bab i pendahuluan - institutional repository | satya...

14
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa merupakan sebuah instrument penting di tengah-tengah masyarakat yang sekarang hidup di era globalisasi, apalagi bagi mereka yang butuh pertukaran informasi yang cepat, guna memuaskan hasrat kebutuhan mereka. Infomasi sudah tak mengenal ruang dan waktu lagi, sehingga membuat dunia terlipat dengan sendirinya, membuat segala sesuatu menjadi dekat ataupun bahkan tak berjarak lagi. Dimana hampir setiap orang bisa mengakses berbagai macam bentuk informasi yang berbeda beda sesuai selera masing-masing, dan apabila dilihat bentuknya, mulai dari informasi berbentuk cetak hingga ke informasi lebih mutakhir berbasis elektronik ataupun internet dengan stimulus khusus yang sangat beragam dalam menyajikan bentuk beritanya dengan kemasan yang mungkin lebih menarik sesuai dengan segmentasi yang digolongkan oleh media itu sendiri (Pilliang 2011:59). Tak lepas dari hal diatas, bahwa media massa sarat dengan proses komunikasi guna menyebarkan atau memasarkan pesan akan sebuah hal yang dianggap penting baginya, proses tersebut dikenal dengan komunikasi massa, Serta media massa mampu merepresentasikan diri sebagai ruang publik yang utama dan turut menentukan dinamika sosial, politik, budaya, di tingkat lokal maupun global. Wilbur Schramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter dan encoder. Komunikasi massa men-decode lingkungan sekitar dimana sebuah masyarakat berada, mengawasi kemungkinan timbulnya suatu hal tertentu, seperti mengawasi efek yang ditimbulkan dari pesan yang diterpakan. Komunikasi massa menginterpretasikan hal yang di-decode sehingga dapat mengambil kebijakan terhadapnya, menjaga berlangsungnya interaksi serta membantu anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan. Komunikasi massa juga meng-encode pesan yang memelihara hubungan suatu masyarakat tertentu dengan masyarakat yang lain serta menyampaikan

Upload: hakhanh

Post on 28-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/2/T1...4 593/SK.III-BKPMD/1991 bahwa lokasi tanah yang telah dibebaskan PT SAMP

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Media massa merupakan sebuah instrument penting di tengah-tengah

masyarakat yang sekarang hidup di era globalisasi, apalagi bagi mereka yang

butuh pertukaran informasi yang cepat, guna memuaskan hasrat kebutuhan

mereka. Infomasi sudah tak mengenal ruang dan waktu lagi, sehingga membuat

dunia terlipat dengan sendirinya, membuat segala sesuatu menjadi dekat ataupun

bahkan tak berjarak lagi. Dimana hampir setiap orang bisa mengakses berbagai

macam bentuk informasi yang berbeda beda sesuai selera masing-masing, dan

apabila dilihat bentuknya, mulai dari informasi berbentuk cetak hingga ke

informasi lebih mutakhir berbasis elektronik ataupun internet dengan stimulus

khusus yang sangat beragam dalam menyajikan bentuk beritanya dengan kemasan

yang mungkin lebih menarik sesuai dengan segmentasi yang digolongkan oleh

media itu sendiri (Pilliang 2011:59).

Tak lepas dari hal diatas, bahwa media massa sarat dengan proses

komunikasi guna menyebarkan atau memasarkan pesan akan sebuah hal yang

dianggap penting baginya, proses tersebut dikenal dengan komunikasi massa,

Serta media massa mampu merepresentasikan diri sebagai ruang publik yang

utama dan turut menentukan dinamika sosial, politik, budaya, di tingkat lokal

maupun global. Wilbur Schramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi

sebagai decoder, interpreter dan encoder. Komunikasi massa men-decode

lingkungan sekitar dimana sebuah masyarakat berada, mengawasi kemungkinan

timbulnya suatu hal tertentu, seperti mengawasi efek yang ditimbulkan dari pesan

yang diterpakan. Komunikasi massa menginterpretasikan hal yang di-decode

sehingga dapat mengambil kebijakan terhadapnya, menjaga berlangsungnya

interaksi serta membantu anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan.

