tarikh tashri pada masa muroji un

21
TARIKH TASHRI’ PADA MASA MUROJI’UN BAB I PENDAHULUAN Sejarah merupakan salah satu cara untuk mengetahui peristiwa yang telah lalu dengan mempelajari secara kronologis untuk mengetahui sejarah hukum Islam khususnya masalah periodesasi sejarah hukum Islam. Para ahli sejarah (muarrikhin) berbeda pendapat. Menurut al-Khudhari, Hukum Islam dalam sejarahnya melalui enam fase tasyri’ (legislasi) yang mempunyai ciri tersendiri sesuai dengan perkembangan yang dilalui oleh masyarakat Islam. 1. Fase kerasulan Nabi Muhammad dimana segala sesuatu tentang hukum dikembalikan kepada beliau. 2. Fase para sahabat Nabi yang senior (kibar ash-shahabah), mulai dari saat kewafatan Nabi sampai akhir masa Khulafa’ Rasyidin. 3. Fase para permulaan nabi yang junior (shighar ash- shahabah), mulai dari permulaan masa Umawi sampai lebih kurang satu abad setelah Hijrah. 4. Fase fiqh menjadi ilmu tersendiri, mulai dari abad kedua hijrah sampai akhir abad ketiga. 1

Upload: 3gi

Post on 25-Jul-2015

115 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tarikh Tashri Pada Masa Muroji Un

TARIKH TASHRI’ PADA MASA MUROJI’UN

BAB I

PENDAHULUAN

Sejarah merupakan salah satu cara untuk mengetahui peristiwa yang telah lalu dengan

mempelajari secara kronologis untuk mengetahui sejarah hukum Islam khususnya masalah

periodesasi sejarah hukum Islam. Para ahli sejarah (muarrikhin) berbeda pendapat.

Menurut al-Khudhari, Hukum Islam dalam sejarahnya melalui enam fase tasyri’ (legislasi)

yang mempunyai ciri tersendiri sesuai dengan perkembangan yang dilalui oleh masyarakat

Islam.

1. Fase kerasulan Nabi Muhammad dimana segala sesuatu tentang hukum dikembalikan

kepada beliau.

2. Fase para sahabat Nabi yang senior (kibar ash-shahabah), mulai dari saat kewafatan

Nabi sampai akhir masa Khulafa’ Rasyidin.

3. Fase para permulaan nabi yang junior (shighar ash-shahabah), mulai dari permulaan

masa Umawi sampai lebih kurang satu abad setelah Hijrah.

4. Fase fiqh menjadi ilmu tersendiri, mulai dari abad kedua hijrah sampai akhir abad

ketiga.

5. Fase perdebatan mengenai berbagai masalah hukum di kalangan fuqaha’, mulai dari

awal abad keempat atas dunia Islam pada abad ketujuh Hijrah (1258 M).

6. Fase taqlid (mengikuti kepada pendapat imam-imam terdahulu), mulai dari kejatuhan

Dinasti ‘Abbasiyah sampai sekarang1.

Selain yang disimpulkan oleh al-Khudhari ini, sebenarnya sebuah fase baru sedang

tumbuh dalam waktu ini. Bila kita memperhatikan perkembangan legislasi di dunia Islam

dewasa ini, hukum Islam sebenarnya sedang memasuki fase ketujuh; yaitu fase

kodifikasi/kompilasi di beberapa negara anggota OIC (Organization of Islamic Conference) dan

ijtihad untuk masalah-masalah kontemporer, terutama melalui lembaga-lembaga resmi negara 1 Rifyal Ka’bah, Hukum Islam Di Indonesia, Universitas Yarsi, Jakarta, 1999, hal 51-52

1

Page 2: Tarikh Tashri Pada Masa Muroji Un

atau semi resmi, atau lembaga-lembaga internasional, atau murni swasta. Tujuannya adalah

untuk memperkaya hukum positif nasional.

Kodifikasi atau kompilasi paling terkenal di zaman modern dimulai di Turki Usmani

melalui sebuah tim yang diketuai oleh Menteri Kehakiman yang bekerja mulai tahun 1285

H/1869 M sampai 1293 H/1876 M. Tim ini berhasil merumuskan 1851 pasal materi hukum

berdasarkan pendapat yang terkuat dalam fiqih mazhab Hanafi dan diumumkan berlaku untuk

seluruh wilayah Turki Usmani pada tanggal 26 Sya’ban 1293 dengan nama Majallah al-Ahkam

al-‘Adliyyah.

