tarikh tasyrik 2

25
HUKUM ARAB PRA ISLAM

Upload: mas-karebet

Post on 22-Jan-2018

131 views

Category:

Education


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tarikh tasyrik 2

HUKUM ARAB PRA ISLAM

Page 2: Tarikh tasyrik 2

A. PENDAHULUAN Nabi Muhammad saw mendapatkan wahyu dari Allah SWT

pertama kali pada hari Senin tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari kelahirannya, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M. Semenjak saat itu, Muhammad bin Abdullah mengemban amanat nubuwwah dari Allah SWT untuk membawa agama Islam ke tengah-tengah manusia, yang ternyata merupakan sebuah ajaran yang merombak seluruh system social, terutama system hukum yang ada pada masyarakat Jahiliyyah Muhammad Ridho, Muhammad Rasul Allah Shalla Alllahu 'alayhi wa Sallama, cet. V (Kairo: Dar al-Ihya' al-'Arabiyyah, 1966 M / 1385 H) hlm. 59.

Page 3: Tarikh tasyrik 2

Hukum Islam (Islamic Law) merupakan perintah-perintah suci dari Allah SWT yang mengatur seluruh aspek kehidupan setiap Muslim, dan meliputi materi-materi-materi hukum secara murni serta materi-materi spiritual keagamaan. Melalui penelitian sejarah yang empiris, Joseph Schacht menyebut Islamic Law sebagai ringkasan dari pemikiran Islam, manifestasi way of life Islam yang sangat khas, dan bahkan sebagai inti dari Islam itu sendiri.

Joseph Schacht, An Introduction to Islamic Law, cet. II (Oxford: Oxford University Press, 1964), hlm. 1.

S.D. Goitein, "The Birth-Hour of Muslim Law; an Essay in Exegesis" dalam Jurnal The Muslim World, vol. L (Hartdford: The Hartdford Seminary Foundation, 1960), hlm. 23. Schacht, An Introduction…, hlm. 1.

Page 4: Tarikh tasyrik 2

B. Sejarah Arab Pra-Islam

Sejarah penetapan hukum Islam tidak terlepas dari pengaruh kondisi sosio-kultural masyarakat Arab Jahiliyah. Masyarakat Arab Jahiliyah adalah masyarakat yang memiliki ketaatan yang tinggi terhadap kepercayaan nenek moyang, berani, gemar sastra dan jarang melanggar janji.Pola kehidupan masyarakat Arab pada masa itu dengan cara berpindah-pindah (nomaden).

Page 5: Tarikh tasyrik 2

Kenyataan ini membuat suku-suku di Arab membentuk suatu perkumpulan yang lebih besar. Mereka juga menanamkan rasa kesetiaan pada kaum dan sekutu-sekutunya. Hanya suku yang dapat menjamin keamanan anggotanya.

Doktrin ini dinamai dengan muru’ah. Muruahdiartikan sebagai keberanian dalam berperang, pengabdian terhadap tugas untuk melakukan pembalasan kesalahan yang dilakukan terhadap suku, melindungi para anggota yang lemah dan menghadapi yang kuat.

Doktrin ini dijaga dari generasi ke generasi, setiap anggota wajib membela saudara sesuku dan taat terhadap pemimpin.

Page 6: Tarikh tasyrik 2

Dibidang keagamaan, orang Arab Pra-Islam memiliki beberapa tradisi menyembah tuhan. Ada yang menyembah matahari, bulan, bintang, dan melalui perantara berhala. Di antara berhala-berhala yang paling dikenal yaitu Manata, Lata, dan Uzza.

Orang-orang Arab yang menyembah berhala sebenarnya telah mengenal Allah, sayangnya berhala-berhala tersebut dijadikan sebagai keluarga Allah dan wajib pula untuk di sembah. Setiap tahunnya, masyarakat Arab Jahiliyah melakukan ibadan mengelilingi ka’bah dengan cara mereka masing.

Page 7: Tarikh tasyrik 2

Dibidang ekonomi, masyarakat Arab Jahiliyah mengandalkan penghasilannya dari sektor perdagangan. Pedagang yang memiliki modal besar akan lebih menguasai pasar dari pada pedagang yang bermodal kecil. Sering terjadi tindakan diskriminasi.