Komunikasi massa juga meng-encode pesan yang memelihara hubungan suatu

masyarakat tertentu dengan masyarakat yang lain serta menyampaikan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/2/T1...4 593/SK.III-BKPMD/1991 bahwa lokasi tanah yang telah dibebaskan PT SAMP

2

kebudayaan baru ke dalam anggota-anggota masyarakat. Peristiwa-peristiwa

tersebut menjadi sebuah fakta yang tak bisa dipisahkan akan sebuah media karena

komunikasi massa mempunyai kemampuan memperluas pandangan, pendengaran

dalam jarak yang hampir tidak terbatas, dan dapat melipatgandakan suara-suara

dan ataupun kata-kata secara luas (Wiryanto:2005:13-20).

Mengenai pesan media massa, pesan media menjadi salah satu unsur yang

penting dalam sebuah proses komunikasi massa, setelah itu apabila merujuk

kepada sebuah konsep yang jauh lebih sederhana mengenai signifikansi pesan,

dimana letak sebuah pesan yang di dalamnya terkandung ide ataupun gagasan

tertentu yang diwujudkan dalam bentuk informasi dengan posisi dibarisan

terdepan diantara sumber (komunikator) dan penerima (komunikan) dikarenakan

tanpa ada pesan yang berwujud informasi tersebut sebuah proses komunikasi tidak

akan terjadi antara komunikator dan komunikan (McLuhan (1999) dalam Bungin

(2008: 50). Dan terlebih lagi jika menilik terhadap pentingnya pesan dilihat dari

efek atau dampak yang bisa diakibatkan olehnya dalam ranah komunikasi massa,

pesan media massa pun memiliki dampak tersendiri/khusus, baik dampak

sederajat kognitif saja ataupun hingga ke derajat perubahan perilaku. Sehingga,

seperti layaknya yang dinyatakan oleh David barlo mengenai dampak (efek) isi

media adalah perubahan yang terjadi pada diri penerima pesan komunikasi massa.

David Berlo mengklasifikasikan dampak atau perubahan ini ke dalam tiga

kategori, yaitu (lihatWiryanto, 2005):

1) dampak bersifat kognitif (berkaitan pengetahuan dan opini);

2) dampak bersifat afektif (berkaitan dengan perasaan dan sikap);

3) dampak atas perilaku.

Hal tersebut merupakan akibat ketika beberapa fungsi dari media

diterapkan, dimana media massa dengan pesannya yang beragam memiliki fungsi

mendasar untuk menghibur/to entertain, menginformasi/to inform, mendidik/to

educatedan untuk mempengaruhi/to persuade (Effendy 2004:14). Mengenai

pembentukan pesan oleh media massa itu sendiri biasanya belandaskan pada

agendanya, yang dimana agenda tersebut sering menjadi rujukan akan ideologi

yang bekerja di dalam sebuah media. Dikarenakan agenda tersebut yang lebih

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/2/T1...4 593/SK.III-BKPMD/1991 bahwa lokasi tanah yang telah dibebaskan PT SAMP

3

dikenal dengan agenda setting ialah sebuah keadaan, dimana media menentukan

apa yang perlu dan yang penting untuk dipikirkan pembaca atau masyarakat yang

menggunakan media massa tersebut. Jadi media massa lekat dengan pembentukan

citra tentang sesuatu dalam masyarakat, media massa mengubah persepsi

masyarakat tentang sesuatu. Sehingga media di dalam praktek-prakteknya banyak

mengandung sifat persuasif yang kuat namun sangat halus mengenai isu-isu

tertentu guna menggiring atau mengarahkan opini publik secara sadar atau tidak

sadar, yang membuat publik mengesahkan yang telah dianggap penting oleh

media berdasarkan ideologinya berkaitan dengan kelas dominan (Rakhmat, 2005:

200). Hampir senada dengan apa yang diutrakan oleh Gramsci tentang hegemoni

yang adalah sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan, yang di

dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat

baik secara institusional maupun perorangan, (ideologi) mendiktekan seluruh cita

rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip religius dan politik, serta seluruh hubungan-

hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral .

Belakangan ini, muncul kembali di media Tanah Air mengenai kasus

sengketa lahan di Telukjambe, Karawang. Lalu supaya memperjelas duduk

perkara untuk fenomena tersebut, apabila menilik dari sejarahnya ialah mengenai

klaim tanah tersebut dan mengenai pendapat sejumlah pihak yang menyebutkan

tanah tersebut sebagai tanah adat.Sekitar tahun 1974, PT Dasa Bagja telah

membebaskan tanah yang luasnya sekitar 581 hektar dari garapan masyarakat

untuk membuka lahan perkebunan tanamam kapuk (randu). Tanah tersebut

merupakan bekas partikelir Tegal Waroe Landen yang terletak pada beberapa

desa, diantaranya merupakan Wanakerta, Wanasari, Margamulya, Sirnabaya, dan

Sukaluyu, Kecamatan Teluk Jambe, Kabupaten Karawang. Setelah dibebaskan,

lahan tersebut akan dijadikan area perkebunan randu. Namun usaha tersebut gagal

dan tanah sekitar 581 hektar itu milik PT Dasa Bagja haknya dioper kepada PT

Makmur Jaya Utama.

Lalu pada kurun waktu 1990-an, tanah tersebut oleh PT Makmur Jaya

Utama kembali dioperalihkan haknya kepada PT SAMP melalui akta No. 576 dan

No. 577/Notaris Muljani Sjafei SH.Yang kemudian diterbitkan SK Gubenur No.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/2/T1...4 593/SK.III-BKPMD/1991 bahwa lokasi tanah yang telah dibebaskan PT SAMP

4

593/SK.III-BKPMD/1991 bahwa lokasi tanah yang telah dibebaskan PT SAMP

itu, sebagai kawasan industri atas nama PT SAMP. Tanah seluas 581 hektar itu

terletak di dua lokasi, yakni lokasi pertama seluas 231 hektar dan lokasi kedua

seluas 350 hektar. Setelah itu PT. SAMP pada sekitar era 1991-1992 menghadap

pemerintah kabupaten dan kantor pertanahan Karawang untuk memberitahu

tentang rencana pembangunan berizin industri serta HGB dan HGU (Hak Guna

Usaha), namun pihak bersangkutan menolak dikarenakan lahan tersebut

merupakan tanah adat (menurut Kantor Pertanahan dan menurut warga) dan selain

itu masih banyaknya tempat/kawasan yang masih di garap petani di dalam lingkup

350 hektar lahan yang di miliki oleh PT. SAMP. Lalu Karena yakin dan memiliki

bukti bahwa tanah itu merupakan tanah negara, PT SAMP pun menjawab

tantangan Pihak Pertanahan Karawang dan hingga putusan Mahkamah Agung

menyatakan sebagai tanah negara, dan Kantor Pertanahan Karawang segera

menerbitkan sertifikat HGB itu.

Selain dasar di atas, masyarakat menolak dan melawan terhadap klaim PT.

SAMP, dikarenakan, masyarakat sekitar merasa tidak pernah membebaskan

tanahnya kepada siapapun, masyarakat menempati, menggarap, dan membayar

pajak atas tanah tersebut serta terlebih lagi dengan hanya ganti rugi yang hanya

Rp.4000 per meter. Menurut siaran pers Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA),

warga telah memanfaatkan lahan 350 hektar tersebut sejak tahun 1958. Hak warga

atas tanah semakin dipertegas dengan lahirnya UUPA No. 5 Tahun 1960.

