bab i pendahuluan a. latar belakang masalah fileruang lingkup materi pai di dalam ... syari’ah,...

21
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu indikator kemajuan sebuah bangsa. Perkembangan sumber daya manusia (SDM) dihasilkan oleh kualitas pendidikan yang baik. Kualitas pendidikan kawasan masih berada dibawah benua Eropa dan Amerika jika dilihat berdasarkan peringkatnya.akan tetapi bukan tidak mungkin wilayah asia, terutama asia tenggara dan Indonesia mampu untuk mengejarnya. Indonesia adalah salah satu negara yang sangat memperhatikan dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan dasar negara Indonesia yang tertulis dalam undang-undang dasar (UUD) 1945 dan terdapat dalam paragraf ke empat yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pendidikan yang ada di Indonesia saat ini, baik pendidikan formal atau non formal, dapat dikatakan sedang mengalami banyak masalah terutama pendidikan formal. Permasalahan yang dihadapi pendidikan formal secara umum saat ini ialah masalah kurikulum, kompetensi guru, sarana prasarana yang belum memadai dan permasalahan mengenai siswa. Sebagai contoh permasalahan 2013 yang belum jelas penggunaanya dan masalah siswa tentang

Upload: hoanganh

Post on 17-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu indikator kemajuan sebuah bangsa.

Perkembangan sumber daya manusia (SDM) dihasilkan oleh kualitas

pendidikan yang baik. Kualitas pendidikan kawasan masih berada dibawah

benua Eropa dan Amerika jika dilihat berdasarkan peringkatnya.akan tetapi

bukan tidak mungkin wilayah asia, terutama asia tenggara dan Indonesia

mampu untuk mengejarnya.

Indonesia adalah salah satu negara yang sangat memperhatikan

dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan dasar negara Indonesia yang

tertulis dalam undang-undang dasar (UUD) 1945 dan terdapat dalam paragraf

ke empat yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Pendidikan yang ada di Indonesia saat ini, baik pendidikan formal

atau non formal, dapat dikatakan sedang mengalami banyak masalah terutama

pendidikan formal. Permasalahan yang dihadapi pendidikan formal secara

umum saat ini ialah masalah kurikulum, kompetensi guru, sarana prasarana

yang belum memadai dan permasalahan mengenai siswa. Sebagai contoh

permasalahan 2013 yang belum jelas penggunaanya dan masalah siswa tentang

2

sumber daya manusia (SDM) yang berdampak pada lulusan yang kurang

memiliki kompetensi yang baik sehingga banyak dari siswa setelah lulus dari

sekolah menjadi pengangguran. Dan berikut adalah fakta tentang pendidikan di

Indonesia,: 1) Setiap Menit, Empat Anak Putus Sekolah, 2) 54% Guru di

Indonesia Tidak Memiliki Kualifikasi yang Cukup untuk Mengajar, 3) Menurut

Education Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69, dan

4) 34% Sekolah di Indonesia Kekurangan Guru.1

Masalah-masalah di dunia pendidikan formal selalu ada dan

bertambah, tapi belum ada kebijakan dari pemerintah yang benar-benar dapat

menyelesaikan masalah-masalah tersebut, terutama masalah siswa tentang

sumber daya manusia dan pengangguran. Hatta Rajasa sewaktu masih menjadi

Menteri Koordinator Perekonomian menyatakan bahwa betapa pentingnya

sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat.

Kualitas SDM menentukan daya saing Indonesia di percaturan ekonomi dunia.

Sebab itu seorang guru, khususnya guru PAI sebainya dapat membuat siswa

untuk selalu opimis belajar dengan giat dan rajin sehingga menjadi siswa yang

berprestasi dan memiliki kompetensi yang bagus atau sumber daya manusia

yang baik.

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

mengimani, bertaqwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Agama Islam dari

1 Indonesia Berkibar, “Fakta Pendidikan”, http://indonesiaberkibar.org/id/fakta-pendidikan,

diakses tanggal 23 agustus 2015.

