bab i pendahuluan a. latar...

19
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pisang ambon (Musa paradisiaca L.) dapat dengan mudah ditemukan di Indonesia. Pisang merupakan buah yang banyak disenangi oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Hal ini dikarenakan selain harganya yang terjangkau, pisang memiliki rasa yang enak dan memiliki kandungan gizi yang diperlukan oleh tubuh. Selain kandungan gizinya yang tinggi, bagian daun, akar, bunga, dan getah memiliki manfaat untuk pengobatan (Onyenekwe, 2013). Masyarakat Banjar menggunakan daun pisang yang belum mekar (masih kuncup) untuk mengobati luka teriris (Melayu Online, 2007). Penggunaan kulit pisang untuk mempercepat proses penyembuhan luka masih belum banyak didokumentasikan. Kulit pisang masih dianggap sebagai limbah, padahal kulit pisang memiliki salah satu khasiat dalam pengobatan luka (Supriadi, 2012). Cara penggunaan kulit pisang ambon untuk mempercepat proses penyembuhan luka, yaitu dengan menempelkan kulit pisang pada bagian kulit yang menggalami luka. Dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi, cara tersebut dianggap tidak fleksibel. Untuk itu perlu adanya pengembangan bentuk sediaan dari kulit pisang ambon ini sehingga lebih memudahkan dan memberikan kenyamanan dalam penggunaannya.

Upload: dohanh

Post on 02-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman pisang ambon (Musa paradisiaca L.) dapat dengan mudah

ditemukan di Indonesia. Pisang merupakan buah yang banyak disenangi oleh

masyarakat dari berbagai kalangan. Hal ini dikarenakan selain harganya yang

terjangkau, pisang memiliki rasa yang enak dan memiliki kandungan gizi yang

diperlukan oleh tubuh. Selain kandungan gizinya yang tinggi, bagian daun, akar,

bunga, dan getah memiliki manfaat untuk pengobatan (Onyenekwe, 2013).

Masyarakat Banjar menggunakan daun pisang yang belum mekar (masih kuncup)

untuk mengobati luka teriris (Melayu Online, 2007). Penggunaan kulit pisang

untuk mempercepat proses penyembuhan luka masih belum banyak

didokumentasikan. Kulit pisang masih dianggap sebagai limbah, padahal kulit

pisang memiliki salah satu khasiat dalam pengobatan luka (Supriadi, 2012).

Cara penggunaan kulit pisang ambon untuk mempercepat proses

penyembuhan luka, yaitu dengan menempelkan kulit pisang pada bagian kulit

yang menggalami luka. Dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi, cara

tersebut dianggap tidak fleksibel. Untuk itu perlu adanya pengembangan bentuk

sediaan dari kulit pisang ambon ini sehingga lebih memudahkan dan memberikan

kenyamanan dalam penggunaannya.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

2

Penelitian yang telah dilakukan oleh Supriadi (2012) menyebutkan bahwa

ekstrak etanolik kulit pisang ambon dapat mempercepat durasi penyembuhan luka

insisi dengan kadar optimum 10%. Kulit pisang mengandung flavonoid, saponin,

steroid, glikosida dan tanin (Akpuaka & Ezem, 2011). Flavonoid dan tanin

bertanggung jawab dalam proses wound contraction (James and Friday, 2010).

Flavonoid memiliki peranan penting dalam proses penyembuhan luka, yaitu

menginhibisi pertumbuhan fibroblast. Flavonoid dapat memperpendek waktu

peradangan (inflamasi) yang dapat menghambat proses penyembuhan luka

(Kompas, 2010). Tanin dapat bereaksi dengan protein yang terdapat dalam luka

sehingga membantu pembentukan jaringan baru untuk menutup luka (James,

1996).

Krim merupakan salah satu sediaan topikal yang ditujukan untuk pemakaian

luar yang dioleskan pada bagian kulit yang sakit dan mengandung tidak kurang

60% air. Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai

emulgator agar fase minyak dan fase air dapat bercampur dengan stabil.

Sedangkan cera alba merupakan basis krim yang berfungsi meningkatkan

konsistensi krim dan dapat membuat krim melekat lama dikulit. Kombinasi antara

span 80 dan cera alba diharapkan dapat menghasilkan krim ekstrak etanolik kulit

pisang yang memiliki sifat fisik yang baik sehingga menghasilkan sediaan yang

efektif, aman dan nyaman ketika digunakan.

