efek span 80 dan tween 80 sebagai emulgator … · 2018. 1. 30. · efek span 80 dan tween 80...
TRANSCRIPT
EFEK SPAN 80 DAN TWEEN 80 SEBAGAI EMULGATOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS EMULSI ORAL A/M EKSTRAK
ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L.): APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Lia Yumi Yusvita
NIM: 068114030
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
EFEK SPAN 80 DAN TWEEN 80 SEBAGAI EMULGATOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS EMULSI ORAL A/M EKSTRAK
ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L.): APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Lia Yumi Yusvita
NIM: 068114030
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
iii
iv
v
HHAALLAAMMAANN PPEERRSSEEMMBBAAHHAANN
TTuuggaass kkiittaa bbuukkaannllaahh uunnttuukk BBEERRHHAASSIILL TTuuggaass kkiittaa aaddaallaahh uunnttuukk MMEENNCCOOBBAA,,
KKaarreennaa ddii ddaallaamm mmeennccoobbaa iittuullaahh KKiittaa MMEENNEEMMUUKKAANN ddaann BBEELLAAJJAARR
MMeemmbbaanngguunn kkeesseemmppaattaann uunnttuukk BBEERRHHAASSIILL ~~ MMaarriioo TTeegguuhh ~~
Untuk segala sesuatu ada masanya Untuk apapun di bawah langit ada waktunya
Ia membuat segala sesuatu Indah pada waktunya
~ Pengkotbah 3:1 & 11a~
KKaarryyaa kkeecciillkkuu iinnii kkuuppeerrsseemmbbaahhkkaann uunnttuukk:: MMyy LLoorrdd aanndd SSaavviioorr JJeessuuss CChhrriisstt
MMyy bbeelloovveedd PPaappaa,, MMaammaa MMyy bbrrootthheerr DDoonnnnyy,, HHeennggkkyy,, EEnnddrryy
MMyy lliittttllee ssiisstteerr YYeennii SSaahhaabbaatt--ssaahhaabbaattkkuu
AAllmmaammaatteerrkkuu,, SSaannaattaa DDhhaarrmmaa
vi
PRAKATA
Puji Syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Pengasih dan Penyayang atas semua rahmat dan penyertaan-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm).
Selama perkuliahan, penelitian hingga proses penyusunan skripsi, penulis
telah mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak yang berupa dukungan,
sarana, bimbingan, nasihat, kritik, dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada
1. Rita Suhadi, M. Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta
2. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi.
3. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta kritik dan saran yang
diberikan.
4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji yang telah menguji
sekaligus memberikan kritik dan saran kepada penulis.
5. Jeffry Julianus, M.Si., atas diskusi, masukan dan saran dalam penyusunan
skripsi.
6. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt, atas diskusi, masukan, dan saran dalam
penyusunan skripsi.
vii
7. Papa, mama, Donny, Hengky, Endry, Yeni dan Amui atas dukungan, kasih
sayang dan cintanya.
8. Vita, Dani, dan Yosephine sebagai teman satu tim atas bantuan, kerjasama,
canda tawa, keluh kesah dan dukungannya selama penyusunan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku Feli, Pika, Ana, Desy, Dewi, Anggie, Jeane dan Dian yang
selalu memberikan bantuan, dukungan, motivasi dan doa.
10. Intan, Grace, Si, Marissa, Handa, Henny, Rico, Dani, Reni, atas kerjasama,
canda tawa dan keluh kesah selama penyusunan skripsi serta semua teman-
teman angkatan 2006, terima kasih atas segala semangat dan kebersamaan kita
yang indah.
11. Keluarga kost “Pelangi” atas kebersamaan dan dukungan selama ini.
12. Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Ottok, Mas Iswandi, Mas Sigit, serta laboran-
laboran yang lain yang telah membantu penulis selama penelitian.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan laporan akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan penulis. Oleh karenanya, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga laporan akhir ini dapat
berguna bagi semua pihak,khususnya dalam bidang farmasi.
Penulis
viii
ix
x
INTISARI
Sifat fisis dan stabilitas emulsi oral air dalam minyak (A/M) ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) dipengaruhi oleh emulgator, yaitu span 80 dan tween 80. Bila tween 80 dicampur dengan span 80 dalam komposisi yang sesuai dan dalam pembuatannya fase air didispersikan ke dalam minyak maka span 80 dan tween 80 akan tersusun secara berselang-seling pada antarmuka fase minyak dan air membentuk lapisan monolayer sehingga menghasilkan sifat emulgator yang baik dan membentuk emulsi tipe A/M yang stabil.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek span 80, tween 80, dan interaksinya terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan metode desain faktorial dengan dua faktor yaitu span 80–tween 80 dan dua level yaitu level tinggi–level rendah. Sifat fisis emulsi yang diuji adalah viskositas 24 jam, ukuran droplet 24 jam (percentile 90), dan indeks creaming 24 jam. Stabilitas emulsi yang diuji adalah profil viskositas, profil ukuran droplet, dan profil indeks creaming selama penyimpanan 1 bulan dan pergeseran ukuran droplet setelah penyimpanan 1 bulan. Data dianalisis secara statistik menggunakan Design Expert 7.1.4 dengan taraf kepercayaan 75 % untuk mengetahui signifikansi (p<0,05) dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tween 80 memberikan efek yang signifikan (p<0,05) terhadap ukuran droplet, sedangkan span 80 dan interaksinya memberikan efek yang tidak signifikan (p>0,05) terhadap ukuran droplet. Span 80, tween 80, dan interaksinya memberikan efek yang tidak signifikan (p> 0,05) terhadap viskositas, indeks creaming dan pergeseran ukuran droplet.
Kata kunci: ekstrak etanol buah pare, span 80, tween 80, emulsi oral A/M, efek,
desain faktorial.
xi
ABSTRACT
Physical properties and stability of water in oil (W/O) oral emulsion was influenced by emulsifying agent, which span 80 and tween 80. When tween 80 mixed with span 80 in the appropriate composition and in the manufacture water phase was dispersed into oil phase, span 80 and tween 80 will be arranged in criss-cross at the interface oil phase and water phase to form a monolayer to produce a good emulsifying agent character and stable W/O emulsion.
The aim of this study was to determine how the effect of span 80, tween 80 and their interaction on the physical properties and stability of Momordica charantia L. fruit ethanolic extract W/O oral emulsion. Therefore, in this study used factorial design method with two factor i.e. span 80-tween 80 and two level i.e. high level-low level. The emulsion physical properties tested were viscosity 24 hour, globule size (percentile 90) 24 hour, and creaming index 24 hour. Emulsion stability tested were the profiles of viscosity, droplet size, and creaming index for one month storage and droplet size shift over one month storage. The data were analyzed statistically using Design Expert 7.1.4 for knowing the significance (p<0,05) of each factor and their interaction in giving effect.
The results of this study showed that tween 80 provide a significant effect (p<0,05) against droplet size, whereas span 80 and their interaction did not provides significant effect (p>0,05) against droplet size. Span 80, tween 80 and their interaction was not significant effect (p>0,05) to the viscosity, creaming index and droplet size shift.
Keywords: Momordica charantia L. fruit ethanolic extract, span 80, tween 80, W/O oral emulsion, effect, factorial design
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v
PRAKATA PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................ viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ ix
INTISARI ................................................................................................................. x
ABSTRACT ........................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii
DAFTAR PERSAMAAN ...................................................................................... xx
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xxi
BAB I. PENDAHIULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Keaslian Penelitian ......................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4
xiii
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...................................................................... 5
A. Pare ................................................................................................................ 5
1. Keterangan Botani ...................................................................................... 5
2. Morfologi .................................................................................................... 5
3. Kandungan kimia ........................................................................................ 6
4. Kegunaan .................................................................................................... 6
B. Emulsi ............................................................................................................. 8
C. Proses Emulsifikasi ......................................................................................... 9
1. Teori tegangan permukaan ......................................................................... 9
2. Oriented Wedge Theory ............................................................................ 10
3. Teori plastik .............................................................................................. 11
4. Teori pasak ............................................................................................... 11
5. Teori lapisan listrik rangkap ..................................................................... 12
6. Metode phase inversion temperature ....................................................... 12
D. Emulgator ..................................................................................................... 14
1. Tween 80 .................................................................................................. 14
2. Span 80 ..................................................................................................... 15
E. Sistem HLB (Hydrophile-Lipophile Balance) .............................................. 17
F. Formulasi ....................................................................................................... 17
1. Gliserin ..................................................................................................... 17
2. Sukrosa ..................................................................................................... 18
3. Virgin coconut oil ..................................................................................... 18
4. Metil paraben ............................................................................................ 19
xiv
5. Aquadest ................................................................................................... 20
G. Pencampuran ................................................................................................ 20
H. Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi ................................................................... 24
1. Viskositas .................................................................................................. 24
2. Ukuran droplet .......................................................................................... 26
3. Stabilitas emulsi ........................................................................................ 28
I. Metode Desain Faktorial ................................................................................ 34
J. Landasan Teori .............................................................................................. 36
K. Hipotesis ....................................................................................................... 37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 38
A. Jenis Rancangan Penelitian .......................................................................... 38
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................... 38
1. Variabel penelitian .................................................................................... 38
2. Definisi operasional .................................................................................. 39
C. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................ 40
1. Alat penelitian ........................................................................................... 40
2. Bahan penelitian ....................................................................................... 41
D. Alur Penelitian .............................................................................................. 42
E. Tata Cara Penelitian ...................................................................................... 43
1. Verifikasi ekstrak buah pare ..................................................................... 43
a. Ekstraksi buah pare .............................................................................. 43
b. Uji kualitatif ekstrak buah pare secara KLT ........................................ 43
2. Pembuatan emulsi ..................................................................................... 44
xv
a. Formula ................................................................................................ 44
b. Pembuatan larutan sukrosa 5%b/v ....................................................... 45
c. Pembuatan emulsi ................................................................................ 45
3. Uji tipe emulsi .......................................................................................... 45
4. Uji sifat fisis dan stabilitas emulsi ............................................................ 46
a. Uji viskositas ........................................................................................ 46
b. Uji ukuran droplet ................................................................................ 46
c. Uji indeks creaming ............................................................................. 47
F. Analisis Data ................................................................................................. 47
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 49
A. Verifikasi Ekstrak Buah Pare ....................................................................... 49
1.Ekstraksi buah pare .................................................................................... 49
2. Uji kualitatif ekstrak etanol buah pare secara KLT .................................. 49
B. Pembuatan Emulsi Ekstrak Pare ................................................................... 51
C. Penentuan Tipe Emulsi ................................................................................. 57
D. Karakteristik Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi ............................................. 58
1. Sifat fisis emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare. ............................... 61
2. Stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare ................................ 62
E. Efek Span 80, Tween 80, dan Interaksinya Terhadap Sifat Fisis dan
Stabilitas Emulsi ........................................................................................ 67
1. Viskositas .................................................................................................. 69
2. Ukuran droplet .......................................................................................... 71
3. Indeks creaming ....................................................................................... 74
xvi
4. Pergeseran ukuran droplet ........................................................................ 77
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 80
A. Kesimpulan ................................................................................................... 80
B. Saran ............................................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 81
LAMPIRAN ........................................................................................................... 86
BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 129
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Klasifikasi surfaktan berdasarkan nilai HLB ............................................ 16
Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dengan 2 faktor dan 2 level ....... 35
Tabel III. Formula emulsi ekstrak pare 100 g ........................................................ 44
Tabel IV. Formula percobaan desain faktorial (200 g) .......................................... 44
Tabel V. Formula emulsi A/M ekstrak etanol buah pare ....................................... 44
Tabel VI. Nilai HLB teoritis emulsi ekstrak pare .................................................. 57
Tabel VII. Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Oral A/M Ektrak Etanol Buah Pare . 61
Tabel VIII Efek dan % Kontribusi Span 80, Tween 80, dan Interaksi Span 80-
Tween 80 Terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Oral A/M. ........ 68
Tabel IX. Persamaan desain faktorial .................................................................... 68
Tabel X. Hasil Perhitungan ANOVA dengan Design Expert pada respon
viskositas 24 jam .................................................................................. 71
Tabel XI. Hasil perhitungan ANOVA dengan Design Expert pada respon
ukuran droplet 24 jam .......................................................................... 73
Tabel XII. Hasil Perhitungan ANOVA dengan Design Expert pada respon
Indeks Creaming .................................................................................. 79
Tabel XIII. Hasil Perhitungan ANOVA dengan Design Expert pada respon
Pergeseran Ukuran Droplet .................................................................. 79
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman pare ......................................................................................... 5
Gambar 2. Struktur molekul Tween 80 .................................................................. 14
Gambar 3. Struktur molekul Span 80 ..................................................................... 16
Gambar 4. Struktur molekul gliserin ...................................................................... 17
Gambar 5. Struktur molekul sukrosa ..................................................................... 18
Gambar 6. Struktur molekul metil paraben ............................................................ 19
Gambar 7. Rumus molekul aquadest ..................................................................... 20
Gambar 8. a. Propeller mixer dan b. Turbine mixer .............................................. 21
Gambar 9. Gambaran skematis dari suatu homogenizer ........................................ 22
Gambar 10. Ultra Turrax ........................................................................................ 23
Gambar 11. Ultrasonifier dengan prinsip alat peniup Pohlman ............................ 23
Gambar 12. Gambaran skematis penggiling koloid ............................................... 24
Gambar 13. Contoh grafik distribusi frekuensi ukuran droplet ............................. 28
Gambar 14. Fenomena ketidakstabilan dalam emulsi............................................ 32
Gambar 15. Skema alur penelitian ......................................................................... 42
Gambar 16. Kromatogram KLT diamati dengan sinar UV 254 nm ...................... 50
Gambar 17. Interaksi antara span 80 dan tween 80 pada permukaan emulsi A/M
................................................................................................................................ 55
Gambar 18. Gambar emulsi di bawah mikroskop perbesaran 100x setelah
penambahan zat warna methylene blue ............................................. 58
Gambar 19. Profil periodik viskositas (X±SD) dari 3 replikasi selama
penyimpanan 1 bulan ......................................................................... 63
xix
Gambar 20. Profil periodik ukuran droplet (X±SD) dari 3 replikasi selama
penyimpanan 1 bulan ......................................................................... 63
Gambar 21. Profil periodik indeks creaming (X±SD) dari 3 replikasi selama
penyimpanan 1 bulan ......................................................................... 64
Gambar 22. Grafik hubungan efek faktor span 80, tween 80, dan interaksinya
terhadap respon viskositas emulsi A.M setelah pembuatan 24 jam .. 70
Gambar 23. Grafik hubungan efek faktor span 80, tween 80 dan interaksinya
terhadap respon ukuran droplet (percentile 90) emulsi A/M
setelah 24 jam pembuatan ................................................................. 72
Gambar 24. Grafik hubungan efek faktor span 80, tween 80, dan interaksinya
terhadap respon indeks creaming emulsi A/M 24 jam setelah
pembuatan ......................................................................................... 75
Gambar 25. Grafik hubungan efek faktor span 80, tween 80 dan interaksinya
terhadap respon pergeseran ukuran droplet setelah penyimpanan 1
bulan .................................................................................................. 78
xx
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan (1). ....................................................................................................... 25
Persamaan (2). ....................................................................................................... 29
Persamaan (3). ....................................................................................................... 35
Persamaan (4). ....................................................................................................... 36
Persamaan (5). ....................................................................................................... 36
Persamaan (6). ....................................................................................................... 36
Persamaan (7). ....................................................................................................... 47
Persamaan (8). ....................................................................................................... 47
Persamaan (9). ....................................................................................................... 68
Persamaan (10). ..................................................................................................... 68
Persamaan (11). ..................................................................................................... 68
Persamaan (12). ..................................................................................................... 68
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (COA) dan Flowchart Proses Pembuatan
Ekstrak Etanol Pare (Momordica charantia L.) ................................ 86
Lampiran 2. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Pare dan Data
Penimbangan ..................................................................................... 89
Lampiran 3. Notasi Desain Faktorial dan Percobaan Desain Faktorial ................. 90
Lampiran 4. Sifat Fisis dan Stabilitas Sediaan Emulsi A/M Ekstrak Etanol
Buah Pare .......................................................................................... 92
Lampiran 5. Uji Normalitas dan Uji Signifikansi (Friedman Test) Terhadap
Profil Periodik Viskositas, Ukuran Droplet Dan Indeks Creaming 108
Lampiran 6. Uji ANOVA two ways dengan Design Expert 7.14 ........................ 121
Lampiran 7. Foto emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare ............................... 125
Lampiran 8. Dokumentasi .................................................................................... 126
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pare (Momordica charantia L.) adalah tumbuhan di daerah tropis dan
tumbuh baik di dataran rendah yang termasuk dalam familia Cucurbitaceae.
Ekstrak buah pare telah dibuktikan secara ilmiah memiliki aktivitas hipoglikemik,
antioksidan, kontrasepsi, antibakteri (Teoh, Latiff, Das, 2008) dan anti
ulserogenik (Gurbuz dan Bilge, 2000). Perasan buah pare, dan serbuk kering telah
dibuktikan secara uji klinis memberikan efek hipoglikemik sedang, dengan efek
samping hipoglikemik koma dan konvulsi pada anak-anak, mengurangi fertilitas
mencit, favism-like syndrome, meningkatkan γ-glutamiltransferase dan fosfatase
dalam hewan, dan sakit kepala. Buah pare dibuktikan secara invitro memiliki
aktivitas sebagai antiviral, antineoplastik (Basch, Gabardi, Ulbricht, 2003), wound
healing (Teoh et al., 2008).
Pengembangan ekstrak pare untuk pengobatan berbagai penyakit
membutuhkan bentuk sediaan yang siap digunakan dalam uji klinis pada manusia.
Sediaan oral merupakan sediaan yang paling banyak diminati. Tantangan dalam
pembuatan sediaan oral ekstrak etanol pare adalah adanya kandungan kukurbitasin
yang memberikan rasa pahit dalam ekstrak etanol pare.
Penulis memilih bentuk sediaan emulsi tipe air dalam minyak (A/M)
sebagai alternatif pemanfaatan buah pare. Sediaan emulsi tipe A/M dipilih karena
tetesan (droplet) dari ekstrak etanol buah pare yang larut air akan terlindung
dalam fase minyak sehingga rasa pahit dapat berkurang. Rasa pahit dari pare dapat
2
berkurang karena difusi dari droplet ekstrak etanol pare terhambat oleh fase
minyak sehingga ekstrak pare tidak terlarut di saliva dan tidak menimbulkan rasa
pahit di mulut. Selain itu emulsi A/M ekstrak etanol buah pare digunakan sebagai
dasar untuk mengembangkan sediaan oral prolonged-release dalam emulsi tipe
A/M/A.
Pemilihan dan komposisi emulgator dalam sistem emulsi menjadi kunci
dalam sifat fisis dan stabilitas suatu emulsi. Emulgator yang dipilih dalam sistem
emulsi A/M ekstrak etanol pare adalah span 80 dan tween 80. Span 80
mempunyai nilai HLB 4,3 dan tween 80 mempunyai nilai HLB 15. Bila tween 80
dicampur dengan span 80 dalam komposisi yang sesuai dan dalam pembuatannya
fase air didispersikan ke dalam minyak maka span 80 dan tween 80 akan tersusun
secara berselang-seling pada antarmuka fase minyak dan fase air membentuk
monolayer yang mengelilingi droplet sehingga menghasilkan sifat emulgator yang
baik dan membentuk emulsi tipe A/M yang stabil. Variasi jumlah tween 80 dan
span 80 akan memberikan efek yang dapat diukur kebermaknaannya dalam
menentukan parameter-parameter sediaan emulsi yaitu sifat fisis dan stabilitas
emulsi. Emulsi A/M dibuat pada HLB 6 yang didasarkan pada required HLB dari
HLB minyak VCO yang digunakan sehingga dapat menghasilkan emulsi yang
stabil.
Desain penelitian yang memungkinkan untuk mengetahui efek dari
variansi jumlah span 80 dan tween 80 adalah desain faktorial dengan dua level
dan dua faktor (Full Factorial Design 22). Desain faktorial merupakan metode
rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek dari faktor-
3
faktor yang berpengaruh terhadap kualitas produk secara simultan. Faktor yang
diteliti adalah span 80 dan tween 80, sedangkan level yang diteliti adalah variasi
jumlah span 80 dan tween 80. Pemilihan level didasarkan pada pembentukan
sistem Hidrofilik-Lipofilik Balance (HLB) pada emulsi tipe A/M yaitu pada nilai
3-6. Kebermaknaan efek tween 80 dan span 80 terhadap sifat fisis dan stabilitas
emulsi M/A ekstrak etanol pare dianalisis dengan ANOVA dengan program
Design Expert 7.14 pada taraf kepercayaan 95%.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun permasalahan:
Apakah variansi jumlah span 80, tween 80, dan kombinasi span 80-tween 80 pada
level yang diteliti memberikan efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan
stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare?
C. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang
efek span 80 dan tween 80 terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral air dalam
minyak (A/M) ekstrak etanol buah pare: aplikasi desain faktorial belum pernah
dilakukan.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis.
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai
formulasi emulsi air dalam minyak (A/M) ekstrak etanol buah pare.
4
b. Manfaat Metodologis
Menambah informasi dalam bidang kefarmasiaan mengenai penggunaan
metode desain faktorial dalam mengamati efek penambahan span 80 dan
tween 80 terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi A/M.
c. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui efek penambahan span 80,
tween 80, dan interaksinya dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas
emulsi A/M, sehingga dapat diterima di masyarakat.
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Membuat formula emulsi oral A/M dengan zat aktif yang berasal dari bahan
alam yaitu ekstrak buah pare dalam bentuk sediaan emulsi dengan span 80 dan
tween 80 sebagai emulgator.
2. Tujuan khusus
Mengetahui efek penambahan span 80 tween 80 atau interaksi keduanya
dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas emulsi A/M yang dipengaruhi oleh
formula.
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pare
1. Keterangan botani
Pare (Momordica charantia L.) termasuk famili Cucurbitaceae (Taylor,
2002) memiliki sinonim Momordica chinensis, M. elegans, M. indica, M.
operculata, M. sinensis, Sicyos fauriei (Anonim, 2006).
2. Morfologi
Gambar 1. Tanaman pare (Anonim, 2005)
Tanaman setahun, merambat atau memanjat dengan alat pembelit atau
sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak. Batang berusuk 5,
panjang 2-5 m, yang muda berambut rapat. Daun tunggal, bertangkai yang
panjangnya 1,5 – 5,3 cm, letak berseling, bentuknya bulat panjang, dengan
panjang 3,5 – 8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung,
warnanya hijau tua. Taju bergigi kasar sampai belekuk menyirip. Bunga tunggal,
6
berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, berwarna kuning. Buah
bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan,
panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit. Warna buah hijau, bila masak menjadi oranye
yang pecah dengan 3 katup. Biji banyak, coklat kekuningan, bentuknya pipih
memanjang, keras (Anonim, 2005).
3. Kandungan kimia
Kandungan kimia yang terdapat dalam pare antara lain alkaloid,
diosgenin, kukurbitasin (momordioksida), cucurbitin, momorcharin, asam
linoleat, asam linolenat, momordicosida, dan asam oleanat (Dickinson, 2008).
Buah pare yang diekstraksi dengan etanol mengandung kukurbitasin K dan L yang
menyebabkan rasa pahit dan kukurbitasin F1 (C45H68O12), F2 (C36H58O8), G
(C45H68O12) dan I (C36H58O8) yang tidak menyebabkan rasa pahit (Okabe,
Miyahara, Yamamuchi, 1982).
4. Kegunaan
Pare telah digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita
diabetes mellitus. Aktivitas antiviral dan antineoplastik secara in vitro juga telah
dilaporkan. Uji klinis menunjukkan bahwa perasan pare, buah, dan serbuk
keringnya memberikan efek hipoglikemik sedang, dengan efek samping
hipoglikemik koma dan konvulsi pada anak-anak, mengurangi fertilitas mencit,
favism-like syndrome, meningkatkan γ-glutamiltransferase dan fosfatase dalam
hewan, dan sakit kepala (Basch, Gabardi, Ulbricht, 2003).
