bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17604/4/chapter...

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu bagian dari pasar keuangan (Financial market), di samping pasar uang (Money Market) yang sangat penting peranannya bagi pembangunan nasional pada umumnya dan bagi pengembangan dunia usaha pada khususnya sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan eksternal oleh perusahaan. Di lain pihak dari sisi pemodal (investor), pasar modal sebagai salah satu sarana investasi dapat bermanfaat untuk meningkatkan nilai tambah terhadap dana yang dimilikinya. 1 Berkembangnya pasar uang dan pasar modal dengan dengan tingkat perputaran yang terus meninggi (high return) menjadi ciri perekonomian di penghujung abad ke-20 hingga awal abad ke-21 ini. Sebagai dampaknya, para pelaku bisnis tidak lagi hanya mengandalkan komoditas barang dalam penggunaan dananya (usahanya), namun dana yang dimiliki sebagian ada di pasar uang dan pasar modal, untuk dapat dijadikan sebagai penyeimbang. Perbandingannya tentu disesuaikan dengan hitung-hitungan bisnis. Maksudnya tidak lain untuk mengurangi atau bahkan untuk menghilangkan resiko bisnis. Sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1998, yang mengakibatkan begitu banyak perusahaan, serta lembaga perbankan yang bertumbangan, pasar modal merupakan salah satu alternatif sumber pendanaan yang sangat signifikan bagi dunia usaha. 1 M. Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. ix. Universitas Sumatera Utara

Upload: dinhtram

Post on 22-May-2018

222 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal merupakan salah satu bagian dari pasar keuangan (Financial

market), di samping pasar uang (Money Market) yang sangat penting peranannya

bagi pembangunan nasional pada umumnya dan bagi pengembangan dunia usaha

pada khususnya sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan eksternal oleh

perusahaan. Di lain pihak dari sisi pemodal (investor), pasar modal sebagai salah

satu sarana investasi dapat bermanfaat untuk meningkatkan nilai tambah terhadap

dana yang dimilikinya.1

Berkembangnya pasar uang dan pasar modal dengan dengan tingkat

perputaran yang terus meninggi (high return) menjadi ciri perekonomian di

penghujung abad ke-20 hingga awal abad ke-21 ini. Sebagai dampaknya, para

pelaku bisnis tidak lagi hanya mengandalkan komoditas barang dalam

penggunaan dananya (usahanya), namun dana yang dimiliki sebagian ada di pasar

uang dan pasar modal, untuk dapat dijadikan sebagai penyeimbang.

Perbandingannya tentu disesuaikan dengan hitung-hitungan bisnis. Maksudnya

tidak lain untuk mengurangi atau bahkan untuk menghilangkan resiko bisnis.

Sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1998, yang

mengakibatkan begitu banyak perusahaan, serta lembaga perbankan yang

bertumbangan, pasar modal merupakan salah satu alternatif sumber pendanaan

yang sangat signifikan bagi dunia usaha.

1 M. Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004),

hlm. ix.

Universitas Sumatera Utara

Pasar modal secara umum merupakan pasar untuk berbagai instrumen

keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam

bentuk utang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah,

maupun perusahaan swasta. Dengan demikian pasar modal merupakan konsep

yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Dalam financial market

diperdagangkan semua bentuk utang dan modal sendiri, baik dana jangka pendek

maupun jangka panjang, baik negotiable ataupun tidak.2

Atas pengertian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa yang

diperdagangkan dalam pasar modal adalah efek atau yang sering disebut dengan

instrumen pasar modal. Adapun instrumen yang diperjualbelikan dalam pasar

modal yaitu:

3

1. Saham

2. Obligasi dan Obligasi Konversi

3. Produk Derivatif

4. Reksadana

Namun diperlukan suatu mekanisme tertentu untuk dapat melakukan

transaksi atas instrumen-instrumen tersebut di atas, hal ini dikarenakan dalam

aktivitas pasar modal baik pembeli ataupun penjual efek tidak dapat bertemu

langsung untuk melakukan transaksi, untuk itu diperlukan perantara pedagang

efek dalam pasar modal.

2 Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekurita, (Yogyakarta: Unit

Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 1994), hlm. 3. 3 Bapepam Bekerjasama Dengan Japan International Cooperation Agency, Panduan

Investasi Di Pasar Modal Indonesia, 2003, hlm. 10, diakses melalui http://www.bapepam.go.id/old/old/news/Juni2003/BAB%20IIa.pdf, 1 Februari 2010.

