proposal penelitian puskes tebet 1

44
PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA INDEKS GLIKEMIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI KECAMATAN TEBET TAHUN 2011 Pembimbing : dr. Novi Indriani S. Pembimbing Puskesmas : dr. Amnur R. Kayo, MKM Disusun oleh : Anniza Komalasari 030.06.032 Ansi Rinjani 030.06.033 I Yuwanda C. 030.06.115 Barliansyah 030.94.092 KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PERIODE 21 NOVEMBER 2011 – 28 JANUARI 2011-12-09 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI 1

Upload: kevin-radittya

Post on 29-Oct-2015

204 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS GLIKEMIK DENGAN KADAR GULA DARAH

PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI KECAMATAN TEBET TAHUN 2011

Pembimbing :

dr. Novi Indriani S.

Pembimbing Puskesmas :

dr. Amnur R. Kayo, MKM

Disusun oleh :

Anniza Komalasari 030.06.032

Ansi Rinjani 030.06.033

I Yuwanda C. 030.06.115

Barliansyah 030.94.092

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PERIODE 21 NOVEMBER 2011 – 28 JANUARI 2011-12-09

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA 2011

1

Page 2: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Banyak orang yang masih mengganggap penyakit diabetes

merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul

karena faktor keturunan. Padahal, setiap orang dapat mengidap

diabetes, baik tua maupun muda. Diabetes adalah kondisi yang kronis,

dimana tubuh tidak dapat mengubah makanan menjadi energi

sebagaimana harusnya. Hal ini berasosiasi dengan komplikasi yang

terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama yang kemudian

mempengaruhi hampir seluruh bahagian tubuh.

Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta

orang di seluruh dunia menderita diabetes , atau sekitar 2,8% dari

total populasi. Insidensnya terus meningkat dengan cepat, dan

diperkirakan pada tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366

juta atau sekitar 4,4% dari populasi dunia. Peningkatan prevalensi

terbesar terjadi di Asia dan Afrika, sebagai akibat dari tren urbanisasi

dan perubahan gaya hidup, seperti pola makan “Western-style” yang

tidak sehat.

Indonesia menjadi negara keempat di dunia yang memiliki angka

diabetes terbanyak. Diabetesi secara keseluruhan di Indonesia

mengalami peningkatan hingga 14 juta orang. Berdasarkan laporan

dari WHO, jumlah diabetes di Indonesia pada tahun 2000 adalah 8,4

juta orang setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta) dan Amerika

Serikat (17,7 juta). Diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat pada

tahun 2030, India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3

juta) dan Indonesia (21,3 juta). Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 24417 responden

2

Page 3: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi Glukosa Terganggu

(kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam dan diberi

glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami Diabetes Melitus

yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus yang tidak

terdiagnosis. Baik DM maupun TGT lebih banyak ditemukan pada

wanita dibandingkan pria, dan lebih sering pada golongan dengan

tingkat pendidikan dan status sosial rendah. Daerah dengan angka

penderita DM paling tinggi di Indonesia yaitu Kalimantan Barat dan

Maluku Utara yaitu 11,1 %, di Jakarta sendiri sekitar 6,6 %, di

Kecamatan Tebet sebanyak 1.515 orang, sedangkan kelompok usia

penderita DM terbanyak adalah 55-64 tahun yaitu 13,5%. Beberapa hal

yang dihubungkan dengan risiko terkena DM adalah obesitas (sentral),

hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi sayur-buah kurang

dari 5 porsi perhari. Peningkatan jumlah diabetesi disebabkan

keterlambatan penegakan diagnosis penyakit tersebut. Pasien sudah

meninggal akibat kompikasi sebelum adanya penegakan diagnosis.

Untuk menegakkan diagnosis DM dipergunakan rujukan menurut WHO 1999 dan

American Diabetic Association 2003, yaitu kadar glukosa darah dua jam pembebanan: <

140 mg/dl : Tidak DM, 140 - < 200 mg/dl : Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), > 200

mg/dl : Diabetes Mellitus.

Penyakit DM dapat di kendalikan dengan pola/gaya hidup yang sehat seperti diet

dan pola gizi seimbang, tinggi serat dan rendah lemak, di sertai aktifitas fisik/latihan

jasmani yang teratur. Sselain itu apabila makanan yang sehat dan latihan jasmani

(nonfarmakologi) tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah atau kontrol diabetes,

maka penderita di anjurkan mengkonsumsi obat – obatan atau insulin, atau keduanya di

bawah pengawasan atau konsultasi dokter.

Prinsip pengelolaan DM secara keseluruhan harus terpadu. Langkah pertama,

melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara berkala, baik dengan penggunaan

glukometer atau pemeriksaan laboratorium dan mentaati pola makan seimbang.

3

Page 4: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

I.2 RUMUSAN MASALAH

Apakah ada hubungan antara konsumsi makanan indeks glikemik rendah dan tinggi

dengan kadar GDS penderita DM ?