7
Efek buah pare sebagai anti-virus HIV terletak pada kandungan protein
momorcharin alfa dan beta, atau pada protein MAP30 (Momordica Antiviral
Protein 30) (Manitto, 1981; Liu, 1993). Pare juga digunakan secara topikal pada
kulit untuk mengobati penyakit vaginitis, hemorrhoids, scabies, eksim, dan
penyakit kulit lainnya (Gislene et al., 2000).
Ekstrak etanol buah pare memiliki aktivitas antibakteri, yaitu pada
konsentrasi 0,1 mg/ml (terhadap S. pyogenes) dan pada konsentrasi 1 mg/ml
(terhadap E.coli dan S.aureus) (Abalaka et al., 2009). Selain itu, ekstrak etanol
buah pare memiliki aktivitas sebagai anti ulserogenik (Gurbuz dan Bilge, 2000),
antibakteri dan wound healing (Teoh et al., 2008).
Rasa pahit buah Pare disebabkan oleh kandungan kukurbitasin
(momordikosida K dan L), yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan sel (West, 1971). Ekstrak etanol buah pare yang mengandung
kukurbitasin dapat berperan sebagai penghambat spermatogenesis dan bersifat
reversibel (Jackson dan Jones, 1972) pada dosis 750 mg/kgBB mencit (Sutyarso,
1992). Selain itu, ekstrak etanol pare juga memiliki aktivitas antitumor (Rita et al.,
2008) dan hipoglikemik. Bila aktivitas hipoglikemik dibandingkan dengan
aktivitas dari tolbutamide dan sulphonylurea diperoleh bahwa 500 mg/kg ekstrak
etanol buah pare menyebabkan 10-15 % penurunan glukosa darah setelah 1
minggu (Biyani et al., 2003).
Menurut penelitian Saribulan (1993), tingkat toksisitas ekstrak metanol
buah pare termasuk kategori praktis tidak toksik yaitu terletak pada rentang (5-15
8
g/kg). Studi toksikologi menunjukkan bahwa pare aman untuk kesehatan manusia
dan tidak memiliki efek toksik (Chopra, Nayar, Chopra, 1956).
B. Emulsi
Emulsi merupakan sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil (Anonim, 1995). Emulsi adalah
campuran yang tidak stabil dari dua cairan yang tidak saling campur secara
termodinamika dengan suatu emulgator yang mengikat kedua jenis cairan tersebut
(Allen, 2002).
Suatu emulsi terdiri dari fase dispers (fase internal atau discontinuous
phase), medium dispers (fase eksternal atau continuous phase), dan komponen
ketiga yang diketahui sebagai emulgator. Jika fase minyak terdispersi dalam fase
air disebut emulsi tipe minyak dalam air (M/A). Sedangkan jika fase air yang
terdispersi dalam fase minyak disebut emulsi tipe air dalam minyak (A/M). Emulsi
tipe A/M tidak larut dalam air, tidak dapat dicuci dengan air, mengabsorpsi air,
occlusive, dan berminyak. Sedangkan emulsi tipe M/A dapat larut air, dapat dicuci
dengan air, mengabsopsi air, nonocclusive, dan tidak berminyak (Allen, 2002).
Uji penentuan tipe emulsi dilakukan untuk memastikan apakah emulsi
yang dibuat merupakan tipe M/A atau A/M. Uji yang sering dilakukan adalah :
• Uji miscibility dalam minyak atau air. Emulsi hanya akan tercampur dengan
liquid yang memiliki fase kontinu yang sama.
• Uji staining. Menggunakan pewarna yang larut air atau larut minyak, yang
pada salah satunya akan terlarut, dan mewarnai fase kontinu (Aulton, 2002).
9
• Percobaan cincin. Satu tetes emulsi yang diuji diberikan pada kertas saring,
jika emulsi M/A maka menunjukkan sebuah cincin air disekeliling tetesan.
• Pengukuran daya hantar. Dua kawat yang dihubungkan dengan sebuah baterai
lampu senter dicelupkan ke dalam contoh emulsi, maka akan berlangsung suatu
ayunan hanya pada emulsi M/A yang terdapat pada sisipan miliampere. Hal ini
dikarenakan air sebagai fase luar yang memungkinkan suatu aliran listrik. Pada
emulsi A/M fase minyak sebaagi isolator sehingga jarum ampermeter tidak
bergerak (Voigt, 1994).
C. Proses Emulsifikasi
Banyak teori telah dikembangkan dalam upaya untuk menjelaskan
bagaimana zat pengemulsi bekerja dalam meningkatkan emulsifikasi dan dalam
menjaga stabilitas dari emulsi yang dihasilkan. Teori yang paling lazim digunakan
adalah:
1. Teori tegangan permukaan
Menurut teori ini semua cairan mempunyai kecenderungan menerima
suatu bentuk yang mempunyai luas permukaan terbuka dalam jumlah yang
paling kecil. Suatu tetesan cairan biasanya cenderung mempunyai bentuk
bulat. Dalam tetesan cairan yang bulat, ada tenaga (kekuatan) dalam yang
cenderung meningkatkan hubungan dari molekul-molekul zat untuk menahan
distorsi dari tetesan menjadi suatu bentuk yang kurang bulat. Jika dua atau
lebih tetesan cairan yang sama saling bertemu kecenderungan untuk
bergabung membuat satu tetesan yang lebih besar dan mempunyai luas
10
permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan luas permukaan total dari
tetesan-tetesan itu sendiri sebelum bergabung. Zat-zat yang dapat
meningkatkan penurunan tahanan untuk pecah dapat merangsang suatu cairan
untuk menjadi tetesan atau droplet-droplet yang lebih kecil. Zat-zat yang dapat
meningkatkan penurunan tahanan untuk pecah dapat merangsang suatu cairan
untuk menjadi tetesan atau droplet-droplet yang lebih kecil. Zat-zat yang
menurunankan tegangan ini disebut surface active agent (emulgator) (Ansel,
1989).
2. Oriented Wedge Theory
Teori ini menyatakan bahwa lapisan monomolekular dari zat
pengemulsi melingkari suatu tetesan dari fase dalam emulsi. Teori tersebut
beranggapan bahwa zat pengemulsi tertentu mengarahkan dirinya di sekitar
dan dalam suatu sistem yang mengandung dua cairan yang saling tidak
bercampur, zat pengemulsi akan memilih larut dalam salah satu fase dan
terikat kuat dan terbenam dalam fase tersebut dibandingkan dengan fase
lainnya. Karena molekul-molekul mempunyai suatu bagian hidrofilik dan
suatu bagian hidrofobik, maka molekul-molekul tersebut akan mengarahkan
dirinya ke masing-masing fase. Umumnya suatu zat pengemulsi yang
mempunyai karakteristik hidrofilik lebih besar daripada sifat hidrofobiknya
akan memajukan suatu emulsi minyak dalam air dan suatu emulsi air dalam
minyak sebagai hasil penggunaan zat pengemulsi yang lebih hidrofobik
daripada hidrofilik (Ansel, 1989).
11
3. Teori plastik
Teori ini menempatkan zat pengemulsi pada antar muka antara
minyak air, mengelilingi tetesan fase dalam sebagai suatu lapisan tipis atau
film yang diadsorbsi pada permukaan dari tetesan tersebut. Lapisan ini
mencegah kontak dan bersatunya fase terdispersi, makin kuat dan makin lunak
lapisan tersebut akan makin besar dan makin stabil emulsinya. Pembentukan
emulsi tipe A/M atau M/A tergantung pada derajat kelarutan dari zat
pengemulsi dalam kedua fase tersebut, zat yang larut dalam air akan
merangsang terbentuknya emulsi M/A dan zat pengemulsi yang larut dalam
minyak sebaliknya (Ansel, 1989).
4. Teori pasak
Dengan teori pasak perbandingan hipnotik pada batas antar
permukaan dapat dibayangkan. Teori ini mempertimbangkan bangun
geometrik emulgator dan menjelaskan mengapa suatu emulgator
menyebabkan pembentukan emulsi M/A, yang lain emulsi A/M. Dalam hal
emulgatornya larut air, bagian hidrofilnya akan menebal dan memenuhi ruang
melalui keteraturan steriknya atau akibat proses hidratasinya (Voigt, 1994).
Pada emulgator lipofil, misal pada sabun kation bervalensi banyak,
terjadi hal sebaliknya. Rantai rangkap asam lemak membutuhkan ruang yang
lebih besar, oleh karena itu kecenderungan disosiasi garam alkali tanah
berkurang, sehingga proses hidratasi gugus hidroksilnya lebih rendah. Efek
pasak menyebabkan melengkungnya batas antar permukaan mengelilingi
12
tetesan air. Teori pasak bukan teori yang bersifat mutlak dan berlaku umum
(Voigt, 1994).
5. Teori lapisan listrik rangkap
Jika terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan
lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan
di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap droplet minyak dilindungi
oleh dua benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan
menolak setiap usaha dari droplet minyak yang akan mengadakan
penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena susunan listrik yang
menyelubungi setiap droplet minyak mempunyai susunan yang sama. Dengan
demikian, antara sesama droplet akan tolak menolak, stabilitas emulsi akan
bertambah (Parrott, 1971).
6. Metode phase inversion temperature (PIT)
Metode ini menggunakan kenyataan bahwa stabilitas emulsi minyak
dalam air (M/A) yang mengandung emulgator non-ionik berhubungan erat
dengan tingkat hidrasi pada permukaan film. Stabilitas emulsi menurun
dengan adanya peningkatan suhu atau penambahan garam karena suhu dan
garam akan menurunkan tingkat hidrasi pada permukaan film. Inversi fase
terjadi karena adanya perubahan dari film emulgator lebih larut di air pada
suhu rendah menjadi lebih larut pada minyak pada suhu tinggi, yang akan
13
terjadi pada suhu yang spesifik untuk masing-masing emulsi dan dapat di
determinasi secara eksperimental. Emulsi M/A relatif stabil bila disimpan dan
digunakan pada suhu 200C dan 650C di bawah PIT, karena film yang
terbentuk cukup hidrasi. Campuran emulgator dengan HLB yang sama
menghasilkan emulsi dengan PIT yang berbeda karena aditif dan interaksi
diantara komponen berpengaruh terhadap PIT bukan HLB (Eccleston, 2007).
D. Emulgator
Emulgator adalah senyawa yang mengurangi tegangan antar muka antara
fase minyak dan air, meminimalkan energi permukaan dari droplet yang
terbentuk. Emulgator merupakan suatu molekul yang mempunyai rantai
hidrokarbon non polar dan polar pada tiap ujung rantai molekulnya. Emulgator
dapat menarik fase minyak dan air sekaligus dan menempatkan diri di antara
kedua fase tersebut (Allen, 2002). Emulgator bekerja dengan membentuk film
atau lapisan disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan berfungsi untuk
mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers (Anief, 2005).
Penggunaan campuran dua macam emulgator biasanya lebih stabil
dibanding penggunaan emulgator tunggal dengan menjumlahkan HLB secara
langsung. Emulgator dapat dicampurkan dengan perbandingan dan proporsi yang
sesuai (Allen, 2002).
14
1. Tween 80
Tween 80 mempunyai nama lain polysorbate 80. Polysorbate
merupakan polyethylene glycol turunan dari sorbitan ester. Tween 80
merupakan ester oleat dari sorbitol di mana tiap molekul sorbitolnya
berkopolimerisasi dengan 20 molekul etilenoksida (anhidrida sorbitol :
etilenoksida = 1:20). Polysorbate 80 berupa cairan kental berwarna kuning
muda sampai kuning sawo (Anonim, 1993), berbau karamel yang dapat
menyebabkan pusing (Greenberg, 1954), panas dan kadang-kadang pahit
(Anonim, 1993), bersifat netral, tidak mudah menguap, dan stabil terhadap
suhu. Polysorbate menghasilkan emulsi M/A dengan tekstur yang halus, stabil
pada konsentrasi elektrolit yang tinggi dan perubahan pH. Umumnya,
polysorbate dimodifikasi dengan sorbitan ester dalam penggunaannya untuk
pembuatan emulsi A/M atau M/A (Aulton, 1991).
Gambar 2. Struktur molekul Tween 80 (Anonim, 2009b)
Polysorbate 80 sangat larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P dan
etilasetat P, tidak larut dalam parafin cair P (Anonim, 1993), tidak larut dalam
alkohol polihidrik. Polysorbate 80 mempunyai titik lebur yang berada pada
suhu 50-60C, nilai pH 6–8, dan stabil dalam larutan dengan pH 2-12
(Greenberg,1954), nilai HLB 15, dan viskositas sebesar 425 mPas (Rowe,
15
Sheskey, Quinn, 2006). Tween 80 mempunyai nilai phase inversion
temperature (PIT) sebesar 93 0C (Benerito, Singleton, 1956).
2. Span 80
Span 80 mempunyai nama lain sorbitan monooleat. Pemeriannya
berupa warna kuning gading, cairan seperti minyak kental, bau khas tajam,
terasa lunak. Kelarutannya tidak larut tetapi terdispersi dalam air, bercampur
dengan alkohol, tidak larut dalam propilenglikol, larut dalam hampir semua
minyak mineral dan nabati, sedikit dalam eter (Anonim, 1988). Berat jenis
pada 20 oC adalah 1,01 g/cm3. Nilai HLB 4,3. Viskositas pada 25 oC adalah
970-1080 mPas. Span 20 termasuk dalam golongan sorbitan ester yang
berfungsi sebagi emulgator, dan surfaktan nonionik. Sorbitan monoester
digunakan secara luas pada kosmetik, makanan, dan formulasi produk
farmasetik sebagai surfaktan lipofilik nonionik. Span 80 jika digunakan
sebagai emulgator dan dikombinasikan dengan emulsifier hidrofilik pada
emulsi maka konsentrasi yang diperbolehkan adalah sebesar 1-10% (Rowe et
al., 2006). Span 80 memiliki sifat non-toksik dan non-iritatif (Anonim, 2007).
Gambar 3. Struktur molekul Span 80 (Anonim,2009a)
Span 80 dapat disiapkan dari campuran sorbitol terester sebagian
dengan mono dan dianhidrida asam oleat. Digunakan dengan cara sama seperti
16
ester sorbitan, seperti span 20 tetapi lebih lipofilik dari span 20, berguna untuk
membuat emulsi tipe A/M, bagian kecil dari tween 60 atau tween 80 dapat
mengurangi viskositas dan membantu pembentukan emulsi, sehingga tidak
perlu menggunakan homogenizer sampai konsistensinya 10 %, dapat
dimasukkan dalam basis tipe parafin untuk membentuk tipe anhidrat yang
mampu menyerap sejumlah besar air (Anonim, 1988).
Umumnya digunakan dalam pembuatan emulsi, krim, dan salep
sebagai emulgator. Bila digunakan tanpa campuran apapun, membentuk
emulsi A/M. namun dikombinasikan dengan polysorbate dengan komposisi
tertentu dapat membentuk emulsi A/M maupun M/A (Aulton, 1991).
E. Sistem HLB (Hydrophile – Lipophile Balance)
Sistem HLB (Hydrophile-Lipophile Balance) adalah suatu nilai polaritas
dari surfaktan / emulgator (Kim,2004). Nilai HLB menerangkan keseimbangan
hidrofil-lipofil, yang diberikan dari ukuran dan kuatnya gugus lipofil dan gugus
hidrofil. Atas dasar efisiesi sistem HLB dibuat skala 1-20. Semakin lipofil suatu
surfaktan, semakin rendah nilai HLB (Voigt,1994).
Tabel I. Klasifikasi surfaktan berdasarkan nilai HLB (Kim, 2004)
HLB Penggunaan
1-3 Antifoaming agent
3-6 W/O emulsifying agent
7-9 Wetting agent
8-16 O/W emulsifying agent
13-15 Detergents
15-18 Solubilizing agent
17
Metode pemilihan emulgator berdasarkan pada tipe minyak yang
memerlukan emulgator dengan harga HLB yang spesifik untuk menghasilkan
emulsi yang stabil. Oleh karena itu, minyak sering memiliki 2 harga “required”
HLB, yang satu nilainya rendah dan lainnya tinggi, untuk proses emulsifikasi
membentuk emulsi A/M atau M/A. Sejumlah emulgator ataupun campurannya
memiliki nilai HLB yang mendekati nilai “required” HLB minyak sehingga dapat
dihasilkan emulsi yang stabil (Eccleston, 2007).
F. Formulasi
1. Gliserin
Gambar 4. Struktur molekul gliserin (Rowe et al., 2006)
Nama lain dari gliserin adalah gliserol, glycerolum, 1,2,3-propanetriol,
trihydroxypropane glycerol, glycerolum (Rowe et al., 2006). Gliserin
mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 101,0% C3H8O3.
Gliserin merupakan cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya
boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopik, dan netral terhadap
lakmus. Gliserin dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap. Bobot
jenisnya tidak kurang dari 1,249 (Anonim, 1995). Pada sediaan oral gliserin
digunakan sebagai solven, pemanis, pengawet, agen peningkat viskositas (Rowe
et al., 2006).
18
2. Sukrosa
Gambar 5. Struktur molekul sukrosa (Anonim, 1995)
Sukrosa adalah gula yang diperoleh dari Saccharum officinarum Linn
(Familia Gramineae), Beta vulgaris Linn (Familia Chenopodoaceae) dan sumber-
sumber lain. Tidak mengandung bahan tambahan. Sukrosa merupakan hablur
putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur
putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara, larutannya netral terhadap lakmus.
Sukrosa sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih,
sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter (Anonim,
1995). Sukrosa digunakan sebagai bahan penyalut, granulasi, penyalut gula
tambahan, suspending agent, pemanis, bahan pengikat dalam tablet, pengencer
pada tablet dan kapsul, pengisi tablet dan agen peningkat viskositas (Rowe et al.,
2006).
3. Virgin coconut oil
Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak yang diproses dari buah
kelapa tanpa mengalami pemanasan. VCO mempunyai kenampakan bening serta
mengandung banyak asam laurat. VCO mengandung asam lemak rantai menengah
19
(Medium Chain Fatty Acid/MCFA) (Timoti, 2005). Required HLB untuk VCO
adalah 6 (Philip, 2004).
VCO mengandung asam laurat yang dalam tubuh manusia diubah
menjadi monolaurin dan yang menjadi paling kuat dalam membunuh virus,
bakteri, cendawan, dan protozoa. Di samping itu sebagai Asam Lemak Rantai
Sedang (MCFA) berfungsi meningkatkan metabolisme dalam tubuh sehingga
dapat menambah energi dan dapat mengontrol berat badan. Asam lemak ini sangat
mudah diserap oleh tubuh, tidak ditimbun dulu sebagai lemak seperti asam lemak
berantai panjang (Anonim, 2008).
4. Metil paraben
HO COOCH3
Gambar 6. Struktur molekul metil paraben (Anonim, 1995)
Metil paraben disebut juga nipagin. Metil paraben digunakan sebagai
penghambat pertumbuhan jamur dan merupakan pengawet yang sering digunakan
dalam makanan dan kosmetik (Kim, 2004). Metilparaben mengandung tidak
kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C8H8O3 dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan. Metilparaben merupakan hablur kecil, tidak berwarna atau
serbuk hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit
rasa terbakar. Metil paraben sukar larut dalam air, dalam benzena, dan dalam
karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter (Anonim, 1995).
20
5. Aquadest (Aqua purificata/Air murni)
H2O
Gambar 7. Rumus bangun aquadest (Anonim, 1995)
Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi,
penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai. Dibuat dari air yang
memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung zat tambahan lain. Air
murni digunakan untuk pembuatan sediaan-sediaan. Pemerian: merupakan cairan
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan pH antara 5-7 (Anonim, 1995).
G. Pencampuran
Proses pencampuran dalam pembuatan sediaan emulsi merupakan proses
dispersi dari fase minyak dan air untuk membentuk emulsi yang baik. Prinsip
mekanisme pencampuran cair-cair ada tiga, yaitu 1) Bulk transport: terjadi dari
gerakan sejumlah besar material dari satu tempat ke tempat lain. 2) Turbulent
mixing: terjadi dari gerakan secara acak dari molekul yang dipaksa bergerak
secara turbulen. 3) Molecular diffusion: merupakan analog dari diffusion mixing
dimana terjadi gerakan acak droplet secara individu, terjadi redistribusi droplet-
droplet (Aulton, 2002).
Emulsi bisa disiapkan dengan beberapa cara, tergantung pada sifat
komponen emulsi. Alat untuk membuat emulsi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
1. Pengaduk mekanik
Pengaduk mekanik untuk larutan terdiri dari propeller mixer dan turbine
mixer. Jika viskositas emulsi rendah, pencampur sederhana dengan baling-baling
21
yang masuk dari bagian atas (propeller mixer) dapat digunakan untuk
pengembangan kerja rutin di laboratorium dan untuk tujuan produksi (Lachmann,
Lieberman, Kanig, 1994). Propeller mixer mempunyai mata pisau yang bersiku
sehingga menyebabkan sirkulasi cairan dengan aliran aksial dan radial (Aulton,
1990) . Jika diperlukan pengocokan kuat atau viskositas sediaan sedang digunakan
turbine mixer (Lachmann, 1994).
a b
Gambar 8. a. Propeller mixer dan b. Turbine mixer (Wagtech, 2009)
2. Homogenizer
Dalam suatu homogenizer, dispersi dari dua cairan dicapai dengan
melewatkan campuran melalui suatu lubang masuk kecil pada tekanan tinggi.
Homogenizer umumnya terdiri dari dua pompa yang menaikkan tekanan
dispersi pada kisaran 500-5000 psi, dan suatu lubang yang dilaui cairan dan
mengenai katup penghomogean yang terdapat pada tempat katup dengan spinal
yang kuat ketika tekanan meningkat, spiral ditekan dan sebagian dispersi
tersebut bebas diantara katup dan tempat katup. Pada titik ini, energi yang
tersimpan dalam cairan sebagai tekanan dilepaskan secara spontan sehingga
produk menghasilkan turbulensi yang kuat dan shear hidraulik (Lachmann,
1994).
22
Gambar 9. Gambaran skematis dari suatu homogenizer (Lachmann, 1994)
Jika proses homogenisasi dilakukan dalam pembuatan emulsi, maka
sering dihasilkan peningkatan viskositas emulsi. Penyebab naiknya viskositas
tersebut masih belum dapat dijelaskan. Kemungkinan terbentuk lapisan tipis
emulgator yang sangat kuat dan rapat akibat pembesaran batas antar permukaan
yang menyebabkan terjadinya fenomena tersebut. Dapat juga karena terjadi
pembengkakan tambahan dari stabilisator yang digunakan akibat kuatnya
penghalusan. Pada proses homogenisasi terjadi peningkatan suhu sehingga
menyebabkan viskositas emulsi menjadi lebih encer dan mempermudah dalam
pencampuran (Voigt, 1994).
Dengan alat Ultra Turrax (gambar 10) akan diperoleh emulsi dengan
dispersi yang sangat halus. Alat ini akan mendistribusikan fase dalam sampai
mencapai tingkat dispersi yang tinggi sehingga droplet emulsi akan mencapai
dimensi tertentu sehingga dapat mengalami gerak molekular Brown (Voigt, 1994).
23
Gambar 10. Ultra Turrax (Carlloth.de, 2009)
3. Ultrasonifier
Alat ini digunakan untuk membuat emulsi dengan viskositas sedang dan
ukuran droplet kecil. Peralatan dalam perdagangan berdasarkan prinsip peniup
cairan Pohlman. Dispersi dipaksa melalui suatu mulut pada tekanan biasa dan
dibiarkan masuk melewati suatu pisau. Tekanan yang dibutuhkan berkisar kira-
kira 150-350 psi dan menyebabkan pisau bergetar cepat menghasilkan suatu bunyi
ultrasonik (Lachmann, 1994).