Untuk mendapatkan sifat fisik yang baik dari pembuatan sediaan kirm dari

kombinasi span 80 dan cera alba maka perlu mendapatkan formula optimum dari

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

3

kombinasi bahan tersebut. Metode yang digunakan untuk formulasi pada berbagai

jumlah komposisi bahan yang berbeda adalah Simplex Lattice Design (Bolton,

1997). Keuntungan dari metode ini adalah praktis cepat karena bukan merupakan

formula dengan coba-coba (trial and error) (Amstrong dan James, 1996).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh cera alba dan span 80 serta berapakah komposisi

keduanya untuk menghasilkan sifat fisik formula optimum sediaan krim

ekstrak etanolik kulit pisang?

2. Apakah respon prediksi sifat fisik formula optimum sediaan krim ekstrak

etanolik kulit pisang ambon menunjukkan hasil yang tidak berbeda signifikan

terhadap sifat fisik hasil percobaan?

C. Pentingnya Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan

ekstrak etanolik kulit pisang ambon sebagai penyembuh luka. Selain itu, hasil

formula optimum sediaan krim dari ekstrak etanolik kulit pisang ambon dengan

kombinasi span 80 dan cera alba diharapkan nantinya dapat dijadikan sebagai

pengobatan alternatif sebagai penyembuh luka yang bisa digunakan untuk

masyarakat luas.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

4

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh kombinasi antara cera alba dan span 80 serta komposisi

keduanya yang dapat menghasilkan sifat fisik formula optimum sediaan krim

ekstrak etanolik kulit pisang ambon.

2. Mengetahui respon hasil prediksi sifat fisik formula optimum sediaan krim

ekstrak etanolik kulit pisang ambon berbeda signifikan atau tidak berbeda

signifikan dengan sifat fisik dari hasil percobaan.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pisang ambon (Musa paradisiaca L.)

Gambar 1. Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.)

Pisang merupakan adalah tanaman buah herba yang berasal dari Asia

Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke

Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan. Pisang adalah buah yang sangat

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

5

bergizi, mengandung sumber vitamin, mineral dan karbohidrat. Hampir

disetiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Di

Indonesia tanaman pisang dapat tumbuh di dataran rendah sampai

pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Iklim tropis basah, lembab dan panas

mendukung pertumbuhan pisang. Namun di daerah subtropis pisang

masih tetap dapat tumbuh. Pada kondisi tanpa air, pisang masih dapt

tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya

tidak dapat diharapkan (Warintek, 2011).

a. Klasifikasi tanaman

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Scitamineae

Suku : Musaceae

Marga : Musa

Jenis : Musa paradisiaca L.

(Tjitrosoepomo, 1997)

b. Kulit pisang

Kulit pisang banyak mengandung pati (3%), protein (6-9%), lemak

(3,8-11%), serat makanan (43,2-49,7%), dan asam lemak poliunsaturasi,

terutama asam linoleat dan α-asam linoleat, pektin, asam amino esensial

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

6

(leucine, valine, phenylalanine and threonine) serta mengandung

mikronutrien (K, P, Ca, Mg). Buah pisang yang matang mengakibatkan

kenaikan kandungan gula, menurunkan kandungan pati dan hemiselulosa

serta sedikit menurunkan protein dan kandungan lemak. Degradasi pati

dan hemiselulosa oleh enzim endogenus menggambarkan peningkatan

kandungan gula pada kulit pisang yang sudah matang. Kulit pisang juga

menghasilkan lignin (6-12%), pektin (10-21%), selulosa (7,6-9,6%),

hemiselulosa (6,4-9,4%) dan galacturonic acid (Mohapatra dkk., 2010).

Kulit pisang mengandung flavonoid, saponin, steroid, alkaloid dan

tanin (Akpuaka & Ezem, 2011). Flavonoid dapat memperpendek waktu

peradangan (inflamasi) yang dapat menghambat proses penyembuhan

luka (Kompas, 2010). Flavonoid yang terdapat dalam buah pisang adalah

leucocyanidin. Tanin memiliki kemampuan sebagai antimikroba serta

dapat meningkatkan epitelialisasi. Flavonoid dan tanin bertanggungjawab

dalam proses wound contraction (James and Friday, 2010)

2. Kulit

Kulit merupakan suatu organ besar yang berlapis-lapis, dimana pada

orang dewasa beratnya kira-kira delapan pon, tidak termasuk lemak. Kulit

menutupi permukaan lebih dari 20.000 cm2 dan mempunyai bermacam-

macam fungsi dan kegunaan (Lachman, 1994). Kulit merupakan organ yang

esensial dan vital serta merupakan cermin kesehataan dan kehidupan. Kulit

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

7

juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim,

umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Djuanda, 1993).