Sedangkan menurut Abdul Wahab Khallaf, terbagi kepada empat periode:

1) Periode Rasulullah Saw yaitu periode pertumbuhan dan pembentukan yang berlangsung

selama kurang lebih 22 tahun beberapa bulan, sejak pelantikannya sebagai Rasul Allah

pada tahun 610 M sampai wafatnya tahun 632 M.

2) Periode sahabat yaitu periode penjelasan, pencerahan dan penyempurnaan yang

berlangsung sekitar 90 tahun, sejak wafatnya Rasul Saw tahun 11 H/632 M sampai akhir

abad pertama 101 H atauh 720 M.

3) Periode tadwin atau kodifikasi yaitu periode kodifikasi atau pembukuan atau tampilnya

para Imam Mujtahid. Periode ini dikenal sebagai masa puncak keemasannya yang

berlangsung selama kurang lebih 250 tahun, yakni dari tahun 101-350 H/720-971 M.

4) Periode taklid, yaitu periode statis dan kebekuan yang berlangsung sejak pertengahan abad

ke 4 H yakni sekitar tahun 351 H dan tidak seorang pun yang tahu masa berakhkirnya

kecuali Allah.

Sedangkan menurut Sa’id Al-Khinn, ada 5 periode:

a) Hukum Islam zaman Rasul

b) Hukum Islam zaman sahabat

c) Hukum Islam zaman tabi’in

d) Hukum Islam zaman taklid

2

Page 3: Tarikh Tashri Pada Masa Muroji Un

e) Hukum Islam zaman sekarang

Sedangkan menurut Subhi Mahmashani, dosen sistem hukum arab pada universitas

Amerika, Beirut. ada 4 periodesasi:

a) Hukum Islam zaman rasul

b) Hukum Islam zaman khulafaurrasyidin dan umawiyun

c) Hukum Islam zaman kemunduran dan taklid

d) Hukum Islam zaman kebangkitan

Sedangkan menurut Umar Sulaiman al-asyqar, ada 6 periodesasi:

a) Hukum Islam zaman Rasul

b) Hukum Islam zaman sahabat

c) Hukum Islam zaman tabi’in

d) Hukum Islam zaman pendiri mazhab

e) Hukum Islam zaman statis

f) Hukum Islam zaman sekarang

Sedangkan menurut Hasbi AS-Shiddiqy, ada 5 periodesasi:

a) Hukum Islam zaman pertumbuhan

b) Hukum Islam zaman sahabat dan Tabi’in

c) Hukum Islam zaman kesempurnaan

d) Hukum Islam zaman kemunduran

e) Hukum Islam zaman kebangkitan

3

Page 4: Tarikh Tashri Pada Masa Muroji Un

BAB II

PEMBAHASAN

SEJARAH HUKUM ISLAM PADA MASA MURAJI’UN

A. Masa Keemasan Islam

Disamping periode Nabi Muhammad dan pada periode Khulafaur Rasyidin, terdapat pula

periode pembinaan, pengembangan dan pembukuan hukum Islam. Periode ini dilakukan di

masa pemerintahan Khalifah Umayyah (662-750 M) dan Khalifah Abbasiyah (750-1258 M).

Hukum fiqh Islam sebagai salah satu aspek kebudayaan Islam mencapai puncak

perkembangannya di zaman Khalifah Abbasiyah yang memerintah selama lebih kurang 500

tahun. Di masa ini lahir para ahli hukum Islam yang menemukan dan merumuskan garis-garis

hukum fiqh Islam serta muncul berbagai teori hukum yang masih dianut dan dipergunakan oleh

umat Islam sampai sekarang.

Pada periode pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M) pemerintahan Abbasiyah, telah

mencapai masa keemasannya. Secara politis, para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan

merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Disisi lain, kemakmuran masyarakat

mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan

filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan

Bani Abbasiyah mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan

terus berkembang.

Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri dinasti Bani Abbasiyah ini sangat singkat

yaitu dari tahun 750 M – 754 M. Karena itu, pembina sebenarnya dari daulat Abbasiyah adalah

Abu Ja’far Al-Manshur (754-775 M). Dia dengan keras menghadapi lawan-lawannya dari Bani

Umayyah, Khawarij dan juga Syi’ah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan. Untuk lebih

menjaga kestabilan ibu kota negara yang baru berdiri yaitu al-Hasyimiyah, dekat Kufah, Al-

Manshur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangun yaitu kota Baghdad yang

terletak di dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat

4

Page 5: Tarikh Tashri Pada Masa Muroji Un

pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota ini al-

Manshur melakukan fonsolidasi dan penertiban pemeritahannnya. Dia mengangkat sejumlah

personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan,

dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat wazir sebagai koordinator departemen. Dia

juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara dan kepolisian negara. Di samping

membenahi angkatan bersenjata. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa Dinasti Bani

Umayyah di tingkatkan peranannya dengan tambahan tugas.

Selain itu pada periode ini gerakan ilmiah telah berkembang sangat pesat karena telah

sampainya peradaban kuno pada para pemikir dari bangsa arab. Hal ini disebabkan oleh adanya

dua unsur, diantaranya :

a) Unsur maula

Pada periode ini sejumlah besar dari bangsa persia, romawi dan mesir telah masuk

islam. Sebagian dari mereka ada yang menjadi tawanan perang dikala masih kecil,

kemudian dididik dibawah naungan tuan-tuan mereka, yaitu kaum muslimin, sehingga

para maula itu mewarisi ilmu-ilmu agama islam dari tuan-tuan mereka dimana ilmu itu

berasaskan al-qur’an dan al-sunah. Sebagian dari mereka ada yang menjadi qori’ –qori’

besar, ahli-ahli hadist yang besar-besar disamping ulama’ yang berbangsa Arab. Dan

sebagian dari maula itu ada yang masuk islam dikala sudah tua atau besar, sehingga

menuru wataknya mereka ini mengawinkan pemikiran dan menyempurnakan akal.

Periode ini dimulai dan para maula itu mempunyai peranan yang besar dalam politik

kenegaraan, karena sesungguhnya daulat abbasiyah itu berdiri diatas kepala para

maulanya dari penduduk khurasan dan irak. Dengan demikian mereka sekutu dalam

daulat itu, dan sempurna pula persekutuan mereka dalam bidang ilmu dan politik2.

b) Kitab-kitab persia dan romawi 2 Drs. Muh Zuhri, Terjemah Tarikh Al- Tasyri’ Al-Islami . Darul Ihya’ INDONESIA hal 333

5

Page 6: Tarikh Tashri Pada Masa Muroji Un

Pada periode yang lampau telah dimulai adanya penterjemahan kitab-kitab Persia

dan Rumawi kedalam bahasa Arab. Pada periode ini Abu Ja’far Al-Mansur khalifah

Abbasiyah yang kedua perhatian terhadap penerjemahan ini, dan hal itu selalu

berkembang terus sampai masa khalifah Al-Ma’mun bin Ar- Rasyid pada awal abad

ketiga hijriyah.

Kalau dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah di letakkan dan dibangun oleh Abu al-

Abbas dan Abu Ja’far al-Manshur, maka puncak keemasan dinasti ini berada pada tujuh

khalifah sesudahnya yaitu:

1. Al-Mahdi (775-785 M)

2. Al-Hadi (775-786 M)

3. Harun al-Rasyid (786-809 M)

4. Al-Ma’mun (813-833 M)

5. Al-Mu’tashim (833-842 M)

6. Al-Wasiq (842-847 M)

7. Al-Mutawakkil (847-861 M)

Pada masa khalifah-khalifah ini banyak kemajuan yang terjadi pada hukum Islam.

Diantaranya digalakkannya penerjemahan buku-buku asing. Berdirinya sekolah dan salah satu

karya terbesar yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar.

Bani Abbasiyah ini merupakan lanjutan dari pemerintahan Bani Umayyah. Jika

dibandingkan dengan Bani Umayyah, Bani Abbasiyah lebih maju. Dengan berpindahnya ibu

kota ke kota Baghdad, pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi jauh dari pengaruh Arab

sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat beorientasi kepada Arab. Kemudian dalam

penyelenggaraan negara, pada Bani Abbas ada jabatan wazir yang membawahi kepala-kepala

departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan Bani Umayyah. Demikian pula

ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas sebelumnya tidak

ada tentara khusus yang profesional.

6

Page 7: Tarikh Tashri Pada Masa Muroji Un

Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan

terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga

ilmu pengetahuan agama. Yakni dalam bidang tafsir. Dalam metode-metode tafsir sangat

dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga

terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam bidang teologi.