Gambar 11. Ultrasonifier dengan prinsip alat peniup Pohlman (Lachmann, 1994)
24
4. Penggiling koloid
Gambar12. Gambaran skematis penggiling koloid (Mollet and Grubenmann, 2001)
Penggiling koloid melaksanakan prinsip shear tinggi, yang secara normal
digerakkan antara rotor dan stator dari penggiling tersebut. Penggiling koloid
terutama digunakan untuk mengecilkan zat padat dan untuk mendispersi suspensi
yang mengandung zat padat yang sedikit dibasahi, tetapi juga berguna untuk
pembuatan emulsi yang relatif kental (Lachmann, 1994).
H. Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi
1. Viskositas
Reologi mendeskripsikan aliran liquid dan deformasi solid.
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi dibagi menjadi dua yaitu
sistem Newton dan sistem non-Newton. Dispersi heterogen cairan dan padatan
seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair, salep, dan produk serupa termasuk
dalam sistem non-Newton (Martin et al., 1993).
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk
mengalir, maka semakin tinggi viskositas akan semakin besar tahanannya.
Pengurangan ukuran droplet akan menaikkan viskositas. Semakin luas distribusi
25
ukuran droplet (polydisperse), maka semakin rendah viskositasnya jika
dibandingkan dengan sistem yang memiliki ukuran droplet rata-rata serupa
(monodisperse), tetapi dengan distribusi ukuran droplet yang lebih sempit. Tipe
zat pengemulsi akan mempengaruhi flokulasi dan daya tarik-menarik droplet
sehingga mempengaruhi viskositas emulsi (Martin et al., 1993). Stabilitas emulsi
dipengaruhi oleh viskositas fase kontinu karena menentukan difusi droplet (Mollet
and Grubenmann, 2001).
Viskositas juga dipengaruhi oleh konsentrasi fase dalam, yaitu
berdasarkan persamaan Einstein sebagai berikut.
η = η0 (1 + 2,5φ)............................... persamaan (1)
Keterangan : η = viskositas emulsi
η0 = viskositas fase kontinu
φ = rasio fase dalam terhadap fase kontinu (Mollet and
Grubenmann, 2001).
Dari persamaan tersebut, semakin besar rasio konsentrasi fase dalam,
maka konsentrasi emulsi akan semakin meningkat. Semakin besar konsentrasi
fase dalam, maka konsentrasi fase kontinu akan berkurang sehingga rasio
konsentrasi fase akan semakin besar, menyebabkan viskositas emulsi akan
meningkat. Namun, harus diperhatikan bahwa dengan semakin besarnya
konsentrasi fase dalam, maka akan berpengaruh pada kestabilan emulsi (Mollet
and Grubenmann, 2001).
26
Pengukuran viskositas dapat menggunakan berbagai jenis viskometer:
a. Viskometer kapiler, yang ditentukan adalah waktu tempuh cairan di dalam
sebuah kapiler standar. Viskometer kapiler digunakan untuk bahan-bahan
yang mengikuti tipe aliran Newton dan untuk cairan yang volumenya kecil
digunakan viskometer kapiler bertekanan menurut HESS (Voigt, 1994).
b. Falling sphere viskometer, digunakan untuk bahan-bahan yang mengikuti tipe
aliran Newton. Viskometer ini berdasarkan hukum Stokes. Sebagai skala
pengukurannya adalah waktu jatuh sebuah bola di dalam cairan (Voigt, 1994).
c. Viskometer rotasi, digunakan untuk bahan-bahan baik yang mengikuti tipe
aliran Newton maupun non-Newton. Sampel yang diukur berada dalam celah
cincin di antara dua silinder yang disusun konsentris, di mana salah satu
silindernya dapat berputar. Disebabkan oleh kekentalan di bagian dalamnya
maka pada silinder sebelah dalam akan dihasilkan momen putar, yang
harganya diukur dengan menggunakan sudut putaran sebuah per melingkar.
Penyimpangan yang terbaca dan ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada
sebuah skala adalah proporsional dengan momen putar dan juga dengan
tegangan geser (Voigt, 1994). Viskometer rotasi dikenal juga sebagai cup and
bob viskometer (Martin et al., 1993).
2. Ukuran droplet
Emulsi kasar biasanya terdiri dari droplet yang bersifat polydisperse yaitu
bervariasi dari 3 µm hingga lebih dari 100 µm. Distribusi ukuran droplet dalam
emulsi penting baik untuk stabilitas maupun dalam pertimbangan biofarmasetika.
27
(Lachmann, 1994). Ukuran droplet yang lebih besar akan cenderung mengalami
koalesen sehingga ukuran droplet menjadi lebih besar lagi dan emulsi terpisah.
Droplet dengan ukuran yang lebih kecil memberikan stabilitas emulsi yang lebih
baik. Distribusi ukuran droplet dipengaruhi oleh karakteristik emulgator dan
metode pembuatan (Eccleston, 2007).
Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang droplet kecil. Satuan
ukuran droplet yang sering digunakan dalam mikromeritik adalah mikrometer
(µm) yang sering disebut micron. Dalam bidang farmasi ada informasi yang perlu
diperoleh dari droplet yaitu (1) bentuk dan luas permukaan droplet dan (2) ukuran
droplet dan distribusi ukuran droplet. Data tentang ukuran droplet diperoleh dalam
diameter droplet dan distribusi diameter (ukuran) droplet, sedangkan bentuk
droplet memberikan gambaran tentang luas permukaan spesifik droplet dan
teksturnya (kasar atau halus permukaan droplet) (Martin et al., 1993).
Dalam mikromeritik ada 2 metode dasar dalam mengetahui ukuran
droplet yaitu metode mikroskopik dan metode pengayakan. Metode mikroskopik
merupakan metode sederhana yang digunakan dalam menentukan diameter
ukuran droplet dengan menggunakan mikroskop yang bukan merupakan alat yang
rumit dan memerlukan penanganan yang khusus. Droplet diukur sepanjang garis
tetap yang dipilih secara sembarang. Garis ini biasanya dibuat horizontal melewati
pusat droplet. Selain itu jumlah droplet yang harus dihitung sekitar 300-500
droplet agar mendapat suatu perkiraan yang baik dari distribusi, sehingga metode
ini membutuhkan waktu dan ketelitian (Martin et al. ,1993).
28
Distribusi ukuran droplet, jika jumlah droplet yang terletak dalam suatu
kisaran ukuran tertentu diplotkan terhadap kisaran diameter atau diameter droplet
rata-rata, akan diperoleh kurva distribusi frekuensi. Grafik kurva distribusi
frekuensi biasa ditunjukkan seperti pada gambar 13 :
Gambar 13. Contoh grafik distribusi frekuensi ukuran droplet (Martin et al., 1993)
Plot ini memberikan gambaran yang jelas dari distribusi bahwa suatu
garis tengah rata-rata tidak dapat dicapai. Hal ini perlu diperhatikan karena
mungkin saja terdapat dua sampel yang garis tengah atau diameter rata-ratanya
sama tetapi distribusi berbeda. Dari kurva distribusi frekuensi juga dapat terlihat
ukuran droplet berapa yang sering muncul atau terjadi pada sampel disebut
modus. Metode lain yang sering digunakan dalam menampilkan data adalah
dengan memplotkan persetasi kumulatif di atas atau di bawah suatu ukuran
tertentu terhadap ukuran droplet (Martin et al., 1993).
3. Stabilitas emulsi
Stabilitas sebuah emulsi adalah sifat emulsi untuk mempertahankan
distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu
29
yang panjang (Voigt, 1994). Ketidakstabilan dalam emulsi (gambar 14) dibedakan
menjadi:
a. Creaming atau sedimentasi
Creaming adalah pemisahan emulsi menjadi 2 bagian, dimana bagian
yang satu memiliki fase dispersi lebih banyak dari bagian yang lain.
Peningkatan creaming sangat memungkinkan terjadinya koalesen dari droplet,
karena kedua hal tersebut sangat erat hubungannya. Emulsi yang mengalami
creaming terlihat tidak elegan dan jika emulsi tidak digojog secara cukup, ada
kemungkinan pasien tidak mendapat dosis yang benar (Aulton, 2002).
Kebanyakan minyak memiliki densitas yang lebih kecil dibanding air
sehingga droplet minyak dalam emulsi M/A akan berada pada permukaan
emulsi dan membentuk suatu lapisan tersendiri. Pada emulsi A/M, suatu
lapisan bawah terbentuk akibat sedimentasi droplet air (Eccleston, 2007).
Peningkatan creaming memungkinkan terjadinya coalescence dari droplet
(Aulton, 2002).
Menurut hukum Stokes, kecepatan terbentuknya creaming dapat
dikurangi dengan ukuran droplet yang kecil, meningkatkan viskositas dari fase
kontinyu, mengurangi perbedaan densitas antara kedua fase, dan mengontrol
konsentrasi fase dispersi (Aulton, 2002).
18ηg )ρ(ρ d v 21
2 −= .......... persamaan (2)
Keterangan: v = kecepatan creaming ρ2= kerapatan fase kontinyu
d = diameter tetesan ρ1=kerapatan fase dispersi
η = viskositas g = percepatan gravitasi
30
b. Flokulasi
Flokulasi menggambarkan adanya penggabungan antara droplet
emulsi yang lemah dan reversible yang dipisahkan oleh suatu lapisan film dari
fase kontinyu. Penggabungan ini meningkat karena adanya interaksi gaya
tarik-menarik dan tolak-menolak antara droplet-droplet dan bersifat reversible
dengan adanya pengadukan ringan. Flokulasi biasanya menjadi prekursor
terjadinya coalescence (Eccleston, 2007). Flokulasi tergantung pada
elektrostatik repulsion (Carstensen, 1973).
c. Koalesen
Koalesen dari gelembung minyak pada emulsi M/A tertahan dengan
adanya lapisan emulsifier yang teradsorbsi kuat secara mekanis disekitar
setiap droplet. Dua droplet yang saling berdekatan satu sama lain akan
menyebabkan permukaan yang berdekatan tersebut menjadi rata. Perubahan
dari bentuk bulat menjadi bentuk lain menghasilkan peningkatan luas
permukaan dan karenanya meningkatkan energi bebas permukaan total,
penyimpangan bentuk droplet ini akan tertahan dan pengeringan film fase
kontinu dari antara dua droplet akan tertunda (Aulton, 2002).
d. Cracking
Proses cracking atau pecahnya emulsi bersifat tidak dapat kembali ke
keadaan semula, dimana penggojokan sederhana akan gagal untuk
mengemulsi kembali butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil
31
(Anief, 2005). Cracking pada emulsi dapat terjadi karena penambahan
emulgator yang inkompatibel, dekomposisi emulgator oleh zat kimia atau
mikrobiologi, penambahan elektrolit, perubahan suhu dan pH (Ali, Baboota,
dan Ahuja, 2008).
e. Inversi
Merupakan proses dimana emulsi berubah dari satu tipe ke tipe lain,
misalnya dari M/A ke A/M (Anief, 2005). Inversi dapat disebabkan oleh
penambahan elektrolit atau merubah fase volume rasio atau perubahan
temperatur. Inversi dapat dicegah dengan menggunakan emulgator yang cocok
dengan konsentrasi yang cukup, menjaga konsentrasi fase dispers antara 30-60
% dan menyimpan emulsi pada tempat yang terhindar dari panas matahari
secara langsung (Ali et al., 2008).
f. Ostwald ripening
Ostwald ripening cenderung terjadi pada emulsi yang bersifat
polydisperse dan terdapat fase air dan minyak yang bercampur secara
signifikan, di mana ukuran droplet semakin besar karena droplet berukuran
besar bergabung menjadi droplet yang lebih besar sedangkan droplet
berukuran lebih kecil akan menjadi semakin kecil. Proses destabilisasi ini
cenderung terjadi pada emulsi dengan droplet yang berukuran kecil (kurang
dari 1 µm) memiliki kelarutan yang lebih tinggi daripada droplet yang
berukuran lebih besar dan tidak stabil secara termodinamik (Eccleston,2007).
32
Gambar 14. Fenomena ketidakstabilan dalam emulsi (Eccleston,2007)
Kondisi penyimpanan yang tidak sesuai juga dapat menyebabkan
ketidakstabilan emulsi. Peningkatan pergerakan dari pengemulsi akan
menghasilkan monolayer yang lebih luas, dan dengan demikian koalesen akan
lebih mungkin terjadi. Peningkatan temperatur akan menyebabkan peningkatan
kecepatan creaming, dan memperlihatkan penurunan viskositas fase kontinuu
secara nyata. Peningkatan temperatur juga akan menyebabkan peningkatan
gerakan kinetik, baik dari droplet fase terdispersi maupun dari agen pengemulsi
pada antar permukaan minyak–air. Pertumbuhan mikroorganisme pada emulsi
dapat menyebabkan kerusakan dan karena itulah penting untuk sebisa mungkin
melindungi produk tersebut dari adanya mikroorganisme selama pembuatan,
33
penyimpanan, dan pemakaian, dan karena itu produk mengandung preservatif
yang sesuai (Nielloud, 2000).
Uji stabilitas emulsi penting untuk mengetahui apakah sebuah emulsi
tetap stabil selama periode waktu tertentu, uji yang biasa dilakukan adalah :
a. Uji makroskopik (indeks creaming).
Stabilitas fisis dari emulsi dapat diketahui dengan uji derajat creaming
atau koalesen yang terjadi pada periode waktu tertentu. Ini dilakukan dengan
menghitung rasio volume emulsi yang mengalami pemisahan dibandingkan
volume total emulsi (Aulton, 2002).
b. Analisis ukuran droplet.
Jika rata-rata ukuran droplet meningkat seiring bertambahnya waktu
(bersamaan dengan penurunan jumlah droplet), dapat diasumsikan bahwa
koalesen adalah penyebabnya (Aulton, 2002).
c. Perubahan viskositas.
Sudah ditunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi viskositas
emulsi. Adanya variasi pada ukuran atau jumlah droplet dan perpindahan gerakan
bahan pengemulsi yang berlebihan selama periode waktu tertentu dapat dideteksi
dengan perubahan viskositas secara nyata supaya perbandingan stabilitas relatif
dan produknya hampir sama sehubungan dengan kecepatan pembentukan
creaming (Aulton, 2002).
34
I. Metode Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk
memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih
variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan
matematika. Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B)
yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda yaitu level rendah
dan level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk
mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu
respon (Bolton, 1990).
Metode desain faktorial dapat mengevaluasi 2 faktor secara simultan
sedangkan penelitian klasik hanya dapat mengevaluasi 1 faktor saja dengan faktor
lain dibuat tetap atau konstan (Bolton, 1990).
Metode desain faktorial telah banyak digunakan oleh para peneliti.
Contoh penggunaan desain faktorial adalah pada penelitian berjudul efek HPMC
dan carbopol terhadap sifat pelepasan dan pengapungan pada gastric floating
sistem penghantaran obat menggunakan desain faktorial (Li, Lin, Daggy,
Mirchandani, dan Chien, 2003); optimasi formula terhadap kontrol pelepasan
natrium diklofenak mikrosphere menggunakan desain faktorial (Gohel, Amin,
1998); Formulasi dan evaluasi mekanisme pelepasan dan sweeling emulsi air
dalam minyak menggunakan desain faktorial (Bjerregaard et al., 1999)
Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain
faktorial (two level factorial design) dilakukan berdasarkan rumus :
35
Y = bo + b1X1 + b2X2 + b12X1X2…………………………persamaan (3)
Dengan: Y = respon hasil atau sifat yang diamati
X1, X2 = level bagian A, level bagian B
bo, b1, b2, b12 = koefisien dapat dihitung dari hasil percobaaan
bo = rata-rata hasil semua percobaan
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat
percobaan (2n=4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor).
Penamaan formula untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula (1) untuk
percobaan I, formula a untuk percobaan II, formula b untuk percobaan III, dan
formula ab untuk percobaan IV. Respon yang ingin diukur harus dapat
dikuantitatifkan (Bolton, 1990).
Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dengan 2 faktor dan 2 level Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi
1 - - + a + - - b - + - ab + + +
Keterangan: (-) = level rendah
(+) = level tinggi
Percobaan (1) = faktor A level rendah, faktor B rendah
Percobaan a = faktor A level tinggi, faktor B rendah
Percobaan b = faktor A level rendah, faktor B tinggi
Percobaan ab = faktor A level tinggi, faktor B tinggi
Berdasarkan persamaan tersebut dengan substitusi secara matematis,
dapat dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi.
Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada
36
level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek
menurut Bolton (1990):
Efek faktorial I = [(a-(1)) + (ab-b)] / 2...............persamaan (4)
Efek faktorial II = [(b-(1)) + (ab-a)] / 2...............persamaan (5)
Efek faktorial III = [(ab-b) - (a-(1))] / 2................ persamaan (6)
Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki
efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam
menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini
memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek
interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis, dapat mengurangi jumlah penelitian
jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah (Bolton, 1990).
J. Landasan Teori
Pare adalah tanaman yang termasuk dalam familia Cucurbitaceae.
Ekstrak pare. Ekstrak buah pare telah dibuktikan secara ilmiah memiliki aktivitas
hipoglikemik, antioksidan, antispermatogenesis, antibakteri, wound healing (Teoh
et al., 2008), anti ulserogenik (Gurbuz dan Bilge, 2000), antiviral dan
antineoplastik (Basch et al., 2003).
Ekstrak etanol pare memiliki rasa yang pahit karena adanya kandungan
kukurbitasin. Bentuk sediaan farmasi yang akan dipilih untuk mengurangi
rasa pahit pare adalah emulsi tipe air dalam minyak (M/A). Droplet dari ekstrak
etanol buah pare yang larut air akan terlindung dalam fase minyak dan difusi dari
droplet ekstrak etanol pare akan terhambat oleh fase minyak sehingga ekstrak pare
37
tidak terlarut di saliva dan dapat mengurangi rasa pahit. Selain itu, emulsi A/M
ekstrak etanol buah pare digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan sediaan
oral prolonged-release dalam emulsi tipe A/M/A.
Pemilihan dan komposisi emulgator dalam sistem emulsi menjadi kunci
dalam stabilitas suatu emulsi. Emulgator yang dipilih dalam sistem emulsi A/M
ekstrak etanol pare adalah span 80 dan tween 80. Bila tween 80 dicampur dengan
span 80 dalam komposisi yang sesuai dan dalam pembuatannya fase air
didispersikan ke dalam minyak maka akan memiliki sifat emulgator yang baik dan
membentuk emulsi tipe A/M yang stabil. Variasi jumlah tween 80 dan span 80
akan memberikan efek yang dapat diukur kebermaknaannya dalam menentukan
parameter-parameter sediaan emulsi yaitu sifat fisis dan stabilitas emulsi. Emulsi
A/M dibuat pada HLB 6 yang didasarkan pada required HLB dari HLB minyak
VCO yang digunakan sehingga dapat menghasilkan emulsi yang stabil.
Variasi jumlah span 80 dan tween 80 serta kombinasi keduanya
memungkinkan terjadinya pengaruh yang berbeda terhadap respon dapat dilihat
dengan metode desain faktorial dua level dan dua faktor. Kebermaknaan efek
tween 80 dan span 80 terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi M/A ekstrak etanol
pare dianalisis dengan Design expert 7.14 pada taraf kepercayaan 95%.
K. Hipotesis
Variasi jumlah span 80, tween 80, serta kombinasi antara span 80 dan
tween 80 memberikan efek yang signifikan tehadap sifat fisis dan stabilitas emulsi
oral M/A ekstrak etanol buah pare.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni dengan variabel
eksperimental ganda (desain faktorial).
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi jumlah
emulgator span 80 dan tween 80 level tinggi dan level rendah.
b. Variabel Tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisis (vikositas,
ukuran droplet, dan indeks creaming) dan stabilitas emulsi (pergeseran ukuran
droplet, dan profil vikositas, ukuran droplet, indeks creaming selama 1 bulan
penyimpanan).
c. Variabel Pengacau Terkendali
Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini sifat dari wadah
penyimpanan, dan lama penyimpanan.
d. Variabel Pengacau Tak Terkendali
Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu
penyimpanan dan intensitas cahaya.
39
2. Definisi Operasional
a. Emulsi oral air dalam minyak (A/M) ekstrak etanol buah pare adalah
dispersi fase air dalam minyak yang dibuat dari ekstrak etanol buah pare
dengan menggunakan span 80 dan tween 80 sebagai emulgator sesuai
formula yang telah ditentukan dan dibuat sesuai prosedur pembuatan emulsi
pada penelitian ini.
b. Ekstrak etanol buah pare adalah ekstrak kering buah pare berupa sebuk halus
diekstraksi dengan pelarut etanol 75 % dari Javaplant - Surakarta.
c. Emulgator adalah suatu senyawa yang dapat menurunkan tegangan muka
diantara dua cairan yang tidak saling campur sehingga salah satu cairan
dapat terdispersi di dalam cairan yang lainnya.
d. Desain faktorial adalah desain penelitian yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi efek dari 2 faktor secara simultan.
e. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini
digunakan 2 faktor, yaitu span 80 (faktor A) dan tween 80 (faktor B).
f. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, dalam penelitian ini ada 2 level,
yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah span 80 dinyatakan dalam
jumlah bahan adalah 12.6 g dan level tinggi span 80 adalah 14 g. Level
rendah tween 80 dinyatakan dalam jumlah bahan adalah 1 g dan level tinggi
tween 80 adalah 2.4 g.
40
g. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya, besarnya
dapat dikuantitatifkan. Dalam penelitian ini adalah hasil percobaan sifat fisis
emulsi (ukuran droplet, indeks creaming dan viskositas) dan stabilitas
sediaan emulsi (pergeseran ukuran droplet dan profil periodik ukuran
droplet, viskositas, dan indeks creaming).
h. Efek adalah respon yang disebabkan variasi level dan faktor.
i. Sifat fisis emulsi adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisis emulsi
dalam penelitian ini adalah viskositas, ukuran droplet dan indeks creaming
24 jam setelah pembuatan.
j. Stabilitas emulsi adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui
kualitas fisis dan stabilitas sediaan emulsi meliputi pergeseran ukuran
droplet, dan profil viskositas, profil ukuran droplet, profil indeks creaming
selama penyimpanan selama 1 bulan.
k. Percentile 90 adalah 90 % dari populasi droplet memiliki ukuran dibawah
nilai tertentu.
C. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat- alat gelas
(Pyrex-Japan), propeller mixer 2 blade (Janke &. Kunkel KG IKA-WERK,
tipe Rw 15 Holland), waterbath (Tamson Zoetermeer-Holland 1985 0023),
mikroskop (MOTIC DMB3-223 NTSC System, LISTED MICROSCOPE
29Ax E250223–Amerika Serikat dan program Motic Image Plus 2.0),
41
termometer, timbangan (METTLER TOLEDO GB3002 - Switzerland), gelas
objek (25.4 x 76.2 mm dan tebal 0.8 mm microscope slides – China), Ultra
Turrax (Ystral Gmbh D-7801 Dottingen tipe X 1020 Holland) dan Viskometer
seri VT 04 (RION-JAPAN).
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan adalah ekstrak etanol buah pare yang berasal dari
Javaplant Surakarta (Indonesia); buah pare dari Pasar Stan, Yogyakarta;
gliserin (Pharmaceutical grade) dari distributor PT Brataco Chemica
Yogyakarta, aquadest dari Laboratorium Kimia Organik Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta Indonesia, Span 80 (Pharmaceutical grade) dari
distributor PT Brataco Chemica Yogyakarta, Tween 80 (Pharmaceutical
grade) distributor PT Brataco Chemica Yogyakarta, minyak VCO (Virgin
coconut oil) dari Bantul Indonesia, sukrosa 50% vb (Gulaku PT. Sweet
Indolampung, Indonesia MD 237308002040), dan metil paraben
(Pharmaceutical grade) dari distributor PT Brataco Chemica Yogyakarta,
reagen methylene blue.
