahirkan sebuah komunitas yang seingkali dijuluki sebagai

“Belanda Depok”.

Disamping itu ada beberapa artikel dan buku-buku dari J.W

de Vries,26 Asep Suryana,27 dan Kano. Artikel dari J.W. de Vries,

mengulas perubahan sosial di Depok, dan memberikan informasi

tentang asal-usul daerah Depok dan ikatan yang tumbuh antara

komunitas awal ini dengan penguasa kolonial. Ia juga mengulas

26J.W de Vries, “De Depokkers: Geschiedenis, Sociale Structuur en Taalgebruik van een Geisoleerde Gemeenschap” dalam

BKI, 1976, Nr. 132.

27Asep Suryana, “Kota Baru Depok: A Study of

Suburbanization Proces in Jakarta”, dalam Kano Hiroyoshi, (ed.), Growing Metropolitan Suburbia: A Comparative Sosiological Study on Tokyo and Jakarta (Jakarta: Yayasan Obor, 2004).

Page 18: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

18

mengenai kaum Deppokers yaitu komunitas ’Belanda’ Depok yang

secara sosial terisoler dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya

akibat diberlakukannya serangkaian aturan yang ditulis dalam

surat wasiat Cornelis Chastelein.

Sementara Asep Suryana, di dalam tulisannya yang berjudul

“Kota Baru Depok: A study of Suburbanization Proces in Jakarta,”

mengulas proses terbentuknya “Kota Baru” Depok, yang

berkembang dari sebuah suburban. Meskipun tidak ada definisi

yang jelas tentang “Kota Baru”, di dalam periodisasi yang diambil

dalam penelitiannya, khususnya tahun 1976 dapat dianggap

sebagai periode tinggal landas bagi Depok menuju suatu kota

modern. Namun sayangnya argumentasi Asep tidak didukung oleh

sumber-sumber primer yang memadai.

Dalam karyanya, Kano28 menunjukkan secara rinci tentang

persamaan dan perbedaan antara kota baru Tama (Tokyo) dan

Depok (Jawa Barat). Ia menunjukkan bahwa faktor terjadinya

perbedaan antara dua suburban tersebut sebenarnya adalah

masalah industrialisasi dan perpaduan dari faktor-faktor

industrialisasi dan struktur sosial masyarakat.

28Kano Hiroyoshi, “Tama and Depok: Comparative Anatomy

of Suburban New Towns in Tokyo and Jakarta” dalam Hiroyoshi Kano, (eds)., The Growing Metropolitan Cities: A Comparative Sociological Study on Tokyo and Jakarta. (Yayasan Obor Indonesia, 2004), hlm. 131-132.

Page 19: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

19

Perkembangan masing-masing suburban berkaitan erat

dengan tingkat perkembangan industrialisasi, dan sistem ekonomi

nasional ke dua negara tersebut. Jepang telah melewati dua tahap

industrialisasi. Tahap pertama, terjadi pada akhir abad 19.

Sebelum Perang Dunia II, Jepang adalah negara dengan tingkat

industri paling tinggi di Asia. Meskipun hingga tahun 1950-an

mayoritas penduduknya masih bekerja di sektor pertanian.

Industrialisasi berikutnya terjadi pada 1950-an- 1970-an.

Jumlah penduduk yang bekerja di sektor industri makin

bertambah. Bersamaan dengan hal tersebut, terjadi perpindahan

penduduk dari desa ke kota. Dalam hal ini Kano kemudian

menyatakan bahwa ini adalah latar belakang terbentuknya kota

baru Tama. Sementara industrialisasi di Indonesia dimulai pada

tahun 1970-an, dan berakselarasi pada tahun 1980-an. Kondisi

ini melahirkan suburbanisasi di Depok.

Sementara struktur sosial masyarakat kedua negara

sebelum masa industrialisasi juga memberi warna terhadap corak

kehidupan sosial di masing-masing suburban. Masyarakat

Indonesia adalah masyarakat heterogen, sementara di Jepang

cenderung homogen. Dengan demikian masyarakat Depok dari

segi etnis cenderung beragam, sedangkan Tama masyarakatnya

lebih homogen.

Page 20: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

20

Karya lain yang membahas tentang Depok adalah hasil

penelitian Mumuh Muhsin Z, bersama R.M. Mulyadi dan Miftahul

Falah,29 mengenai jaman Jepang hingga masa Orde Lama. Dalam

ulasan mengenai Jaman Jepang di Depok, lebih banyak diulas

mengenai Bogor Syu pada masa pendudukan Jepang. Sementara

ulasan jaman Jepang di Depok hampir tidak ditemukan. Ulasan

mengenai Depok periode kemerdekaan, periode revolusi fisik, dan

periode orde lama disusun dengan tidak memperhatikan aspek

kronologis, sehingga banyak terjadi pengulangan data. Demikian

pula argumentasi yang disampaikan dalam penelitian tersebut,

sayangnya tidak didukung oleh sumber-sumber primer yang

memadai.

Hasil penelitian lain tentang Depok adalah Depok Masa Orde

Baru yang juga dilakukan oleh Mumuh Muhsin, bersama R.M.