Universitas Sumatera Utara

Penjual saham, termasuk jenis sekuritas lain, kepada masyarakat dapat

dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan

jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan.

Jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam, yaitu pasar perdana, dan

pasar sekunder. Pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangakan

saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya

(penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan.

Penawaran umum atau sering disebut sebagai Go Public, merupakan

langkah pertama yang dilakukan oleh perusahaan untuk mewujudkan

keinginannya memperoleh dana dari masyarakat. Pihak yang melakukan

penawaran umum disebut dengan emiten. Penawaran Umum adalah kegiatan

penawaran efek oleh perusahaan atau emiten untuk menjual efek kepada

masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh Undang-Undang Pasar Modal

dan peraturan pelaksanaannya. Efek yang akan dijual oleh emiten dapat berupa

surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti

utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan

setiap derivatif dari efek.4 Penawaran Umum ini mencakup beberapa kegiatan,

yaitu: 5

1. Periode pasar perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada

pemodal oleh penjamin emisi melalui para agen penjual yang

ditunjuk.

4 Ibid, hlm. 6. 5 Tjiptono Darmadji, Pasar Modal Di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat,

2000), hlm. 40.

Universitas Sumatera Utara

2. Penjatahan saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal

sesuai dengan jumlah efek yang tersedia.

3. Pencatatan efek di bursa, yaitu saat efek tersebut mulai

diperdagangkan di bursa.

Kelanjutan dari kegiatan penawaran umum terjadi dalam kegiatan bursa

efek atau kegiatan yang dilakukan dalam pasar sekunder. Dalam transaksi di bursa

efek yang terjadi adalah mengenai jual beli efek, pinjam meminjam efek, dan

kontrak lain mengenai efek atau harga efek. Dengan demikian untuk dapat

memperdagangkan efek di pasar modal, setiap emiten harus menjual efeknya

melalui tahapan yang disebut dengan penawaran umum.6

Salah satu aktivitas atau instrumen keuangan yang tengah berkembang

adalah Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Jenis instrumen ini merupakan kontrak

antara manajer investasi dengan pihak lain seperti kustodian, yang mengikat

pemegang unit penyertaan diantaranya dalam bentuk efek atau aset. Diantara KIK

Berbagai instrumen keuangan di pasar uang dan pasar modal telah tumbuh

selama satu dasawarsa ini di dunia selaras dengan iklim globalisasi ekonomi dan

perkembangan teknologi informatika yang pesat, yang mendukung kegiatan

ekonomi. Para pelaku pasar tidak lagi hanya masyarakat domestik, namun juga

masyarakat keuangan internasional. Dengan demikian kegiatan investasi di pasar

uang dan pasar modal telah menembus dinding teritorial bisnis (antarnegara,

antarjenis usaha, antarkelompok usaha, dan lainnya) dengan lebih cepat dan

mudah.

6 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

yang banyak dikenal saat ini adalah atas Efek Beragun Aset (EBA), yang dikenal

dengan singkatan KIK-EBA. Efek beragun aset (Asset-backed securities)

merupakan tipe sekuritas (efek) yang di back-up oleh jaminan dalam bentuk aset-

aset finansial.7 EBA dibagi kedalam 2 jenis, yaitu EBA arus kas tetap dan EBA

arus kas tidak tetap. EBA arus kas tetap adalah EBA yang memberikan hak

kepada pemegangnya untuk menerima pembayaran dengan jadwal tertentu,

walaupun jadwal pembayaran tersebut dapat berubah karena keadaan tertentu,

seperti kepada pemegang efek bersifat utang. Dalam EBA arus kas tidak tetap

adalah EBA yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima

pembayaran secara bersyarat dalam jumlah yang tidak tetap, seperti kepada

pemegang efek bersifat ekuitas.8

Efek beragun aset (Asset-backed securities) mulai dikenal dalam transaksi

di pasar modal Indonesia pada akhir tahun 1996. Efek Beragun Aset (EBA)

merupakan salah satu alternatif strategi suatu perusahaan untuk mendapatkan dana

dengan cara mengubah aset perusahaan yang berupa tagihan yang tidak likuid

menjadi likuid, dengan melakukan sekuritisasi asetnya, yaitu dengan cara

menjualnya kepada suatu lembaga keuangan atau special purpose vehicle (SPV)

secara jual putus (True sale). Kemudian lembaga tersebut akan menerbitkan surat

berharga yang beragun aset dan dapat diperdagangkan di dalam pasar modal.