42
D. Alur Penelitian
Gambar 15. Skema alur penelitian
1. Uji tipe emulsi: dengan metode warna (methylene blue)
2. Uji sifat fisis meliputi:
Vikositas, ukuran droplet, dan indeks creaming setelah 24 jam.
3. Uji stabilitas meliputi:
Profil periodik ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming selama
penyimpanan 1 bulan (24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, 1 bulan), dan
pergeseran ukuran droplet.
Verifikasi ekstrak etanol pare:
- Ekstraksi Pare
- Uji kualitatif Kromatografi Lapis tipis
Pembuatan emulsi oral A/M dengan variasi jumlah span 80 dan Tween 80.
1. Pencampuran fase air (ekstrak pare, aquadest, tween 80, gliserin, sukrosa)
2. Pencampuran fase minyak (VCO, Span80)
3. Tuang fase air ke dalam fase minyak porsi per porsi sambil dicampur
dengan propeller mixer kecepatan 500 rpm selama 15 menit suhu 350C.
4. Homogenisasi dengan Ultra Turrax selama 3x1 menit.
Analisis data viskositas, ukuran droplet, indeks creaming, dan
pergeseran ukuran droplet dengan menggunakan Design expert 7.14
dengan uji ANOVA pada taraf kepercayaan 95 % (p<0,05)
43
E. Tata Cara Penelitian
1. Verifikasi ekstrak etanol buah pare dari PT. Javaplant Surakarta,
Indonesia.
a. Ekstraksi buah pare
Sebanyak 4 kg buah pare dikumpulkan dan dibersihkan, kemudian
buah pare dicelupkan ke dalam alkohol (etanol) panas selama 10 menit.
Selanjutnya dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dengan menggunakan oven
pada suhu ±50oC. Buah pare yang sudah kering kemudian dihaluskan dengan
menggunakan blender sehingga menjadi serbuk (Rita, Suirta, Sabikin, 2008).
Serbuk buah pare kemudian diekstraksi dengan etanol 75% secara
maserasi selama 24 jam. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotary
vacum evaporator sampai diperoleh ekstrak pekat (Rita et al., 2008).
b. Uji Kualitatif Ekstrak Buah Pare secara Kromotografi Lapis Tipis
(KLT)
Ekstrak pare hasil ekstraksi dan ekstrak pare yang dibeli masing-
masing ditimbang sebanyak 0,5 g, kemudian dilarutkan dalam pelarut
aquadest dan etanol. Masing-masing larutan ditotolkan terpisah dan dilakukan
KLT. Fase diam: silika gel GF 254. Fase gerak adalah asam asetat : benzene
(2:8 v/v) (Rita et al., 2008). Deteksi bercak pada lempeng KLT menggunakan
sinar UV 254 nm. Hitung Rf masing-masing larutan dan bandingkan Rf
ekstrak pare hasil ekstraksi dengan Rf ekstrak pare yang dibeli.
44
2. Pembuatan emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare
a. Formula
Tabel III . Formula emulsi ekstrak pare 100 g Bahan Jumlah (g)Ekstrak etanol pare Aquadest Gliserin Sukrosa 50 % v
b Span 80 Tween 80 VCO Metil paraben
14 10
7,9 5
12,6 2,4
48 0,1
Jumlah 100
Tabel IV. Formula percobaan desain faktorial (200 g)
Formula Span 20 (g) Tween 20 (g) Nilai HLB1 a b ab
25,2 28
25,2 28
2 2
4,8 4,8
5,08 5,01 6,01 5,86
Dari desain penelitian di atas diperoleh komposisi setiap bahan pada
masing- masing formula (200 g) sebagai berikut:
Tabel V. Formula emulsi A/M ekstrak etanol buah pare Bahan 1 (g) a (g) b (g) ab (g)
Ekstrak pare Aquadest Gliserin Sukrosa 50 % v
b VCO Span 80 Tween 80 Metil paraben
28 20 15,8 10 96 25,2 2 0,2
28 20 15,8 10 96 28 2 0,2
28 20 15,8 10 96 25,2 4,8 0,2
28 20 15,8 10 96 28 4,8 0,2
Jumlah 197,2 200 200 202,8
45
b. Pembuatan larutan sukrosa 50 % vb
Sukrosa ditmbang kurang lebih seksama 100 g, kemudian dilarutkan
dengan aquadest hingga 200 ml.
c. Pembuatan emulsi
Ekstrak etanol buah pare dilarutkan dalam aquadest. Tween 80,
gliserin, dan sukrosa 50 % b/v ditambahkan ke dalam campuran ekstrak etanol
pare dan aquadest, kemudian di campur dengan propeller mixer dengan
kecepatan 500 rpm selama 15 menit pada suhu 350C (fase air). VCO dan span
80 dicampur dengan propeller mixer dengan kecepatan 500 rpm selama 15
menit pada suhu 350C (fase minyak). Metil paraben ditambahkan ke dalam
fase minyak dan tuang fase air ke dalam fase minyak porsi per porsi sambil
dicampur dengan propeller mixer dengan kecepatan 500 rpm selama 15 menit
pada suhu 350C. Ukuran droplet diperkecil dengan menggunakan Ultra Turrax
3x1 menit (Bjerregaard et al., 1999). Tiap formula direplikasi sebanyak 3 kali.
3. Uji Tipe Emulsi (Metode warna)
Uji tipe emulsi dilakukan dengan menggunakan metode warna yaitu
dengan menambah reagen methylene blue dan diamati secara mikroskopik. Emulsi
dipreparasi di objek glass dan ditambah dengan methylene blue, kemudian diamati
di bawah mikroskop. Jika dengan reagen methylene blue, medium dispers
berwarna biru merata maka emulsi bertipe M/A, dan jika fase terdispers yang
berwarna biru maka emulsi mempunyai tipe A/M (Voigt, 1994).
46
4. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi
a. Uji Viskositas
Pengukuran viskositas menggunakan alat Viskometer Rion seri VT 04.
Cara: emulsi diambil 150 ml dalam wadah dan dipasang pada portable
viscotester. Viskositas emulsi diketahui dengan mengamati gerakan jarum
penunjuk viskositas (Instruction Manual Viscotester VT-04E). Uji ini
dilakukan 24 jam, 7 hari, 15hari, 21 hari dan 1 bulan (Prinderre et al., 1998).
Sifat fisis emulsi ditunjukkan dengan viskositas setelah 24 jam.
Stabilitas sediaan emulsi ditunjukkan melalui profil viskositas secara periodik
selama 1 bulan.
b. Uji Ukuran Droplet
Sejumlah emulsi diteteskan pada gelas objek kemudian diamati ukuran
droplet yang terdispersi pada emulsi dengan menggunakan fotomikroskop
pada perbesaran 100x. Diameter terjauh diukur dari tiap droplet sejumlah 500
droplet (Martin et al., 1993) dengan menggunakan program MOTIC Image
Plus 2.0 yang telah dikalibrasi dengan lensa objektif skala 10 µm. Uji ini
dilakukan 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, dan 1 bulan.
Sifat fisis emulsi ditunjukkan dengan ukuran droplet setelah 24 jam.
Stabilitas sediaan emulsi ditunjukkan melalui profil ukuran droplet secara
periodik selama 1 bulan dan pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan
pennyimpanan. Data ukuran droplet di olah dengan program SPSS 13.0 untuk
memperoleh percentile 90 sebagai respon ukuran droplet.
47
% pergeseran ukuran droplet =
100% X |jam 24droplet ukuran
bulan 1 droplet kuranujam 24droplet ukuran| − ......... persamaan (7)
c. Uji indeks creaming
Emulsi tiap formula dimasukkan ke dalam tabung reaksi berskala.
Pemisahan fase yang terjadi diamati pada 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, 1
bulan. Hasil pemisahan fase dinyatakan dengan persentase indeks creaming.
dengan rumus: 100%x ho
hu-ho creaming indeks % = ............ persamaan (8)
Keterangan: hu = tinggi creaming yang terjadi
ho = tinggi emulsi mula-mula (Aulton, 2002).
Sifat fisis emulsi ditunjukkan dengan indeks creaming setelah 24 jam.
Stabilitas sediaan emulsi ditunjukkan melalui profil indeks creaming secara
periodik selama 1 bulan.
F. Analisis Data
Data standarisasi ekstrak etanol buah pare mengacu pada standar yang
tercantum dalam Certificate of Analysis dan verifikasi ekstrak dengan
kromatografi lapis tipis (KLT).
Data yang terkumpul adalah data viskositas; ukuran droplet (percentile
90); indeks creaming; viskositas, ukuran droplet dan indeks creaming secara
secara periodik selama 1 bulan; dan pergeseran ukuran droplet. Dengan metode
48
desain faktorial dapat dihitung besarnya efek span 80 dan tween 80 dan
interaksinya dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas.
Analisis data profil periodik viskositas, ukuran droplet dan indeks
creaming selama 1 bulan menggunakan uji Repeated Measure ANOVA serta uji
Friedman dan uji Wilcoxon. Apabila data yang diperoleh normal maka diuji
dengan Repeated Measure ANOVA, sedangkan apabila data yang diperoleh tidak
normal maka diuji dengan Friedman dan uji Wilcoxon pada tingkat kepercayaan
95 %. Dari hasil analisis akan diperoleh nilai p (probability value). Bila nilai p
kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa paling tidak ada 2 pengukuran
yang berbeda secara signifikan dan jika p lebih besar dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang bemakna diantara hasil pengukuran
dari waktu ke waktu.
Analisis data viskositas 24 jam, ukuran droplet 24 jam, indeks creaming
24 jam, dan pergeseran ukuran droplet menggunakan menggunakan Design
Expert 7.14 serial number 2014.7723 dengan uji ANOVA pada tingkat
kepercayaan 95%. Dari hasil analisis akan diperoleh nilai p (probability value).
Apabila nilai p kurang dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa faktor dan
interaksi berpengaruh signifikan terhadap respon.
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Verifikasi Ekstrak Etanol Buah Pare
1. Ekstraksi buah pare
Ekstrak etanol buah pare yang digunakan dalam penelitian adalah ekstrak
etanol kering yang dibeli dari Javaplant-Surakarta, Indonesia. Data standarisasi
ekstrak etanol buah pare mengacu pada standar yang tercantum dalam Certificate
of Analysis (CoA) dan verifikasi ekstrak dengan kromatografi lapis tipis (KLT).
Ekstraksi buah pare dilakukan dengan mengeringkan dan menghaluskan
buah pare menjadi serbuk, kemudian dimaserasi dengan pelarut etanol 75%
selama 24 jam. Setelah dilakukan maserasi, ekstrak cair dipekatkan dengan rotary
vacum evaporator sehingga diperoleh ekstrak pekat dan dikeringkan di dalam
oven (Rita et al., 2008). Sebelum buah pare dikeringkan terlebih dahulu direndam
dengan etanol panas yang bertujuan untuk menghentikan aktivitas metabolisme
enzim yang ada dalam buah pare dengan cara mendenaturasi protein yang
menyusun enzim tersebut.
2. Uji kualitatif ekstrak etanol buah pare secara kromatografi lapis tipis
(KLT)
Uji kualitatif ekstrak etanol buah pare secara KLT bertujuan untuk
melakukan verifikasi terhadap ekstrak kering etanol buah pare dari PT Javaplant.
Dengan dilakukan verifikasi dapat diketahui apakah ekstrak kering etanol buah
pare Javaplant-Surakarta, Indonesia yang digunakan dalam penelitian memiliki
50
kandungan senyawa yang sama dengan ekstrak pare buatan (diinginkan). Uji
kualitatif ekstrak etanol buah pare secara KLT menggunakan fase diam silika gel
GF 254 dan fase gerak campuran asam asetat : benzene (2:8 v/v) dengan jarak
elusi 10 cm dan dideteksi pada sinar UV 254nm (Rita et al., 2008). Verifikasi
dilakukan dengan membandingkan harga Rf yang dihasilkan oleh ekstrak pare
Javaplant-Surakarta, Indonesia (ekstrak sampel) dengan ekstrak pare buatan.
Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak titik pusat bercak dari
awal dengan jarak garis depan pelarut dari titik awal.
Pengujian ekstrak pare menggunakan 2 pelarut, yaitu etanol dan air.
Pemilihan pelarut etanol didasarkan pada ekstraksi pare yang menggunakan etanol
75 %. Pemilihan pelarut air didasarkan pada Certificate of Analysis (CoA) ekstrak
pare dari Javaplant yang menyatakan bahwa ekstrak etanol pare larut dalam air.
Keterangan: Fase diam = silika gel GF 254 Fase gerak = asam asetat:benzene b b (2:8 v/v) Jarak elusi = 10 cm E1 = ekstrak sampel (Javaplant) dalam n n pelarut etanol 75% A1 = ekstrak sampel (Javaplant)dalam n b pelarut air E2 = ekstrak buatan dalam etanol 75% A2 = ekstrak buatan dalam pelarut air
Gambar 16. Kromatogram KLT diamati dengan sinar UV 254 nm
51
Hasil pengamatan kromatogram KLT dengan sinar UV 254 nm (gambar
16), pada ekstrak etanol pare sampel (E1) mempunyai 2 bercak sedangkan ekstrak
etanol pare buatan (E2) mempunyai 3 bercak yaitu bercak 1 E1 dan E2 dengan Rf
0,05 dan warna hijau; bercak 2 E1 dan E2 dengan Rf 0,51 dan warna hijau; bercak
3 E2 dengan Rf 0,71 dan warna hijau. Hal ini kemungkinan dikarenakan jumlah
ekstrak etanol pare sampel (E1) yang ditotolkan pada lempeng KLT lebih sedikit
dibandingkan jumlah ekstrak etanol pare buatan (E2) sehingga jumlah yang
ditotolkan tidak mencukupi untuk menghasilkan bercak 3. Ekstrak pare sampel
dan buatan dalam pelarut air (gambar 16) menghasilkan bercak dengan Rf yang
sama yaitu 0,03 dengan warna hijau.
Dari hasil kromatogram KLT yang diperoleh menunjukkan profil bercak
pada ekstrak etanol pare Javaplant-Surakarta, Indonesia (sampel) sama dengan
profil bercak pada ekstrak pare buatan sehinga ekstrak etanol pare Javaplant-
Surakarta memiliki kandungan senyawa yang identik dengan ekstrak pare buatan.
Dengan demikian, ekstrak buah pare dari PT Javaplant diharapkan dapat
memberikan khasiat berdasarkan bukti ilmiah dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan mengenai khasiat buah pare. Ekstrak kering dari PT Javaplant
selanjutnya digunakan dalam pembuatan emulsi.
B. Pembuatan Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare
Pada penelitian ini sediaan yang dibuat adalah emulsi oral dengan tipe
A/M. Pada emulsi tipe A/M tetesan (droplet) dari ekstrak etanol buah pare yang
larut air akan terlindung dalam fase minyak sehingga rasa pahit dari ekstrak dapat
52
ditutupi dan berkurang karena difusi ekstrak etanol buah pare terhambat oleh fase
minyak sehingga tidak larut dalam air ludah dan menimbulkan rasa pahit di
mulut. Selain itu, emulsi A/M dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan sediaan parenteral prolonged release dalam emulsi tipe A/M/A.
Pemilihan dan komposisi emulgator dalam sistem emulsi menentukan
stabilitas dari suatu emulsi. Emulgator yang dipilih adalah span 80 dan tween 80.
Span 80 mempunyai nilai HLB sebesar 4,3 dan tween 80 mempunyai HLB
sebesar 15. Kombinasi span 80 dan tween 80 menghasilkan nilai kesetimbangan
hidrofilik-lipofilik (HLB) pada sistem emulsi A/M (HLB 3-6). Span 80 dan tween
80 mempunyai rantai hidrokarbon yang sama (monooleate) sehingga interaksinya
akan lebih kuat dan seimbang; dan mendekati nilai required HLB yaitu 6 dari
minyak VCO sehingga dapat menghasilkan emulsi yang stabil. Bila span 80
dicampur dengan tween 80 dalam komposisi yang sesuai dan dalam
pembuatannya fase air didispersikan ke dalam fase minyak , maka span 80 dan
tween 80 kemungkinan akan tersusun berselang-seling membentuk monolayer
yang stabil mengelilingi droplet. Span 80 dan tween 80 termasuk emulgator
nonionik sehingga aman digunakan untuk oral, tidak toksik dan memiliki HLB
(Rowe et al., 2009).
Pemilihan level dari span 80 dan tween 80 didasarkan pada sistem emulsi
yang akan dibuat yaitu A/M dengan rentang HLB 3-6 (Kim, 2004) dan required
HLB (HLB 6) dari minyak VCO yang digunakan. Rentang HLB yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 5-6. Variasi jumlah span 80 dan tween 80 akan
53
memberikan efek yang dapat diukur kebermaknaannya dalam menentukan sifat
fisis dan stabilitas emulsi.
Desain penelitian yang digunakan berdasarkan pada metode desain
faktorial. Desain faktorial dapat digunakan untuk mengevaluasi efek dari 2 faktor
(span 80 dan tween 80) secara simultan terhadap sifat fisis dan stabiltas dari
emulsi A/M. Pada penelitian ini dibuat 4 formula yaitu formula 1,a, b , dan ab.
Formula I terdiri dari span 80 dan tween 80 dengan level rendah, formula a terdiri
dari span 80 level tinggi dan tween 80 level rendah, formula b terdiri dari span 80
level rendah dan tween 80 level tinggi, dan formula ab terdiri dari span 80 dan
tween 80 level tinggi.
Pembuatan emulsi dimulai dengan mencampurkan bahan-bahan sesuai
dengan fasenya. Pada formula emulsi ekstrak pare terdapat 2 fase berbeda yang
tidak saling bercampur, yaitu fase air dan fase minyak. Yang termasuk fase air
antara lain: aquadest, gliserin, sukrosa, tween 80, dan ekstrak pare. Yang
termasuk fase minyak antara lain: Virgin Coconut Oil (VCO) dan span 80. Dalam
penelitian ini, fase air didispersikan ke fase minyak dengan emulgator tween 80
dan span 80 untuk membentuk emulsi bertipe air dalam minyak (A/M).
Pada penelitian ini, ekstrak pare dilarutkan terlebih dahulu dengan
aquadest untuk mempermudah dalam proses pencampuran ekstrak pare dengan
fase air yang lain. Aquadest dipilih sebagai pelarut ekstrak pare karena
berdasarkan Certificate of Analyse (CoA) ekstrak etanol pare lebih larut dalam
aquadest (98,11 %) daripada etanol (12,39 %). Kemudian fase air didispersikan
ke fase minyak dan ditambahkan metil paraben sebagai pengawet. Pencampuran
54
dilakukan di waterbath dengan suhu 350C dengan propeller mixer pada kecepatan
500 rpm selama 15 menit. Ukuran droplet emulsi diperkecil dengan menggunakan
Ultra Turrax 3x1 menit.
Pada fase air digunakan gliserin untuk meningkatkan viskositas fase air.
Sukrosa digunakan menurunkan perbedaan densitas (berat jenis) antara fase air
dan fase minyak. Fase minyak digunakan Virgin Coconut Oil (VCO) karena VCO
mempunyai required HLB mendekati nilai HLB sistem emulsi yang dibuat yaitu
6, sehingga dapat menghasilkan emulsi yang stabil (sifat fisis yang baik dan stabil
dalam penyimpanan). Metil paraben digunakan sebagai pengawet karena metil
paraben merupakan pengawet dari golongan paraben yang aman digunakan dalam
sediaan oral.
Emulsi ekstrak etanol buah pare memiliki viskositas rendah sehingga
untuk pembuatan emulsi digunakan propeller mixer. Propeller mixer digunakan
untuk pembuatan emulsi dengan viskositas rendah (Lachmann, 1994).
Berdasarkan orientasi, kecepatan putar mixer yang digunakan untuk menghasilkan
emulsi yang tidak terpisah secara visual adalah 500 rpm. Pencampuran dilakukan
selama 15 menit yang merupakan hasil orientasi, di mana campuran homogen dan
emulsi yang tidak memisah secara visual telah tercapai. Ultra Turrax berfungsi
untuk memperkecil ukuran droplet dari emulsi dengan melewatkan campuran
cairan melalui suatu lubang kecil pada tekanan tinggi (Lachmann, 1994)
Pada pencampuran tidak digunakan suhu yang tinggi karena menghindari
terjadinya inversi fase. Hal ini dikarenakan Tween 80 mempunyai phase inversion
temperature (PIT) 930C. Peningkatan suhu akan menurunkan tingkat hidrasi pada
55
permukaan film yang menyebabkan perubahan dari film emulgator yang lebih
larut di air pada suhu rendah menjadi lebih larut pada minyak pada suhu tinggi
sehingga mengubah tipe emulsi (Eccleston, 2007).
Gambar 17. Interaksi antara span 80 dan tween 80 pada permukaan emulsi A/M (Mollet
and Grubenmann, 2001)
Proses emulsifikasi emulsi A/M dengan emulgator span 80 dan tween 80
terjadi dengan cara bagian hidrofilik dari tween 80 dan span 80 akan mengarahkan
dirinya ke fase air (fase dalam), sedangkan bagian lipofilik akan berada di fase
minyak (fase luar) sehingga terbentuk sebuah monolayer yang melingkari suatu
56
tetesan (droplet) dari fase dalam emulsi. Interaksi antara span 80 dan tween 80
ditunjukkan oleh gambar 17, dimana terjadi ikatan Van der Waals antara rantai
hidrokarbon span 80 dengan rantai hidrokarbon tween 80 serta rantai hidrokarbon
span 80 dan tween 80 dengan fase minyak. Selain itu, juga terjadi ikatan hidrogen
antara atom O dari tween 80 dengan atom H dari Span 80 maupun dengan atom H
dari fase air, serta atom H dari Span 80 dengan atom O dari fase air.
Faktor yang paling penting dalam menstabilkan suatu emulsi adalah sifat
fisis dari lapisan pengemulsi pada antar muka. Bila surfaktan berada dalam suatu
medium cair pada konsentrasi rendah akan terpisah-pisah dan berada di bawah
ukuran koloidal. Jika konsentrasinya dinaikkan akan membentuk agregat (misel)
yang sangat teratur. Konsentrasi misel terbentuk disebut konsentrasi misel kritis
(CMC). Dengan terbentuknya misel ini tegangan antar permukaan antara fase
internal dan fase eksternal menjadi turun (Peters, 2002).
Efektifitas proses emulsifikasi ditentukan oleh efisiensi pembentukan dan
stabilisasi droplet. Pada penambahan emulgator saat proses emulsifikasi, tegangan
antar muka antara fase minyak dan fase air akan turun. Turunnya tegangan antar
muka pada kedua fase menyebabkan emulgator membentuk lapisan mengelilingi
fase air sehingga tetesan (droplet) air terdispersi dalam fase minyak. Stabilitas
sistem emulsi yang terbentuk dapat dicapai dengan adanya span 80 dan tween 80
yang diprediksi dapat membentuk monolayer yang stabil. Lapisan ini bersifat
fleksibel, viscous, koheren, dan tidak mudah pecah selama molekul-molekulnya
tertata dengan efisien satu dengan yang lainnya (Mollet and Grubenmann, 2001).
57
C. Penentuan tipe emulsi
Menurut Kim (2004), emulsi M/A terbentuk apabila HLB emulsi 8-16
sedangkan untuk sistem emulsi A/M terbentuk apabila HLB emulsi 3-6, sehingga
dapat diprediksi tipe emulsi yang terbentuk dari formula emulsi ditinjau dari nilai
HLB yang dihasilkan. Pada tabel VI dapat dilihat nilai HLB teoritis dari setiap
formula. Dengan nilai HLB dapat diperkirakan tipe emulsi dari sediaan emulsi
yang dihasilkan. Pengujian tipe emulsi dalam penelitian ini bertujuan untuk
memastikan bahwa emulsi yang dibuat merupakan emulsi tipe A/M.
Tabel VI. Nilai HLB teoritis emulsi ekstrak pare
Formula HLB 1 5,08 a 5,01 b 6,01 ab 5,86
Dalam penelitian ini sistem HLB yang diinginkan adalah pada rentang
HLB untuk sistem emulsi A/M. Berdasarkan tabel VI diprediksikan tipe emulsi
yang dihasilkan adalah A/M.