Mulyadi dan Linda Sunarti.30 Penelitian ini mengulas tentang

keadaan Depok hingga tahun 2005, sementara Masa Orde Baru

berakhir pada 1998. Sama halnya dengan penelitian mengenai

Depok dalam Jaman Jepang, penelitian mengenai masa Orde Baru

pun di dalam ulasannya tidak menggunakan sumber primer yang

29Mumuh Muhsin Z (ed.). Depok 1942-1967: Masa Pendudukan Jepang hingga Masa Orde Lama. (Depok: Kantor Arsip

dan Perpustakaan Pemerintah Kota Depok, 2013)

30Mumuh Muhsin Z. (ed.), Depok Masa Orde Baru (Depok:

Kantor Arsip dan Perpustakaan Pemerintah Kota Depok, 2014).

Page 21: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

21

memadai. Ulasan dalam penelitian ini diawali dengan

terbentuknya Kotif Depok dan perkembangannya hingga masa

awal reformasi. Banyak data yang seharusnya bisa diulas lebih

lanjut untuk memperjelas bagaimana situasi dan kondisi yang ada

di Depok pada masa itu, tidak dilakukan. Demikian pula data-data

yang digali melalui wawancara tidak didasarkan pada kaidah-

kaidah yang berlaku dalam sejarah lisan. Namun terlepas dari

kekurangan yang ada, dua penelitian tersebut, bermanfaat untuk

lebih mempertajam fokus penelitian saya.

Karya tentang Depok juga diulas oleh Wenri Wanhar.31

Dalam karya tersebut diceriterakan bagaimana kejadian yang

dialami oleh masyarakat Depok Lama pada awal kemerdekaan.

Orang-orang itu mengalami tindak kekerasan, dan harus

menjalani masa penahanan di Bogor, karena dianggap pro

Belanda. Wenri mengawali ceritera tentang peristiwa Gedoran ini

dengan mengulas Depok masa Cornelis Chastelein. Sayangnya,

meskipun dicantumkan sumber-sumber primer yang memadai,

namun Wenri sama sekali tidak menggunakan sumber tersebut,

dan hanya melampirkan sumber-sumber tersebut dalam

karyanya. Akibatnya di dalam penyajiannya banyak terdapat

anakronis dalam sejarah.

31Wenri Wanhar, Gedoran Depok: Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945-1955. (Jakarta: Sadar Media, 2011).

Page 22: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

22

Di samping karya mengenai pokok persoalan yang dibahas,

karya lain yang digunakan adalah karya tentang teori dan metode

tentang kota dan perkotaan. Salah satu diantaranya adalah kajian

mengenai suburban karya William A. Schwab.32 Schwab melihat

suburban sebagai wilayah yang memiliki tingkat kepadatan

penduduk yang rendah, rumah dengan status hak milik, serta

status sosial penghuni yang homogen, dan ditandai oleh proses

komutasi.

Pertumbuhan dan perkembangan suburban dilihat sebagai

alternatif hunian di tengah kota, karena wilayah tempat tinggal

yang terakhir ini sudah tidak nyaman lagi, meskipun mereka

masih tetap mencari nafkah di kota induknya. Dengan demikian

studi tentang suburban juga melihat faktor transportasi antara

wilayah ini dengan kota induknya. Fokus studi Schwab tertuju

pada dinamika sosial ekonomi para penghuni suburban dalam

pola hubungan dengan kota induknya yang bertumpu pada

asumsi bahwa suburban adalah hunian lapis menengah. Ia

kemudian menyimpulkan bahwa suburban berfungsi sebagai

32William A, Schwab, The Sociology of Cities, (New Yersey:

Prentice-Hall. Inc., 1992), hlm. 293-332.

Page 23: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

23

dormitory town (kota untuk tidur). Gagasan yang sama juga

disampaikan oleh Allinson.33

Charles R. Tittle34 melengkapi konsep dan teori mengenai

suburban dengan membandingkan para pemukim kota besar,

pinggiran kota, dan pedesaan, berdasarkan lima karakter

perkotaan : (1) sifat anonim; (2) toleransi; (3) ikatan sosial

komunitas; (4) alienasi dan (5) tingkah laku yang menyimpang.

Dalam kenyataannya, tingkah laku para penghuni pinggiran kota

ternyata tidak banyak menunjukkan perbedaan dengan penghuni

kota. Perbedaan itu terlihat pada penataan ruang antara kota dan

non-kota. Hasil penelitian Charles R. Tittle yang melihat tiga teori

perkotaan yaitu teori klasik (Toennies, 1887, 1957; Simmel 1903,

1971; Wirth 1938, 1969; Redfield 1947, 1969; teori komposisi

sistem yang disajikan oleh Thomas, Park dan Burgess, yang

dimuat dalam beberapa artikel antara lain Gans (1962); Kasarda

dan Janowitz, 1974); serta teori sub-budaya (Fisher, 1971, 1981,

1982, 1984)35 menunjukkan bahwa teori-teori itu saling

33Garry P. Allinson, Suburban Tokyo: A Comparative Studie in Politics and Social Change, (London: University of California Press, 1979).

34

Charles R. Tittle, “Urban Theory, Urbanism, and Suburban Residence”, dalam http://www.jstor.org/stable/2579751, diunduh 15 Maret 2015.

35Mengenai karya-karya Toennies, Simmel, Wirth, Redfield, Thomas, Park, Burgess, Gans, Kasarda dan Janowitz serta Fisher lihat ibid.

