bab i pendahuluan - gadjah mada university |...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Obesitas adalah akumulasi lemak secara berlebihan
atau abnormal dalam tubuh sehingga dapat mengganggu
kesehatan. Data National Health and Nutrition
Examination Survey (NHANES) tahun 2007-2010 menunjukkan
bahwa rata-rata 68 % penduduk Amerika Serikat dewas a
mengalami overweight atau obesitas, 73 % laki-laki dan
64 % perempuan (Go et al., 2013).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO)
pada tahun 2008, 35% orang di dunia usia ≥20 tahun
keatas mengalami overweight (BMI ≥ 25 kg/m2), 34% laki-
laki dan 35% perempuan. Prevalensi obesitas dunia
meningkat dua kali dari tahun 1980 dibandingkan tah un
2008. Pada tahun 2008, 10% laki-laki dan 14% wanita di
dunia mengalami obesitas(BMI ≥30 kg/m2), sedangkan
tahun 1980 sekitar 5% laki-laki dan 8% perempuan
mengalami obesitas. Menurut data Riset Kesehatan Da sar
(Riskesdas) pada tahun 2007, di Indonesia prevalens i
nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥15 tahun
adalah 19,1%, dengan prevalensi laki- laki 13,9 % d an
perempuan 23,8 %(Departemen kesehatan (Depkes) 2007 ).
Pada orang obesitas, konsentrasi asam lemak bebas,
2
trigliserida, kolesterol LDL dan apolipoprotein-B l ebih
tinggi dibandingkan orang non-obes. Penelitian yang
dilakukan Zelzer pada tahun 2011 tentang hubungan
obesitas dengan dislipidemia menunjukkan bahwa obes itas
berhubungan dengan dislipidemia.
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang
ditandai dengan tiga abnormalitas lipid yaitu
peningkatan serum trigliserida, peningkatan small low-
density lipoprotein particles (sdLDL) dan penurunan
high-density lipoprotein (HDL). Peningkatan
trigliserida ≥150 mg/dl ditambah dengan kolesterol HDL
yang rendah <40 mg/dl didefinisikan sebagai atherogenic
dyslipidemia ( National cholesterol education program-
adult treatment panel (NCEP-ATP) III, 2001).
Salah satu cara untuk mengukur obesitas adalah
dengan mengukur indeks massa tubuh(IMT) yaitu berat
badan(kilogram) dibagi tinggi badan(meter) kuadrat. IMT
lebih dari 25 dinyatakan sebagai kelebihan berat ba dan,
IMT 25-27 dinyatakan sebagai overweight dan IMT lebih
dari 27 dinyatakan sebagai obesitas(Depkes, 2007).
Obesitas sering disertai dengan hiperlipidemia.
Peningkatan massa adiposit dan diikuti penurunan
sensitifitas insulin berhubungan dengan obesitas ya ng
mempunyai banyak efek pada metabolisme lipid(Fauci et
3
al., 2008). Kurang lebih 38 % orang dengan IMT 27
adalah penderita hiperkolesterolemia(Hardani, 2012) .
Manajemen utama yang dilakukan untuk orang obesitas
adalah penurunan berat badan. Penurunan berat badan
mempunyai efek yang menguntungkan terhadap komorbid
obesitas, bahkan penurunan berat badan sebesar 5-10 %
dari berat awal dapat mengakibatkan perbaikan keseh atan
yang signifikan. Bukti yang kuat yang menunjukkan b ahwa
penurunan berat badan pada individu obese dan
overweight mengurangi faktor resiko diabetes tipe 2 ,
penyakit kardiovaskular, menurunkan tekanan darah p ada
individu normotensi dan hipertensi, mengurangi seru m
trigliserida, meningkatkan kolesterol HDL dan secar a
umum dapat menurunkan kolesterol total serta kolest erol
LDL (Sugondo, 2009).
Berdasarkan guideline American Heart
Association (AHA) tahun 2013 terapi dislipidemia yang
disarankan adalah golongan statin. Statin adalah te rapi
lini pertama untuk menurunkan kadar kolesterol LDL pada
pasien yang memiliki faktor resiko yang tinggi untu k
terjadinya atherosclerotic cardiovascular disease
(ASCVD) . Statin menurunkan kadar kolesterol dengan cara
menginhibisi kerja enzim 3-hydroxy 3 methyl glutaryl
coenzyme A (HMG CoA) reduktase pada sintesis kolesterol
4
di hati. Simvastatin cenderung menurunkan trigliserida
dan meningkatkan kolesterol HDL (Lullman et al., 2005).
Salah satu golongan statin yang sering digunakan un tuk
terapi dislipidemia adalah simvastatin. Dosis
simvastatin 10 mg untuk terapi statin intensitas
rendah, dosis 20 mg untuk terapi statin intensitas
sedang yang dapat menurunkan LDL kira-kira 30%-50%.
Dosis 80 mg dapat menimbulkan efek berbahaya (Go et
al., 2013). Obat ini dinyatakan aman dan memiliki efek
samping yang rendah pada dosis yang tepat, namun pa da
pasien tertentu dapat terjadi efek samping yang ser ius
yaitu rhabdomiolisis (Lullman et al., 2005), penyakit
mata (miopati) dan gagal ginjal akut, sehingga
penggunaan obat ini perlu pengawasan(Grundi, 2005).
Dengan demikian sehingga perlu dicari obat baru unt uk
terapi dislipidemia yang juga dapat mengurangi resi ko
peningkatan berat badan dengan efek samping yang le bih
sedikit.
Masyarakat Indonesia sering menggunakan obat
tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit .
Salah satu tanaman yang berkhasiat obat adalah meni ran
(Phyllanthus niruri). Phyllanthus niruri adalah famili
Euphorbiaceae . Pyllanthus niruri menarik perhatian
para peneliti karena memiliki efek melindungi hepar
5
(hepatoprotective), sehingga di China digunakan untuk
pengobatan hepatitis B dan penyakit hati. Senyawa y ang
terdapat di meniran adalah flavonoid, alkaloid,
terpenoid, lignan, polyphenol, tannin, coumarin dan
saponin. Flavonoid, terutama quercetin memiliki efe k
memperbaiki dislipidemia dengan menstimulasi lipoli sis,
meningkatkan beta oksidasi dari lipid, dan dapat
memperkecil lesi aterosklerosis yang ada pada pembu luh
darah (Salvamani et al., 2013).Ekstrak dari tanaman ini
terbukti mempunyai efek terapetik pada berbagai st udi
klinis. Berdasarkan penelitian, diketahui senyawa p ada
ekstrak Phyllanthus niruri bermanfaat untuk melindungi
hepar, mempunyai aktivitas menurunkan lipid ( lipid
lowering activity) , antidiabetes dan anti jamur
(Paithankar et al., 2011) . Senyawa pada ekstrak
Phyllanthus niruri yang dapat menurunkan kadar
trigliserida dalam darah adalah rutin dan lupeol (I toh
et al., 2009; Kanashiro et al., 2009; Park et al.,
2002; Pulok, 2001; Sudhahar et al., 2006). Menurut
penelitian Khatun pada tahun 2011 menunjukkan bahwa
Phyllantus niruri juga mengandung sterol yang diketahui
dapat menurunkan kolesterol dalam plasma darah, ste rol
ini diyakini menggangu esterifikasi kolesterol. Sen yawa
lain dari ekstrak meniran yang dapat menurunkan kad ar
6
kolesterol dan lipid adalah tanin, saponin, alkaloi d
(Samali et al., 2012; Reddy et al., 2009). Dari
beberapa bukti penelitian yang telah ada, Profil Ba dan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan melakukan
penelitian untuk mengetahui karakteristik tanaman
meniran sehingga dapat digunakan untuk melakukan
budidaya meniran.
Latar belakang tersebut mendorong penulis untuk
meneliti lebih lanjut tentang pengaruh pemberian
ekstrak Phyllanthus niruri terhadap berat badan dan
tebal lemak subkutan.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah
diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian seba gai
berikut :
1. Apakah pemberian ekstrak Phyllanthus niruri dapat
menurunkan resiko peningkatan berat badan dan tebal
lemak subkutan tikus Rattus novergicus ?
2. Apakah Phyllanthus niruri lebih menurunkan resiko
peningkatan berat badan berat badan dan tebal lemak
subkutan tikus Rattus novergicus dibandingkan
dengan simvastatin?
7
I.3 Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak
Phyllanthus niruri terhadap berat badan dan tebal lemak
subkutan belum pernah dilakukan. Beberapa penelitia n
yang berkaitan dengan penelitian ini adalah penelit ian
oleh Kahono, J, K pada tahun 2010 yang melihat peng aruh
ekstrak herba meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap
kadar trigliserida darah kadar tikus putih (rattus
novergicus). Hasil dari penelitian ini adalah pemberian
ekstrak Phyllantus niruri dapat menurunkan kadar
trigliserida darah tikus putih, namun penelitian
tersebut hanya melihat kadar trigliserida saja, tid ak
melihat berat badan dan tebal lemak subkutan. Begit u
juga dengan penelitian oleh Ari Revianto tahun 2010
yang melihat pengaruh ekstrak Phyllantus niruri
terhadap kadar HDL dan LDL darah tikus Putih”. Hasi lnya
adalah ekstrak Phyllantus niruri berpengaruh dalam
menghambat peningkatan LDL dan tidak berpengaruh
terhadap kadar HDL darah tikus putih.