Penentuan tipe emulsi dalam sediaan emulsi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dengan metode pewarnaan. Methylene blue merupakan zat
warna yang larut air. Tiap-tiap formula 24 jam setelah pembuatan diberikan zat
warna methylene blue yang kemudian diamati di bawah mikroskop.
Dengan penambahan methylene blue yang merupakan zat warna larut
dalam air maka bila diamati di bawah mikroskopo akan terlihat droplet-droplet
emulsi yang terwarnai karena droplet emulsi merupakan fase air sehingga droplet
tersebut akan terwarnai biru dan terlarut oleh methylene blue dan fase luar (fase
58
minyak) tidak akan terwarnai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe emulsi
yang terbentuk adalah tipe A/M yang ditunjukkan oleh gambar 18.
Formula 1 Formula a
Formula b Formulal ab
Gambar 18. Gambar emulsi dibawah mikroskop perbesaran 100x setelah ditambah dengan zat warna methylene blue
D. Karakterisasi Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Ekstrak Etanol Buah Pare
Kualitas dari suatu sediaan dapat dilihat dari sifat fisis dan stabilitas
sediaan tersebut. Sifat fisis yang diukur dari sediaan emulsi ini adalah vikositas 24
jam, ukuran droplet 24 jam dan indeks creaming 24 jam. Stabilitas emulsi yang
diukur adalah uji pergeseran ukuran droplet, dan profil periodik viskositas, profil
ukuran droplet, dan profil indeks creaming selama penyimpanan selama 1 bulan.
Fase air (droplet)
Fase minyak
59
Viskositas merupakan tahanan untuk mengalir. Pengamatan viskositas
emulsi bertujuan untuk melihat kekentalan dari suatu emulsi yang menentukan
penampilan emulsi dan kenyamanan penggunaannya. Semakin besar viskositas
berarti semakin kental sediaan yang dihasilkan, demikian juga sebaliknya semakin
kecil viskositas maka semakin encer sediaan yang dihasilkan. Emulsi A/M ekstrak
etanol buah pare digunakan secara oral sehingga viskositas merupakan parameter
sifat fisis emulsi yang penting karena akan menentukan dalam kenyamanan
penggunaannya, yaitu pada saat dituang dan ditelan. Oleh karena itu, pengukuran
viskositas 24 jam setelah pembuatan perlu dilakukan. Viskositas emulsi diukur
dengan menggunakan viskometer RION seri VT 04 dengn rotor no.3 dan
kemudian viskositas dilihat dari skala yang tertera pada alat dengan satuan dPas
(satuan internasional: poise). Pengukuran viskositas dilakukan setelah 24 jam
pembuatan, 7 hari, 15 hari, 21 hari dan 1 bulan penyimpanan untuk melihat
stabilitas emulsi selama penyimpanan 1 bulan.
Pengamatan ukuran droplet bertujuan untuk mengetahui sifat fisis dan
stabilitas emulsi dalam penyimpanan. Ukuran droplet diukur dengan metode
mikromeritik dengan mikroskop yang dihubungkan dengan kamera dan diolah
dengan program MOTIC Image Plus 2.0 yang telah dikalibrasi dengan lensa
objektif skala 10 µm. Pengukuran droplet emulsi dilakukan sebanyak 500 droplet
(Martin et al., 1993) untuk tiap replikasi formula tiap waktu pengukuran dengan
perbesaran skala 100x. Kemudian data 500 droplet untuk tiap replikasi diolah
dengan program SPSS 13.0 sehingga diperoleh percentile 90. Alasan penggunaan
data percentile 90 untuk ukuran droplet adalah karena 90 % populasi droplet
60
memiliki ukuran di bawah nilai tertentu, sehingga lebih menggambarkan ukuran
droplet yang sebenarnya. Pada penelitian ini tidak menggunakan data mean karena
mean berasal dari rata-rata ukuran droplet yang bervariasi (polydisperse) sehingga
tidak dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Selain itu juga tidak
digunakan data modus karena data modus pada penelitian ini menghasilkan nilai
yang hampir sama sehingga kurang sensitif dibandingkan dengan percentile 90.
Ukuran droplet setelah 24 jam pembuatan digunakan untuk melihat sifat fisis
emulsi. Pengukuran droplet secara periodik selama 1 bulan digunakan untuk
melihat besarnya perubahan ukuran droplet dari waktu ke waktu selama 1 bulan
yang merupakan fenomena ketidakstabilan emulsi dalam penyimpanan.
Pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan yang terjadi digunakan
untuk melihat apakah terjadi koalesen pada emulsi oral A/M atau tidak.
Indeks creaming merupakan salah satu parameter sifat fisis emulsi.
Pengamatan indeks creaming bertujuan untuk mengamati tinggi creaming yang
terjadi pada emulsi selama penyimpanan dalam waktu tertentu. Pada emulsi A/M,
suatu lapisan bawah terbentuk akibat sedimentasi droplet air (Eccleston, 2007).
Semakin kecil indeks creaming berarti semakin banyak creaming yang terjadi
pada emulsi dan sebaliknya semakin besar indeks creaming berarti semakin kecil
creaming yang terjadi. Emulsi yang mengalami creaming terlihat tidak elegan dan
jika emulsi tidak digojog secara cukup, ada kemungkinan pasien tidak mendapat
dosis yang benar. Uji indeks creaming dilakukan dengan mengamati pemisahan
fase emulsi setelah 24 jam pembuatan, 7 hari, 15 hari, 21 hari, dan 1 bulan
penyimpanan. Indeks creaming setelah 24 jam pembuatan untuk melihat sifat fisis
61
emulsi. Pengukuran indeks creaming secara periodik selama 1 bulan untuk
melihat besarnya perubahan indeks creaming dari waktu ke waktu selama 1 bulan
yang merupakan fenomena ketidakstabilan emulsi dalam penyimpanan.
Data hasil pengukuran sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M
ditunjukkan oleh tabel VII dibawah ini.
Tabel VII. Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan
Viskositas (dPas) X ± SD 1 1,033±0,058 1,133±0,115 1,133±0,058 1,133±0,058 1,067±0,115 a 1,033±0,153 1,000±0,000 1,167±0,115 1,033±0,058 1,067±0,058 b 1,133±0,153 1,133±0,058 1,233±0,115 1,167±0,058 1,100±0,100 ab 1,067±0,058 1,133±0,115 1,167±0,115 1,133±0,153 1,067±0,115
Ukuran droplet (µm) X ± SD 1 26,005±3,663 25,204±2,481 32,838±5,606 36,623±7,103 37,447±8,455a 29,848±0,700 28,088±0,995 33,129±8,419 43,713±0,552 39,197±3,164b 23,202±2,411 23,381±0,983 32,753±3,916 30,541±7,086 35,276±2,482ab 25,042±2,435 24,334±2,490 38,023±2,113 42,813±2,818 43,178±3,837
Indeks creaming (%) X ± SD 1 34,400±2,358 33,433±1,436 33,433±1,436 33,433±1,436 32,800±1,808a 33,600±1,800 32,100±1,375 32,100±1,375 32,100±1,375 32,100±1,375b 34,067±0,808 33,000±0,889 33,000±0,889 33,000±0,889 32,667±0,351ab 32,800±0,173 31,733±0,306 31,733±0,306 31,733±0,306 31,267±0,321
Pergeseran ukuran droplet percentile 90 (%) X ± SD 1 48,208 ± 40,416 a 31,259 ± 8,879 b 52,447 ± 6,556 ab 73,964 ± 28,348
1. Sifat fisis emulsi oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare
Berdasarkan tabel VII, dapat dilihat bahwa viskositas 24 jam terbesar
adalah pada formula b (span 80 level rendah dan tween 80 level tinggi) dan
viskositas terkecil pada formula 1 dan a. Percentile 90 ukuran droplet 24 jam
terkecil dihasilkan oleh formula b (span 80 level rendah dan tween 80 level tinggi)
dan ukuran droplet terbesar dihasilkan oleh formula a (span level tinggi dan tween
62
80 level rendah). Indeks creaming 24 jam terbesar adalah pada formula 1 (span 80
level rendah dan tween 80 level rendah) dan terkecil pada percobaan ab (span 80
level tinggi dan tween 80 level tinggi). Suatu sediaan emulsi yang mempunyai
viskositas yang besar akan mempunyai ukuran droplet yang kecil dan indeks
creaming semakin besar (creaming yang terjadi semakin sedikit) yang ditunjukkan
oleh formula b (span 80 level rendah dan tween 80 level tinggi).
2. Stabilitas emulsi oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare
Pengukuran pergeseran ukuran droplet bertujuan untuk mengetahui
stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare yang dihasilkan. Pergeseran
ukuran droplet diperoleh dengan membandingkan ukuran droplet setelah 1 bulan
penyimpanan terhadap ukuran droplet 24 jam pembuatan. Pergeseran ukuran
droplet emulsi yang semakin besar dengan meningkatnya waktu penyimpanan
menunjukkan semakin tidak stabil sediaan emulsi tersebut. Pergeseran ukuran
droplet dikarenakan terjadinya koalesen yang mengakibatkan ukuran droplet
menjadi lebih besar.
Berdasarkan tabel VII ditunjukkan bahwa pada formula ab (span 80 level
tinggi dan tween 80 level tinggi menghasilkan nilai pergeseran ukuran droplet
yang paling besar dan formula a (span 80 level tinggi dan tween 80 level rendah)
menghasilkan nilai pergeseran ukuran droplet yang paling kecil. Semakin kecil
pergeseran ukuran droplet, maka emulsi tersebut semakin stabil karena semakin
berkurangnya penggabungan antardroplet yang menghasilkan droplet yang lebih
besar dibandingkan droplet pada awal pembuatan (24 jam) dan sebaliknya,
63
semakin besar nilai pergeseran ukuran droplet, maka emulsi tersebut semakin
tidak stabil karena terjadinya penggabungan antar droplet sehingga terbentuk
droplet yang lebih besar dibandingkan droplet pada waktu awal pembuatan.
Pengukuran viskositas, ukuran droplet (percentile 90), dan indeks
creaming secara periodik selama 1 bulan penyimpanan dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui apakah terjadi perubahan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak
etanol buah pare selama dalam penyimpanan 1 bulan. Profil periodik viskositas,
ukuran droplet, dan indeks creaming selama 1 bulan penyimpanan ditunjukkan
oleh gambar 19, 20 dan 21.
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
24 jam 7 hari 14 hari 21 hari 1 bulanWaktu
Vis
kosi
tas (
dPas
)
Formula 1 Formula a Formula b Formula ab
Gambar 19. Profil periodik viskositas (X±SD) dari 3 replikasi selama penyimpanan 1 bulan
05
101520253035404550
24 jam 7 hari 14 hari 21 hari 1 bulanWaktu
Uku
ran
drop
let (
um)
Formula 1 Formula a Formula b Formula ab
Gambar 20. Profil periodik ukuran droplet (X±SD) dari 3 replikasi selama penyimpanan 1
bulan
64
272829303132333435363738
24 jam 7 hari 14 hari 21 hari 1 bulan
Waktu
Inde
ks c
ream
ing
(%)
Formula 1 Formula a Formula b Formula ab
Gambar 21. Profil periodik indeks creaming (X±SD) dari 3 replikasi selama penyimpanan 1 bulan
Uji statistik yang digunakan untuk melihat perbedaan yang signifikan
antara waktu 24 jam dengan 7 hari, 24 jam dengan 15 hari, 24 jam dengan 21 hari,
dan 24 jam dengan 1 bulan adalah uji Friedman-Wilcoxon. Hal ini dikarenakan
data hasil penelitian lebih dari 2 kelompok (5 kelompok waktu), berpasangan dan
distribusi data yang tidak normal. Data dikatakan berpasangan karena pada tiap
waktu pengujian menggunakan subyek uji (emulsi) yang sama. Data diuji
normalitas menggunakan uji Kolmogorov-sminov, karena data penelitian untuk
tiap respon lebih dari 50 data. Berdasarkan uji Kolmogorov-Sminov, data
viskositas, ukuran droplet dan indeks creaming mempunyai distribusi yang tidak
normal yaitu nilai signifikansi yang kurang dari 0,05 (p<0,05). Data dikatakan
memiliki distribusi normal jika nilai signifikansi atau p > 0,05.
Menurut hukum Stokes, semakin besar viskositas maka akan semakin
kecil kecepatan creaming (Aulton, M.E., 2002). Hasil penelitian secara umum
menunjukkan bahwa viskositas meningkat pada penyimpanan selama 1 bulan,
sedangkan pada indeks creaming secara umum mengalami penurunan (semakin
65
tidak stabil) pada penyimpanan selama 1 bulan. Pada penelitian ini, viskositas
tidak dapat dihubungkan dengan indeks creaming karena viskositas emulsi pada
awal pembuatan sangat kecil yang mengakibatkan sediaan yang dibuat juga
cenderung tidak stabil atau mengalami creaming sehingga hukum Stokes tidak
berlaku pada penelitian ini.
Viskositas dapat mempengaruhi stabilitas jika terjadi perubahan yang
drastis. Pada gambar 19 dapat dilihat bahwa profil periodik viskositas pada
keempat formula stabil atau tidak mengalami perubahan viskositas (peningkatan
dan penurunan viskositas) selama penyimpanan 1 bulan. Hal ini dikarenakan hasil
uji statistik Friedman untuk keempat formula (lampiran 5) diperoleh hasil yang
tidak signifikan (p>0,05); dimana p formula 1 sebesar 0,453, formula a sebesar
0,366, formula b sebesar 0,704, dan formula ab sebesar 0,652; yang berarti bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan antara viskositas 24 jam dengan viskositas 7
hari, 15 hari, 21 hari, dan 1 bulan selama penyimpanan pada formula 1, formula a,
formula b, dan formula ab.
Hasil uji profil periodik ukuran droplet (gambar 20) dapat dilihat bahwa
formula 1 dan formula b stabil atau tidak mengalami perubahan (peningkatan dan
penurunan) ukuran droplet selama penyimpanan 1 bulan. Hal ini dikarenakan hasil
uji statistik Friedman pada formula 1 dan formula b (lampiran 5) diperoleh nilai
yang tidak signifikan p>0,05, p formula 1 sebesar 0,126 dan formula b sebesar
0,139 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara ukuran
droplet 24 jam dengan ukuran droplet 7 hari, 15 hari, 21 hari, dan 1 bulan selama
penyimpanan pada formula 1 dan formula ab. Hasil uji statistik Friedman
66
(lampiran 5) diperoleh bahwa formula a (p=0,034) dan formula ab (p=0,038)
signifikan (p<0,05) terhadap perubahan ukuran droplet. Hal ini berarti bahwa
paling tidak ada 2 pengukuran yang mengalami perubahan ukuran droplet yang
berbeda secara signifikan. Akan tetapi, perbandingan antara ukuran droplet 24 jam
dengan ukuran droplet 7 hari, 15 hari, 21 hari, dan 1 bulan penyimpanan diperoleh
hasil yang tidak signifikan (p>0,05) berdasarkan uji Wilcoxon yang menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara ukuran droplet 24 jam dengan
ukuran droplet 7 hari, ukuran droplet 24 jam dengan ukuran droplet 15 hari,
ukuran droplet 24 jam dengan ukuran droplet 21 hari, dan ukuran droplet 24 jam
dengan ukuran droplet 1bulan penyimpanan. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa formula a dan formula ab stabil dalam penyimpanan atau tidak mengalami
perubahan ukuran droplet emulsi antara awal pembuatan (24 jam) sampai
penyimpanan selama 1 bulan.
Hasil uji profil periodik indeks creaming (gambar 21) menunjukkan
bahwa formula formula 1 stabil atau tidak mengalami perubahan (peningkatan dan
penurunan) indeks creaming selama penyimpanan 1 bulan. Hal ini dikarenakan
hasil uji statistik Friedman pada formula 1 (lampiran 5) diperoleh nilai yang tidak
signifikan p>0,05, p formula 1 sebesar 0,061 yang berarti bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara indeks creaming 24 jam dengan indeks
creaming 7 hari, 15 hari, 21 hari, dan 1 bulan selama penyimpanan pada formula 1
dan formula ab. Formula a, b dan ab pada uji statistik Friedman (lampiran 5)
diperoleh bahwa formula a (p=0,017), formula b (p=0,031) dan formula ab
(p=0,028) signifikan (p<0,05) terhadap perubahan indeks creaming. Hal ini berarti
67
bahwa paling tidak ada 2 pengukuran yang mengalami perubahan indeks
creaming yang berbeda secara signifikan. Akan tetapi, perbandingan antara indeks
creaming 24 jam dengan indeks creaming 7 hari, 15 hari, 21 hari, dan 1 bulan
penyimpanan diperoleh hasil yang tidak signifikan (p>0,05) berdasarkan uji
Wilcoxon pada ketiga formula. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara indeks creaming 24 jam dengan indeks creaming 7 hari,
indeks creaming 24 jam dengan indeks creaming 15 hari, indeks creaming 24 jam
dengan indeks creaming 21 hari, dan indeks creaming 24 jam dengan indeks
creaming 1 bulan penyimpanan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa formula
a, formula b dan formula ab stabil dalam penyimpanan atau tidak mengalami
perubahan indeks creaming emulsi antara awal pembuatan (24 jam) dengan
penyimpanan selama 1 bulan.
E. Efek Span 80, Tween 80, dan Interaksinya Terhadap Sifat Fisis dan
Stabilitas Emulsi
Data yang diperoleh dari uji sifat fisis dan stabilitas kemudian diolah
menggunakan Design expert 7.14 dengan uji ANOVA pada taraf kepercayaan 95
% untuk mengetahui besar efek faktor span 80, tween 80, dan interaksinya dalam
menentukan sifat fisis dan stabilitas emulsi dan signifikansi dari faktor span 80,
tween 80 dan interaksinya dalam memberikan efek (tabel VIII).
68
Tabel VIII. Efek dan % Kontribusi Span 80, Tween 80,dan Interaksi Span 80-Tween 80 Terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Oral A/M
Span 80 Tween 80 Interaksi Viskositas 24 jam
Efek |- 0,033| 0,067 |-0,033| % Kontribusi 2,630 10,530 2,630
Ukuran droplet 24 jam Efek 2,840 |-3,800| |-1,000| % Kontribusi 19,870 35,600 2,470
Indeks creaming 24 jam Efek |-1,030| |-0,200| |-0,800| % Kontribusi 13,750 4,140 0,700
Pergeseran ukuran droplet Efek 2,280 23,470 19,230 % Kontribusi 0,200 20,930 14,050
Keterangan: - (negatif): efek dari faktor tersebut dapat menurunkan sifat fisis dan stabilitas
emulsi . + (positif): efek faktor tersebut dapat meningkatkan sifat fisis dan stabilitas
emulsi.
Data persamaan desain faktorial yang diperoleh dalam penelitian ini
ditunjukkan oleh tabel IX dibawah ini.
Tabel IX. Persamaan desain faktorial Sifat Fisis dan Stabilitas
Persamaan desain faktorial Model (p)
Viskositas Y = 0,533+0,017A+0,250B–8,503AB
..................persamaan (9)
0,6929 (tidak valid)
Ukuran droplet
Y=-19,462+1,884A+5,438B-0,255AB
.................persamaan (10)
0,0627 (tidak valid)
Indeks creaming
Y=38,838-0,167A+1,381B–0,059AB
...................persamaan (11)
0,6278 (tidak valid)
Pergeseran ukuran droplet
Y=445,006–15,866A–122,127B+4,906AB
...........persamaan (12)
0,2997 (tidak valid)
Keterangan: A = Span 80 B = Tween 80
69
Persamaan desain faktorial pada tiap respon berfungsi untuk
memprediksikan respon yang akan diperoleh dengan menggunakan faktor
penelitian yang sama yaitu tween 80 dan span 80. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa persamaan yang diperoleh untuk respon viskositas, ukuran droplet, indeks
creaming, dan pergeseran ukuran droplet tidak valid (tidak signifikan) (p>0,05)
sehingga persamaan yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk memprediksi
respon viskositas, ukuran droplet, indeks creaming, dan pergeseran ukuran
droplet.
1. Viskositas
Perhitungan efek untuk viskositas terlihat pada tabel VIII dimana
ditunjukkan bahwa efek span 80 sebesar |-0,033|, efek tween 80 sebesar 0,067,
dan efek interaksinya sebesar |-0,033|. Efek tween 80 bernilai positif yang berarti
bahwa penggunaan tween 80 akan meningkatkan viskositas emulsi, sedangkan
untuk efek span 80 dan interaksinya bernilai negatif yang berarti penggunaan span
80 dan interaksinya dapat menyebabkan viskositas emulsi menurun. Tween 80
mempunyai kontribusi sebesar 10,530 %, span sebesar 2,630 %, dan interaksinya
sebesar 2,630 %. Jadi, tween 80 mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada
span 80 dan interaksinya dalam menentukan viskositas yaitu dengan
meningkatkan viskositas emulsi.
70
(a) (b)
Gambar 22. Grafik hubungan efek faktor span 80, tween 80, dan interaksinya terhadap respon viskositas emulsi A.M setelah pembuatan 24 jam
Hubungan efek peningkatan level span 80 dan tween 80 terhadap
viskositas (gambar 22) menunjukkan bahwa peningkatan jumlah span 80 yang
digunakan akan menurunkan viskositas emulsi pada penggunaan tween 80 level
tinggi, sebaliknya pada peningkatan jumlah span 80 dengan tween 80 level rendah
akan meningkatkan viskositas (gambar 22 a). Pada gambar 22 b peningkatan
jumlah tween 80 yang digunakan akan meningkatkan viskositas baik pada
penggunaan span 80 level rendah maupun level tinggi. Grafik yang menunjukkan
adanya dua garis yang tidak sejajar pada garis level tinggi dan level rendah
menunjukkan bahwa adanya interaksi antara span 80 dan tween 80 pada level
yang diteliti.
Viskositas suatu sediaan emulsi dipengaruhi oleh variasi konsentrasi span
80 dan tween 80 yang digunakan dalam suatu emulsi. Adanya jumlah span 80
dan tween 80 yang sesuai maka emulgator mampu menahan pecahnya droplet dari
71
fase dispers menuju fase kontinu luar dan membentuk droplet yang lebih besar.
Terjadinya kehilangan droplet (fase dispers) menuju fase kontinu dapat
menurunkan viskositas (Syukri, Sari dan Zahliyatul, 2007). Semakin besar
konsentrasi fase dalam (ukuran droplet semakin kecil) maka rasio volume fase
akan semakin besar sehingga viskositas emulsi akan meningkat (Mollet and
Grubenmann, 2001).
Hasil perhitungan ANOVA dengan Design expert 7.14 harga p yang
dihasilkan untuk respon viskositas memperlihatkan bahwa span 80, tween 80, dan
interaksinya memberikan efek yang tidak signifikan secara statistik terhadap
respon viskositas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p span 80, tween 80,
interaksinya dan model lebih besar dari 0,05 (tabel X) dan terjadinya overlapping
SD (gambar 22). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa span 80, tween 80 dan
interaksinya tidak secara signifikan mempengaruhi viskositas emulsi A/M ekstrak
etanol buah pare yang dibuat.
Tabel X. Hasil Perhitungan ANOVA dengan Design Expert pada respon viskositas 24 jam Source of variation
Sum of square
Degrees of freedom
Mean squares
F value
Prob
Model 0,020 3 6,667E-003 0,50 0,6926 A 3,333E-003 1 3,333E-003 0,25 0,6305 B 0,013 1 0,013 1,00 0,3466 AB 3,333E-003 1 3,333E-003 0,25 0,6305 Keterangan: A = Span 80 B= Tween 80 AB=Interaksi span 80-tween 80
2. Ukuran Droplet
Perhitungan efek untuk ukuran droplet (tabel VIII) menunjukkan bahwa
efek span 80 sebesar 2,840, efek tween 80 sebesar |-3,800|, dan efek interaksinya
sebesar |-1,000|. Efek span 80 bernilai positif yang berarti bahwa penggunaan
72
span 80 akan meningkatkan ukuran droplet emulsi, sedangkan untuk efek tween
80 dan interaksinya bernilai negatif yang berarti penggunaan tween 80 dan
interaksinya dapat menyebabkan penurunan ukuran droplet emulsi. Tween 80
mempunyai kontribusi sebesar 35,600 %, span 80 sebesar 19,870 %, dan
interaksinya sebesar 2,470 %. Jadi, tween 80 mempunyai pengaruh yang lebih
besar daripada span 80 dan interaksinya dalam menentukan ukuran droplet, yaitu
dengan memperkecil ukuran droplet.