Page 24: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

24

melengkapi dan bersinggungan satu sama lain. Ketika

diaplikasikan untuk daerah perkotaan (Jakarta), pinggiran

(Depok), dan desa-desa di sekitarnya, maka nampak ada variabel-

variabel yang tidak terdapat di teori yang satu tapi ada di teori

yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing teori

tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan. Namun ketiga

teori itu tidak dapat menggambarkan sifat atau ciri-ciri pemukim

di daerah perkotaan, pinggiran kota, dan desa, secara mandiri.

Karya berikutnya adalah dari Wertheim, The Indonesian

Town: Studies in Urban Sociology. Dalam buku tersebut, Wertheim

melakukan analisis yang mendalam terhadap masyarakat

perkotaan berdasarkan data-data statistik jumlah penduduk,

upah, jenis pembelanjaan, dan faktor-faktor lain. Pada tahun

1930, Wertheim menyatakan bahwa satu daerah dapat dikatakan

sebagai kota, jika jumlah penduduknya 10.000 jiwa36. Dalam

tulisannya itu, Wertheim hanya membahas perkotaan pada masa

kolonial Belanda. Bahasan Wertheim hanya sebatas pada kasus-

kasus yang terjadi di kota besar seperti Semarang, Bandung, dan

Batavia, sementara kota-kota yang tergolong kota kabupaten tidak

mendapat perhatian khusus.

36W.F. Wertheim, The Indonesian Town Studies in Urban Sociology. (Bandung: van Hoeve, 1958), hlm. 11.

Page 25: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

25

Larry R. Ford,37 dalam artikelnya yang berjudul “A Model of

Indonesian City Structure” mengambil Indonesia sebagai fokus

utama dalam pembahasannya tentang kota di Asia Tenggara.

Lebih lanjut dikatakan bahwa letak Indonesia yang berada di

tengah-tengah antara kota yang perkembangannya amat pesat

(Singapura) dan kota yang mengalami kelambatan perkembangan

(Burma). Kota-kota di Indonesia dalam posisi ini, sekaligus

memberikan wawasan dalam hal kesinambungan dan perubahan.

Model morfologi kota-kota di Indonesia, terutama didasarkan pada

ibukota propinsi, dan sejauh ini berlaku di semua kota di

Indonesia, menunjukkan kecenderungan politik dan ekonomi yang

bersifat urban di sepanjang waktu. Indonesia bukanlah negara

yang homogen. Kota-kota di Indonesia merefleksikan keragaman

budaya dalam wilayah kepulauan yang sangat luas. Struktur kota-

kota lama Indonesia pada dasarnya di sesuaikan dengan kondisi

dan struktur sosial masyarakatnya. Pembahasan artikel Larry

Ford tentang struktur kota Indonesia secara umum diawali pada

abad ke-8, dan pada abad 17-an hingga abad 20-an difokuskan ke

Batavia (Jakarta).

37Larry R. Ford. “A Model of Indonesian City Structure”,

dalam Geographical Review, vol. 83. No. 4 (Oct., 1993), pp. 374-396, diunduh dari http://www.jstor.org/stable/215821, tanggal

15 Maret 2015, pukul. 10.40

Page 26: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

26

Kota-kota lama Indonesia dapat dibedakan atas dua tipe

yaitu kota pedalaman (agraris) dan kota pantai (perdagangan).

Kota-kota ini telah muncul pada masa kerajaan Buddha Sriwijaya

yang berpusat pada kota maritim dan berbasis pada kegiatan

perdagangan. Di samping itu juga pada masa Hindu Buddha

Majapahit yang memiliki pusat kota pedalaman agraris dan basis

perekonomian agraris yang kuat. Beberapa contoh kota lama pada

periode ini antara lain adalah Mataram, Kediri, Borobudur. Setelah

keruntuhan kedua model kerajaan itu, muncul kota-kota

pelabuhan maritim di era kerajaan-kerajaan Islam yang

berkembang sejak abad 16-17.38

Sejalan dengan Larry Ford, Djoko Suryo mencatat bahwa

struktur morfologi kota lama Indonesia juga dipengaruhi oleh

tradisi keagamaan. Tradisi Hindu dan Buddha yang datang dari

India misalnya, memiliki dampak yang kuat pada ritus-ritus dan

simbol-simbol kota. Demikian pula tradisi budaya Islam sangat

kuat dalam penyusunan tata ruang kota, bangunan-bangunan

arsitektual, dan simbol-simbol kota seperti yang tercermin pada

simbol-simbol tempat peribadatan, pakaian, dan tradisi upacara

keagamaan.39

38 Ibid., hlm. 374-375.

39Djoko Suryo, “Kota dan dinamika Kebudayaan: Proses Menjadi Kota dan Kebudayaan Indonesia Baru”, dalam Djoko Suryo (ed.) Transformasi Masyarakat Indonesia Dalam Historiografi

Page 27: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

27

Stratifikasi sosial pada masa kolonial membagi

masyarakat Indonesia atas tiga golongan yaitu golongan Eropa,

Timur Asing, dan Pribumi. Orang Eropa ditempatkan pada pusat

kekuasaan, sementara orang Timur Asing, dalam hal ini orang

Cina berkedudukan di lapisan kedua, sementara orang pribumi

pada lapisan terbawah.

Stratifikasi sosial ini juga terwujud dalam pembagian tata

ruang kota, sebagaimana tercermin dalam pembagian zona

pemukiman, beserta ruang publiknya. Kondisi ini juga

mewujudkan bentuk dan pola hubungan sosial, politik, kultural,

yang semuanya dibatasi dan dilandasi oleh prinsip kolonial, yaitu

perbedaan ras, warna kulit, golongan, dan segregasi sosial.