Memang masyarakat mengakui, pernah menyewakan tanah mereka kepada PT.

Dasa Bagja selama tiga tahun, yaitu sejak 1974 sampai tahun 1977. Namun,

karena masa sewa habis dan HGU yang diajukan oleh PT. Dasa Bagja kepada

Menteri Dalam Negeri tidak dikabulkan, maka tanah tersebut ditinggalkan dan

masyarakat kembali menggarap tanah-tanah mereka, termasuk membayar

pajaknya sesuai dengan yang tertera dalam girik, SPPT, dan pembukuan desa.

Dampak dari penolakan masyarakat atas PT. SAMP berbuntut panjang, saling

gugat pun terjadi, mulai dari perdata, pidana, sampai Tata Usaha Negara. Dengan

hasil beberapa persidangan, terdapat putusan yang cukup kontradiksi, bahkan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/2/T1...4 593/SK.III-BKPMD/1991 bahwa lokasi tanah yang telah dibebaskan PT SAMP

5

saling tumpang tindih. Mulai keputusan yang memenangkan pihak masyarakat,

hingga putusan yang lain memenangkan PT. SAMP.

Sehingga memunculkan dugaan-dugaan keterlibatan berbagai pihak baik

kepolisian, kejaksaan, pengadilan, maupun BPN pun muncul karena ketidak

konsistenan putusan hukum pada setiap proses peradilan atas sengketa tanah

tersebut.Selain itu Serikat Petani Karawang mendesak Komisi Pemberantasan

Korupsi untuk mengusut sengketa lahan di wilayah Telukjambe, Kabupaten

Karawang, yang melibatkan PT Sumber Air Mas Pratama (SAMP). Serikat petani

menduga ada indikasi suap-menyuap di balik putusan pengadilan yang

memenangkan PT SAMP dalam sengketa tersebut.Para petani ini mengaku

sebagai korban eksekusi lahan di kawasan Telukjambe. Eksekusi dilakukan atas

dasar putusan pengadilan yang memenangkan PT SAMP tersebut. Lahan seluas

350 hektar yang sebelumnya milik petani Karawang dinyatakan oleh PN

Karawang statusnya menjadi milik PT SAMP yang telah diakuisisi oleh PT

Agung Podomoro Land.Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan mengatakan

bahwa, kasus sengketa lahan di wilayah Telukjambe itu telah dimenangkan PT

SAMP sejak 2007 dan memiliki kekuatan hukum yang tetap. Lalu setelah itu

pengadilan mengabulkan eksekusi tersebut dengan terlebih dahulu melakukan

teguran kepada warga, delapan hari sebelum eksekusi .

Kemudian Metro Tv juga menayangkan mengenai kasus Karawang dalam

program acara Metro Realitas, Senin (07/07/2014), dengan tema 'Dilema Petani di

Tanah Sengketa'. Tanah yang tak bertuan yang telah digarap turun temurun secara

komunal bisa berpindah tangan atas nama hukum dalam sekejap, belum lagi tanah

bersurat sah tiba-tiba bisa diakui pihak lain karena juga memiliki surat sah . Di

Karawang, para petani, warga dan buruh yang bersolidaritas melakukan blokade

jalan di tiga titik, yakni di Tol Karawang Barat, Tol Karawang Timur dan Pasar

Kosambi untuk mencegah masuknya ribuan aparat yang mengawal eksekusi

Pengadilan Negeri (PN) Karawang). yang juga di unggah di situs Metro news

dalam acara Metro Realitas, dengan bentuk penyajian video berupa dokumenter ,

dengan menampilkan gambar mengenai realitas yang terjadi disana beserta narasi

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/2/T1...4 593/SK.III-BKPMD/1991 bahwa lokasi tanah yang telah dibebaskan PT SAMP

6

yang di bumbui oleh pendapat dan opini pihak-pihak terkait dengan durasi kurang

lebih selama dua puluh menit.