Proses ini menyebabkan tagihan-tagihan yang mempunyai agunan tersebut

7 Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum) buku kedua, (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2003), hlm. 39. 8 http://www.vibiznews.com/knowledge/reksadana/Pengetahuan_Efek.pdf, diakses pada

tanggal 23 November 2009.

Universitas Sumatera Utara

menjadi lebih mudah untuk dapat dijual kepada pihak investor, sehingga

perusahaan tersebut akan mendapatkan dana yang diperlukannya dengan cepat.

Dengan demikian sebenarnya dalam proses sekuritisasi aset dilakukanlah

suatu transformasi dari aset-aset keuangan (berupa tagihan) yang tidak dapat

segera diubah, menjadi dana yang likuid. Jika dibandingkan dengan obligasi,

bentuk instrumen ini dianggap lebih menguntungkan dan memiliki resiko yang

lebih kecil. Hal ini disebabkan karena apabila penerbit dari obligasi tersebut

bangkrut, maka investor atau pihak yang membeli obligasi akan sulit mengambil

kembali dana yang dimilikinya, karena tidak mempunyai agunan. Jika dilihat

dalam efek beragun aset, para investor tidak akan kehilangan dananya apabila

pihak penerbit efek tersebut bangkrut, karena investor mempunyai agunan yang

dapat digunakan untuk mengambil kembali dananya dengan cara mengeksekusi

agunan.

Sebagaimana diketahui dalam instrumen efek beragun aset diperlukan

suatu proses yang dinamakan sekuritisasi. Sekuritisasi merupakan suatu proses

transformasi aset yang tidak likuid menjadi surat berharga yang dapat

diperdagangkan sesuai dengan kebutuhan investor, dan dalam praktik, istilah

sekuritisasi diidentikkan dengan Asset Backed Securities (Efek Beragun Aset).9

9 Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset, Departemen Keuangan Republik Indonesia

Badan Pengawas Pasar Modal Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal, Studi Tentang Perdagangan Efek Beragun Aset, 2003, hlm. 2.

Adapun piutang yang dapat dijadikan underlying meliputi : piutang hipotik

rumah, kredit mobil, kartu kredit, sewa guna usaha dan sebagainya. Dalam proses

sekuritisasi ini terbentuk suatu kumpulan (pool) terhadap aset-aset finansial

sehingga sekuritas utang tersebut dapat dijual kepada pihak investor luar untuk

Universitas Sumatera Utara

membiayai ”pool” tersebut.10

Proses Sekuritisasi ini terjadi antara Originator dengan Special Purpose

Vehicle (Di Indonesia adalah pihak Manajer Investasi) dengan bentuk kontrak

investasi kolektif (KIK). Diantara kedua pihak tersebut terjadi suatu proses jual

beli atas tagihan piutang yang dimiliki kreditur awal kepada manajer investasi

yang dilakukan secara jual putus (true sale). Kreditur awal memperoleh tagihan-

tagihan tersebut dari pemberian pinjaman, penjualan dan pemberian jasa lainnya

yang bekaitan dengan usahanya, kepada seorang debitor dengan memberikan

jaminan atas sejumlah aset yang dimilikinya untuk pemberian pinjaman tersebut.

Dari apa yang telah dikemukakan di atas terdapat beberapa proses bagi penerbitan

KIK-EBA sampai akhirnya dapat diperdagangkan di dalam pasar modal

Indonesia. Oleh karena itu, KIK-EBA sebagai salah satu efek yang

diperdagangkan dalam pasar modal, mekanisme perdagangannya pun harus

disesuaikan dengan mekanisme perdagangan efek menurut undang-undang pasar

modal yang berlaku.

Dalam pasar modal Indonesia, wahana sekuritisasi

tersebut adalah berupa Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset

sebagaimana dimuat dalam Surat Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep-

28/PM/2003 tanggal 21 Juli 2003.

11

Ada beberapa alasan mengapa perusahaan-perusahaan tertentu memilih

untuk mencari dana melalui pola sekuritisasi aset,

12

10 Munir Fuady, Op. Cit., hlm. 40.

11 Ibid. 12 ”Efek Beragun Aset Siap Meluncur dan Menjanjikan Keuntungan”, Warta Ekonomi,

23 Februari 2006, hlm. 3-4.

antara lain untuk perusahaan

penerbit EBA, atau Originator (yang umumnya bank dan lembaga pembiayaan),

Universitas Sumatera Utara

sekuritisasi aset ini jelas memberi banyak manfaat. Pertama, dapat meningkatkan

likuiditas. EBA dapat memutar lebih cepat ”uang tidur” yang ada di perusahaan

agar dapat mengalir ke tempat yang lebih produktif sehingga tidak ada uang yang

menganggur, misalnya bank yang membutuhkan dana segar dapat menjual

portofolio kredit kepemilikan mobilnya tanpa harus menunggu jatuh tempo

tagihan.