. Buku lain yang mengulas tentang teori kota adalah karya

dari Hadi Sabari Yunus. Karya yang berjudul Megapolitan: Konsep,

Problematika dan Prospek mengulas tentang megapolitanisasi

Jabotabek yang merupakan suatu program pembangunan dan

pengembangan kawasan yang berbasis perkotaan dengan Jakarta

sebagai sentra utamanya. Meskipun karya ini bukan karya

sejarah, namun hasil riset geografi yang dilakukan menyimpan

banyak konsep dan teori perubahan dalam sebuah kota.

Indonesia Modern (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Press bekerjasama dengan Jurusan Sejarah Fakultas

Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, 2009), hlm. 101-116.

Page 28: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

28

Tinjauan pustaka di atas secara umum menyiratkan bahwa

Depok merupakan kota yang sarat permasalahan dengan berbagai

dimensinya, yang pembahasannya melibatkan para pakar dari

berbagai bidang studi. Penelitian yang berjudul “Berkembang

Dalam Bayang-bayang Jakarta: Sejarah Depok (1950-an – 1990-

an)” mengupas permasalahan-permasalahan yang ada di kota

kecil, yang dalam perjalanan historiografi sejarah kota belum

pernah dimunculkan atau agak terabaikan. Kajian mengenai

sejarah kota selama ini hanya membahas permasalahan-

permasalahan di seputar kota besar.

E. Kerangka Pemikiran

Obyek kajian sejarah adalah masalah yang terjadi pada

masa lampau, akan tetapi tidak berarti sejarah adalah “sejarah

masa lampau”. Sejarah adalah juga sejarah masa kini dan sejarah

masa yang akan datang. Menanggapi hal tersebut, Djoko Suryo

kemudian menawarkan satu pendekatan yang dikenal sebagai

pendekatan visioner.40 Melalui pendekatan yang ditawarkan ini,

wawasan kajian sejarah tidak hanya terbatas mempersoalkan

40Pendekatan visioner pada hakekatnya adalah sebuah

model pendekatan integratif sejarah linear yang menyeimbangkan penekanan orientasi kajiannya secara integratif mencakup tiga dimensi temporal masa lampau, masa kini, dan masa yang akan

datang, agar mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam menjawab persoalan masa kini dan masa yang akan datang. Ibid. hlm. 12-13.

Page 29: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

29

tentang apa yang terjadi pada masa lampau”, akan tetapi juga

“apa yang terjadi saat ini” dan juga “apa yang akan terjadi di masa

depan”. Dengan pendekatan ini sejarah dapat menyajikan

gambaran keberlangsungan dan perubahan, dari masa lampau,

masa kini, dan masa yang akan datang, sehingga dapat

menjadikan kajian sejarah lebih bermakna (meaningfull) dan

berdaya guna lebih luas.41 Sejalan dengan pemikiran Djoko

Suryo, Nugroho Notosusanto dalam Pidato Pengukuhan Guru

Besarnya yang berjudul Sejarah Demi Masa Kini, juga mengungkap

hal yang sama.42

Kajian sejarah visioner pada dasarnya juga dapat menjadi

alat bantu dalam kajian multidisipliner atau interdisipliner bagi

kajian tentang masalah-masalah masa kini dan masa mendatang.

Dalam kaitannya dengan kajian sejarah di Indonesia, Djoko Suryo

menyatakan bahwa karya Widjojo Nitisastro43 dapat dianggap

sebagai salah satu contoh dari karya sejarah demografi yang

41Ibid., hlm. 24-25.

42Lihat Sejarah Demi Masa Kini, (Jakarta: UI Press, 1981).

43Menurut Djoko Suryo, karya Widjojo Nitisastro yang

berjudul, Population Trends in Indonesia mengulas kecenderungan perkembangan penduduk di Indonesia dari masa awal

pemerintahan kolonial sampai masa kemerdekaan, dengan analisis tentang kecenderungan pertumbuhan penduduk ke arah masa depan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

perekonomian di Indonesia. Kajian ini sekaligus dapat memberikan arah kebijakan yang harus ditangani oleh penentu kebijakan di Indonesia di masa yang akan datang. Ibid., hlm. 23.

Page 30: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

30

menggunakan kajian visioner. Melalui pendekatan visioner ini,

perjuangan Depok untuk mencari identitas, dapat menjelaskan

mengapa daerah pinggiran ini tidak bisa menjadi pusat

pertumbuhan baru, dengan berbagai kemungkinannya untuk

masa yang akan datang.

Kerangka pemikiran yang digunakan untuk kajian ini

adalah kerangka pemikiran tentang kota baru, yang merupakan

salah satu cara yang ditempuh dalam Greater London Plan 1944.44

Kota baru yang dibentuk dalam Rencana London itu adalah

Letchworth (1903) dan Welwyn (1919), yang merupakan dua kota

satelit dalam bentuk garden city. Kedua kota itu merupakan

penerapan hasil pemikiran Ebenezer Howard, pada akhir abad ke -

19. Pemikirannya diilhami oleh keadaan yang tidak teratur akibat

adanya revolusi industri di Inggris. Ia mengemukakan perlunya

kebijakan untuk membatasi dan mendesentralisasi perkembangan

fisik kota London ke daerah pinggirannya pada jarak tertentu.45

Ebenezer Howard sampai pada satu kesimpulan bahwa

kunci masalah yang dihadapi adalah “….bagaimana

44Abercrombie, P., Greater London Plan 1944, (London: Her

Mayesty’s Stationary Office, 1945).