Metro Realitas merupakan sebuah program acara berita yang menyajikan

investigasi secara mendalam terhadap berbagai kasus kejahatan dan kriminal yang

terjadi di Indonesia. Hasil investigasi disuguhkan dalam sebuah liputan

dokumenter yang dikemas secara apik dan menarik. Metro Realitas merupakan

salah satu acara yang akan memberikan informasi yang lebih aktual dan faktual

tentang suatu kejadian, secara nyata . Kemudian berkaitan dengan relevansi

penelitian ini Metro Tv sendiri dikepalai oleh Surya Paloh yang juga menjadi

ketua umum partai Nasional Demokrat (NASDEM) yang mengusung ideologi

restorasi yaitu gerakan memulihkan, mengembalikan, serta memajukan fungsi

pemerintahan Indonesia kepada cita-cita Proklamasi 1945 yang memiliki

manifesto yang berkaitan sistem kenegaraan untuk menjalankan mandat yang

tertuang dalam konstitusi Undang Undang Dasar 1945. Mandat untuk menjadikan

manusia Indonesa yang adil, makmur, dan sejahtera, merdeka sebagai negara,

merdeka sebagai rakyat. Merdeka yang kami maksud berarti kebutuhan rakyat

terpenuhi dan menolak negara yang meninggalkan perannya dalam pemenuhan

hak warga negara .

Serta pada PILPRES 2014 partai ini berdiri di kubu JOKOWI-JK yang

sangat berbeda dengan partai oposisinya. Sehingga pemberitaan yang disiarkan

mengandung tendensi-tendensi tertentu terhadap partai oposisi, Dan hal tersebut

memunculkan petisi-petisi ataupun himbauan dari Peneliti Masyarakat Peduli

Media untuk tidak menoton siaran Metro Tv karena berita provokatif dan tak

sesuai dengan kaidah jurnalistik yang disiarkan stasiun televisi itu telah melanggar

Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran, yang memuat aturan

perundang-undangan penyiaran yang disahkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) .

Dan juga dari pihak oposisi yang memiliki tokoh Prabowo secara tidak langsung

didukung oleh ketua umum partai Demokrat Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono

(SBY) dikarenakan di Rapimnas Demokrat dua puluh persen lebih Prabowo,

Jokowi tidak ada sama sekali.Serta kemudian wakil dari Prabowo pada saat

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/2/T1...4 593/SK.III-BKPMD/1991 bahwa lokasi tanah yang telah dibebaskan PT SAMP

7

Pemilu, ialah Hattarajasa, memiliki hubungan kekeluargaan yang dekat dengan

SBY .

Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa wacana yang akan disebarkan oleh

Metro tv dari segi objektifitasnya mungkin akan berkurang dan mungkin condong

untuk berseberangan dengan pemerintah. Selain itu memungkinkan juga untuk

Metro tv membangun citra dari Prabowo dengan halus, tidak langsung, atau

secara garis besar berusaha menggambarkan kembalinya era Soeharto yang

mengedepankan agresi militer guna menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan kenegaraan apabila Prabowo berhasil memenangkan Pemilu 2014. Sebab,

apabila kembali menilik berita dari Metro Realitas, yang juga menampilkan

bagaimana pihak pengadilan yang diwakili oleh BRIMOB (Brigade Mobil)

melakukan eksekusi lahan dengan memaksa para warga yang menghadang mereka

untuk menyingkir dengan didorong dan menggunakan water canon.

Lalu tentang wacana mengenai warga tiga desa di Karawang yang

mengalami tindak kekerasan, dan apabila dilihat mengenai kekerasan itu sendiri,

kekerasan (violence) diartikan sebagai penggunaan kekuatan fisik secara paksa

terhadap orang atau benda. Sedangkan kekerasan sosial adalah kekerasan yang

dilakukan terhadap orang dan barang, oleh karena orang dan barang tersebut

termasuk dalam kategori sosial tertentuyang lebih spesifik (Soekanto 2002:158).