Di luar perbankan, potensi penerbitan EBA oleh perusahaan-perusahaan

lain juga besar. Perusahaan yang bergerak dalam penyediaan kebutuhan

masyarakat secara massal (public goods), seperti PT Telkom Tbk. Dan PT

Perusahaan Listrik Negara (PLN), tentu memiliki banyak portofolio tagihan.

Mensekuritisasi tagihan-tagihannya diperkirakan akan lebih menguntungkan jika

dibandingkan dengan melakukan penerbitan obligasi. Pasar properti di Indonesia,

khususnya pasar perumahan, juga dapat berkembang lagi karena ada alternatif

pendanaan lain dengan melakukan sekuritisasi pinjaman hipotek rumah (KPR)

atau sering disebut dengan Secondary Mortgage Facilities (SMF).13

Selain itu, banyak perusahaan yang membutuhkan tambahan modal juga

dapat memperoleh dana melalui penerbitan EBA. Dikarenakan saat ini tingkat

suku bunga pinjaman perbankan masih terhitung tinggi. Di sisi lain, menerbitkan

surat utang baru juga bukan hal yang mudah, karena mereka terlanjur mempunyai

track record yang buruk ketika sebelumnya utang yang dimiliki banyak yang

terkena kredit macet. Dengan kata lain, sebagai kesatuan, perusahaan tersebut

13 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

sudah dianggap cacat, walau sebenarnya mereka mempunyai sebagian aset yang

tergolong bagus.14

Melalui sebuah SPV, bagian aset yang bagus itu dapat dipisahkan dari

yang buruk. Selanjutnya, terhadap aset yang bagus itu dikeluarkan sekuritas yang

dapat membiayai aset tersebut. Aset-aset itu sendiri dapat berupa aset finansial

seperti tagihan yang umumnya dalam bentuk hak tanggungan atau hipotik, sewa

atau leasing, cicilan kredit dan lain-lain.

15

Salah satu bentuk aset yang dijadikan agunan dalam KIK-EBA yaitu

berupa benda yang tidak bergerak, untuk aset yang berupa benda tidak bergerak

tersebut telah diatur ke dalam ketentuan Undang-undang Hak Tanggungan,

undang-undang ini dengan tegas mengakui sifat assesoir dari hak tanggungan

tersebut. Dalam Pasal 16 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak

Tanggungan (UUHT)

Melalui sebuah lembaga tersebut terjadi

pula pengalihan aset-aset finansial dari Originator atau kreditur awal ke lembaga

SPV tersebut. Jika dilihat dari proses pengalihannya, maka terdapat suatu

permasalahan hukum yang belum jelas, yaitu berkaitan dengan aspek keabsahan

jaminan dan hak kepemilikan atas aset yang disekuritisasi apabila dikaitkan

dengan aspek pendaftaran atas jaminan kebendaan tersebut.

16

14 Ibid.

15 Munir Fuady, Op.Cit. hlm. 40. 16 Pasal 16 Undang-undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.

menentukan manakala piutang terhadap mana hak

tanggungan diberikan, maka jika terjadi peralihan piutang dengan cara cessie,

subrogasi, pewarisan atau sebab-sebab lainnya, maka hak tanggungan tersebut

ikut beralih demi hukum kepada kreditor yang baru. Hanya saja UUHT

mensyaratkan bahwa peralihan hak tanggungan tersebut harus dipenuhi syarat

Universitas Sumatera Utara

administratif berupa pendaftaran oleh kreditor yang baru kepada kantor

pertanahan.17

Selain permasalahan mengenai aspek jaminan hak kebendaan, terdapat

juga permasalah hukum lain yang berkaitan dengan aspek hukum kepailitan.

Apabila seseorang atau suatu badan hukum dinyatakan pailit oleh pengadilan,

maka harta benda yang dimilikinya akan menjadi boedel pailit bagi pelunasan

utang-utangnya. Namun apabila terjadi permohonan kepailitan terhadap

Originator, yang berbentuk suatu perusahaan, namun sebelum adanya

permohonan kepailitan tersebut, pihak Originator telah menjual aset tersebut

dengan cara jual putus (True sale) kepada SPV.