45J. Frederic Osborn, Preface in Ebenezer Howard, Garden Cities of Tomorrow, (London: Faber and Faber, 1946), hlm. 44-46. Garden City adalah suatu kota yang direncanakan untuk industri

dan untuk kehidupan yang lebih sehat.

Page 31: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

31

mengembalikan kaum migran ke desanya….” Melalui garden city,

Howard ingin memberikan wajah baru bagi kehidupan kota,

dengan satu prinsip dasar yaitu menciptakan daya tarik

kehidupan kota di pedesaan. Prinsip tersebut dalam konsep kota

baru dikenal sebagai Town Counter Magnet,46 (kota penarik

tandingan) yang diharapkan dapat menahan dan mengalihkan

perhatian migran ke kota, dan dapat diciptakan suatu kehidupan

di pedesaan.47

Gagasannya itu dimaksudkan untuk pengembangan suatu

kota yang penduduknya sekitar 35.000-60.000, dan dituangkan

dalam suatu rencana yang komprehensif, yaitu tercapainya

keseimbangan antara industri dan pertanian; antara tempat

tinggal, tempat kerja, pusat pertokoan, dan fasilitas umum; antara

lapangan terbuka, rekreasi dan kepadatan penduduk. Dengan

kata lain, kehidupan di kota itu dapat berdiri sendiri, penduduk

pulang dan pergi ke tempat kerjanya dan tempat lain dilakukan

dengan berjalan kaki. Apabila terjadi kondisi yang melebihi kondisi

itu maka perlu dibuat suatu pusat baru lagi.48

46Ibid., hlm. 35.

47Ibid., hlm. 35-44.

48Rodwin, “Economic Problems in Developing New Towns” dalam United Nations, Planning of Metropolitan Areas and New Towns, New York, 1969, hlm. 149.

Page 32: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

32

Garden City yang dirumuskan Ebenezer Howard merupakan

suatu kota dengan kehidupan lengkap yang terdiri dari berbagai

masyarakat, mempunyai struktur dasar ekonomi yang sehat;

tersedia berbagai lapangan kerja bagi warganya, dan kebutuhan

pelayanan sosial masyarakatnya dapat dipenuhi.

Di dalam kota taman itu selain terdapat fasilitas sosial-

ekonomi yang lengkap, dan disertai dengan pembatasan jumlah

penduduk, serta dikelilingi oleh green belt sebagai bagian integral

dari kota itu. Dengan kata lain, garden city direncanakan secara

komprehensif; secara ekonomi berdiri sendiri; serta adanya

kehidupan sosial yang seimbang.49

Meskipun kemandirian kota baru merupakan salah satu

prinsip dalam filosofi Ebenezer Howard, namun kemandirian di

satu kota dengan kota yang lain tidak sama, karena kondisi

masing-masing kota juga tidak sama. Menurut Perloff dan Sanberg

ada tiga hal yang merupakan ciri kota baru mandiri yaitu jumlah

penglaju; lapangan kerja yang memadai, dan keragaman lapangan

kerja yang ada di kota tersebut.50

Pandangan lain tentang kemandirian disampaikan oleh

Golany. Ia menyatakan bahwa kemandirian kota baru bukan

49Gideon Golany, New Town Planning: Principles and Practise

(New York: John Wiley and Sons, 1976), hlm. 135.

50Perloff, H., and Sanberg, N.C. New Towns: Why and For Whom. (New York: Preager Publisher, 1973), hlm. 67.

Page 33: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

33

hanya bertumpu pada penyediaan lapangan kerja yang beragam

saja melainkan juga harus diimbangi dengan penyediaan fasilitas-

fasilitas perkotaan yang dibutuhkan oleh seluruh warganya.

Sementara itu ia juga membenarkan bahwa kemandirian satu kota

baru dengan kota baru yang lain berbeda satu sama lain. Menurut

Golany tidak ada satu kota pun yang benar-benar mandiri,

karena diantara kota-kota tersebut terjadi saling interaksi dan ada

ketergantungan.51

Lebih lanjut dikatakan bahwa perbedaan kemandirian itu

lebih disebabkan belum adanya batasan yang seragam untuk

mengetahui apakah suatu kota baru dapat dikatakan mandiri

atau tidak. Adanya penduduk yang melakukan perjalanan ulang-

alik antara kota satelit dan kota induknya merupakan suatu hal

yang tidak dapat dihindari, terutama pada awal dibangunnya kota

satelit tersebut. Pada tahap awal perkembangannya, kota satelit

belum mampu menyediakan lapangan kerja yang cukup, dan

fasilitas kehidupan sosial budaya yang belum memadai sehingga

para penghuni kota satelit tersebut memenuhi kebutuhannya di

kota induknya.

Fenomena ini nampak pada kota-kota satelit di Inggris di

awal pembangunannya banyak mengalami hambatan dalam

proses perkembangannya, antara lain dalam menyediakan dan

51Gideon Golany, op.cit, hlm. 128-129.

Page 34: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

34

menumbuhkan kesempatan kerja untuk para penghuni di kota

itu. Kondisi ini berpengaruh pada keterbatasan kesempatan kerja

di kota satelit yang mengakibatkan sebagian besar kebutuhan

pelayanan sosial-ekonomi tergantung pada kota induknya.52 Lebih

lanjut dikatakan bahwa ada tiga bentuk pengembangan kota

satelit berdasarkan orientasi tempat kerjanya yaitu (1) mayoritas

penduduknya bekerja di kota induknya; (2) sekitar 50-60% bekerja

di kota satelit; dan (3) hampir seluruh warga kota bekerja di kota

satelit.