Kekerasan identik dengan tindakan agresi atau penyerangan, Erich

Frommmenguraikan agresi dengan pendekatan psikoanalisis. Merupakan sebuah

teori tentang upaya non nurani, resistensi, pemalsuan realita menurut kebutuhan

subjektif, harapan, karakter dan konflik antara upaya-upaya berhasrat yang

terkandung di dalam ciri pembawaan dengan tuntutan pemertahanan diri.

Sehingga sejauh mana seseorang dapat menekan hasratnya bukan hanya

tergantung pada faktor internal diri seseorang, melainkan juga pada situasi.

Dengan demikian agresi sama sekali bukan satu-satunya bentuk reaksi terhadap

ancaman, meski pada umumnya semua kondisi yang memicu timbulnya perilaku

agresif merupakan ancaman terhadap kepentingan hayati. Serta akar kekerasan

manusia bersumber dari dalam diri manusia itu sendiri, yang sering disebut

sebagai watak manusia, yang merupakan percampuran antara agresi bawaan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/2/T1...4 593/SK.III-BKPMD/1991 bahwa lokasi tanah yang telah dibebaskan PT SAMP

8

manusia yang berlatar belakang adaptif-biologis, dengan destruktivitas dan

kekejaman manusia.

Dan tindakan kekerasan dipengaruhi oleh kedua faktor, berasal dari dalam

diri manusia yang kemudian bercampur dengan kondisi eksternal (sosial-

ekonomi-politk) yang menyebabkan terjadinya rangsangan untuk melakukan

tindakan kekerasan yang berakibat kepada fisik maupun psikis. Fenomena

kekerasan dalam berbagai motifnya telah menjajah semua ruang, baik ruang

publik, maupun ruang domestik, bahkan telah menjadi bagian dari kehidupan

sehari-hari. Maraknya tindakan kekerasan dan kebrutalan telah menjadi hal yang

lazim. Ada suatu kecenderungan bahwa kekerasan bukan lagi dianggap sesuatu

yang memprihatinkan karena bertentangan dengan kemanusiaan manusia sendiri.

Kekerasan dan kebrutalan telah menjadi suatu kesenangan dan ekstasi

penghancuran , merupakan istilah yang digunakan Erich Froom untuk menjelaskan

proses penghancuran baik fisik maupun psikis yang diiringi dengan perasaan

ketidakacuhan, kegembiraan, bahkan kepuasaan puncak. Penghancuran yang

menyenangkanitu muncul ketika manusia telah kehilangan hal yang penting

dalam menjaga eksistensinya, yaitu akal sehat, pengendalian diri,dan cinta yang

kemudian menyebabkan manusia melepaskan energi penghancuran. Akibatnya,

jika jatuh korban fisik ataupun psikis, korban hanya sebagai produk kekerasan

yang menjadi sesuatu yang remeh atau banal (Erich Fromm, 2010:117–253).

Hal tersebut telah mewarnai realitas masyarakat Indonesia, dengan sebab

mendasar didominasi oleh faktor persaingan kepentingan dari sektor politik

(kekuasaan) dan ekonomi (lihat Camara, 2000:30). Serta Camara juga

menegaskan, kekerasan di masyarakat bersifat akumulatif, kekerasan melahirkan

kekerasan. Inilah spiral kekerasan , Yang biasanya di akhiri dengan tindakan

represi pemerintah(Camara : 2000: 30-38). Tindak represi atau penekanan dari

pihak pemerintah yang mengisyaratkan kekerasan yang menggunakan lembaga

kenegaraan, seperti agresi/kekuatan militer menjadi sebuah instrumen/bagian yang

tak dapat terpisahkan dari praktek kekerasan negara. Galtung juga mengemukakan

konflik kekerasan dipahami menjadi tiga konsep yaitu kekerasan kultural,

kekerasan struktural, dan kekerasan langsung. Ketiga konsep tersebut memiliki

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/2/T1...4 593/SK.III-BKPMD/1991 bahwa lokasi tanah yang telah dibebaskan PT SAMP

9

keterkaitan untuk menjelaskan penyebab konflik kekerasan, konflik kekerasan

yaitu dari kekerasan kultural melalui kekerasan struktural ke kekerasan langsung

(Galtung 2003:439).