I.3 TUJUAN PENELITIAN

I.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui makanan yang baik dan seimbang untuk penderita DM agar dapat

memberikan diet yang baik.

I.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi indeks glikemik rendah dan tinggi

dengan kadar GDS penderita DM di Kecamatan Tebet Jakarta Selatan

2. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pasien tentang pola makan sehat dan

seimbang dengan kadar GDS pada penderita DM

3. Untuk mengetahui hubungan antara olahraga dengan kadar GDS penderita DM

4. Untuk mengetahui hubungan antara obat DM dengan kadar GDS penderita DM

I.4 HIPOTESIS

1. Terdapat hubungan konsumsi makanan indeks glikemik rendah dan tinggi dengan kadar

GDS penderita DM

I.5 MANFAAT PENELITIAN

1.5.1 Bagi Akademik/Ilmiah

Memberikan informasi yang baru mengenai makanan yang dapat dikonsumsi untuk

penderita DM

1.5.2 Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang DM dan pola makan sehat dan

seimbang untuk penderita DM

I.5.3 Bagi Puskesmas

4

Page 5: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

Institusi yang terkait dapat melakukan upaya promotif dan preventif berkenaan

dengan masalah diabetes melitus

Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hubungan antara konsumsi

makanan indeks glikemik tinggi dan makanan indeks glikemik rendah dengan

diabetes melitus

I.5.4 Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai makanan indeks glikemik rendah

dan tinggi dan penerapannya di Masyarakat. Juga meningkatkan pengalaman,

ketrampilan komunikasi, dan kesempatan bersosialisasi di lapangan.

Agar dapat melengkapi penelitian selanjutnya dan menjadi bahan referensi untuk

penelitian selanjutnya.

I.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup penelitian ini mengenai hubungan konsumsi makanan indeks glikemik

rendah dan tinggi dengan kadar GDS di Poliklinik DM Puskesmas Kecamatan Tebet.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional jenis analitik. Desain yang digunakan

dalam penelitian ini adalah potong-melintang (cross-sectional). Data yang dipergunakan

adalah laporan Puskesmas di Kecamatan Tebet tahun 2011. Sampel yang diteliti terbatas

pada laporan tahunan tersebut. Kegiatan penelitian berupa pengumpulan data primer dari

responden dan data sekunder dari laporan-laporan tahunan Puskesmas

5

Page 6: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DIABETES MELLITUS

2.1.1. Definisi

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes mellitus merupakan

suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980

dikatakan bahwa diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu

jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan

problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat

defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin1.

2.1.2. Klasifikasi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes mellitus

berdasarkan perawatan dan simtoma1:

1. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel

beta di dalam pankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan

bersifat idiopatik.

Diabetesxmellitusxdengan patogenesis jelas,xseperti fibrosis sistikxatauxdefisiensi mitok

ondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.

6

Page 7: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

2. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali

disertai dengan sindrom resistansi insulin

3. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose

tolerance,pGIGTpdan gestationalxdiabetesxmellituspdan menurut tahap klinis tanpa

pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:

4. Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi

peptida-C.

5. Insulinprequiringpforpcontrol diabetes.pPadaptahappini, sekresi insulin en

dogenus tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan

tambahan hormon dari luar tubuh.

6. Not insulin requiring diabetes.

Kelas empat pada tahap klinis serupa dengan klasifikasi IDDM (bahasa Inggris: insulin-

dependent diabetes mellitus), sedang tahap kelima dan keenam merupakan anggota klasifikasi

NIDDM (bahasa Inggris: non insulin-dependent diabetes mellitus). IDDM dan NIDDM

merupakan klasifikasi yang tercantum pada International Nomenclature of Diseases pada tahun

1991 dan revisi ke-10 International Classification of Diseases pada tahun 1992.

Diabetes mellitus tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-onset diabetes,

juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi

karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil

insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun

orang dewasa.

Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan

dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan

berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons

7

Page 8: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap

awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan

reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat

dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan

pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah.

Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian

insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa

mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan

olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin

melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada

tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis (abolus) dari insulin

yang dibutuhkan pada saat makan.

Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset diabetes, obesity-related diabetes,

non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi

bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan

metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen2, termasuk yang mengekspresikan

disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin3 yang

disebabkan oleh disfungsi GLUT104 dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel

jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin5 serta RBP4 yang menekan

penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati5. Mutasi

gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang

ditemukan pada manusia.

PadabNIDDMbditemukanbekspresi SGLT1 yangbtinggi,brasio RBP4 danbhormon resisti

n yangbtinggi,bpeningkatanblajubmetabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati,bpen

urunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati.bNIDDM juga dapat

disebabkan oleh dislipidemia,  lipodistrofi, dan sindrom resistansi insulin6.