Dalam periode pembinaan, pengembangan dan pembukuan ini banyak faktor yang

mendorong orang untuk menetapkan hukum dan merumuskan garis-garis hukum yaitu:

1. Wilayah Islam sudah sangat luas, terbentang dari perbatasan India sampai Tiongkok di

Timur sampai ke Spanyol (Eropa) di sebelah Barat.

2. Telah ada karya-karya tulis tentang hukum yang dapat dipergunakan sebagai bahan

landasan untuk membangun serta mengembangkan hukum fiqh Islam

3. Telah tersedia pula para ahli yang mampu berijtihad memecahkan berbagai masalah

hukum dan masyarakat

Dalam periode ini timbul para mujtahid atau Imam tersebut diatas. Dulu jumlahnya

banyak, tetapi kini yang masih mempunyai pengikut adalah 4 yakni:

1. Abu Hanifah (al-Nukman ibn Tsabit): 700-767 M

2. Malik bin Anas: 713 -795 M

3. Muhammad Idris as-Syafi’i: 767-820 M

4. Ahmad bin Hambal (Hanbal): 781-855 M

Dan sebagaimana diketahui, sumber utama hukum Islam itu adalah al-Quran dan as-

Sunnah Nabi Muhammad. Al-Quran sudah dicatat di masa Nabi Muhammad, di himpun dalam

satu naskah di zaman khalifah Abu Bakar, dua tahun setelah Nabi Muhammad wafat dan

disalin serta dibukukan dalam satu Mushaf al-Quran standar di zaman khalifah Usman.

Demikian atas usaha para ahli, pada pertengahan abad ke-3 H atau akhir abad ke-9 dan

permulaan abad ke-10 M tersusunlah kitab-kitab Hadist yang terkenal dengan nama al-Kutub

as-Sittah (Enam buah kitab Hadist).

7

Page 8: Tarikh Tashri Pada Masa Muroji Un

Selain dari itu, perlu di catat pula bahwa pada periode ini pulalah metode-metode tertentu

pengambilan hukum dari Al-Quran dan Sunnah, penetapan dan penemuan hukum yang tidak

ada ketentuannya dalam dua sumber utama hukum Islam itu dikembangkan. Yang terpenting

diantaranya adalah: Ijma’, Qiyas, Masalih Al-Mursalah, Istihsan, Istishab, Al-‘urf.

B. Masa Kemunduran Islam

Sejak permulaan abad ke-4 H atau abad ke-10 – 11 M, ilmu hukum Islam mulai berhenti

berkembang. Ini terjadi di akhir penghujung pemerintahan atau dinasti Abbasiyah. Pada masa

ini para ahli hukum hanya membatasi diri mempelajari pikiran-pikiran para ahli sebelumnya

yang telah dituangkan kedalam buku berbagai mazhab.

Yang memnjadi ciri umum pemikiran hukum dalam periode ini adalah para ahli hukum

tidak lagi memusatkan usahanya untuk memahami prinsip-prinsip atau ayat-ayat hukum yang

terdapat dalam al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad, tetapi pikirannya ditumpukan pada

pemahaman perkataan-perkataan, pikiran-pikiran hukum para Imamnya saja. Perkembangan

masyarakat yang berjalan terus dan persoalan-persoalan hukum yang ditumbuhkannya pada

masa ini tidak lagi diarahkan dengan hukum dan dipecahkan sebaik-baiknya seperti zaman-

zaman sebelumnya. Dengan kata lain, masyarakat terus berkembang sedang pemikiran

hukumnya berhenti.

Diantara faktor-faktor atau keadaan yang menyebabkan kemunduran atau kelesuan

pemikiran Islam di masa itu adalah hal-hal sebagai berikut:

1) Kesatuan wilayah Islam yang luas itu, telah retak dengan munculnya beberapa negara

baru, baik di Eropa (Spanyol), Afrika Utara, di Kawasan Timur Tengah dan Asia.

2) Ketidakstabilan politik yang mempengaruh kegiatan pemikiran hukum. Artinya orang

tidak bebas mengutarakan pendapatnya.

3) Pecahnya kesatuan kenegaraan atau pemerintahan itu menyebabkan merosotnya

kewibawaan pengendalian perkembangan hukum. Dan bersamaan dengan itu muncul

pula orang-orang yang sebenarnya tidak mempunyai kelayakan untuk berijtihad, namun

8

Page 9: Tarikh Tashri Pada Masa Muroji Un

mengeluarkan berbagai garis hukum dalam bentuk fatwa yang membingungkan

masyarakat.