Pertimbangan utama dalam menentukan lokasi kota satelit

seringkali dikaitkan dengan adanya potensi untuk penyediaan

lapangan kerja baru, baik di sektor industri maupun institusi-

institusi lain (perkantoran, universitas, riset dan sebagainya),53

yang dapat memberikan kesempatan kerja baru dalam jumlah

besar pada awal pengembangannya. Disamping lokasi,

pertimbangan lain adalah aksesibilitas ke kota induk, berupa

transportasi umum/massal, yang murah dan lancar.

Itu berarti bahwa kota satelit bukan hanya sekedar hunian

di pinggiran kota, melainkan merupakan suatu kota yang dapat

52Peter Self, “Cities in Flood” dalam The Problem of Urban Growth (London: Faber and Faber Ltd, 1957), hlm. 85.

53Frank Schaffer, “The New Town Movements in Britain”, dalam L.S. Bourne and J.W Simmons, Systems of Cities, (New

York: Oxford University Press, 1978), hlm. 528-534.

Page 35: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

35

berdiri sendiri, meskipun masih tergantung pada kota induknya.54

Kota satelit adalah suatu kota yang dibangun dan dikembangkan

sedemikian rupa, punya batas wilayah tersendiri, terpisah dari

kota lainnya. Kota ini secara ekonomi maupun administrasi berdiri

sendiri, namun masih tetap dipengaruhi oleh kota induknya, yang

umumnya adalah kota metropolitan atau megapolitan. Hubungan

dengan kota induk dilakukan melalui sarana transportasi yang

baik.

Upaya yang dilakukan Pemerintah Inggris dalam menanggu-

langi masalah kota London, ternyata berpengaruh pada negara-

negara lainnya dalam menghadapi masalah yang hampir serupa.

Akibatnya setelah Perang Dunia II, banyak negara yang

menggunakan konsep pengembangan kota baru dalam mengatasi

masalah perkotaan di masing-masing negaranya.55

Di Indonesia, misalnya pengembangan kota baru diawali

dengan pembangunan kota satelit Kebayoran Baru, di selatan kota

Jakarta (1949), kota Palangka Raya, kota pemerintahan

Kalimantan Tengah (1957), dan beberapa kota lainnya seperti

Banjar Baru di Kalimantan Selatan, Pulo Mas, Jatiluhur, dan

54

Gideon Golany, op.cit., hlm. 28.

55Frank Schaffer, op.cit., hlm. 529.

Page 36: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

36

Cilegon.56 Sementara di Jawa Barat, beberapa kota baru

dibangun sebagai suatu cara untuk membatasi pertumbuhan kota

metropolitan Jakarta dan sekaligus mengembangkan daerah

sekitarnya. Satu di antara kota baru itu adalah Depok yang

ditentukan sebagai salah satu sub-pusat utama dalam wilayah

Jabotabek dan mempunyai fungsi serta peran antara lain sebagai

(a) pusat pengembangan di Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor

bagian utara; (b) pusat pemukiman bagi pegawai negeri yang

bekerja di Jakarta; dan (c) pusat pelayanan pendidikan tinggi di

wilayah Botabek.57

Ketika Universitas Indonesia hadir di Depok, fungsi Kota

Depok sebagai Pusat Pendidikan Tinggi di wilayah Bo(de)tabek

yang tercantum dalam visinya, ternyata tidak berhasil menunjang

kemandirian Kota Depok. Integrasi antara kampus UI dengan

sistem masyarakat di sekitarnya tidak berjalan dengan baik,

karena UI berada dalam sistem masyarakat dengan tingkat

pendidikan yang rendah. Dengan demikian UI tidak dapat

menyerap tenaga kerja dari warga Depok, ketika di awal

kepindahannya di kota ini UI membutuhkan tenaga kerja. Padahal

56Djoko Sujarto, Pendekatan Pembangunan Perkotaan Ditinjau dari Segi Perencanaan Lokal, (Bandung: Departemen Planologi ITB, 1987), hlm. 14.

57DTKTD, Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, Jabotabek Metropolitan Development Plan: Executive Summary,

Jakarta, 1981, hlm. 1

Page 37: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

37

suatu kota yang menyandang nama sebagai kota Perguruan Tinggi

atau Pusat Pendidikan Tinggi, seharusnya memiliki integritas yang

relatif tinggi antara Perguruan Tinggi yang ada di kota tersebut

dengan kehidupan sosial ekonomi kotanya.

Pada beberapa kota Perguruan Tinggi di Inggris, fungsi

sosial ekonomi kotanya didominasi oleh berbagai kehidupan dan

kegiatan usaha yang berjaitan dengan perguruan tinggi mulai dari

yang berskala kecil sampai dengan kegiatan industri dan

kepariwisataan. Kondisi itu menunjukkan bahwa kegiatan yang

ada di perguruan tinggi merupakan kegiatan basis bagi kota-kota

itu.