Kulit berfungsi untuk mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang

esensial, melindungi dari masuknya zat-zat kimia beracun dari lingkungan

dan mikroorganisme, fungsi-fungsi imunologis, melindungi dari kerusakan

akibat radiasi sinar UV, mengatur suhu tubuh, sintesis vitamin D (Brown and

Tony, 2005).

Menurut Djuanda (1999) secara garis besar pembagian kulit dibagi

tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu :

a. Lapisan epidermis

Lapisan dermis terdiri dari beberapa lapisan, yaitu stratum korneum

(lapisan tanduk), startum lusidum, stratum granulosum (lapisan

keratohialin), stratum spinosum (stratum malphigi), dan stratum basale

(Djuanda, 1999)

b. Lapisan dermis

Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih

tebal dari pada epidermis. Secara garis besar lapisan dermis dibagi

menjadi dua, yaitu pars papilare dan pars retikulare (Djuanda, 1999).

c. Lapisan subkutis

Jaringan subkutis merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis.

Lapisan subkutis terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di

dalamnya (Djuanda, 1999).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

8

3. Luka

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagaian jaringan tubuh. Keadaan ini

dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Bentuk luka bermacam-

macam tergantung penyebabnya, misalnya luka sayat atau vulnus scissum

disebabkan oleh benda tajam, sedangkan luka tusuk atau vulnus punctum

akibat benda runcing. Luka robek, laserasi atau vulnus laceratum merupakan

luka yang tepinya tidak rata disebabkan oleh benda yang permukaanya tidak

rata. Luka lecet pada permukaan kulit akibat gesekan disebut ekskoriasi.

Panas dan zat kimia juga dapat menyebabkan luka bakar (Syamsuhidayat &

De Joong, 2004).

Penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam tiga fase , yaitu

a. Fase inflamasi

Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira

hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka kan menyebabkan

peradangan, dan tubuh berusaha menghentikannya dengan

vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi) dan

reaksi homeostasis. Tanda dan gejala klinis reaksi radang menjelas,

berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), rasa hangat

(kalor), nyeri (dolor), dan pembengkakan (rumor) (Syamsuhidayat & De

Joong, 2004).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

9

b. Fase poliferasi

Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir

minggu ketiga. Pada fase ini, serat kolagen dibentuk dan dihancurkan

kembali untuk menyesuaikan dengan tegangan pada luka yang cenderung

mengerut. Pada akhir fase ini, kekuatan regangan luka mencapai 25%

jaringan normal (Syamsuhidayat & De Joong, 2004).

c. Fase remodelling

Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir

kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan

kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan.

Selama proses ini berlangsung, dihasilkan jaringan parut yang pucat,

tipis, dan lentur, serta mudah digerakkan dari dasar. Pada akhir fase ini,

perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira-kira 80%

kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira-kira 3-6 bulan setelah

penyembuhan (Syamsuhidayat & De Joong, 2004).

4. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunkan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang

telah ditetapkan (Anonim, 1995).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

10

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

menggunakan pelarut. Jadi ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara

ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dan menggunakan

medium pengekstraksi yang tertentu pula. Hal yang harus diperhatikan dalam

pembuatan ekstrak, antara lain :

a. Jumlah simplisia yang akan diekstraksi

Jumlah ini digunakan untuk perhitungan dosis obat.

b. Derajat kehalusan simplisia

Penting untuk proses penarikan dapat berjalan semaksimal mungkin.

Kehalusan menyakut luas permukaan yang akan kontak langsung dengan

pelarut ekstraksi.

c. Jenis pelarut yang digunakan

Pelarut yang digunakan harus aman. Selain itu, pelarut menentukan

efisiensi proses penarikan zat berkhasiat dari tanaman obat.

d. Suhu penyari

Digunakan untuk menentukan jumlah dan kecepatan penyarian.

e. Lama waktu penyarian

Penting untuk menentukan jumlah bahan yang tersari.

f. Proses ekstraksi

Adanya bahan atau komponen ekstrak yang peka terhadap cahaya maka

proses ekstraksi yang harus terlindung dari cahaya.

(Agoes, 2007).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

11

Salah satu cara ekstraksi yang paling sederhana adalah maserasi.