4) Timbullah gejala kelesuan berpikir di mana-mana karena kelesuan berpikir itu, para ahli

tidak mampu lagi menghadapi perkembangan keadaan dengan mempergunakan akal

pikiran yang merdeka dan bertanggung jawab

Periode taqlid adalah periode dimana semangat ijtihad mutlak para ulama sudah pudar

dan berhenti. Semangat kembali kepada sumber-sumber pokok tasyri’, dalam rangka menggali

hukum-hukum dari teks al-Quran dan Sunnah dan semangat mengistimbatkan hukum-hukum

terhadap suatu masalah yang belum ada ketetapan hukumnya dari nash dengan menggunakan

dalil-dalil syara’, sudah pudar dan berhenti. Mereka hanya mengikuti hukum-hukum yang telah

dihasilkan oleh imam-imam mujtahid terdahulu.

Periode taqlid ini mulai sekitar pertengahan abad IV H/X M. Pada masa ini pula terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi kebangkitan umat Islam dan menghalangi aktivitas

mereka dalam pembentukan hukum atau perundang-undangan hingga terjadinya kemandekan.

Semangat kebebasan dan kemerdekaan berpikir para ulama sudah mati. Mereka tidak lagi

menjadikan al-Quran dan Sunnah sebagai sumber utama, akan tetapi justru mereka sudah

merasa puas dengan berpegang kepada fiqh imam-imam mujtahid terdahulu, yakni Abu

Hanifah, Malik, Syafi’i, Ahmad bin Hanbal dan rekan-rekannya. Mereka mencurahkan segenap

kemampuan mereka untuk memahami kata-kata dan ungkapan-unkapan para imam mujtahid

mereka. Dan mereka tidak berusaha mencurahkan segenap kemampuannya untuk memahami

nash-nash syariat dan prinsip-prinsipnya yang umum.

1) Sebab-sebab terhentinya gerakan ijtihad

Ada 4 faktor penting yang menyebabkan terhentinya gerakan ijtihad dan suburnya

kebiasaan bertaqlid kepada para imam terdahulu, yaitu:

9

Page 10: Tarikh Tashri Pada Masa Muroji Un

a) Terpecah-pecahnya Daulah Islamiyah ke dalam beberapa kerajaan yang antara satu

dengan yang lainnya saling bermusuhan, saling memfitnah, memasang berbagai

perangkap, tipu daya dan pemaksaan dalam rangka meraih kemenangan dan

kekuasaan.

b) Pada pariode ketiga para imam Mujtahid terpolarisasi dalam beberapa golongan.

Masing-masing golongan membentuk menjadi aliran hukum tersendiri dan

mempunyai khittah tersendiri pula. Misalnya ada kalanya dalam rangka membela dan

memperkuat mazhabnya masing-masing dengan cara mengemukakan argumentasi

yang melegitimasi kebenaran mazhabnya masing-masing mengedepankan kekeliruan

mazhab lain yang dinilai bertentangan dengan mazhabnya.

c) Umat Islam mengabaikan sistem kekuasaan perundang-undangan, sementara di sisi

lain mereka juga tidak mampu merumuskan peraturan yang bisa menjamin agar

seseorang tidak ikut berijtihad kecuali yang memang ahli dibidangnya.

d) Para ulama dilanda krisis moral yang menghambat mereka sehingga tidak bisa sampai

pada level orang-orang yang melakukan ijtihad. Di kalangan mereka terjadi saling

menghasut dan egois mementingkan diri sendiri.

2) Kesungguhan ulama dalam pembentukan hukum pada periode ini.

Para ulama pada tiap-tiap mazhab bisa dibagi menjadi beberapa level atau tingkatan, yaitu:

a) Level pertama; ahli ijtihad dalam mazhab

Mereka ini tidak berijtihad dalam hukum syariat secara ijtihad mutlak, mereka hanya

berijtihad mengenai berbagai kasus yang terjadi dengan dasar-dasar ijtihad yang telah

dirumuskan oleh para imam mazhab mereka. Diantara mereka adalah al-Hasan bin

Ziyad (204 H/820 M) dari mazhab Hanafi, Ibn al-Qasim (191 H) dan Asyhab (204

H/820 M) dari mazhab Maliki dan al-Buwaithy (231 H) dan al-Muzanniy (264 H) dari

mazhab Syafi’i

10

Page 11: Tarikh Tashri Pada Masa Muroji Un

b) Level kedua; ahli ijtihad mengenai beberapa masalah yang tidak ada riwayat dari

imam mazhabnya.