F. Metode Penelitian

Metode Penelitian untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini mengacu pada metode penelitian sejarah yang

ditulis oleh Gilbert J. Garraghan.58 Penelitian ini menggunakan

sumber arsip, yang tersimpan di Arsip Nasional Jakarta. Koleksi

arsip yang digunakan adalah arsip karesidenan khususnya

Bundel Batavia. Dalam koleksi ini, ada laporan umum (algemeen

verslag), dan laporan administrasi (administratieve verslag),

laporan perkebunan (cultuur verslag), dan laporan politik (politiek

verslag), yang semuanya ditulis setiap tahun oleh residen Batavia.

58Gilbert J. Garraghan, A Guide to Historical Method (New

York: Fordham University Press, 1940).

Page 38: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

38

Dalam empat laporan ini, informasi yang diperoleh adalah tentang

kondisi penduduk (bevolking), pengaturan mereka, aktivitas

perekonomian dan kehidupan sosial budayanya. Meskipun ditulis

bersama dengan keterangan tentang daerah-daerah lain, keempat

laporan ini menjadi sumber informasi yang penting karena

memberikan penjelasan secara kronologis dari tahun 1830 sampai

1890. Selain arsip manuskrip di atas, penelitian ini juga

memanfaatkan Staatsblad van Nederlandsch Indie (Lembaran

Negara Hindia Belanda), Bijblad van het Staatsblad (tambahan

Lembaran Negara), Regeeringsalmanak (Almanak Pemerintah), dan

Koloniaal Verslag (Laporan Kolonial).

Sumber-sumber primer penting lainnya berupa sumber-

sumber informasi yang dimuat dalam koran-koran yang terbit

pada masa tema penelitian. Koran-koran ini menjadi koleksi

Perpustakaan Nasional RI. Sejumlah koran memuat berita tentang

perluasan kota Batavia yang juga mencakup perkembangan kota

Depok. Koran tersebut antara lain adalah Kompas (1975, 1976,

1978, 1979, 1980, 1985, 1990), Keng Po (1947-1953), Kan Po

(1942-1943), Pos Kota (1986, 1987, 2005), dan Suara Karya

(1979).

Di samping koran, majalah yang terbit sezaman juga

menjadi salah satu bahan referensi. Majalah ini memuat berita,

laporan dan artikel-artikel yang ditulis oleh saksi peristiwa atau

Page 39: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

39

oleh para ilmuwan yang menganalisisnya. Majalah-majalah

tersebut antara lain adalah De Banier; Medeedelingen van

Nederlandsch Zendelingsgenootschap (MNZG) antara 1864 dan

1930; Tempo (1976), Kan Po (1943-1944); Prisma (1976, 1977,

1979); dan Widyapura (1979). Untuk informasi pelengkap maupun

pembanding lainnya, penelitian ini menggunakan buku-buku

pendukung sebagai sumber sekunder. Buku-buku ini lebih

banyak dipilih dengan prioritas pada kajian teori tentang

perkotaan atau kehidupan sosial kota.

Penelusuran data juga dilakukan melalui metode sejarah

lisan. Sejarah lisan mengandung arti catatan mengenai suatu

tempat, orang atau peristiwa sejarah, kenangan langsung

mengenai masa lampau, yang dikisahkan oleh saksi mata.59

Pengertian lain dari Sejarah lisan atau oral history, adalah teknik

pengumpulan sumber sejarah melalui wawancara. Kegiatan ini

mempunyai kekuatan dan kelemahan. Kekuatannya terletak pada

pelaku sejarah yang terlibat dalam peristiwa yang dikisahkannya

dapat menceriterakan pengalaman yang terjadi dalam

kehidupannya, dan bagaimana mereka mengalami atau

memandang peristiwa tersebut.

Dalam penggunaan bahan dari sejarah lisan, ada beberapa

kelemahan yang harus diperhatikan antara lain bahwa

59Kuntowijoyo, op.cit. hlm. 19-32

Page 40: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

40

rekonstruksi dari peristiwa atau pengalaman 30-40 tahun yang

lalu melalui apa yang diucapkan oleh pengkisah tidak berarti

seluruhnya tepat dan akurat. Emosi yang dirasakan pada kejadian

waktu itu belum tentu sama dengan apa yang dirasakan pada

waktu pengkisah menceriterakannya, apalagi dengan memperha-

tikan kemampuan daya ingat manusia.60

Penelusuran sumber melalui sejarah lisan dimaksudkan

untuk melengkapi sumber tulis yang ditemukan. Dengan demikian

penggunaan pendekatan sejarah lisan tidak dimaksudkan sebagai

pengulangan dari keterangan yang diperoleh dan terdapat dalam

sumber tulis. Dalam penelitian mengenai Depok, sumber lisan

diperoleh melalui wawancara dengan generasi ketiga mantan

budak Cornelis Chastelein, yang masih menyandang nama 11

“marga” yang ada di Depok,61 tokoh masyarakat seperti Badrul

60Mona Lohanda, “Sumber Sejarah Lisan Dalam Penulisan Sejarah Kontemporer Indonesia”, dalam Mona Lohanda, Membaca Sumber Menulis Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011), hlm. 130-140.

61Sebetulnya ada 12 keluarga yang ada di Depok , yaitu

Jonathans, Laurens, Bacas, Loen, Sudira, Isakh, Samuel, Leander, Joseph, Tholense, Jacob, dan Zadokh. Wawancara

dengan Bapak Boy Loen, tanggal 26 Agustus 2004. Dalam penuturannya dikatakan bahwa keluarga Zadokh sudah tidak ada lagi, karena tidak mempunyai keturunan laki-laki yang dapat

meneruskan keberadaan keluarga ini. Ada dugaan lain, bahwa ada kemungkinan keluarga Zadokh kembali memeluk agama semula. Dugaan ini muncul, karena 11 marga yang masih ada itu,

menurut penuturan Boy Loen sering bersilaturahmi dengan orang kampung (yang besar kemungkinannya adalah dari keluarga

Zadokh).