I.4 Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif
obat baru untuk treatment dislipidemia yang juga
8
dapat menurunkan berat badan dan tebal lemak
subkutan .
2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui pengaruh pemberian Phyllanthus niruri
dalam menurunkan resiko peningkatan berat badan
dan tebal lemak subkutan tikus putih.
b. Mengetahui apakah pemberian ekstrak Phyllanthus
niruri lebih menurunkan resiko peningkatan berat
badan dan tebal lemak subkutan dibandingkan
dengan simvastatin.
I.5 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi dan landasan bagi penelitian
selanjutnya, terutama uji pre klinik dan klinik, se rta
dapat menjadi obat alternatif yang memiliki manfaat
sama dengan simvastatin tetapi efek samping lebih
rendah dan harga lebih murah.
Memberikan dasar ilmiah tentang peran dan manfaat
Phyllanthus niruri sebagai tanaman yang mempuyai efek
untuk menurunkan berat dan menurunkan akumulasi lem ak
subkutan.
10
dan sebagian kecil trigliserida dipakai untuk membe ntuk
semua membran sel dan untuk melakukan fungsi-fungsi sel
yang lain.
Lipoproptein merupakan partikel kecil (lebih kecil
dari kilomikron tetapi komposisinya secara kualitat if
sama) yang mengandung trigliserida, kolesterol,
fosfolipid dan protein. Lipoprotein menyediakan
kendaraan untuk mengangkut komplek lipid dalam dara h
sebagai komplek yang larut dalam air dan memberikan
lipid ke sel-sel di seluruh tubuh.
Ada 4 tipe utama lipoprotein yang diklasifikasikan
berdasarkan densitasnya dan diukur dengan
ultrasentrifugasi :(1) Lipoprotein berdensitas sang at
rendah (very low density lipoprotein) disingkat VLDL
yang mengandung konsentrasi trigiserida yang tinggi dan
konsentrasi kolesterol serta fosfolipid yang sedang .
(2) Lipoprotein berdensitas sedang (intermediate-
density lipoprotein) disingkat IDL berasal dari VLDL
yang sebagian besar trigliseridanya sudah dikeluark an,
sehingga konsentrasi kolesterol dan fosfolipid
meningkat. (3) Lipoprotein berdensitas rendah (low
density lipoprotein) disingkat LDL berasal dari
lipoprotein berdensitas sedang yang mengeluarkan
hampir semua trigliseridanya, menyebabkan konsentra si
11
kolesterol sangat tinggi dan konsentrasi fosfolipid
menjadi cukup tinggi. (4) Lipoprotein berdensitas
tinggi (high density lipoprotein) disingkat HDL
mengandung protein berkonsentrasi tinggi, dengan
konsentrasi kolesterol dan fosfolipid yang jauh leb ih
kecil (Kronenberg et al., 2008)
II.1.2 Metabolisme lipoprotein
Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga
jalur yaitu jalur metabolisme eksogen, jalur
metabolisme endogen dan jalur reverse cholesterol
transport. Kedua jalur pertama berhubungan dengan
metabolisme kolesterol LDL dan trigliserid sedang j alur
reverse cholesterol transport khusus mengenai
metabolisme kolestrol HDL.
12
1. Jalur Metabolisme Eksogen
Gambar 1. Metabolisme lipoprotein eksogen dan endog en
(Fauci et al ., 2008)
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas
trigliserid dan kolesterol. Selain kolesterol yang
diperoleh dari makanan , dalam usus juga terdapat
kolesterol yang berasal dari hati yang diekskresi
bersama asam empedu ke usus halus. Kedua lemak ters ebut
adalah lemak eksogen. Trigliserid akan diserap seba gai
asam lemak bebas sedang kolesterol sebagai kolester ol.
13
Selama pencernaan, sebagian besar trigliserida dipe cah
menjadi monogliserida dan asam lemak. Kemudian keti ka
melewati epitel usus, monogliserida dan asam lemak
disintesis kembali menjadi trigliserida baru yang m asuk
ke dalam limfe dalam bentuk droplet kecil yang dise but
kilomikron, yang berdiameter antara 0,08 dan 0,6
mikron. Kira-kira 1 jam setelah makan makanan yang
mengandung sejumlah besar lemak, konsentrasi kilomi kron
dalam plasma akan meningkat 1 sampai 2 persen dari
total plasma, dan karena ukuran kilomikron besar ma ka
plasma akan terlihat keruh dan kadang-kadang kuning .
Akan tetapi, kilomikron mempunyai waktu paruh kuran g
dari 1 jam, sehingga plasma menjadi jernih lagi dal am
waktu beberapa jam. Pada keadaan setelah penyerapan ,
setelah semua kilomikron dikeluarkan dari darah mak a
lebih dari 95 % seluruh lipid dalam plasma berada d alam
bentuk lipoprotein (Guyton & Hall, 2007).
2. Jalur metabolisme endogen
Trigliserid dan kolesterol disintesis di hati dan
disekresi ke dalam sirkulasi sebagai lipoprotein VL DL.
Apolipoprotein yang terkandung dalam VLDL adalah
apolipoprotein(apo) B100. Dalam sirkulasi, triglise rid
di VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim
lipoprotein lipase(LPL), dan VLDL berubah menjadi I DL
14
yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah men jadi
LDL. Sebagian dari VLDL, IDL dan LDL akan mengangku t
kolesterol ester kembali ke hati. LDL adalah
lipoprotein yang paling banyak mengandung kolestero l.
Sebagian dari kolesterol yang ada di LDL akan dibaw a ke
hati dan jarigan steroidogenik lainnya seperti kele njar
adrenal, testis dan ovarium yang mempunyai reseptor
untuk kolesterol LDL. Sebagian lagi dari kolesterol LDL
akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor
scavenger-A(SR-A) di makrofag dan akan mejadi sel b usa
(foam cell) . Makin banyak kadar kolesterol LDL dalam
plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi da n
ditangkap oleh makrofag. Jumlah kolesterol yang aka n
teroksidasi tergantung dari kadar kolesterol yang
terkandung di LDL. Beberapa keadaan mempengaruhi
tingkat oksidasi seperti : 1. Meningkatnya jumlah L DL
kecil padat (small dense LDL) seperti pada sindrom
metabolik dan diabetes melitus. 2. Kadar kolesterol
HDL, makin tinggi kadar kolesterol HDL akan bersifa t
protektif terhadap oksidasi LDL.
15
3. Jalur reverse cholesterol transport
Gambar 2. Metabolisme lipoprotein reverse cholesterol
transport (Fauci et al ., 2008)
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin
kolesterol yang mengandung apo A,B,C dan E ; dan
disebut HDL nascent. HDL nascent berasal dari usus
halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengand ung
apo A1. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk
mengambil kolesterol yang disimpan di makrofag. Set elah
mengambil kolesterol dari makrofag, HDL nascent berubah
menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat. Agar dapat
diambil oleh HDL nascent, kolesterol (kolesterol bebas)
di bagian dalam dari makrofag harus dibawa ke permu kaan
membran sel makrofag oleh suatu transporter yang
16
disebut adenosine triphosphate-binding cassette
transporter-1 atau disingkat ABC-1.
Setelah mengambil kolesterol bebas dari makrofag,
kolesterol bebas akan diesterifikasi menjadi kolest erol
ester oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase
(LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol yang dibawa
oleh HDL akan mengambil 2 jalur. Jalur pertama iala h ke
hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type
1 (SR-B1). Jalur kedua dalah kolesterol ester dalam H DL
akan dipertukarkan dengan trigliserid dari VLDL dan IDL
dengan bantuan cholesterol ester transfer protein
(CETP). Fungsi HDL sebagai “penyerap” kolesterol da ri
makrofag mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan
jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk mem bawa
kolesterol kembali ke hati (Adam, 2009).
II.1.3 Sel Lemak dan Jaringan Lemak
Jaringan lemak merupakan depot penyimpanan energi
terbesar bagi mamalia. Tugas utama jaringan lemak
adalah menyimpan energi dalam bentuk trigliserida
melalui proses lipogenesis yang terjadi sebagai res pon
terhadap kelebihan energi dan memobilisasi energi
melalui lipolisis sebagai respon terhadap kekurang an
energi. Akumulasi lemak ditentukan oleh keseimbanga n
17
dari proses lipolisis(pemecahan lemak) dan
lipogenesis(sintesis lemak), selain itu juga ditent ukan
oleh faktor gender. Faktor yang berhubungan dengan
peningkatan resiko penyakit adalah kelebihan lemak
viscera dan bukan lemak subkutan pada tubuh (Sugond o,
2009).
II.1.4 Obesitas
Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks
pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang
dikendalikan oleh beberapa fakor biologik spesifik.
Faktor yang paling berpengaruh adalah faktor geneti k.