Maserasi dilakukan dengan cara bahan simplisia dihaluskan sesuai dengan

syarat farmakope (umumnya terpotong-potong atau berupa serbuk kasar)

yang direndam dengan cairan pengekstraksi dan disimpan terlindung dari

cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau

perubahan warna. Lamanya maserasi berbeda-beda, masing-masing

farmakope mencantumkan 4-10 hari. Rendaman harus dikocok berulang-

ulang (kira-kira 3 kali sehari) agar dapat menjamin keseimbangan konsentrasi

bahan ekstraktif yang lebih cepat didalam cairan. Keadaan diam selama

maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis

pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut.

Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan

semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigt, 1984).

5. Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

bahan terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Anonim,

1995). Krim merupakan sediaan topikal yang diaplikasikan dipermukaan kulit

dan memiliki efek lokal. Sebagian besar sediaan topikal juga mengandung

bahan aktif teraupetik yang didispersikan atau dilarutkan dalam basis.

Kombinasi bahan aktif dan basis memungkinkan aplikasi sediaan topikal

dalam rentang yang luas sesuai dengan tipe sistem penghantaran obat dan

tujuan terapi (Agoes, 2012).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

12

Berdasarkan basisnya maka terdapat dua jenis krim yaitu krim hidrofobik

(tipe A/M) dan hidrofilik (tipe M/A). Krim hidrofobik menggunakan

emulgator jenis lemak, sorbitan ester atau monogliserida dengann nilai HLB

sekitar 3-6 sedangkan krim hidrofilik menggunakan emulgator denagn HLB

antara 8-18. Krim hidrofobik banyak digunakan sebagai emolien, memiliki

efek perlindungan lebih kecil dan daya sebar yang lebih baik sedangkan krim

hidrofilik dapat dicuci dengan air sehingga mudah dibersihkan dari kulit atau

pakaian. Contoh krim hidrofobik adalah vanishing cream dan hyrophilic

ointment USP sedangkan krim hidrofilik adalah salep air mawar, krim Nivea,

cold cream dan salep hydrous BP (Swarbrick dan Boylan, 1997).

Metode yang biasanya digunakan ada dua, yaitu metode pencampuran

dan metode peleburan. Dalam metode percampuran, semua komponen

dicampur bersama-sama dengan sampai sediaan yang homogen tercapai.

Sedangkan metode peleburan, semua atau beberapa komponen dicampurkan

sampai melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan

sampai mengental. Dalam pembuatan krim dari formula dengan tipe emulsi,

metode pembuatan secara umum meliputi proses peleburan dan proses

emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak dapat bercampur dengan air

seperti minyak dan lilin dicairkan bersama di penangas air pada temperatur

sekitar 70-75ºC (Ansel, 1989).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

13

6. Monografi bahan

a. Cera alba

Cera alba atau malam putih adalah hasil pemurnian dan

pengelantangan malam kuning yang diperoleh dari sarang lebah madu

Apis mellifera Linne (Familia Apidae) dan uji kekeruhan penyabunan.

Pemerian cera alba berupa padatan putih kekuningan, sedikit tembus

cahaya dalam keadaan lapisan tipis, bau khas lemah dan bebas bau

tengik. Bobot jenis lebih kurang 0,95. Kelarutan : tidak larut dalam air,

agak sukar larut dalam etanol dingin. Etanol mendidih melarutkan asam

serotat dan bagian dari miristin, yang merupakan kandungan malam

putih. Larut sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak

dan minyak atsiri. Sebagian larut dalam benzena dingin dan dalam

karbon disulfida dingin. Pada suhu lebih kurang 30º larut sempurna

dalam benzena, dan dalam karbon disulfida (Anonim, 1995).

b. Span 80

Span 80 disebut juga sorbitan monooleat. Span 80 berupa cairan

kental berwarna kuning. Secara luas digunakan dalam kosmetik,

makanan dan sediaan farmasi sebagai surfaktan nonionik. Banyak

digunakan dalam formulasi sediaan farmasi sebagai agen pengemulsi

pembuatan krim, emulsi, dan salep untuk penggunaan topikal. Selain

dapat berfungsi sebagai agen pembasah, agen pencampuran, agen

pendispersi dan agen pensuspensi. Ketika digunakan sendiri pada emulsi

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

14

air dan minyak pada konsentrasi 1-15% akan menghasilkan emulsi air

dalam minyak yang stabil dan membentuk mikroemulsi (Rowe, 2009).

c. Mineral oil

Nama lain dari mineral oil adalah paraffin cair, minyak mineral

putih, petrolatum cair atau petrolatum cair berat. Mineral oil merupakan

hasil dari campuran cairan alifatik jenuh dan hidrokarbon siklik pada

petrolatum tidak dapat dicerna dan sangat sedikit diabsorpsi (limit).