(a) (b)
Gambar 23. Grafik hubungan efek faktor span 80, tween 80, dan interaksinya terhadap respon ukuran droplet (percentile 90) emulsi A/M setelah 24 jam pembuatan
Hubungan efek peningkatan level span 80 dan tween 80 terhadap ukuran
droplet (gambar 23) menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah span 80 yang
digunakan maka ukuran droplet emulsi akan semakin meningkat pada penggunaan
tween 80 baik pada level tinggi maupun level rendah (gambar 23 a). Pada gambar
23 b ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlah tween 80 yang digunakan pada
penggunaan span 80 baik pada level tinggi maupun level rendah akan
73
memperkecil ukuran droplet. Semakin kecil ukuran droplet, viskositas yang
dihasilkan akan semakin besar karena droplet tidak bisa bergerak secara bebas dan
lebih stabil. Hal ini sesuai dengan peningkatan viskositas pada penggunaan
jumlah tween 80 yang semakin banyak pada penggunaan span 80 baik pada level
tinggi maupun level rendah (gambar 22). Adanya interaksi span 80 dan tween 80
pada level yang diteliti ditunjukkan dengan garis level rendah dan level tinggi
yang tidak sejajar.
Ukuran droplet suatu emulsi dipengaruhi oleh konsentrasi emulgator
yang digunakan (Ngee et al., 2008). Ukuran droplet yang besar akan cenderung
mengalami koalesen sehingga ukuran droplet menjadi lebih besar lagi dan emulsi
terpisah. Ukuran droplet yang kecil akan memberikan stabilitas emulsi yang lebih
baik (Eccleston, 2007). Semakin kecil ukuran droplet, maka konsentrasi fase
dalam akan meningkat dan rasio volume fase akan semakin besar sehingga
viskositas emulsi akan meningkat (Mollet and Grubenmann, 2001).
Tabel XI. Hasil perhitungan ANOVA dengan Design Expert pada respon ukuran droplet 24
jam Source of variation
Sum of square
Degrees of freedom
Mean squares
F value
Prob > F
Model 70,65 3 23,55 3,67 0,0627 A (Span 80) 24,23 1 24,23 3,78 0,0878 B (Tween 80) 43,42 1 43,42 6,77 0,0315 AB (interaksi) 3,01 1 3,01 0,47 0,5126
Ukuran droplet akan berpengaruh pada pelepasan obat dan stabilitas
emulsi yang dibuat. Dari hasil perhitungan ANOVA dengan Design expert 7.14
harga p yang dihasilkan untuk respon ukuran droplet memperlihatkan bahwa span
74
80, dan interaksinya memberikan efek yang tidak signifikan secara statistik. Hal
ini ditunjukkan dengan nilai p dari model, span 80, interaksi span 80 dan tween 80
yang lebih besar dari 0,05 (tabel XI) dan terjadinya overlapping SD (gambar 23).
Akan tetapi tween 80 memberikan efek yang signifikan secara statistik yang
ditunjukkan dengan nilai p lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa span 80 dan interaksinya tidak secara signifikan
mempengaruhi ukuran droplet emulsi. Sedangkan tween 80 secara signifikan
mempengaruhi ukuran droplet emulsi A/M ekstrak etanol buah pare yang
dihasilkan.
3. Indeks creaming
Perhitungan efek untuk ukuran droplet (tabel VIII) menunjukkan bahwa
efek span 80 sebesar |-1,030|, efek tween 80 sebesar |-0,200|, dan efek interaksinya
sebesar |-0,800|. Efek span 80, tween 80 dan interaksinya bernilai negatif yang
berarti bahwa penggunaan span 80, tween 80 dan interaksinya menyebabkan
penurunan indeks creaming emulsi. Span 80 mempunyai kontribusi sebesar
13,750 %, tween 80 sebesar 4,140 % dan interaksinya sebesar 0,700 %. Jadi, span
80 mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam menentukan indeks creaming
yaitu dengan menurunkan indeks creaming dibandingkan dengan tween 80 dan
interaksinya.
75
(a) (b)
Gambar 24. Grafik hubungan efek faktor span 80 (a), tween 80 (b) dan interaksinya terhadap respon indeks creaming emulsi A/M 24 jam setelah pembuatan
Pada gambar 24 dapat dilihat bahwa pengaruh peningkatan level span 80
dan tween 80 terhadap indeks creaming emulsi. Semakin banyak jumlah span 80
yang digunakan maka indeks creaming emulsi akan semakin menurun (semakin
tidak stabill) pada penggunaan tween 80 baik pada level rendah maupun level
tinggi (gambar 24 a). Peningkatan jumlah tween 80 yang digunakan pada
penggunaan span 80 baik level rendah maupun level tinggi akan memperkecil
indeks creaming atau semakin tidak stabil (gambar 24 b). Adanya interaksi span
80 dan tween 80 pada level yang diteliti ditunjukkan dengan garis level rendah
dan level tinggi yang tidak sejajar (gambar 24). Hasil respon indeks creaming
tidak sesuai dengan respon ukuran droplet dan viskositas, dimana semakin kecil
ukuran droplet maka viskositas akan meningkat sehingga droplet lebih susah
bergerak dan mengalami creaming.
76
Indeks creaming menunjukkan stabilitas fase dari emulsi dan
dipengaruhi oleh interaksi dari kedua emulgator yang digunakan yaitu span 80 dan
tween 80. Bagian lipofil dari tween 80 dan span 80 akan berada pada fase minyak
dan bagian yang hidrofil akan berada pada fase air, membentuk ikatan sehingga
akan terbentuk lapisan film antarmuka yang kuat dan kestabilan dari fase air dan
minyak dapat terjaga. Ikatan yang lemah pada lapisan film antarmuka dapat
menimbulkan daya kohesi yang besar sehingga dapat terjadi creaming yang dapat
dilihat dengan adanya pemisahan fase emulsi dan indeks creaming yang semakin
kecil. Ikatan yang lemah pada lapisan film antarmuka menyebabkan viskositas
menjadi semakin kecil karena droplet lebih bebas bergerak sehingga lebih mudah
terjadi creaming (indeks creaming kecil).
Tabel XII. Hasil perhitungan ANOVA dengan Design Expert pada respon indeks creaming Source of variation
Sum of square
Degrees of freedom
Mean squares
F value
Prob > F
Model 4,33 3 1,44 0,61 0,6278 A (Span 80) 3,20 1 3,20 1,35 0,2786 B (Tween 80) 0,96 1 0,96 0,41 0,5416 AB (interaksi) 0,16 1 0,16 0,069 0,7996
Stabilitas fase emulsi dipengaruhi oleh interaksi dari kedua emulgator
yang digunakan yaitu span 80 dan tween 80 dalam membentuk lapisan film
monolayer antarmuka yang kuat dan stabil. Dari hasil perhitungan ANOVA
dengan Design expert 7.14 harga p yang dihasilkan untuk respon indeks creaming
memperlihatkan bahwa model, span 80, tween 80, dan interaksinya memberikan
efek yang tidak signifikan secara statistik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p span
80, tween 80, interaksinya dan model lebih besar dari 0,05 (tabel XII) dan
77
terjadinya overlapping SD (gambar 24). Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa span 80, tween 80 dan interaksinya tidak secara signifikan mempengaruhi
indeks creaming emulsi A/M ekstrak etanol buah pare.
4. Pergeseran Ukuran Droplet
Perhitungan efek untuk ukuran droplet (tabel VIII) menunjukkan bahwa
efek span 80 sebesar 2,280; efek tween 80 sebesar 23,470; dan efek interaksinya
sebesar 19,230. Efek span 80, tween 80 dan interaksinya bernilai positif yang
berarti bahwa penggunaan span 80, tween 80, dan interaksinya dapat
menyebabkan peningkatan pergeseran ukuran droplet emulsi. Span 80
mempunyai kontribusi sebesar 0,200 %, tween 80 sebesar 20,930 % dan interaksi
span 80-tween 80 sebesar 14,050 %. Jadi, tween 80 lebih berpengaruh terhadap
pergeseran ukuran droplet dengan meningkatkan pergeseran ukuran droplet
dibandingkan dengan span 80 dan interaksinya.
Pada gambar 25 dapat dilihat bahwa pengaruh peningkatan level span 80
dan tween 80 terhadap pergeseran ukuran droplet emulsi. Semakin banyak jumlah
span 80 yang digunakan maka pergeseran ukuran droplet akan semakin menurun
pada penggunaan tween 80 level rendah, sebaliknya semakin banyak jumlah span
80 yang digunakan akan meningkatkan pergeseran ukuran droplet pada
penggunaan tween 80 level tinggi (gambar 25 a). Semakin banyak jumlah tween
80 yang digunakan pada penggunaan span 80 baik level rendah maupun level
tinggi akan meningkatkan pergeseran ukuran droplet (gambar 25 b). Adanya garis
yang tidak sejajar (gambar 25 a dan b) dan perpotongan garis antara span level
rendah dan level tinggi (gambar 25 b) menunjukkan bahwa adanya interaksi
78
antara span 80 dan tween 80 dalam menentukan pergeseran ukuran droplet pada
sediaan emulsi oral A/M pada level yang diteliti. Hasil respon pergeseran ukuran
droplet tidak sesuai dengan peningkatan viskositas dan penurunan ukuran droplet
pada penggunaan jumlah tween 80 yang digunakan dengan span 80 baik level
rendah maupun tinggi yang menghasilkan respon viskositas yang semakin
meningkat dan ukuran droplet yang semakin kecil.
(a) (b)
Gambar 25. Grafik hubungan efek faktor span 80 (a), tween 80 (b), dan interaksinya terhadap respon pergeseran ukuran droplet setelah penyimpanan 1 bulan
Pergeseran ukuran droplet yang semakin besar menunjukkan bahwa
emulsi yang dibuat semakin tidak stabil. Dari hasil perhitungan ANOVA dengan
Design expert 7.14 nilai p yang dihasilkan untuk respon pergeseran ukuran droplet
memperlihatkan bahwa model, span 80, tween 80, dan interaksinya memberikan
efek yang tidak signifikan secara statistik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p span
80, tween 80, interaksinya dan model lebih besar dari 0,05 (tabel XIII) dan
79
terjadinya overlapping SD (gambar 25). Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa span 80, tween 80 dan interaksinya tidak secara signifikan mempengaruhi
pergeseran ukuran droplet emulsi A/M ekstrak etanol buah pare.
Tabel XIII. Hasil Perhitungan ANOVA dengan Design Expert pada respon Pergeseran Ukuran Droplet
Source of variation
Sum of square
Degree of freedom
Mean squares
F value
Prob > F
Model 2778,13 3 926,04 1,45 0,2997 A (Span 80) 15,65 1 15,65 0,024 0,8796 B (Tween 80) 1652,76 1 1654,76 2,58 0,1466 AB (interaksi) 1109,72 1 1109,72 1,73 0,2243
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tween 80 memberikan efek yang signifikan terhadap ukuran droplet sebagai
parameter sifat fisis emulsi.
2. Span 80 dan interaksi antara span 80 dengan tween 80 memberikan efek yang
tidak signifikan terhadap ukuran droplet sebagai parameter sifat fisis emulsi.
3. Span 80, tween 80, dan interaksi antara span 80 dengan tween 80 memberikan
efek yang tidak signifikan terhadap viskositas dan indeks creaming sebagai
parameter sifat fisis serta pergeseran ukuran droplet sebagai parameter
stabilitas.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan adalah: perlu dilakukan penambahan agen peningkat viskositas untuk
meningkatkan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol pare.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abalaka et al., 2009, Determination of Activity, Time Survival and Pharmacokinetics of Extracts From Momordica charantia on Some Bacterial Pathogens, Int. Jor. P. App. Scs., 3(3):6-13, 2009
Ali, J., Baboota, S., Ahuja, A., 2008, Emulsion,
http://www.pharmpedia.com/Emulsion, diakses tanggal 20 September 2009
Allen, L.V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical
Compounding, Second Edition, 263, 268, 274, 276, American Pharmaceutical Association, USA
Anief, M., 2005, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik, 132, 148, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta Anonim, 1988, Emulgator dalam Bidang Farmasi, 70,84, Institut Teknologi
Bandung, Indonesia Anonim, 1993, Kodeks Kosmetika Indonesia, Edisi II, Volume I, 389-390,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, 6, 112, 413, 551, 762, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 2005, Pare, http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92,
diakses tanggal 20 Maret 2009 Anonim, 2006, Bitter Melon (Momordica charantia), http://www.rain-
tree.com/bitmelon.htm, diakses tanggal 20 Maret 2009 Anonim, 2007, Tween 80 and Span 80: Are they safe?,
http://www.epic4health.com/tween80isits.html, diakses tanggal 15 September 2009
Anonim, 2008, Pharmacology of Oleanolic Acid and Ursolic Acid, Department of
Pharmacology, Toxicology and Therapeutics, University of Kansas Medical Center, USA
Anonim, 2009a, Span 80, http://www.chemblink.com/products/1338-43-8.htm,
diakses tanggal 20 September 2009 Anonim, 2009b, Tween 80, http://www.chemblink.com/products/9005-65-6.htm,
diakses tanggal 20 September 2009
82
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 377-379, 383, UI Press, Jakarta
Aulton, M. E., Diana, M. C., 1991, Pharmaceutical Practice, 109-123, Longman
Singapore Publishers Ptc Ltd, Singapore Aulton, M.E., 2002, Pharmaceutics : The Science of Dosage Form Design, 2nd
Ed., 188-195, 297, 342- 344, 353-358, Churchill Livingstone, Spain Basch, E., Gabardi, S., and Ulbricht, C., 2003, Bitter Melon (Momordica
charantia): A Review of Efficacy and Safety, Am J Health-Syst Pharm vol 60, 356-359
Benerito, R.R., Singleton, W.S., 1956, Fat Emulsion Effect of Heat on Solubility
of Hydrophilic Emulsifiers, SpringerLink Journal, 364 Biyani et al., 2003, Antihyperglicemic Effects of Three Extracts from Momordica
charantia , Journal of Ethnopharmacology, edisi 88, pp.107-111 Bjerregaard, S., Soderberg, I., Vermehren, C., Frokjaer, S., 1999, Formulation and
Evaluation of Release and Swelling Mechanism of A Water-In-Oil Emulsion Using Factorial Design, International Journal of Pharmaceutics 193: 1-2
Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd
Ed., 84-85, 308-337, 533-545, Marcel Dekker Inc., New York Carloth de, 2009, Dispersing system T 18 basic ULTRA-TURRAX®,
http://www.carl-roth.de/media/_en-de/Graphics/00028336_0.jpg, diakses tanggal 16 September 2009
Carstensen, J.T., 1973, Theory of Pharmaceutical Systems, Volume II, 74,
Academic Press, New York Chopra, R.N., Nayar, S.L., Chopra, I.C., 1956, Glossary of Indian Medicinal
Plants, New Delhi:Publication and Information Directorate, Council of Scientific and Industrial Research; p.229.
Dickinson, 2008, Bitter Melon, http://www.rain-tree.com/bitmelon.htm, diakses
tanggal 11 Mei 2009 Eccleston, G. E., 2007, Emulsions and Microemulsions, In: James, S.,
Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third Edition Volume 3, 1555, 1560, Informa Healthcare USA, Inc, USA
83
Gislene et al., 2000, Antibacterial Activity of Plant Extracts and Phytochemicals on Antibiotic Resistant Bacteria. Brazilian Journal of Microbiology. 31:(4): 20-33
Gohel, M.C., Amin, A.F., 1998, Formulation Optimization of Controlled Release
Diclofenac Sodium Microspheres Using Factorial Design, Journal of Controlled Release, Volume 51, 115-122
Greenberg, L.A., 1954, Handbook of Cosmetic Materials, 325, Interscience
Publishers, Inc., New York Gurbuz, I., Bilge, 2000, Anti-ulcerogenic Effect of Momordica charantia L.
fruits on various ulcer models in rats, Journal of Ethnopharmacology 71: 77-82
Jackson, H., and Jones, A.R., 1972, The Effect of Steroids and Their Antagonis
on Spermatogenes, 167,Briggs MH and Christie GA. Academic Press, Inc., London
Kim, C., 2004, Advanced Pharmaceutics: Physicochemical Principles, 214-220,
CRC Press LLC, Florida Lachmann, L., 1994, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms,
diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Edisi III, Jilid 2, 250-256, Universitas Indonesia, Jakarta
Li, S., Lin, S., Daggy, B.P., 2003, Effect of HPMC and Carbopol on The Release
and Floating Properties of Gastric Floating Drug Delivery System Using Factorial Design, International Journal of Pharmaceutics, Volume 253, 13-22
Liu, W. K., S.F. Sze, and H.W. Yeung, 1993, Action of α-Momorcharin, a
Ribosoma Inactivating Protein, on Cultured Tumor Cell Lines, Gen. Pharmac, Volume 25 (4), 75-77
Manitto, P., 1981, Biosintesis Produk Alam, a.b. Koensoemardyah, IKIP
Semarang, Semarang Martin, A., Swarbick, J., and Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy, 3rd Ed.,
522-537, 1077-1119, Lea & Febiger, Philadelphia Mollet, H., Grubenmann, A., 2001, Formulation Technology: Emulsions,
Suspensions, Solid Forms, 84, WILEY-VCH Verlag GmbH
84
Ngee, L.H. et al., 2003, Palm Based Lauryl Alcohol Ethoxylate Behavioural study an drecommendations in personal care application, The malaysian Journal of Analytical sciences, Vol 12, No 3 (2008), pp 536 - 551
Nielloud, F., and Mestres, G.M., 2008, Pharmaceutical Emulsions and
Suspensions, 2-11, 561, 590, Marcel Dekker Inc., New York Okabe, H., Miyahara, Y., Yamamuchi, T., 1982, Structure of Momordicosides F1,
F2, G, I, Km dan L, Novel Cucurbitacins in The Fruit of Momordica charantia L., Tetrahedron Letters Vol. 23, No 1, pp. 77-80
Parrott, E.I., 1971, Pharmaceutical Technology and Fundamental Pharmaceutics,
3rd Edition, 165, Burgess Publishing Company, Easton, Minnepolis Peters, D.C., 2002, Dynamic of Emulsification, 294-301, Vinamul Group, Ltd,
Warrington, Chesjhire Philip, H., 2004, The HLB System, http://www.lotioncrafter.com/pdf/
The_HLB_System.pdf, diakses tanggal 28 Oktober 2009. Prinderre, P., et al., 1998, Formulation and Evaluation of O/W Emulsions Using
Experimental Design, International Journal of Pharmaceutics, 163, 73-79
Rita, S.W., Suirta, I.W., Sabikin, A., 2008, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Yang
Berpotensi Sebagai Antitumor pada Daging Buah Pare (Momordica charantia L.), Jurnal Kimia 2, Vol 1, 1-6
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2006, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, Sixth Edition, 549-553, 675-681, Pharmaceutical Press, London
Saribulan, 1993, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Pare (Momordica
charantia Linn.) Terhadap Mencit, http://www.warintek.ristek.go.id/ pangan_kesehatan/tanaman_obat/pt/buku09.pdf, diakses tanggal 10 September 2008
Sutyarso, 1992, Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia
L.) Terhadap Fertilitas Mencit Jantan Mus musculus L. Strain LMR, Tesis, 123, Universitas Indonesia, Jakarta
Syukri, Y., Sari, F., Zahliyatul, S., 2007, Stabilitas Fisis Emulsi Ganda Virgin
Coconut Oil (VCO) Menggunakan Emulgator Span 80 dan Tween 40, Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol 4, No 1, 1-9
85
Taylor, L., 2002, Herbal Secrets of The Rainforest, 2nd edition, Prima Publishing, Inc., California
Teoh, S.L., Latiff, A.A., Das, S., 2008, The Effect of Topical Extract of
Momordica charantia (Bitter Gourd) on Wound Healing in Nondiabetic Rats and in Rats With Diabetes Induced by Steptozotocin, Journal Compilation British Association of Dermatologis 34: 815-816
Timoti, H., 2005, Aplikasi Teknologi Membran pada Pembuatan Virgin Coconut
Oil (VCO), 1-3, P.T. Nawapanca Adhi Cipta Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 5, 11-15, 83-84, 91-95,
407, 411-424, 434, 442-444, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta Wagtech, 2009, Stirrer Overhead, http://www.wagtech.co.uk/assets/P%20305.
pdf, diakses tanggal 20 Oktober 2009 West, M.E., Sidrak, G.H., Street, S.P.W., 1971. The Anti-Growth Properties of
Extracts from Momordica charantia L. West md. J. 1971; 20:25
86
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) dan Flowchart Proses Pembuatan
Ekstrak Etanol Pare (Momordica charantia L.)