Obesitas secara fisiologis didefinisikan sebagai su atu
keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal at au
berlebihan di jaringan adiposa karena tidak seimban gnya
asupan energi dengan pemakaian energi. Gangguan
keseimbangan pengaturan energi tersebut dapat
disebabkan karena faktor eksogen(obesitas primer)
karena nutrisional(90%) maupun endogen(obesitas
sekunder) akibat adanya kelainan hormonal atau
genetik(10%). Jaringan adiposa dan kadar leptin dal am
darah akan meningkat apabila asupan energi lebih da ri
yang dibutuhkan. Leptin merangsang anorexigenic center
di hipotalamus agar menurunkan produksi neuro pepti de
18
Y(NPY) sehingga nafsu makan turun. Sebaliknya apabi la
kebutuhan energi lebih besar dari pada asupan energ i
maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsan gan
pada anorexigenic center di hipotalamus agar
meningkatkan produksi NPY sehingga nafsu makan
meningkat. Pada sebagian besar orang obesitas menga lami
resistensi leptin, sehingga kadar leptin yang tingg i
tidak dapat menurunkan nafsu makan(Hidajat et al.,
2006).
Pengukuran akumulasi lemak dapat dilakukan dengan
pengukuran indeks massa tubuh, pengukuran ketebalan
lipatan kulit dan pengukuran lingkar tubuh terutama
rasio pinggang-pinggul.
Tabel 1. Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas
Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Ora ng Dewasa Berdasarkan IMT Menurut WHO
Klasifikasi IMT (kg/m²) Berat badan kurang < 18,5 Kisaran Normal 18,5-24,9 Berat Badan Lebih >25 Pra-Obese 25,0-29,9 Obes tingkat I 30,0-34,9 Obes Tingkat II 35,0-39,9 Obese Tingkat III >40
Obesitas sentral
Lemak daerah abdomen terdiri dari lemak subkutan
dan lemak intra abdominal. Jaringan lemak intra
abdominal terdiri dari lemak visceral atau
19
intraperitoneal yang tertama terdiri dari lemak ome ntal
dan mesenterial serta massa lemak retroperitoneal. Pada
laki-laki, massa retroperitoneal hanya merupakan
sebagian kecil dari lemak intra abdominal. Lemak
subkutan daerah abdomen sebagai komponen obesitas
sentral mempunyai korelasi yang kuat dengan resiste nsi
insulin seperti lemak viscera(Sugondo, 2009).
Obesitas sentral dapat dinilai dengan beberapa
cara. Cara yang paling baik adalah dengan computed
tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI),
tetapi kedua cara ini jarang digunakan karena mahal .
Pengukuran lingkar perut atau rasio antara lingkar
perut dengan lingkar pinggul (WHR, Waist-Hip Rasio )
dapat digunakan sebagai alternatif klinis karena
berhubungan dengan besarnya resiko untuk terjadinya
gangguan kesehatan. Pada penelitian di Belanda
didapatkan bahwa lingkar perut > 102 cm pada laki-l aki
dan >88 pada perempuan, berhubungan dengan peningka tan
substansial resiko obesitas dan komplikasi metaboli k.
Asia Pasifik memakai ukuran lingkar pinggang laki-l aki
: 90 cm dan perempuan 80 cm sebagai batasan(Sugondo ,
2009).
Pengobatan yang dilakukan untuk orang dengan
obesitas adalah pengaturan berat badan. Pengaturan
20
berat badan merupakan dasar tidak hanya bagi obesit as
tetapi juga sindrom metabolik. Target penurunan ber at
badan adalah 5-10% dala tempo 6-12 bulan, dapat dic apai
dengan mengurangi asupan kalori 500 – 1000 kalori p er
hari ditunjang dengan aktifitas fisik yang sesuai.
Aktifitas fisik yang disarankan adalah selama 30 me nit
atau lebih setiap hari. Pemakaian obat-obatan dapat
berguna sehingga dipertimbangkan pada beberapa pasi en.
Dua obat yang dapat digunakan dalam menurunkan bera t
badan adalah sibutramin dan orsilat. Sibutramin car a
kerjanya di sentral memberikan efek mengurangi asup an
energi melalui efek mempercepat rasa kenyang dan
mempertahankan pengeluaran energi setelah berat bad an
turun. Terapi pembedahan dapat dipertimbangkan pada
pasien yang beresiko serius akibat obesitasnya
(Sugondo, 2009).
II.1.5 Atherogenic Dyslipidemia
Dyslpidemia ditandai dengan 3 abnormalitas lipid :
peningkatan trigliserida, partikel LDL kecil dan
penurunan kolesterol HDL(trias lipid). Trias lipid
merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner,
sehingga trias lipid tersebut merupakan target dari
pengobatan dslipidemia (NCEP-ATP III, 2001).
21
Klasifikasi dislipidemia dapat dibagi berdasarkan
penyebabnya. Dislipidemia primer adalah dislipidemi a
yang tidak diketahui sebabnya, dislipidemia sekunde r
adalah dislipidemia yang disebabkan penderita mempu nyai
penyakit dasar seperti sindrom nefrotik, diabetes
melitus, hipotiroidism. Selain itu dislipidemia dap at
dibagi berdasarkan profil lipid yang menonjol, sepe rti
hiperkolesterolemi, hipertrigliseridemi, isolated low
HDL, dan dislipidemi campuran. Dislipidemia campuran
adalah bentuk yang paling sering ditemukan. Klasifi kasi
berdasarkan profil lipid yang menonjol akan memperm udah
dalam pemilihan obat.
II.1.6 Simvastatin
Simvastatin adalah agen penurun kadar kolesterol
yang derivatnya didapat secara sintesis dari produk
fermentasi Aspergillus terreus. Simvastatin menurun kan
kadar kolesterol dengan cara menginhibisi kerja enz im
3-hydroxy 3 methyl glutaryl coenzyme A (HMG CoA)
reduktase pada sintesis kolesterol di hati. HMG-CoA
reduktase bertanggung jawab untuk merubah HMG-CoA
menjadi asam mevalonat(Lullman et al., 2005). Inhibisi
kerja HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan sinte sis
kolesterol dan peningkatan reseptor LDL di membran sel
22
hati dan jaringan ekstrahepatik, sehingga menyebabk an
banyak LDL yang hilang dalam plasma (Probosari,
Hertanto & Puruhita, 2011).
Dosis 20 mg dan 40 mg untuk terapi statin
intensitas sedang yang dapat menurunkan LDL kira-ki ra
30%-50%. Dosis 80 mg dapat menimbulkan efek berbaha ya
(Go et al., 2013).
II.1.7 Meniran (Phyllanthus Niruri)
Gambar 3. Tanaman Phyllanthus niruri
Meniran ( Phyllanthus niruri) adalah salah satu
bahan obat-obatan tradisional.
Sistematika tumbuhan meniran adalah sebagai
berikut:
23
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri Linn
Meniran ( Phyllanthus niruri ) tumbuh liar di tempat
yang lembab dan berbatu, seperti di sepanjang salur an
air, semak-semak, dan tanah diantara rerumputan.
Tumbuhan ini bisa ditemukan di daerah dataran renda h
sampai ketinggian 1000 meter(m) dari permukaan laut .
Meniran merupakan terna, semusim, tumbuh tegak, tin ggi
30-50 centimeter(cm), bercabang–cabang. Batang berw arna
hijau pucat, daun tunggal, letak berseling. Helaian
daun bundar memanjang, ujung tumpul, pangkal membul at,
permukaan bawah berbintik kelenjar, tepi rata, panj ang
sekitar 1,5 cm, lebar sekitar 7 milimeter(mm), berw arna
hijau. Dalam satu tanaman ada bunga betina dan bung a
jantan. Bunga jantan keluar di bawah ketiak daun,
sedangkan bunga betina keluar di atas ketiak daun.
Buahnya kotak, bulat pipih, licin, bergaris tengah 2-
2,5 mm. Bijinya kecil, keras, berbentuk ginjal,
berwarna coklat (Hutapea & Syamsyuhidayat, 1991).
24
Berbagai macam bahan organik telah ditemukan dalam
herba meniran ( Phyllantus niruri ). Beberapa golongan
zat utama yang terkandung adalah lignan, tanin,
polifenol, alkaloid, flavonoid, terpenoid dan stero id
(Murugaiyah, 2008; Taylor, 2003). Flavonoid, teruta ma
quercetin memiliki efek memperbaiki dislipidemia de ngan
menstimulasi lipolisis, meningkatkan beta oksidasi dari
lipid, dan dapat memperkecil lesi aterosklerosis ya ng
ada pada pembuluh darah (Salvamani et al.,
2013).Senyawa pada ekstrak Phyllanthus niruri yang
dapat menurunkan kadar trigliserida dalam darah ada lah
rutin dan lupeol (Itoh et al., 2009; Kanashiro et al.,
2009; Park et al., 2002; Pulok, 2001; Sudhahar et al.,
2006). Menurut penelitian Phyllantus niruri juga
mengandung sterol yang diketahui dapat menurunkan
kolesterol dalam plasma darah, sterol ini diyakini
menggangu esterifikasi kolesterol (Khatun et al.,
2011). Senyawa lain dari ekstrak meniran yang dapat
menurunkan kadar kolesterol dan lipid adalah tanin,
saponin, alkaloid (Samali et al., 2012; Reddy et al.,
2009).
25
II.1.8 Rattus novergicus
Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tikus putih (rattus novergicus) galur Wistar jantan .