Pemerian bahan yaitu transparan, tidak berwarna, cairan berminyak, tidak

berfluoresensi, tidak berasa, tidak berbau ketika dingin dan menimbulkan

bau yang membuat pusing dari petrolatum ketika dipanaskan. Mineral oil

biasanya digunakan sebagai bahan tambahan dalam formulasi sediaan

topikal yang berfungsi sebagai emolien, lubrikan, dan suatu pembawa

minyak (Rowe, 2009).

Mineral oil berguna sebagai agen penggerus basah (livigating agent)

untuk membasahi dan inkorporasi bahan padat (misal asam salisilat dan

seng oksida) ke dalam sediaan salap dengan pembawa berminyak

(oleaginous). Dalam USP/NF ada 2 tipe minyak mineral, yaitu minyak

mineral (parafin liquidum) dan minyak mineral ringan (light liquid

paraffine) (Agoes, 2012).

d. Metilparaben

Sinonim metilparaben adalah metil paraben E218; metil ester asam

4-hidoksibenzoat; metil p-hidoksibenzoat; Nipagin M; Uniphen P-23.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

15

Secara luas, metilparaben digunakan sebagai bahan pengawet

antimikroba dalam kosmetik, makanan, dan sediaan farmasi. Golongan

paraben efektif pada rentang pH luas and memiliki aktivitas antimikroba

pada spektrum yang luas. Meskipun paraben paling efektif melawan

jamur dan kapang. Penggunaan metilparaben untuk sediaan topikal

biasanya dengan konsentrasi 0,02-0,3%. Metilparaben berupa kristal

tidak berwarna atau bubuk kristal putih, tidak berbau dan memiliki rasa

seperti membakar. Metilparaben harus disimpan dalam wadah tertutup

rapat ditempat yang dingin dan kering (Rowe, 2009).

e. Propilparaben

Sinonim propilparaben antara lain E216; propil ester asam 4-

hidroksibenzoat; Nipasol M, propagin, propil hidoksibenzoat.

Propilparaben merupakan hasil esterifikasi asam p-hidroksibenzoat

dengan n-propanol. Pemerian propilparaben berwarna putih, seperti

kristal, tidak berbau dan tidak berasa. Secara luas, propilparaben

digunakan sebagai bahan pengawet antimikroba dalam kosmetik,

makanan, dan sediaan farmasi. Propilparaben dapat menghambat

aktivitas antimikroba pada rentang pH 4-8 dan lebih aktif dalam melawan

jamur dan kapang daripada melawan bakteri. Penggunaan propilparaben

pada sediaan topikal sebanyak 0,01-0,6%. Metilparaben harus disimpan

dalam wadah tertutup rapat ditempat yang dingin dan kering (Rowe,

2009).

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

16

f. Akuades

Akuades berupa cairan jernih tidak berwarna dan tidak berbau.

Akuades adalah pelarut yang digunakan pada sebagian besar preparat

farmasi. Keuntungan akuades sebagai pelarut antara lain ketersediaannya

yang melimpah, harganya relatif lebih murah, tidak toksik untuk

penggunaan oral, dan tidak mengiritasi untuk penggunaan eksternal

(Winfield & Richards, 2004).

7. Simplex Lattice Design (SLD)

Simplex Lattice Design (SLD) merupakan suatu metode untuk

memprediksi profil respon campuran bahan pada berbagai variasi jumlah

komposisi bahan yang dinyatakan dalam beberapa bagian, dimana jumlah

totalnya sama dengan satu bagian. Profil tersebut digunakan untuk

memprediksi perbandingan komposisi campuran bahan yang memberikan

respon optimum.

Implementasi simplex lattice design dikalukan dengan mempersiapkan

berbagai formula dengan kombinasi yang berbeda dari variasi bahan.