Mereka ini tidak menyalahi para imam mereka dalam berbagai hukum cabang dan

juga tidak menyalahi dasar-dasar ijtihad yang mereka gunakan. Mereka yang termasuk

dalam level ini adalah al-Khashaf (261 H), al-Thahawiy (lahir 230 H) dan al-Karkhiy

(340 H) dan penganut mazhab Hanafi. Al-Lakhamiy (498 H), Ibnu al-‘Arabiy (542 H)

dan Ibnu Rusdy (1198 M) dan penganut mazhab Malikiyah. Abu Hamid al-Ghazaliy

(505 H/1111 M) dan Abu Ishaq al-Isfirayiniy (418 H) dari penganut mazhab

Syafi’iyah.

c) Level ketiga; ahli takhrij

d) Mereka ini tidak berijtihad dalam mengistimbatkan hukum mengenai berbagai

masalah. Akan tetapi, karena keterikatan mereka kepada dasar-dasar dan rujukan

mazhab yang dianutnya, maka merka tidak berusaha mengeluarkan illat-illat hukum

dan prinsip-psrinsipnya. Yang termasuk dlam level ini ialah al-Jashshash (370 H) dan

rekan-rekannya dari penganut mazhab Hanafiyah.

e) Level keempat; ahli tarjih

Mereka ini mampu membandingkan diantara beberapa riwayat yang bermacam-

macam yang bersumber dari pada imam mazhab merekadan sekaligus mampu

mentarjih, menetapkan mana yang kuat antara satu riwayat dengan riwayat lainnya.

Mereka yang termasuk dalam level ini ialah al-Qaduriy (428 H) dan pengarang kitab

al-Hidayah dan rekan-rekannya sesama penganut mazhab Hanafi.

f) Level kelima; ahli taqlid

Mereka ini mampu membeda-bedakan riwayat-riwayat yang jarang dikenal dan

riwayat yang sudah terkenal dan jelas, dan mampu membeda-bedakan antara dalil-

dalil yang kuat dan yang lemah. Mereka yang termasuk dalam level ini antara lain

11

Page 12: Tarikh Tashri Pada Masa Muroji Un

adalah para pengarang kitab matan-matan yang terkenal dan ma’tabar dikalangan

mazhab Abu Hanafiah, seperti pengarang kitab al-Kanz dan al-Wiqayah.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa sesungguhnya kesungguhan

aktivitas para ulama dalam pembentukan hukum pada periode ini adalah mencurahkan

perhatiannya kepada pendapat-pendapat dan hukum-hukum yang sudah dibentuk dan

ditetapkan oleh para imam mazhab mereka.

BAB III

12

Page 13: Tarikh Tashri Pada Masa Muroji Un

KESIMPULAN

Islam mengalami massa keemasan/kejayaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan hukum

pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, tepatnya ketika pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah

dipimpin oleh:

1. Abu Ja’far Al-Mansur (754-775 M).

2. Al-Mahdi (775-785 M)

3. Al-Hadi (775-786 M)

4. Harun al-Rasyid (786-809 M)

5. Al-Ma’mun (813-833 M)

6. Al-Mu’tashim (833-842 M)

7. Al-Wasiq (842-847 M)

8. Al-Mutawakkil (847-861 M)

Hal ini di sebabkan karena adanya gerakan ilmiah dan telah sampainya kebudayaan kuno ke

tangan para pemikir islam. Hal ini terbukti dengan terbentuknya perundang-undangan hukum islam

pada saat itu, dan juga adanya pengembangan berbagai kajian ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 14: Tarikh Tashri Pada Masa Muroji Un

1. http://www.ikhsanudin.co.cc/2009/09/sejarah-perkembangan-hukum Islam

2. Hudhari Bik, Tarikh Al-Tasyri’ Al-Islami,(terj.), Indonesia: Darul Ihya’

3. A. Hanafi M.A., Pengantar Dan Sejarah Hukum Islam, Jakarta: Butan Bintang

4. H.M.K. Bakry, Sedjarah Hukum Dalam Islam, Djakarta: Widjaya

5. Drs. M. Noor-Matdawam, Dinamika Hukum Islam (Tinjauan Sejarah Perkembangannya),

Yogyakarta: Bina Karier

14