8

Page 9: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin,

yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat diatasi

dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi

produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin

berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan

penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namunobesitas sentral diketahui sebagai

faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran

dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi glukosa. Obesitas

ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing

manis. Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir

telah terus meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.

Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2

biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya

pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar

kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,,

sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposit

abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan

[antidiabetic drugs. Dengan obat yang digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin (

contoh: sulfonylurea) dan mengatur pelepasan yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan

menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu ( contoh: metformin), dan pada

hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( contoh: thiazolidinediones). Jika ini gagal,

ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau dekat

tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek glukosa darah

direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil

kebanyakan pengobatan.

2.1.3. Diagnosis diabetes melitus

Tabel 3 Kriteria Diagnosis DM

9

Page 10: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada pasien diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu

dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di bawah ini:

- Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan

yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

- Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi

ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.

2.2.Gula Darah 7

Dalambilmu kedokteran, gulabdarah adalahbistilahbyangbmengacubkepadabtingkat glu

kosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di

dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel

tubuh.

Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8

mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level

terendah pada pagi hari, sebelum orang makan.

10

Page 11: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya

pengaturan gula darah.

Meskipun disebut "gula darah", selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis gula

lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur

melalui insulin dan leptin.

2.2.1.Pengaruh langsung dari masalah gula darah

Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa fatal

yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang menurun,

rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran.

Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan untuk

waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah

kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada

mata, ginjal, dan saraf.

Peningkatan rasio gula darah disebabkan karena terjadi percepatan laju

metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis yang terjadi pada hati

2.2.2.Mekanisme pengaturan gula darah8

Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan

keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila

konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh,

pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-

sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa

dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah.

Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena

pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam

pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa

menjadi glikogen. Proses ini disebut glikogenosis), yang mengurangi level gula darah.

Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh tidak cukup atau tidak dihasilkannya insulin,

sementara tipe 2 disebabkan oleh respon yang tidak memadai terhadap insulin yang dilepaskan

11

Page 12: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

("resistensi insulin"). Kedua jenis diabetes ini mengakibatkan terlalu banyaknya glukosa yang

terdapat di dalam darah

2.2.3.Pemeriksaan gula darah

Pemeriksaan gula darah terdiri dari 3 macam, diantaranya adalah pemeriksaan Gula

Darah Sewaktu (GDS), Gula Darah Puasa (GDP) dan Gula Darah 2 jam setelah makan (GD2PP).

Sepanjang hari, kadar gula seseorang bermilai fluktuatif, setelah makan akan terjadi peningkatan

dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Batas kadar gula darah puasa adalah 70-110 mg/dl

setelah malam sebelumnya berpuasa selama 8 jam. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-

140 mg/dl pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula

2.3. Indeks glikemik9

Indeks glikemik, atau GI adalah ukuran efek dari karbohidrat pada tingkat gula darah.

Karbohidrat yang memecah dengan cepat selama proses pencernaan, melepaskan glukosa dengan

cepat ke dalam aliran darah, memiliki nilai GI tinggi, karbohidrat yang memecah lebih lambat,

melepaskan glukosa secara bertahap ke dalam aliran darah, memiliki nilai GI rendah. Bagi

kebanyakan orang, makanan dengan GI rendah memiliki manfaat kesehatan yang signifikan.

Konsep ini dikembangkan oleh Dr David J. Jenkins dan rekan-rekan di 1980-1981 di University

of Toronto dalam penelitian mereka untuk mengetahui makanan yang terbaik bagi orang dengan

diabetes.

Respon terhadap makana dengan kadar glikemik rendah biasanya setara dengan

permintaan insulin yang lebih rendah tetapi tidak selalu dan dapat meningkatkan jangka panjang

kontrol glukosa darah dan lipid darah. Indeks insulin juga dapat berguna, karena menyediakan

ukuran langsung dari respon insulin untuk makanan.

Nilai GI dari sebuah makanan ditentukan dengan cara member makan kepada 10 atau

lebih orang sehat, berupa makanan yang mengandung 50 gram karbohidrat yang dapat dicerna,

dan kemudian dilakukan pengukuran terhadap kadar gula darah dua jam kemudian., dan

didapatkan kurva glukosa. Daerah dibawah kurva dari makanan uji dibagi dengan Daerah

dibawah kurva makanan referensi, dan dikalikan dengan 100. Nilai rata-rata GI dihitung dari

12

Page 13: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

data yang dikumpulkan dalam 10 subyek manusia. Baik standar dan makanan pengujian harus

mengandung jumlah yang sama karbohidrat tersedia. Hasilnya memberikan peringkat relatif

untuk setiap makanan yang diuji.