Dengan adanya peraturan tersebut apabila dalam peralihan piutang untuk

mana diterbitkan Asset Backed Securities, selama belum dilakukan pengaturan

yang berbeda oleh peraturan khusus lainnya, maka prosedur pendaftaran dan

pencatatan sebagaimana ditentukan dalam UUHT haruslah dipenuhi. Lalu

bagaimanakah implikasinya dalam penerbitan KIK-EBA, apakah para investor

juga harus melakukan prosedur yang telah ditentukan dalam UUHT untuk

pengalihan aset tersebut, apabila tidak, apakah pengalihan atas aset tersebut dari

Manajer Investasi ke investor-investor lain adalah sah adanya.

18

Jika dilihat dari pernyataan di atas maka timbul pertanyaan apakah dalam

hal ini Originator atau kreditur awal adalah merupakan pemilik sah dari aset

tersebut, sehingga dapat menjual kepada pihak lain, ataukah ia hanya merupakan

17 Yunus Edward Manik, “Permasalahan Yuridis Akan Status Hak Kepemilikan

Pemegang Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset Apabila Dikaitkan Dengan Kepailitan”, Buletin Hukum Perbankan dan Kesentralan 20 Volume 3 Nomor 3, Desember 2005, hlm. 22. 18 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

pemegang hak atas aset tersebut sebagai jaminan kebendaan utang debitor awal.

Atau justru SPV yang dalam hal ini adalah manajer investasi yang merupakan

pemilik dari aset tersebut karena pihak tersebut telah membeli aset tersebut dari

kreditur awal secara jual putus.

Atas dasar tersebut maka permasalah pokok yang akan timbul adalah,

bagaimana kedudukan hukum pemegang unit penyertaan KIK-EBA terhadap aset

yang disekuritisasi ? Apakah ia menjadi kreditor separatis ataukah ia hanya

merupakan pemegang hak piutang dari kreditur awal ? dan apabila investor atau

pemegang efek mempunyai hak recourse kepada Originator, bagaimanakah

kedudukan hukum dari investor ini, apakah ia sebagai pemilik aset ?

Hal-hal tersebut di atas adalah kiranya yang menjadi stimulus dalam

menulis skripsi ini sekaligus mengetengahkan permasalahan sebelum diuraikan

lebih lanjut lagi dalam bab-bab berikutnya. Titik berat yang dilakukan penulis

adalah lebih menekankan kepada kepailitan Originator. Oleh karena hal-hal

tersebut di atas maka penulis mengambil judul ”Tinjauan Yuridis terhadap

Pemegang Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset

(Asset Backed Securities) dalam Kepailitan Originator.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka ada beberapa masalah pokok yang

menjadi bahan dalam skripsi ini yaitu :

1. Bagaimana Perjanjian Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun

Aset dalam Pasar Modal Indonesia ?

Universitas Sumatera Utara

2. Bagaimana Kedudukan Hukum Pemegang Unit Penyertaan

Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset ?

3. Bagaimana Akibat Hukum Apabila Originator Dalam Kontrak

Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dinyatakan Pailit ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Dengan diuraikannya beberapa hal esensial yang menjadi tema

permasalahan dalam skripsi ini, maka sudah sepatutnya juga diberikan uraian

cermat dan jelas mengenai tujuan pembahasan dari permasalahan yang terdapat

dalam skripsi ini. Secara rinci maka tujuan pokok dari pembahasan skripsi ini

adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui, memahami dan menganalisis mengenai perjanjian

Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dalam Pasar Modal

Indonesia.

b. Mengetahui, memahami dan menganalisis mengenai kedudukan

hukum pemegang unit penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek

Beragun Aset.

c. Mengetahui, memahami dan menganalisis mengenai akibat hukum

apabila Originator dalam Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun

Aset dinyatakan pailit.

Tentu saja salah satu tujuan dari pembuatan dan pembahasan materi dalam

skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

2. Manfaat Penulisan

Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya, maka

beberapa manfaat yang dapat dipetik dari pembahasan skripsi ini adalah sebagai

berikut :

a. Manfaat Teoritis

Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan bidang ilmu

hukum pada umumnya dan dalam bidang hukum pasar modal

secara khusus, terutama yang berkaitan dengan Kontrak Investasi

Kolektif Efek Beragun Aset.

b. Manfaat Praktis

Untuk memberikan tambahan pengetahuan, sumbangan pemikiran

bagi masyarakat luas atau pihak-pihak yang bersangkutan dalam

KIK-EBA, serta dapat menjadikan suatu bahan pertimbangan dan

memberikan masukan dalam proses perdagangan KIK-EBA serta

memberikan masukan terhadap Bapepam maupun Bursa Efek

Indonesia sebagai penyelenggara kegiatan pasar modal di

Indonesia.

