bab i penelitian hipertensi

10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian dini tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (Infodatin, 2014a). Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah Hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) (Infodatin, 2014b). Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa penelitian di laporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung (Rahajeng & Tuminah, 2009).

Upload: dwi-permana-putra

Post on 04-Sep-2015

262 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Hipertensi

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSetiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian dini tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (Infodatin, 2014a). Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah Hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) (Infodatin, 2014b). Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa penelitian di laporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung (Rahajeng & Tuminah, 2009). Secara global, tingginya tekanan darah diperkirakan menjadi penyebab 7,1 juta kematian atau sekitar 13% total kematian. Sekitar 62% penyakit serebrovaskular dan 49% penyakit jantung iskemik disebabkan oleh tingginya tekanan darah (Tesfaye et al, 2007). Menurut WHO dan The International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia dan 3 juta diantaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat (Rahajeng & Tuminah, 2009). Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Gejala Hipertensi adalah berupa sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus) dan mimisan.Prevalensi kejadian hipertensi berkisar antara 5 35% di berbagai negara di Asia sedangkan di daerah Asia Pasifik, prevalensi kejadiannya berkisar antara 5 47% pada pria dan 7 38% pada wanita. Angka kejadian hipertensi di Asia Tenggara juga tergolong cukup tinggi, diantaranya Vietnam (2004) mencapai 34,5%, Thailand (1989) sebanyak 17%, Malaysia (1996) 29,9%, Filipina (1993) sebanyak 22%, dan Singapura (2004) sebanyak 24,9%.WHO mencatat bahwa dua per tiga dari penduduk dunia yang menderita hipertensi diantaranya berada di Negara berkembang yang berpenghasilan rendah dan berkembang, dimana Indonesia masuk dalam deretan 10 negara dengan pervalensi hipertensi tertinggi di dunia, bersama Myanmar, India, Srilanka, Bhutan, Thailand, Nepal dan Maldives (Anonim, 2013). Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004 (Rahajeng & Tuminah, 2009). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi. Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8)%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen (Infodatin, 2015b).Selanjutnya gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. Suatu kondisi yang cukup mengejutkan. Terdapat 13 provinsi yang persentasenya melebihi angka nasional, dengan tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%) atau secara absolut sebanyak 30,9% x 1.380.762jiwa = 426.655 jiwa (Infodatin, 2015b). Dari hasil riset Balitbangkes Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam laporan Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan 29,8% dari hasil pengukuran tekanan darah 8,1% diagnosis oleh tenaga kesehatan dan 8,4% diagnosis atau riwayat minum obat Hipertensi. Laporan Surveilens Terpadu Penyakit (STP) Berbasis Rumah Sakit Provinsi Kalimantan Barat tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah kasus Hipertensi mencapai 1.380 kasus. Sedangkan, berdasarkan laporan Puskesmas di Kalimantan Barat pada tahun 2011, kasus Hipertensi terbanyak di daerah Sambas sebanyak 6.754 kasus. Setelah Sambas, kasus Hipertensi terbanyak terjadi di Singkawang yakni sebanyak 6.504 kasus. Diikuti Kubu Raya sebanyak 2.511 kasus. Sedangkan sisanya terjadi di Kabupaten dan kota lainnya. Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pontianak tahun 2012 menunjukan bahwa jumlah kasus Hipertensi mencapai 27.337 kasus (Depkes RI, 2007) (Dinkes Kota Pontianak, 2012), sedangkan pada tahun 2014 angka kejadian Hipertensi meningkat mencapai 32.935 (Dinkes Kota Pontianak, 2014). Di UPTD Kecamatan Pontianak Kota pada tahun 2014, tercatat bahwa Hipertensi masuk ke dalam peringkat ke 4 dari salah satu penyakit tidak menular (PTM) terhitung sebanyak 2.697 kasus (Profil Puskesmas Kec.Pontianak Kota, 2014) Untuk mengelola penyakit Hipertensi termasuk PTM, Kemenkes telah membuat Kebijakan yaitu mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini Hipertensi secara aktif (skrining), selain itu juga meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui kegiatan Posbindu PTM dan meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan Hipertensi melalui revitalisasi Puskesmas (Kemenkes, 2012). Black dan Hawks (2005) menyatakan bahwa ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi kejadian Hipertensi. Faktor risiko ini diklasifikasikan menjadi faktor yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah yaitu, riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, genetic dan etnis. Sedangkan, faktor risiko yang dapat diubah yaitu, olahraga, obesitas, stress, kebiasaan merokok, pola makan makanan yang asin/garam, konsumsi alkohol, konsumsi kalium, konsumsi lemak dan konsumsi kafein. Pemilihan topik penelitian mengenai gambaran faktor resiko pada pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota ini dilakukan karena belum ada penelitian serupa sebelumnya. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu pihak puskesmas dalam upaya pelaksanaan program penanggulangan penyakit tidak menular. Berbagai penelitian, telah membuktikan berbagai faktor resiko yang berpengaruh terhadap timbulnya Hipertensi. Hasil studi sebelumnya, menyebutkan bahwa faktor pemicu Hipertensi dapat dibedakan menjadi yang tidak dapat diubah seperti riwayat keluarga, jenis kelamin dan usia, serta faktor yang dikontrol seperti pola konsumsi makanan yang mengandung natrium, lemak, perilaku merokok, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik (Anggraini, dkk, 2009).Dalam penelitian sebelumnya telah banyak membuktikan bahwa Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor. Dalam penelitian Nuarima (2012), melaporkam bahwa, faktor yang menyebabkan Hipertensi adalah umur karena semakin lanjut usia semakin berisiko terkena Hipertensi, faktor genetic memiliki risiko lebih besar daripada orang yang tidak memiliki riwayat keluarga, seorang perokok dan orang yang obesitas. Sedangkan dalam penelitian Anggraini & Ade (2009), melaporkan hasil penelitiannya bahwa Hipertensi terjadi karena berbagai faktor, antara lain dapat disebabkan oleh usia > 45 tahun (89,1%), berkenis kelamin wanita (56,5%), genetic (65,2%), merokok (56,5%) dan pola asupan garam (65,2%). 1.2 Rumusan MasalahBagaimana Gambaran Faktor Resiko Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota pada tahun 2015?1.3 Tujuan PenelitianUntuk mengetahui Gambaran Faktor Resiko Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota pada tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian1. Bagi PenelitiMeningkatkan pengetahuan dan kemampuan penulisan dalam penelitian ilmiah di bidang kedokeran komunitas dan juga bermanfaat dalam menambah referensi ilmiah dalam memahami faktor resiko penderita Hipertensi2. Bagi PuskesmasDapat memberi masukan yang berharga bagi UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota dalam merencanakan dan melancarkan program penanggulangan penyakit hipertensi3. Bagi MasyarakatDapat memberikan bekal dan pemahaman mengenai faktor resiko terhadap penyakit Hipertensi, sehingga masyarakat waspada akan penyakit Hipertensi