Metode divalidasi saat ini menggunakan glukosa sebagai referensi makanan, memberikan

nilai glikemik indeks 100 dengan definisi. Ini memiliki keuntungan menjadi universal dan

menghasilkan nilai maksimum sekitar 100 GI. Roti putih juga dapat digunakan sebagai makanan

referensi, memberikan nilai yang berbeda GI (jika roti putih = 100, maka glukosa ≈ 140). Bagi

orang-orang yang sumber karbohidrat pokok adalah roti putih, ini memiliki keuntungan untuk

menyampaikan langsung apakah penggantian pokok diet dengan makanan yang berbeda akan

menghasilkan respon darah lebih cepat atau lebih lambat glukosa.

2.4. Edukasi dan pola makan

Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang

maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan

ketrampilan bagi pasien diabetes, yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk

meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan

sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi

merupakan bagian integral dari asuhan perawatan pasien diabetes.10 Pasien yang mempunyai

pengetahuan cukup tentang diabetes, kemudian selanjutnya mengubah perilakunya, akan dapat

mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga ia dapat hidup lebih lama.11

Pola makan adalah suatu bentuk kebiasaan konsumsi makanan yang dilakukan oleh

seseorang dalam kegiatan makannya sehari-hari. Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia

atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makanan meliputi sikap, keturunan,

kepercayaan, kebiasaan makan Dikalangan masyarakat digolongkan menjadi dua yaitu kebiasaan

makan yang benar dan kebiasaan makan yang salah.12

Di Indonesia banyak sekali kebiasaan makan yang bisa memacu penyakit diabetes

mellitus, salah satunya adalah kebiasaan makan yang mengandung banyak karbohidrat tetapi

miskin serat yang berasal dari sayuran. Masih sering kita jumpai masyarakat Indonesia yang

13

Page 14: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

mempunyai persepsi salah terhadap mutu bahan makanan, yang dalam mengkonsumsi sehari-

hari lebih mengutamakan nasi dengan lauk pauk, mereka menganggap bahwa dengan makan

nasi, semua zat gizi yang diperlukan tubuh bisa terpenuhi.1 Pola kebiasaan makan ini adalah

contoh kebiasaan makan yang salah, apalagi jika dihubungkan dengan penderita diabetes

mellitus, sebab dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung hidrat arang yang berlebihan

berarti meningkatkan masukan gula dalam tubuh.

Pengaturan pola makan disebut dengan “diet”. Diet pada penderita diabetes mellitus pada

intinya mengikuti rumus 3 J, jumlah yang dihabiskan, jadwal yang diikuti, dan jenis makan yang

dipatuhi.13

a) Jumlah kalori yang dibutuhkan

Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.

Komposisi energi adalah karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%. Jumlah kalori

disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur dan stres. Kegiatan jasmani untuk mencapai

dan mempertahankan berat badan Ideal.

Tabel 4. Kebutuhan kalori orang yang Diabetes Mellitus

Dewasa Kalori / Kg BB ideal

Kerja santai Sedang Berat

Gemuk 25 30 35

Normal 30 35 40

Kurus 35 45 40-50

Untuk penentuan status gizi dipakai Body Mass Indeks (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT).

Tabel 5. Body Mass Indeks (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)

kg (BB)

BMI = IMT = _______

14

Page 15: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

(TB m)2

IMT normal wanita = 18,5 – 22,9 kg/m2

IMT normal pria = 20,0 – 24,9 kg/m2

Untuk kepentingan klinis praktis dan menghitung jumlah kalori penentuan status gizi

menggunakan Broca yaitu :10

BB Idaman = (TB – 100) – 10% (TB – 150)

Keterangan :

BB : Berat Badan (kg)

TB : Tinggi Badan (cm)

Status gizinya :

Berat badan kurang : < 90% BB idaman

Berat badan normal : 90 – 110% BB idaman

Berat badan lebih : 110 – 120% BB idaman

Berat badan gemuk : > 120% BB idaman

Sebagai pedoman asupan kalori bagi penderita Diabetes Mellitus ke dalam berat badan

ideal dikalikan 25 kkal, ditambah 20 persen dari hasil kali perkalian tersebut untuk beraktivitas.10

b) Jadwal makan

Penderita harus makan tepat waktu sesuai dietnya. Diet diabetes mellitus diberikan

dengan jadwal 3x makanan utama dan 3 x makanan antara atau snack dengan interval 3 jam.

Contoh : 15

Page 16: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

Pukul 06.30 makan pagi (20% jumlah kalori)

Pukul 09.30 snack atau buah (7,5% jumlah kalori)

Pukul 12.30 makan siang (40% jumlah kalori)

Pukul 15.30 snack atau buah (7,5% jumlah kalori)

Pukul 18.30 makan malam (20% jumlah kalori)

Pukul 21.30 snack atau buah (5% jumlah kalori)

c) Jenis makan

Daftar makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan dengan ukuran

tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan karbohidrat.14

Secara umum makanan bagi penderita diabetes melitus yang perlu diperhatikan adalah :

1. Komposisi kalori yang dianjurkan adalah karbohidrat 60-70 %, lemak 20-25%, dan protein

10-15%.