Penggunaan tikus putih tersebut karena kelengkapan
organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme, dan bio-kimi a-
nya cukup dekat dengan manusia (Schaerfer et al. dalam
Hartoyo et al., 2008). Menurut Ganong (2002) kolestrol
darah dipengaruhi oleh estrogen, sehingga pada
penelitian ini digunakan tikus jantan karena memili ki
estrogen yang lebih sedikit.
II.2 Landasan Teori
Obesitas secara fisiologis didefinisikan sebagai
suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak nor mal
atau berlebihan di jaringan adiposa karena tidak
seimbangnya asupan energi dengan pemakaian energi.
Obesitas sering disertai dengan dislipidemia.
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang
ditandai dengan penurunan maupun peningkatan fraksi
lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utam a
adalah penurunan kolesterol high-density lipoprotein
(HDL) dengan kadar <40mg/dl, peningkatan kolesterol
total dengan kadar ≥240mg/dl, peningkatan kolesterol
low-density lipoprotein (LDL) dengan kadar ≥160mg/dl,
26
dan peningkatan trigliserida dengan kadar ≥200mg/dl. 2
Simvastatin cenderung menurunkan trigliserida dan
meningkatkan kolesterol HDL.
Menurut Chandra R (2000) meniran mempunyai
aktivitas menurunkan lipid (Lipid lowering activity) .
Berdasarkan penelitian, diketahui senyawa pada ekst rak
Phyllanthus niruri yang dapat menurunkan kadar
trigliserida dalam darah adalah rutin dan lupeol (I toh
et al., 2009; Kanashiro et al., 2009; Park et al.,
2002; Pulok, 2001; Sudhahar et al., 2006). Phyllantus
niruri juga mengandung sterol yang diketahui dapat
menurunkan kolesterol dalam plasma darah, sterol in i
diyakini menggangu esterifikasi kolesterol (Khatun,
Billah & Quader, 2009) Senyawa lain dari ekstrak
meniran yang dapat menurunkan kadar kolesterol dan
lipid adalah tanin, saponin, alkaloid (Samali et al.,
2012; Reddy et al., 2009).
27
II.3 Kerangka Teori
II.4 Kerangka Konsep
Variabel Terikat :
- Berat badan
- Tebal lemak subkutan
Variabel Bebas : - Kelompok tanpa
perlakuan - Kelompok dengan
induksi tinggi lemak
- Kelompok dengan terapi standar (simvastatin)
- Kelompok dengan terapi ekstrak meniran dosis 50 mg/200g BB
- Kelompok dengan terapi ekstrak meniran dosis 100mg/200gBB
Tikus galur Wistar
Variabel Terkendali : Usia , berat badan, jenis kelamin, pencahayaan matahari
28
II.5 Hipotesis
1. Pemberian ekstrak Phyllanthus niruri dapat
menurunkan resiko peningkatan berat badan dan tebal
lemak subkutan Rattus novergicus.
2. Phyllanthus niruri lebih menurunkan resiko
peningkatan berat badan dan tebal lemak subkutan
Rattus novergicus dibandingkan dengan simvastatin.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Rancangan penelitian
III.1.1 Variabel dan Definisi Operasional
III.1.1.1 Variabel
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kelom pok
pakan standar, kelompok pakan tinggi lemak,
kelompok yang diterapi simvastatin dan pemberian
ekstrak phyllanthus niruri dosis 50 mg/200 gram
BB/hari dan 100 mg/200 gram BB/hari .
2. Variabel terikatnya adalah perubahan berat badan dan
tebal lemak subkutan.
3. Variabel terkendali :
a. Variabel subjek penelitian : galur, jenis
kelamin, umur dan berat badan yang rata – rata
sama.
b. Variabel perawatan : jenis, kualitas makanan dan
minuman tiap subjek sama.
c. Variabel bahan coba : ekstrak Phyllanthus niruri
dibuat dari sumber bahan, metode pembuatan dan
cara pemberian yang sama.
III.1.1.2 Definisi operasional
a. Ekstrak herba meniran ( Phyllantus niruri L.) yang
digunakan adalah ekstrak yang berasal dari hasil
30
ekstraksi tanaman meniran dengan etanol 70% di
Laboratorium Farmakologi FK UGM. Alat ukur
menggunakan timbangan digital dengan satuan
miligram. Dosis yang digunakan adalah 50 mg/ 200
gram BB/hari dan 100 mg/200 gram BB/hari.
b. Simvastatin adalah obat antihiperlipidemia kelas
HMG-KoA reduktase yang diberikan ke tikus putih
dalam bentuk cairan menggunakan sonde lambung
dengan dosis 0.8 mg/200 gram BB.
c. Pengukuran berat badan adalah pengukuran yang
dilakukan untuk mengukur berat badan badan tikus
dengan menggunakan timbangan digital bermerek
mettler toledo. Pengukuran dilakukan dengan
meletakkan tikus di di suatu wadah yang cukup besar
hingga tikus cukup, sebelum berat badan tikus
diukur, wadah tikus harus diletakkan terlebih
dahulu kemudian ditekan tombolnya hingga angka di
timbangan 0. Letakkan tikus di wadah, kemudian
pembacaan dilakukan ketika tikus diam dan angka di
timbangan berhenti.
d. Pengukuran tebal lemak subkutan. Pengukuran tebal
lemak subkutan dilakukan dengan mengukur secara
mikroskopis menggunakan mikroskop cahaya dengan dua
angka dibelakang koma dan satuan milimeter.
31
III.1.2 Sampel
Sampel meniran ( Phyllantus niruri L.) yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari merap i
farma, Kamdanen, Yogyakarta. Sampel Phyllanthus niruri
yang diperoleh selanjutnya dideterminasi di Bagian
Biologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. Hasil
pemeriksaan determinasi menunjukkan bahwa sampel
tersebut adalah Phyllanthus niruri (lampiran 9) .
Phyllanthus niruri dibuat ekstrak dengan pelarut
etanol di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokte ran
UGM. Bagian tanaman Phyllanthus niruri yang digunakan
adalah bagian daunnya saja. Hasil ekstrak etanol da ri
Phyllanthus niruri ini berupa cairan kental berwarna
hijau.
III.1.3 Subjek
Penelitian ini dilakukan pada tikus putih (Rattus
novergicus) jantan, galur Wistar, sehat dan
aktivitasnya normal. Umur kurang lebih 1,5 bulan de ngan
berat badan 150-220 gr, sebanyak 35 ekor. Subjek
penelitian diperoleh dari Laboratorium Penelitian d an
Pengujian Terpadu (LPPT) Unit IV.
32
Besar subjek tiap kelompok dihitung dengan rumus
Frederer, dimana t merupakan jumlah ulangan untuk t iap
perlakuan (dalam penelitian ini ada 4 perlakuan) da n n
adalah jumlah perlakuan. Rumus yang digunakan yaitu
(Murti 2006) yaitu
(n-1) (t-1) > 15
Sehingga dalam percobaan ini jumlah subjek minimal
yang dibutuhkan per kelompok adalah sebagai berikut :
(n-1) (4-1) > 15 ; t = 4
(n-1) (3) > 15
3n – 3 > 15
3n > 18
n > 6 ; (n=6)
Dari perhitungan di atas jumlah tikus yang
digunakan minimal 6 ekor per kelompok. Sehingga dal am
penelitian ini jumlah tkus yang digunakan oleh penu lis
adalah 35 ekor (7 ekor tikus putih per kelompok).
III.1.4 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis
quasi eksperimental dengan rancangan pretest and post
test control design untuk membandingkan perbedaan berat
badan di tikus galur Wistar dengan pemberian
simvastatin dan Phyllanthus niruri . Rancangan untuk
33
membandingkan tebal lemak subkutan tikus galur Wist ar
digunakan post test control design .
III.1.5 Alat
a. Kandang tikus
b. Spuit injeksi
c. Timbangan tikus
d. Sonde lambung
e. Gelas ukur
f. Alat bedah
g. Mikroskop cahaya
h. Kaca preparat
i. Tabung hematokrit
j. Pot penyimpanan organ
k. Tabung eppendorf
III.1.6 Bahan
a. Ekstrak meniran (Phyllanthus niruri)
b. Pakan standart AD II
c. Pakan tinggi lemak modifikasi AD II
d. Simvastatin
e. Etanol 70 %
f. Formalin 10 %
g. Hematoxyllin eosin
34
h. Ketamin
III.1.7 Cara Penentuan Dosis
a. Dosis meniran
Pada penelitian Khanna et al., (2002), diungkapkan
bahwa meniran dapat menurunkan kadar LDL dan VLDL d arah
tikus dengan dosis 250 mg/kg BB. Pada penelitian Ch asbi
et al. (2005) ditemukan bahwa tidak ada penurunan kadar
trigliserida dengan dosis di bawah 10 mg/200 gram B B.
Dosis 250mg/kg BB sama dengan 50 mg/ 200 grBB, sehi ngga
dalam penelitian ini kami menggunakan 2 dosis, yait u 50
mg/200 gram BB dan 100 mg/200 gram BB.
b. Dosis Simvastatin
Dosis simvastatin yang digunakan pada manusia
adalah 40 mg/ hari. Dari dosis tersebut, dikonversi kan
menjadi dosis tikus dengan rumus sebagai berikut :
Dosis simvastatin tikus
= 0,018 x 40 mg/200grBB/hari
= 0,72 mg/200 grBB/hari ≈ 0,8 mg/200 gr BB/hari
Angka 0,018 adalah faktor konversi berat badan
manusia normal ke berat badan tikus putih(lampiran 1).