3

sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadits, melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.2

Ruang lingkup materi PAI di dalam kurikulum 1994 sebagaimana

dikutip oleh Muhaimin pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu: al-

Qur’an-Hadist, keimanan, syari’ah, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh. Pada

kurikulum tahun 1999 dipadatkan menjadi lima unsur pokok, yaitu: al-Qur’an,

keimanan, akhlak, fikih dan bimbingan ibadah serta tarikh yang lebih

menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan

kebudayaan. 3

Mata pelajaran PAI itu secara keseluruhan dalam lingkup: al-Qur’an

dan al-hadis, keimanan, akhlak, fikih/ibadah, dan sejarah, sekaligus

menggambarkan bahwa ruang lingkup PAI mencangkup perwujudan

keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah

SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungan.4

Untuk mencapai maksud dan tujuan pembelajaran yang maksimal

diperlukan cara penyampaian yang baik, yang biasa disebut dengan metode

mengajar. Metode mengajar dapat juga diartikan sebagai suatu pengetahuan

tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru. Selain itu

2 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hal. 21 3 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996), hal. 79

4Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005) hal. 131

4

bisa juga disebut sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar

atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas.

Menurut Ibrahim dan Syaodih ada beberapa kemampuan yang harus

dimiliki oleh guru yaitu: 1) menggunakan cara atau metode dan media mengajar

yang bervariasi. Dengan metode dan media yang bervariasi kebosanan pun

dapat dikurangi atau dihilangkan. 2) memilih bahan yang menarik minat dan

dibutuhkan siswa. Sesuatu yang dibutuhkan akan menarik perhatian, dengan

demikian akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. 3)

memberikan saran antara lain ujian semester, ujian tegah semester, ulangan

harian dan juga kuis. 4) memberikan kesempatan untuk sukses. Bahan atau soal

yang sulit yang hanya bisa dicapai siswa yang pandai. Agar siswa ysng kurang

pandai juga bisa maka diberikan soal yang sesuai dengan kepandainnya. 5)

diciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Dalam hal ini di lakukan guru

dengan cara belajar yang punya rasa persahabatan, punya humor, pengakuan

keberadaan siswa dan menghindari celaan dan makian. 6) mengadakan

persaingan sehat melalui hasil belajar siswa. Dalam persaingan ini dapat

diberikan pujian, ganjaran ataupun hadiah5. Akan tetapi permasalahan

pendidikan dan kualitas guru terjadi hampir di semua jenjang dan mata

pelajaran di sekolah, termasuk di bidang pendidikan agama Islam (PAI).

Strategi dibutuhkan untuk memberikan sebuah pengajaran yang

menarik, efektif, dan membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar. Dan

5 R. Ibrahim, Nana Syaodih S., Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996),

hal. 28

5

salah satu kesulitan siswa dalam mempelajari materi PAI adalah pada cara

membaca al- Qur’an dengan baik dan benar.

Guru PAI dituntut memiliki strategi pengajaran yang jitu untuk

mencapai sebuah pembelajaran yang efektif. Syaiful Bahri Djamarah,

mengartikan strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak

dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi digunakan untuk

memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi

berbeda dengan metode, strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk

mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk

melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation

achieving something; Sedangkan metode adalah a way in achieving something.

Guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya Guru Pendidikan Agama Islam

(GPAI). Karena GPAI di samping mempunyai peran mentransfer ilmu dan juga

membantu proses internalisasi moral kepada siswa. Jadi GPAI diharapkan

mampu membawa anak didiknya menjadi manusia yang ”sempurna” baik

lahiriah maupun batiniah. Dan guru profesional adalah guru yang mempunyai

strategi mengajar, menguasai bahan, mampu menyusun program maupun

membuat penilaian hasil belajar yang tepat. Selain itu seorang guru yang

profesional juga harus mampu memotivasi siswanya untuk semangat dalam

belajarnya.