Hak-hak rakyat miskin tidak pernah diperhatikan bahkan mereka sering kali ditindas, harta anak-anak yatim dipergunakan dengan sewenang-wenang, dan masih banyak sisi gelap kondisi masasyarakat Arab Pra-Islam.

Page 8: Tarikh tasyrik 2

Secara umum, periode Makkah pra-Islam disebut sebagai periode Jahiliyyah yang berarti kebodohan dan barbarian. Secara nyata, dinyatakan oleh Philip K. Hitti, masyarakat Makkah pra-Islam adalah masyarakat yang tidak memiliki takdir keistimewaan tertentu (no dispensation), tidak memiliki nabi tertentu yang terutus dan memimpin (no inspired prophet) serta tidak memiliki kitab suci khusus yang terwahyukan (no revealed book) dan menjadi pedoman hidup.

Page 9: Tarikh tasyrik 2

Sehubungan dengan sejarah kemanusiaan, hukum Jahiliyyah ternyata membuat keberpihakan pada kelompok tertentu yang dapat disebut memiliki karakter rasial, feudal dan patriarkhis.

1. Karakter Rasial Sifat pertama, rasial, yang terdapat pada hukum Jahiliyyah

bisa ditunjukkan dengan adanya perasaan kebangsaan yang berlebihan (ultra nasionalisme) dan kesukuan ('ashabiyyah) serta adanya pembelaan terhadap orang-orang yang berada dalam komunitas kesukuan (qabilah) yang sama.

Page 10: Tarikh tasyrik 2

Pada masyarakat Arab pra-Islam, dikenal istilah al-'ashabiyyah atau al-qawmiyyah yang berarti kecenderungan seseorang untuk membela dengan mati-matian terhadap orang-orang yang berada di dalam qabilah-nya dan dalam qabilah lain yang masuk ke dalam perlindungan qabilah-nya. Benar atau salah posisi seseorang di dalam hukum, asal dia dinilai sebagai inner group-nya, pasti akan selalu dibela mati-matian ketika berhadapan dengan orang yang dinilai sebagai outer group-nya.

Page 11: Tarikh tasyrik 2

2. Karakter Feudal Karakter feudal pada hukum Arab pra-Islam tergambar dengan

adanya superioritas yang dimiliki oleh kaum kaya dan kaum bangsawan di atas kaum miskin dan lemah.

Kehidupan dagang yang banyak dijalani oleh orang Arab Makkah pada waktu itu yang mengutamakan kesejahteraan materi menjadikan tumbuhnya superioritas golongan kaya dan bangsawan di atas golongan miskin dan lemah.

Kaum kaya dan bangsawan Arab pra-Islam adalah pemegang tampuk kekuasaan dan sekaligus menjadi golongan yang makmur dan sejahtera di Makkah, kebalikan dari kaum miskin dan lemah.

Page 12: Tarikh tasyrik 2

Sistem hukum dan sejarah perbudakan di kalangan Arab pra-Islam merupakan bukti kuat adanya karakter feudal pada hukum Jahiliyyah masyarakat Arab pra-Islam tersebut.

Budak adalah manusia rendahan yang memiliki derajat jauh di bawah rata-rata manusia pada umumnya, bisa diperjualbelikan, bisa diperlakukan apa saja oleh pemiliknya, dan tidak memiliki hak-hak asasi manusia sewajarnya selaku seorang manusia.

Page 13: Tarikh tasyrik 2

3. Karakter Patriarkhis

Karakter berikutnya yang melekat kuat pada hukum Jahiliyyah adalah patriarkhis. Dalam penelitian Haifaa, kaum lelaki pada waktu itu memegang kekuasaan yang tinggi dalam relasi laki-laki dengan perempuan, diposisikan lebih tinggi di atas kaum perempuan, Kaum perempuan mendapatkan perlakuan diskriminatif, tidak adil dan bahkan dianggap sebagai biang kemelaratan dan symbol kenistaan (embodiment of sin).

Page 14: Tarikh tasyrik 2

Dalam sistem hukum Jahiliyyah, perempuan tidak memperoleh hak warisan, bahkan dijadikan sebagai harta warisan itu sendiri. Kelahiran anak perempuan dianggap sebagai aib, sehingga banyak yang kemudian dikubur hidup-hidup ketika masih bayi. Secara singkat, dalam istilah Haifaa, perempuan diperlakukan sebagai a thing dan bukan sebagai a person.