D. Keaslian Penulisan

”Tinjauan Yuridis terhadap Pemegang Unit Penyertaan Kontrak Investasi

Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities) dalam Kepailitan

Originator” yang diangkat menjadi judul skripsi ini adalah merupakan karya

ilmiah yang belum pernah diangkat menjadi judul skripsi di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara. Penulis menyusun skripsi ini berdasarkan referensi

dari buku-buku, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kontrak

investasi kolektif efek beragun aset dan pasar modal, media cetak dan elektronik,

juga melalui bantuan para pihak.

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara,

diperlukan tidak hanya pembiayaan dari pemerintah tetapi juga dari masyarakat.

Hal ini dikarenakan kebutuhan pembiayaan pembangunan di masa yang akan

datang akan semakin besar seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan

ramainya aktifitas perdagangan ekonomi baik dalam suatu negara maupun

antarnegara. Kebutuhan yang semakin besar ini tidak akan dapat dibiayai oleh

pemerintah saja melalui penerimaan pajak dan lainnya, untuk itu diperlukan

sumber pembiayaan baru yang dapat menyerap dana yang cukup besar untuk

dapat membiayai pembangunan ekonomi nasional tersebut.

Salah satu sumber pembiayaan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah

untuk dapat digunakan sebagai pembiayaan pembangunan ekonomi nasional

Indonesia adalah dengan mengikutsertakan masyarakat untuk berpartisipasi

melakukan investasi dalam pasar modal Indonesia. Dengan adanya partisipasi

tersebut maka akan membantu pemerintah untuk mendapatkan dana yang

dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar untuk pembiayaan pembangunan

Indonesia. Adapun yang dimaksud dengan investasi adalah penanaman modal

untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama

Universitas Sumatera Utara

dengan mengharapkan keuntungan dimasa yang akan datang.19

Efek dalam bahasa Inggris disebut securities, dalam bahasa Belanda

disebut effecten, dan dalam bahasa Latin disebut effectus. Kata securities

(sekuritas) bersumber pada pengertian bahwa surat berharga tersebut memberikan

garansi atau jaminan yang dapat dicairkan (liquid) dengan sejumlah uang sesuai

dengan nilai yang tercantum dalam surat berharga itu.

Dengan demikian

tidak hanya pemerintah yang mendapatkan keuntungan lewat investasi tersebut,

tetapi masyarakat juga ikut mendapatkan keuntungan dengan melakukan investasi

lewat pasar modal.

Modal atau dana yang diperdagangkan di pasar modal diwujudkan dalam

bentuk surat berharga atau dalam terminologi di pasar keuangan disebut efek yang

berupa saham, obligasi atau sertifikat atas saham atau dalam bentuk surat berharga

lainnya atau surat berharga yang merupakan derivatif dari bentuk surat berharga

saham atau sertifikat yang diperjualbelikan di pasar modal.

20

Berdasarkan atas pertimbangan di atas, maka pasar modal merupakan

salah satu usaha penghimpun dana masyarakat untuk pembangunan sekaligus

meningkatkan sumber-sumber tabungan masyarakat. Pada umumnya pasar modal

dibentuk berdasarkan kebutuhan kebutuhan perkembangan ekonomi nasional yang

menuntut adanya sarana penarikan dana masyarakat melalui pasar modal. Dengan

demikian tujuan pembentukan pasar modal di Indonesia mempunyai jangkauan

19 Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Keempat, (Yogyakarta: Unit

Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 2004), hlm. 4. 20 M. Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008),

hlm. 5.

Universitas Sumatera Utara

dan misi yang luas, jangkauan yang hendak dirangkum adalah mencakup 3 (tiga)

aspek mendasar, yaitu:21

1. Mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam

kepemilikan saham perusahaan.

2. Diarahkan kepada aspek pemerataan pendapatan masyarakat melalui

pemerataan pemilikan saham perusahaan.

3. Untuk lebih menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan

penghimpun dana untuk digunakan secara produktif.