Kombinasi disiapkan secara sederhana sehingga data percobaan dapat

digunakan untuk memprediksi respon yang berada dalam ruang simplex

(simplex space). Hasil eksperimen digunakan untuk persamaan polinomial

(simplex) dimana persamaan ini dapat digunakan untuk memprediksi profil

respon. nilai prediksi berdasarkan persamaan dapat berbeda karena persamaan

empiris (atau model) hanya merupakan pendekatan atau perkiraan terhadap

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

17

sistem eksperimen sehingga persamaan empiris tidak benar-benar

menggambarkan sistem eksperimen (Bolton, 1997).

Hubungan fungsional antara respon (variabel tergantung) dengan

komposisi (variabel bebas) dinyatakan dengan persamaan :

Y = β1A + β2B + β1.2AB............................................. (1)

Keterangan:

Y : respon yang diinginkan

A dan B : fraksi dari tiap komponen

β1 dan β2 : koefisien regresi dari A, B

β1.2 : koefisien regresi dari interaksi A-B

Koefisien diketahui dari perhitungan regresi dan Y adalah respon yang

diinginkan. Apabila nilai A ditentukan, maka nilai B dapat dihitung

(Armstrong dan James, 1986). Penentuan formula optimum didapatkan dari

respon total yang paling besar. Respon total dihitung dengan rumus :

R total = R1 + R2 + R3 +Rn ........................................ (2)

R1, R2, R3, Rn adalah respon masing-masing sifat fisik sediaan. Dari

persamaan respon total tersebut akan diperoleh formula yang optimum.

Verifikasi dilakukan pada formula yang memiliki respon paling optimum

(Armstrong dan James, 1986).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

18

F. Landasan Teori

Menurut Supriadi (2012) konsentrasi optimal ekstrak etanol kulit pisang

ambon yang mampu mempercepat proses penyembuhan luka insisi sebesar 10%.

Senyawa flavonoid dan tanin berpengaruh dalam mempercepat proses

penyembuhan luka (Khan, 2012).

Krim merupakan suatu emulsi yang bisa berupa tipe minyak dalam air (M/A)

atau air dalam minyak (A/M). Keuntungan dari bentuk emulsi ini adalah dapat

memberikan kemudahan krim untuk menyebar dipermukaan kulit dan dapat

meningkatkan bioavailabilitas obat (Akhtar dkk., 2011). Krim tipe w/o memiliki

penyebaran yang lebih baik daripada tipe o/w, walaupun sedikit berminyak tetapi

penguapan air dalam krim berjalan lambat dan dapat mengurangi rasa panas

(Shovyana, 2011).

Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator

dalam campuran minyak dan air sehingga dapat membentuk campuran yang

homogen dan stabil. Cera alba digunakan sebagai basis krim yang dapat

meningkatkan konsistensi krim dan menstabilkan emulsi minyak dalam air

(Rowe, 2009). Oleh karena itu, diharapkan dari kombinasi cera alba dan span 80

dengan komposisi yang tepat dalam pembuatan krim tipe a/m dapat menghasilkan

krim yang memiliki sifat fisik optimal. Untuk mendapatkan krim dengan sifat

fisik yang optimal dilakukan pendekatan menggunakan metode Simplex Lattice

Design dari kedua kombinasi tersebut nantinya akan menghasilkan suatu formula

optimum dengan cara yang praktis cepat karena bukan merupakan formula dengan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85149/potongan/S1-2015... · Span 80 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai emulgator agar fase

19

coba-coba (trial and error) (Amstrong dan James, 1996). Krim dengan formula

optimum inilah yang diharapkan memiliki sifat fisik optimal sehingga dapat

memberikan sediaan yang efektif, aman, dan nyaman ketika diaplikasikan pada

permukaan kulit sesuai dengan fungsinya sebagai pembawa pada obat topikal,

sebagai pelunak kulit atau sebagai pembalut pelindung atau pembalut penyumbat

(Lachman, 1994). Idealnya suatu zat pembawa mudah dioleskan, mudah

dibersihkan, tidak mengiritasi, menyenangkan secara kosmetik, dan zat aktif

dalam pembawa mudah dilepaskan (Yahendri & Yenny, 2012).

G. Keterangan Empiris

1. Komposisi tertentu dari kombinasi cera alba dan span 80 dapat menghasilkan

formula optimum yang dapat mempengaruhi sifat fisik formula optimum

sediaan krim ekstrak etanolik kulit pisang ambon.

2. Respon prediksi sifat fisik formula optimum sediaan krim ekstrak etanolik

kulit pisang ambon menunjukkan hasil yang tidak berbeda signifikan terhadap

sifat fisik hasil percobaan.