Page 41: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

41

Kamal, mantan Walikota Depok, Comas Batubara, mantan Menteri

Perumahan Rakyat di era Presiden Suharto, Sumantri, mantan

penghuni asrama, Lauw Tek Liem, generasi ketiga keturunan

keluarga Lauw Koei Liong pemilik Tanah Partikelir Pondok Cina,

dan Na’am orang (kampung) Depok. Pilihan untuk melakukan

wawancara dengan mereka karena dianggap mengetahui

dinamika-dinamika yang terjadi dalam masyarakat Depok, dan

diantara mereka masih menyimpan dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan penelitian ini.

Sumber sekunder juga digunakan dalam penelitian ini, yaitu

surat wasiat dari Cornelis Chastelein yang beredar di kalangan

masyarakat Depok (para mardijkers). Penggunaan sumber

sekunder dilakukan karena surat wasiat yang tersimpan di Arsip

Nasional, sudah tidak dapat dibaca lagi, sebagian besar terkena

tumpahan tinta. Dalam surat wasiat yang beredar, ada satu

kejanggalan, karena ditulis dalam dua bahasa, Belanda dan

Melayu. sumber tersebut digunakan dalam batas-batas tertentu,

yaitu yang sesuai dengan pokok permasalahan dalam studi ini.

Berbekal pada satu diktum bahwa sejarah-sebagai-kisah

mempunyai dua komponen yaitu fakta dan interpretasi, maka

Berkembang Dalam Bayang-Bayang Jakarta: Sejarah Depok tahun

1950-an—1990-an direkonstruksikan menjadi satu kisah yang

mendekati apa yang sesungguhnya terjadi. Rekonstruksi tersebut

Page 42: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

42

didasarkan pada fakta yang dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya, kemudian dilakukan analisis terhadap fakta-fakta

tersebut, dan ditulis dalam bentuk hasil penelitian.

Secara konseptual lokasi penelitian dibagi dalam dua bagian

yaitu, pertama, yang sifatnya makro, dalam hal ini perkembangan

Depok, sekaligus hubungan kota satelit ini dengan kota

metropolitan Jakarta yang disangganya, terus diamati. Berbagai

penelitian tentang Depok yang ada dijadikan dasar pengamatan.

Pemahaman ini kemudian diperkaya oleh hasil riset sejenis yang

diperoleh di Perpustakaan Pusat UI, dan dilengkapi dengan data

statistik BPS Kota Bogor, bahan-bahan dari Bappeda Kota Depok,

serta data-data dari kecamatan di lingkungan kota Depok.

Kedua, yang sifatnya mikro, dalam hal ini penggalian data

dilakukan di komunitas Depok lama. Pencarian data disamping di

wilayah Jabodetabek, juga dilakukan di perpustakaan Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, perpustakaan Kolese St.

Ignatius, Perpustakaan Sono Budoyo, perpustakaan Pedesaan dan

Pusat Kependudukan UGM yang antara lain mengkoleksi buku

tentang demografi, Sensus Penduduk dan Survei Penduduk Antar

Sensus yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.

Page 43: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

43

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini dibagi dalam tujuh bab. Bab pendahuluan

memuat pertanyaan-pertanyaan permasalahan yang merupakan

dasar untuk pembahasan pada bab-bab selanjutnya. Bab kedua

membahas beberapa macam persoalan yang timbul di Depok

sampai awal abad 20. Tujuannya adalah untuk melihat

perkembangan status Depok, mulai dari asal usul kepemilikan

tanahnya hingga menjadi tanah pemerintah dan kondisi awal

Komunitas “Belanda” Depok, dan masyarakat pendatang yang ikut

serta memberi corak pada Kota Depok. Bab III berisi tentang

permasalahan di seputar Jakarta yang berimbas terekslusinya

Depok dari Jakarta dan terinklusi ke Jawa Barat. Meskipun telah

terekslusi dari Jakarta, namun Jakarta tetap memerlukan Depok

sebagai daerah penyangga. Bab IV membahas mengenai

pemekaran kota Depok, yang diawali dengan menjadi pinggiran

kota Jakarta hingga menjadi kota Mandiri. Bab V menitik beratkan

pada pembicaraan mengenai kota hunian dan aktivitas baru

orang Jakarta di selatan ibukota, yang dilengkapi dengan fasilitas

perkotaan. Bagian ini merupakan suatu pemecahan dari

permasalahan yang dibahas pada bab III. Pembahasan pada

bagian ini mencoba untuk melihat demografi penduduk yang

menjadi pemukim baru di Depok dengan segala permasalahannya,

serta adanya kebijakan pemindahan Universitas Indonesia ke

Page 44: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89369/potongan/S3-2015... · 1Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai arti pertapaan, atau

44

Depok. Bab VI membahas tentang pergumulan tanpa henti

mencari identitas. Bagaimana sulitnya perjuangan Depok untuk

diterima sebagai suatu kota. Penelitian ini akan ditutup dengan

kesimpulan pada Bab VII yang intinya adalah menjawab

pertanyaan penelitian yang diajukan pada bab pendahuluan.