Page 15: Tarikh tasyrik 2

B. Tasyri’ Periode Mekkah Dan Madinah

Hukum islam pada masa Nabi Muhammad Saw dapat dibedakan menjadi dua fase: fase Mekkah dan Madinah. Adapun masyarakat pada fase Mekkah dapat di cirikan sebagai berikut:

1. Jumlah muslim masih minoritas

2. Kekuatan yang dimiliki masih sangat lemah

3. Dikucilkan dari masyarakat Mekkah saat itu (blokade ekonomi)

Oleh karena itulah langkah awal yang dilakukan Nabi Muhammad Saw saat itu adalah menguatkan akidah terlebih dahulu sebagai pondasi amaliah ibadah.

Page 16: Tarikh tasyrik 2

Dalam al-Qur’an fase Mekkah ayat yang turun rata-rata seputar penolakan terhadap syirik dan mengajak kepada ketauhidan dan hikmah dari kisah terdahulu. Pada fase ini al-Qur’an masih sedikit membahas masalah ibadah kecuali setelah hijrah tetapi erat kaitannya dengan ibadah, seperti pengharaman bangkai, darah, semblihan yang tidak menyebutkan nama Tuhan.

Page 17: Tarikh tasyrik 2

Pada saat Rasulullah hijrah ke Madinah, beliau disambut dengan meriah oleh pengikut-pengikutnya, selain itu umat muslim sudah bisa meninggalkan aqidah lamanya. Ciri-ciri masyarakat fase Madinah sebagai berikut:[6]

1. Jumlahnya telah banyak serta berkualitas

2. Mengeliminasi permusuhan dalam rangka mengesakan Allah SWT

3. Telah adanya syariat Islam untuk mencapai kebaikan dalam masyarakat

4. Membentuk aturan damai dalam perang

Page 18: Tarikh tasyrik 2

Adapun syariat yang muncul ketika fase Madinah seperti muamalat, jihad, jinayat, mawarits, wasiat, talak, sumpah, dan peradilan.

Pada fase ini dapat dijelaskan bahwa kekuasaan hukum didasarkan kepada Rasulullah Saw secara langsung tanpa campur tangan orang lain. Sementara sumber yang digunakan adalah wahyu, baik yang matlu yaitu al-Quran ataupun ghoiru matlu yaitu Sunnah, sehingga pada masa ini belum penah terjadi perselisihan dalam hukum. Dan kebanyakan dari ayat-ayat yang diturunkan berkenaan atau sesuai dengan suatu peristiwa atau menjadi jawaban dari pertanyaan.

Page 19: Tarikh tasyrik 2

C. HUKUM YANG BERLAKU PADA ZAMAN JAHILIYAH1. Perkawinan

Ada beberapa jenis perkawinan yang dipraktikan dikalangan masyarakat Arab, sebagian diakui keabsahannya oleh hukum Islam dan sebagian lain dihapuskan karena tidak bersesuaian dengan jiwa hukum Islam :

a. Poligami, merupakan praktik yang sudah melembaga di masyarakat Arab, namun poligami yang dilaksanakan tidak ada aturan dan batas-batasnya. Seorang laki-laki boleh menikahi perempuan sebayak-banyaknya tanpa batas maksimal

Page 20: Tarikh tasyrik 2

b. Istibdla, yakni seorang suami meminta istrinya untuk berhubungan badan dengan laki-laki mulia atau mempunyai kelebihan sesuatu, setelah hamil si suami tidak mencampurinya hingga istrinya melahirkan. Tujuan dari perkawinan ini adalah untuk mendapatkan gen, sifat, atau keturunan terhormat atau istimewa.

Rahthun, atau poliandri, yaitu seorang perempuan mempunyai pasangan laki-laki lebih dari seorang.

d. Maqthu, seorang anak tiri menikahi ibu tirinya ketika ayahnya meninggal. Isyaratnya, ketika si ayah meninggal, si anak melemparkan kain kepada ibu tirinya sebagai pertanda ia menyukai ibu tirinya, dan ibu tiri tersebut tidak dapat menolak.