6

Guru memiliki peran penting dalam membimbing dan

menghantarkan keberhasilan peserta didik. Karena langsung berhadapan

dengan siswa di kelas. Maka sudah semestinya jika guru mempunyai

kemampuan (kompetensi) tertentu yang disyaratkan agar dalam

pelaksanaannya mengelola kelas bisa berjalan dengan baik. Indikator baik

tersebut ditunjukkan dengan siswa menguasai materi pelajaran dan

menjalankan dalam kehidupan sehari-hari.6 Faktor guru atau tenaga pengajar

adalah salah satu dari beberapa masalah pendidikan yang paling berpengaruh.

Guru dinilai memiliki peranan yang sangat vital dalam proses pembelajaran,

karena ia adalah perancang dan eksekutor untuk mencapai pembelajaran yang

efektif.

Guru PAI sebaiknya bisa menciptakan suasana pembelajaran yang

kondusif, efektif dan menyenangkan, sehingga membuat siswa nyaman untuk

belajar dan membuat siswa tidak tertekan, meski hal itu terkadang tidak mudah

untuk diwujudkan. Salah satu permasalahan umum yang dihadapi oleh guru PAI

dalam pembelajaran yaitu kebanyakan dari siswa terkadang meremehkan mata

pelajaran PAI disebabkan banyak hal diantaranya yaitu pelajaran PAI tidak

masuk dala Ujian Akhir Nasional (UAN), pelajaran PAI dianggap gampang dan

cenderung membosankan dan lain-lain. Sedangkan permasalahn secara

kompleks yang dihadapi oleh pelajaran PAI bisa dakatakan berasal dari dua

6 Abdul Majid & Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

(Bandung: Pustaka Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 166

7

faktor intern (guru) dan ektern (materi, metode, media dan sarana prasarana

yang belum lengkap).

Merujuk pada permasalahan di atas, maka guru PAI diharapkan

pandai dalam menangani permasalahan yang dihadapi dengan meningkatkan

kopetensi yang dimiliki, memilih dan menggunakan metode pembelajaran dan

media yang sesuai dengan materi sekaligus menarik dan menyenangkan untuk

siswa dan yang terakhir masalah sarana prasarana yang belum memadai, guru

PAI diharapkan bisa lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan sarana

prasarana yang ada sehingga meskipun sarana prasarana yang ada sehingga

meskipun sarana prasarana kurang memadai tetapi pembelajaran PAI di dalam

kelas akan tetap menyenangkan, efektif dan tepat sarana sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Bisa dikatakan juga bahwa keterampilan guru dalam mengelola

kelas bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi atau meminimalisir

masalah-masalah dalam pembelajaran PAI, karena pengelolaan kelas dapat

menentukan berhasil tidaknya proses belajar mengajar.

Seorang guru PAI diharapkan tidak hanya memiliki kemampuan

yang baik dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran dan media

pembelajaran yang tepat, akan tetapi guru PAI juga harus bisa memiliki

kterampilan mengajar yang baik, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh

Turney dalam Mulyasa bahwa delapan keterampilan mengajar yang sangat

berperan dan menentukan kualitan pembelajaran yaitu keterampilan bertanya,

member penguatan, mengadakan vaiasi, menjelaskan, membuka dan menutup

8

pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil dan perorangan.7 Delapan

keterampilan tersebut sehausnya dikuasai oleh guru dalam melaksanakan

pembelajaran di kelas.

Unsur-unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain dan

mempengaruhi kualitas pembelajaran yang akan dihasilkan. Ini merupakan satu

kerangka atau sistem pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik pembelajaran

adalah suatu kombinasi yang tersusun yang meliputi unsur-unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk

mencapai tujuan pembelajaran.8

Pada prinsipnya tidak satupun dari metode pembelajaran yang

dipandang sempurna dan cocok dengan semua materi yang ada dalam

kurikulum pembelajaran. Hal ini dikarenakan setiap metode memiliki

keunggulan dan kelemahan yang khas. Guru yang professional dan kreatif justru

akan memilih metode pembelajaran yang tepat setelah menetapkan topic

bahasan, materi, dan tujuan pembelajaran, serta jenis kegiatan siswa yang

dibutuhkan. Metode pembelajaran pada dasarnya bersifat fleksibel dan hal

itulah yang membuat guru bisa lebih cermat dan teliti dalam memilih

penggunaan metode pembelajaran, terutama untuk memahami al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah firman Allah yang menjadi sumber aqidah kita.