35
III.1.8 Batasan Penelitian
Penelitian ini hanya fokus kepada pengaruh
terhadap berat badan dan tebal lemak subkutan sehin gga
tidak membahas tentang profil lipid dari masing-mas ing
tikus. Tikus sebelum diberi terapi sudah mengalami
dislipidemia yang dibuktikan dengan adanya kenaikan
kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida serta
penurunan kadar HDL pada tikus yang diinduksi denga n
pakan tinggi lemak. Penelitian ini tidak melihat ef ek
yang ditimbulkan tanaman meniran.
III.1.9 Jalannya Penelitian
a. Pengurusan Ethical Clearance
Penelitian ini bersarang pada penelitian berjudul
“Manfaat Phyllanthus niruri terhadap Profil Lipid dan
Kejadian Aterosklerosis pada Tikus Rattus Norvegicus
Dislipidemia” yang telah mendapatkan izin persetuju an
Komisi Etik FK UGM (nomor surat: KE/FK/434/EC)(lamp iran
7 dan 8).
b. Pembuatan sertifikat pengenalan tanaman
Sertifikat pengenalan tanaman didapatkan dari
Bagian Biologi Farmasi Fakutas Farmasi UGM. Sampel
untuk pengenalan tanaman di dapatkan dari Merapi Fa rma.
36
c. Pembuatan ekstrak etanol meniran
Pembuatan ekstrak etanol bahan uji di lakukan di
Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran UGM de ngan
menggunakan teknik maserasi. Meniran didapatkan dar i
merapi farma dalam bentuk simplisia, dan bagian tan aman
yang digunakan untuk di ekstraksi adalah bagian dau n.
Simplisia dalam keadaan kering dimana kadar air har us
kurang dari 10% untuk menghindari tumbuhnya bakteri dan
kapang. Setelah kering, bahan tersebut dibuat serbu k
sampai halus dan kemudian disaring dengan saringan
hingga didapatkan serbuk yang homogen. Serbuk yang
homogen ini akan dilakukan ekstraksi secara maseras i.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam dan mengadu k
serbuk dalam cairan penyari dengan perbandigan 1 ba gian
simplisia dengan 9 bagian cairan penyari selama kur ang
lebih 5 hari. Ini akan membuat zat aktif dari dalam
rongga sel akan larut akibat adanya perbedaan
konsentrasi. Kemudian zat aktif akan keluar dari se l.
Larutan yang terbentuk disaring kembali dan ampasny a
ditambah dengan cairan penyari sampai air yang
dihasilkan tidak berwarna lagi. Cairan yang dihasil kan
akan dipekatkan dengan evaporator hingga etanolnya
habis.
d. Penyediaan dan adaptasi hewan coba
37
Hewan percobaan adalah 35 ekor tikus putih galur
Wistar yang diperoleh dari LPPT UGM Unit IV dengan
kriteria inklusi yang sudah terpenuhi. Tikus dibagi
kedalam 5 kelompok. Tikus ditempatkan dalam kandang
yang berkuran panjang x lebar x tinggi = 40 cm x 30 cm
x 20 cm. Satu kandang tikus diisi dengan 7 ekor tik us.
Tikus pada masing-masing kelompok dilakukan adaptas i
selama 8 hari sebelum diukur berat badannya. Selama
masa adaptasi, tikus diberikan pakan AD II secara ad
libitum dan akuades, dengan pencahayaan selama 12 jam.
Suhu ruangan berkisar antara 25 oC, dan kelembaban
berkisar 67-81%.
e. Prosedur pengambilan sampel darah
Sampel darah diambil untuk melihat adanya
keberhasilan induksi pakan tinggi lemak. Sebelum
diambil darahnya, tikus dipuasakan selama 12 jam da n
dibius dengan ketamin 0,2 mg/ml yang diberikan seba nyak
0,3 ml per tikus kemudian ditunggu sampai berefek,
biasanya 15 menit setelah pemberian ketamin.
Pengambilan darah sesuai dengan standar Guacuc Standard
Procedure (2006). Jari telunjuk diletakkan pada wajah
untuk menarik kelopak mata dan jari lainnya diletak kan
di rahang bawah, kemudian masukkan pipa kapiler den gan
sudut 45 o secara pelan-pelan ke medial canthus dan
38
diputar untuk memecah konjunctiva bulbar hingga
mencapai tulang orbita dan sinus orbita pecah. Dara h
diambil sebanyak 3-5 mililiter(ml) melalui plexus
orbitalis media. Sampel darah dimasukkan ke dalam
tabung eppendorf untuk kemudian diperiksa kadar pro fil
lipid di LPPT unit I.
f. Induksi dislipidemia
Induksi dislipidemia dilakukan dengan memberikan
pakan AD II yang ditambah lemak babi 10% pada kelom pok
tikus II, III, IV, dan V. Induksi dislipidemia ini
ditujukan untuk meningkatkan profil lipid kolestero l
total, trigliserida, LDL, dan menurunkan HDL.
g. Pemeriksaan histopathologis tebal lemak subkutan
Pada akhir percobaan, semua tikus akan dikorbankan
dan akan diambil kulit dari bagian paha dan perut.
Pengambilan kulit dilakukan sampai bagian otot ikut
terambil. Kulit yang diambil akan difiksasi dalam
formalin 10 % selama 24 jam. Potongan kulit akan di cat
dengan pengecatan HE ( Hematoxylin Eosin ). Kulit akan
dipotong secara melintang, kemudian difiksasi lagi
dalam larutan formalin 10 % selama 24 jam. Tahap aw al
meliputi dehidrasi, kliring, dan embedding. Prepara t
akan dimasukkan ke dalam larutan alkohol secara
bertingkat berturut-turut 80 % satu kali, alkohol 9 5 %
39
dan 100 % dua kali kemudian preparat dimasukkan ke
dalam silol dua kali dan cairan parafin sebanyak ti ga
kali. Pada setiap larutan preparat direndam selama 60
menit.
Tahap kedua adalah pemotongan jaringan. Preparat
yang tebal akan dicetak dengan parafin blok,
didinginkan kemudian preparat yang telah dicetak in i
dipotong dengan ketebalan sekitar 4-5 mikron. Prepa rat
ditempatkan pada gelas objek yang telah diolesi May ers
egg albumin. Preparat dibiarkan selama kurang lebih 24
jam. Selanjutnya dilakukan pengecatan, dimana jarin gan
akan dimasukkan dalam larutan silol sebanyak dua ka li,
masing-masing 2 menit, kemudian dipindahkan dalam
larutan alkohol absolut dan alkohol 95% masing-masi ng
dua kali dalam 1 menit tiap larutan. Jaringan
dimasukkan ke dalam larutan HE selama 6 menit kemud ian
dicuci dengan mencelupkan ke dalam air sebanyak emp at
kali, kemudian dipindahkan ke air mengalir selama 5
menit. Jaringan dimasukkan ke dalam larutan eosin
alkohol selama 25 detik ke dalam larutan alkohol
berturut-turut dengan konsentrasi 95 % dan 100 %
masing-masing dua kali dalam 1 menit pada setiap
larutan. Jaringan akan dipindahkan ke larutan silol
sebanyak tiga kali masing-masing 2 menit, kemudian
40
dibersihkan dengan balsem Kanada dan ditutup dengan
gelas penutup. Preparat kemudian dibiarkan hingga
bening pada suhu kamar. Selanjutnya preparat diperi ksa
dengan mikroskop.
Perbesaran yang digunakan untuk melihat tebal
lemak subkutan adalah 4x (lensa objektif). Setelah
didapatkan gambaran, kemudian di diukur tebal lemak
subkutannya dari lapisan kulit yang paling bawah sa mpai
lapisan otot dengan menggunakan mikroskop cahaya de ngan
satuan milimeter. Pengukuran dilakukan 3 kali untuk
menghindari bias, pengukuran yang dilakukan adalah
dengan mengukur jarak yang paling kecil, menengah d an
jarak paling besar kemudian dihitung rata-ratanya.
III.1.10 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam rentang waktu 5 bulan
periode antara bulan Maret-Juli 2014. Pemeliharaan
hewan, pemberian perlakuan dan kontrol dilaksanakan di
Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT )
unit IV. Pembuatan ekstrak Phyllanthus niruri
dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Fakultas
Kedokteran UGM. Pemeriksaan kadar kolesterol LDL,
kolesterol HDL, trigliserida dan kolesterol total
dilaksanakan di LPPT Unit I UGM. Pemeriksaan tebal
41
lemak subkutan dilaksanakan di laboratorium Patolog i
Anatomi Fakultas Kedokteran UGM.