Salah satu alasan pasar modal digunakan sebagai sumber pembiayaan

pembangunan ekonomi adalah karena lembaga ini mampu menjalankan fungsi

ekonomi dan keuangan,22

Pasar modal pada umumnya merupakan tempat bertemunya penjual dan

pembeli sebagaimana halnya dalam pasar konvensional. Pasar modal

mempertemukan pemilik dana (supplier of fund) dengan pengguna dana (user of

fund) untuk tujuan investasi jangka menengah dan jangka panjang.

sehingga mampu menyerap dana yang dibutuhkan bagi

pembangunan sekaligus mampu menumbuhkan perekonomian nasional.

23

Berdasarkan Pasal 1 ayat (13) Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang

Pasar Modal,

24

21 Sumantoro, Pengantar tentang Pasar Modal Di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

1990), hlm. 25-26. 22 Suad Hasan, Op.Cit, hlm. 3. 23 M. Irsan Nasarudin, Op.Cit, hlm. 10. 24 Pasal 1 ayat (13) Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

yang disebut dengan pasar modal adalah kegiatan yang

bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik

yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan efek.

Universitas Sumatera Utara

Secara umum pasar modal mendukung pengembangan ekonomi melalui

pembiayaan kegiatan usaha. Hal ini dapat dilakukan melalui pemberian

kesempatan kepada masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam pembangunan

ekonomi nasional.

Salah satu partisipasi masyarakat dalam pasar modal dapat berbentuk

penyertaan. Penyertaan merupakan salah satu bentuk penanaman modal pada

suatu entitas (badan usaha) yang dilakukan dengan menyetorkan sejumlah dana

tertentu dengan tujuan untuk menguasai sebagian hak pemilikan atas entitas

tersebut.25

25 Sunariyah, Op.Cit, hlm. 6.

Surat berharga semacam ini umumnya disebut saham (share).

Instrumen atau produk yang diperdagangkan di Pasar Modal disebut

dengan efek. Proses perdagangan efek dalam pasar modal dilakukan dalam 2

tahap, yaitu melalui pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana adalah pasar

dimana efek-efek diperdagangkan untuk pertama kalinya, sebelum dicatatkan di

Bursa Efek. Disini, saham dan efek lainnya untuk pertama kalinya ditawarkan

kepada investor oleh pihak penjamin emisi melalui perantara pedagang efek yang

yang bertindak sebagai agen penjual saham, proses ini biasa disebut dengan

Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering). Pasar sekunder adalah pasar

dimana efek-efek yang telah dicatatkan di Bursa Efek diperjualbelikan. Pasar

sekunder memberikan kesempatan kepada para investor untuk membeli atau

menjual efek-efek yang tercatat di bursa. Di pasar ini, efek-efek diperdagangkan

dari satu investor ke investor lain.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal: 26

Salah satu jenis dari derivatif ini adalah Efek beragun aset (EBA), EBA

diatur dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-

28/PM/2003. Menurut Pasal 1 huruf b dari peraturan tersebut, yang dimaksud

dengan EBA adalah:

”Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga

komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan Kontrak Investasi

Kolektif, Kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.”

27

Sedangkan KIK-EBA merupakan kontrak antara Manajer Investasi dan

Bank Kustodian yang mengikat pemegang EBA, dimana Manajer Investasi diberi

kewenangan untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian

”Efek Beragun Aset adalah Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul dikemudian hari (future receivables), pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek bersifat utang yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit (Credit Enhancement) / Arus Kas (Cash Flow), serta asset keuangan setara dan aset keuangan lain yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut”.

Efek Beragun Aset merupakan efek yang diterbitkan karena adanya

Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) yang portofolionya

terdiri dari aset keuangan yang timbul dari adanya piutang yang sudah ada

maupun piutang yang akan timbul dikemudian hari.

26 Pasal 1 angka 5 Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 27 Pasal 1 huruf b, Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-

28/PM/2003 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek beragun Aset,

Universitas Sumatera Utara

diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. KIK-EBA dapat timbul

dari adanya sekuritisasi aset tagihan dari perusahaan tertentu dirubah menjadi aset

yang lebih likuid melalui penciptaan surat berharga.28

Sekuritisasi Aset menurut Pasal 1 butir 2 Peraturan Bank Indonesia No.

7/4/PBI/2005 Tentang Prinsip Kehati-hatian Dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset

Bagi Bank Umum merupakan penerbitan surat berharga oleh penerbit efek

beragun aset yang didasarkan pada pengalihan aset keuangan dari kreditur asal

yang diikuti dengan pembayaran yang berasal dari hasil penjualan efek beragun

aset kepada pemodal.

29

F. Metode Penulisan

Dalam hal ini, apa yang dikemukakan dalam tulisan ini merupakan

pengambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media elektronik. Maka

haruslah menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan bidang yang diteliti.

Adapun penelitian yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan

dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Dengan demikian, penelitian

yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang

dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau

28 Ishwahjudi A. Karim, Prespektif Hukum Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset

(KIK-EBA), (Jakarta: KarimSyah Law Firm, 2005), hlm. 1. 29 Pasal 1 butir 2, Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/4/PBI/2005 tentang Prinsip Kehati-

hatian dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset Bagi Bank Umum.

Universitas Sumatera Utara

data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam

bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.30

2. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah data sekunder.

Data sekunder diperoleh dari :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang sifatnya mengikat

masalah-masalah yang akan diteliti, berupa peraturan perundang-undangan

di bidang hukum yang mengikat, antara lain Undang-undang Nomor 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dan peraturan-peraturan lain mengenai

kontrak investasi kolektif efek beragun aset.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya di kalangan hukum yang

ada relevansinya dengan masalah-masalah yang akan diteliti, berupa buku-

buku, pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi

ini.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum

yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan

30 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan

Singkat, (Jakarta: RadjaGrafindo Persada, 2007), hlm. 33.

Universitas Sumatera Utara

hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum,

ensiklopedi, majalah, media massa dan internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih baik,

terarah dan dapat dipertanggung jawabkan, maka digunakan metode penelitian

hukum normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library

Research).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan suatu penelitian

kepustakaan (Library Research). Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan

dengan cara penelitian kepustakaan atau disebut dengan penelitian normatif yaitu

penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder

belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam bidang hukum

atau bahan rujukan bidang hukum

Metode Library Research adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan-

bahan tertulis yang dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan

beberapa buku wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana ekonomi

dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, koran, serta majalah.

4. Analisis Data

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe

penilitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan

Universitas Sumatera Utara

untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data

dilakukan dengan: 31

b. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian.

a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan

yang diteliti.

c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau doktrin.

d. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau

doktrin yang ada.

e. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibagi ke dalam beberapa bagian yang masing-masing bagian

menjelaskan dan menguraikan objek penelitian sebagai suatu rangkaian bahasan

yang sistematis. Adapun sistematika dari penelitian ini terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab I ini akan membahas mengenai latar belakang penulisan

skripsi, perumusan masalah, yang dilanjutkan dengan tujuan dan

manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan,

metode penulisan dan diakhiri dengan sistematika penulisan

skripsi.

31 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Peneltian Hukum, (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 45.

Universitas Sumatera Utara

BAB II : PERJANJIAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK

BERAGUN ASET (ASSET BACKED SECURITIES) DALAM

PASAR MODAL INDONESIA

Bab II ini akan menguraikan mengenai objek penelitian, yaitu

tentang Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset. Yang akan

Penulis kemukakan dalam Bab ini adalah latar belakang penerbitan

kontrak investasi kolektif efek beragun aset dalam pasar modal

Indonesia, perjanjian KIK-EBA, dan Mekanisme perdagangan efek

beragun aset.

BAB III : KEDUDUKAN HUKUM PEMEGANG UNIT PENYERTAAN

KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET

Bab III ini menguraikan tentang pengalihan aset dari kreditur awal

kepada manajer investasi serta kedudukan hukum pemegang unit

penyertaan KIK EBA atas aset yang merupakan jaminan

kebendaan atas piutang kreditur originator.

BAB IV : AKIBAT HUKUM PEMEGANG UNIT PENYERTAAN

KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET

(ASSET BACKED SECURITIES) DALAM KEPAILITAN

ORIGINATOR

Bab IV ini menguraikan tentang Akibat Hukum Terhadap Aset

Yang Disekuritisasi Apabila Terjadi Kepailitan Atau Insolvensi

Atas Kreditur Originator. Selanjutnya Penulis juga menguraikan

Universitas Sumatera Utara

tentang perlindungan hukum terhadap investor dalam mekanisme

perdagangan KIK EBA menurut UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang

Pasar Modal dan Penulis juga memaparkan tentang kedudukan

hukum pemegang unit penyertaan KIK EBA dalam kepailitan

originator dihubungkan dengan Undang-undang No. 37 Tahun

2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini

dimana Penulis akan membuat kesimpulan dari keseluruhan uraian

skripsi dan memberikan beberapa saran yang diajukan Penulis

sehubungan dengan kontrak investasi kolektif efek beragun aset.

Universitas Sumatera Utara