Pada ranah ini mungkin dapat memahami gagasan Thomas Hobbes (1588-

1679) yang menganjurkan negara harus tampil sebagai kekuatan raksasa yang

bersikap keras terhadap warganya. Negara Hobbesian menjelmakan diri sebagai

Sang Leviathan yang menakutkan. Hanya dengan pengerahan teknik teror yang

sistematis, negara bisa menundukkan warganya. Weber juga menyatakan negara

adalah komunitas manusia yang (sukses) memonopoli penggunaan kekerasan fisik

yang sah dalam wilayah tertentu (Hobber dan Weber dalam Windhu, 1992: 31-

32).

Mengenai berita Metro Realitas tentangkekerasan terhadap penduduk tiga

desa di Karawang menarik untuk dikaji melalui pendekatan analisis wacana kritis.

Analisis wacana kritis (AWK) merupakan bagian dari paradigma kritis. Dalam

paradigma kritis, setiap wacana yang muncul (teks, percakapan, atau apa pun)

tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral, tetapi merupakan

bentuk pertarungan kekuasaan (Sobur 2009: 75). Wacana-wacana yang digerakan

oleh suatu kekuasaan tertentu berpeluang membentuk ketidaksetaraan atau

ketidakadilan sosial. Dengan demikian, setiap analisis wacana selalu dikaitkan

dengan dimensi-dimensi kuasa. Tugas analisis ini adalah mengkritisi kekuasaan

yang tersembunyi dibalik wacana tertentu. Studi analisis wacana kritis (AWK)

bukan saja mendalami isi teks yangmenjadi obyek kajian, dan sukar dijadikan

wadah informasi yang bebas dari kepentingan ekonomi, politik, melainkan lebih

dalam juga mengkaji konstruksi apa yang dibangun dalam isi teks dalam media

(Hamad, 2004: 38).

Dalam pandangan VanDijk,mengenalkan istilah kognisi sosial, pendekatan

semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik analisis wacana model Van

Dijk.Proses pendekatan dan produksi ini melibatkan suatu yang disebut kognisi

sosial, serta wacana oleh Van Dijk digambarkan mempuyai tiga dimensi,

diantaranya : teks, kognisi sosial, dan kontek sosial (analisis sosial), (dalam

Eriyanto 2001 : 221-225).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/2/T1...4 593/SK.III-BKPMD/1991 bahwa lokasi tanah yang telah dibebaskan PT SAMP

10

Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini, akan disajikan tabel

tentangpenelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti lain sehingga dapat

membedakan keoriginalitasan penelitian ini, apabila di ulas secara singkat,

peneliti membanding dengan tiga penelitian yang hampir serupa. Mulai dari milik

Yulianto kajian gender dengan judul ‘Analisis Wacana Kritis Pemberitaan

Berbasis Gender Di Surat Kabar Suara Merdeka’, serta milik Anwari tentang

‘Media Massa Dalam bingkai Kekuasaan’, dan milik Tia Agnes tentang ’AWK

Van Djik Terhadap Berita “Sebuah Kegeliaan Disamping Kraft” dalam Majalah

Pantau (terlampir pada tabel 1.1 mengenai hasil penelitian terdahulu). Lalu dalam

penelitian ini, berusaha untuk mengkaji berita dari Metro Realitas mengenai

‘Dilema Petani Di tanah Sengketa’ dengan teori analisis wacana krisis model Van

Dijk yang dikaitkan dengan teori agresi Erich Fromm dan tipologi Johan Galtung

tentang kekerasan, sehingga dapat menjelaskan wacana yang muncul dalam

pemberitaan tersebut terkait dengan kekerasan negara.