Page 21: Tarikh tasyrik 2

2. Riba Menurut Muhammad Abduh (w. 1905) dan muridnya, Muhammad Rashid

Ridha, ketika menjelaskan bentuk riba yang dilarang pada masa pra-Islam, mereka menegaskan bahwa riba pada masa pra-Islam dipraktekkan dalam bentuk tambahan pembayaran yang diminta dari pinjaman yang telah melewati batas tempo pembayaran, sehingga mengalami penangguhan yang menyebabkan meningkatnya pembayaran hutang tersebut.

Dari Ibn Zaid bahwa ayahnya mengutarakan bahwa “riba pada masa jahiliyah adalah dalam pelipatgandaan dan umur (hewan). Seseorang yang berutang, bila tiba masa pembayarannya, ditemui oleh debitor dan berkata kepadanya, “Bayarlah atau kamu tambah untukku.” Maka apabila kreditor memiliki sesuatu (untuk pembayarannya), ia melunasi utangnya, dan bila tidak ia menjadikan utangnya (bila seekor hewan) seekor hewan yang lebih tua usianya (dari yang pernah dipinjamnya).

Page 22: Tarikh tasyrik 2

Apabila yang dipinjamnya berumur setahun dan telah memasuki tahun kedua (binti makhadh), dijadikannya pembayarannya kemudian binti labun yang berumur dua tahun dan telah memasuki tahun ketiga. Kemudian menjadi hiqqah (yang memasuki tahun keempat), dan seterusnya menjadi jaz’ah (yang memasuki tahun kelima), demikian berlanjut. Sedangkan jika yang dipinjamnya materi (uang), debitor mendatanginya untuk menagih, bila ia tidak mampu, ia bersedia melipatgandakannya sehingga menjadi 100, di tahun berikutnya menjadi 200 dan bila belum lagi terbayar dijadikannya 400. Demikian setiap tahun sampai ia mampu membayar.

Page 23: Tarikh tasyrik 2

3. Anak angkat Pengangkatan anak (adopsi) merupakan adat kebiasaan

yang berlaku dalam masyarakat Arab Jahiliyah, walaupun anak tersebut jelas mempunyai orang tua sendiri. Anak yang diangkat mempunyai hak-hak yang sama dengan hak-hak anak kandung, misalnya nasab dan warisan.

Orang yang telah diadopsi (diangkat anak) oleh si mati berhak mendapatkan harta peninggalannya seperti anak keturunan si mati. Dalam segala hal, ia dianggap serta diperlakukan sebagai anak kandung dan dinasabkan kepada ayah angkatnya, bukan kepada ayah kandungnya.

Page 24: Tarikh tasyrik 2

4. Warisan Hukum kewarisan adat Arab pada zaman Jahiliyah menetapkan

tatacara pembagian warisan dalam masyarakat yang didasarkan atas hubungan nasab atau kekerabatan, dan hal itu pun hanya diberikan kepada keluarga yang laki-laki saja, yaitu laki-laki yang sudah dewasa dan mampu memanggul senjata guna mempertahankan kehormatan keluarga dan melakukan peperangan serta merampas harta peperangan.

Perempuan dan anak-anak tidak mendapatkan warisan, karena dipandang tidak mampu memangul senjata guna mempertahankan kehormatan keluarga dan melakukan peperangan serta merampas harta peperangan. Bahkan orang perempuan yaitu istri ayah dan/ atau istri saudara dijadikan obyek warisan yang dapat diwaris secara paksa. Praktik ini berakhir dan dihapuskan oleh Islam dengan yang melarang menjadikan wanita dijadikan sebagai warisan.

Page 25: Tarikh tasyrik 2

6. Qishash Sudah diketahui bahwa bangsa Arab telah mempunyai aturan-aturan

yang didapati oleh adat dan kebiasaan. Seluruh kabilah telah bertanggung jawab terhadap tindak pidana anggotanya, kecuali apabila kabilah itu mengumumkan tebusan dalam masyarakat umum.

Oleh karena itu, jarang wali dari orang yang kena pidana cukup menerima qishash dari orang yang melakukan tindak pidana, lebih-lebih apabila orang yang kena tindak pidana orang yang mulia atau tuan dari kaumnya, bahkan mereka meluaskan tuntutan mereka dengan suatu perluasan yang kadang-kadang sampai menjadikan perang antara dua suku. Dan kebanyakan suku dari pelaku pidana melindunginya, maka yang demikian ini menyebabkan keburukan-keburukan dan perang-perang yang kadang-kadang penyelesaiannya berkepanjangan (berlarut-larut)