Secara mutlak al-Qur’an merupakan perkataan yang paling agung dan paling

7 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pmbelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, (Bandung: Rosda, 2008), hal. 69 8 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 57

9

mulia. Allah telah menjelaskan keutamaan al-Qur’an tersebut setelah

sumpahnya yang agung:

“Sesungguhnya al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (lauhul mahfuzh) tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam.” (QS. al-Waqiah: 56)

Al-Qur’an dinilai sangat sakral dan penting bagi seorang muslim

yang mengaku taat terhadap TuhanNya. Mukjizat yang dimiliki oleh Nabi

Muhammad adalah al-Qur’an. Allah telah menyempurnakan al-Qur’an sebagai

pedoman bagi seluruh umat manusia di dunia. Bahkan, diantara kitab-kitab suci

yang lain hanya al-Qur’an yang paling sempurna. al-Qur’an diturunkan Allah

kepada manusia untuk dibaca dan diamalkan. al-Qur’an telah terbukti menjadi

pelita agung dalam memimpin manusia mengarungi perjalanan hidupnya.

Tanpa membaca manusia tidak akan mengerti akan isinya dan tanpa

mengamalkannya manusia tidak dapat merasakan kebaikan dan keutamaan

petunjuk Allah dalam al-Qur’an.9

Menurut Ahzami al-Qur’an adalah pedoman kehidupan yang

menyeru kepada orang-orang yang mengimaninya untuk bisa merealisasikan

kehidupan keberagamaanya pada semua aspek pada dirinya. Getaran hatinya,

kerinduan ruhnya, gerakan fisiknya, perilaku terhadap tuhan yang terimplikasi

dalam interaksinya dengan keluarga dan sesamanya. Dengan keimanan inilah

9 Muhammad, Thalib, Fungsi dan Fadilah Membaca Al-Qur’an, (Surakarta : Kaffah,

2005), hal. 11

10

ia bisa mendekatkan diri kepada Allah Awt.10 Dengan demikian al-Qur’an

merupakan petunjuk dan pedoman bagi kehidupan manusia. al-Qur’an juga

sebagai sumber utama bagi manusia.

Pembelajaran al-Qur’an dapat dilakukan di berbagai tempat

misalnya: di rumah, di masjid, di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an), di

pesantren, di sekolah dan sebagainya. Lingkungan anak yang pertama adalah

keluarga, diharapkan di dalam keluarga anak mulai kecil mendapatkan

pembelajaran al-Qur’an dari orang tuannya. Ketika orang tua kuarang mampu

mengajari al-Qur’an maka orang tua dapat menitipkan anaknya ketempat

pembelajaran al-Qur’an.

Kegiatan belajar membaca al-Qur’an tidak selalu lancar sesuai

dengan apa yang diharapkan, banyak hambatan dan kesulitan yang dialami oleh

siswa. Kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam membaca al-Qur’an misalnya

siswa masih terbata-bata dalam membaca al-Qur’an (belum lancar), belum

mampu mempraktikan bacaan tajwid dengan benar, kadang bacaan panjang

dibaca pendek begitu juga sebaliknya.

Pembelajaran al-Qur’an di SMP merupakan lanjutan dari tingkat

SD. Idealnya siswa SMP sudah bisa membaca al-Qur’an. Sebelum memahami

ayat al-Qur’an, siswa harus bisa membaca al-Qur’an terlebih dahulu. Tetapi

realitanya masih banyak siswa yang kurang lancar membaca al-Qur’an.

10 Jahuli, Ahzami Samiun, Kehidupan Dalam Pandangan Al-quran , (Jakarta : Gema Insani

Press, 2006), hal. 36

11

Ketidakmampuan siswa dalam membaca al-Qur’an tersebut disebabkan oleh

berbagai macam faktor diantaranya adalah kurangnya pendidikan agama

didalam keluarga, lingkungan yang kurang mendukung atau bisa juga faktor

internal dari siswa itu sendiri.