2. Hindari gula yang sudah diproses seperti yang terdapat dalam kue, biskuit, permen, es krim,

soda, madu, coklat, puding.

3. Protein sebaiknya diperoleh dari ikan serta sayuran yang berbentuk biji-bijian dan polong.

4. Makanlah apel dan buah-buahan yang kaya protein. Hindari buah-buahan yang dikeringkan.

5. Sayuran segar dapat disajikan dalam bentuk jus.

6. Mengurangi lemak atau makanan tinggi lemak, karena lemak dapat meninggatkan kolesterol,

dapat membuat kerja insulin tidak efisien, disamping mempertinggi risiko penyakit jantung

koroner.

16

Page 17: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

7. Hindari konsumsi makanan yang diproses seperti hotdog, bacon, balogna, mayones, chicken

nugget, mie instan, kentang goreng.

8. Lengkapilah makanan dengan bahan makanan berserat kacang polong, bekatul beras atau

gandum dan makan-makanan lain yang banyak mengandung serat, dapat mengurangi glukosa

masuk kedalam aliran darah.

9. Lebih baik jika nasi putih diganti dengan nasi beras merah atau brown rice.

10. Makanlah makanan yang dapat membantu menstabilkan gula darah seperti spirulina, beri,

ikan, Bawang putih, kacang kedelai, tahu, timun, havermut dan sebagainya.

11. Kurangi atau lebih baik hindari konsumsi alkohol, karena berdasarkan penelitian alkohol

menyebabkan insulin resistence.

2.5. Olah raga

Pengaruh dan kegunaan olahraga bagi penderita diabetes mellitus diantaranya:

2.5.1. Pengaruh Olahraga Penderita Diabetes melitus terhadap Karbohidrat

Penyerapan glukosa oleh otot pada waktu olahraga sama antara penderita Diabetes

melitus dan orang sehat. Latihan fisik pada penderita diabetes melitus juga menunjukkan

kenaikan glukoneogenesis, dimana pada keadaan basal, pemakaian zat glikoneogenik pada

penderita DM tipe 1 sekitar 50-100% lebih cepat dibandingkan orang normal, selama olahraga

keadaan ini dipercepat. Pada penderita DM non-ketotik dengan glukosa darah sekitar 200-300

mg% maka olahraga sedang yang dilakukan selama 24 menit setelah penghentian insulin

menyebabkan penurunan glukosa darah sekitar 30-50 mg%.

Pengaruh lain olahraga pada penderita diabetes melitus adalah hipoglikemia, keadaan ini

paling sering timbul pada penderita diabetes melitus tipe 1, dan biasanya terjadi 12 jam setelah

pemberian long acting atau intermediate acting insulin. Hipoglikemia penderita DM yang terjadi

ketika olahraga disebabkan karena sekresi glukosa oleh hati tidak mampu memenuhi kebutuhan

17

Page 18: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

otot yang sedang berolahraga sekaligus menjaga agar glukosa darah tidak turun hingga level

yang berbahaya.

2.5.2. Pengaruh Olahraga penderita diabetes melitus terhadap Lemak

Lemak yang dimaksud disini adalah asam lemak bebas, peranan asam lemak bebas

terhadap penderita DM yang melakukan olahraga hampir 50% lebih tinggi dibandingkan dengan

orang normal. Ketergantungan pada asam lemak bebas yang meningkat selama olahraga

mungkin disebabkan karena persediaanya memang meningkat, seperti juga persediaan glikogen

otot yang berkurang pada penderita dengan hiperglikemia.

Pengaruh peningkatan asam lemak bebas pada saat olahraga jangka pendek (40menit)

pada penderita DM sama dengan olahraga 4 jam pada orang normal.

2.5.3. Pengaruh Olahraga penderita diabetes melitus terhadap asam amino

Penderita Diabetes melitus yang melakukan olahraga pendek 40 menit akan mengalami

peningkatan penyerapan alanin dari daerah splanchnic, dimana pada orang normal peningkatan

ini baru terjadi setelah olahraga selama 2-4 jam. Selain kondisi tersebut, olahraga juga akan

menyebabkan pengeluaran asam amino rantai bercabang dari hati ke otot yang digunakan

sebagai tambahan energi pada saat olahraga.

2.5.4. Kegunaan Olahraga pada Penderita Diabetes Melitus

Beberapa kegunaan olahraga pada penderita diabetes melitus adalah:

Menurunkan berat badan terutama bagi penderita diabetes melitus yang gemuk,

Olahraga yang teratur disertai dengan diet akan menurunkan berat badan penderita

diabetes (terutama penderita yang gemuk) sehingga dengan sendirinya kebutuhan

insulin juga akan menurun.

18

Page 19: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

Meningkatkan kepekaan jaringan perifer terhadap insulin. Efek ini terutama diperoleh

jika olahraga dilakukan setengah jam setelah makan, saat konsentrasi glukosa dalam

darah mencapai puncaknya.

Meningkatkan toleransi glukosa

Meningkatkan glikogen. Olahraga menyebabkan glikogen dalam otot dan hati

digunakan, sehingga akan terbentuk glikogen baru yang lebih banyak sebelum

olahraga

Menurunkan kolesterol total dan trigliserida.

Memperbaiki aliran darah perifer dan meningkatkan suplai oksigen

Perlu diperhatikan beberapa hal sebelum penderita melakukan olahraga, antara lain jenis

olahraga yang tepat, lama olahraga, dan intensitasnya.

Jenis olah raga yang dianjurkan pada penderita DM adalah olah raga aerobik yang

bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh khususnya meningkatkan fungsi

dan efisiensi metabolisme tubuh. Olah raga aerobik seperti jogging, berenang, senam kelompok

dan bersepeda tepat dilakukan pada penderita DM karena menggunakan semua otot – otot besar,

pernapasan dan jantung. Pada senam aerobik misalnya, dari variasi gerakan - gerakan yang

banyak terutama gerakan dasar pada kaki dan jalan dapat memenuhi kriteria CRIPE (continous,

rhythmical, interval, progressive dan endurance training) sehingga sesuai dengan tahapan

kegiatan yang harus dilakukan. Disamping itu senam aerobik yang dilakukan secara

berkelompok akan memberi rasa senang pada anggota dan juga dapat memotivasi anggota yang

lain untuk terus melakukan olah raga secara kontinue dan teratur.11

Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30menit, olahraga

sedang adalah berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga berat misalnya jogging.10

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3 - 4 kali seminggu) selama kurang lebih 30

menit, yang sifatnya sesuai CRIPE. Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75 - 85% denyut

nadi maksimal (220 - umur),disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.10

19

Page 20: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

2.6. Obat-obatan untuk diabetes mellitus

Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula darah

dalam kisaran yang normal. Namun, kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk

dipertahankan. Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran yang normal, maka

kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang menjadi semakin

berkurang.

Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat diobati dengan obat

oral. Jika pengendalian berat badan dan berolahraga tidak berhasil maka dokter kemudian

memberikan obat yang dapat diminum (oral = mulut) atau menggunakan insulin.

Berikut ini pengobatan untuk diabetes, yaitu:

2.6.1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Golongan sulfonilurea : Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi

insulin oleh sel beta pankreas. 10 Seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara adekuat

pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I. Contohnya adalah

glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan

cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan efektivitasnya. Obat ini

merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang, namun masih

boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. 10

Obat biguanid (metformin) : Obat golongan ini mempunyai efek utama mengurangi

produksi glukosa hati di samping juga efek memperbaiki ambilan glukosa perifer.10 Obat ini

tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya

sendiri. Obat ini terutama dianjurkan dipakai sebagai obat tunggal pada pasien gemuk. 10

20

Page 21: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

Obat inhibitor glukosidase alfa (Acarbose) : Obat golongan ini mempunyai efek utama

menurunkan puncak glikemik sesudah makan.3 Obat ini bekerja dengan cara menunda

penyerapan glukosa di dalam usus.

Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe II jika diet

dan oleh raga gagal menurunkan kadar gula darah dengan cukup. Obat ini kadang bisa diberikan

hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian.

Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik, mungkin

perlu diberikan suntikan insulin.

2.7.Aspek Metode

Data yang diperlukan dikumpulkan secara primer. Atas izin dari Kepala Puskesmas

Kecamatan Tebet, kami turun ke lapangan untuk mencari data dan dengan berbekal kuesioner

yang sudah baku dan telah di ujicoba, kami mencari data sampai memenuhi jumlah sampel pada

penelitian ini. Setelah data semua terkumpul, dilakukan editing dari data tersebut

2.8 Hasil-hasil studi sebelumnya:

Berdadarkan penelitian yang dilakukan oleh salmeron, diketahui bahwa konsumsi jangka

panjang dari makanan High GI telah diketahui meningkatkan permintaan insulin, meningkatkan

resistensi insulin dan mempengaruhi fungsi sel beta yang berujung pada diabetes mellitus tipe

dua. Tetapi bagaimanapun, penelitian mengenai diet Glycemic Index terhadap kadar gula darah

tetap memiliki hasil yang masih tidak konsisten. Dalam studi kohort Framingham pada musim

semi, didapatkan bahwa diet glycemic index dikaitkan secara positif terhadap resistensi insulin,

dimana pada penelitian yang dilakukan Zutphen, penelitian

McKeown,xvanxDamxRM,LiesexAD, Sahyoun NR, tidak ada kaitan yang dapat dipertemukan.

Sedangkan pada studi yang dilakukan oleh Hodge AM mengatakan bahwa terdapat hubungan

antara pola makan glycemic indeks dengan kenaikan gula darah pasien diabetes mellitus.

21

Page 22: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

2.9.Kerangka Teori:

22

Konsumsi makanan indeks glikemik rendah dan tinggi

Obat : oral atau insulin

Olahraga

Pengetahuan tentang DM dan makanan diet DM

GDS pada pasien DM

Page 23: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

BAB III

KERANGKA KONSEP, VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

III.1 KERANGKA KONSEP

Gambar 2. Kerangka konsep variabel-variabel yang berhubungan dengan

kadar GD2PP pada pasien DM dewasa

23

Pola makan : Konsumsi

makanan low GI dan high

GI

Pengetahuan mengenai

pola makan ( diit ) yang

baik untuk penderita

diabetes

Aktifitas fisik

Obat – obatan :

menggunakan obat oral

biguanide atau sulfonil

urea

GD2PP pasien DM

dewasa

Page 24: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

III.2 VARIABEL PENELITIAN

a. Variabel Tergantung

Kadar gula darah 2 jam post prandial pada pasien DM dewasa

b. Variabel Bebas

Pola makan : makanan dengan indeks glikemik rendah dan tinggi

Pengetahuan mengenai pola makan (diit ) yang baik untuk penderita diabetes

Aktifitas fisik

Obat – obatan :menggunakan obat oral golongan Sulfonil urea atau Biguanide

III.3 DEFINISI OPERASIONAL

No Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukurSkala ukur

1.

2.

3.

GD2PP pasien DM

Pola Makan : Makanan dengan indeks glikemik rendah dan tinggi

Pengetahuan

Kadar glukosa dalam darah pasien DM yang diambil 2 jam setelah makan .

Indeks glikemik adalah besaran angka yang digunakan untuk mengukur kecepatan makanan diserap tubuh menjadi gula

Pengetahuan pasien tentang

Easy Touch GCU

the Block Food Frequency Questionnaire,

kuesioner The 29-question Interview

Mengambil satu tetes darah

Tanya jawab

wawancara

1. Rendah : ≤ 120-140 mg/dl2. Tinggi : ≥140mg/dl:

Rendah < 55Sedang 56-75Tinggi 76-100

1.Buruk (Skor 1 - 19)

ordinal

Ordinal

Ordinal

24

Page 25: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

4. Aktifitas fisik

pola makan untuk penderita diabetes mellitus secara umum :-Pengetahuan tentang konsep diit dm-Persepsi tentang diit dm terhadap kesehatan-kemampuan untuk memasukan tatacara diit ke dalam pola hidup-Persepsi terhadap efektif atau tidaknya diit untuk mengontrol gula darah atau berat badan

Pengukuran aktivitas fisik dengan mengukur kegiatan olahraga, santai, dan bekerja.

Questionnaire

KuisionerInternational Physical Activity Questioner.

Tanya jawab danHitung

2.Kurang (Skor20-38)3.Baik (Skor 38-58)

1. rendah : tidak ada aktifitas atau beberapa ada tetapi tidak memenuhi kategori 2 atau 32. sedang : 3 hari atau lebih beraktifitas berat minimal 20 menit/hari, 5 hari/lebih beraktifitas sedang dan / atau berjalan minimal 30 mnt / hari , 3. tinggi : aktivitas berat

Ordinal

25

Page 26: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

5.

Obat

Jenis obat yang digunakan pasien , apakah menggunakan obat oral golongan Sulfonil urea atau Biguanide

Kuisioner Wawancara

selama minimal 3 hari/minggu dan minimal 1500 MET menit / minggu atau 7 hari atau lebih melakukan kombinasi berjalan, aktivitas sedang , atau aktivitas berat yang minimal mengumpulkan 3000MET menit / minggu

1. Sulfonil urea2. Biguanide

Ordinal

26

Page 27: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

BAB IV

METODE PENELITIAN

IV.1 JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dan rancangan

penelitian yang digunakan untuk menjawab masalah dan mencapai tujuan penelitian

adalah rancangan potong silang (cross sectional).

IV.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

IV.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.

IV.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 12 Desember 2011 hingga 30 Desember 2011.

IV.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

IV.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah pria dan wanita dewasa penderita diabetes melitus

yang datang ke Poli DM di Puskesmas Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.

27

Page 28: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

IV.3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

a. Pria dan wanita dewasa, kondisi baik dan kooperatif

b. Pria dan wanita dewasa yang menderita diabetes melitus

c. Penderita diabetes melitus yang terdaftar di poliklinik DM Puskesmas

Kecamatan Tebet Jakarta Selatan pada tahun 2011

d. Orang dewasa yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian pada bulan

Desember 2011 – Januari 2012

2. Kriteria Eksklusi

a. Orang yang tidak sehat secara mental dan mmpunyai hendaya berbahasa

sehingga tidak sanggup untuk mengikuti penelitian

IV.3.3 Metode Sampling

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan pemilihan

berdasarkan peluang (probability sampling) jenis random cluster sampling. Setelah

dipilih secara random cluster sampling, di mana akan dilakukan pengambilan sampel dari

pasien yang terdaftar di Poliklinik DM Puskesmas Kecamatan Tebet pada tahun 2011

IV.3.4 Besar sampel

Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus.