1. Certificate of analysis (CoA) ekstrak etanol pare
87
2. Flowchart proses pembuatan ekstrak etanol pare
88
89
Lampiran 2. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Pare dan Data
Penimbangan
1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Pare
Ekstrak etanol buah pare dapat berperan sebagai penghambat
spermatogenesis dan bersifat reversibel (Jackson dan Jones, 1972) pada dosis 750
mg/kgBB mencit (Sutyarso, 1992). Jadi pada sediaan emulsi yang dibuat
membutuhkan serbuk ekstrak etanol pare sebanyak:
Konversi dosis untuk manusia (70 kg):
Nilai konversi dari mencit 20 gram ke manusia 70 kg = 387,9
(750 mg/1000 g) x 20 g x 387,9 = 5818,5 mg / 70kg BB manusia
= 83,12 mg / kg BB manusia / hari
untuk manusia 50 kg: 83,12 mg x 50 kg BB = 4,16 g / hari
1 sendok makan = 15 ml
4,16 g / 15 ml = 27,73 g / 100 ml ................(1 x sehari)
4,16 g / 30 ml = 27,73 g/200ml ≈ 28 g/200 ml ≈ 28 g/200 g ............(2x sehari)
2. Data Penimbangan
Bahan 1 (g) a (g) b (g) ab (g) Ekstrak pare Aquadest Gliserin Sukrosa 50 % v
b VCO Span 80 Tween 80 Metil paraben
28 20 15,8 10 96 25,2 2 0,2
28 20 15,8 10 96 28 2 0,2
28 20 15,8 10 96 25,2 4,8 0,2
28 20 15,8 10 96 28 4,8 0,2
Total 197,2 200 200 202,8
90
Lampiran 3. Notasi Desain Faktorial dan Percobaan Desain Faktorial
1. Notasi Desain Faktorial
Formula Faktor A Faktor B Interaksi 1 - - + a + - - b - + - ab + + +
Keterangan: Level tinggi : +
Level rendah: -
Faktor A: Span 80
Faktor B: Tween 80
2. Penentuan Level Rendah dan Tinggi Span 80 dan Tween 80
Emulsi yang dibuat dalam rentang HLB 5-6 (emulsi A/M)
HLB Span 80: 4,3 HLB Tween 80: 15
HLB = X*HLB span 80 + Y*HLB tween 80 X+Y=1 HLB = 5
5 = X * 4,3 + Y * 15 5 = X * 4,3 + (1-X) * 15 5 = 4,3 X + 15 – 15 X 10,7 X = 10 X = 0,93 Y= 1-0,93 = 0,07
X (Span 80) = 0,93 * 15 g = 14 g Y (tween 80) = 0,07 * 15 g = 1 g
HLB = 6 6 = X * 4,3 + Y * 15 6 = X * 4,3 + (1-X) * 15 6 = 4,3 X + 15 – 15 X 10,7 X = 9 X = 0.84 Y= 1-0,84 = 0,16
X (Span 80) = 0,84 * 15 g = 12,6 g
Y (tween 80) = 0,16 * 15 g = 2,4 g
91
3. Percobaan Desain Faktorial
Formula Span 20 (g) Tween 20 (g) Nilai HLB 1 a b ab
25,2 28
25,2 28
2 2
4,8 4,8
5,08 5,01 6,01 5,86
Perhitungan HLB:
Formula 1
HLB = X*HLB span 80 + Y*HLB tween 80
= g 27,2g 25,2 * 4,3 +
g 27,2g 2 * 15
= 5,086
Formula a
HLB = X*HLB span 80 + Y*HLB tween 80
= g 30g 28 * 4,3 +
g 30g 2 * 15
= 5,013
Formula b
HLB = X*HLB span 80 + Y*HLB tween 80
= g 30
25,2g * 4,3 + g 30g 4,8 * 15
= 6,012
Formula ab
HLB = X*HLB span 80 + Y*HLB tween 80
= g 32,8
g 28 * 4,3 + g 32,8g 4,8 * 15 = 5,086
92
Lampiran 4. Sifat Fisis dan Stabilitas Sediaan Emulsi A/M Ekstrak Etanol
Buah Pare
1. SPSS ukuran droplet
a) Formula 1
Replikasi 1 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan
N Valid Missing
500 500 500 500 5000 0 0 0 0
Mean 17,054 15,854 16,725 21,138 18,727Std.Error of Mean 0,3312 0,2981 0,3156 0,3931 0,3224Median 14,783(a) 14,521(a) 15,179(a) 18,730(a) 16,900(a)Mode 13,1 13,0 11,6 17,4 13,0(b)Std. Deviation 7,4066 6,6662 7,0572 8,7907 7,2080Variance 54,858 44,439 49,804 77,276 51,955Skewness 0,810 1,160 1,309 1,102 1,272Std. Error of Skewness 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109Kurtosis -0,249 1,117 2,183 0,741 1,539Std. Error of Kurtosis 0,218 0,218 0,218 0,218 0,218Range 31,8 33,3 45,0 43,5 36,3Minimum 6,0 5,8 7,2 8,7 7,2Maksimum 37,8 39,1 52,2 52,2 43,5Sum 8527,0 7927,1 8362,5 10568,8 9363,5Percentiles 10 8,790(c) 8,732(c) 9,328(c) 11,860(c) 11,495(c) 20 10,470 10,247 10,322 13,838 12,986 25 11,622 11,014 11,424 14,539 13,623 30 11,900 11,675 11,671 15,433 14,258 40 13,302 13,038 13,640 17,318 15,469 50 14,783 14,521 15,179 18,730 16,900 60 17,400 15,830 16,811 21,030 18,669 70 19,325 17,420 18,941 23,659 20,759 75 21,705 18,614 20,113 25,085 22,059 80 23,378 20,200 21,667 27,245 23,712 90 29,073 26,167 26,380 34,991 28,583(a) Calculated from grouped data. (b) Multiple modes exist. The smallest value is shown. (c) Percentiles are calculated from grouped data.
93
Replikasi 2
24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulanN Valid Missing
500 500 500 500 5000 0 0 0 0
Mean 19,717 16,890 19,809 18,966 22,072Std.Error of Mean 0,3469 0,3176 0,4590 0,3642 0,4544Median 18,250(a) 14,571(a) 15,668(a) 16,751(a) 19,292(a)Mode 20,3 13,0 13,0 15,9 14,5Std. Deviation 7,7578 7,1011 10,2625 8,1435 10,1597Variance 60,183 50,425 105,319 66,316 103,220Skewness 0,621 1,147 1,020 1,455 1,046Std. Error of Skewness 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109Kurtosis -0,463 0,952 0,020 2,278 0,439Std. Error of Kurtosis 0,218 0,218 0,218 0,218 0,218Range 32,2 31,9 42,1 46,4 46,4Minimum 7,0 7,2 7,2 7,2 7,2Maksimum 39,2 39,1 49,3 53,6 53,6Sum 9858,7 8444,8 9904,3 9482,8 11035,9Percentiles 10 11,000(b) 9,049(b) 9,878(b) 10,897(b) 11,696(b) 20 12,929 10,725 11,536 12,528 13,539 25 13,230 11,629 11,675 13,038 14,382 30 14,517 11,953 12,400 13,665 15,200 40 15,950 13,058 14,000 15,378 17,121 50 18,250 14,571 15,668 16,751 19,292 60 20,444 16,206 18,585 18,413 21,792 70 23,320 19,088 22,950 20,696 25,311 75 24,757 20,580 26,567 22,200 27,124 80 26,429 22,471 29,747 24,413 30,400 90 21,950 27,058 36,450 30,479 38,336(a) Calculated from grouped data. (b) Percentiles are calculated from grouped data.
94
Replikasi 3
24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulanN Valid Missing
500 500 500 500 5000 0 0 0 0
Mean 17,165 15,220 21,749 26,468 25,535Std.Error of Mean 0,3017 0,2421 0,4280 0,5519 0,4955Median 15,911(a) 13,683(a) 19,482(a) 24,312(a) 22,879(a)Mode 15,9 11,6 17,4 13,0 15,9Std. Deviation 6,7461 5,4145 9,5697 12,3407 11,0804Variance 45,509 29,316 91,579 152,294 122,775Skewness 0,888 1,389 0,921 0,470 0,696Std. Error of Skewness 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109Kurtosis 0,365 2,742 0,219 -0,879 -0,502Std. Error of Kurtosis 0,218 0,218 0,218 0,218 0,218Range 31,9 36,3 42,1 47,9 44,9Minimum 7,2 7,2 7,2 7,2 8,7Maksimum 39,1 43,5 49,3 55,1 53,6Sum 8582,4 7609,9 10874,6 13234,1 12767,4Percentiles 10 9,728(b) 9,311(b) 11,285(b) 11,968(b) 13,381(b) 20 11,600 10,297 13,370 14,403 15,439 25 11,743 11,096 14,457 15,610 16,400 30 12,667 11,799 15,460 17,018 17,447 40 14,236 12,843 17,493 20,130 20,090 50 15,911 13,683 19,482 24,312 22,879 60 17,444 14,678 21,785 29,000 26,027 70 19,159 16,233 24,659 33,657 30,545 75 21,054 17,483 26,975 36,564 32,894 80 22,586 19,345 30,131 38,794 36,200 90 26,991 22,386 35,684 44,400 42,423(a) Calculated from grouped data. (b) Percentiles are calculated from grouped data.
95
b) Formula a
Replikasi 1
24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulanN Valid Missing
500 500 500 500 5000 0 0 0 0
Mean 17,054 15,939 18,135 23,027 20,164Std.Error of Mean 0,3312 0,3321 0,3897 0,5428 0,4540Median 14,783(a) 13,133(a) 14,598(a) 18,939(a) 17,171(a)Mode 13,1 11,6 13,0 11,6 13,0Std. Deviation 7,4066 7,4257 8,7140 12,1382 10,1513Variance 54,858 55,141 75,934 147,336 103,048Skewness 0,810 1,328 1,429 1,029 1,168Std. Error of Skewness 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109Kurtosis -0,249 1,427 1,633 -0,014 0,750Std. Error of Kurtosis 0,218 0,218 0,218 0,218 0,218Range 31,8 37,0 42,1 46,4 46,4Minimum 6,0 5,0 7,2 8,7 7,2Maksimum 37,8 42,0 49,3 55,1 53,6Sum 8527,0 7969,5 9067,6 11513,6 10081,9Percentiles 10 8,790(b) 8,730(b) 10,061(b) 11,152(b) 10,037(b) 20 10,470 10,119 11,487 12,811 11,734 25 11,622 10,320 11,670 13,713 12,479 30 11,900 11,320 12,312 14,629 13,278 40 13,302 12,021 13,842 16,377 15,152 50 14,783 13,133 14,598 18,939 17,171 60 17,400 15,467 17,014 21,700 19,668 70 19,325 17,582 19,811 25,839 23,200 75 21,705 18,927 21,841 30,167 25,411 80 23,378 20,820 24,289 34,359 27,558 90 29,073 26,940 31,043 43,500 36,083(a) Calculated from grouped data. (b) Percentiles are calculated from grouped data.
96
Replikasi 2
24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulanN Valid Missing
500 500 500 500 5000 0 0 0 0
Mean 17,877 16,636 17,793 23,557 19,582Std.Error of Mean 0,3729 0,3788 0,3226 0,5661 0,4963Median 15,906(a) 13,706(a) 15,837(a) 19,648(a) 15,438(a)Mode 20,3 11,6 15,9 13,0 11,6(b)Std. Deviation 8,3388 8,4710 7,2134 12,6577 11,0983Variance 69,535 71,759 52,033 160,217 123,173Skewness 0,908 1,366 1,676 0,887 1,455Std. Error of Skewness 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109Kurtosis 0,055 1,427 3,263 -0,239 1,280Std. Error of Kurtosis 0,218 0,218 0,218 0,218 0,218Range 34,6 39,1 42,1 52,2 47,9Minimum 6,0 5,8 7,2 7,2 7,2Maksimum 40,6 44,9 49,3 59,4 55,1Sum 8938,7 8317,9 8896,7 11778,3 9791,2Percentiles 10 8,788(c) 8,707(c) 10,926(c) 10,179(c) 9,805(c) 20 10,283 10,056 12,178 12,033 11,143 25 11,525 10,266 13,081 13,360 11,657 30 12,000 11,079 13,663 14,360 12,350 40 14,233 11,685 14,793 16,815 14,033 50 15,906 13,706 15,837 19,648 15,438 60 17,675 15,616 17,339 23,516 17,258 70 20,436 19,025 19,279 28,152 20,953 75 22,800 20,922 20,331 31,543 23,807 80 24,657 22,825 21,943 34,800 26,233 90 30,436 28,700 25,950 44,340 39,100(a) Calculated from grouped data. (b) Multiple modes exist. The smallest value is shown. (c) Percentiles are calculated from grouped data.
97
Replikasi 3
24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulanN Valid Missing
500 500 500 500 5000 0 0 0 0
Mean 19,396 17,177 24,848 24,257 24,996Std.Error of Mean 0,3233 0,3786 0,5002 0,5273 0,5139Median 17,794(a) 14,350(a) 22,307(a) 21,120(a) 21,786(a)Mode 17,4 13,0 15,9 11,6 17,4Std. Deviation 7,2303 8,4661 11,1838 11,7901 11,4900Variance 52,277 71,675 125,078 139,008 132,021Skewness 0,702 1,354 0,658 0,770 0,922Std. Error of Skewness 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109Kurtosis -0,043 1,542 -0,527 -0,431 0,017Std. Error of Kurtosis 0,218 0,218 0,218 0,218 0,218Range 36,3 37,7 47,9 46,4 46,4Minimum 7,2 7,2 7,2 7,2 8,7Maksimum 43,5 44,9 55,1 53,6 55,1Sum 9698,1 8588,5 12423,8 12128,4 12498,0Percentiles 10 10,831(b) 8,735(b) 12,234(b) 11,410(b) 13,104(b) 20 13,026 10,443 14,758 13,524 15,057 25 13,614 11,157 15,835 14,714 15,900 30 14,549 11,631 17,002 15,900 16,772 40 16,050 12,825 19,395 18,278 18,564 50 17,794 14,350 22,307 21,120 21,786 60 20,267 16,052 25,751 24,415 25,636 70 21,791 19,517 29,646 29,318 29,311 75 23,732 21,284 31,803 32,292 32,100 80 25,279 23,365 35,558 35,309 34,683 90 30,035 28,625 42,395 43,300 42,409(a) Calculated from grouped data. (b) Percentiles are calculated from grouped data.
98
c) Formula b
Replikasi 1
24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulanN Valid Missing
500 500 500 500 5000 0 0 0 0
Mean 14,049 15,489 19,236 22,754 20,265Std.Error of Mean 0,2006 0,2512 0,3988 0,4269 0,3882Median 13,145(a) 14,610(a) 16,840(a) 20,199(a) 18,009(a)Mode 13,1 11,6 15,9 14,5 13,0Std. Deviation 4,4845 5,6166 8,9174 9,5456 8,6801Variance 20,111 31,547 79,519 91,119 75,344Skewness 0,770 0,970 1,316 0,998 1,212Std. Error of Skewness 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109Kurtosis 0,352 0,916 1,374 0,374 1,184Std. Error of Kurtosis 0,218 0,218 0,218 0,218 0,218Range 23,3 31,9 42,1 46,4 42,1Minimum 6,0 7,2 7,2 7,2 7,2Maksimum 29,3 39,1 49,3 53,6 49,3Sum 7024,5 7744,5 9617,9 11376,8 10132,7Percentiles 10 8,750(b) 8,905(b) 10,188(b) 12,810(b) 11,655(b) 20 10,250 10,239 12,119 14,633 13,042 25 10,973 10,893 12,906 15,467 13,750 30 11,619 11,621 13,733 16,368 14,458 40 12,084 13,011 15,279 18,244 16,018 50 13,145 14,610 16,840 20,199 18,009 60 14,541 15,993 18,616 22,423 20,186 70 15,920 17,570 20,908 25,918 22,881 75 16,333 18,516 22,582 28,156 24,642 80 17,514 19,871 25,383 30,650 26,756 90 20,420 23,538 32,444 37,340 32,500(a) Calculated from grouped data. (b) Percentiles are calculated from grouped data.
99
Replikasi 2
24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulanN Valid Missing
500 500 500 500 5000 0 0 0 0
Mean 14,880 15,249 22,795 15,435 21,375Std.Error of Mean 0,3012 0,3248 0,4261 0,2834 0,4736Median 13,060(a) 12,976(a) 20,846(a) 13,918(a) 18,183(a)Mode 13,1 10,1 15,9 13,0 14,5Std. Deviation 6,7350 7,2620 9,5281 6,3373 10,5894Variance 45,361 52,737 90,785 40,161 112,136Skewness 1,496 1,904 0,789 1,886 1,163Std. Error of Skewness 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109Kurtosis 2,088 3,853 -0,092 4,951 0,746Std. Error of Kurtosis 0,218 0,218 0,218 0,218 0,218Range 33,1 37,7 40,6 42,1 47,9Minimum 6,0 7,2 8,7 7,2 7,2Maksimum 39,1 44,9 49,3 49,3 55,1Sum 7440,0 7624,5 11397,5 7717,7 10687,5Percentiles 10 8,641(b) 8,755(b) 12,169(b) 9,079(b) 10,738(b) 20 9,931 9,883 14,455 10,229 12,622 25 10,242 10,178 15,408 10,842 13,489 30 10,559 10,289 16,374 11,625 14,304 40 11,738 11,634 18,012 12,675 15,825 50 13,060 12,976 20,846 13,918 18,183 60 14,524 14,357 23,177 15,117 20,777 70 15,969 15,962 26,388 16,650 24,388 75 17,410 17,562 28,690 17,702 26,908 80 18,854 18,819 31,418 19,166 29,750 90 24,508 24,277 36,814 23,200 37,283(a) Calculated from grouped data. (b) Percentiles are calculated from grouped data.
100
Replikasi 3
24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulanN Valid Missing
500 500 500 500 5000 0 0 0 0
Mean 15,609 15,630 18,910 18,581 21,814Std.Error of Mean 0,2644 0,2313 0,3186 0,3600 0,4159Median 14,240(a) 14,514(a) 17,164(a) 15,920(a) 19,108(a)Mode 13,0 11,6 15,9 13,0 15,9Std. Deviation 5,9115 5,1710 7,1239 8,0494 9,2994Variance 34,946 26,739 50,750 64,793 86,478Skewness 0,999 1,217 1,347 1,196 1,221Std. Error of Skewness 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109Kurtosis 0,563 2,149 2,000 0,869 1,066Std. Error of Kurtosis 0,218 0,218 0,218 0,218 0,218Range 30,2 30,5 40,6 39,2 46,4Minimum 6,0 7,2 8,7 7,2 8,7Maksimum 36,2 37,7 49,3 46,4 55,1Sum 7804,7 7815,2 9455,2 9290,7 10907,1Percentiles 10 9,125(b) 10,069(b) 11,628(b) 10,274(b) 12,542(b) 20 10,519 11,317 13,228 12,116 14,541 25 11,605 11,633 13,897 12,730 15,220 30 11,688 11,694 14,561 13,044 15,900 40 13,020 13,058 15,789 14,567 17,371 50 14,240 14,514 17,164 15,920 19,108 60 15,484 15,905 18,636 17,947 21,350 70 17,417 17,445 20,663 20,565 24,035 75 18,397 18,378 22,049 22,609 25,454 80 19,967 19,550 23,861 25,132 28,340 90 24,678 22,329 29,000 31,082 36,044(a) Calculated from grouped data. (b) Percentiles are calculated from grouped data.
101
d) Formula ab
Replikasi 1
24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulanN Valid Missing
500 500 500 500 5000 0 0 0 0
Mean 19,004 16,155 23,394 25,021 23,220Std.Error of Mean 0,2558 0,3024 0,4888 0,4561 0,5366Median 17,655(a) 14,189(a) 20,786(a) 22,832(a) 19,625(a)Mode 14,6 13,0 15,9 14,5 11,6Std. Deviation 5,7197 6,7619 10,9307 10,1980 11,9986Variance 32,715 45,723 119,481 104,000 143,966Skewness 0,874 1,188 0,675 0,802 0,987Std. Error of Skewness 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109Kurtosis 0,374 1,111 -0,522 0,001 -0,016Std. Error of Kurtosis 0,218 0,218 0,218 0,218 0,218Range 27,8 31,9 42,1 44,9 47,9Minimum 8,8 7,2 7,2 8,7 7,2Maksimum 36,6 39,1 49,3 53,6 55,1Sum 9501,8 8077,7 11696,9 12510,5 11610,0Percentiles 10 13,027(b) 8,780(b) 11,031(b) 13,785(b) 11,121(b) 20 14,524 10,193 13,470 15,823 12,899 25 14,672 10,725 14,575 16,915 13,835 30 15,760 11,623 15,508 18,013 14,792 40 16,333 12,876 17,430 20,413 16,849 50 17,655 14,189 20,786 22,832 19,625 60 18,956 16,281 24,108 25,676 22,537 70 20,530 18,097 29,600 29,187 26,940 75 21,787 19,576 31,614 31,459 29,867 80 23,433 20,984 33,300 34,125 33,300 90 27,630 25,743 39,975 39,562 43,000(a) Calculated from grouped data. (b) Percentiles are calculated from grouped data.
102
Replikasi 2
24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulanN Valid Missing
500 500 500 500 5000 0 0 0 0
Mean 15,308 15,818 22,903 25,048 21,960Std.Error of Mean 0,2960 0,3164 0,4399 0,5595 0,5043Median 13,094(a) 13,439(a) 20,005(a) 21,846(a) 18,545(a)Mode 10,1 11,6(b) 15,9 11,6 11,6Std. Deviation 6,6186 7,0754 9,8359 12,5102 11,2758Variance 43,806 50,062 96,745 156,505 127,144Skewness 1,390 1,603 0,910 0,652 1,121Std. Error of Skewness 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109Kurtosis 1,713 2,746 0,073 -0,715 0,473Std. Error of Kurtosis 0,218 0,218 0,218 0,218 0,218Range 31,9 40,6 45,0 44,9 47,9Minimum 7,2 7,2 7,2 8,7 7,2Maksimum 39,1 47,8 52,2 53,6 55,1Sum 7653,8 7909,2 11451,4 12523,9 10979,8Percentiles 10 8,767(c) 8,763(c) 12,567(c) 11,497(c) 10,731(c) 20 10,143 10,169 14,593 13,205 12,362 25 10,297 10,506 15,371 14,233 13,173 30 11,041 11,538 16,155 15,363 14,135 40 11,843 12,393 17,800 18,297 16,305 50 13,094 13,439 20,005 21,846 18,545 60 14,764 15,265 23,347 25,924 21,445 70 16,900 16,858 26,753 31,416 24,975 75 17,700 17,825 28,475 34,014 27,625 80 19,100 20,133 30,746 37,800 30,605 90 24,700 25,800 38,313 44,550 39,433(a) Calculated from grouped data. (b) Multiple modes exist. The smallest value is shown. (c) Percentiles are calculated from grouped data.
103
Replikasi 3
24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulanN Valid Missing
500 500 500 500 5000 0 0 0 0
Mean 14,133 13,638 21,069 26,779 25,951Std.Error of Mean 0,2871 0,2719 0,4258 0,5244 0,5626Median 11,890(a) 11,619(a) 18,557(a) 24,855(a) 21,963(a)Mode 11,6 10,1 14,5 14,5 15,9Std. Deviation 6,4187 6,0789 9,5211 11,7253 12,5795Variance 41,200 36,953 90,651 137,482 158,244Skewness 1,516 1,873 1,113 0,439 0,792Std. Error of Skewness 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109Kurtosis 2,566 4,029 0,725 -0,857 -0,446Std. Error of Kurtosis 0,218 0,218 0,218 0,218 0,218Range 34,0 36,2 46,4 47,8 47,8Minimum 5,1 5,8 7,2 8,7 8,7Maksimum 39,1 42,0 53,6 56,5 56,5Sum 7066,7 6818,8 10534,4 13389,7 12975,6Percentiles 10 8,050(b) 8,136(b) 11,061(b) 12,939(b) 12,835(b) 20 8,796 8,777 13,053 15,211 14,900 25 9,441 9,191 13,935 16,520 15,733 30 10,158 9,822 14,796 18,149 16,711 40 11,209 10,251 16,551 21,570 18,998 50 11,890 11,619 18,557 24,855 21,963 60 13,758 12,818 20,854 28,613 26,400 70 15,856 14,461 24,106 33,534 31,793 75 17,012 15,747 25,089 35,910 34,128 80 17,865 17,500 27,833 38,500 36,814 90 22,796 21,459 35,780 44,327 47,100(a) Calculated from grouped data. (b) Percentiles are calculated from grouped data.