SMP Negeri 13 adalah sebuah sekolah Negeri yang terdapat di JL.

Sunan Ampel II Malang. Sekolah tersebut mengajarkan berbagai mata pelajaran

umum dan mata pelajaran PAI, seperti sekolah pada umumnya. Ada beberapa

hal yang menarik di sekolah tersebut, yaitu: 1) SMP Negeri 13 memiliki tingkat

toleransi beragama yang tinggi, seperti ketika terdapat mata pelajaran PAI,

maka siswa non Islam dipisahkan di kelas tertentu dan mendapat mata pelajaran

agama (sesuai dengan agamanya masing-masing), 2) SMP Negeri 13 memiliki

laboratorium PAI yang digunakan untuk menunjang pembelajaran PAI yang

efektif, 3) SMP Negeri 13 memiliki fasilitas belajar yang lengkap di setiap

kelas, seperti LCD dan TV.11 Akan tetapi ada permasalahan yang terjadi ketika

peneliti melakukan praktik pengajar lapangan (PPL) di SMP Negeri 13 Malang

selama dua bulan (agustus-oktober), yaitu: kemampuan siswa dalam membaca

al-Qur’an dan Hadits kurang baik dan kurang lancar, bahkan hal tersebut terjadi

di semua tingkatan (VII, VIII, dan IX) dan beberapa kelas terutama di kelas VII.

Hal tersebut menuntut seorang guru untuk mengambil sebuah langkah solutif

agar masalah tersebut mampu teratasi dengan baik, sehingga seyogyanya

11 Wawancara dengan Guru PAI SMP Negeri 13 Malang, 03 Oktober 2015

12

seorang guru mempunyai strategi yang menarik dalam mengajar (terutama

dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an).

Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk menggali lebih

dalam tentang bagaimana strategi guru PAI dalam meningkatkan kemampuan

membaca al-Qur’an siswa SMP Negeri 13 Malang, dengan terjun langsung ke

lapangan untuk mengetahui dan melihat secara langsung realita pembelajaran

yang ada di sekolah tersebut, sehingga akan didapatkan pengetahuan dan fakta

baru tentang sejauh mana dan bagaimana strategi guru PAI dalam

meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa. Oleh karena itu , peneliti

mengambil judul penelitian “Strategi Guru PAI dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa SMP Negeri 13 Malang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis akan

menyajikan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi guru PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca

al-Qur’an siswa SMP Negeri 13 Malang?

2. Bagaimana hasil dari strategi guru PAI dalam meningkatkan kemampuan

membaca al-Qur’an siswa SMP Negeri 13 Malang?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat guru PAI dalam menerapkan

strategi untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP

Negeri 13 Malang?

13

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat ditentukan tujuan

penelitian sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan strategi guru PAI dalam meningkatkan kemampuan

membaca al-Qur’an siswa SMP Negeri 13 Malang.

2. Mendeskripsikan hasil dari strategi guru PAI dalam meningkatkan

kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP Negeri 13 Malang

3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat guru PAI dalam

menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an

siswa SMP Negeri 13 Malang.

D. Manfaat Penelitiana

Adapun manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi dua bagian,

yaitu secara teoritis dan praktis:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

khususnya tentang strategi guru pendidikan agama Islam dalam

meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an.

2. Manfaat Praktis

14

a. Lembaga pendidikan

Sebagai bahan masukan yang dapat membantu lembaga pendidikan

untuk meningkatkan siswa dalam membaca al-Qur’an.

b. Guru

Sebagai panduan bagi guru untuk memperbaiki strategi yang digunakan

untuk meningkakan kemampuan membaca al-Qur’an siswa

c. Penulis dan pembaca

Penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk tambahan ilmu dalam

meningkatkan membaca al-Qur’an serta menjadi bahan rujukan untuk

penelitian yang akan datang.

E. Batasan Istilah

1. Strategi

Strategi adalah sebuah cara tertentu untuk menangani sebuah

problematika atau pekerjaan.12 Pendapat lain menyatakan bahwa setrategi

adalah taktik, langkah-langkah rencana yang dilakukan secara sistematis

dalam perang.13 Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

strategi adalah langkah-langkah atau rencana awal yang harus dipersiapkan

seorang guru sebelum melaksanakan pembelajaran untuk menentukan

tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

12 Sja’i, Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab, (Semarang : Walisongo Press, 2008), hal. 24-

25 13 Pius Abdillah, Danu Prasetya. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Arloka,

2005), hal. 586

15

Sedangkan yang dimaksudkan strategi disini adalah strategi guru

PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP

Negeri 13 Malang.

2. Guru PAI

Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara suka rela telah

merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab

pendidikan yang dipikul dipundak para orang tua.14 Pendapat lain

menyatakan guru adalah figur manusia yang menepati posisi dan memegang

peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan

masalah dunia pendidikan, figur guru selalu terlibat dalam agenda

pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal

disekolah.15

Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan

asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah setelah selesai pendidikannya

dapat memahami dan mengamalkan ajaran Agama Islam serta

menjadikannya sebagai pandangan hidup.16 Tujuan Pendidikan Agama

Islam adalah mengasuh, membimbing, mendorong, mengusahakan,

menumbuh kembangkan manusia yang bertakwa dan menunjukkan kualitas

manusia bukan hanya dihadapan manusia tetapi juga dihadapan Allah.17

14 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta :Bumi Aksara, 2012), hal.39 15 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif , (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006), hal. 1 16 Ibid, hal. 86 17 Nusa Putra, Santi Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam , (Bandung

: Remaja Rosda Karya, 2012), hal.1

16

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Guru PAI

adalah guru yang profesional yang secara suka rela telah merelakan dirinya

menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang dipikul

dipundak para orang tua guna mengasuh, membimbing, mendorong,

mengusahakan, menumbuh kembangkan manusia yang bertakwa dan

menunjukkan kualitas manusia bukan hanya dihadapan manusia tetapi juga

dihadapan Allah.

3. Meningkatkan

Kata “meningkatkan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

kata kerja dengan arti antara lain:

1). Menaikkan (derajat, taraf, dsb); mempertinggi; memperhebat (produksi

dsb);

2). Mengangkat diri; memegahkan diri.18

Sedang Menurut Moeliono seperti yang dikutip Sawiwati,

peningkatan adalah sebuah cara atau usaha yang dilakukan untuk

mendapatkan keterampilan atau kemampuan menjadi lebih baik.19

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa di

dalam makna kata “meningkatkan” tersirat adanya unsur proses yang

bertahap, dari tahap terendah, tahap menengah dan tahap akhir atau tahap

puncak.

18 Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 1197-1198 19 Sawiwati, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas III SDN 3 Makarti Jaya Tentang

Ciri-Ciri Makhluk Hidup Melalui Metode Demonstrasi, (Palembang: Perpustakaan UT, 2009), hal. 4

17

Sedangkan “meningkatkan atau peningkatan” yang penulis

maksudkan dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa

yang mendapat nilai rendah, ditingkatkan agar hasil belajarnya lebih tinggi

atau memuaskan dengan cara meningkatkan keterampilan belajarnya.

4. Kemampuan

Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata

“mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat,

berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu

kesanggupan dalam melakukan sesuatu.

Kemampuan/kompetensi adalah kemampuan bersikap, berfikir dan

bertindak secara konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap

dan keterampilasen melakukan sesuatu.

Adapun kemampuan yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah

penguasaan siswa SMP Negeri 13 Malang dalam hal baca Al-Qur’an pada

mata pelajaran PAI.

5. Membaca Al-Qur’an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “baca,

membaca” diartikan:

1. Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan

melisankan atau hanya dalam hati)

2. Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis

3. Mengucapkan

18

4. Mengetahui, meramalkan

5. Memperhitungkan.20

Pengertian “Baca” dalam judul penelitian ini secara khusus merujuk

pada kemampuan membaca al-Qur’an siswa pada pelajaran Al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah kalamullah, firman Allah ta’ala. Ia bukanlah kata-

kata manusia. Bukan pula kata-kata jin, syaithan atau malaikat. Ia sama

sekali bukan berasal dari pikiran makhluk, bukan syair, bukan sihir, bukan

pula produk kontemplasi atau hasil pemikiran filsafat manusia. Hal ini

ditegaskan oleh Allah ta’ala dalam al-Qur’an surat An-Najm ayat 3-4:

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur’an) menurut kemauan

hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan

(kepadanya)…”

Membaca al-Qur’an makna sebenarnya adalah memahami al-Qur’an

dengan baik hingga penerapannya dalam kehidupan kita. Jadi jelaslah

bahwa membaca adalah hal yang tak hanya untuk melihat atau menyurakan

namun juga pada pemahaman dari proses membaca tersebut sebagai makna

yang sesungguhnya.

Setiap Huruf di al-Qur’an memiliki hak sesuai panjang dan

pendeknya. Jadi maka layaklah ada anjuran membaca al-Qur’an secara

tartil, jadi bahasa al-Qur’an memiliki panjang dan pendek yang sudah

ditetapkan. Hal ini tentu berbeda dengan kita mengucapkan bahasa

20 Hasan Alwi, et.al, (ed.), “upaya”, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2007), hal. 83

19

Indonesia, Inggris , bahkan bahasa Arab dalam pembicaraan. Maka bahasa

Arab yang dalam percakapan itu diucapkan seperti di percakapan bahasa

pada umumnya, yang mana hal ini berbeda dengan bacaan al-Qur’an. Oleh

karenanya jika berdoa mengguakan bacaan al-Qur’an sebaiknya

menggunakan pula kaidah tajwid yang mengatur panjang, pendek dan

bagaimana membacanya.

6. Siswa

Kata “Siswa” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

kata benda yang sinonim dengan kata “murid”, (terutama pada tingkat

sekolah dasar dan menengah).21

Menurut St. Vembriarto dalam “Kamus Pendidikan”, kata siswa

diartikan peserta didik yang belajar di Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar,

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan Sekolah Menengah.22

Menurut Sardiman, A. M., siswa atau anak didik dalam proses

belajar mengajar dikatakan sebagai kelompok manusia yang belum dewasa

dalam artian jasmani maupun rohani.23 Lebih jauh menurutnya pernyataan

mengenai anak didik sebagai kelompok yang belum dewasa itu, bukan

berarti bahwa anak didik itu sebagai makhluk yang lemah, tanpa memiliki

potensi dan kemampuan. Anak didik secara kodrati telah memiliki potensi

dan kemampuan-kemampuan atau talent (bakat) tertentu. Hanya yang jelas

21 Hasan Alwi, et.al, (ed.), “Sis.wa”, Op.Cit., hal. 1077 22 St. Vembriarto, et. al. kamus Pendidikan, Cet. Ke- 1, (Jakarta: PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia, 1994), hal. 61 23 Sardiman, A. M., Inertaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada, 2010), hal. 112

20

siswa itu belum mencapai tingkat yang optimal dalam mengembangkan

talent atau potensi dan kemampuannya. Oleh karena itu, lebih tepat kalau

siswa dikatakan subjek dalam proses belajar mengajar, sehingga subjek

disebut sebagai subjek belajar.24

Adapun yang penulis maksudkan “siswa” dalam judul penelitian ini

adalah siswa SMP Negeri 13 malang.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini meliputi :

BAB I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika

penulisan.

BAB II : Tinjauan pustaka, pada bab ini akan dibahas tentang strategi guru

PAI dan meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa.

BAB III : Metode penelitian, meliputi jenis penelitian, objek penelitian,

informan penelitian, metode pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV : Hasil penelitian, pada bab ini menguraikan hasil penelitian yang

diperoleh dari lapangan serta menyajikan data dari lapangan.

BAB V : Kesimpulan dan saran, pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil

penelitian dan saran-saran yang bisa disampaikan kepada pihak

sekolah.

24 Ibid., hal. 112

21