III.2 Langkah Penelitian
Tabel 2. Langkah – langkah penelitian
HARI ke-
K1 K2 K3 K4 K5
1-8 Adaptasi tikus di kandang, diberi makanan standar AD II
9 Puasa 10 Pengukuran berat badan, pengambilan sampel darah da n
pemeriksaan kadar profil lipid I 10-43
Diberi makanan standar AD 2
Diberi makanan AD 2 dengan modifikasi tinggi lemak tinggi kolesterol
44 Puasa 45 Pengukuran berat badan, pengambilan sampel darah da n
pemeriksaan kadar profil lipid II 46-72
Diberi makanan standar (AD 2)
Diberi makanan AD 2 dengan modifikasi tinggi lemak tinggi kolesterol
73 Puasa 74 Pengukuran berat badan,pengambilan sampel darah dan
pemeriksaan kadar profil lipid III (pre test) 75-135
Diberi makanan standar (AD II)
Diberi makanan modifikasi (AD II)
Diberi makanan modifikasi(AD II)+ simvastatin 0.8 mg/200 gram BB/hari
Diberi makanan modifikasi(AD II)+ Phyllanthus niruri 50 mg/200 gram BB/hari
Diberi makanan modifikasi(AD II)+ Phyllanthus niruri 100 mg/200 gram BB/hari
136 Puasa 137 Pengambilan sampel darah dan pemeriksaan kadar
profil lipid IV( post test ) 138 Dikorbankan, lalu diperiksa histopatologis tebal
lemak subkutan
42
III.3 Analisis Hasil
Data ditampilkan dalam bentuk rata-rata ± standar
deviasi. Data diuji terlebih dahulu normalitasnya
menggunakan tes Saphiro-Wilk. Data dengan distribus i
normal, dilakukan uji lanjutan menggunakan ANOVA sa tu
jalur dengan tingkat signifikansi sebesar 95%. Data
yang menunjukkan signifikansi (p<0,05) dilanjutkan
dengan uji menggunakan Tukey HSD. Data yang tidak
terdistribusi normal, dilakukan transformasi terleb ih
dahulu. Data yang tetap tidak normal, dilanjutkan u ji
non-parametrik Kruskal-Wallis. Analisis data
menggunakan program statistik komputer.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian
IV.1.1 Rata-rata berat badan saat adaptasi
Tabel 3. Rata-rata berat badan setelah adaptasi
(Baseline)
Kelompok Berat badan
1 115,90 ± 10,17
2 155,66 ± 17,49
3 141,34 ± 22,97
4 141,40 ± 17,99
5 146,74 ± 11,12
P 0,016
Keterangan : Pada masa adaptasi, semua kelompok tikus mendapat p akan yang sama yaitu AD II, dan belum ada perlakuan khusus.
Hasil rerata untuk berat badan terdistribusi normal
(p>0,05), sehingga dilanjutkan dengan ANOVA(lampira n
2). Hasil tes ANOVA menunjukkan ada perbedaan berat
badan yang signifikan sebelum dilakukan
induksi(p<0,05), kemudian dilanjutkan dengan post h oc
test untuk melihat perbedaan antar kelompok. Hasil post
hoc test menunjukkan bahwa kelompok 2 memiliki bera t
badan baseline yang paling besar dan berbeda secara
signifikan dengan kelompok 1(p=0,009)(lampiran 3).
44
IV.1.2 Berat badan sebelum dan sesudah terapi
Data berat badan setelah induksi ditetapkan
sebagai data pre test dan data berat badan setelah
terapi ditetapkan sebagai data post test.
Tabel 4. Perbandingan berat badan sebelum dan setel ah
terapi
Kel. Pre testi(A) Post test (B) B-A P
1 248,44 ± 13,27 274,72 ± 16,01 26,28 0,000
2 282,78 ± 24,81 316,16 ± 33,16 33,38 0,002
3 306,08 ± 46,34 343,40 ± 62,43 37,32 0,011
4 311,44 ± 47,03 352,58 ± 60,84 41,14 0,005
5 310,52 ± 36,62 317,60 ± 46,60 7,08 0,685
P 0,054 0,124 0,110
Keterangan : Kelompok 1 = Kelompok yang diberi pakan AD II Kelompok 2 = Kelompok yang diberi pakan modifikasi tinggi
lemak AD II Kelompok 3 = Kelompok yang diberi pakan modifikasi tinggi
lemak AD II + terapi simvastatin 0,8 mg/200grBB/hari
Kelompok 4 = kelompok yang diberi pakan modifikasi tinggi lemak AD II + terapi ekstrak meniran 50 mg/200grBB/hari
Kelompok 5 = Kelompok yang diberi pakan modifikasi tinggi lemak AD II + terapi ekstrak meniran 100 mg/200grBB/hari
Perbedaan rerata berat badan tikus pre test dan
perbedaan rerata berat badan post test menunjukkan
perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05)(lampiran 4 ).
Kelompok 1, 2, 3 dan 4 mengalami peningkatan berat
badan yang signifikan dari sebelum induksi dibandin gkan
dengan setelah terapi (p<0,05). Kelompok 5 mengalam i
45
peningkatan setelah terapi namun tidak signifikan
(p>0,05). Peningkatan berat badan yang paling kecil
memiliki resiko yang lebih kecil untuk mengalami
dislipidemia yang disertai obesitas.
IV.1.4 Pengukuran tebal lemak subkutan mikroskopis
Setelah dilakukan pemberian terapi, tikus
dikorbankan dan diambil kulitnya untuk diukur tebal
lemak subkutannya secara mikroskopis menggunakan
mikroskop. Untuk hasil perbandingan rata–rata tebal
lemak subkutan dapat dilihat di tabel berikut :
Tabel 5. Tebal lemak subkutan
Kelompok Tebal lemak subkutan
1 0,864101 ± 0,0301
2 0,877838 ± 0,0247
3 0,888334 ± 0,0318
4 0,899497 ± 0,0393
5 0,883997 ± 0,0298
P 0,504
Keterangan : Kelompok 1 = Kelompok yang diberi pakan AD II Kelompok 2 = Kelompok yang diberi pakan modifikasi tinggi
lemak AD II Kelompok 3 = Kelompok yang diberi pakan modifikasi tinggi
lemak AD II + terapi simvastatin 0,8 mg/200grBB/hari
Kelompok 4 = kelompok yang diberi pakan modifikasi tinggi lemak AD II + terapi ekstrak meniran 50 mg/200grBB/hari
Kelompok 5 = Kelompok yang diberi pakan modifikasi tinggi lemak AD II + terapi ekstrak meniran 100 mg/200grBB/hari
46
Rata-rata tebal lemak subkutan paling tinggi adalah
kelompok 4 dan rata-rata tebal lemak subkutan palin g
rendah adalah kelompok 1 namun hasil ANOVA menunjuk kan
tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok
(p>0,05)(lampiran 5).
K1
K2
47
K3
K4
K5
Gambar 4. Gambaran mikroskopis tebal lemak.
48
IV.2 Pembahasan
Hasil pengukuran rerata berat badan dan tebal lemak
subkutan kelima kelompok dianalisis menggunakan uji
ANOVA untuk melihat perbandingan antar kelompok.
Pemberian pakan AD II ditambah dengan lemak babi 10 %
dapat meningkatkan berat badan tikus, hal tersebut
sesuai dengan penelitian Buettner et al., (2006).
Peningkatan berat badan ini disebabkan karena tingg inya
kandungan asam lemak dan kolesterol pada minyak bab i.
Lemak babi yang diberikan ad libitum pada Rattus
novergicus akan disintesis di usus menjadi trigliserida
dan didistribusikan dalam bentuk kilomikron (Gibney et
al., 2002).
Di dalam plasma, kilomikron yang tidak diabsorbsi
dipertahankan sebagai partikel yang terpisah.
Kilomikron tersebut cepat disimpan di jaringan adip osa,
sisanya di hati dan di otot. Lipoporotein lipase ya ng
berada di diatas permukaan endotel kapiler
bertanggungjawab dalam pengambilan kilomikron ke
jaringan ekstrahepatik. Kelebihan lemak akan umumny a
akan disimpan di jaringan adiposa di bawah kulit at au
di rongga perut. Setiap jumlah lemak dan karbohidra t
makanan yang tidak langsung digunakan akan disimpan di
jaringan adiposa dalam bentuk trigliserida. Jaringa n
49
adiposa memiliki kapasitas menyimpan lemak yang ham pir
tidak terbatas. Penyimpanan kelebihan lemak dapat
terjadi diseluruh tubuh, namun cenderung menumpuk p ada
tempat yang tidak banyak mengganggu mobilitas yaitu di
perut, panggul, paha maupun pantat(Baron, 1994).
VI.2.1 Berat Badan
Pada kelompok yang diberi Phyllanthus niruri dosis
100 mg/200 grBB mengalami peningkatan berat badan y ang
paling kecil. Menurut Khatun et al., (2011) Phyllanthus
species mengandung sterol. Sterol diketahui dapat
menggangu esterifikasi kolesterol, sterol ini biasa nya
berikatan dengan sel mukosa intestinal dan menggang u
aliran kolesterol ester melalui interaksi dengan
lipoprotein ke pembuluh darah(Pamela et al., 1994).
Salah satu jenis flavonoid pada meniran, yaitu ruti n
dapat menurunkan aktivitas HMG-CoA reductase hepar
sehingga menurunkan lipogenesis oleh hepar. Rutin j uga
meningkatkan ekskresi fecal sterol sehingga terjadi
penurunan absorbsi lemak (Odbayar et al., 2006 ; Park
et al., 2002) Selain flavonoid, bisa juga diakibatkan
oleh tanin, yang mengakibatkan peningkatan pengelua ran
asam empedu dan menghambat absorbsi kolesterol (Teb ib
et al., 1994). Tanin dapat mengikat asam empedu,
50
kemudian menyebabkan gangguan pada micelles, yang
kemudian mengakibatkan presipitasi kolesterol pada
lumen usus. Lupeol yang merupakan salah satu jenis
terpene pada ekstrak meniran, dapat menghambat
penyerapan kolesterol pada usus (Sudhahar et al., 2008)
Cara kerjanya dengan menghambat absorbsi kolesterol dan
menurunkan konsentrasi kolesterol di hepar dan dara h.