TABEL 1.1.1

HASIL PENELITIAN TERDAHULU

No. Peneliti Judul

Penelitian

Hasil

Penelitian

Perbedaan

1. Yuliyanto

Budi

Setiawan

Analisis

Wacana Kritis

Pemberitaan

Berbasis

Gender Di

Surat Kabar

Suara Merdeka

Berita bertema

kekerasan

berbasis

gender di

Suara Merdeka

banyak

menampilkan

dominasi

budaya

patriarki, dan

menjadikannya

sebagai dasar

dari suatu

Teori yang

digunakan

AWK Norman

Fairclough, unit

analisa dan

amatan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/2/T1...4 593/SK.III-BKPMD/1991 bahwa lokasi tanah yang telah dibebaskan PT SAMP

11

realita. Di

karenakan

telah tertanam

pada benak

para jurnalis

dan konsumen,

sehingga

mempengaruhi

carapandang

mereka yang

lebih fokus

pada selera

pria, ketika

mereka

memproduksi

maupun

ketika

mengkonsumsi

teks berita

bertema

gender.

2. Anwari MEDIA

MASSA

DALAM

BINGKAI

KEKUASAAN

(Analisis

Wacana Berita

Munas Golkar

di Metrotv dan

tvOne)

Dengan ini,

wartawan tidak

mungkin

objektif seratus

persen,

idealitas

wartawan akan

dibenturkan

oleh ideologi

perusahaan

media, mau

tidak mau

Tema pokok

mengedepankan

perbandingan

dua media, Unit

amatan dan

analisa berbeda.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/2/T1...4 593/SK.III-BKPMD/1991 bahwa lokasi tanah yang telah dibebaskan PT SAMP

12

wartawan

harus taat

dengan

peraturan

perusahaan

media sebagai

tempat kerja

wartawan yang

menjadi

wartawan

berfikir

subjektif

terhadap fakta

dengan

memilih mana

fakta yang

layak

diberitakan

dan mana yang

tidak.

3. Tia

Agnes

AWK Van

Djik Terhadap

Berita “Sebuah

Kegeliaan

Disamping

Kraft” dalam

Majalah Pantau

Teks mampu

memaparkan

segi semantik

dan makna

secara baik.

Dalam

leksikon

penulis

menggunakan

kata dengan

konotasi

negatif

terhadap

Tema Pokok

mengedepankan

Jurnalisme

satra, Unit

amatan dan

analisa berbeda.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/2/T1...4 593/SK.III-BKPMD/1991 bahwa lokasi tanah yang telah dibebaskan PT SAMP

13

militer. Secara

keseluruhan

penulis

menampilkan

teks jurnalisme

satra Tom

Wolfe dengan

baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang diteliti adalah :

1.2.1. Wacana apa yang muncul dalam pemberitaan Metro Realitas tentang

‘Dilema Petani Di Tanah Sengketa’ berkaitan dengan kekerasan

negara?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1.3.1 Menggambarkan dan menjelaskan wacana kritis yang muncul dalam

Metro Realitas tentang ‘Dilema Petani Di Tanah Sengketa’ berkaitan

dengan kekerasan negara.

1.4 Manfaat Penelitan

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya/memperbanyak konsep

atau teori komunikasi khususnya yang berkaitan dengan teori wacana

kritis.

1.4.2 Manfaat Praktis

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/2/T1...4 593/SK.III-BKPMD/1991 bahwa lokasi tanah yang telah dibebaskan PT SAMP

14

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan

pengetahuan/wawasan bagi para pembaca dalam melihat wacana di

balik media tertentu berkaitan dengan kekerasan negara.