104
2. Viskositas emulsi
Formula 1 Replikasi 24 jam
(dPas) 7 hari (dPas)
15 hari (dPas)
21 hari (dPas)
1 bulan (dPas)
1 1,0 1,0 1,1 1,2 1,0 2 1,0 1,2 1,2 1,1 1,2 3 1,1 1,2 1,1 1,1 1,0
Mean 1,033 1,133 1,133 1,133 1,067 SD 0,058 0,115 0,058 0,058 0,115
Formula a Replikasi 24 jam
(dPas) 7 hari (dPas)
15 hari (dPas)
21 hari (dPas)
1 bulan (dPas)
1 1,2 1,0 1,1 1,0 1,1 2 0,9 1,0 1,1 1,0 1,1 3 1,0 1,0 1,3 1,1 1,0
Mean 1,033 1,000 1,167 1,033 1,067 SD 0,153 0 0,115 0,058 0,058
Formula b Replikasi 24 jam
(dPas) 7 hari (dPas)
15 hari (dPas)
21 hari (dPas)
1 bulan (dPas)
1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,2 2 1,3 1,1 1,3 1,2 1,1 3 1,0 1,2 1,3 1,2 1,0
Mean 1,133 1,133 1,233 1,167 1,100 SD 0,153 0,058 0,115 0,058 0,100
Formula ab Replikasi 24 jam
(dPas) 7 hari (dPas)
15 hari (dPas)
21 hari (dPas)
1 bulan (dPas)
1 1,1 1,2 1,1 1,0 1,2 2 1,0 1,0 1,1 1,1 1,0 3 1,1 1,2 1,3 1,3 1,0
Mean 1,067 1,133 1,167 1,133 1,067 SD 0,058 0,115 0,115 0,153 0,115
105
3. Ukuran droplet emulsi
Formula 1 Replikasi 24 jam
(µm) 7 hari (µm)
15 hari (µm)
21 hari (µm)
1 bulan (µm)
1 29,073 26,167 26,380 34,991 28,583 2 21,950 27,058 36,450 30,479 38,336 3 26,991 22,386 35,684 44,400 45,423
Mean 26,005 25,204 32,838 36,623 37,447 SD 3,663 2,481 5,606 7,103 8,455
Formula a
Replikasi 24 jam (µm)
7 hari (µm)
15 hari (µm)
21 hari (µm)
1 bulan (µm)
1 29,073 26,940 31,043 43,500 36,083 2 30,436 28,700 25,950 44,340 39,100 3 30,035 28,625 42,395 43,300 42,409
Mean 29,848 28,088 33,129 43,713 39,197 SD 0,700 0,995 8,419 0,552 3,164
Formula b Replikasi 24 jam
(µm) 7 hari (µm)
15 hari (µm)
21 hari (µm)
1 bulan (µm)
1 20,420 23,538 32,444 37,340 32,500 2 24,508 24,277 36,814 23,200 37,283 3 24,678 22,329 29,000 31,082 36,044
Mean 23,202 23,381 32,753 30,541 35,276 SD 2,411 0,983 3,916 7,086 2,482
Formula ab
Replikasi 24 jam (µm)
7 hari (µm)
15 hari (µm)
21 hari (µm)
1 bulan (µm)
1 27,630 25,743 39,975 39,562 43,000 2 24,700 25,800 38,313 44,550 39,433 3 22,796 21,459 35,780 44,327 47,100
Mean 25,042 24,334 38,023 42,813 43,178 SD 2,435 2,490 2,113 2,818 3,837
106
4. Indeks Creaming Emulsi
Formula 1
Replikasi 24 jam (%)
7 hari (%)
15 hari (%)
21 hari (%)
1 bulan (5%)
1 31,8 31,8 31,8 31,8 30,9 2 36,4 34,5 34,5 34,5 34,5 3 35,0 34,0 34,0 34,0 33,0
Mean 34,400 33,433 33,433 33,433 32,800 SD 2,358 1,436 1,436 1,436 1,808
Formula a
Replikasi 24 jam (%)
7 hari (%)
15 hari (%)
21 hari (%)
1 bulan (5%)
1 31,8 30,9 30,9 30,9 30,9 2 33,6 31,8 31,8 31,8 31,8 3 35,4 33,6 33,6 33,6 33,6
Mean 33,600 32,100 32,100 32,100 32,100 SD 1,800 1,375 1,375 1,375 1,375
Formula b Replikasi 24 jam
(%) 7 hari (%)
15 hari (%)
21 hari (%)
1 bulan (5%)
1 33,6 32,7 32,7 32,7 32,7 2 33,6 32,3 32,3 32,3 32,3 3 35,0 34,0 34,0 34,0 33,0
Mean 34,067 33,000 33,000 33,000 32,667 SD 0,808 0,889 0,889 0,889 0,351
Formula ab Replikasi 24 jam
(%) 7 hari (%)
15 hari (%)
21 hari (%)
1 bulan (5%)
1 32,7 31,8 31,8 31,8 30,9 2 32,7 31,4 31,4 31,4 31,4 3 33,0 32,0 32,0 32,0 31,5
Mean 32,800 31,733 31,733 31,733 31,267 SD 0,173 0,306 0,306 0,306 0,321
107
5. Pergeseran Ukuran droplet
Formula 1
Replikasi Ukuran dropet 24 jam (µm)
Ukuran droplet 1bulan (µm)
Pergeseran Ukuran Droplet (%)
1 29,073 28,583 1,685 2 21,950 38,336 19,987 3 26,991 45,423 68,289
Mean SD
48,208 40,416
Formula a
Replikasi Ukuran dropet 24 jam (µm)
Ukuran droplet 1bulan (µm)
Pergeseran Ukuran Droplet (%)
1 29,073 36,083 24,112 2 30,436 39,100 28,466 3 30,035 42,409 41,199
Mean SD
31,259 8,879
Formula b
Replikasi Ukuran dropet 24 jam (µm)
Ukuran droplet 1bulan (µm)
Pergeseran Ukuran Droplet (%)
1 20,420 32,500 59,158 2 24,508 37,283 52,126 3 24,678 36,044 46,057
Mean SD
52,447 6,556
Formula ab
Replikasi Ukuran dropet 24 jam (µm)
Ukuran droplet 1bulan (µm)
Pergeseran Ukuran Droplet (%)
1 27,630 43,000 55,628 2 24,700 39,433 59,648 3 22,796 47,100 106,615
Mean SD
73,964 28,348
108
Lampiran 5. Uji Normalitas dan Uji Signifikansi (Friedman Test) Terhadap
Profil Periodik Viskositas, Ukuran Droplet Dan Indeks Creaming
1. Uji Normalitas
a. Uji normalitas sifat fisis 24 jam dengan SPSS 13.0
Kolmogorov-Sminova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig
Viskositas 0,233 12 0,072 0,897 12 0,148 (normal) Ukuran droplet 0,155 12 0,200 0,941 12 0,510 (normal) Indeks creaming 0,199 12 0,200 0,938 12 0,478 (normal) a. Lilliefors Significance Correction Sig (p) > 0,05, berarti data normal
Sig (p) < 0,05, berarti data tidak normal
Jumlah semua data untuk masing-masing respon adalah 12 (N=12) sehingga data
yang dilihat adalah Shapiro-Wilk..
b. Uji normalitas sifat fisis dengan design expert 7.14
Hasil uji menunjukkan viskositas 24 jam, ukuran droplet 24 jam, dan
indeks creaming mempunyai data yang normal, yang ditunjukkan oleh normal
plot tidak membentuk huruf “S”, Residuals vs Predicted plot yang tidak
membentuk mega phone (<) dan recomended transform none (lambda =1) pada
Box cox plot
109
Viskositas 24 jam
110
Ukuran droplet 24 jam
111
Indeks creaming 24 jam
112
c. Uji normalitas profil periodik sifat fisis dengan SPSS 13.0
Tests of Normality
Kolmogorov-Sminova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig
Viskositas 0,210 60 0,000 (tidak normal) 0,884 60 0,000 ukuran droplet 0,125 60 0,020 (tidak normal) 0,940 60 0,006 indeks creaming 0,145 60 0,003 (tidak normal) 0,940 60 0,006
a. Lilliefors Significance Correction Sig > 0,05, berarti data Normal dan Sig < 0,05, berarti data tidak Normal
Jumlah semua data untuk masing-masing respon adalah 60 (N=60) sehingga data
yang dilihat adalah Kolmogorov-Sminov.
2. Viskositas
Viskositas mempunyai data yang tidak normal (p< 0,05) sehingga
digunakan uji Friedman.
Formula 1 Rank Mean Rank F1 24 jam viskositas 2,00F1 7 hari viskositas 3,67F1 15 hari viskositas 3,67F1 21 hari viskositas 3,33F1 1 bulan viskositas 2,33 Uji statistika
N 3 Chi-Square 3,667 df 4 Asymp. Sig. 0,453
a. Friedman test
113
Wilcoxon Signed Test Test Statisticsd
Z Asymp. Sig. (2-tailed) F1 7 hari viskositas – F1 24 jam viskositas
-1,342a 0,180
F1 15 hari viskositas – F1 24 jam viskositas
-1,342a 0,180
F1 21 hari viskositas- F1 24 jam viskositas
-1,342a 0,180
F1 1 bulan viskositas – F1 24 jam viskositas
-0,447a 0,655
a. Based on negative ranks. b. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks c. Based on positive ranks. d. Wilcoxon Signed Ranks Test
Formula a Ranks Mean Rank Fa 24 jam viskositas 2,67Fa 7 hari viskositas 2,00Fa 15 hari viskositas 4,33Fa 21 hari viskositas 2,67Fa 1 bulan viskositas 3,33
Test Statisticsa N 3 Chi-Square 4,308 df 4 Asymp. Sig. 0,366 a. Friedman Test
Wilcoxon Signed Test
Test Statisticsd Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fa 7 hari viskositas – Fa 24 jam viskositas
-0,447a 0,655
Fa 15 hari viskositas – Fa 24 jam viskositas
-1,069b 0,285
Fa 21 hari viskositas – Fa 24 jam viskositas
0,000c 1,000
Fa 1 bulan viskositas – Fa 24 jam viskositas
-0,447b 0,655
1. Based on positive ranks. 2. Based on negative ranks.
114
3. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. 4. Wilcoxon Signed Ranks Test
Formula b
Ranks Mean Rank Fb 24 jam viskositas 2,83Fb 7 hari viskositas 2,50Fb 15 hari viskositas 4,00Fb 21 hari viskositas 3,00Fb 1 bulan viskositas 2,67
Uji statistika
N 3 Chi-Square 2,174 df 4 Asymp. Sig. 0,704 a. Friedman Test
Wilcoxon Signed Test
Test Statisticsd Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fb 7 hari viskositas – Fb 24 jam viskositas
0,000a 1,000
Fb 15 hari viskositas – Fb24 jam viskositas
-1,000b 0,317
Fb 21 hari viskositas – Fb 24 jam viskositas
-0,447b 0,655
Fb 1 bulan viskositas – Fb 24 jam viskositas
-0,447c 0,655
a. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. b. Based on negative ranks. c. Based on positive ranks. d. Wilcoxon Signed Ranks Test
Formula ab
Ranks
Mean Rank Fab 24 jam viskositas 2,17Fab 7 hari viskositas 3,17Fab 15 hari viskositas 3,83Fab 21 hari viskositas 3,33Fab 1 bulan viskositas 2,50
Uji statistika
N 3 Chi-Square 2,462 Df 4 Asymp. Sig. 0,652 a. Friedman Test
115
Wilcoxon Signed Test
Test Statisticsd Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fab 7 hari viskositas – Fab 24 jam viskositas -1,414a 0,157
Fab 15 hari viskositas – Fab 24 jam viskositas -1,342a 0,180
Fab 21 hari viskositas – Fab 24 jam viskositas -0,816a 0,414
Fab 1 bulan viskositas – Fab 24 jam viskositas 0,000b 1,000
a. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. b. Based on negative ranks. c. Based on positive ranks. d. Wilcoxon Signed Ranks Test
3. Ukuran droplet
Formula 1 Ranks
Mean Rank F1 24 jam ukuran droplet 2,17 F1 7 hari ukuran droplet 3,17 F1 15 hari ukuran droplet 3,83 F1 21 hari ukuran droplet 3,33 F1 1 bulan ukuran droplet 2,50
Uji statistika
N 3 Chi-Square 7,200 Df 4 Asymp. Sig. 0,126
a. Friedman Test
Wilcoxon Signed Test Test Statisticsc
Z Asymp. Sig. (2-tailed) F1 7 hari ukuran droplet – F1 24 jam ukuran droplet 0,000a 1,000
F1 15 hari ukuran droplet – F1 24 jam ukuran droplet -1,069b 0,285
F1 21 hari ukuran droplet – F1 24 jam ukuran droplet -1,604b 0,109
F1 1 bulan ukuran droplet – F1 24 jam ukuran droplet -1,069b 0,285
a. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks.
116
b. Based on negative ranks. c. Wilcoxon Signed Ranks Test Formula a
Ranks Mean RankFa 24 jam ukuran droplet 2,33 Fa 7 hari ukuran droplet 1,33 Fa 15 hari ukuran droplet 2,33 Fa 21 hari ukuran droplet 5,00 Fa 1 bulan ukuran droplet 4,00
Uji statistika
N 3 Chi-Square 10,400 df 4 Asymp. Sig. 0,034
a. Friedman Test
Wilcoxon Signed Test
Test Statisticsc Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fa 7 hari ukuran droplet – Fa 24 jam ukuran droplet -1,604a 0,109
Fa 15 hari ukuran droplet – Fa 24 jam ukuran droplet -0,535b 0,593
Fa 21 hari ukuran droplet – Fa 24 jam ukuran droplet -1,604b 0,109
Fa 1 bulan ukuran droplet – Fa 24 jam ukuran droplet -1,604b 0,109
a. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. b. Based on negative ranks. c. Wilcoxon Signed Ranks Test
Formula b
Ranks Mean RankFb 24 jam ukuran droplet 2,00Fb 7 hari ukuran droplet 1,67 Fb 15 hari ukuran droplet 3,33 Fb 21 hari ukuran droplet 3,33Fb 1 bulan ukuran droplet 4,67
Uji statistika
N 3 Chi-Square 6,933 df 4 Asymp. Sig. 0,139
a. Friedman Test
117
Wilcoxon Signed Test
Test Statisticsc Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fb 7 hari ukuran droplet – Fb 24 jam ukuran droplet 0,000a 1,000
Fb 15 hari ukuran droplet – Fb 24 jam ukuran droplet -1,604b 0,109
Fb 21 hari ukuran droplet – Fb 24 jam ukuran droplet -1,069b 0,285
Fb 1 bulan ukuran droplet – Fb 24 jam ukuran droplet -1,604b 0,109
a. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. b. Based on negative ranks. c. Wilcoxon Signed Ranks Test
Formula ab
Ranks Mean Rank Fab 24 jam ukuran droplet 1,67Fab 7 hari ukuran droplet 1,33 Fab 15 hari ukuran droplet 3,33 Fab 21 hari ukuran droplet 4,00 Fab 1 bulan ukuran droplet 4,67
Uji statistika
N 3 Chi-Square 10,133 df 4 Asymp. Sig. 0,038
a. Friedman Test
Wilcoxon Signed Test Test Statisticsc
Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fab 7 hari ukuran droplet – Fab 24 jam ukuran droplet -1,069a 0,285
Fab 15 hari ukuran droplet – Fab 24 jam ukuran droplet -1,604b 0,109
Fab 21 hari ukuran droplet – Fab 24 jam ukuran droplet -1,604b 0,109
Fab 1 bulan ukuran droplet – Fab 24 jam ukuran droplet -1,604b 0,109
a. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. b. Based on negative ranks.
118
c. Wilcoxon Signed Ranks Test 4. Indeks creaming
Formula 1
Ranks Mean Rank F1 24 jam indeks creaming 4,50 F1 7 hari indeks creaming 3,00F1 15 hari indeks creaming 3,00 F1 21 hari indeks creaming 3,00 F1 1 bulan indeks creaming 1,50
Uji statistika
N 3 Chi-Square 9,000 df 4 Asymp. Sig. 0,061
a. Friedman Test
Wilcoxon Signed Test
Test Statisticsc Z Asymp. Sig. (2-tailed) F1 7 hari indeks creaming – F1 24 jam indeks creaming -1,342a 0,180
F1 15 hari indeks creaming – F1 24 jam indeks creaming -1,342a 0,180
F1 21 hari indeks creaming – F1 24 jam indeks creaming -1,342a 0,180
F1 1 bulan indeks creaming – F1 24 jam indeks creaming -1,604a 0,109
a. Based on positive ranks b. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. c. Wilcoxon Signed Ranks Test
Formula a
Ranks Mean Rank Fa 24 jam indeks creaming 5,00 Fa 7 hari indeks creaming 2,50Fa 15 hari indeks creaming 2,50 Fa 21 hari indeks creaming 2,50 Fa 1 bulan indeks creaming 2,50
Uji statistika
N 3 Chi-Square 12,000 df 4 Asymp. Sig. ,017
a. Friedman Test
119
Wilcoxon Signed Test Test Statisticsc
Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fa 7 hari indeks creaming – Fa 24 jam indeks creaming -1,633a 0,102
Fa 15 hari indeks creaming – Fa 24 jam indeks creaming -1,633a 0,102
Fa 21 hari indeks creaming – Fa1 24 jam indeks creaming -1,633a 0,102
Fa 1 bulan indeks creaming – Fa 24 jam indeks creaming -1,633a 0,102
a. Based on positive ranks b. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. c. Wilcoxon Signed Ranks Test
Formula b
Ranks Mean RankFb 24 jam indeks creaming 5,00 Fb 7 hari indeks creaming 2,67 Fb 15 hari indeks creaming 2,67Fb 21 hari indeks creaming 2,67 Fb 1 bulan indeks creaming 2,00
Uji statistika
N 3 Chi-Square 10,667 df 4 Asymp. Sig. ,031
a. Friedman Test
Wilcoxon Signed Test Test Statisticsc
Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fb 7 hari indeks creaming – Fb 24 jam indeks creaming -1,604a 0,109
Fb 15 hari indeks creaming – Fb 24 jam indeks creaming -1,604a 0,109
Fb 21 hari indeks creaming – Fb1 24 jam indeks creaming -1,604a 0,109
Fb 1 bulan indeks creaming – Fb 24 jam indeks creaming -1,604a 0,109
a. Based on positive ranks b. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. c. Wilcoxon Signed Ranks Test
120
Formula ab
Ranks Mean
Rank Fab 24 jam indeks creaming 5,00 Fab 7 hari indeks creaming 2,83 Fab 15 hari indeks creaming 2,83Fab 21 hari indeks creaming 2,83 Fab 1 bulan indeks creaming 1,50
Uji statistika
N 3Chi-Square 10,857df 4Asymp. Sig. ,028
a. Friedman Test
Wilcoxon Signed Test
Test Statisticsc Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fab 7 hari indeks creaming – Fab 24 jam indeks creaming -1,604a 0,109
Fab 15 hari indeks creaming – Fab 24 jam indeks creaming -1,604a 0,109
Fab 21 hari indeks creaming – Fab1 24 jam indeks creaming -1,604a 0,109
Fab 1 bulan indeks creaming – Fab 24 jam indeks creaming -1,604a 0,109
a. Based on positive ranks b. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. c. Wilcoxon Signed Ranks Test
121
Lampiran 6. Uji ANOVA two ways dengan Design Expert 7.14
1. Viskositas 24 jam
Tabel analisis variansi (partial sum of squares – Type III) Source of variation
Sum of square
df Mean squares F value
Prob > F
Model 0,020 3 6,667E-003 0,50 0,6926 (tidak signifikan) A (Span 80) 3,333E-
003 1 3,333E-003 0,25 0,6305
B (Tween 80) 0,013 1 0,013 1,00 0,3466 AB (interaksi) 3,333E-
003 1 3,333E-003 0,25 0,6305
Pure Error 0,110 8 0,013 Cor Total 0,130 11 SD 0,12 R-Squared 0,1579 Mean 1,07 Adj R-Squared -0,1579 CV (%) 10,83 Pred R-Squared -0,8947 Press 0,24 Adeq Precision 1,500 Final Equation in Terms of Coded Factors: Y =1,070–0,017A+0,033B–0,017AB
Final Equation in Terms of Actual Factors: Y = 0,533+0,017A+0,250B–8,503AB
Tabel efek span 80, tween 80 dan interaksinya terhadap viskositas 24 jam Efek Sum of squares % Kontribusi A (span 80) -0,033 3,333E-003 2,630 B (tween 80) 0,067 0,013 10,530 AB -0,033 3,333E-003 2,630
2. Ukuran Droplet 24 jam
Tabel analisis variansi (partial sum of squares – Type III) Source of variation
Sum of square
Degrees of freedom
Mean squares
F value
Prob > F
Model 70,65 3 23,55 3,67 0,0627 (tidak signifikan) A (Span 80) 24,23 1 24,23 3,78 0,0878 B (Tween 80) 43,42 1 43,42 6,77 0,0315 AB (interaksi) 3,01 1 3,01 0,47 0,5126 Pure Error 51,29 8 6,41 Cor Total 121,95 11 SD 2,53 R-Squared 0,5794 Mean 26,02 Adj R-Squared 0,4217 CV (%) 9,73 Pred R-Squared 0,0536 Press 115,41 Adeq Precision 4,546
122
Final Equation in Terms of Coded Factors: Y= 26,020+1,420A–1,900B–0,500AB
Final Equation in Terms of Actual Factors:Y=-19,462+1,884A+5,438B-0,255AB
Tabel efek span 80, tween 80 dan interaksinya terhadap ukuran droplet 24 jam Efek Sum of squares % Kontribusi A (span 80) 2,840 24,230 19,870 B (tween 80) -3,800 43,420 35,600 AB -1,000 3,010 2,470
3. Indeks Creaming 24 jam
Tabel analisis variansi (partial sum of squares – Type III) Source of variation
Sum of square
Degrees of freedom
Mean squares
F value
Prob > F
Model 4,33 3 1,44 0,61 0,6278(tidak signifikan) A (Span 80) 3,20 1 3,20 1,35 0,2786 B (Tween 80) 0,96 1 0,96 0,41 0,5416 AB (interaksi) 0,16 1 0,16 0,069 0,7996 Pure Error 18,97 8 2,37 Cor Total 23,30 11 SD 1,54 R-Squared 0,1859 Mean 33,72 Adj R-Squared -0,1194 CV (%) 4,57 Pred R-Squared -0,8318 Press 44,67 Adeq Precision 1,8000 Final Equation in Terms of Coded Factors:Y=33,720-0,520A-0,280B–0,120AB
Final Equation in Terms of Actual Factors:Y=38,838-0,167A+1,381B–0,059AB
Tabel efek span 80, tween 80 dan interaksinya terhadap indeks creaming 24 jam Efek Sum of squares % Kontribusi A (span 80) -1,030 3,200 13,750 B (tween 80) -0,200 0,960 4,140 AB -0,800 0,160 0,700
123
4. Pergeseran Ukuran Droplet
Tabel analisis variansi (partial sum of squares – Type III) Source of variation
Sum of square
Degrees of freedom
Mean squares
F value
Prob > F
Model 2778,13 3 926,04 1,45 0,2997 (tidak signifikan)A (Span 80) 15,65 1 15,65 0,024 0,8796 B (Tween 80) 1652,76 1 1654,76 2,58 0,1466 AB (interaksi) 1109,72 1 1109,72 1,73 0,2243 Pure Error 5117,77 8 639,72 Cor Total 7895,90 11 SD 25,29 R-Squared 0,3518 Mean 51,47 Adj R-Squared 0,1088 CV (%) 49,14 Pred R-Squared -0,4583 Press 11514,98 Adeq Precision 2,9240 Final Equation in Terms of Coded Factors:Y=51,470+1,140A+11,740B+9,620AB
Final Equation in Terms of Actual Factors:
Y=445,006–15,866A–122,127B+4,906AB
Tabel efek span 80, tween 80 dan interaksinya terhadap pergeseran ukuran droplet Efek Sum of squares %Kontribusi A (span 80) 2,280 15,650 0,200 B (tween 80) 23,470 1652,76 20,930 AB 19,230 1109,72 14,050
124
Uji normalitas untuk data pergeseran ukuran droplet
125
Lampiran 7. Foto emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare
Formula 1 Formula a
Formula b Formula ab
126
Lampiran 8. Dokumentasi
Ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia)
Propeller mixer Ultra turrax
127
Waterbath dengan fase air dan fase minyak
Viskometer Rion-VT 04 dengan rotor no.3
Fotomikroskop MOTIC
128
Kromatogram KLT yang diamati dengan sinar UV 254 nm
129
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Efek Span 80 dan Tween 80
Sebagai Emulgator Terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas
Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica
charantia L.): Aplikasi Desain Faktorial” ini memiliki nama
lengkap Lia Yumi Yusvita. Penulis lahir di Pemangkat pada
tanggal 25 September 1989 dan anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Bapak
Robby Supardi dan Ibu Yussy Sufianti. Penulis mengawali pendidikan formal
pada tahun 1994-2000 di SD AMKUR Pemangkat, kemudian melanjutkan
pendidikan pada tahun 2000-2003 di SMP AMKUR Pemangkat. Pada tahun
2003-2006 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA AMKUR Pemangkat. Pada
tahun 2006 penulis mengawali pendidikannya sebagai mahasiswa Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan berhasil menyelesaikannya
pada tahun 2010. Selama kuliah, penulis pernah menjadi asisten pada praktikum
Botani Dasar (2007 dan 2009). Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai
kegiatan kemahasiswaan dan kepanitiaan antara lain sekretaris BPMF (periode
2006-2007), panitia TITRASI 2007, panitia seminar ilmiah nasional (2007 dan
2009), peserta PIMNAS XXI di Semarang (2008), dan pengabdian masyarakat
Fakultas Farmasi USD (2008).