Penurunan kadar kolesterol di hati menyebabkan
stimulasi terhadap reseptor LDL (up regulation)
sehingga kadarnya meningkat di permukaan hati. Rese ptor
LDL ini berfungsi sebagai clearance kolesterol LDL,
sehingga bila kadarnya meningkat, maka akan menyeba bkan
peningkatan clearance kolesterol LDL plasma (Menys et
al., 2009 ; Hess et al., 2006).
Kelompok tikus yang diberi ekstrak Phyllanthus
niruri dengan dosis 50mg/200grBB mengalami peningkatan
berat badan yang signifikan, hal tersebut membuktik an
dengan dosis ini belum dapat mengurangi resiko
peningkatan berat badan.
Simvastatin merupakan inhibitor enzim HMG-KoA
reduktase yang dapat mengganggu sintesis kolesterol
dalam hepar. Akibat gangguan dari biosintesis
kolesterol, maka pembentukan VLDL di hepar pun
terhambat sehingga kadar trigliserida darah jadi
51
menurun karena penurunan produksi VLDL yang berfung si
sebagai pengangkut trigliserida dalam pembuluh
darah(Kasim et al., 1992). Kadar trigliserida yang
menurun menyebabkan penyimpanan dalam jaringan adip osa
juga turun. Pada penelitian ini pada kelompok yang
diberi terapi dengan simvastatin mengalami peningka tan
berat badan yang signifikan, hal ini kurang sesuai
dengan teori diatas yang kemungkinan disebabkan ole h
faktor lain seperti faktor lingkungan, faktor tehni si
atau faktor tikus.
Pada kelompok yang diberi pakan tinggi lemak tanpa
terapi mengalami peningkatan berat badan yang
signifikan. Pakan yang diberikan yaitu AD II ditamb ah
dengan lemak babi 10%. Lemak babi dapat meningkatka n
berat badan tikus, hal tersebut sesuai dengan
penelitian Buettner (2006). Peningkatan berat badan ini
disebabkan karena tingginya kandungan asam lemak da n
kolesterol pada minyak babi.
Kelompok yang hanya diberi pakan AD II mengalami
peningkatan berat badan yang signifikan. Hal terseb ut
kemungkinan disebabkan karena faktor usia tikus dan
pemberian makan ad libitum serta aktifitas fisik yang
kurang. Kandungan pakan AD II terdapat lemak kasar
52
yang kemungkinan juga dapat meningkatkan berat bada n
(lampiran 6).
IV.2.2 Tebal lemak subkutan
Perbandingan tebal lemak subkutan antar kelompok
tidak berbeda signifikan. Kelompok 1 memiliki tebal
lemak subkutan paling kecil karena tidak diinduksi
dengan lemak babi 10 % berbanding terbalik dengan
kelompok yang diinduksi dengan pakan tinggi lemak y ang
memiliki tebal lemak subkutan yang lebih besar.
Kelompok yang diinduksi pakan tinggi lemak akan
memiliki trigliserida yang berlebih sehingga akan
disimpan dalam jaringan adiposa dibawah kulit (Baro n,
1994).
Kelompok yang diberi simvastatin dan Phyllanthus
niruri 100 mg/200 grBB memiliki tebal lemak subkutan
yang tidak jauh berbeda. Simvastatin menghambat
sintesis kolesterol, menghambat pembentukan VLDL,
menurunkan trigliserida (Kasim et al., 1992).
Trigliserida yang turun menyebabkan penyimpanannya pada
jaringan adiposa juga turun.
Phyllanthus niruri memiliki kandungan seperti
sterol, tanin, rutin, lupeol yang dapat menghambat
absorbsi kolesterol, sehingga terjadi penurunan
53
penyimpanan trigliserida dalam jaringan adiposa di
bawah kulit. Kelompok tikus yang diberi Pyllanthus
niruri dosis 50 mg/200 grBB memiliki tebal lemak
subkutan yang paling besar, hal ini disebabkan kare na
kelompok 4 memiliki berat badan paling besar sehing ga
tebal lemak subkutannya pun paling besar.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Pemberian ekstrak meniran dosis 100 mg/200 grBB/ hari
(Phyllanthus niruri) dapat menurunkan resiko
peningkatan berat badan tikus Rattus novergicus,
namun tidak dapat menurunkan resiko peningkatan
tebal lemak subkutan.
2. Pemberian ekstrak meniran dosis 100 mg/200 grBB/ hari
(Phyllanthus niruri) lebih menurunkan resiko
peningkatan berat badan dan tebal lemak subkutan
tikus Rattus novergicus dibanding simvastatin.
V.2 Saran
1. Mengingat adanya keterbatasan dan kekurangan dal am
penelitian ini maka diperlukan penelitian lebih
lanjut dengan penggunaan metode yang lebih baik.
2. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan
menginduksi tikus dengan tambahan kolesterol serta
asam folat agar kejadian dislipidemia lebih
signifikan.
3. Pakan untuk induksi juga dapat ditambahkan kunin g
telur agar induksi lebih baik.
55
4. Perlu ditambahkan variasi dosis pemberian menira n
yang lebih besar sehingga dapat lebih diketahui
dosis yang paling tepat.
5. Penelitian selanjutnya perlu menggunakan tikus u sia
dewasa (±3 bulan) agar tidak terjadi peningkatan
berat badan yang signifikan pada kelompok kontrol.
6. Penelitian selanjutnya pemberian pakan dilakukan
secara terkontrol agar pakan yang diberikan antar
kelompok jumlahnya sama.
56
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J.M.F., 2009, ‘Dislipidemia’, dalam A.W. Sudo yo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata & S. Setiati(eds), Buku ajar ilmu penyakit dalam , 5 edn, Interna Publising, Jakarta, pp.1984-1992.
Buettner, R., Parhofer, K.G., Woenckhaus, M., Wrede , C.E., Kunz - Schughart, L.A., Scholmerich, J. et al., 2006, ‘Defining high-fat-diet rat models: metabolic and molecular effects of different fat types’, J of Mol Endocryn, pp.485-501.
Chandra, R., 2000, ‘Lipid lowering activity of P. Niruri’ , Journal of Medicinal & Aromatic Plant Sciences, vol. 22, no. 1, pp. 29-30.
Fauci, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L. et al., 2008, Harrison’s priciples of internal medicine , edn 17, McGraw-Hill Companies, Inc. , Unites States of America.
Go, A.S., Mozaffarian, D., Roger, V.L., Berry, J.D. , Blaha, M.J., Dai, S. et al., 2013, ‘ Heart disease and stroke statistics—2014 update: a report from the American Heart Association ’, Circulation Journal of American Heart Association, pp. e87-e95.
Gibney, M.J., Vorster, H.H. & Kok, F.J., 2002, Introduction to Human Nutrition , Oxford: Blackwell science, pp. 92-114.
Grover, S.A., Coupal, L., Zowall, H., Alexander, C.M., Weiss, T.W., Gomes, D.R., 2001, ‘How cost-effective is the treatment of dyslipidemia in patients with diabetes but without cardiovascular disease?’,Pubmed, vol. 24, no. 1, pp.45-50.
Grundy, S.M., 2005, ‘The issue of statin safety: wh ere do we stand?’, Circulation Journal of American Heart Association, no. 111, pp. 3016-3019.
Grundy, S.M., Becker, R.D., Clark, L.T., Cooper, R. S., Denke, M.A. & Howard, J., 2001, ’Third Report of the National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III) ’ ,National Institutes of Health.
Guyton, A.C., Hall, J.E., 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , 11 edn, EGC, Jakarta.
Hata, K., Kazuyuki, H., Mizuho, I., Nao , S., Takay uki, W., Junichiro, T. et al., 2008, ‘Inhibitory effects
57
of lupeol on 3T3-L1 preadipocyte differentiation’, J Phytol .
Hatma, R.D., 2011, ‘Lipid Profiles Among Diverse Ethnic Groups in Indonesia’ , Department of Epidemiology, Faculty of Public Health, University of Indonesia, Depok.
Hess, D.C., Demchuk, A.M., Brass, L.M., Yatsu, F.M. , 2006, ‘HMGCoA reductase inhibitors (statins), J Ethnobiol Ethnomed , pp.1-11.
Hidayati, S.N., Irawan, R. & Hidayat, B., 2006, ‘Obesitas’, Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Bagian/SMF Ilmu Kesehatan anak Fk Unair/ RS. dr. Soetomo, Surabaya.
Itoh, M., Kazuyuki, H., Yukie, A., Fumiko, K., Gen, T., Junichiro, T. et al., 2009, ‘Lupeol reduces triglyceride and cholesterol synthesis in human hepatoma cells’, J Phytol, vol. 2, pp.176-178.
Kasim, S.E., Renee, C.L., Sheila, W., Lalitha, T., Dewundra, D. & Cathrine, J., 1992, ‘Mechanism of triglyceride-lowering effect of an HMG-CoA reductase inhibitor in a hypertriglyceridemic animal model, the Zucker obese rat, J Lipid Res , no. 33, pp. 1-7.
Khatun, M., Billah, M., Quader, M.A., 2009, ‘ Sterols and Sterol Glucoside from Phyllanthus Species ’, Department of Chemistry, University of Dhaka, vol. 60, no. 1, pp. 5-10.
Kronenberg, H.M., Melmed, S., Polonsky, K.S. & Lars en, P.R., 2008, ‘William textbook of endocrinology’ , 11 edn, Elsevier, Inc., Saunders.
Lullmann, H., Mohr, K., Hein, L. & Bieger, D., 2005 , Color atlas of pharmacology , 3 edn, Thieme, Newyork.
Menys, V., Betteridge, D.J., Colhoun, H., Fuller, J ., France, M., Hitman, G.A. et al., 2009, ‘Target of statin therapy: LDL cholesterol, non HDL cholesterol and apolipoprotein B in type 2 diabetes in the collaborative atorvastatin diabetes study (CARDS)’, Clinical Chemistry , pp.473-480.
Nicholls, S. & Lundman, P., 2004, ‘The emerging rol e of lipoproteins in atherogenesis: beyond LDL cholesterol’, Semin Vasc Med , pp. 187-195.
Odbayar, T.O., Demberel, B., Toshinori, K., Yoko, T ., Tokiro, T. & Takashi, I., 2006, ‘Comparative studies of some phenolic compounds (quercetin, rutin and ferulic acid) affecting hepatic fatty
58
acid syntesis in mice’, J Agric Food Chem , vol. 54, no.21, pp. 8261-8265.
Paithankar, V.V., Raut, K.S., Charde, R.M. & Vyas, J.V., 2011, ‘ Phyllanthus Niruri: A magic Herb’, Research on Pharmacy, vol.1, no. 4, pp. 1-11
Pamela, C., Chanpe, R.A. & Harvey, J.B., 1994, ‘ Lippincott's Illustrated reviews Biochemistry’ , 2 edn. Lippincott company Philadelphia, pp 306.
Park, S.Y., Song, H.B., Seon, M.J., Yong, B.P., Soon,J.L., Tae, S.J. et al., 2002, ‘Effect of rutin and tannic acid supplement on cholesterol metabolism in rat’, Nut Res , vol. 22, pp. 285-59
Pramono, L.A., 2009, ‘Dislipidemia’, Medika Jurnal Kedokteran Indonesia , viewed 20 September 2013, (http://www.jurnalmedika.com/component/content/article/73-artikel-penyegar/258-dislipidemia)
Reddy, K.P., Singh, A.B., Puri, A., Srivastava, A.K ., Narender, T., 2009.’Synthesis of novel triterpenoid (lupeol) derivatives and their in vivo antihyperglycemic and antidyslipidemic activity’, J BMCL, vol. 19, pp. 4463-4466.
Salvamani, S., Gunasekaran, B., Shaharuddin, N.A., Ahmad, S.A. & Shukor, M.Y., 2014, ’Antiartheroschlerotic effect of plant flavanoids’, BioMed Research International , pp. 1-11.
Schlesinger, D.P., 2011, ‘Raw food diets in compani on animals: A critical review ’, Canadian Veterinary Journal, vol. 52, no. 1, pp. 50-54
Setiono, L.Y., 2012, ‘Dislipidemia pada Obesitas da n Tidak Obesitas di RSUP Dr.Kariadi dan Laboratorium Klinik Swasta di Kota Semarang’, skripsi, Semarang, universitas Diponegoro
Soebardi, S., Purnamasari, D., Oemardi, M., Soewond o, P., Waspadji S. & Soegondo, S., 2009, ‘ Dyslipidemia in Newly Diagnosed Diabetes Mellitus The Jakarta Primary Non-communicable Disease Risk Factors Surveillance 2006’, Department of Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia
Sugondo, S., 2009, ‘Obesitas’, dalam A.W. Sudoyo, B . Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata & S. Setiati (eds), Buku ajar ilmu penyakit dalam , 5 edn, Interna Publishing, Jakarta, pp.1973-1984.
Sudhahar, V., Sekar, A.K., Palaninathan, V. & Sujat ha, V., 2008, ‘Protective effect of lupeol and lupeol linoleat in hypercholesterolemia associated renal damage’, Mol Cel Biochem J , vol.317, pp. 11-20.
59
Tebib, K., Besancon, P. & Rouanet, J.M., 1994. Diet ary grape seed tannins affect lipoproteins, lipoprotein lipases and tissue lipids in rats fed. The Journal of Nutrition , 124, pp. 2451-2457. WHO 2013, ‘Cardiovascular disease’, viewed 20 september 2013,(http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/
Zelzer, S., Fuchs, N., Almer, G., Raggam, R.B., Pruller, F., Trusching-Wilders, M. et al., 2011, ‘High density lipoprotein cholesterol level is a robust predictor of lipid peroxidation irrespective of gender, age, obesity,an inflammatory of metabolic biomarker’,Elsevier
60
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel konversi dosis manusia dan hewan
61
Lampiran 2. Uji normalitas dan ANOVA berat badan
baseline
Tests of Normality
Sampel Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
BeratBadan
baseline
1 ,312 5 ,124 ,847 5 ,184
2 ,176 5 ,200 * ,976 5 ,911
3 ,173 5 ,200 * ,987 5 ,970
4 ,282 5 ,200 * ,831 5 ,142
5 ,322 5 ,099 ,791 5 ,069
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA
BeratBadan Baseline Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
Between Groups 4375,062 4 1093,766 3,950 ,016
Within Groups 5537,736 20 276,887
Total 9912,798 24
62
Lampiran 3 . Post hoc test berat badan baseline
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Berat Badan baseline
Tukey HSD
(I)
Sampel
(J)
Sampel
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error
Sig. 95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
1
2 -39,76000 * 10,52401 ,009 -71,2518 -8,2682
3 -25,44000 10,52401 ,151 -56,9318 6,0518
4 -25,50000 10,52401 ,150 -56,9918 5,9918
5 -30,84000 10,52401 ,057 -62,3318 ,6518
2
1 39,76000 * 10,52401 ,009 8,2682 71,2518
3 14,32000 10,52401 ,658 -17,1718 45,8118
4 14,26000 10,52401 ,662 -17,2318 45,7518
5 8,92000 10,52401 ,912 -22,5718 40,4118
3
1 25,44000 10,52401 ,151 -6,0518 56,9318
2 -14,32000 10,52401 ,658 -45,8118 17,1718
4 -,06000 10,52401 1,000 -31,5518 31,4318
5 -5,40000 10,52401 ,985 -36,8918 26,0918
4
1 25,50000 10,52401 ,150 -5,9918 56,9918
2 -14,26000 10,52401 ,662 -45,7518 17,2318
3 ,06000 10,52401 1,000 -31,4318 31,5518
5 -5,34000 10,52401 ,986 -36,8318 26,1518
5
1 30,84000 10,52401 ,057 -,6518 62,3318
2 -8,92000 10,52401 ,912 -40,4118 22,5718
3 5,40000 10,52401 ,985 -26,0918 36,8918
4 5,34000 10,52401 ,986 -26,1518 36,8318
*. The mean difference is significant at the 0.05 l evel.
63
Lampiran 4. Uji normalitas dan ANOVA berat badan
setelah induksi ( pre test) dan setelah
terapi (post test)
Tests of Normality
Sampel Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Berat
Badan pre
test
1 ,246 5 ,200 * ,823 5 ,124
2 ,205 5 ,200 * ,953 5 ,758
3 ,208 5 ,200 * ,913 5 ,488
4 ,219 5 ,200 * ,906 5 ,446
5 ,239 5 ,200 * ,871 5 ,272
Berat
Badan post
test
1 ,241 5 ,200 * ,938 5 ,651
2 ,200 5 ,200 * ,976 5 ,915
3 ,220 5 ,200 * ,947 5 ,712
4 ,150 5 ,200 * ,978 5 ,925
5 ,426 5 ,003 ,640 5 ,002
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Berat
Badan pre
test
Between
Groups
14507,614 4 3626,904 2,793 ,054
Within
Groups
25967,988 20 1298,399
Total 40475,602 24
Berat
Badan post
test
Between
Groups
18379,110 4 4594,778 2,065 ,124
Within
Groups
44507,728 20 2225,386
Total 62886,838 24
64
Lampiran 5. Uji normalitas dan ANOVA tebal lemak
subkutan
Tests of Normality
Sampel Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Tebal
lemak
subkutan
1 ,341 5 ,058 ,817 5 ,110
2 ,262 5 ,200 * ,921 5 ,536
3 ,253 5 ,200 * ,948 5 ,722
4 ,431 5 ,003 ,617 5 ,001
5 ,285 5 ,200 * ,883 5 ,322
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA
Tebal lemak subkutan Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
Between Groups 2,999 4 ,750 ,626 ,649
Within Groups 23,951 20 1,198
Total 26,950 24
65
Lampiran 6. Kandungan pakan AD II
66
Lampiran 7. Ethical clearance
67
Lampiran 8. Amandemen Ethical Clearance