sl ff hipertensi puskes grogol i

24
Laporan Kasus Hipertensi Pada Pasien Lansia Ida Bagus Indrayana FF 49 10.2009.119 [email protected] BAB I PENDAHLAN A. LA!A" BELAKAN# Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya ber paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau diband dengan unit pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). ungsi puskesmas adalah mengembangkan pelayanan kesehatanyang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bers menyeluruh atau yang disebut dengan "omprehensi#e $ealth "are Ser#ice yang meliputi aspek promoti#e% pre#enti!% curati#e% dan rehabilitati!. P harus dikembangkan oleh puskesmasharus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care ser#ices) yang lebih mengedepankan upay promosi dan pencegahan (public health ser#ice). ungsi puskesmas keputusan menteri kesehatan republik &ndonesia No.' *+,N ,S*S *&&* /% adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan% pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan% pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. $ipertensi di negara-negara industri merupakan salahsatu masalah kesehatan utama% di &ndonesia hipertensi juga merupakan masalah kesehatan perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan keseha karenaangka pre#alensinya yang tinggi dan akibat jangkapanjangyang ditimbulkannya. 0erdasarkan penyebabnya% hipertensi dibagi menjadi golon yaitu hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi se yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. $ipertensi primer mel kurang lebih 1 2 dari seluruh pasien hipertensi dan ' 2 lainnya disebabkan hipertensi sekunder. Sekitar 32 darigolonganhipertensi sekunder dapat

Upload: ida-bagus-indrayana

Post on 02-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

buat FF. tentang hipertensi pak sueb

TRANSCRIPT

Ida Bagus Indrayana

Laporan Kasus Hipertensi Pada Pasien LansiaIda Bagus Indrayana

FF 4910.2009.119

[email protected]

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi puskesmas adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan oleh puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service). Fungsi puskesmas menurut keputusan menteri kesehatan republik Indonesia No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Hipertensi di negara-negara industri merupakan salah satu masalah kesehatan utama, di Indonesia hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Hipertensi primer meliputi kurang lebih 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Sekitar 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya.B. RUMUSAN MASALAH

Masalah yang dapat dirumuskan dari kasus ini adalah:1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien2. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan hipertensi3. Bagaimana fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga dalam mendukung penyembuhan pasien.4. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk menangani hipertensi.C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui dan memahami tentang penyakit hipertensi dan penyebabnya serta menerapkan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran secara komprehensif dan holistik dan peran aktif dari pasien dan keluarga.

2. Untuk memenuhi tugas Skill Lab Family Folder pada blok community medicine.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAPengertian HipertensiHipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.1 Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg.2

Klasifikasi Hipertensi Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat I, dan derajat II.1Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7

KlasifikasiTekanan DarahTDS (mmHg)TDD (mmHg)

Normal< 120< 80

Prahipertensi120 13980 89

Hipertensi derajat 1140 15990 99

Hipertensi derajat 2>160>100

EpidemiologiHipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Menurut survey yang dilakukan oleh Word Health Organization (WHO) pada tahun 2000, jumlah penduduk dunia yang menderita hipertensi untuk pria sekitar 26,6% dan wanita sekitar 26,1% dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 29,2%.1,2

Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia terus terjadi peningkatan. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 sebesar 21% menjadi 26,4% dan 27,5% pada tahun 2001 dan 2004. Selanjutnya, diperkirakan meningkat lagi menjadi 37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada tahun 2025. Menurut data Kementrian Kesehatan RI tahun 2009 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat menjadi 34,1% tahun 2010.2

EtiologiPada 90-95% orang mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi esensial) yang sebabnya tidak diketahui yang ditingkatkan oleh gaya hidup yang kurang aktif, merokok, berat badan berlebih, diet tinggi lemak, konsumsi alcohol dan stress.1 Pada 5-10% orang (hipertensi sekunder) mempunyai penyakit lain yang mendasari menyebabkan tingginya tekanan darah dan memerlukan pengobatan segera.2Terdapat faktor-faktor risiko yang berperan dalam hipertensi. Faktor resiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.

Faktor Faktor yang dapat diubah termasuk gaya hidup, antara lain :

Merokok

Kurang aktivitas fisik

Kelebihan berat badan

Diet tinggi lemak

Asupan garam berlebih

Konsumsi alcohol berlebih

Faktor Faktor yang tidak dapat diubah, antara lain :

Riwayat keluarga dengan hipertensi

Usia > 45 tahun pada pria dan >55 tahun pada wanita

Etnik / suku bangsa

PatofisiologiPengaturan Tekanan Darah

Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu

- Curah jantung

Hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup, sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena dan kekuatan kontraksi miokard.- Resistensi vascular

Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas dinding pembuluh darah dan viskositas darah.

Semua parameter di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sistem saraf simpatis dan parasimpatis., sistem rennin-angiotensin-aldosteron (SRAA) dan faktor lokal berupa bahan-bahan vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah.3Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu cenderung meningkatkan tekanan darah dengan :

- Meningkatkan frekuensi denyut jantung,

- Memperkuat kontraktilitas miokard

- Meningkatkan resistensi pembuluh darah

Sistem saraf parasimpatis bersifat depresif, yaitu menurunkan tekanan darah dengan :

Menurunkan frekuensi denyut jantung.

SRAA juga bersifat presif berdasarkan efek vasokonstriksi angiotensin II dan perangsangan aldosteron yang menyebabkan retensi air dan natrium di ginjal sehingga meningkatkan volume darah. Selain itu terdapat sinergisme antara sistem simpatis dan SRAA yang saling memperkuat efek masing-masing.3

Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan vasoaktif yang sebagiannya bersifat vasokonstriktor seperti :- Endotelin, tromboksan, A2 dan angiotensin II lokal, dan sebagian lagi bersifat vasodilator seperti endothelium-derived relaxing factor yang dikenal dengan nitric oxide (NO) dan prostasiklin (PG12).

Selain itu jantung, terutama atrium kanan memproduksi hormone yang disebut atriopeptin (atrial natriuretic peptide, ANP) yang bersifat diuretic, natriuretik, dan vasodilator yang cenderung menurunkan tekanan darah.3

Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin alosteron, perubahan membran sel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi.4,5Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistem renin angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensi bekerja dengan mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin angiotensin aldosterouran Tekanan Darah diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur keseimbangan cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi tekanan darah4Tanda dan Gejala

Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda.

Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung (Julius, 2008). Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun, dan berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium

Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi

Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat

Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus

Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler 1,4Komplikasi

Penyakit Jantung Hipertensi

Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel kiri untuk meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan dinding yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis koroner. Angina pectoris juga dapat terjadi karena gabungan penyaki tarterial koroner yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang bertambah akibat penambahan massa miokard.Penyakit Arteri Koronaria

Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit arteri koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah ateri koronaria kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah kedistal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yangberakibat terjadinya penyakit arteri koronaria.Gagal Ginjal

Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh karena penimbunan garam dan air, atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA).

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan. mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif, diseksiaorta).Palpasi denyut nadi, auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.5,6

Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar WHO dengan alat sphygomanometer. Untuk menegakan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah