bab i pendahuluan -...

17
1 BAB I PENDAHULUAN Adat in ot rat naa dunyai : Terhormat atau tidaknya seseorang tergantung pada perilaku dan tutur katanya 1.1. Latar belakang Tom Tad 1 merupakan ungkapan bahasa Kei (veve evav) yang mengkonfirmasikan tentang asal-usul seseorang atau sekelompok orang, sekaligus sebagai bukti sejarah (cerita sejarah) yang berhubungan dengan siapa memiliki apa (petuanan dan kekuasaan) dan siapa yang diberi kesempatan untuk ikut memiliki. Dengan demikian tom tad merepresentasikan sebuah orientasi yang vital, sebagai dasar pandangan etimologis terhadap manusia dan objek yang ada di dunia. Dalam hubungannya dengan isu-isu kepemilikan (petuanan), tom memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan siapa memiliki apa, dimana dan kapan. Sedangkan Tad merupakan bukti fisik yang berfungsi sebagai pendukung dan pembenaran tom. Salah satu dari isu penting yang dijelaskan dalam tom adalah pembagian masyarakat Kei ke dalam 2 kelompok, yakni: Pertama, kelompok Nuhu Duan, mereka adalah orang-orang yang pertama kali mendiami kepulauan Kei, mereka diyakini muncul dari dalam tanah, laut, binatang dan tumbuhan. Karena itu, orang-orang ini dianggap sebagai pemilik asli wilayah darat dan laut kepulauan Kei. Mereka adalah tuan tanah (tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan kelompok Ren (induk); dan Kedua, adalah kelompok Marvutun/Mardat, 1 Tom secara etimologis berarti “cerita atau bercerita” dan Tad berarti “tanda atau bukti”. Jadi tom tad adalah cerita (sejarah) yang disertai dengan tanda atau bukti sebagai pembenaran cerita tersebut.

Upload: doannhu

Post on 22-May-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

1

BAB I

PENDAHULUAN

Adat in ot rat naa dunyai :

Terhormat atau tidaknya seseorang

tergantung pada perilaku dan tutur katanya

1.1. Latar belakang

Tom Tad1 merupakan ungkapan bahasa Kei (veve evav) yang

mengkonfirmasikan tentang asal-usul seseorang atau sekelompok orang, sekaligus

sebagai bukti sejarah (cerita sejarah) yang berhubungan dengan siapa memiliki apa

(petuanan dan kekuasaan) dan siapa yang diberi kesempatan untuk ikut memiliki.

Dengan demikian tom tad merepresentasikan sebuah orientasi yang vital, sebagai

dasar pandangan etimologis terhadap manusia dan objek yang ada di dunia. Dalam

hubungannya dengan isu-isu kepemilikan (petuanan), tom memberikan jawaban

terhadap pertanyaan-pertanyaan siapa memiliki apa, dimana dan kapan.

Sedangkan Tad merupakan bukti fisik yang berfungsi sebagai pendukung dan

pembenaran tom.

Salah satu dari isu penting yang dijelaskan dalam tom adalah pembagian

masyarakat Kei ke dalam 2 kelompok, yakni: Pertama, kelompok Nuhu Duan,

mereka adalah orang-orang yang pertama kali mendiami kepulauan Kei, mereka

diyakini muncul dari dalam tanah, laut, binatang dan tumbuhan. Karena itu,

orang-orang ini dianggap sebagai pemilik asli wilayah darat dan laut kepulauan

Kei. Mereka adalah tuan tanah (tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan

kelompok Ren (induk); dan Kedua, adalah kelompok Marvutun/Mardat,

1 Tom secara etimologis berarti “cerita atau bercerita” dan Tad berarti “tanda atau bukti”. Jadi

tom tad adalah cerita (sejarah) yang disertai dengan tanda atau bukti sebagai pembenaran cerita

tersebut.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

2

kelompok diyakini berasal dari Jawa-Sumatra (jau batav), Bali-Sumbawa (bal

sumbau), Luang (luang mabes), Jailolo-Ternate (jailo ternat), dan Seran-Wadan

(seram-banda). Mereka dikategorikan sebagai mel-mel (pendatang). Dengan

berbagai alasan para imigran ini diterima oleh tuan tan, dan bagi mereka yang

dianggap memiliki kecakapan diberikan kesempatan untuk ikut

memimpin/mengatur wilayah bersama-sama penduduk asli.2

Para imigran itu kemudian disebut sebagai mel-mel, sedangkan tuan tan

disebut sebagai Ren-ren. Dalam perkembangannya kelompok mel-mel berhasil

mengembangkan cerita (tom) bahwa proses penerimaan nenek moyangnya, tidak

hanya melingkupi pemberian hak untuk mengatur pemerintahan tetapi juga

pemindahan otoritas terhadap wilayah (petuanan). Sedangkan kelompok ren-ren

masih tetap meyakini bahwa tidak ada penyerahan kekuasaan dari leluhur mereka

kepada pendatang (mel) apalagi adanya pemindahan otoritas wilayah.

Berdasarkan tom tersebut, maka masyarakat Kei kemudian terdiferensiasi

sebagai: mel-mel (pendatang), ren-ren (penduduk asli), dan iri-iri (pembantu)3.

Namun dalam perkembangannya, struktur masyarakat ini mengalami perubahan

makna menjadi: mel-mel "kelompok bangsawan"4; ren-ren "orang merdeka"; dan

2 Interaksi mula-mula antara kedua kelompok itu terwujud dalam bentuk persaudaraan (kakak-

beradik). Kakak selanjutnya disebut ren-ren (induk) sedangkan adik disebut mel-mel (pendatang).

Lihat F.A.E. van Wouden, Type of Social Structure in Eastern Indonesia, (The Hague-Martinus

Nijhoff, 1968), 136. 3 Kelompok terakhir adalah mereka yang melakukan perbuatan pelanggaran adat (asusila).

Namun dalam perkembangannya praktek dalam relasi Yanur-Mangohoi dan Koi-Maduan, dan

untuk membayar jasa atau hutang sosial itu, mereka mengabdikan dirinya kepada tuan mereka

yang kemudian oleh beberapa orang lain dipadang sebagai iri-ri. Lihat uraian Yanur-mangohoi dan

koi-maduan pada BAB III 4 Dalam penelusuran literatur kata mel-mel hanya didefinisikan sebagai pendatang, yang

dibedakan dengan ren-ren sebagai penduduk asli (tuan tan). Sedangkan berdasarkan hasil

wawancara dengan Anton Notanubun di desa Ohoiwait tanggal 22 Januari 2011 diungkapkan

bahwa Mel-mel = tumbuh atau naik – mulai kelihatan. Hal ini berhubungan dengan sesuatu yang

dilihat dari jarak yang jauh (pandangan dari daratan ke laut), yang terlihat kecil, lama-kelamaan

membesar dan terlihat bentuk aslinya. Contohnya, perahu, kapal dll. Dengan demikian Mel-mel

tidak identik dengan “bangsawan”, “pintar/pandai”, dan “kaya”. Definisi yang mengaitkan mel-mel

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

3

iri-iri "budak".5 Pembagian ini lalu disebut sebagai kasta yang sering

diasosiasikan sama dengan sistem kasta pada masyarakat Bali, hanya karena orang

Kei meyakini bahwa beberapa leluhur mereka berasal dari Bali.6

Kasta berasal dari bahasa Latin yakni, Castus yang berarti “utama, suci,

tak bernoda, murni dan terhormat”. Kata castus, dalam bahasa Portugis disebut

casta yang kemudian diartikan sebagai “keturunan atau ras”. Menurut Reinhard

Bendix7, kasta adalah sebuah sistem sosial yang mengatur kehidupan masyarakat

India, sehingga masyarakat India tidak dapat dilepas-pisahkan dari sistem kasta.

Namun oleh orang-orang Barat, casta dipakai untuk menggolongkan kelompok-

kelompok sosial yang ada di India. Penggolongan ini diketahui lebih bernuansa

politis, dalam rangka mengamankan kepentingan politik Barat.8

Berdasarkan analisis Max Weber ditemukan bahwa masyarakat India

menurut kitab Weda, terbagi dalam empat kasta,9 yaitu: (a) Brahmana, kelompok

ini merupakan kaum imam dalam agama Hindu. Tugas utamanya adalah

memperdalam pengetahuan tentang Weda dan memimpin ritus-ritus keagamaan,

mereka adalah golongan elit bangsa India secara politis; (b) Ksatria, tugas utama

kelompok ini adalah menjaga ketertiban sosial dalam kehidupa sehari-hari, atau

dengan ciri seperti bangsawan, pandai/pintar dan kaya baru muncul belakangan yang bertujuan

mempertahankan status quo dan mengeliminir kelompok ren-ren dari fungsi dan peran adat,

bahkan sampai pada birokrasi pemerintahan muncul asumsi bahwa ren-ren tidak pantas menjadi

PNS jika yang memimpin adalah mel-mel. 5 Hasil dialog dengan Reinhard Rahaningmas, Pensiunan Dosen UNAIR Surabaya - sesepuh

Kerukunan Masyarakat Kei di Surabaya (KMKS), 28 Desember 2010, di Surabaya. Menurutnya,

tidak mungkin beberapa orang (pendatang) yang tidak/belum diketahui asal-usulnya kemudian

diberi hak untuk mengatur semua aspek kehidupan penduduk asli. 6 T.J.A. Uneputty, dkk, Sistem Kesatuan Hidup Setempat di Daerah Maluku, (Jakarta :

Departemen P&K, 1981), 12 7 Reinhard Bendix, Max Weber : An Intellectual Portrait, (New York: Doubleday, 1960), 134

8 Webster’s New International Dictionary of the English Language (Springsfield: G & C

Marriam Campany , publisher, 1951), 418 9 Max Weber, The Religion of India: The Sociology of Hinduism and Buddhism, (New York:

The Free Press, 1958), 126. Sistem kasta model ini, dapat diamati pada masyarakat Bali yang

beragama Hindu.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

4

menjaga keamanan. Mereka adalah tentara-tentara (dalam India kuno) yang

berperag mempertahankan kedaulatan bangsa; (c) Weisya, kelompok ini

menguasai bidang ekonomi dan perdagangan. Fungsinya adalah mensuplai

kebutuhan hidup masyarakat melalui kegiatan perdagangan; dan (d) Sudra,

mereka ini adalah kelas rendah, para pekerja baik petani maupun pekerja kasar.

Namun perlu disadari bahwa fungsi mereka adalah sebagai “ujung tombak”

berlangsungnya kegiatan perekonomian.

Dengan memahami uraian di atas, dapat dirumuskan perbedaan antara

sistem kasta yang ada di Kei dengan sistem kasta yang ada di Bali, yakni: 1)

Masyarakat Kei hanya mengenal tiga srata atau tingkatan (kasta?), yakni mel-mel,

ren-ren, dan iri-ri; 2) Pembagian fungsi dan peran didasarkan pada marga, tetapi

tidak semua anggota marga berhak atas fungsi dan peran tersebut; 3) Roda

pemerintahan selalu dijalakan secara bersama oleh mel-mel dan ren-ren atau

marvutun dan nuhu duan; dan 4) Sistem kasta pada masyarakat Kei tidak

berhubungan dengan pembagian kerja secara ekonomis, namun lebih kepada

fungsi dan peran marga secara adat. Bahkan hubungan hirarkis antar kelompok

kasta di Kei masih dipertanyakan,10

tetapi jelas bahwa setiap kelompok

berkarakter eksklusif karena misalnya, perkawinan campur merupakan hal yang

dilarang.

10

Khusus untuk point 3, lihat uraian lengkapnya dalam, P M. Laksono, Wuut Ainmehe Nifun,

Manut Ainmehe Tilut (Eggs from One Fish and One Bird: A Study of the Maintenance of Social

Boundaries in the Kei Islands) A Dissertation, The Faculty of the Graduate School of Cornell

University, 1990. Menurutnya struktur asli dari hubungan antara dua kelompok ini bukan bukanlah

hubungan vertikal, mel diatas ren. Namun perbedaan mendasar di antara mereka adalah antara

‘penduduk asli’ dan ‘pendatang’.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

5

1.1. 1. Beberapa Penelitian yang Menyinggung Kasta di Kei

Berdasarkan penelusuran literatur ditemukan beberapa penelitian yang

berhubungan dengan sistem kasta pada masyarakat Kei: Pertama, buku Drs. J.A.

Pattikayhatu, yang berjudul “Sejarah Pemerintahan Adat Di Kepulauan Kei

Maluku Tenggara”. Dalam BAB IV diuraikan bahwa stratifikasi masyarakat Kei

terbagi dalam tiga tingkatan, yang lebih dikenal dengan sebutan kasta. Wujud dari

sistem kasta ini adalah: 1) golongan Mel-mel, terdiri dari penduduk asli disebut Mel

– Nuhu Duan, dan para pendatang, disebut Mel-Kasil Tahit.11

Dengan demikian

golongan mel-mel adalah bangsawan nuhu duan dan para pendatang yang cerdik,

berani; 2) golongan Ren-ren. Golongan ini dijuluki sebagai Ren Karbauw Wuar,

dijelaskan bahwa tidak ada sub-kasta pada kelompok ini. Disebut Karbauw-Wuar

karena berdiam dan berkuasa di gunung. Golongan ini adalah peduduk asli.

Penduduk asli dianggap pemilik atau penguasa di daerah, dan mereka dapat

dikatakan sebagai induk (ren) dari suatu masyarakat. Biasanya berkedudukan

sebagai Tuan Tanah, serta bersama-sama dengan Mel menjalankan roda

pemerintahan; dan 3) golongan Iri-ri, mereka adalah pembantu (budak?). Status itu

diberikan karena individu-individu ini ditebus/dibayar hutangnya oleh orang lain,

atau bahkan dibeli oleh orang lain yang kemudian jadikan hamba.12

Kedua, skripsi (tidak diterbitkan), yang ditulis oleh Triko Beruatwarin,

dengan judul “Cicak dan Kerbau: Tinjauan Teologis Terhadap Sistem Kasta di

11

Kasil Tahit, secara harfiah berarti “cicak pantai atau cicak yang hidup di pantai” yang

maknanya sama dengan para pendatang. Pantai adalah tempat pertemuan antara air laut dan

daratan, yang dalam bahasa Kei disebut tahit. 12

Uraian lebih lengkap dapat dilihat dalam J. A. Pattikayhatu, Sejarah Pemerintahan Adat Di

Kepulauan Kei Maluku Tenggara, (Ambon: Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku, 1998),92-97

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

6

Kei”13

secara ringkas, hasil penelitiannya dapat tergambarkan pada table dibawah

ini:

Tabel 1.

Penggolongan Kasta Di Kei

Mel-Mel Ren-Ren Iri-Iri

Mel Un/mel Akaran,

mulia/asli

Ren Berdik, muliah,

hartawan

Ri Tuar Tom/Ri Rahan

Duan, Budak pusaka

Mel Yamasdangar,

hartawan

Ren Vuar Tel, Kelomok

ini bermukin di gunung

Dab dan Ngensilar

meiputi desa Bombai,

Reamru dan Ohoilim

Ri Mas Enan, yang

ditebus dengan emas oleh

seorang Mel, karena

tuannya mau membuang

karena tidak setia

Mel Yam a, Sedang/

menengah

Mel Kab, mel biasa

Mel Kaakwaan,

mencuri/menipu

Ren Enlur Duar, Ren

yang menjadi budak

karena utangnya dibayar

lunas oleh seorang Mel

Ri Tiwtiwut, ditebus

akibat akan

ditenggelamkan ke laut

Mel Muurbong, suka

memfitnah dan membuat

kerusuhan

Ri Madaan Tel,

Penghubug antara Mel

dan Ren

Mel Ahilkenew, mel yang

tidak ber-ayah

Ri Nisyav Kovyai/Ri Tal

Taha, Tawanan perang

Beruatwarin menggambarkan bahwa, mel pertama sampai keempat adalah

mel asli yang tersusun sejak terbentuknya sistem kasta di Kei, sedangkan ketiga

mel terakhir14

adalah orang-orang yang melarikan diri dari desa asli mereka ke

desa lain dan dengan kecerdikannya menipu penduduk desa yang didatangi

kemudian mereka menjadi mel-mel – yang sudah terlanjur dimaknai sebagai

“bangsawan”.

13

Triko Beruatwarin, Cicak dan Kerbau: Tinjauan Teologis Terhadap Sistem Kasta di Kei,

(Makasar: STT INTIM, 2004. Tidak diterbitkan), 21-25 14

Ketiga mel terakhir menurut hasil penelitian Beruawarin inilah yang saat ini juga berada di

desa Ohoiwait. Dikisahkan bahwa para imigran (yang kemudian menjadi mel-mel) ini berasal dari

desa Haar dan Watlaar, kedua desa tersebut terletak di Kei Besar Utara.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

7

Ketiga, tesis (tidak diterbitkan) yang ditulis oleh Martinus Ngabalin,15

berjudul “Studi Perbandingan Terhadap Konsep Tuhan Menurut Orang Kei di

Kepulauan Kei dan Paulus : Studi Kasus di Desa Ohoiwait” tesis ini secara

khusus menguraikan tentang pandangan masyarakat desa Ohoiwait tentang Tuhan

(Duad dalam bahasa Kei). Ngabalin juga menyinggung tentang sistem kasta di

desa ini, namun tidak ada alasan yang cukup kuat untuk mendukung

argumentasinya tentang “keturunan penduduk asli, pendiri dan pemilik kampung

(raja Kanar El) yang telah punah”. Tidak kuatnya argumentasi tersebut karena

Ngabalin hanya mendasarkan diri pada informasi yang diterimanya dari Eli

Rahayaan (tuan tanah – yang diangkat). Karena itu, argumentasi Ngabalin perlu

dipertanyakan sebab realitasnya masih ada orang-orang (khususnya yang ber-

Marga Rahaningmas dan Notanubun) yang mengklaim diri sebagai keturunan raja

pertama – Ngabalin tidak mengajukan alasan metodologis yang cukup kuat ketika

kelompok ini tidak diwawancarai dalam peneitiannya.

Kempat, skripsi (tidak diterbitkan) ditulis oleh Maria Afia Rahayaan16

berjudul “Perempuan Dan Adat: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peran

Perempuan Dalam Hukum Larvul Ngabal di Masyarakat Kei” penelitian ini

mengambil tempat di desa Ohoiwait. Hasi penelitian Rahayaan juga menyinggung

tentang praktek kasta di desa ini, yang pada pokoknya mengatakan bahwa

pembagian kasta di desa Ohoiwait dapat diamati dalam bentuk posisi rumah

penduduk. Diuraikan bahwa, kasta mel-mel (kelas bangsawan), ren-ren (kelas

15

Martinus Ngabalin, Studi Perbandingan Terhadap Konsep Tuhan Menurut Orang Kei, ,

(Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama, UKSW, Salatiga: 2006. Tesis: tidak

diterbitkan) 16

Maria Afia Rahayaan, Perempuan Dan Adat: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peran

Perempuan Dalam Hukum Larvul Ngabal di Masyarakat Kei, (Salatiga:Fakultas Toelogi UKSW,

2008).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

8

menengah) menempati bagian depan dan tengah kampung, dan iri-ri (kelas

rendah) menempati bagian belakang kampung.17

Permasalahanya adalah,

bagaimana membedakan bagian depan, tengah dan belakang kampung? Sebab

dalam interaksi sehari-hari, masyarakat di desa ini tidak mengenal klasifikasi

kampung seperti yang dilakukan oleh Maria Rahayaan. Faktanya masyarakat

hanya mengenal ohoi tanan, (kampung bawah) dan ohoi ratan (kampung atas).

Ohoi Ratan terbagi lagi menjadi Ohoi Ren dan Ohoi Un. Sehingga, pembagian

kasta menurut posisi rumah penduduk dan klasifikasi kampung menjadi depan,

tengah, dan belakang, seperti yang diuraikan Rahayaan, perlu diklarifikasi.

Penjelasan-penjelasan dalam literatur di atas, masih berupa gambaran

umum yang hanya menguraikan keberadan sistem kasta di Kepulauan Kei, namun

belum menjelaskan secara mendalam tentang Nuhu Duan yang hak-haknya tidak

diakui akibat dominasi Marvutun. Mencermati penjelasan J.A. Pattikayhatu, yang

mengintegrasikan sebagian "Nuhu Duan" yang nota bene adalah ren-ren kedalam

mel-mel, menurut hemat saya bisa positif dan juga negatif. Karena itu, untuk

menyingkap dominasi marvutun, maka perlu dikaji bentuk habitus18

yang ada

pada kelompok nuhu duan. Argumentasi ini mengikuti pemikiran Pierre Bourdieu

yang mengatakan bahwa dominasi tidak selalu diakibatkan oleh faktor eksternal,

tetapi juga akibat faktor internal (terbatinkan) yang disebutnya habitus. Sebab

dalam realitasnya habitus kelas (mel dan ren) telah menjadi struktur pendorong

sekaligus pembatas tindakan individu maupun sosial, maka penyingkapan

mekanisme yang terbatinkan akan memberi dasar argumen untuk menggerakan

17

Maria Afia Rahayaan, Perempuan Dan Adat. Ibid, 41 18

Habitus merupakan pengandaian suatu bentuk epistemologi sejarah dalam arti mengungkap

relevansi praktis suatu suatu wacana. Liahat Haryatmoko, Menyingkap Kepalsuan Budaya

Penguasa, (Majalah BASIS, Nomor 11-12 Tahun Ke-52, November-Desember, 2003), 9

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

9

tindakan sosial maupun politik dari kelompok nuhu duan untuk menciptakan

perubahan.19

Minimal perubahan pandangan dalam masyarakat Kei.

1.1.2. Rumusan Masalah

Penelitian mengambil lokasi di Ohoi20

Ohoiwait,21

dengan masalah utama

adalah “strategi ren-ren dalam menghadapi dominasi mel-mel”. Sekalipun fokus

penelitian ini merupakan isu sensitif, namun penting, sebab pembagian masyarakat

kedalam ren dan mel di ohoi tersebut tidak memperhitungkan fungsi dan peran

kelompok ren-ren yang merupakan penduduk asli, malah kedudukannya

diwacanakan sebagai iri-ri. Selain itu hasil penelitian Ngabalin (2006), yang

menunjukan bahwa keturunan nuhu duan di ohoi ini telah punah belum tentu benar

sebab tidak didukung fakta dan argumentasi yang kuat.

Diwacanakannya kelompok ren-ren sebagai iri-ri lalu kemudian dikatakan

telah punah adalah akibat kekuasaan baik adat maupun formal (pemerintahan) yang

saat ini dipegang oleh kelompok mel-mel (pendatang). Pengambil-alihan kekuasaan

itu terjadi akibat salah satu leluhur dari ren-ren (Bun Liisa) dibunuh oleh keturunan

para pendatang dengan cara-cara licik mereka. Selain itu, munculnya 5 marga

(Kudubun, Yahaubun/Rahaningmas, Notanubun, Ingratubun, dan Rahayaan) di

Ohoiwait ditengarai sebagai bentuk asimilasi yang dipaksakan oleh keturunan mel-

mel guna menghilangkan eksistensi ren-ren.

19

Bandingkan uraian Fauzi Fashri, Penyingkapan Kuasa Simbol: Apropriasi Reflektif

Pemikiran Pierre Bourdieu, (Yogyakarta: Juxtapose, 2007), 81-93. 20

Secara etimologi, Ohoi merupakan satuan pemukiman terkecil seara dengan kampung.

Lihat J. P. Rahail, Larvul Ngabal : Hukum Adat Kei Bertahan Menghadapi Arus Perubahan,

(Jakarta: Yayasan Sejati. 1983), 9. Istilah Ohoi selanjutnya akan digunakan dalam penulisan ini,

dengan pertimbangan bahwa istilah Desa tidak lagi digunakan di Maluku Tenggara sejak

dikeluarhannya Peraturan Daerah (Perda) Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Nomor 03

Tahun 2009 tentang Ratschap dan Ohoi. 21

Ohoi sama dengan “kampung”; Wait dalam bahasa Kei memiliki dua arti yaitu,

“Hidup” dan “Baru”. Dengan demikian Ohoiwait bermakana “kampung yang selalu hidup” atau

“kampung yang baru”.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

10

Dalam kehidupan bersama dengan para pendatang dari Haar dan Watlaar

(kedua desa ini berada di Kei Besar bagian utara) itu dan setelah terbunuhnya Bun

Liisa maka peran fungsi kekuasaan adat mulai berpindah tangan, diantaranya: : (a)

peran sebagai Imam yang berfungsi untuk berdoa dan flor Nit (meyampaikan

persembahan) kepada Duad (Tuhan) dan leluhur dalam kegiatan-kegiatan adat,

sebagai tuan tanah (teran nuhu/nuhu duan), dan Taha Kabil atau Hauk Wat yang

fungsinya menjemput mempelai perempuan dari luar kampung dan masuk melalui

pintu adat, tugas ini dipegang oleh marga Rahayaan; (b) peran penjaga dan

pemegang sasi adat (Hawear), fungsinya menjaga dan memutuskan/menetapkan

denda dalam pelanggaran sasi adat, pemasangan “tiang raja” rumah yang baru

dibangun, dan penutupan atap terakhir (katlab), oleh marga Rahaningmas; (c)

sebagai penjaga Pusat Kampung atau ohoi (Woma), oleh marga Kudubun; (d)

sebagai Panglima Perang, yang fungsinya memimpin pasukan ketika keluar

berperang, oleh marga Notanubun; dan (e) sebagai penanggngjawab dan juru bicara

pada kegiatan-kegiatan adat, ini adalah tugas dari marga Ingratubun.22

Sampai dengan penelitian ini dilakukan, semua fungsi dan peran adat itu

masih dipegang oleh mel-mel dan tidak ada satupun orang dari kelompok ren-ren

yang diberi kesempatan untuk memegang fungsi adat yang sebenarnya adalah

milik ren-ren. Argumentasi ini menjadi penting untuk melihat bagaimana strategi

ren-ren dalam menghadapi dominasi mel-mel di Ohoiwait saat ini.

Untuk mengelaborasi rumusan masalah ini, maka pertanyaan penelitiannya

adalah sebagai berikut:

22

Wawancara dengan Reinhard Rahaningmas di Surabaya tanggal 16 Desember 2010; Anton

Notanubun, Welhelmus Kudubun, Kanar El Rahaningmas, masing-masing di Ohoiwait tanggal 22

Februari 2011

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

11

1. Bagimana strategi Ren-ren menghadapi dominasi Mel-mel di desa

Ohoiwait?

2. Faktor-faktor apakah yang mendorong strategi ren-ren?

1.1.3. Tujuan Penelitian:

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah:

1. Mendiskripsikan strategi-strategi yang digunakan ren-ren menghadapi

dominasi mel-mel di desa Ohoiwait.

2. Menjelaskan faktor-faktor pendorong strategi ren-ren.

1.1.4. Manfaat Penelitian

Sebagai suatu karya ilmiah maka penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat baik secara teoritis maupun empirik/praktis.

1. Manfaat teoritis, secara khusus diharapkan pembahasan tentang

pergolakan nuhu duan dan mervutun akan memberikan kontribusi bagi

praktek sistem kasta di masyarakat Kei. Selain itu, diharapkan turut

menyumbangkan pemikiran teoritis dalam perkembangan teori habitus,

field dan teori diskursus. Secara umum diharapkan dapat memberi

sumbangan terhadap perkembangan teori stratifikasi dan diferensiasi

masyarakat.

2. Manfaat empiris, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pada kegiatan praktis pelaksanaan sistem kasta pada masyarakat Kei,

khususnya masyarakat desa ohoiwait, agar praktek sistem kasta dilakukan

sesuai dengan fungsi dan perannya tanpa ada tendensi diskriminasi dan

kepentingan untuk melanggengkan kekuasaan dan mempertahankan status

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

12

quo. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi bagi

pengakuan keberadaan nuhu duan di desa Ohoiwait.

1.2. Metode Penelitian

1.2.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

konstruktivisme. Menurut Agus Salim, konstruktivisme merupakan paham yang

digunakan untuk menggambarkan realitas, karena setiap realitas adalah unik,

maka untuk mendapatkan validitasnya lebih banyak tergantung pada kemampuan

peneliti dalam mengkonstruk realitas tersebut. Dengan pendekatan seperti ini,

maka hasil penelitian (dengan disiplin ilmu apapun) yang dirumuskan mungkin

akan bersifat subjetif.23

Pendekatan ini berkonsekwensi logis terhadap metode penelitiannya,

karena itu metode yang digunakan adalah kualitatif. Kualitatif merupakan metode

alamiah, yang menghendaki gambaran ”apa adanya” terhadap sebuah fonomena

yang khusus (spesifik), dan mendeskripsikan secara mendalam kenyataan yang

sesungguhnya.24

1.2.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif – eksplanatori.

Penelitian deskriptif pada dasarnya adalah suatu cara untuk membuat pencandraan

sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi pada

daerah penelitian.25

Dalam penelitian ini, peneliti akan berusaha mendiskripskan

23

Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2006),

88-91 24

Ibid. 8 25

Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Rajawali Press, 1983), 19; lihat juga S Sairin,

Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pusat Pendidikan Kependudukan UGM, 1995), 1; dan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

13

strategi nuhu duan dalam menghadapi dominasi marvutun. Sedangkan jenis

penelitian eksplanatori digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi strategi nuhu duan. Harapannya dengan dua jenis penelitian ini,

peneliti dapat menemukan serta mengembangkan teori, dari hasil deskripsi dan

eksplanatori yang dilakukan terhadap unit analisa.

1.2.3. Unit Analisa, Unit Amatan dan Sumber Informasi

Unit analisis adalah suatu unit yang tentangnya peneliti menghimpun atau

mencari informasi dan membuat kesimpulan terhadapnya. Sedangkan unit amatan

adalah suatu unit yang darinya informasi diperoleh guna menggambarkan atau

menjelaskan tentang satuan analisis.26

Berdasarkan penjelsan ini, maka unit

analisa dalam penelitian ini adalah strategi nuhu duan dan faktor-faktor yang

mempengaruhi strategi nuhu duan dalam menhadapi dominasi marvutun.

Sedangkan unit amatannya adalah masyarakat Kei, khususnya masyarakat desa

Ohoiwait, yang terdiri dari kelompok mel-mel, ren-ren, dan iri-iri, kegiatan-

kegiatan adat yang dilakukan, maupun relasi sosial dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat desa tersebut.

Konsekwensi logis dari unit analisis dan unit amatan adalah penentuan

informan kunci. Karena itu, informan kunci yang akan diwawancarai dalam

penelitian ini adalah anggota marga Rahaningmas dan Notanubun khususnya yang

mengkalim diri sebagai keturunan Raja Kanar El; kepala desa; kepala-kepala

Talizidulu Ndraha, Desain Riset dan Tehnik Penyusunan Karya Ilmiah, (Jakarta: Bina Aksara,

1987), 37 26

John J.O.I Ihallauw, Bangunan Teori. (Salatiga : Fakultas Ekonomi Universitas Kristen

Satya Wacana, 2003), 174-178; lihat juga Jacob Vredenbregt, Metode Penelitian dan Tehnik

Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia, 1981), 31; dan Soehartono, Metode Penilitian

Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada, University Press, 1999), 29

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

14

marga; dan juga beberapa tokoh dari kelompok ren-ren yang memahami sejarah

desa Ohoiwait.

1.2.4. Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan 2 jenis data yaitu, (i) data primer, diambil

melalui wawancara mendalam, dengan informan kunci; (ii) data sekunder, sebagai

data pelengkap berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti, untuk menjawab tujuan penelitian. Sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah berupa data primer (hasil wawancara dan observasi)

dan tindakan-tindakan, selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen-

dokumen tertulis.27

Untuk itu teknik pengambilan data yang digunakan adalah

wawancara, obsevasi dan dokumentasi. Observasi akan dilakukan terhadap

bentuk-bentuk interaksi, prosesi ritual (jika dilakukan bertepatan dengan waktu

penelitian), dan tempat-tempat yang dianggap bersejarah.28

Dengan demikian,

maka proses penggalian data dengan model triangulasi dianggap lebih tepat,

yakni melalui tiga tahap, dengan saling membandingkan data hasil wawancara

dengan observasi, dan dokumentasi.

1.2.5. Teknik Analisa Data

Untuk menjawab masalah penelitian seperti yang telah dipaparkan, dan

dengan mempertimbangkan teknik triangulasi, yakni membandingkan data hasil

observasi dengan data hasil wawancara; perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang yang memiliki latar belakang yang berlainan,

membandingkan hasil wawancara dan observasi dengan isi suatu dokumen-

27

Bandingkan Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2000), 112 28

Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

1999), 25

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

15

dokumen pendukung, maka proses analisa dilakukan berdasarkan alur penelitian

kualitatif, dengan mengikuti tiga tahapan analisa yang dikemukakan oleh Miles

and Huberman (1994)29

yakni:

Pertama, reduksi data, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

teknik triangulasi diatas, dengan cara mengelompokan atau mengklasifikasikan

data yang benar-benar dibutuhkan dan yang tidak, sesuai dengan tujuan penelitian

atau unit analisanya; kedua, penyajian data, merupakan bagian penting dari

deskripsi tentang masalah yang diteliti. Melakukan analisis deskriptif dan

eksplanatiri dengan lebih focus dan mendalam terhadap data yang telah

diklasifikasi dalam rangka menjawab tujuan penelitian; dan ketiga, adalah

interpretasi sekaligus kesimpulan terhadap unit analisis. Ketiga tahap ini

dilakukan secara bersama-sama pada saat penelitian berlangsung.

1.2.6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2011 – awal Maret 2011 di Desa

Ohoiwait, Kecamatan Kei Besar Tengah, Kabupaten Maluku Tenggara.30

Terdapat dua pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian ini, yakni:

a. Pertimbangan Metodologis, bahwa realitas masyarakat desa tersebut masih

tetap mempraktekkan sistem kasta, dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam

pelaksanaan kegiatan-kegiatan adat, maupun “pertarungan” dalam ruang

publik, cotohnya pemilihan kepala Desa. Selain itu, diduga bahwa sistem

29 Dalam Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Motodologis ke Arah Ragam

Varian Kontemporer, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2003), 98-99 30 Peneliti tiba Kabupaten Maluku Tenggara pada tanggal 8 Januari 2011, dan mengurus Surat Izin

Penelitian pada kantor Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat tanggal 10 Januari

2011, namun karena Kepala Badan lagi dinas keluar, akhirnya peneliti hanya meninggalkan berkas (surat

Keterangan dari kaprogdi MSA UKSW, dan proposal penelitian) dan kemudian berangkat ke desa Ohoiwait

tanggal 13 Januari 2011. sedangkan Surat Izin Penelitian bernomor : 070/06 / SK.P/BKBPPM/2011

tertanggal 29 Januari 2011 baru dapat di ambil pada tanggal 2 Ferbuari 2011. Proses Penelitian berakhir pada

tanggal 3 Maret 2011, dan kembali ke Salatiga pada 7 Maret 2011.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

16

kasta yang ada pada desa tersebut adalah unik, karena hampir semua fungsi

dan peran kekuasaan adat, maupun fungsi dan peran dalam ruang publik

(formal), dikuasai oleh para pendatang (mel marvutun) sedangkan penduduk

asli nuhu duan (ren) secara umum tidak memiliki peranan. Permasalahan yang

menarik adalah realitas ini seolah-olah diterima sebagai sebuah kebenaran

akibat dominasi dengan pendekatan kekuasaan.

b. Pertimbangan praktis, dikarenakan peneliti berasal dari desa tersebut, sehingga

dalam proses penelitian tidak akan bermasalah dengan bahasa setempat.

Karena itu, kebutuhan akan informasi untuk menjawab tujuan peneltian, akan

lebih mudah didapatkan.

1.3. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan, yang berisi tentang gambaran latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis, dalam bab ini akan diuraikan teori yang

memberi arah pada penulisan tesis yakni, teori habitus dan field

dari Pierre Bourdieu, Teori Hegemoni dari Anthonio Gramsci,

dan teori Diskursus dari Habermas.

BAB III : Potret Masyarakat Kei, terdiri dari keadaan sosial budaya

masyarakat Kei, termasuk hukum adatnya; kemudian

dilanjutkan dengan deskripsi tentang desa Ohoiwait, sistem

pemerintahan, kehadiran para imigran di Ohoiwait dan proses

kehidupan bersama, kemudian mendiskripsikan keberadaan mel,

ren dan iri di kampung ini.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2475/2/T2_752009029_BAB I… · tuan tan). Secara ketegorial mereka merupakan. ... kelompok diyakini

17

BAB IV : Strategi Ren-ren Mempengaruhi Dominasi Mel dan faktor yang

memperngaruhinya, analisis tentang strategi perjuangan ren-ren

dalam mempengaruhi dominasi dan faktor-faktor yang

mendukung startegi itu.

BAB V : Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.