coefficient correlation r

Rumus coefficient correlation r :

r = koefisien korelasi yang diperkirakan

C= 0,5 x ln(1+r)/(1-r)

N= total sampel yang dibutuhkan

28

Page 29: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

Korelasi antara indeks glikemik makanan dengan konsentrasi gula darah setelah 120

menit menurut jurnal adalah r = 0,20 ( Burani J et al, 2006 )

C= 0.5 x ln (1+0,20)/(1-0,20) = 0,202

N= {(1.96 + 1.65)/0,202}2+ 3 = 323,372 (dibulatkan 323)

IV.4 INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian ini diambil dengan menggunakan angket yaitu kuesioner yang telah diujicoba, yaitu the Block Food Frequency Questionnaire, dan KuisionerInternational Physical Activity Questioner.

, yang berisi pertanyaan tertutup dan terbuka tentang variabel-variabel penelitian

yang diberikan langsung kepada responden untuk diisi, dan melalui proses wawancara.

Menggunakan pita ukur untuk pengukuran tinggi badan dan menggunakan timbangan

untuk pengukuran berat badan.

IV.5 PELAKSANAAN PENELITIAN

Peneliti terdiri dari 3 orang yang semuanya terjun ke lapangan untuk melakukan

survey pada setiap subjek penelitian. Peneliti juga melakukan diskusi kelompok terarah

(Focus Group Discussion) dengan para pria dewasa, wawancara dengan kader dan

melakukan observasi.

IV.6 PENGUMPULAN DATA

Data yang diperlukan dikumpulkan secara primer. Atas izin dari Kepala

Puskesmas Kecamatan Tebet, kami turun ke lapangan untuk mencari data dan dengan

berbekal kuesioner yang sudah baku dan telah di ujicoba, kami mencari data sampai

memenuhi jumlah sampel pada penelitian ini. Setelah data semua terkumpul, dilakukan

editing dari data tersebut.

Data Primer

Data yang diperoleh dengan cara langsung yaitu dengan menggunakan alat bantu

berupa kuesioner yang telah diujicoba kepada pria dan wanita dewasa yang datang ke

29

Page 30: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

Poli Diabetes Melitus Puskesmas Kecamatan Tebet. Daftar pertanyaan yang digunakan

adalah pertanyaan yang berkaitan dengan variabel yang diteliti.

IV. 7 RENCANA PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Data yang telah berhasil diperoleh diolah secara elektronik setelah melalui proses

penyuntingan, pemindahan data ke komputer dan tabulasi. Data yang terkumpul dari

hasil kuesioner diolah, dianalisis, dengan menggunakan program SPSS Statistics 17.0.

IV. 8 ANALISIS DATA

Untuk menganalisa tentang pengaruh konsumsi makanan indeks glikemik rendah

dan tinggi dengan kadar GDS penderita DM digunakan uji korelasi dengan tingkat

kemaknaan sebesar p=0,05. Semua analisa dilakukan dengan menggunakan program MS-

Excel 2007 dan SP

IV.9. PENYAJIAN DATA

Data yang telah terkumpul dan diolah akan disajikan dalam bentuk:

Tabular : penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel

Tekstular : penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat

Grafik : penelitian dari akan digunakan diagram batang yang menggambarkan

sifat-sifat yang dimiliki

BAB V

JADWAL PENELITIAN DAN LOGISTIK

30

Page 31: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

V.1 JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Tahapan KegiatanWaktu Dalam Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A Perencanaan

1 Orientasi dan Identifikasi Masalah                    

2 Pemilihan Topik

3 Penelurusan kepustakaan                    

4 Pembuatan Proposal                    

5 Konsultasi dengan pembimbing

6 Pembuatan questionnaire                    

7 Presentasi Proposal                    

B Pelaksanaan

1 Ujicoba questionnaire

2 Pengumpulan data dan Survey                    

3 Pengolahan data

4 Analisis data                    

5 Konsultasi dengan Pembimbing                    

C Pelaporan Hasil

1 Penulisan laporan sementara                    

2 Diskusi

3 Presentasi hasil laporan sementara

4 Revisi                    

5

Presentasi Hasil akhir

(puskesmas dan trisakti)                    

6 Penulisan laporan akhir                    

Tabel 2. Jadwal kegiatan

V.2 PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN

Penggandaan Kuesioner Rp. 250.000,-

31

Page 32: Proposal Penelitian Puskes Tebet 1

Transportasi Rp. 200.000,-

CD Rp. 10.000,-

Kertas A4 Rp 30,000,-

Tinta Printer Rp. 220.000,-

Cenderamata Rp 200,000,-

Biaya tak terduga: Rp. 300.000,-

Rp. 1.300.000,-

32