Daftar Pustaka1. Infodatin. (2014a). Situasi kesehatan jantung. Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI2. Infodatin. (2015b). Hipertensi. Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI3. Rahajeng E, Tuminah S. (2009). Prevalensi hipertensi dan determinannya di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. 69 (12)4. American Heart Journal. (2015). High Blood Pressure.[online] Available from : http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/AboutHighBloodPressure/About-High-Blood-Pressure_UCM_002050_Article.jsp5. Tesfaye F, et al. (2007). Association between body mass index and blood pressure across three populations in Africa and Asia. Journal of Human Hypertension. 28. Pg : 28-376. Karim F.R. (2010). Pemanfaatan Mentimun (Cucumis Savitus) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Universitas Sumatera Utara.7. Anonim. (2013). Hati-hati Ancaman Hipertensi [online]. Available from: http://sp.beritasatu.com/gayahidup8. Kemenkes RI. (2012). Masalah Hipertensi di Indonesia [online]. Available from: http://www.depkes.go.id/article/print/1909/masalah-hipertensi-di-indonesia.html9. Riskesdas. (2013). Hipertensi/Tekanan Darah tinggi. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2007). Riset Kesehatan Dasar: Laporan Provinsi Kalimantan Barat. Jakarta: 2008. hlm. 41-90.11. Dinas Kesehatan Kota Pontianak. (2013). Profil Dinas Kesehatan Kota Pontianak Tahun 2012.12. Profil Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota. (2014) 10 Besar Penyakit di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota. Pg : 22.13. Black, Hawks. (2005). Penyakit Jantung, Hipertensi, dan Nutrisi. Jakarta: Bumi Aksara14. Norman M, et al. (2002). Kaplans Clinical Hypertension. 8th Ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins.15. Marliyani Lili dan H.Tantan.S, (2007). 100 Questions & Answer Hipertensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.16. Anonim. (2013). Hati-Hati Ancaman Hipertensi [online]. Available from : http://www.suarapembaruan.com/17. Anggraini, D.A, dkk (2009) didalam Rustiana (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Banten : Universitas Syarif Hidayatullah.18. Nuarima K.A. (2012) didalam Rustianak (2014). Faktor Resiko Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul. Rembang. Banten : Universitas Syarif Hidayatullah.